MAKALAH SASTRA NUSANTARA . docx

MAKALAH SASTRA
DAERAH (Cerita
Rakyat)
Dian Retno Aryani / 13010114130074
Sastra Nusantara

Sastra Indonesia | Fakultas Ilmu Budaya | Universitas Diponegoro |
Semarang | 2015

KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam karena atas segala
nikmat dan ridho-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Cerita Rakyat”.

2

DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR....................................................................................................... 2
DAFTAR ISI.................................................................................................................. 3
BAB I........................................................................................................................... 4

PENDAHULUAN........................................................................................................... 4
1.

1 Latar Belakang.............................................................................................. 4

1.

2 Rumusan Masalah......................................................................................... 5

BAB II.......................................................................................................................... 7
PEMBAHASAN............................................................................................................. 7
2.1

Konsep Tentang Sastra................................................................................... 7

2.2

Sastra Lisan................................................................................................... 7

2.3 Cerita rakyat...................................................................................................... 8

BAB III....................................................................................................................... 15
PENUTUP.................................................................................................................. 15
3.1 Kesimpulan...................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... 16

3

BAB I
PENDAHULUAN
1.

1 Latar Belakang

Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari kebudayaan,
usianya sudah cukup tua. Kehadiran hampir bersamaan denga adanya manusia,
karena ia diciptakan dan dinikmati manusia. Sastra telah menjadi bagian dari
pengalaman hidup manusia, baik dari aspek manusia yang memanfaatkanya bagi
pengalaman hidupnya, maupun dari aspek penciptanya, yang mengekspresikan
pengalaman batinnya ke dalam karya sastra.
Ditinjau dari segi pencipta ( pengarang dalam sastra tulis dan pawing atau pelipur

lara dalam sastra lisan), karya sastra merupakan pengalaman batin penciptanya
mengenai kehidupan masyarakat dalam suatu kurun waktu dan situasi budaya
tertentu. Di dalam karya sastra dilukiskan keadaan dan kehidupan sosial suatu
masyarakat, peristiwa-peristiwa, ide dan gagasan, serta nilai-nilai yang
diamanatkan.
Sastra rakyat ialah kesusastraan yang lahir dikalangan rakyat.Pada lazimnya, sastra
rakyat merujuk kepada kesusastraan rakyat dari pada masa lampau, yang telah
menjadi warisan kepada sesuatu masyarakat.Sastra rakyat adalah sebagian
daripada kehidupan budaya bagi masyarakat lama. Misalnya, dalam masyarakat
Melayu Lama cerita rakyat merupakan satu bentuk hiburan yang penting untuk
orang kampung cipta lewat tokoh-tokoh cerita. Sastra mempersoalkan manusia
dalam berbagai aspek kehidupanya, sehingga karya sastra berguna untuk
mengenal manusia, kebudayaan serta zamannya.

Sastra sering dikatakan (juga sering dituntut) agar mencerminkan kenyataan
(Luxemburg et al., dalam Pasassung dan Ahid Hidayat, 2006:48). Berpikir tentang
sastra, maka perhatian kita akan tertuju pada kenyataan bahwa sastra sebagai seni.
Sastra sebagai cabang dari seni yang kedua unsur integral dari kebudayaan,
usianya sudah semakin tua.Kehadirannya hampir bersamaan dengan manusia
karenanya diciptakan dan dinikmati oleh manusia.

Karya sastra merupakan salah satu sarana untuk mengungkapkan masalah manusia
dan kemanusiaan.Melalui karya sastra, seorang pengarang berusaha untuk
mengungkapkan nilai-nilai kemanusiaan yang telah tinggi.Penciptaan karya sastra
dilatarbelakangi oleh keinginan pengarang untuk menyampaikan sesuatu yang
dicita-citakan.Jadi, karya sastra menyelami segala kehidupan manusia di dunia ini
(Kurniawan, 2008:3).

