Modul III Peningkatan Kemampuan Organisasional Komite Sekolah

MODUL III

Peningkatan
Kemampuan Organisasional
Komite Sekolah

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR
KEGIATAN PEMBINAAN DEWAN PENDIDIKAN/KOMITE SEKOLAH YANG TERBINA
JAKARTA, 2012

ii

PENINGKATAN KEMAMPUAN ORGANISASIONAL KOMITE SEKOLAH

SAMBUTAN SEKRETARIS DIREKTORAT
JENDERAL PENDIDIKAN DASAR

Peran serta masyarakat dalam bidang pendidikan merupakan amanat UU Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Peran serta masyarakat tersebut diwujudkan dalam
wadah Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah untuk meningkatkan mutu pelayanan pendidikan

dengan memberikan pertimbangan, arahan dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana, serta
pengawasan pendidikan. Agar Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah dapat melaksanakan
fungsi tersebut secara optimal, maka Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah perlu ditingkatkan
kinerjanya, melalui upaya pemberdayaan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah.
Secara kuantitatif, Dewan Pendidikan Kabupaten/Kota telah dibentuk di hampir di
seluruh kabupaten/kota di Indonesia. Demikian pula, Komite Sekolah telah dibentuk di
seluruh satuan pendidikan di Indonesia, baik negeri maupun swasta. Namun secara kualitatif,
keberadaan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah/Madrasah memang belum sepenuhnya
dapat mendorong peningkatan mutu layanan pendidikan. Salah satu faktor penyebabnya
antara lain karena masih rendahnya pemahaman masyarakat dan pemangku kepentingan
pendidikan (stakeholder) tentang kedudukan, fungsi dan tugas Dewan Pendidikan dan Komite
Sekolah. Untuk meningkatkan kinerja Komite Sekolah/Madrasah, maka diluncurkan program
pemberdayaan Komite Sekolah, yang akan dilakukan secara bottom-up oleh Dewan Pendidikan
Kabupaten/Kota. Untuk itu, kegiatan TOT Fasilitator Pemberdayaan Komite Sekolah dimaksudkan
untuk menyiapkan SDM-nya. Sedang untuk menyiapkan materinya, telah disiapkan Modul
Pemberdayaan Komite Sekolah ini berserta paparan power point-nya.
Modul Pemberdayaan Komite Sekolah ini terdiri atas tiga tajuk, yang urutannya berbeda
dengan modul yang disusun pada tahun 2009. Modul Pemberdayaan Komite Sekolah yang
disusun pada tahun 2012 ini urutannya diubah menjadi: (1) Peningkatan Wawasan Kependidikan
Pengurus Komite Sekolah, (2) Penguatan Kelembagaan Komite Sekolah, dan (3) Peningkatan

Kemampuan Organisasional Pengurus Komite Sekolah. Modul-modul tersebut disusun oleh tim
penulis yang juga akan menjadi pemandu dalam kegiatan TOT Pemberdayaan Komite Sekolah.

iv

PENINGKATAN KEMAMPUAN ORGANISASIONAL KOMITE SEKOLAH

Kami menaruh harapan besar agar modul ini dapat menjadi bahan yang bermanfaat
untuk meningkatkan kinerja Komite Sekolah. Kepada tim penulis dan pemandu kegiatan TOT
Pemberdayaan Komite Sekolah, kami menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih.
Jakarta, Maret 2012
a.n. Direktur Jenderal Pendidikan Dasar
Sekretaris Direktorat Jenderal,

Dr. Thamrin Kasman
NIP196011261988031001

KATA PENGANTAR

Dalam paradigma lama, hubungan keluarga, sekolah, dan masyarakat dipandang

sebagai institusi yang terpisah-pisah. Pihak keluarga dan masyarakat dipandang tabu
untuk ikut campur tangan dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Apalagi
sampai masuk ke wilayah kewenangan profesional para guru. Dewasa ini, paradigma
lama ini dalam batas-batas tertentu telah ditinggalkan. Keluarga memiliki hak untuk
mengetahui tentang apa saja yang diajarkan oleh guru di sekolah. Orangtua siswa
memiliki hak untuk mengetahui dengan metode apa anak-anaknya diajar oleh guruguru mereka. Dalam paradigma transisional, hubungan keluarga dan sekolah sudah
mulai terjalin, tetapi masyarakat belum melakukan kontak dengan sekolah. Dalam
paradigma baru (new paradigm) hubungan keluarga, sekolah, dan masyarakat harus
terjalin secara sinergis untuk meningkatkan mutu layanan pendidikan, termasuk untuk
meningkatkan mutu hasil belajar siswa di sekolah.
Sekolah adalah sebuah pranata sosial yang bersistem, terdiri atas komponenkomponen yang saling terkait dan pengaruh mempengaruhi. Komponen utama
sekolah adalah siswa, pendidik dan tenaga kependidikan lainnya, kurikulum, serta
fasiltias pendidikan. Selain itu, pemangku kepentingan (stakeholder) juga mempunyai
pengaruh yang besar terhadap proses penyelenggaraan dan peningkatan mutu
pendidikan. Dalam hal ini orangtua dan masyarakat merupakan pemangku kepentingan
yang harus dapat bekerja sama secara sinergis dengan sekolah.
Proses penyelenggaraan pendidikan kini menggunakan pola manajemen yang
dikenal dengan manajemen berbasis sekolah (MBS), yang dalam aspek teknis edukatif
dikenal dengan manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah (MPMBS). Untuk itu,
maka orangtua siswa, khususnya yang tergabung dalam Komite Sekolah juga harus

memahami pola manajemen sekolah tersebut.
Dalam kegiatan Managing Basic Education (MBE), orangtua siswa di setiap kelas
di suatu sekolah membentuk Paguyuban Kelas, yang beranggotakan orangtua siswa
dengan tugas membantu guru kelas dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran

vi

PENINGKATAN KEMAMPUAN ORGANISASIONAL KOMITE SEKOLAH

dengan konsep PAKEM (pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan). Ini
merupakan satu bentuk keterlibatan keluarga dan masyarakat dalam penyelenggaraan
pendidikan. Oleh karena itu, Komite Sekolah perlu memahami wawasan kependidikan
tersebut.
Modul ketiga ini meliputi lima bagian yang saling terkait, yaitu: (1) Membangun
Komite Sekolah yang Efektif, (2) Menyusun Program Kerja Komite Sekolah, (3)
Membangun Keterlibatan Komite Sekolah dalam Penyusunan Rencana Pengembangan
Sekolah (RPS), (4) Menyusun Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah
(RAPBS), dan (5) Menjalin Hubungan dan Kerjasama Komite Sekolah dengan Institusi
yang Terkait.


