T1 802013083 Full text

(1)

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI AKADEMIK DENGAN

MOTIVASI BERPRESTASI PADA MAHASISWA

SEKOLAH TINGGI TEOLOGIA

OLEH

JATMIKO 802013083

TUGAS AKHIR

Diajukan kepada Fakultas Psikologi guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA


(2)

(3)

(4)

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademika Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Jatmiko NIM : 802013083 Program Studi : Psikologi

Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana Jenis Karya : Tugas Akhir

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada UKSW hal bebas royalti non-eksklusif (non-exclusive royalty freeright) atas karya ilmiah saya berjudul:

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI AKADEMIK DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI PADA MAHASISWA SEKOLAH TINGGI TEOLOGIA Dengan hak bebas royalti non-eksklusif ini, UKSW berhak menyimpan, mengalihmedia/mengalihformatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data, merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Mengetahui, Pembimbing

Heru Astikasari S. Murti, S.Psi., M.A. PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR

Dibuat di: Salatiga

Pada tanggal: 28 November 2016 Yang menyatakan,


(5)

Yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Jatmiko NIM : 802013083 Program studi : Psikologi

Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul:

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI AKADEMIK DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI PADA MAHASISWA SEKOLAH TINGGI TEOLOGIA

Yang dibimbing oleh:

1. Heru Astikasari S. Murti, S.Psi, M.A.

Adalah benar-benar hasil karya saya.

Didalam laporan tugas akhir ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau gambar serta simbol yang saya akui seolah-olah sebagai karya sendiri tanpa memberikan pengakuan kepada penulis atau sumber aslinya.

Salatiga, 28 November 2016 Yang memberi pernyataan,


(6)

LEMBAR PENGESAHAN

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI AKADEMIK DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI PADA MAHASISWA SEKOLAH TINGGI TEOLOGIA

Oleh Jatmiko 802013083

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Disetujui pada tanggal 28 November 2016 Oleh

Pembimbing

Heru Astikasari S. Murti, S.Psi., M.A. Diketahui oleh,

Kaprogdi

Dr. Chr. Hari Soetjiningsih, MS.

Disahkan oleh, Dekan

Prof. Dr. Sutarto Wijono, MA. FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA


(7)

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI AKADEMIK DENGAN

MOTIVASI BERPRESTASI PADA MAHASISWA

SEKOLAH TINGGI TEOLOGIA

Jatmiko

Heru Astikasari S. Murti

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA


(8)

i Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan yang positif dan signifikan antara efikasi diri akademik dengan motivasi berprestasi pada mahasiswa Sekolah Tinggi Teologia. Penelitian ini dilakukan di Sekolah Tinggi Teologia Abdiel Ungaran dengan subjek para mahasiswa tingkat dua. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan teknik sampling jenuh. Selanjutnya sampel berjumlah 30 orang mahasiswa yang memenuhi syarat yang diajukan oleh peneliti. Untuk mengukur efikasi diri akademik digunakan skala berdasarkan teori Bandura. Sementara untuk mengukur motivasi berprestasi digunakan skala berdasarkan teori dari McClelland. Dari penelitian ini diperoleh korelasi sebesar rit = 0,561 dengan sig. = 0,001 (p < 0,05). Hal tersebut menunjukkan adanya hubungan yang positif dan signifikan antara efikasi diri akademik dengan motivasi berprestasi pada mahasiswa sekolah tinggi teologia. Sumbangan efektif efikasi diri akademik terhadap motivasi berprestasi sebesar 31.47%.


(9)

ii Abstract

The purpose of this study was to determine the positive and significant relationship between academic self-efficacy and achievement motivation in students of the College of Theology. This research was conducted at the School of Theology Abdiel Ungaran with the subject of the sophomore. The sampling technique using sampling techniques saturated. Subsequently the samples were 30 students who meet the requirements posed by the researcher. To measure the academic self-efficacy scale used by Bandura's theory. While used to measure achievement motivation scale based on the theory of McClelland. From this research, the correlation of rit = 0.561 with sig. = 0.001 (p < 0.05). This shows the positive and significant relationship between academic self-efficacy and achievement motivation in students of the seminary. Academic self-efficacy effective contribution to the achievement motivation of 31.47%.


(10)

1 PENDAHULUAN

Pada masa sekarang ini, pendidikan menjadi hal wajib dalam masyarakat. Menurut Mcload (dalam Islamuddin, 2012), pendidikan adalah proses yang menggunakan metode-metode tertentu yang dibuat agar individu dapat memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku sesuai dengan kebutuhan. Sektor pendidikan memang menjadi salah satu sektor yang diperhatikan oleh pemerintah. Indonesia dikenal sebagai negara yang sering bergonta-ganti kurikulum pendidikan demi mencapai peningkatan kualitas peserta didik (Baharuddin, 2009). Selain itu, pemerintah sudah lama mencanangkan program wajib belajar sembilan tahun bagi seluruh masyarakyat. Meskipun masih banyak yang belum mampu mencapai hal tersebut, namun nyatanya banyak juga orang tua yang justru ingin anaknya melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi.

Menurut Undang-Undang No 12 Tahun 2012 tentang pendidikan tinggi, perguruan tinggi adalah satuan pendidikan penyelenggara pendidikan tinggi. Peserta didik perguruan tinggi disebut mahasiswa, sedangkan tenaga pendidik perguruan tinggi disebut dosen. Di Indonesia, perguruan tinggi dapat berbentuk akademi, institut, politeknik, sekolah tinggi, dan universitas. Perguruan tinggi dapat menyelenggarakan pendidikan akademik, profesi, dan vokasi dengan program pendidikan diploma (D1, D2, D3, D4), sarjana (S1), magister (S2), doktor (S3), dan spesialis. Sekolah Tinggi Teologia merupakan salah satu bentuk perguruan tinggi yang berfokus pada ilmu teologi. Teologi berasal dari bahasa Yunani

theos yang artinya Tuhan dan logos yang artinya ilmu (Newell, 1987). Jadi Teologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang Tuhan. Dalam gereja Kristen, teologi mula-mula hanya membahas ajaran mengenai Allah, kemudian artinya menjadi lebih luas, yaitu membahas keseluruhan ajaran dan praktik Kristen (Drewes & Mojau, 2006).