4

Karya sastra lahir tidak saja karena fenomena-fenomena yang lugas, tetapi juga
dari kesadaran pengarangnya bahwa sastra sebagai sesuatu yang imajinatif, fiktif,
juga harus mengandung nilai-nilai yang dapat dipertanggungjawabkan.
Karya sastra pada dasarnya berisi tentang permasalahan yang melingkupi
kehidupan sosial. Setiap bangsa atau suku bangsa memiliki kehidupan sosial yang
berbeda dengan suku bangsa lain..Sastra terlahir atas hasil karya perilaku manusia
dalam kebudayaan yang beranekaragam suku, ras, agama, dan tradisi yang
berbeda-beda.Keanekaragaman tersebut memiliki ciri khas tersendiri dan hal itu
memberikan pemasalahan dengan pemahaman serta tanggapan yang berbedabeda (Wijayanthi, dalam Kurniawan, 2008: 1).
Karya sastra merupakan hasil dari kreativitas manusia baik secara tertulis maupun
secara lisan.Karya sastra yang tertulis misalnya prosa, cerita pendek, cerita

bersambung, novel dan lain-lain, sedangkan karya sastra lisan adalah karya sastra
yang diwariskan turun-temurun secara lisan, dan salah satu jenis karya sastra lisan
adalah cerita rakyat. Kaitannya dengan ini Soeprapto (dalam Kurniawan, 2008: 3)
menyatakan bahwa salah satu ciri yang membedakan foklor dengan kebudayaan
yang lain adalah cara penyebaran maupun kelestariannya yang dilakukan secara
lisan.
Cerita rakyat merupakan sastra lisan yang penyebarannya dilakukan secara lisan
dari mulut ke mulut.Dalam bahasa sehari-hari cerita rakyat lebih dikenal oleh
masyarakat sebagai dongeng.Hutomo (dalam Kurniawan 2008:3) berpendapat
bahwa sastra lisan mengandung nilai budaya nenek moyang, sebab sastra lisan
termasuk bagian dari folklor. Selanjutnya menurut Danandjaja (1997: 2) folklor
adalah sebagian dari kebudayaan suatu kolektif yang tersebar dan diwariskan
secara turun-temurun di antara kolektif macam apa saja secara tradisional dalam
versi yang berbeda baik dalam bentuk lisan maupun disertai contoh dengan gerak
isyarat atau alat bantu pengingat.
Dongeng (cerita rakyat) meupakan suatu cerita fantasi yang kejadian-kejadiannya
tidak benar-benar terjadi. Dongeng disajikan dengan cara bertutur lisan oleh tukang
cerita. Pada umumnya dongeng berkaitan dengan kepercayaan masyarakat dan
kebudayaan primitif terhadap hal-hal yang supranatural dan manifestasinya dalam
alam kehidupan manusia seperti animisme. Bagi manusia dongeng berfungsi

sebagai hiburan, kepercayaan yang bersifat didaktik yaitu pengajaran moral dan
nasehat bagi kehidupan sehari-hari, dan sebagai sumber pengetahuan (Zulfahnur,
dkk, 1997:43-44)

1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut maka yang menjadi permasalahan dalam penulisan
makalah ini adalah sebagai berikut:
5

a.

Pengertian cerita rakyat.

b.

Ciri-ciri cerita rakyat.

c.

Jenis-jenis cerita rakyat.


1.3 Tujuan
Adapun tujuan makalah ini adalah agar makalah ini bisa di jadikan referensi dan
pedoman bagi pembaca.
4 Manfaat
Manfaat yang diharapkan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Penulis dapat memperoleh pengetahuan dan pemahaman tentang cerita
rakyat.
2. Pembaca dapat memperoleh pengetahuan dan pemahaman tentang cerita
rakyat yang ada disetiap daerah.