Tim Penulis,

DAFTAR ISI

SAMBUTAN SEKRETARIS DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR ------- I
KATA PENGANTAR ----------------------------------------------------------------------------- II
DAFTAR ISI --------------------------------------------------------------------------------------- III
MODUL 3.1: MEMBANGUN KOMITE SEKOLAH YANG EFEKTIF --------------------- 1
A. PENDAHULUAN --------------------------------------------------------------------------------- 1
B. FUNGSI DAN TUGAS KOMITE SEKOLAH-------------------------------------------------- 1
C. SEKOLAH EFEKTIF ------------------------------------------------------------------------------ 4
D. KOMITE SEKOLAH SEKOLAH EFEKTIF ----------------------------------------------------- 6
E. PENUTUP------------------------------------------------------------------------------------------ 10
MODUL 3.2: MENYUSUN PROGRAM KERJA KOMITE SEKOLAH -------------------- 11
A. PENDAHULUAN --------------------------------------------------------------------------------- 11
B. LANGKAH PENYUSUNAN PROGRAM KERJA KOMITE SEKOLAH ------------------- 12
C. ORGANISASI KOMITE SEKOLAH YANG EFEKTIF ---------------------------------------- 14
D. PENUTUP------------------------------------------------------------------------------------------ 15
MODUL 3.3: MEMBANGUN KETERLIBATAN KOMITE SEKOLAH DALAM
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN SEKOLAH (RPS) ---------------------- 17

A. PENDAHULUAN --------------------------------------------------------------------------------- 17
B. KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DASAR ----------------------------------- 17
C. HAKIKAT RENCANA PENGEMBANGAN SEKOLAH (RPS) ----------------------------- 18
D. PROSES PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN SEKOLAH ------------------ 19
E. PENUTUP------------------------------------------------------------------------------------------ 20

viii PENINGKATAN KEMAMPUAN ORGANISASIONAL KOMITE SEKOLAH

MODUL 3.4: MENYUSUN RENCANA ANGGARAN PENDAPATAN DAN
BELANJA SEKOLAH (RAPBS) ----------------------------------------------------------------- 25
A. PENDAHULUAN --------------------------------------------------------------------------------- 25
B. PENGERTIAN RAPBS --------------------------------------------------------------------------- 25
C. PENYUSUNAN RAPBS TERKAIT DENGAN RPS ------------------------------------------ 26
D. PROSES PENYUSUNAN RAPBS -------------------------------------------------------------- 27
E. PENUTUP------------------------------------------------------------------------------------------ 29
MODUL 3.5: MENJALIN HUBUNGAN DAN KERJA SAMA KOMITE SEKOLAH
DENGAN INSTITUSI YANG TERKAIT ------------------------------------------------------- 31
A. PENDAHULUAN --------------------------------------------------------------------------------- 31
B. PENDEKATAN PROGRAM KERJASAMA DI BIDANG PENDIDIKAN ----------------- 31
C. PRINSIP DASAR HUBUNGAN DAN KERJA SAMA --------------------------------------- 33

D. KEKELIRUAN/SALAH PERSEPSI TENTANG KERJASAMA KOMITE SEKOLAH
DENGAN PIHAK LAIN -------------------------------------------------------------------------- 34
E. PENUTUP------------------------------------------------------------------------------------------ 35
PAPARAN 3.1: MEMBANGUN KOMITE SEKOLAH YANG EFEKTIF -----------------------PAPARAN 3.2: MENYUSUN PROGRAM KERJA KOMITE SEKOLAH ----------------------PAPARAN 3.3: MEMBANGUN KETERLIBATAN KOMITE SEKOLAH DALAM
PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN SEKOLAH (RPS) ---------------------------PAPARAN 3.4: MENYUSUN RENCANA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA
SEKOLAH (RAPBS) -----------------------------------------------------------------------------------PAPARAN 3.5: MENJALIN HUBUNGAN DAN KERJA SAMA KOMITE SEKOLAH
DENGAN INSTITUSI YANG TERKAIT--------------------------------------------------------------

36
39
45
48
51

MODUL 3.1:
MEMBANGUN KOMITE SEKOLAH YANG
EFEKTIF
A. PENDAHULUAN

Komite Sekolah merupakan suatu badan yang mewadahi peran serta

masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan dan efisiensi
pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan. Badan ini bersifat mandiri, tidak
mempunyai hubungan hirarkis dengan sekolah maupun lembaga pemerintah
lainnya.
Komite Sekolah/Madrasah merupakan penyempurnaan dan perluasan
badan kemitraan dan komunikasi antara sekolah dengan masyarakat. Sampai
tahun 1994 mitra sekolah hanya terbatas dengan orang tua peserta didik dalam
wadah yang disebut dengan POMG (persatuan Orang Tua dan Guru). Pada tahun
1994 sampai pertengahan 2002 terjadi perluasan peran menjadi BP3 (Badan
Pembantu Penyelenggaraan Pendidikan) yang personilnya terdiri atas orang tua
dan masyarakat di sekitar sekolah. Sejak pertengahan tahun 2002 wadah tersebut
bertambah fungsinya sekaligus perluasan personilnya yang terdiri atas orang
tua dan masyarakat luas yang peduli terhadap pendidikan yang tidak hanya di
sekitar sekolah. Perbedaan yang prinsip antara BP3 dengan Komite Sekolah adalah
dalam fungsi dan tugas, keanggotaan, serta dalam pemilihan dan pembentukan
kepengurusan.
Dalam perspektif Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), Komite Sekolah
merupakan mitra sekolah dalam meningkatkan mutu, pemerataan dan efisiensi
pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan. Persoalannya, bagaimana
membangun Komite Sekolah yang efektif, sehingga dapat berperan sebagaimana

harapannya.

B. FUNGSI DAN TUGAS KOMITE SEKOLAH

Berdasarkan Pasal 196 (1)PP Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan
dan Penyelenggaraan Pendidikan, dijelaskan bahwa Komite Sekolah/Madrasah
berfungsi dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan dengan:

2

PENINGKATAN KEMAMPUAN ORGANISASIONAL KOMITE SEKOLAH

1.

Memberikan pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan di tingkat satuan pendidikan;

2.

Memberikan arahan dan dukungan (supporting agency) baik dalam bentuk
tenaga, sarana dan prarasana pendidikan;


3.

Melakukan pengawasan (controlling agency) pada tingkat satuan pendidikan.

Selanjutnya, Pasal 196 (3) PP Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan
dan Penyelenggaraan Pendidikan, dijelaskan bahwa: Komite Sekolah/Madrasah
memperhatikan dan menindaklanjuti terhadap keluhan, saran, kritik, dan aspirasi
masyarakat terhadap satuan pendidikan. Dengan demikian dengan pelaksanaan
tugas Komite Sekolah ini, keberadaan Komite Sekolah/Madrasah akan:
1.

Mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan yang bermutu.

2.

Memberikan masukan, saran dan pertimbangan, serta rekomendasi, baik
secara lisan maupun tertulis kepada satuan pendidikan sebagai upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan pendidikan dan juga mutu pendidikan
secara keseluruhan, antara lain dalam hal:
a. Kebijakan dan program pendidikan;

b. Penyusunan Reancana Anggaran dan Pendapatan dan Belanja Sekolah
(RAPBS);
c. Kriteria Kinerja satuan pendidikan;
d. Kriteria tenaga kependidikan;
e. Kriteria fasilitas pendidikan; dan
f. Hal-hal lain yang terkait dengan pendidikan.
3. Mendorong orang tua dan masyarakat berpartisipasi dalam pendidikan
guna mendukung peningkatan mutu dan pemerataan pendidikan.
4. Menggalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan.
5. Melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program, penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan.