(11)

2

Pada umumnya sebuah sekolah Tinggi Teologi menyelenggarakan pendidikan tinggi dalam bidang Teologi, Pendidikan Agama Kristen, Kepemimpinan Kristen, Filsafat Teologi dalam jenjang Sarjana, Magister, dan Doktoral. Meskipun berada di dalam koordinasi dan pembinaan dari Dirjen Bimbingan Masyarakat Kristen Protestan di Departemen Agama RI, semua STT di Indonesia saat ini juga diwajibkan untuk mengurus dan mendapatkan status akreditasi dari BAN-PT (Novanto & Yulianti, 2015). Hal ini berarti bahwa dalam STT juga memiliki suatu standar kurikulum baku yang harus dilalui, serta proses belajar mengajar yang tidak jauh berbeda dengan perguruan tinggi umum lainnya. Secara umum, mahasiswa yang memilih untuk berkuliah di STT merasa memiliki panggilan hidup yang diyakini berasal dari Tuhan (wawancara dengan beberapa mahasiswa STT pada tanggal 8 September 2016). Hal ini menyebabkan mereka termotivasi untuk mempelajari Ilmu Teologi dan Agama agar dapat melaksanakan panggilan Tuhan tersebut dengan sungguh-sungguh untuk menjadi seorang pendeta atau rohaniwan Kristen (Novanto & Yulianti, 2015). Menurut Susabda (2014), belajar di sekolah tinggi teologi adalah belajar di tengah kondisi yang menuntut kemampuan dan kedewasaan yang penuh. Kemampuan dan kedewasaan yang penuh diperlukan karena apa yang dipelajari di teologi sangat berbeda dengan apa yang di dapat ketika sekolah minggu ataupun mendengarkan khotbah di gereja.

Motivasi dalam diri mereka yang mereka anggap sebagai panggilan Tuhan tersebut tentunya akan memacu para mahasiswa untuk dapat berprestasi di dalam perkuliahan mereka. Hal ini sering kita dengar sebagai motivasi berprestasi. McClelland (dalam Maetiningsih, 2008) menyebutkan bahwa motivasi berprestasi adalah sebagai suatu usaha


(12)

3

untuk mencapai hasil yang sebaik-baiknya dengan berpedoman pada suatu standar keunggulan tertentu (standard’s of excellence). Mahasiswa yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi cenderung akan berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai hasil studi terbaiknya sesuai dengan standar yang diterapkan di STT tersebut.

Terdapat tujuh aspek utama motivasi berprestasi menurut McClelland (dalam Tiwoko, 2013), yaitu:

a. Memiliki tingkat tanggung jawab pribadi yang tinggi. b. Berani mengambil dan memikul resiko.

c. Memiliki tujuan yang realistis.

d. Memiliki rencana kerja yang menyeluruh. e. Berjuang untuk merealisasikan tujuan, f. Memanfaatkan umpan balik

g. Mencari kesempatan untuk merealisasikan rencana yang telah dipersiapkan. Menurut McClelland (dalam Haryani & Tairas, 2014) ada 2 faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi adalah: 1. Faktor Intrinsik (internal), kemungkinan untuk sukses, ketakutan akan kegagalan, value (nilai), self efficacy (efikasi diri), usia. 2. Faktor Ekstrinsik (eksternal), lingkungan sekolah, keluarga, teman. Dari penjelasan diatas salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi adalah efikasi diri akademik.

Ilmu yang akan sangat berbeda dari yang dibayangkan sebelumnya, serta lingkungan yang menuntut mahasiswa STT untuk lebih disiplin tentu akan mempengaruhi apa yang disebut efikasi diri. Menurut Bandura (dalam Myers, 2012), efikasi diri merupakan perasaan akan kemampuan dalam mengerjakan suatu tugas, percaya pada


(13)

4

kompetensi diri sendiri dan efektivitas sebagai hasil dari pemberian grativikasi. Berkaitan dengan bidang akademik, efikasi diri akademik merupakan keyakinan diri seseorang bahwa dirinya mampu untuk melakukan tugas akademik yang diberikan dan menandakan level kemampuan dirinya.

Menurut hasil wawancara penulis dengan beberapa orang dosen di salah satu STT diperoleh informasi bahwa di STT, banyak mahasiswa yang kurang memiliki keinginan untuk meraih prestasi yang baik karena merasa kurang mampu mengikuti perkuliahan di STT. Hal itu disebabkan karena mereka tidak memiliki gambaran mengenai apa yang akan mereka pelajari di STT karena menurut mereka merupakan hal yang baru. Efikasi diri akademik yang kurang seperti itulah yang akhirnya mempengaruhi motivasi berprestasi dalam diri mereka. Mereka tetap belajar dengan rajin tetapi ketika disinggung mengenai prestasi belajar, sering kali mereka merasa tidak mampu mencapai prestasi yang diharapkan. Menghadapi hal-hal tersebut, maka diharapkan mahasiswa STT memiliki efikasi diri akademik yang tinggi sehingga mereka akan memiliki motivasi berprestasi yang tinggi sehingga mampu menuntaskan tugas belajar mereka di STT dengan prestasi belajar yang baik.