6

BAB II
PEMBAHASAN
2.1

Konsep Tentang Sastra

Karya sastra pada dasarnya berisi tentang permasalahan yang melingkupi

kehidupan sosial.Sastra terlahir atas hasil karya perilaku manusia dalam
kebudayaan yang beranekaragam suku, ras, agama, dan tradisi yang
berbedabeda.Keanekaragaman tersebut memiliki ciri khas tersendiri dan hal itu
memberikan pemasalahan dengan pemahaman serta tanggapan yang berbedabeda (Wijayanthi, dalam Kurniawan 2008:1).
Membahas tentang sastra, begitu banyak para ahli mengemukakan batasanbatasannya.Para ilmuwan mengemukakan versi masing-masing yang pada
umumnya memberikan gambaran kehidupan manusia dalam kurun waktu tertentu.
Sumardjo (1989:11) mengemukakan bahwa tidak mungkin memberikan defenisi
yang universal mengenai sastra.Sastra bukanlah sebuah benda yang kita jumpai.
Sastra adalah sebuah nama dengan alasan tertentu dalam suatu lingkungan
kebudayaan.
Untuk lebih jelasnya berikut pendapat dua para ahli sastra :
1. Jakob Sumardjo; sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa
pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat dan keyakinan dalam suatu
bentuk gambaran konkrit yang membangkitkan pesona dengan alat bahasa.
2. Perkamin; kesusastraan berdasarkan arti katanya adalah semua tulisan atau
ungkapan yang indah yang arti didalamnya tercapai keseimbangan antara isinya
yang indah dan dilahirkan dengan bahasa yang indah pula (Zulfahnur, dkk. 1997:3).
Karya sastra merupakan hasil dari kreativitas manusia baik secara tertulis maupun
secara lisan.Karya sastra yang tertulis misalnya prosa, cerita pendek, cerita
bersambung, novel dan lain-lain, sedangkan karya sastra lisan adalah karya sastra

yang diwariskan turun-temurun secara lisan, dan salah satu jenis karya sastra lisan
adalah cerita rakyat.

2.2

Sastra Lisan

Sebagai data kebudayaan, sastra dapat dibedakan menjadi dua yaitu sastra tulis
dan sastra lisan (Sumardjo dan Saini, 1997 : 78-79).
Sejenak mari menjelajahi sejarah. Sastra lisan di Indonesia ternyata berkembang
lebih pesat bila dibandingkan dengan sastra tulisan dan literatur manapun.Sastra
7

adalah sebuah dunia tersendiri yang diciptakan oleh pengarang untuk diterima,
diserap dan ditanggapi oleh masyarakat.Demikian juga sastra lisan berkembang di
masyarakat karena masyarakat menerimanya.
Mengacu pada rumusan Politik Bahasa hasil seminar politik bahasa pada tahun
1999 di Bogor, sastra daerah, sastra berbahasa daerah dan merupakan unsur
kebudayaan daerah, merupakan bagian dari kebudayaan nasional. Sastra daerah
merupakan bukti historis kreativitas masyarakat daerah.Karena itu, sastra lisan

perlu didokumentasikan, sehingga sastra lisan tidak hilang dan punah ditelan
zaman.Sastra lisan didokumentasikan merupakan bagian dari pelestarian
kesusastraan daerah.Sastra lisan hadir sebagai bagian dari sastra daerah.Etika
didalamnya bagian terpenting untuk disajikan kepada pembacanya.
Cerita rakyat memang terjadi apa adanya, tidak diadakan. Kebenaran itu merefleksi
kehidupan manusia.Sastra adalah ungkapan kreatif terpilih manusia, mengandung
inti pati pikiran, hasrat, suatu cita-cita yang diberi bentuk.Tidak secara gamblang
menunjukkan inti pati.Sastra lisan, hasil dari kultural masyarakatnya.Realitas
kultural dan historis kita sebut karya sastra tidak berhenti di dalam teks.Teks hanya
salah satu unsur dalam suatu relasi.Cerita rakyat dikembangkan dan
didokumentasikan bukan menghilangkan makna sastra lisan.

2.3 Cerita rakyat
Cerita rakyat adalah cerita zaman dahulu yang hidup di masyarakat dan diwariskan
secara turun-temurun atau secara lisan dan berkembang dalam masyarakat. Cerita
rakyat dibedakan menjadi :

1. Legenda
Legenda merupakan cerita prosa rakyat yang dianggap oleh yang punya cerita
sebagai sesuatu yang benar-benar terjadi.

Contoh, Cerita Si Malin Kundang, Gunung Tangkuban Perahu, Dongeng Banyuwangi,
Dongeng Gunung Batok,Dongeng Rawa pening, dan sebagainya.
2.

Sage

Sage merupakan cerita rakyat yang didasarkan peristiwa sejarah yang sudah
bercampur dengan fantasi rakyat.
Contoh : Hikayat Hang Tuah, Syariah Melayu, Ciungwanana, dan sebagainya.
3.Mite

8

Mite merupakan cerita rakyat yang didasarkan peristiwa atau kejadian dikalangan
rakyat yang berdasarkan pada kepercayaan lama, terutama yang berhubungan
dengan dewa-dewi, roh halus, atau kekuatan gaib.
Contoh : Nyi Roro Kidul, Jaka Tarub, dan sebagainya.
4.Fabel
Fabel merupakan cerita rakyat yang menggambarkan watak dan budi manusia yang
pelakunya diperankan oleh binatang.
Contoh : Cerita Kancil yang Cerdik, Hikayat Kalila danDurina, Hikayat Bayan
Budiman, dan sebagainya.