Beberapa kegiatan yang teridentifikasi dalam melaksanakan peran Komite
Sekolah untuk meningkatkan layanan pendidikan di satuan pendidikan.
Pertama, sebagai pemberi pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan
dan pelaksanaan kebijakan pendidikan di tingkat satuan pendidikan, minimal dalam
memberikan masukan, pertimbangan dan rekomendasi kepada satuan pendidikan.

MODUL 3.1: MEMBANGUN KOMITE SEKOLAH YANG EFEKTIF

3

Supaya masukan tersebut sesuai dengan kebutuhan satuan pendidikan, diperlukan
informasi-informasi yang didasarkan pada kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

8.

Mengadakan pendataan kondisi sosial ekonomi masyarakat dan
sumberdaya pendidikan di masyarakat sekitar sekolah.
Menganalisis hasil pendataan sebagai bahan pemberian masukan,
pertimbangan dan rekomendasi kepada sekolah.
Menyampaikan masukan, pertimbangan atau rekomendasi secara tertulis
kepada sekolah.
Memberikan pertimbangan kepada sekolah dalam rangka pengembangan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Memberikan pertimbangan kepada sekolah untuk meningkatan mutu
pembelajaran.
Memberikan pertimbangan kepada sekolah untuk menyelenggarakan
pembelajaran yang menyenangkan (PAKEM).
Memberikan masukan dan pertimbangan kepada sekolah dalam
penyusunan visi, misi, tujuan, kebijakan, program dan kegiatan pendidikan
di sekolah.
Memberikan masukan dan pertimbangan kepada sekolah dalam
penyusunan RAPBS.

Kedua, sebagai pendukung (supporting agency) baik yang berwujud finansial,
pemikiran, maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan
pendidikan, minimal dalam mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen
masyarakat terhadap penyelengaraan pendidikan yang bermutu, dalam bentuk
kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.

Mengadakan pertemuan secara berkala dengan stakeholders di lingkungan
sekolah;
Mendorong peran serta masyarakat dan dunia usaha/industri untuk
mendukung penyelenggaraan pembelajaran yang bermutu;
Memotivasi masyarakat kalangan menengah ke atas untuk meningkatkan
komitmennya bagi upaya peningkatan mutu pembelajaran di sekolah.
Mendorong orang tua dan masyarakat untuk berpartisipasi dalam
pendidikan, seperti: (a) mendorong peran serta masyarakat dan dunia
usaha/industri dalam penyediaan sarana/prasarana serta biaya pendidikan
untuk masyarakat tidak mampu, (b) memotivasi masyarakat untuk
membantu pelaksanaan kebijakan pendidikan sekolah.

Ketiga, sebagai pengontrol (controlling agency) dalam rangka tranparansi
dan akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan.
Minimal melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program,

4

PENINGKATAN KEMAMPUAN ORGANISASIONAL KOMITE SEKOLAH

penyelenggaraan, dan keluaran pendidikan dari satuan pendidikan, dalam bentuk
kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1.
2.

Meminta penjelasan sekolah tentang hasil belajar siswa di sekolahnya.
Mencari penyebab ketidakberhasilan belajar siswa, dan memperkuat
berbagai hal yang menjadi keberhasilan belajar siswa.

Komite Sekolah menyampaikan hasil kajian pelaksanaan program sekolah
kepada stakeholder secara periodik, baik yang berupa keberhasilan maupun
kegagalan dalam pencapaian tujuan dan sasaran program sekolah. Selain itu,
Komite Sekolah juga menyampaikan laporan pertanggungjawaban bantuan
masyarakat baik berupa materi, maupun non materi kepada masyarakat dan
pemerintah setempat.
Mediator antara pemerintah dengan masyarakat di satuan pendidikan,
seperti:
1.

2.

Melakukan kerjasama dengan masyarakat baik perorangan, organisasi
pemerintah dan kemasyarakatan untuk penyelenggaraan pendidikan dan
pembelajaran yang bermutu.
a.
Membina hubungan dan kerjasama yang harmonis dengan seluruh
stakeholders pendidikan di sekitar sekolah.
b.
Mengadakan penjajagan tentang kemungkinan untuk dapat
mengadakan kerjasama dengan lembaga lain di luar sekolah untuk
memajukan mutu pembelajaran di sekolah.
Menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan dan berbagai
kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh masyarakat, dalam bentuk:
a.
Menyebarkan kuesioner untuk memperoleh masukan, saran dan ide
kreatif dari stakeholder pendidikan di sekitar sekolah.
b.
Menyampaikan laporan kepada masyarakat secara tertulis tentang
hasil pengamatannya terhadap perkembangan pendidikan di daerah
sekitar sekolahnya.

C. SEKOLAH EFEKTIF

1. Pengertian Sekolah Efektif
Sekolah efektif dapat diartikan sekolah yang dapat mencapai tujuan dan
sasaran pendidikan yag telah ditetapkan. Pengertian di atas mengisyaratkan
bahwa sekolah efektif adalah sekolah yang melakukan tugas dan fungsinya
dengan benar, hal ini berkaitan dengan apa yang seharusnya dikerjakan sekolah
dan bagaiman hasilnya. Dalam konteks MBS, sekolah efektif adalah sekolah
yang dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkannya sendiri.
Sekolah efektif, menurut Peter Mortimore (1996) adalah: “A high performing

MODUL 3.1: MEMBANGUN KOMITE SEKOLAH YANG EFEKTIF

5

school, through its well-established system promotes the highest academic and
other achievements for the maximum number of students regardless of its socioeconomic background of the families”.
Sementara Cheng (1996) mendefinisikan sekolah efektif adalah sekolah
yang memiliki kemampuan dalam menjalankan fungsinya secara maksimal,
baik fungsi ekonomis, fungsi sosial kemanusiaan, fungsi politis, fungsi budaya
maupun fungsi pendidikan. Fungsi ekonomis sekolah adalah memberi bekal
kepada siswa agar dapat melakukan aktivitas ekonomi sehingga dapat hidup
sejahtera. Fungsi sosial kemanusiaan adalah sekolah sebagai media bagi siswa
untuk beradaptasi dengan kehidupan masyarakat. Fungsi politis sekolah adalah
sebagai wahana untuk memperoleh pengetahuan tentang hak dan kewajiban
sebagai warganegara. Fungsi budaya sekolah adalah media untuk melakukan
transmisi dan transformasi budaya. Adapun fungsi pendidikan adalah sekolah
sebagai wahana untuk proses pendewasaan dan pembentukan kepribadian
siswa.
Dengan demikian sekolah efektif adalah sekolah yang dapat
mengoptimalkan semua sumber daya pendidikan dalam mencapai hasil
pendidikan, baik dalam bentuk      jumlah lulusan, prestasi lulusan, suasana
pembelajaran yang terpelihara dalam diri peserta didik.
2. Ciri Sekolah Efektif
Sekolah yang efektif pada umumnya memiliki sejumlah karakteristik
proses sebagai berikut :
1. Proses Belajar Mengajar (PBM) yang efektiitasnya tinggi. PBM menekankan
pada pemberdayaan siswa. PBM bukan hanya sekedar memorisasi dan recall, tetapi menekankan pada internalisasi tentang apa yang diajarkan sehingga tertanam dan berfungsi sebagai muatan nurani dan dihayati serta
dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari;
2. Kepemimpinan sekolah yang kuat. Kepala sekolah memiliki peran yang kuat
dalam mengkoordinasikan, menggerakkan, dan menyerasikan semua sumberdaya pendidikan yang tersedia. Oleh karena itu kepala sekolah dituntut
memiliki kemampuan manajemen dan kepemimpinan yang tangguh agar
mampu mengambil keputusan dan inisiatif/prakarsa untuk meningkatkan
mutu sekolah;
3. Lingkungan sekolah yang aman dan tertib. Sekolah yang memiliki lingkungan yang aman, tertib, dan nyaman akan membuat proses belajar-mengajar
dapat berjalan menyenangkan;
4. Pengelolaan tenaga kependidikan yang efektif. Pengelolaan tenaga kependidikan mulai dari analisis kebutuhan, perensanaan, pengembangan, evalu-