Kreitner & Kinichi (2003) menyebutkan bahwa ciri-ciri efikasi diri yang tinggi yaitu; a) Lebih aktif; b) Mampu belajar dari masa lampau; c) Mampu merencanakan tujuan dan membuat rencana kerja; d) Lebih kreatif menyelesaikan masalah sehingga tidak merasa stres serta selalu lebih keras untuk mendapatkan hasil kerja yang maksimal. Sedangkan ciri-ciri efikasi diri yang rendah yaitu; a) Sulit mengerjakan tugas; b) Tidak berusaha mengatasi


(14)

5

masalah; c) Tidak mampu belajar dari masa lalu; d) Selalu merasa cemas; e) Sering stres dan merasa depresi.

Efikasi diri menurut Kreitner dan Kinichi (dalam Pudjiastuti, 2012) akan mempengaruhi proses motivasi seseorang, yaitu setelah seseorang tersebut tahu dan yakin akan kemampuan akademiknya, maka akan merasa mampu untuk melaksanakan tugasnya, maka motivasinya juga akan lebih kuat dalam menyelesaikan tugas tersebut dan meraih prestasi. Motivasi yang dimiliki akan menjadi tinggi juga, karena sudah tahu apa kemampuannya dan hasil apa yang diharapkan. Efikasi diri memberikan sebuah kekuatan bagi mahasiswa sehingga mahasiswa tersebut yang tidak lagi memiliki perasaan tidak yakin dan tidak mampu, merasa diri lemah dan tak berdaya.

Berkaitan dengan bidang akademik, efikasi diri akademik yang berbeda-beda dari masing-masing individu dapat dilihat dari aspek-aspek yang mempunyai implikasi pada perilaku individu tersebut. Menurut Bandura (1986), terdapat 3 aspek dalam efikasi diri, yaitu:

a. Magnitude (tingkat kesulitan tugas), yaitu tingkat masalah yang dihadapi berkaitan dengan kesulitan tugas akademik.

b. Strength (kekuatan keyakinan), yaitu berkaitan dengan keyakinan seseorang akan kemampuannya.

c. Generality (generalitas), yaitu hal yang berkaitan dengan cakupan tingkah laku yang diyakini oleh seseorang mampu untuk dilaksanakan.

Untuk dapat mencapai semua aspek tersebut maka diperlukan efikasi diri akademik yang tinggi, seperti yang dikemukakan Ferla, Vacke & Cai (2007) bahwa semakin tinggi


(15)

6

efikasi akademik seseorang maka semakin tinggi prestasi akademik seseorang. Ada beberapa indikator yang dapat melemahkan efikasi diri akademik pada mahasiswa STT, misalnya individu tersebut mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas dan motivasi belajar yang rendah karena kurang adanya dukungan dari teman sebaya (teman asrama) yang akhirnya membuat mahasiswa tersebut tidak dapat mencapai prestasi yang memuaskan. Oleh karena itu, mahasiswa diharapkan memiliki efikasi diri akademik yang tinggi agar mahasiswa dapat mencapai prestasi yang memuaskan.

Dari hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Lestari (2015) dan Suciningtyas (2016) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara efikasi diri dengan motivasi berprestasi. Keduanya menemukan bahwa semakin tinggi efikasi diri seseorang maka semakin tinggi juga motivasi berprestasi orang tersebut. Namun dari hasil wawancara peneliti dengan 3 orang mahasiswa dari salah satu STT, menunjukkan hasil yang berbeda. Sejak awal mereka masuk STT, mereka tidak benar-benar mengerti apa saja yang akan dipelajari di STT tersebut dan hal itu membuat mereka merasa kurang yakin apakah mereka mampu mempelajari serta mengikuti perkuliahan di STT dengan baik. Perasaan kurang mampu untuk mempelajari ilmu teologia tersebut tetap mereka rasakan meskipun mereka sudah hampir 1,5 tahun mereka belajar di STT. Meskipun demikian, dari hasil wawancara tersebut mereka mengatakan mereka tetap termotivasi untuk mencapai prestasi belajar yang baik. Hasilnya menunjukkan selama hampir 1,5 tahun mereka belajar di STT, mereka mampu memperoleh prestasi belajar yang baik dengan memperoleh Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) diatas 3,25. Dari hasil wawancara tersebut menghasilkan


(16)

7

kesimpulan bahwa meskipun mereka memiliki efikasi diri yang rendah namun mereka tetap memiliki motivasi untuk berprestasi yang tinggi.

Berdasarkan penjelasan dan fenomena di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui apakah ada hubungan yang signifikan antara efikasi diri akademik dengan motivasi berprestasi pada mahasiswa Sekolah Tinggi Teologia. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu H0: Tidak ada hubungan antara efikasi diri akademik dengan motivasi berprestasi pada mahasiswa Sekolah Tinggi Teologia, dan H1: Ada hubungan positif yang signifikan antara efikasi diri akademik dengan motivasi berprestasi pada mahasiswa Sekolah Tinggi Teologia.

METODE PENELITIAN Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif yang bertujuan mengukur korelasi antara efikasi diri akademik dengan motivasi berprestasi pada mahasiswa Sekolah Tinggi Teologia.

Variabel Bebas (X): Efikasi Diri Akademik Variabel Terikat (Y): Motivasi Berprestasi Populasi dan Sampel Penelitian

Dalam penelitian ini, populasi penelitian adalah mahasiswa tingkat II (dua) laki-laki dan perempuan di Sekolah Tinggi Teologia sebanyak 30 mahasiswa. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik sampling jenuh dimana sensus teknik penentuan sampel bila semua populasi digunakan menjadi sampel.


(17)

8

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode skala pengukuran psikologi. Skala atau angket merupakan kumpulan dari pertanyaan-pertanyaan atau pernyataan-pernyataan yang diajukan secara tertulis kepada responden untuk menjawabnya, hal ini sesuai dengan pernyataan Sugiyono (2012).