5.Paralel
Paralel merupakan cerita rakyat yang tokohnya adalah manusia dan hewan.
Contoh : Anjing yang Loba, Semut dan belalang, Hikayat mahabrata, Hikayat
Ramayana, dansebagainya.

6.Cerita penggeli hati
Cerita penggeli hati merupakan cerita rakyat yang berisikan kisah lucu atau
jenaka.Contoh : Cerita pak kodok, cerita pak belalang, cerita pak pander, cerita
lebai malang dan sebagainy

7.Hikayat
Hikayat adalah salah satu bentuk sastra karya prosa lama yang isinya berupa
cerita, kisah, dongeng maupun sejarah. Umumnya mengisahkan tentang
kepahlawanan seseorang, lengkap dengan keanehan, kekuatan/ kesaktian, dan
mukjizat sang tokoh utama.
-

Macam-macam Hikayat berdasarkan asalnya, diklasifikasikan menjadi 4 :

1. Melayu Asli
Hikayat Hang Tuah (bercampur unsur islam)
Hikayat Si Miskin (bercampur unsur islam)

9

Hikayat Indera Bangsawan
Hikayat Malim Deman

2. Pengaruh Jawa
Hikayat Panji Semirang
Hikayat Cekel Weneng Pati
Hikayat Indera Jaya (dari cerita Anglingdarma)

3. Pengaruh Hindu (India)
Hikayat Sri Rama (dari cerita Ramayana)
Hikayat Perang Pandhawa (dari cerita Mahabarata)
Hikayat Sang Boma (dari cerita Mahabarata)
Hikayat Bayan Budiman

4. Pengaruh Arab-Persia
Hikayat Amir Hamzah (Pahlawan Islam)
Hikayat Bachtiar
-

Ciri-ciri Hikayat :

1. Anonim : Pengarangnya tidak dikenal
2. Istana Sentris : Menceritakan tokoh yang berkaitan dengan kehidupan istana/
kerajaan
3. Bersifat Statis : Tetap, tidak banyak perubahan
4. Bersifat Komunal : Menjadi milik masyarakat
5. Menggunakan bahasa klise : Menggunakan bahasa yang diulang-ulang
6. Bersifat Tradisional : Meneruskan budaya/ tradisi/ kebiasaan yang dianggap baik
10

7. Bersifat Didaktis : Didaktis moral maupun didaktis religius (Mendidik)
8. Menceritakan Kisah Universal Manusia : Peperangan antara yang baik dengan
yang buruk, dan dimenangkan oleh yang baik
9. Magis : Pengarang membawa pembaca ke dunia khayal imajinasi yang serba
indah.

Sifat Cerita Rakyat
• Disampaikan secara lisan. Satu sifat sastra rakyat yang utama terletak pada
cara penyampaiannya. Pada lazimnya sastra rakyat disampaikan melalui
pertuturan.Ia dituturkan secara individu kepada indivdu yang lain atau sekumpulan
individu yang lain. Misalnya seorang datuk akan menuturkan suatu cerita kepada
seorang bapak, seterusnya dari seorang bapak dituturkan kepada seorang cucu.
Selain itu, ia juga disampaikan oleh seorang yang profesional, yang kerjanya
"bercerita" kepada anggota masyarakat yang lain. Dalam masyarakat melayu,
profesional ini dikenali sebagi "tok cerita" ataupun "pawang", yang telah menghafal
cerita-cerita tertentu daripada seorang guru, untuk menyampaikan cerita dengan
cara yang menarik kepada orang kampung, untuk menghiburkan orang kampung
yang berkenaan.
• Seringkali kali mengalami perubahan. Sastra rakyat merupakan suatu yang
dinamik, di mana ia akan mengalami pokok tambah ataupun , menurut peredaran
zaman. Daripada itu, kita boleh menjumpai berbagai variasi untuk suatu cerita
rakyat di tempat yang berlain. Malahan, bagi seorang tok cerita, beliau mungkin
akan melakukan perbuahan ke atas ceritanya secara spontan, semasa
menyampaikan cerita kepada khalayak.

Merupakan kepunyaan bersama. Soal hak cipta tidak wujud pada sastra rakyat.
Tiada siapa-siapa yang akan mengaku bahwa dialah pengarang bagi cerita rakyat
yang tertentu. Bagi tok cerita ataupun pelipurlara yang kerjanya bercerira, beliau
juga tidak mengakui dirinya sebagai pengarang cerita berkenan, melainkan
meletakkan kepengarangan cerita berkenan kepada seorang individu yang
anonmious, yakni Yang punya Cerita.
• Sering memiliki unsur irama. Cerita pelipur lara yang disampaikan oleh pawang
ataupun tok cerita senantiasa melindungi unsur irama yang menarik. Pengaturan ini
adalah supaya cerita itu lebih menghibur bersamping untuk memudahkan tok cerita
menghafal.
“Cerita Rakyat Sulawesi Tenggara Anawangguluri dan Oheo”

11

Dahulu, ada seorang pemuda bernama Oheo.Pekerjaannya sehari-hari adalah
bertani.Pada suatu hari Oheo membuka kebun di hutan.Kebun itu ditanami tebu
yang tumbuh dengan subur.
Pada saat tanaman tebunya tua, banyak burung nuri yang turun mandi di sungai
dekat kebun itu.Sebelum mandi, burung-burung itu lebih dahulu makan
tebu.Sehingga ampas tebu berhamburan di tepi sungai.Melihat kejadian itu Oheo
sangat kesal dan jengkel pada burung-burung itu.
Suatu ketika Oheo pergi mengintip burung-burung itu. Namun apa yang dilihatnya
sungguh membuatnya tercengang. Ia melihat tujuh orang bidadari cantik sedang
mandi. Bidadari-bidadari itu turun dari khayangan.Pakaian mereka diletakkan di
pinggir sungai.
Dengan hati berdebar-debar, Oheo merayap menuju ke tempat pakaian-pakaian itu.
Dengan cepat Oheo mengambil sebuah pakaian bidadari itu. Kemudian ia segera
pulang. Disimpannya pakaian itu dalam ujung kasau bambu dekat jendela.Sesudah
itu, Oheo kembali mengintip perilaku para bidadari yang sedang mandi.
Usai mandi, para bidadari bergegas mengenakan pakaian mereka masingmasing.Yang sudah selesai berpakaian langsung terbang tanpa menunggu yang
lainnya.
Satu demi satu mereka terbang.Tinggallah seorang bidadari yang mondar–mandir
mencari pakaiannya.Tentu saja tidak tertemukan. Tidak berapa lama muncullah
Oheo, si biang keladi yang menyebabkan sang bidadari terus berendam di dalam
air.
Sambil tetap berendam dalam air karena malu, Anawangguri nama bidadari itu
bertanya kepada Oheo. “Apakah engkau melihat pakaianku disini?”
“Tidak.” jawab Oheo.
Anawangguluri semakin sedih.
“Tolonglah aku, Oheo. Kasihanilah daku. Kakak-kakakku sudah terbang semua.”
tutur Anawangguluri.
Lama-kelamaan Oheo merasa iba kepadanya.
“Aku akan memberikan pakaianmu, asal kau mau kawin denganku.” tuturnya.
Anawangguluri menerima permintaan itu. Namun, Anawangguluri minta kepada
Oheo, ?Bila di kemudian hari kita mempunyai anak, maka kaulah yang
membersihkan kotoran anak kita,? tutur Anawangguluri.
Oheo pun menerima permintaannya.Maka kawinlah mereka.Sejak saat itu hidup
mereka aman dan bahagia.
12

Pada suatu ketika lahirlah anak mereka.Seperti dalam perjanjian semula bahwa,
setiap anaknya buang air besar maka Oheolah yang membersihkannya.Begitulah
seterusnya.
Sekali waktu, Oheo sedang mengayam atap di halaman rumah.Sementara itu anak
mereka buang air besar lagi.Maka Anawangguluri memanggil suaminya.Namun, kali
ini dia menolak panggilan istrinya.Berkali-kali istrinya memanggil, tetapi tetap
ditolaknya, bahkan Oheo berkeras dan menyuruh istrinya untuk membersihkan
kotoran itu. Anawangguluri sempat berkata,
“Apakah kamu telah melupakan janjimu dahulu sebelum kita kawin?”
Oheo menjawabnya dengan nada keras, “Tak usah mengingat lagi yang lama”
Anawangguluri bertambah sedih.
Sambil berderai air matanya, ia membersihkan kotoran anaknya itu. Kemudian
Anawangguluri berdiri ke depan jendela sambil menyaksikan pemandangan alam.
Pandangan matanya dilemparkan kesana kemari, melihat ke angkasa.Tiba-tiba
terlihat olehnya pakaiannya diujung kasau bambu itu. Dengan tangan yang
gemetar, perlahan-lahan ia menarik pakaian itu.
Kiranya pakaian itu masih utuh. Alangkah senang hatinya ia duduk kembali
menggendong anaknya sambil mencumbuinya. Diciumi anaknya, sesudah itu
diletakkannya kembali di lantai seraya memanggil suaminya.
Oheo, jagalah anakmu ini, aku akan kembali ke kayangan.?
Mula-mula dia tidak percaya akan hal itu. Setelah dua kali dipanggilnya, Oheo
beranjak dari duduknya halaman rumah. Sampai di dalam rumah, Anawangguluri
telah terbang lagi dan hinggap di pohon pinang. Oheo mengejarnya terus, tetapi
sia-sia.Anawangguluri terbang terus dan hinggap lagi di pohon kelapa. Akhirnya, ia
terbang ke angkasa kembali ke kayangan.
Oheo merasa sedih, menyesali perbuatannya.Ia merasa bingung karena ditinggali
anak kecil. Bagaimana cara merawat anak kecil, ia sendiri bingung. Itu sebabnya, ia
berusaha berkeliling minta bantuan kepada siapa saja yang mau mengantarkannya
ke angkasa. Berhari-hari ia keliling, tetapi belum ada yang mengaku bisa
mengantarnya ke angkasa.
Pada suatu ketika ada sejenis tumbuhan bernama ?Ue-Wai? mengaku mau
mengantarkan Oheo ke khayangan. Tetapi dengan syarat Oheo harus membuatkan
Ue-Wai cincin untuk dipasang pada setiap tangkai daun.
Permintaan Ue-Wai itu dipenuhinya.Ue-Wai menyuruh Oheo duduk di tangkainya
kemudian menggendong anaknya erat-erat.Sebelum tumbuhan itu menjulang ke
angkasa, lebih dahulu, Ue-Wai memberikan petunjuk kepada Oheo.
13

“Setelah kita berada di angkasa, kita akan mendengarkan bunyi keras. Bunyi
pertama, tutup matamu erat-erat. Bunyi kedua bukalah matamu.”
Petunjuk itu harus diikutinya.Benar juga, setelah berada diangkasa, bunyi keras
meledak.Mata Oheo ditutupnya erat-erat.Bunyi kedua, membuka mata.Alangkah
kagetnya ketika itu sudah berada di halaman istana raja khayangan.Sementara itu,
putri-putri raja sedang berjalan-jalan disekitar istana.Salah seorang dari putri itu,
melihat Oheo sedang duduk di halaman.Kejadian itu segera dilaporkan kepada
ayahnya, Tuan Raja.
“Coba perhatikan manusia itu, jangan-jangan Oheo bersama anaknya..” titah Raja.
Setelah diperhatikan ternyata benar, bahwa yang datang itu adalah manusia dari
bumi bernama Oheo, yang sedang mencari istrinya. Oheo tidak diperkenankan
bertemu dengan istrinya, Anawangguluri, kecuali kalau lulus dalan ujian berat. Ujian
itu adalah Oheo harus mampu menumbangkan batu besar, sebesar istana,
kemudian harus memungut bibit padi yang dihambur di padang rumput tanpa sisa
dan masih ada ujian berat lainnya. Ujian pertama lulus dengan dibantu oleh tikus,
burung dan hewan lain. Ujian yang terberat lagi, yaitu harus dapat bertemu dengan
istrinya dalam sebuah tempat tidur di waktu malam gelap gulita. Sementara itu
tempat tidur sama bentuknya.
Ia diperintahkan oleh raja. Ia harus menemukan istrinya. Kalau tidak dapat, jiwanya
akan terancam. Disaat itulah ia merasa tidak mampu memecahkan masalah.
Sementara ia termenung, datanglah kunang-kunang seraya bertanya kepada
Oheo. ?Apa gerangan yang membuat engkau bingung??
Aku mempunyai masalah berat. Sulit rasanya mencari istriku di dalam gelap gulita
ini, sementara bentuk tempat tidur sama, muka istriku dengan saudara-saudaranya
yang lain itu sama pula.?
Jangan khawatir, ikutilah aku. Aku terbang, dimana aku hinggap disitulah istrimu.?
Hati Oheo sungguh gembira sekali mendengar petunjuk itu.Ia memperhatikan
kunang-kunang terbang.
Tiba-tiba kunang-kunang itu hinggap pada sebuah tempat tidur.Dengan hati
gemetar, Oheo masuk ketempat tidur itu.Ternyata, memang benar disitulah
istrinya.Anaknya pun merasa bahagia dapat tidur bersama ibunya lagi.
Keesokan harinya sang raja memerintahkan mereka untuk segera turun ke bumi.
Anawangguluri merasa sedih hati ketika mendengar perintah ayahnya
itu.Sebaliknya, Oheo merasa gembira sekali.Mereka segera mempersiapkan
peralatan secukupnya untuk segera turun ke bumi.Setelah dipersiapkan segala
sesuatunya, turunlah mereka ke bumi dengan tali.Dalam sekejap saja mereka telah
sampai di bumi dengan selamat.
14

Sampai dibumi, Oheo bersama keluarganya mulai membentuk kembali keluarga
baru.Oheo mulai membuka kebun baru.Kebun itu ditanami dengan padi dan
tanaman lainnya.Dengan hasil kebun itu, Oheo bersama keluarganya hidup
sejahtera dan bahagia.
Cerita ini erat kaitannya dengan lingkungan hidup. Ketika Oheo dalam kesulitan ia
ditolong oleh tanaman, hewan dan serangga hingga sampai di khayangan. Ini
disebabkan Oheo memang akrab dengan lingkungan hidup dan selalu menjaga
alam sekitar dan melestarikannya.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa cerita rakyat merupakan cerita
zaman dahulu dan di wariskan kepada masyarakat secara turun temurun. Salah
satu sifat sastra rakyat yang utama terletak pada cara penyampaiannya. Pada
lazimnya sastra rakyat disampaikan melalui pertuturan. Ia dituturkan secara
individu kepada indivdu yang lain atau sekumpulan individu yang lain. Misalnya
seorang datuk akan menuturkan suatu cerita kepada seorang bapak, seterusnya
dari seorang bapak dituturkan kepada seorang cucu. Selain itu, ia juga disampaikan
oleh seorang yang profesional, yang kerjanya "bercerita" kepada anggota
masyarakat yang lain. Dalam masyarakat melayu, profesion ini dikenali sebagai "tok
cerita" ataupun "pawang", yang telah menghafal cerita-cerita tertentu daripada
seorang guru, untuk menyampaikan cerita dengan cara yang menarik kepada orang
kampung, untuk menghibur orang kampung yang berkenan.

15

DAFTAR PUSTAKA

Buku Grafindo KTSP. 2006.
Bunandra, Murti. 1998. Penulisan Cerita Rakyat. Jakarta: Balai Pustaka.
Danadjaja, James. 1986. Folklor Indonesia. Jakarta: PT. Pustaka Utama Aksara.
Endraswara, Suwardi. 2009. Metodologi Penelitian Folklor : Konsep, Teori, dan
Aplikasi, Yogyakarta: Media Press.
Kurniawan, Herlan. 2008. Cerita Rakyat Kahyangan di Kelurahan Dlepih Kecamatan
Tirtomoyo Kabupaten Wonogiri dan Fungsinya bagi Masyarakat: Tinjauan Resepsi.
Surakarta: Skripsi Universitas Surakarta.
Sumardjo, Jakob. 1998. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: PT. Gramedia.
Suyitno.1986. Sastra Tata Nilai dan Eksigegis. Yogyakarta: Balai Pustaka.
16

Zulfahnur, dkk. 2006. Teori Sastra. Jakarta: Depdikbud.i, Yogyakarta: Media Press.

17