6

PENINGKATAN KEMAMPUAN ORGANISASIONAL KOMITE SEKOLAH

asi kinerja, hubungan kerja, sapai imbal jasa merupakan garapan penting
dalam implementasi MBS;
5. Sekolah memiliki budaya mutu. Semua warga sekolah memiliki komitmen
tentang mutu sehingga semuanya menyadari dan bersama-sama bergerak
untuk meningkatkan mutu;
6. Sekolah memiliki “teamwork” yang kompak, cerdas, dan dinamis. Hasil pendidikan merupakan hasil kolektif semua warga sekolah. Oleh karena itu kebersamaan semua warga sekolah sangat dituntut pelaksanaan MBS;
7. Sekolah memiliki kewenangan (kemandirian). Sekolah memiliki kewenangan untuk melakukan yang terbaik bagi sekolahnya, sehingga dituntut untuk memiliki kemampuan dan kesanggupan kerja yang tidak selalu menggantungkan pada atasan;
8. Partisipasi yang tinggi dari warga sekolah dan masyarakat. Partisipasi warga
sekolah dan masyarakat yang tinggi merupakan bagian kehidupan sekolah
yang melaksanakan MBS.
9. Sekolah memiliki keterbukaan (transparansi) manajemen. Keterbukaan/
transparansi ditujukan dalam pengambilan keputusan, perencanaan dan
pelaksanaan kegiatan, penggunaan uang, dan sebagainya yang selalu melibatkan pihak-pihak terkait sebagai alat kontrol;
10. Sekolah memiliki kemauan untuk berubah (psikologis dan isik). Perubahan
dalam arti ke arah yang lebih baik harus merupakan sesuatu yang menyenangkan bagi semua warga sekolah;
11. Sekolah melakukan evaluasi dan perbaikan secara berkelanjutan. Evaluasi
terus dilakukan secara berkelanjutan yang bukan hanya untuk mengukur
daya serap siswa tetapi juga sebagai umban balik untuk memperbaiki proses. Sejalan dengan itu perbaikanpun harus terus dilaksanakan;
12. Sekolah responsif dan antisipatif terhadap kebutuhan. Sekolah harus mampu membaca lingkungan dan menanggapinya secara cepat dan tepat;
13. Komunikasi yang baik. Komunikasi yang baik antar semua warga sekolah
perlu dipelihara dan dibina sehingga kegiatan-kegiatan yang dilakukan
oleh masing-masing warga sekolah dapat diketahui;
14. Sekolah memiliki akuntabilitas. Akuntabilitas adalah bentuk pertanggungjawaban yang harus dilakukan sekolah terhadap keberhasilan program
yang telah dilaksanakan. Akuntabilitas ini berbentuk laporan prestasi yang
dicapai dan dilaporkan kepada pemerintah, orang tua siswa, dan masyarakat secara berkala.
D. KOMITE SEKOLAH EFEKTIF

Komite Sekolah dibentuk dengan maksud agar ada suatu organisasi
masyarakat sekolah yang mempunyai komitmen dan loyalitas serta peduli terhadap

MODUL 3.1: MEMBANGUN KOMITE SEKOLAH YANG EFEKTIF

7

peningkatan kualitas sekolah. Komite Sekolah yang dibentuk dapat dikembangkan
secara khas dan berakar dari budaya, demografis, ekologis, nilai kesepakatan, serta
kepercayaan yang dibangun sesuai dengan potensi masyarakat setempat. Oleh
karena itu, Komite Sekolah yang dibangun harus merupakan pengembang kekayaan
filosifis masyarakat secara kolektif. Artinya, Komite Sekolah mengembangkan
konsep yang berorientasi kepada pengguna (client model), berbagi kewenangan
(power sharing and advocacy model), dan kemitraan (partnership model) yang
difokuskan pada peningkatan mutu pelayanan pendidikan.
Tujuan dibentuknya Komite Sekolah sebagai suatu organisasi masyarakat
sekolah adalah:
1.

2.
3.

Mewadahi dan menyalurkan aspirasi dan prakarsa masyarakat dalam
melahirkan kebijakan operasional dan program pendidikan di satuan
pendidikan.
Meningkatkan tanggung-jawab dan peran serta masyarakat dalam
penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan.
Menciptakan suasana dan kondisi transparan, akuntabel, dan demokratis
dalam penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan yang bermutu di
satuan pendidikan.

Keberadaan Komite Sekolah harus bertumpu pada landasan partisipasi
masyarakat dalam meningkatkan kualitas pelayanan dan hasil pendidikan di satuan
pendidikan/sekolah. Oleh karena itu, pembentukan Komite Sekolah harus memiliki
fungsi organisasi yang dijelaskan dalam Pasal 196 (1) PP Nomor 17 Tahun 2010
tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan sebagai berikut “Komite
sekolah/madrasah berfungsi dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan
dengan memberikan pertimbangan, arahan dan dukungan tenaga, sarana dan
prasarana, serta pengawasan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan”. Jika
dijabarkan secara operasional, fungsi Komite Sekolah adalah:
1.
2.

3.

Memberikan pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan dan
pelaksanaan kebijakan pendidikan di satuan pendidikan
Memberikan arahan dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana
(supporting agency), baik dalam bentuk finansial, pemikiran, maupun
tenaga dalam proses penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan.
Melaksanakan pengawasan (controlling agency) dalam rangka transparansi
dan akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan
pendidikan.
Di samping ketiga fungsi tersebut, Komite Sekolah juga menjadi lembaga

8

PENINGKATAN KEMAMPUAN ORGANISASIONAL KOMITE SEKOLAH

mediator (mediator agency) antara sekolah dengan masyarakat.
Sementara itu tugas Komite Sekolah dijelaskan sebagai berikut:
1.
2.

Memperhatikan keluhan, saran, kritik, dan aspirasi masyarakat terhadap
satuan pendidikan.
Menindaklanjuti keluhan, sarana, kritik, dan aspirasi masyarakat.
Dalam rumusan tugas Dewan Pendidikan, tugas menindaklanjuti ini
dimulai dari proses dengan cara melakukan analisis terhadap keluhan,
saran, kritik, dan aspirasi masyarakat terhadap satuan pendidikan, dan
kemudian menyampaikan hasil analisis tersebut kepada kepala sekolah
untuk dilakukan pemecahan masalah secara bersama-sama, termasuk
keseluruhan unsur Komite Sekolah.