Data penelitian diperoleh dari dua skala yang masing-masing mengukur variabel efikasi motivasi berprestasi dan variabel efikasi diri akademik. Kedua skala tersebut adalah motivasi berprestasi dari McClelland (dalam Tiwoko, 2013) dan skala efikasi diri akademik dari Bandura (dalam Setiyani 2016) yang telah dimodifikasi oleh peneliti sesuai dengan tujuan penelitian.

1. Skala Motivasi Berprestasi.

Untuk mengukur variabel ini, penulis menggunakan skala motivasi berprestasi berdasarkan aspek-aspek yang dikemukakan McClelland (dalam Tiwoko, 2013) dan kemudian dimodifikasi kembali oleh penulis sesuai dengan penelitian. Komponen motivasi berprestasi adalah a) Memiliki tingkat tanggung jawab pribadi yang tinggi, b) Berani mengambil dan memikul resiko, c) Memiliki tujuan yang realistis, d) Memiliki rencana kerja yang menyeluruh, e) Berjuang untuk merealisasikan tujuan, f) Memanfaatkan umpan balik, g) Mencari kesempatan untuk merealisasikan rencana yang telah dipersiapkan.

Skala psikologi ini mengungkap 7 komponen yang terdiri dari 25 item yang terbagi menjadi dua jenis yaitu 15 item favorable dan 10 item unfavorable, menggunakan 4 tingkat penilaian (Skala Likert) yaitu nilai 1 sampai 4. Respon subjek diberikan bobot


(18)

9

masing-masing. Untuk jenis pernyataan favorable, subjek akan mendapat skor 4 untuk jawaban Sangat Sesuai (SS), skor 3 untuk jawaban Sesuai (S), skor 2 untuk jawaban Tidak Sesuai (TS), dan skor 1 untuk jawaban Sangat Tidak Sesuai (STS). Untuk jenis pernyataan unfavorable, subjek akan mendapat skor 1 untuk jawaban Sangat Sesuai (SS), skor 2 untuk jawaban Sesuai (S), skor 3 untuk jawaban Tidak Sesuai (TS), dan skor 4 untuk jawaban Sangat Tidak Sesuai (STS). Dalam hal ini peneliti menggunakan

try out terpakai. Saat penelitian dilakukan peneliti mendapatkan 30 responden untuk mengisi angket. Setelah melakukan penelitian didapatkan realiabel sebesar 0,849, menurut Aswar (2000) jika realibilitas antara 0.8 < α < 0.9 dikategorikan bagus. Dari 25 item yang diujikan dengan standar minimal 0.25, terdapat 7 item yang gugur dan 18 item bertahan. Nilai r hitung item total korelasi item yang tidak gugur berkisar antara 0,305 - 0.798.

2. Skala Efikasi Diri Akademik.

Untuk mengukur variabel ini, digunakan skala berdasarkan konsep efikasi diri menurut Bandura (dalam Setiyani 2016) dan kemudian dimodifikasi kembali oleh penulis sesuai dengan penelitian. Aspek efikasi diri akademik adalah: a) Magnitude, b) Strength, dan c) Generality.

Skala psikologi ini mengungkap 3 aspek yang terdiri dari 38 item yang terbagi menjadi dua jenis yaitu 19 item favorable dan 19 item unfavorable, menggunakan 4 tingkat penilaian (Skala Likert) yaitu nilai 1 sampai 4. Respon subjek diberikan bobot masing-masing. Untuk jenis pernyataan favorable, subjek akan mendapat skor 4 untuk jawaban Sangat Sesuai (SS), skor 3 untuk jawaban Sesuai (S), skor 2 untuk jawaban


(19)

10

Tidak Sesuai (TS), dan skor 1 untuk jawaban Sangat Tidak Sesuai (STS). Untuk jenis pernyataan unfavorable, subjek akan mendapat skor 1 untuk jawaban Sangat Sesuai (SS), skor 2 untuk jawaban Sesuai (S), skor 3 untuk jawaban Tidak Sesuai (TS), dan skor 4 untuk jawaban Sangat Tidak Sesuai (STS). Dalam hal ini peneliti menggunakan

try out terpakai. Saat penelitian dilakukan peneliti mendapatkan 30 responden untuk mengisi angket. Setelah melakukan penelitian didapatkan realiabel sebesar 0,830, menurut Aswar (2000) jika realibilitas antara 0.8 < α < 0.9 dikategorikan bagus. Dari 38 item yang diujikan dengan standar minimal 0.25, terdapat 11 item yang gugur dan 27 item bertahan. Nilai r hitung item total korelasi item yang tidak gugur berkisar antara 0,279 - 0.608.

Teknik Analisis Data

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis korelasional dengan menggunakan korelasi product moment dan dibantu dengan menggunakan program SPSS versi 16.0 for windows.


(20)

11

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Analisis Deskriptif

a. Efikasi Diri Akademik

Variabel efikasi diri akademik memiliki 27 item valid dengan jenjang skor 1 sampai dengan 4. Pembagian skor tertinggi dan terendah adalah sebagai berikut:

Skor tertinggi: 27 x 4 = 108 Skor terendah: 27 x 1 = 27

Pembagian interval dilakukan menjadi lima katagori, yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Pembagian interval dilakukan dengan mengurangi jumlah skor tertinggi dengan jumlah skor terendah dan membaginya sesuai dengan jumlah kategori.


(21)

12

Tabel 1.1

Kategorisasi Hasil Pengukuran Skala Efikasi Diri Akademik

No Interval Kategori Mean N Presentase (%)

1. 27 ≤ x < 43.2 Sangat Rendah 0 0%

2. 43.2 ≤ x < 59.4 Rendah 0 0%

3. 59.4 ≤ x < 75.6 Sedang 5 16.67%

4. 75.6 ≤ x <91.8 Tinggi 85.60 25 83.33%

5. 91.8 ≤ x ≤ 108 Sangat Tinggi 0 0%

Jumlah 30 100%

SD = 7,559 Min = 70 Max = 99

Berdasarkan tabel 1.1, dapat dilihat bahwa terdapat 25 orang mahasiswa memiliki efikasi diri akademikyang berada pada kategori tinggi dengan presentase 83.33% dan 5 orang mahasiswa memiliki efikasi diri akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase 16.67%. Berdasarkan presentase di atas bahwa rata-rata mahasiswa yang memiliki efikasi diri akademik pada kategori tinggi, dengan mean = 85,60.


(22)

13

b. Motivasi Berprestasi

Variabel efikasi diri akademik memiliki 18 item valid dengan jenjang skor 1 sampai dengan 4. Pembagian skor tertinggi dan terendah adalah sebagai berikut:

Skor tertinggi: 18 x 4 = 72 Skor terendah: 18 x 1 = 18

Pembagian interval dilakukan menjadi lima katagori, yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Pembagian interval dilakukan dengan mengurangi jumlah skor tertinggi dengan jumlah skor terendah dan membaginya sesuai dengan jumlah kategori.


(23)

14

Tabel 1.2

Kategorisasi Hasil Pengukuran Skala Motivasi Berprestasi

No Interval Kategori Mean N Presentase (%)

1. 18 ≤ x < 28.8 Sangat Rendah 0 0%

2. 28.8 ≤ x < 39.6 Rendah 0 0%

3. 39.6 ≤ x < 50.4 Sedang 0 0%

4. 50.4 ≤ x < 61.2 Tinggi 50.97 24 80%

5. 61.2 ≤ x ≤ 72 Sangat Tinggi 6 20%

Jumlah 30 100%

SD = 6,228 Min = 40 Max = 64

Berdasarkan tabel 1.2 di atas, dapat dilihat bahwa terdapat 6 orang mahasiswa yang memiliki skor motivasi berprestasi yang berada pada kategori sangat tinggi dengan presentase 20% dan 23 orang mahasiswa memiliki motivasi berprestasi yang berada pada kategori tinggi dengan presentase 76.67%. Berdasarkan presentase di atas bahwa rata-rata mahasiswa yang memiliki motivasi berprestasi pada kategori tinggi dengan mean = 50,97.


(24)

15

2. Uji Normalitas

Berdasarkan uji hasil pengujian normalitas, kedua variabel memiliki signifikansi p > 0,05. Variabel efikasi diri akademik memiliki nilai K-S-Z sebesar 0,693 dengan probabilitas (p) atau signifikansi sebesar 0,723 (p > 0,05). Oleh karena milai signifikansi p > 0,05, maka distribusi data efikasi diri akademik berdistribusi normal. Hal ini juga terjadi pada variabel motivasi berprestasi yang memiliki nilai K-S-Z sebesar 0,909 dengan probabilitas (p) atau signifikansi sebesar 0,381 (p > 0,05). Dengan demikian data motivasi berprestasi juga berdistribusi normal.

3. Uji Linearitas

Dari uji linearitas, maka diperoleh nilai Fbeda sebesar 1,164 (p > 0,05) dengan sig.= 0,402 yang menunjukkan efikasi diri akademik dengan motivasi berprestasi berhubungan secara linear.


(25)

16

4. Uji Korelasi

Tabel 1.5

Hasil Uji Korelasi antara Efikasi Diri Akademik dengan Motivasi Berprestasi Correlations

MB EDA MB Pearson

Correlation

1 .561**

Sig. (2-tailed) .001

N 30 30

EDA Pearson Correlation

.561** 1

Sig. (2-tailed) .001

N 30 30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Berdasarkan hasil pengujian uji korelasi diperoleh koefisien korelasi antara efikasi diri akademik dengan motivasi berprestasi sebesar 0,561 dengan sig. = 0,001 (p < 0,05) yang berarti ada hubungan yang positif signifikan antara efikasi diri akademikdengan motivasi berprestasi.


(26)

17

Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian uji korelasi Pearson diketahui koefisien korelasi (r) = 0,561 dengan sig. = 0,001 (p < 0,05), yang berarti ada hubungan yang positif signifikan antara efikasi diri akademik dengan motivasi berprestasi pada mahasiswa sekolah tinggi teologia. Hal ini menunjukkan bahwa ketika individu memiliki efikasi diri akademik yang tinggi maka semakin tinggi juga motivasi berprestasinya. Adapun temuan ini dimungkinkan terjadi, karena dalam diri mahasiswa STT merasa yakin dalam mempelajari bidang ilmu teologia sehingga hal tersebut mendorong mereka untuk mengejar prestasi akademik yang lebih baik.

Kreitner dan Kinichi (dalam Pudjiastuti, 2012) mengungkapkan bahwa efikasi diri akademik mempengaruhi proses motivasi seseorang, yaitu setelah seseorang tersebut tahu dan yakin akan kemampuan akademiknya, maka dia akan merasa mampu untuk melaksanakan tugasnya, sehingga motivasinya juga akan lebih kuat dalam menyelesaikan tugas tersebut dan dia mampu meraih prestasi. Efikasi diri memberikan sebuah kekuatan bagi mahasiswa sehingga mahasiswa tersebut termotivasi untuk meraih prestasi yang lebih tinggi karena sudah tahu kemampuannya dan hasil apa yang diharapkan.

Menurut Bandura (1997), individu yang memiliki efikasi diri akademik yang tinggi bila menghadapi kegagalan cenderung menganggap kegagalan tersebut diakibatkan usaha-usaha yang tidak cukup memadai. Dengan demikian individu tersebut akan semakin termotivasi untuk memperoleh hasil atau prestasi yang lebih baik lg. Biasanya individu akan berperilaku sesuai dengan keyakinan mereka tentang apa yang dapat mereka lakukan.