Komite sekolah yang efektif adalah komite sekolah yang mampu melaksanakan
peran dan fungsinya untuk mencapai sekolah yang efektif. Kegiatan yang mendasar
yang perlu dilakukan oleh komite sekolah untuk menjadi komite sekolah yang
efektif, adalah dengan melakukan:
a. Penyamaan visi.
Sebuah organisasi dapat berjalan apabila semua anggota pengurus
dan anggota organisasi tersebut memiliki visi yang sama. Telah disinggung
di muka bahwa tujuan akhir dari keberadaan Komite Sekolah di setiap satuan
pendidikan atau kelompok satuan pendidikan adalah untuk meningkatkan
mutu pendidikan di satuan pendidikan tersebut. Ada prinsip yang harus
dipegang oleh semua anggota Komite Sekolah, yaitu Komite Sekolah tidak
mengambil fungsi pelaksanaan satuan pendidikan, dalam pengertian tidak
mengambil fungsi sebagai pelaksana, pemerintah, atau birokrasi.
b. Membangun Tim Yang Efektif
Sebuah organisasi tidak akan berjalan dengan baik apabila tidak terjadi
kebersamaan di dalam tim. Oleh karena itu perlu dibangun sistem kebersamaan,
yaitu membangun sebuah Team Work yang efektif (Paparan tentang Team
Work, tersedia secara terpisah).
c. Mengembangkan Kreativitas
Sebuah organisasi akan berjalan lebih cepat, efektif, dan efisien apabila
organisasi tersebut dipenuhi oleh orang-orang yang penuh kreativitas. Orang
yang kreatif adalah orang yang selalu bertanya tentang sesuatu yang dianggap
masalah. Orang kreatif adalah orang yang selalu berfikir untuk menemukan
solusi untuk memecahan suatu masalah. Orang yang kreatif selalu memiliki
gagasan-gagasan baru, yang kadang-kadang tidak pernah dipikirkan orang
lain. Organisasi yang baik adalah organisasi yang mendukung pengembangan

MODUL 3.1: MEMBANGUN KOMITE SEKOLAH YANG EFEKTIF

9

kreativitas.
d. Perangkat Organisasi Komite Sekolah
Perangkat organisasi Komite Sekolah minimal yang harus ada, yang
memungkinkan berjalannya roda organisasi Komite Sekolah adalah: Personel
Komite Sekolah, Struktur Organisasi disertai job description setiap personel dan
tata-hubungan antarpersonel, Panduan Organisasi (antara lain berupa AD/
ART), fasilitas penunjang (Kantor/Sekretariat, tenaga adminstrasi).
e. Kepengurusan.
Komite Sekolah yang terdiri atas personel yang dibentuk berdasarkan
ketentuan yang ada (dijelaskan pada topik Pembentukan Komite Sekolah)
dibentuk menjadi sebuah organisasi yang paling tidak terdiri atas Ketua,
Sekretaris, Bendahara, dan Anggota.
f. Struktur Organisasi.
Dalam keadaan organisasi Komite Sekolah dengan kegiatan yang lebih
kompleks, struktur organisasinya dapat lebih diperluas dengan beberapa Ketua
Bidang, dan beberapa Seksi.
g. Job description.
Guna menjalankan roda organisasi Komite Sekolah, perlu dibuat job
description bagi setiap personel pada setiap jabatan yang diembannya,
sehingga tidak terjadi tumpang tindih pelaksanaan tugas. Dalam hal ini job
description berupa panduan siapa mengerjakan apa dan masing-masing
personel bertanggung jawab atas terlaksananya tugas yang ia diemban. Terkait
dengan job description, juga disusun panduan tata-hubungan antarpersonel.
Misalnya Seksi Penggalangan dana masyarakat berada di bawah koordinasi
Ketua Bidang Sumberdaya. Salah satu hal yang penting diketahui oleh semua
angota pengurus Komite Sekolah adalah mengenal satu sama lain dan masingmasing mengetahui kelebihan (dan kalau mungkin kelemahan) masingmasing. Hal ini penting bagi penempatan personel pada jabatan tertentu
dalam organisasi Komite Sekolah. Perlu dihindari penempatan seseorang dalam
organisasi adalah berdasarkan kedudukan, kepangkatan, atau kekayaaan.
h. AD/ART.
AD/ART merupakan salah satu perangkat organisasi yang penting. Dalam
hal organisasi masih merupakan organisasi yang sederhana dengan kegiatan
yang masih terbatas, AD/ART tidak harus ada dulu. Akan tetapi Komite Sekolah
tetap harus memiliki panduan berorganisasi, dan roda organisasi berjalan
berdasarkan panduan tersebut. Dalam AD/ART atau Panduan Organisasi paling

10 PENINGKATAN KEMAMPUAN ORGANISASIONAL KOMITE SEKOLAH

tidak harus diatur mengenai: Dasar, Tujuan, dan kegiatan dari Komite Sekolah,
ketentuan keanggotaan dan kepengurusan (termasuk masa bakti), hak dan
kewajiban anggota dan pengurus, ketentuan tentang pengelolan keuangan,
mekanisme pengambilan keputusan, perubahan Panduan Organisasi atau AD/
ART, dan pembubaran organisasi
i.

Fasilitas Penunjang.
Sebuah organisasi dapat dikatakan mustahil berjalan tanpa didukung
oleh fasilitas penunjang. Fasilitas penunjang sebuah Komite Sekolah yang
paling sederhana adalah adanya meja kerja bagi Ketua Komite, baik di rumah
sang Ketua, di sebuah sekolah, atau bahkan di sebuah Kantor Khusus Komite
Sekolah yang memiliki fasilitas ruang-ruang kerja pengurus, ruang rapat,
fasilitas administrasi, dan karyawan.

E. PENUTUP

Komite sekolah yang efektif dalam pelaksanaan MBS adalah komite sekolah
yang dapat mewadahi dan menyalurkan aspirasi dan prakarsa masyarakat dalam
melahirkan kebijakan operasional dan program pendidikan di satuan pendidikan.
Komite sekolah yang dapat meningkatkan tanggung-jawab dan peran serta
masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan. Komite
sekolah yang dapat menciptakan suasana dan kondisi transparan, akuntabel, dan
demokratis dalam penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan yang bermutu di
satuan pendidikan.