(27)

18

Bandura juga mengatakan bahwa dengan membentuk tujuan terlebih dahulu dapat meningkatkan motivasi.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Lestari (2015) pada siswa MAN Pangkalan Balai Banyuasin III menemukan bahwa kemampuan dan keyakinan dalam diri siswa saat belajar sangat mempengaruhi hasil dari belajarnya. Dalam penelitiannya tersebut, mengatakan jika seseorang memiliki efikasi diri akademik yang rendah, maka tingkat motivasi berprestasi akan rendah juga. Siswa yang memiliki efikasi diri yang rendah dapat terlihat dari bentuk perilaku siswa yang selalu terlihat tidak fokus dan sering mengantuk dan tertidur dalam mengikuti pelajaran didalam kelas, tidak aktif untuk bertanya jika tidak mengerti, takut berhadapan dengan guru, sering merasa cemas seperti gelisah karena takut dipanggil untuk mengerjakan tugas didepan, ragu dengan kemampuan yang dimiliki, selalu merasa terbebani jika dihadapkan dengan berbagai macam pekerjaan untuk diselesaikan, mereka juga beranggapan jika belajar setiap hari belum tentu mendapatkan nilai yang bagus, sehingga membuat mereka lebih memilih untuk mengabaikannya dengan alasan tidak mempunyai banyak waktu untuk mengerjakannya.

Suciningtyas (2016) dalam penelitiannya pada siswa kelas VIII SMP PGRI 1 Kediri mengungkapkan hal yang sebaliknya yaitu jika seseorang memiliki efikasi diri akademik yang tinggi maka tingkat motivasi berprestasi akan tinggi juga. Hal ini senada dengan yang diungkapkan Kreitner dan Kinichi (2003) mengenai ciri-ciri efikasi diri yang tinggi yaitu lebih aktif, mampu belajar dari masa lampau, mampu merencanakan tujuan dan membuat rencana kerja, serta lebih kreatif menyelesaikan masalah sehingga tidak merasa stres serta


(28)

19

selalu lebih keras untuk mendapatkan hasil kerja yang maksimal. Sedangkan ciri-ciri efikasi diri yang rendah yaitu sulit mengerjakan tugas, tidak berusaha mengatasi masalah, tidak mampu belajar dari masa lalu, selalu merasa cemas, dan sering stres dan merasa depresi. Ferla, Vacke & Cai (2007) mengungkapkan bahwa semakin tinggi efikasi akademik seseorang maka semakin tinggi prestasi akademik seseorang.

Sumbangan efektif efikasi diri akademik terhadap motivasi berpretasi sebesar 31.47%, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain sebesar 68.53%. Efikasi diri akademik bukan hal yang mutlak mempengaruhi motivasi berprestasi saja melainkan ada banyak faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi motivasi berprestasi tersebut. Menurut McClelland (dalam Haryani & Tairas, 2014) selain efikasi diri akademik, yang mempengaruhi motivasi berprestasi adalah keyakinan kemungkinan untuk sukses, ketakutan akan kegagalan, value (nilai), usia, lingkungan sekolah, keluarga, teman.

Kesimpulan dan Saran Kesimpulan

Dari penelitian yang dilakukan maka didapatkan hasil yaitu terdapat hubungan positif yang signifikan antara efikasi diri akademik dengan motivasi berprestasi pada mahasiswa sekolah tinggi teologia. Hasil tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi efikasi diri akademik yang dimiliki mahasiswa, maka semakin tinggi pula motivasi berprestasi mahasiswa tersebut. Sumbangan efektif efikasi diri akademikterhadap motivasi berpretasi sebesar 31.47%, sedangkan 68.53% sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.


(29)

20

Saran

Sekolah Tinggi Teologia

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti ini memberikan saran kepada pihak STT untuk tetap memperhatikan dan memberikan bimbingan kepada para mahasiswanya dalam mempertahankan bahkan meningkatkan motivasi berprestasi para mahasiswa misalnya dengan memberi pengarahan kepada para mahasiswa tentang apa saja yang akan mereka pelajari sebelum dimulainya proses belajar mengajar pada semester baru sehingga motivasi berprestasi para mahasiswa diharapkan dapat meningkat.

Mahasiswa

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa efikasi diri akademik dan motivasi berprestasi pada mahasiswa STT pada kategori tinggi. Para mahasiswa diharapkan dapat mempertahankan bahkan meningkatkan efikasi diri akademik mereka misalnya dengan semakin giat belajar dan mencari referensi-referensi yang dapat membantu mereka untuk lebih memahami perkuliahan sehingga mereka dapat semakin termotivasi untuk memperoleh prestasi yang lebih baik lagi.

Peneliti Selanjutnya

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti memberikan saran bagi peneliti selanjutnya untuk meneliti faktor lain yang dapat meningkatkan motivasi berprestasi dan efikasi diri akademik. Peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut menggunakan variabel-variabel lain sehingga dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi pada mahasiswa STT selain efikasi diri akademik misalnya kemungkinan untuk sukses, ketakutan akan kegagalan, value (nilai), usia, lingkungan sekolah, keluarga, teman.


(30)

21

Daftar Pustaka

Baharuddin. (2009). Pendidikan dan psikologi perkembangan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. Bandura, A. (1986). Social foundation of thought and action: a social cognitive theory.New

York: Prentice Hall.

_________. (1997). Self-efficacy: The exercise of control. New York: W.H. Freeman and Company.

Bandura, A., & Locke, E.A. (2003). Negative self-efficacy and goal effects revisited. Journal of Applied Psychology, 1, 87-99.

Drewes, B.F & Mojau, J. (2006). Apa itu teologi?. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Ferla, J., dkk. (2007). Academic self-efficacy and academic self - concept: Reconsidering structural relationship. 1-25.

Haryani, R & Tairas, M.M.W. (2014). Motivasi berprestasi pada mahasiswa berprestasi dari keluarga tidak mampu secara ekonomi. Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan, 03, 30-36.

Islamuddin, H. (2012). Psikologi pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Kreitner dan Kinicki (2007). Organizational behavior (7th Edition), Mc-Graw Hill.

Maetiningsih, D. (2008, Maret). Hubungan antara secure attachment dengan motivasi berprestasi pada remaja. Depok: Universitas Gunadarma.

Myers, D.G. (2012). Psikologi sosial. Jakarta Selatan: Salemba Humanika.

Newell, L. (1987). Bahasa yunani koine (The elements of new testament greek). Malang: Seminari Alkitab Asia Tenggara.

Novanto, Y. & Yulianti L. (2015). Faktor – faktor yang berkaitan dengan prestasi akademik

mahasiswa sekolah tinggi teologi ”x”. Tanjung Balai: Sekolah Tinggi Teologia

Marturia.

Nulita, A.L (2015). Hubungan antara efikasi diri dengan motivasi berprestasi pada siswa man pangkalan balai banyuasin iii. Palembang: Universitas Bina Darma.

Pudjiastuti, E. (2012). Hubungan self efficacy dengan perilaku mencontek mahasiswa psikologi. Bandung: Universitas Islam Bandung.


(31)

22

Susabda, Y. (2014). Belajar di sekolah tinggi teologi. Diunduh pada 30 Oktober 2015 pada

http://www.konselingkristen.org/index.php/2014-1201-01-17-30/spiritualitasteologi/127belajar-di-sekolah-tinggi-teologi

Suciningtyas, E. (2016). Hubungan antara self efficacy dengan motivasi berprestasi siswa kelas viii smp pgri 1 kediri tahun pelajaran 2015/2016. Kediri: Universitas Nusantara PGRI.

Tiwoko, A. (2013). Hubungan antara motivasi berprestasi dengan kreativitas siswa kelas xi ips sma negeri 2 salatiga. Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana.


(1)

Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian uji korelasi Pearson diketahui koefisien korelasi (r) = 0,561 dengan sig. = 0,001 (p < 0,05), yang berarti ada hubungan yang positif signifikan antara efikasi diri akademik dengan motivasi berprestasi pada mahasiswa sekolah tinggi teologia. Hal ini menunjukkan bahwa ketika individu memiliki efikasi diri akademik yang tinggi maka semakin tinggi juga motivasi berprestasinya. Adapun temuan ini dimungkinkan terjadi, karena dalam diri mahasiswa STT merasa yakin dalam mempelajari bidang ilmu teologia sehingga hal tersebut mendorong mereka untuk mengejar prestasi akademik yang lebih baik.

Kreitner dan Kinichi (dalam Pudjiastuti, 2012) mengungkapkan bahwa efikasi diri akademik mempengaruhi proses motivasi seseorang, yaitu setelah seseorang tersebut tahu dan yakin akan kemampuan akademiknya, maka dia akan merasa mampu untuk melaksanakan tugasnya, sehingga motivasinya juga akan lebih kuat dalam menyelesaikan tugas tersebut dan dia mampu meraih prestasi. Efikasi diri memberikan sebuah kekuatan bagi mahasiswa sehingga mahasiswa tersebut termotivasi untuk meraih prestasi yang lebih tinggi karena sudah tahu kemampuannya dan hasil apa yang diharapkan.

Menurut Bandura (1997), individu yang memiliki efikasi diri akademik yang tinggi bila menghadapi kegagalan cenderung menganggap kegagalan tersebut diakibatkan usaha-usaha yang tidak cukup memadai. Dengan demikian individu tersebut akan semakin termotivasi untuk memperoleh hasil atau prestasi yang lebih baik lg. Biasanya individu akan berperilaku sesuai dengan keyakinan mereka tentang apa yang dapat mereka lakukan.


(2)

Bandura juga mengatakan bahwa dengan membentuk tujuan terlebih dahulu dapat meningkatkan motivasi.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Lestari (2015) pada siswa MAN Pangkalan Balai Banyuasin III menemukan bahwa kemampuan dan keyakinan dalam diri siswa saat belajar sangat mempengaruhi hasil dari belajarnya. Dalam penelitiannya tersebut, mengatakan jika seseorang memiliki efikasi diri akademik yang rendah, maka tingkat motivasi berprestasi akan rendah juga. Siswa yang memiliki efikasi diri yang rendah dapat terlihat dari bentuk perilaku siswa yang selalu terlihat tidak fokus dan sering mengantuk dan tertidur dalam mengikuti pelajaran didalam kelas, tidak aktif untuk bertanya jika tidak mengerti, takut berhadapan dengan guru, sering merasa cemas seperti gelisah karena takut dipanggil untuk mengerjakan tugas didepan, ragu dengan kemampuan yang dimiliki, selalu merasa terbebani jika dihadapkan dengan berbagai macam pekerjaan untuk diselesaikan, mereka juga beranggapan jika belajar setiap hari belum tentu mendapatkan nilai yang bagus, sehingga membuat mereka lebih memilih untuk mengabaikannya dengan alasan tidak mempunyai banyak waktu untuk mengerjakannya.

Suciningtyas (2016) dalam penelitiannya pada siswa kelas VIII SMP PGRI 1 Kediri mengungkapkan hal yang sebaliknya yaitu jika seseorang memiliki efikasi diri akademik yang tinggi maka tingkat motivasi berprestasi akan tinggi juga. Hal ini senada dengan yang diungkapkan Kreitner dan Kinichi (2003) mengenai ciri-ciri efikasi diri yang tinggi yaitu lebih aktif, mampu belajar dari masa lampau, mampu merencanakan tujuan dan membuat rencana kerja, serta lebih kreatif menyelesaikan masalah sehingga tidak merasa stres serta


(3)

selalu lebih keras untuk mendapatkan hasil kerja yang maksimal. Sedangkan ciri-ciri efikasi diri yang rendah yaitu sulit mengerjakan tugas, tidak berusaha mengatasi masalah, tidak mampu belajar dari masa lalu, selalu merasa cemas, dan sering stres dan merasa depresi. Ferla, Vacke & Cai (2007) mengungkapkan bahwa semakin tinggi efikasi akademik seseorang maka semakin tinggi prestasi akademik seseorang.