MODUL 3.2:
MENYUSUN PROGRAM KERJA KOMITE
SEKOLAH

A. PENDAHULUAN

Sejarah pembentukan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah di Indonesia
dimulai pada tahun 2000 berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2000
tentang Program Pembangunan Nasional (PROPENAS). Berdasarkan PROPENAS,
Dewan Pendidikan dibentuk di tingkat nasional, provinsi, dan kabupaten/
kota,sementara Komite Sekolah dibentuk di setiap satuan pendidikan atau kelompok
satuan pendidikan, baik negeri maupun swasta. Selanjutnya, guna memudahkan
masyarakat dalam membentuk Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah, Menteri
Pendidikan Nasional menerbitkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
044/U/2002 tanggal 2 April 2002 tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah
disertai Lampiran-lampiran. Lampiran I merupakan Acuan Pembentukan Dewan
pendidikan, sementara Lampiran II merupakan Acuan Pembentukan Komite
Sekolah.
Seiring dengan berjalannya waktu, ketentuan tentang Dewan Pendidikan
dan Komite Sekolah diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional. Keberadan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah kini
telah diperkuat dari aspek legal karena telah dicantumkan dalam Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu pada Pasal 56,
walaupun ada sedikit modifikasi. Menurut Undang Undang Nomor 23 Tahun 2003
tersebut, Dewan pendidikan juga dibentuk pada tingkat Provinsi dan tingkat Pusat.
Selanjutnya Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan mengatur lebih lanjut tentang Dewan Pendidikan dan
Komite Sekolah. PP Nomor 17 Tahun 2010 ini pun telah disempurnakan menjadi
PP Nomor 66 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor
17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan. Namun

12 PENINGKATAN KEMAMPUAN ORGANISASIONAL KOMITE SEKOLAH

pengaturan tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah tidak mengalami
perubahan.
Modul ini akan menyoroti topik Komite Sekolah sebagai sebuah organisasi
di satuan pendidikan. Sebuah organisasi tentu memiliki tujuan utama, dan
untuk mencapai tujuan itu, sebuah organisasi harus dijalankan secara efektif dan
efisien. Sebuah organisasi dapat dikatakan berjalan apabila organisasi tersebut
merencanakan dan melaksanakan program dan kegiatan tahunan secara
berkelanjutan. Penyusunan program organisasi bergantung pada kompleksitas
organisasi tersebut, ada yang sederhana dan ada yang kompleks. Komite Sekolah
merupakan organisasi pada tingkat satuan pendidikan. Pada banyak satuan
pendidikan khususnya pada satuan pendidikan SD atau sederajat, organisasi
Komite Sekolah masih sangat sederhana. Oleh karena itu penyusunan program
kerja yang diuraikan dalam modul ini disajikan dalam bentuk yang sederhana dan
mudah dipahami.
B. LANGKAH PENYUSUNAN PROGRAM KERJA KOMITE SEKOLAH

Sebuah Komite Sekolah dapat menjalankan roda organisasi melalui berbagai
kegiatan. Kegiatan-kegiatan tersebut barangkali ada yang belum menyentuh
substansi peningkatan mutu pendidikan di satuan pendidikan tersebut. Salah satu
kegiatan yang dapat dilakukan adalah konsolidasi organisasi. Kegiatan lain adalah
misalnya penyusunan atau penyempurnaan Panduan Organisasi atau Penyusunan
AD/ART atau melengkapi kelengkapan organisasi.
Komite Sekolah yang telah memenuhi syarat minimal sebagai sebuah
organisasi, dapat melangkah lebih jauh dalam menjalankan roda organisasi, dan
mulai menyentuh substansi mutu pendidikan. Dalam hal ini Komite Sekolah dapat
memulai kegiatannya dengan berangkat dari upaya pemecahan masalah yang
dapat diidentifikasi. Dalam penyusunan program ada beberapa langkah yang perlu
dilakukan. Langkah tersebut adalah: 1) identifikasi masalah; 2) penentuan prioritas;
3) analisis masalah, 4) perencanaan program, 5) pelaksanaan program, dan 6)
evaluasi program, yang dapat dijelaskan secara lebih rinci sebagai berikut:
1. Identiikasi Masalah
Setiap sekolah atau satuan pendidikan (termasuk Satuan Pendidikan
yang maju sekalipun) tentu memiliki masalah yang berbeda-beda. Identifikasi
masalah merupakan langkah pertama dalam penyusunan program dalam
kerangka menjalankan roda organisasi. Langkah tersebut merupakan identifikasi
masalah akademik maupun masalah non-akademik. Dapat dipastikan bahwa
akan banyak sekali masalah yang dapat diidentiikasi. Perlu diperhatikan bahwa
masalah utama yang diidentifikasi adalah masalah pendidikan di lingkungan

MODUL 3.2: MENYUSUN PROGRAM KERJA KOMITE SEKOLAH

13

satuan pendidikan tersebut, bukan masalah organisasi Komite Sekolah. Dalam
identifikasi masalah, semua anggota pengusus Komite Sekolah mencatat
semua permasalahan yang berkaitan dengan pendidikan di satuan pendidikan
tersebut. Identifikasi masalah dapat dilakukan dengan mengadakan meminta
masukan baik dari Kepala Sekolah, Guru, orang tua siswa, dan masyarakat. Semua
masalah yang berhasil diidentifikasi kemudian dikelompokkan berdasarkan
jenis masalah, tingkat kesulitan pemecahan masalah, dan kaitannya dengan visi
dan misi Komite Sekolah.
2. Penentuan Prioritas
Dari sekian banyak masalah yang berhasil diidentiikasi harus dipilih
masalah yang akan menjadi prioritas, dikaitkan dengan ketersediaan personel,
dana, dan penunjang. Masalah yang menjadi prioritas adalah masalah yang perlu
diselesaikan dalam jangka pendek (kurang dari satu tahun), jangka menengah
(1-2 tahun), dan jangka panjang (lebih dari 3 tahun). Contoh masalah yang perlu
segera diselesaikan misalnya adalah kekurangan tenaga pengajar pada sebuah
SD. Oleh karena kekurangan guru, ada guru yang harus mengajar di lebih satu
kelas. Akibatnya hasil belajar siswa tidak maksimal.
3. Analisis Masalah
Guna mengetahui secara lebih mendalam tentang masalah yang terjadi,
perlu dilakukan analisis masalah. Dalam masalah atau topik yang akan ditangani
langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.

Lakukan identifikasi faktor-faktor penyebab masalah tersebut,
Buat daftar alternatif kemungkinan pemecahan masalah dan untung rugi
masing-masing alternatif
Pilih alternatif terbaik berdasarkan kesepakatan bersama
Buat perencanaan untuk pemecahan masalah.

4. Perencanaan Program
Pelaksanaan Program dapat dilakukan dengan baik apabila dibuat
rencana aksi yang baik. Berikut ini contoh sebuah rencana aksi yang dapat
diacu. Perencanaan program disusun daklam sebuah matriks yang memuat:
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Topik masalah
Kegiatan yang dapat mengatasi mnasalah
Waktu yang dibutuhkan dalam mengtasi masalah
Sumberdaya yang diperlukan (inansial dan non-inansial)
Penanggung-jawab
Indikator keberhasilan pemecahan masalah

14 PENINGKATAN KEMAMPUAN ORGANISASIONAL KOMITE SEKOLAH

Topik Masalah

Kegiatan
yang dapat
mengatasi
masalah

Masalah A

1.
2.
3.

Masalah B

1.
2.

Masalah C

1.
2.

Masalah D

1.
2.
3.

Waktu
yang
dibutuhkan

Sumberdaya
yang
diperlukan

Penanggung
jawab

Indikator
keberhasilan
pemecahan
masalah

5. Pelaksanaan Program/Kegiatan
Berdasarkan rencana aksi, penangggung jawab program kemudian
melaksanakan kegiatan-kegiatan yang telah disusun dalam program kerja
Komite Sekolah.
6. Evaluasi Program
Selama berjalannya waktu dilakukan evaluasi secara periodik. Setelah
tenggat waktu periode tertentu terlewati tetapi indikator kinerja masih di
bawah target, perlu dilakukan analisis dan dibuat tindakan koreksi (corrective
action).
C. ORGANISASI KOMITE SEKOLAH YANG EFEKTIF

Komite Sekolah dapat memutar roda organisasi dengan melaksanakan
program dan kegiatan yang sederhana. Hal yang paling sederhana yang dapat
dilakukan oleh Komite Sekolah adalah konsolidasi organisasi sebagai berikut:
1. Penyamaan Visi
Sebuah organisasi dapat berjalan apabila semua anggota pengurus
dan anggota organisasi tersebut memiliki visi yang sama. Tujuan akhir dari
keberadaan Komite Sekolah di setiap satuan pendidikan atau kelompok satuan
pendidikan adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan di satuan pendidikan
tersebut. Ada prinsip yang harus dipegang oleh semua anggota Komite Sekolah,
yaitu Komite Sekolah tidak mengambil fungsi pelaksanaan satuan pendidikan,
dalam pengertian tidak melaksanakan fungsi pemerintah, Kepala Sekolah, dan
Guru.

MODUL 3.2: MENYUSUN PROGRAM KERJA KOMITE SEKOLAH

15

2. Membangun Tim yang Efektif
Sebuah organisasi tidak akan dapat berjalan dengan baik apabila tidak
terjadi kebersamaan di dalam tim. Oleh karena itu perlu dibangun sistem
kebersamaan, yaitu membangun sebuah Team Work yang efektif (Paparan
tentang Team Work, tersedia secara terpisah).
3. Mengembangkan Kreativitas
Sebuah organisasi akan berjalan lebih cepat, efektif, dan efisien apabila
organisasi tersebut dipenuhi oleh orang-orang yang penuh kreativitas. Orang
yang kreatif adalah orang yang selalu bertanya tentang sesuatu yang dianggap
masalah. Orang kreatif adalah orang yang selalu berfikir untuk menemukan
solusi untuk memecahan suatu masalah. Orang yang kreatif selalu memiliki
gagasan-gagasan baru, yang kadang-kadang tidak pernah dipikirkan orang
lain. Organisasi yang baik adalah organisasi yang mendukung pengembangan
kreativitas.
D. PENUTUP

Komite Sekolah sebagai satu organisasi perlu dikelola dengan menerapkan
berbagai prinsip dan praktik-praktik manajemen secara tepat.Namum demikian,
tidak semua Komite Sekolah mampu menjalankan roda organisasi sebagaimana
yang diharapkan. Akan tetapi tekad untuk meningkatkan mutu pendidikan di
satuan pendidikan perlu menjadi alasan utama pengurus Komite Sekolah untuk
mengabdikan dirinya agar dapat melaksanakan fungsi dan tugas Komite Sekolah.
Modul ini dapat digunakan sebagai panduan sederhana untuk memutar roda
organisasi Komite Sekolah agar organisasi ini dapat melaksanakan fungsi dan
tugasnya secara optimal.

16 PENINGKATAN KEMAMPUAN ORGANISASIONAL KOMITE SEKOLAH

MODUL 3.3:
MEMBANGUN KETERLIBATAN KOMITE
SEKOLAH DALAM PENYUSUNAN RENCANA
PENGEMBANGAN SEKOLAH (RPS)

A. PENDAHULUAN

Untuk membangun lembaga pendidikan sekolah yang berkualitas, sekolah
dan semua pemangku kepentingan (stakeholder) pendidikan harus bekerja sama
untuk membangun sekolah itu. Untuk dapat melaksanakan pembangunan sekolah,
semua pemangku kepentingan sekolah juga harus bekerja sama dalam menyusun
satu rencana yang dikenal dengan Rencana Pembangunan Sekolah (RPS). Siapa
yang tidak membuat rencana, ia akan membuat kegagalan, atau who don’t make a
plan, make a fail.
Perencanaan pembangunan sekolah dikenal dengan perencanaan jangka
pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Rencana jangka pendek atau 1
(satu) tahun dikenal dengan Rencana Kerja (Renja), rencana jangka menengah atau
5 (lima) tahun dikenal dengan Rencana Pengembangan Sekolah (RPS), dan selain
itu dikenal dengan rencana jangka panjang atau 25 (dua puluh lima) tahun.
Modul ini, secara khusus akan membahas secara lebih rinci tentang upaya
untuk melibatkan semua pemangku kepentingan (stakeholder) di sekolah
dalam menyusun Rencana Pengembangan Sekolah (RPS). Dalam modul ini akan
dibahas tentang kebijakan pembangunan pendidikan dasar, hakikat Rencana
Pengembangan Sekolah (RPS) pada khususnya, pentingnya RPS sebagai rencana
strategis pembangunan pendidikan dasar jangka menengah, dan proses
penyusunan RPS, serta dilampirkan satu contoh format Rencana Pengembangan
Sekolah yang pernah disusun oleh satu sekolah.
B. KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DASAR

Kebijakan pembangunan pendidikan dasar merupakan satu kesatuan yang
tak terpisahkan dari keseluruhan kebijakan pembangunan pendidikan nasional.
Jika pada awalnya pembangunan pendidikan dasar lebih dititikberatkan pada
aspek perluasan atau pemerataan pendidikan, maka pada tahap selanjutnya,

18 PENINGKATAN KEMAMPUAN ORGANISASIONAL KOMITE SEKOLAH

semua aspek perluasan pemerataan pendidikan ini harus secara bertahap diubah
kepada aspek peningkatan mutu pendidikan, di samping juga memperhatikan
aspek relevansinya. Ketiga aspek pembangunan pendidikan ini, baik perluasan
pemerataan pendidikan, peningkatan mutu pendidikan, dan peningkatan relevansi
pendidikan menjadi aspek pembangunan pendidikan yang menjadi satu kesatuan
yang tidak dapat dipisahkan.
C. HAKIKAT RENCANA PENGEMBANGAN SEKOLAH (RPS)

1. Pentingnya Perencanaan
Dewasa ini kita mengenal tiga fungsi manajemen yang saling kaitmengait, yakni (1) perencanaan (planning), (2) pengorganisasian (organizing),
dan (3) pengarahan (directing). Tiga fungsi manajemen ini merupakan ringkasan
dari lima fungsi manajemen yang dikenal sebelumnya, yakni (1) merancang, (2)
mengorganisasi, (3) memerintah, (4) mengoordinasi, dan (5) mengendalikan.
Pelaksanaan fungsi manajemen tersebut tidak lain adalah untuk mencapai
tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Dengan demikian, fungsi perencanaan
merupakan fungsi penting dalam manajemen.
Dewasa ini kita mengenal ungkapan untuk menjelaskan tentang betapa
pentingnya perencanaan. Misalnya, “who don’t make a plan, make a fail” atau
siapa yang tidak membuat rencana, membuat kegagalan. Itulah sebabnya, untuk
meningkatkan mutu layanan pendidikan di sekolah, dan sekaligus juga untuk
meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, lembaga pendidikan sekolah ini
harus menyusun perencanaan, yang dikenal dengan Rencana Pengembangan
Sekolah (RPS).
2. RPS Sebagai Rencana Strategis
Rencana Pengembangan Sekolah (RPS) merupakan rencana strategis
pembangunan sekolah jangka menengah, yakni untuk 5 (lima) tahun. Rencana
jangka pendek disusun dalam periode satu tahun, yang dikenal dengan
Rencana Kerja (Renja). Sedang rencana pembangunan jangka panjang disusun
untuk jangka 25 (dua puluh lima) tahun. Dalam penyusunan RPS tersebut, pada
umumnya sekolah lebih mengutamakan pembangunan fisik sekolah, padalah
sesungguhnya pembangunan nonfisik sebenarnya lebih penting
3. Tujuan
Penyusunan RPS perlu dilakukan dengan tujuan untuk:
1.
2.

mengidentifikasi/memotret/ memetakan
sebenarnya;
merencanakan tujuan sekolah yang realistis;

kondisi

sekolah

yang

MODUL 3.3: MENYUSUN RENCANA PENGEMBANGAN SEKOLAH (RPS) 19

3.
4.
5.
6.
7.
8.

mengidentifikasi kesenjangan yang dihadapi sekolah;
mengidentifikasi penyebab terjadinya permasalahan di sekolah:
mengidentifikasi alternatif pemecahan permasalahan;
menganalisis alternatif pemecahan masalah yang paling baik dan sesuai
dengan kebutuhan;
menyusun rencana pengembangan sekolah dalam jangka 5 tahun;
mengidentifikasi sumber daya dan sumber dana untuk melaksanakan
dan membiayai program dan kegiatan-kegiatan dalam RPS.

4. Keterlibatan Pemangku Kepentingan Dalam Penyusunan RPS
Proses penyusunan RPS harus melibatkan semua pemangku kepentingan
di sekolah, bukan hanya Kepala Sekolah, guru atau tenaga pendidik dan tenaga
kependidikan lain seperti tenaga adminstrasi, tetapi juga melibatkan peran
serta orangtua dan masyarakat yang tergabung dalam lembaga Komite Sekolah.
Keterlibatan semua pemangku kepentingan ini harus dapat dibangun untuk
meningkatkan semangat kebersamaan dari semua pemangku kepentingan
(stakeholder) di sekolah.
Untuk mencapai tujuan lembaga Komite Sekolah, selain organisasi juga
diperlukan sarana dan prasarana yang dikenal dengan alat-alat sarana (tools)
yang dikenal dengan 6M, yakni (1) men, (2) money, (3) materials, (4) machines,
(5) methods, dan (6) markets atau (1) manusia, (2) dana, (3) bahan, (4) mesin, (5)
metode, dan (6) pemasaran.
D. PROSES PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN SEKOLAH

1. Persiapan
Untuk menyusun RPS, Kepala Sekolah harus membentuk satu tim yang
diserahi tugas untuk menyusun konsep awal RPS. Tim Penyusunan RPS sejak
awal harus melibatkan semua pemangku kepentingan (stakeholder) di sekolah,
agar semua stakeholder tersebut sejak awal telah memiliki perasaan keterkaitan
dengan proses penyusunan RPS. Namun untuk ini ada perlunya satu tim kecil
yang mempersiapkan konsep awal atau buram (draft kasar), sebelum konsep
awal ini dibahas dalam Tim Penyusunan RPS yang lebih lengkap, yang antara
lain telah melibatkan komponen orangtua peserta didik dan masyarakat yang
tergabung dalam Komite Sekolah. Dalam tahap persiapan ini jika diperlukan
dapat memperolah beberapa RPS dari sekolah lain, jika ada, yang mudahmudahan dapat dipakai sebagai contoh.
a. Penyusunan Buram (Draft)
Dalam tahapan ini, tim kecil diharapkan dapat menghasilkan konsep
awal RPS, disertai dengan contoh RPS dari sekolah lain. Konsep awal inilah

20 PENINGKATAN KEMAMPUAN ORGANISASIONAL KOMITE SEKOLAH

yang dalam proses selanjutnya diajukan atau dipresentasikan dalam satu
pertemuan dengan tim lengkap, termasuk pengurus Komite Sekolah, untuk
membahas konsep awal tersebut.
b. Presentasi Tim Untuk Pembahasan Buram (Draft) Oleh Semua Pemangku
Kepentingan
Buram (draft) diharapkan dapat dipresentasikan di dalam rapat lengkap
Tim Penyusunan RPS. Semua peserta rapat diharapkan dapat membahas
dan memberikan masukan terhadap konsep awal RPS tersebut. Komponen
utama RPS yang dipaparkan dalam rapat lengkap Tim Penyusunan RPS ini
adalah:
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)

Visi Sekolah,
Misi Sekolah, dan
Tujuan Sekolah;
Kondisi Sekolah saat ini;
Harapan Sekolah;
Rencana Program dan Kegiatan Sekolah;
Jadwal Pelaksanaan Program dan Kegiatan Sekolah;
Pendanaan Sekolah.

c. Finalisasi dan Pengesahan RPS
Setelah buram RPS tersebut dipaparkan dalam acara rapat lengkap
semua pemangku kepentingan, maka semua pemangku kepentingan
sekolah dipersilahkan untuk dapat memberikan komentar, saran,
dan masukan untuk dapat menyempurnakan RPS. Semua pemangku
kepentingan diminta untuk secara demokratis dapat memberikan masukan
untuk menyempurnakan draft RPS tersebut.
Untuk selanjutnya, saran dan masukan yang diberikan dalam acara
rapat tersebut digunakan untuk menyempurnakan RPS, sehingga RPS
menjadi produk final dan siap untuk disahkan oleh semua pemangku
kepentingan pendidikan di sekolah itu. Format pengesahan RPS juga sudah
disediakan dalam lampiran modul ini.
E. PENUTUP

Boleh jadi proses penyusunan RPS memerlukan waktu yang cukup lama.
Namun jika konsep RPS tersebut telah disiapkan dengan baik, proses pembahasan
konsep RPS tersebut bisa saja dapat berlangsung lancar, dan secara cepat proses
finalisasi dan pengesahan RPS dapat segera dilaksanakan.

MODUL 3.3: MENYUSUN RENCANA PENGEMBANGAN SEKOLAH (RPS) 21

Lampiran: Contoh Format Rencana Pengembangan Sekolah (RPS)

RENCANA PENGEMBANGAN SEKOLAH (RPS)

Nama Sekolah
Alamat Sekolah
No. Telp/Fax
e-mail
Kota/Kabupaten
Provinsi

: ...........................
: ........................................
: ........................................
: ........................................
: .........................................
: ......................................

DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN/KOTA ….………..
PROVINSI……………….
TAHUN .....................

22 PENINGKATAN KEMAMPUAN ORGANISASIONAL KOMITE SEKOLAH

LEMBAR PENGESAHAN
RENCANA PENGEMBANGAN SEKOLAH (RPS)
Tahun ...................

Disusun oleh:

Komite Sekolah

……………………

Kepala Sekolah

………………………
NIP. ………………..

Mengetahui,
Kepala Dinas Pendidikan Kab/Kota ….............
Provinsi ......................

………………………………….
NIP. ……………………………

Koordinator

…………………..
NIP.