Sumbangan efektif efikasi diri akademik terhadap motivasi berpretasi sebesar 31.47%, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain sebesar 68.53%. Efikasi diri akademik bukan hal yang mutlak mempengaruhi motivasi berprestasi saja melainkan ada banyak faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi motivasi berprestasi tersebut. Menurut McClelland (dalam Haryani & Tairas, 2014) selain efikasi diri akademik, yang mempengaruhi motivasi berprestasi adalah keyakinan kemungkinan untuk sukses, ketakutan akan kegagalan, value (nilai), usia, lingkungan sekolah, keluarga, teman.

Kesimpulan dan Saran Kesimpulan

Dari penelitian yang dilakukan maka didapatkan hasil yaitu terdapat hubungan positif yang signifikan antara efikasi diri akademik dengan motivasi berprestasi pada mahasiswa sekolah tinggi teologia. Hasil tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi efikasi diri akademik yang dimiliki mahasiswa, maka semakin tinggi pula motivasi berprestasi mahasiswa tersebut. Sumbangan efektif efikasi diri akademik terhadap motivasi berpretasi sebesar 31.47%, sedangkan 68.53% sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.


(4)

Saran

Sekolah Tinggi Teologia

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti ini memberikan saran kepada pihak STT untuk tetap memperhatikan dan memberikan bimbingan kepada para mahasiswanya dalam mempertahankan bahkan meningkatkan motivasi berprestasi para mahasiswa misalnya dengan memberi pengarahan kepada para mahasiswa tentang apa saja yang akan mereka pelajari sebelum dimulainya proses belajar mengajar pada semester baru sehingga motivasi berprestasi para mahasiswa diharapkan dapat meningkat.

Mahasiswa

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa efikasi diri akademik dan motivasi berprestasi pada mahasiswa STT pada kategori tinggi. Para mahasiswa diharapkan dapat mempertahankan bahkan meningkatkan efikasi diri akademik mereka misalnya dengan semakin giat belajar dan mencari referensi-referensi yang dapat membantu mereka untuk lebih memahami perkuliahan sehingga mereka dapat semakin termotivasi untuk memperoleh prestasi yang lebih baik lagi.

Peneliti Selanjutnya

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti memberikan saran bagi peneliti selanjutnya untuk meneliti faktor lain yang dapat meningkatkan motivasi berprestasi dan efikasi diri akademik. Peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut menggunakan variabel-variabel lain sehingga dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi pada mahasiswa STT selain efikasi diri akademik misalnya kemungkinan untuk sukses, ketakutan akan kegagalan, value (nilai), usia, lingkungan sekolah, keluarga, teman.


(5)

Daftar Pustaka

Baharuddin. (2009). Pendidikan dan psikologi perkembangan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. Bandura, A. (1986). Social foundation of thought and action: a social cognitive theory.New

York: Prentice Hall.

_________. (1997). Self-efficacy: The exercise of control. New York: W.H. Freeman and Company.

Bandura, A., & Locke, E.A. (2003). Negative self-efficacy and goal effects revisited. Journal of Applied Psychology, 1, 87-99.

Drewes, B.F & Mojau, J. (2006). Apa itu teologi?. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Ferla, J., dkk. (2007). Academic self-efficacy and academic self - concept: Reconsidering structural relationship. 1-25.

Haryani, R & Tairas, M.M.W. (2014). Motivasi berprestasi pada mahasiswa berprestasi dari keluarga tidak mampu secara ekonomi. Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan, 03, 30-36.

Islamuddin, H. (2012). Psikologi pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Kreitner dan Kinicki (2007). Organizational behavior (7th Edition), Mc-Graw Hill.

Maetiningsih, D. (2008, Maret). Hubungan antara secure attachment dengan motivasi berprestasi pada remaja. Depok: Universitas Gunadarma.

Myers, D.G. (2012). Psikologi sosial. Jakarta Selatan: Salemba Humanika.

Newell, L. (1987). Bahasa yunani koine (The elements of new testament greek). Malang: Seminari Alkitab Asia Tenggara.

Novanto, Y. & Yulianti L. (2015). Faktor – faktor yang berkaitan dengan prestasi akademik

mahasiswa sekolah tinggi teologi ”x”. Tanjung Balai: Sekolah Tinggi Teologia

Marturia.

Nulita, A.L (2015). Hubungan antara efikasi diri dengan motivasi berprestasi pada siswa man pangkalan balai banyuasin iii. Palembang: Universitas Bina Darma.

Pudjiastuti, E. (2012). Hubungan self efficacy dengan perilaku mencontek mahasiswa psikologi. Bandung: Universitas Islam Bandung.


(6)

Susabda, Y. (2014). Belajar di sekolah tinggi teologi. Diunduh pada 30 Oktober 2015 pada

http://www.konselingkristen.org/index.php/2014-1201-01-17-30/spiritualitasteologi/127belajar-di-sekolah-tinggi-teologi

Suciningtyas, E. (2016). Hubungan antara self efficacy dengan motivasi berprestasi siswa kelas viii smp pgri 1 kediri tahun pelajaran 2015/2016. Kediri: Universitas Nusantara PGRI.

Tiwoko, A. (2013). Hubungan antara motivasi berprestasi dengan kreativitas siswa kelas xi ips sma negeri 2 salatiga. Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana.