PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI LUAS PERMUKAAN DAN VOLUME KUBUS DAN BALOK DI KELAS VIII SMP NEGERI 13 PALU | Nuraisyah | AKSIOMA : Jurnal Pendidikan Matematika 8629 28302 1 PB

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI
LUAS PERMUKAAN DAN VOLUME KUBUS DAN BALOK DI KELAS
VIII SMP NEGERI 13 PALU
Patta Rani Nuraisyah
E-mail: pattarani127@gmail.com
Muh Hasbi
E-mail: muhhasbi62@yahoo.co.id
Ibnu Hadjar
E-mail: ibnuhadjar67@gmail.com
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi luas
permukaan dan volume kubus dan balok di kelas VIII SMP Negeri 13 Palu. Jenis penelitian ini
adalah penelitian tindakan kelas. Rancangan penelitian mengacu pada desain penelitian
Kemmis dan Mc. Tanggart yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Subjek
penelitian adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 13 Palu yang berjumlah 25 siswa. Penelitian
ini dilaksanakan dalam dua siklus. Data pada penelitian ini dikumpulkan melalui lembar
observasi, wawancara, catatan lapangan dan tes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi luas
permukaan dan volume kubus dan balok di kelas VIII SMP Negeri 13 Palu yaitu dengan fasefase: 1) penyajian kelas, 2) transisi ke tim atau belajar kelompok, 3) tim studi dan monitoring,
4) evaluasi, dan 5) memberikan penghargaan.

Kata kunci: STAD, hasil belajar, luas permukaan dan volume kubus dan balok
Abstract: The purpose of the research is to describe the application of cooperative learning of
STAD to improve student learning outcomes in the surface area and volume cube and beams of
material in class VIII SMP Negeri 13 Palu. Kind of this research is classroom action research.
The design of research refered to the Kemmis and Mc. Taggarts is planning, implementation of
the acting, observating and reflecting. The subject were students of class VIII SMP Negeri 13
Palu totaling 25 students. This research was conducted in two cycles. Data of this research was
collected through observation sheet, interview, note fields and tes. The result of the research
showed that the application of cooperative learning type STAD can improve student’s learning
outcomes on surface area and volume cube and beams material in class VIII SMP Negeri 13
Palu that is with the phases: 1) class presentation, 2) group learning, 3) team study and
monitoring, 4) evaluation, and 5) appreciation groups.
Keyword: STAD, result of study, surface area and volume cube and beams.

Matematika merupakan bidang pendidikan yang memiliki peranan penting untuk
meningkatkan mutu sumber daya manusia. Matapelajaran matematika perlu diberikan
kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik agar
memiliki kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta bekerja
sama (Depdiknas, 2006). Pentingnya matematika juga dapat dilihat ketika matematika
menjadi satu di antara matapelajaran yang diujikan secara nasional dari tingkat SD sampai

SMA. Hal ini menunjukkan bahwa betapa pentingnya bagi siswa untuk memahami konsepkonsep dasar matematika, namun sampai saat ini masih begitu banyak siswa yang kurang
memahami pelajaran matematika, bahkan di antara mereka ada yang kurang tertarik untuk
mempelajari matematika. Sebagian siswa mengeluh dan beranggapan bahwa matematika
itu sangat sulit untuk dimengerti, akibatnya mereka tidak menyenangi bahkan benci
terhadap pelajaran matematika.
Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), luas permukaan dan volume
kubus dan balok merupakan satu di antara materi yang dipelajari siswa di tingkat SMP/MTS.

192 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016
Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016

Materi luas permukaan dan volume kubus dan balok merupakan materi yang dianggap sulit
oleh siswa. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Purwatiningsih (2014) menyatakan bahwa
siswa di SMP Negeri 16 Palu mengalami kesulitan dalam membedakan rumus luas permukaan
dan volume kubus dan balok. Sejalan dengan pendapat Khaeri (2010) dalam penelitiannya
menyatakan bahwa pemahaman siswa di SMP Negeri 16 Palu pada konsep materi luas
permukaan dan volume kubus dan balok masih rendah, banyak siswa yang mengalami
kesulitan dalam menyelesaikan soal tentang luas permukaan dan volume kubus dan balok.
Peneliti menduga bahwa siswa kelas VIII di SMP Negeri 13 Palu juga mengalami kesulitan
pada materi luas permukaan dan volume kubus dan balok. Kemudian peneliti melakukan

observasi dan wawancara di sekolah tersebut untuk memperoleh jawaban atas dugaannya.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan dengan salah seorang guru
matapelajaran matematika di kelas VIII SMP Negeri 13 Palu, diperoleh informasi bahwa masih
banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal yang berkaitan dengan
materi luas permukaan dan volume kubus dan balok. Siswa hanya tahu menghafal rumus tanpa
memahami konsepnya, sehingga siswa gampang lupa dengan rumus yang akan digunakan
dalam mengerjakan soal. Dampak dari kesulitan yang dialami siswa mengakibatkan hasil
belajar siswa menjadi rendah.
Menindaklanjuti hasil observasi dan wawancara peneliti dengan guru SMP Negeri 13
Palu, untuk memperoleh informasi mengenai kesulitan siswa pada materi luas permukaan dan
volume kubus dan balok maka peneliti memberikan tes identifikasi pada siswa kelas IX yang
sudah pernah mempelajari materi tersebut. Soal tes identifikasi yang diberikan yaitu: 1) Sebuah
kubus panjang rusuknya 6 cm, tentukanlah luas permukaan kubus tersebut. 2) Diketahui luas
dengan panjangnya 12 cm dan lebarnya 9 cm. Hitunglah
permukaan balok adalah 426
tinggi balok tersebut. 3) Sebuah balok memiliki panjang 5 cm, lebar 3 cm dan tinggi 4 cm.
. Hitunglah volume
Hitunglah volume balok tersebut. 4) Luas alas sebuah kubus adalah 25
kubus tersebut?
NKTI 01

NKTI 02
NKTI 03

Gambar 1. Jawaban NK pada soal
nomor 1

NKTI 04

NKTI 05

NKTI 06

Gambar 2. Jawaban NK pada soal
nomor 2

NKTI 07

NKTI 11

NKTI 08


NKTI 12

NKTI 09

NKTI 13

NKTI 10
Gambar 3. Jawaban NK pada soal
nomor 3

Gambar 4. Jawaban NK pada soal
nomor 4

Patta Rani Nuraisyah, Muh. Hasbi, dan Ibnu Hadjar, Penerapan Model … 193
Gambar 1 menunjukkan bahwa NK menuliskan yang diketahui panjang rusuk = 5 cm
(NKTI 01) dan ditanyakan luas permukaan kubus? (NKTI 02). Jawaban (NKTI 01) dan
(NKTI 02) benar. Jawaban NK pada (NKTI 03) salah karena tidak menuliskan satuannya,
seharusnya satuannya
.

Gambar 2 menunjukkan bahwa NK menuliskan yang diketahui luas permukaan = 426
, panjang balok = 12 cm dan lebar balok = 9 cm (NKTI 04) dan yang ditanyakan tinggi
balok (NKTI 05). Jawaban (NKTI 04) dan (NKTI 05) benar. Jawaban NK yang menuliskan
(NKTI 06) salah karena langsung menuliskan rumusnya, seharusnya
rumus t =
menggunakan rumus luas permukaan balok.
Gambar 3 menunjukkan bahwa NK menuliskan yang diketahui p = 5 cm, l = 3 cm dan
t = 4 cm (NKTI 07) dan yang ditanyakan ? (NKTI 08). Jawaban NK pada (NKTI 07) dan
(NKTI 08) benar. Jawaban NK yang menuliskan v = × p × l × t (NKTI 09) salah
seharusnya NK menuliskan rumus V = p × l × t. Hal ini menyebabkan hasil akhir yang
diperoleh NK salah yaitu 30 cm (NKTI 10) seharusnya 60
.
Gambar 4 menunjukkan bahwa NK menuliskan diketahui luas alas kubus = 25
(NKTI 11) dan yang ditanyakan volume kubus (NKTI 12). Jawaban (NKTI 11) dan (NKTI 12)
benar. Jawaban NK yang menuliskan 25 × 25 × 25 (NKTI 13) salah karena langsung
memasukkan nilai luas alas kubus ke dalam rumus volume kubus, seharusnya menentukan
panjang sisi kubus terlebih dahulu.
Hasil analisis jawaban siswa menunjukkan bahwa siswa mengalami kesulitan pada
materi luas permukaan dan volume kubus dan balok sehingga berdampak pada hasil belajar
siswa yang rendah. Masalah tersebut disebabkan siswa hanya mampu menghafal rumus tanpa

memahami konsepnya. Selain itu, siswa malu bertanya pada guru tentang kesulitan yang
mereka hadapi dan model pembelajaran yang digunakan guru adalah model pembelajaran
langsung, sehingga berdampak pada hasil belajar siswa yang rendah. Masalah tersebut dapat
teratasi dengan menerapkan model pembelajaran yang diharapkan dapat membantu siswa
dengan mudah memahami materi sehingga siswa tidak akan menghafal rumus melainkan
memahami konsepnya. Satu di antara model pembelajaran, yang dapat digunakan adalah model
pembelajaran kooperatif tipe Students Team Achievement Divisions (STAD). Menurut Isjoni
(2010) model pembelajaran kooperatif tipe STAD menekankan adanya aktivitas dan
interaksi antara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai
materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal.
Beberapa penelitian yang telah menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa yaitu penelitian yang
dilakukan oleh Alfiliansi (2014) menyimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe
STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan mengkontruksi pengetahuannya secara
mandiri pada pokok bahasan penjumlahan dan pengurangan bentuk aljabar. Selanjutnya,
penelitian yang dilakukan oleh Sulistya (2011) menyimpulkan bahwa penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD mampu meningkatkan keterampilan pemecahan
masalah matematika siswa.
Berdasarkan uraian tersebut, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah
bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan hasil

belajar siswa pada materi luas permukaan dan volume kubus dan balok di kelas VIII SMP
Negeri 13 Palu?

194 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016
Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas. Desain penelitian
ini mengacu pada model Kemmis dan Mc. Taggart (2013) yang terdiri atas 4 komponen
yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Subjek penelitian ini
adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 13 Palu yang berjumlah 25 siswa, terdiri atas 10 lakilaki dan 15 perempuan. Berdasarkan hasil tes awal dan konsultasi dengan guru matematika
dipilih tiga orang informan. Ketiga informan tersebut adalah RS, AD dan AR.
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yaitu tes, observasi, catatan lapangan, dan
wawancara. Analisis data dilakukan dengan mengacu pada analisis data kualitatif model Miles
dan Huberman (1992) yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Keberhasilan tindakan dalam penelitian ini dapat diketahui dari aktivitas guru dalam
mengelola pembelajaran di kelas dan aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD minimal berkategori baik. Kriteria
keberhasilan pada siklus I yaitu siswa dapat menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan
materi luas permukaan kubus dan balok dengan benar sedangkan siklus II siswa dapat

menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan materi volume kubus dan balok dengan benar.
HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian ini terdiri atas hasil pra pelaksanaan tindakan dan hasil pelaksanaan
tindakan. Tes awal yang diberikan tentang materi luas persegi dan persegi panjang. Pemberian
tes awal bertujuan mengetahui pemahaman awal siswa dan hasilnya dijadikan sebagai alat
untuk pembentukan kelompok belajar yang bersifat heterogen. Hasil analisis tes awal tersebut
menunjukkan bahwa siswa masih kurang memahami dalam mengunakan rumus luas persegi
dan persegi panjang. Oleh karena itu, peneliti bersama siswa membahas kembali soal-soal tes
awal sebelum masuk tahap pelaksanaan tindakan.
Tahap pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini terdiri atas dua siklus. Setiap siklus
dilaksanakan dua kali pertemuan. Pertemuan pertama, peneliti melaksanakan pembelajaran
yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Pelaksanaan pembelajaran
dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu: kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan
penutup. Pelaksanaan tindakan dilakukan dengan mengikuti fase-fase model pembelajaran
kooperatif tipe STAD yang terdiri atas lima fase, yaitu: 1) penyajian kelas, 2) transisi ke
tim atau belajar kelompok, 3) tim studi dan monitoring, 4) evaluasi, dan 5) memberikan
penghargaan. Kegiatan pendahuluan terdiri atas menyampaikan tujuan pembelajaran,
mempersiapkan siswa, memberikan motivasi dan menyampaikan apersepsi. Fase penyajian
kelas, transisi ke tim atau belajar kelompok, tim studi dan monitoring, dan evaluasi
dilaksanakan pada kegiatan inti. Sedangkan fase memberikan penghargaan dilaksanakan

pada kegiatan penutup. Pertemuan kedua peneliti melakukan tes akhir tindakan.
Kegiatan pendahuluan dimulai peneliti membuka pembelajaran dengan mengucapkan
salam, mengajak siswa untuk berdoa bersama, mengecek kehadiran siswa dan menyiapkan
siswa untuk belajar. Pertemuan pada siklus I dan siklus II dihadiri oleh 25 siswa. Selanjutnya
peneliti menyiapkan siswa dengan meminta siswa untuk menyimpan perlengkapan yang tidak
ada kaitannya dengan pembelajaran yang sedang berlangsung serta menyiapkan buku dan alat
tulis yang akan digunakan. Kegiatan tersebut dapat menarik perhatian siswa di awal
pembelajaran. Melalui kegiatan ini siswa memberikan respon yang baik terhadap kegiatan yang
dilakukan oleh peneliti. Kemudian peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak

Patta Rani Nuraisyah, Muh. Hasbi, dan Ibnu Hadjar, Penerapan Model … 195
dicapai. Tujuan pembelajaran pada siklus I siswa dapat menghitung luas permukaan kubus dan
balok, sedangkan pada siklus II siswa dapat menghitung volume kubus dan balok. Setelah
siswa mengetahui tujuan pembelajarannya, siswa akan lebih terarah dalam belajar.
Setelah itu peneliti memberikan motivasi kepada siswa dengan menyampaikan
manfaat mempelajari materi luas permukaan dan volume kubus dan balok dalam kehidupan
sehari-hari. Satu di antara manfaat mempelajari luas permukaan dan volume kubus dan
balok yaitu, jika ingin membungkus sebuah kado ulang tahun yang berbentuk balok maka
harus menyediakan kertas kado, agar mengetahui kebutuhan kertas kado perlu diketahui
berapa luas permukaan kado, jika luas permukan kado diketahui maka kebutuhan kertas

kado dapat diketahui. Setelah mengetahui manfaatnya siswa menjadi termotivasi untuk
mengikuti pembelajaran. Selanjutnya peneliti melakukan apersepsi dengan cara
mengingatkan kembali materi prasyarat siswa tentang luas persegi dan persegi panjang
pada siklus I dan luas permukaan kubus dan balok pada siklus II. Apersepsi ini dilakukan
untuk memberikan penguatan terhadap pengetahuan prasyarat siswa.
Kegiatan inti dimulai pada fase penyajian kelas. Pada fase ini peneliti menyampaikan
informasi mengenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Peneliti menyampaikan
kepada siswa bahwa model pembelajaran yang digunakan berbeda dengan model
pembelajaran sebelumnya. Pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa belajar
secara berkelompok dalam hal menemukan rumus luas permukaan dan volume kubus dan
balok serta berani mengungkapkan pendapatnya pada saat presentasi. Melalui penyampaian
ini, siswa telah mengetahui model pembelajaran yang akan digunakan sehingga siswa
tertarik untuk mengikuti pembelajaran.
Kegiatan pada fase transisi ke tim atau belajar kelompok. Pada fase ini peneliti membagi
siswa ke dalam 5 kelompok belajar dan beranggotakan 4 sampai 5 siswa dalam 1 kelompok.
Peneliti menentukan anggota kelompok yang anggotanya memiliki kemampuan yang
heterogen. Setelah itu, peneliti membagikan LKS kepada masing-masing kelompok. LKS
digunakan sebagai panduan siswa untuk penyelidikan dan pengerjaan soal latihan. Kondisi
siswa pada siklus I yaitu siswa bergabung dengan kelompok masing-masing tetapi masih ada
siswa yang kurang setuju dengan teman kelompoknya dan pada siklus II, siswa bergabung
dengan kelompoknya secara tertib dan dapat menerima anggota kelompoknya.
Selanjutnya kegiatan pada fase tim studi dan monitoring. Pada fase ini peneliti
memberikan bimbingan kepada kelompok yang mengalami kesulitan. Selama siswa mengalami
kesulitan peneliti akan memberikan bimbingan seperlunya dan akan mengurangi secara
perlahan bimbingan tersebut setelah siswa dapat melakukannya. Pada siklus I peneliti
membimbing kelompok II dan IV yang mengalami kesulitan dalam menemukan rumus luas
permukaan kubus dan balok. Pada siklus II peneliti memberikan bimbingan kepada kelompok
IV yang kesulitan dalam menemukan rumus volume kubus dan balok. Peneliti memberikan
bimbingan melalui pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan sehingga siswa dapat bekerja
lebih terarah. Setelah siswa menemukan rumus luas permukaan dan volume kubus dan balok
peneliti mengarahkan siswa untuk mengerjakan soal latihan yang ada pada LKS. Pada siklus I
siswa mengerjakan soal mengenai luas permukaan kubus dan balok sedangkan pada siklus II
mengenai volume kubus dan balok. Selama proses mengerjakan soal latihan peneliti
mengawasi siswa agar tetap terlibat aktif bekerja dalam kelompok. Pembelajaran pada siklus I
terdapat kelompok yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal latihan yaitu kelompok
IV dan III sedangkan pada siklus II yaitu kelompok IV. Sehingga untuk mengatasi kesulitan
siswa tersebut peneliti memberikan bimbingan kepada setiap kelompok. Bimbingan yang
peneliti berikan berupa petunjuk sederhana dalam menyelesaikan soal dengan baik. Capaian

196 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016
Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016

siswa pada fase ini yakni siswa mampu menemukan dan menyelesaikan soal yang berkaitan
dengan luas permukaan dan volume kubus dan balok dengan benar.
Kemudian dilanjutkan dengan fase evaluasi. Pada fase ini siswa mempresentasikan
hasil kerja kelompoknya. Siswa mempresentasikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas
dengan menggunakan bahasa sendiri. Setelah itu, peneliti memberikan kesempatan kepada
kelompok lain untuk menanggapi jawaban yang diberikan temannya. Hal ini dilakukan agar
siswa terbiasa untuk mengemukakan pendapatnya mengenai jawaban yang diberikan
temannya sehingga hal yang dipelajarinya lebih bermakna. Setelah fase ini siswa
mengetahui jawaban pertanyaan yang benar pada LKS dan siswa menjadi lebih mampu
untuk menyampaikan pendapatnya.
Kegiatan pada fase memberikan penghargaan yakni peneliti memberikan penghargaan
berupa buku dan alat tulis kepada siswa yang telah mempresentasikan jawabannya dengan baik.
Siswa diberi penghargaan agar dapat meningkatkan prestasi belajarnya. Kemudian peneliti
mengingatkan agar siswa tetap belajar di rumah karena pertemuan selanjutnya akan diadakan
tes. Setelah diberikan penghargaan, siswa menjadi lebih termotivasi untuk belajar yang pada
akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajarnya.
Pertemuan kedua peneliti memberikan tes akhir tindakan kepada siswa kelas VIII SMP
Negeri 13 Palu. Hasil tes yang diperoleh pada siklus I yaitu dari 25 siswa yang mengikuti tes,
19 siswa tuntas dan 6 siswa tidak tuntas. Adapun soal tes akhir tindakan pada siklus I terdiri
atas 4 nomor soal. Dua di antara soal yang diberikan yaitu: 1) Luas permukaan suatu jaringjaring balok adalah 484 cm, jika jaring-jaring tersebut dibuat menjadi balok dengan panjang 10
cm dan lebar 9 cm, tentukanlah tinggi balok tersebut. 2) Hitunglah luas permukaan kubus
dengan panjang setiap rusuknya 8 cm.
ARS1 01
ARS1 02

ARS1 05
ARS1 07

ARS1 03

ARS1 06
ARS1 08

ARS1 04
ARS1 09

Gambar 5. Jawaban AR pada soal
nomor 1

Gambar 6. Jawaban AR pada soal
nomor 2

,l
Gambar 5 menunjukkan bahwa AR menuliskan diketahui p = 10 cm, L = 484
= 9 cm (ARS1 01) dan ditanyakan tinggi balok? (ARS1 02). Jawaban pada (ARS1 01) dan
(ARS1 02) benar. Namun jawaban (ARS1 03) salah karena AR langsung mensubtitusikan
nilai luas permukaan balok yaitu 484 cm2 pada t. Seharusnya AR mensubtitusikan nilai
berdasarkan yang diketahui ke dalam rumus yaitu, 484 = 2 [(10 × 9) + (t × 9) + (t × 10)].
Jawaban (ARS1 04) juga salah karena hasil pekerjaan AR selanjutnya bukan merupakan
lanjutan dari sebelumnya. Seharusnya AR menuliskan, 484 = 2 [(90) + (9t) + (10t)].
Gambar 6 menunjukkan bahwa AR menuliskan diketahui panjang rusuk = 8 cm (ARS1
05) dan yang ditanyakan luas permukaan kubus? (ARS1 06). Jawaban (ARSI 05) dan (ARSI
06) benar. Selanjutnya AR menuliskan luas permukaan balok dengan simbol s (ARSI 07),

Patta Rani Nuraisyah, Muh. Hasbi, dan Ibnu Hadjar, Penerapan Model … 197
diketahui bahwa simbol s merupakan panjang rusuk, seharusnya menggunakan simbol L
untuk luas permukaan kubus. Jawaban siswa pada (ARSI 08) dan (ARSI 09) benar.
Selanjutnya untuk memperoleh informasi lebih lanjut tentang kesalahan AR peneliti
melakukan wawancara dengan AR, sebagaimana transkip wawancara berikut:
ARS1 09 P:
ARS1 10 S:
ARS1 11 P:
ARS1 12 S:
ARS1 13 P:
ARS1 14 S:
ARS1 15 P:
ARS1 16 S:
ARS1 17 P:
ARS1 18 S:
ARS1 19 P:
ARS1 20 S:

coba AR baca ulang soal nomor 1, apa yang diketahui pada soal?
yang diketahui luas permukaan balok, lebar balok dan yang ditanyakan tinggi
balok kak (sambil menunjuk soal)
coba perhatikan pekerjaan AR, kenapa mensubtitusikan nilai luas permukaan
balok menjadi nilai tinggi balok?
iya kak saya masih binggung kemarin jadi saya salah dalam mensubtitusikan
nilainya
coba AR kerjakan kembali soalnya, perhatikan nilai yang disubtitusi harus
sesuai dengan yang diketahui dalam soal.
iya kak (sambil mengerjakan soal), berarti untuk nilai tinggi ini tetap ditulis
menggunakan simbol t kak?
iya AR
oh iya kak, tingginya 8 cm.
iya benar, kalau soal nomor 2 secara keseluruhan AR sudah menjawab benar,
tetapi kenapa AR menuliskan simbol s untuk mencari luas permukaan kubus?
saya belum paham kak, jadi saya tulis sembarang simbolnya.
jadi seharusnya simbolnya bagaimana?
seharusnya simbol luas permukaan adalah L bukan s kak.

Hasil tes akhir tindakan siklus I dan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa, AR
sudah mampu mengerjakan soal mengenai materi luas permukaan kubus dan balok. Namun
AR masih melakukan kesalahan yaitu salah dalam mensubstitusi nilai yang diketahui pada
rumus (ARS112S), tetapi setelah diberikan bimbingan untuk menjawab kembali soal
tersebut AR dapat menyelesaikannya dengan benar (ARS116S). Selain itu, AR juga belum
memahami arti dari simbol yang digunakan (ARS118S).
Hasil tes akhir tindakan siklus II yaitu dari 25 siswa hanya 23 siswa yang mengikuti
tes, 20 siswa tuntas dan 3 siswa tidak tuntas. Tes akhir tindakan terdiri atas 4 nomor soal.
Dua di antara soal yang diberikan yaitu: 1) Sebuah kubus panjang rusuknya adalah 6 cm,
, tinggi balok 5 cm
tentukanlah volume kubus tersebut. 2) Volume balok adalah 105
dan panjangnya 7 cm, hitunglah lebar balok tersebut.
ARS2 10

ARS2 13
ARS2 14

ARS2 11
ARS2 15
ARS2 12
Gambar 7. Jawaban AR pada soal
nomor 1

ARS2 16
Gambar 8. Jawaban AR pada soal
nomor 2

198 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016
Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016

Gambar 7 menunjukkan bahwa AR menuliskan yang diketahui panjang rusuk = 6 cm
(ARS2 10) dan yang ditanyakan volume kubus? (ARS2 11). Jawaban pada (ARS2 10) dan
(ARS2 11) benar. Selanjutnya pada (ARS2 12) AR menjawab benar tetapi satuan yang
digunakan salah seharusnya
.
Gambar 8 menunjukkan bahwa AR menuliskan diketahui p = 7 cm , t = 5 cm, v = 105
(ARS2 13) dan ditanyakan lebar balok? (ARS2 14). Jawaban (ARS2 13) dan (ARS2 14)
benar. Selanjutnya AR menuliskan 105 = 38l (ARS2 15), Jawaban pada (ARS2 15) salah
karena AR keliru dalam mengoperasikan seharusnya 35l, sehingga hasil akhir yang diperoleh
juga salah. Seharusnya jawaban (ARS2 16) adalah 3 cm.
Selanjutnya untuk memperoleh informasi lebih lanjut tentang kesalahan AR, peneliti
melakukan wawancara dengan AR sebagaimana transkip wawancara berikut:
ARS2 01 P:

ARS2 02 S:
ARS2 03 P:
ARS2 04 S:
ARS2 05 P:

ARS2 06 S:
ARS2 07 P:
ARS2 08 S:
ARS2 09 P:
ARS2 10 S:
ARS2 11 P:
ARS2 12 S:

cara kerja untuk soal nomor 1 AR sudah menjawab benar tetapi salah dalam
menggunakan satuan hitungnya, sekarang kakak tanya satuan hitung untuk
volume kubus apa?
kak.
kenapa AR menjawab
?
saya terpengaruh sama teman-teman kak, soalnya teman bilang satuannya
.
lain kali percaya sama diri sendiri AR jangan terpengaruh dengan temanteman, untuk soal nomor 2 cara kerjanya AR disini sudah benar tapi hasil
kalinya masih salah, coba AR hitung kembali 7 × 5 berapa ?
35 kak.
kenapa AR jawab 38?
saya salah menghafal perkalian kak.
coba sekarang AR hitung 105 bagi 35, hasilnya berapa?
3 kak.
ya benar, jadi lain kali harus lebih teliti lagi menghitungnya.
iya kak.

Hasil tes akhir tindakan siklus II dan hasil wawancara menunjukkan bahwa secara umum
AR sudah mampu mengerjakan soal mengenai volume kubus dan balok. Meskipun AR masih
salah menggunakan satuan hitung (ARS204S) dan salah dalam perhitungan (ARS210S).
Namun setelah dibimbing melalui wawancara AR dapat menyelesaikannya dengan benar.
Aspek-aspek aktivitas guru yang diamati oleh pengamat selama proses pembelajaran
siklus I dan siklus II meliputi:1) membuka pembelajaran dan mengajak siswa berdoa, 2)
mengecek kehadiran siswa dan menyiapkan siswa untuk belajar, 3) menyampaikan materi dan
tujuan pembelajaran, 4) memberikan motivasi kepada siswa, 5) menyampaikan apersepsi, 6)
menyajikan materi dan memberikan penjelasan tentang kegiatan yang akan dilakukan siswa
dalam kelompok belajarnya, 7) mengontrol pemahaman siswa dengan mengajukan pertanyaan
dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, 8) membagi siswa kedalam
beberapa kelompok dimana setiap anggota kelompok beranggotakan 4 sampai 5 orang siswa
yang heterogen, 9) membagikan LKS kepada setiap kelompok, 10) memonitoring dan
membimbing siswa dalam mengerjakan tugas secara berkelompok, 11) mengarahkan siswa
membuat kesimpulan, 12) memberikan tes yang dikerjakan secara individu, 13) memberikan
penghargaan kelompok, 14) memberikan pekerjaan rumah, 15) mengakhiri pembelajaran
dengan mengucapkan salam, 16) efektifitas pengelolaan waktu dan 17) penampilan guru dalam
proses pembelajaran. Hasil observasi aktivitas guru pada siklus I adalah aspek 1, 9 dan 17
berkategori sangat baik. Aspek 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10, 11, 12, 13, 14 dan 15 berkategori baik.
Aspek 16 berkategori cukup. Sedangkan pada siklus II aspek 1, 9, 10, 11, 13 dan 17 berkategori

Patta Rani Nuraisyah, Muh. Hasbi, dan Ibnu Hadjar, Penerapan Model … 199
sangat baik. Aspek 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 12, 14, 15, dan 16 berkategori baik. Olehnya itu, aktivitas
guru dalam mengelolah pembelajaran pada siklus I dikategorikan baik dan pada siklus II
dikategorikan sangat baik.
Aspek yang diamati pada aktivitas siswa yaitu 1) menjawab salam dan berdoa bersama,
2) menyiapkan diri untuk belajar, 3) menyimak hal yang disampaikan oleh guru mengenai
materi yang akan diajarkan dan tujuan pembelajaran yang dicapai, 4) menyimak motivasi
pembelajaran dari guru, 5) mengungkapkan pengetahuan awal secara lisan, 6) memperhatikan
dan menyimak penjelasan dari guru, 7) bertanya jika ada materi yang kurang jelas, 8)
membentuk kelompok yang dibagikan guru, 9) mengerjakan LKS dari guru, 10) menyimak
arahan yang disampaikan guru, 11) membuat kesimpulan dari hasil yang diperoleh, 12)
mengerjakan tes secara individu, 13) menerima penghargaan kelompok, 14) mencatat
pekerjaan rumah yang diberikan guru dan 15) mempersiapkan diri untuk mengakhiri
pembelajaran dengan menjawab salam.
Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I oleh pengamat adalah Aspek 1 berkategori
sangat baik. Aspek 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10, 11, 12, 13 dan 15 berkategori baik. Aspek 9 dan 14
berkategori cukup. Siklus II hasil observasi aktivitas siswa oleh pengamat adalah aspek 1, 4, 6,
8, 9, 14 dan 15 berkategori sangat baik. Aspek 2, 3, 5, 7, 10, 11, 12 dan 13 berkategori baik.
Oleh karena itu, aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran pada siklus I dikategorikan baik
dan pada siklus II dikategorikan sangat baik.
PEMBAHASAN
Sebelum pelaksanaan tindakan peneliti terlebih dahulu melakukan tes awal yang
bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa pada materi prasyarat. Hasil tes awal juga
menjadi acuan dalam pembentukan kelompok belajar dan penentuan informan. Hal ini sesuai
dengan pendapat Paembonan (2014) bahwa pelaksanaan tes awal bertujuan untuk mengetahui
kemampuan awal siswa tentang materi prasyarat dan sebagai pedoman dalam pembentukan
kelompok belajar yang heterogen serta penentuan informan. Pelaksanaan tindakan pada siklus I
dan siklus II mengikuti fase-fase pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dikemukakan oleh
Isjoni (2009) yaitu: 1) penyajian Kelas, 2) transisi ke tim atau belajar kelompok, 3) tim studi
dan monitoring, 4) evaluasi, dan 5) memberikan penghargaan.
Kegiatan pendahuluan dimulai peneliti membuka pembelajaran dengan mengucapkan
salam, mengajak siswa untuk berdoa bersama, mengecek kehadiran siswa dan menyiapkan
siswa untuk belajar. Kegiatan tersebut dapat menarik perhatian siswa di awal pembelajaran. Hal
ini sesuai dengan pendapat Amrullah (2014) yang menyatakan bahwa kegiatan guru membuka
pembelajaran dengan mengucapkan salam, mengajak siswa untuk berdoa bersama, mengecek
kehadiran siswa dan menyiapkan siswa untuk belajar dapat menarik perhatian siswa di awal
pembelajaran. Selanjutnya peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.
Setelah siswa mengetahui tujuan pembelajarannya, siswa akan lebih terarah dalam mengikuti
pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Prawiradilaga (2009) bahwa menyampaikan
tujuan pembelajaran yang akan dicapai siswa sangat diperlukan karena siswa akan lebih terarah
dalam mengikuti pembelajaran.
Selanjutnya peneliti memotivasi siswa dengan menyampaikan manfaat mempelajari
materi luas permukaan dan volume kubus dan balok. Setelah siswa mengetahui manfaatnya
siswa termotivasi untuk belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Wijayanti (2010) bahwa siswa
akan termotivasi untuk belajar ketika siswa mengetahui manfaat materi yang akan dipelajari.
Setelah itu, peneliti melakukan apersepsi untuk mengingatkan kembali pengetahuan prasyarat
siswa. Apersepsi ini dilakukan untuk memberikan penguatan terhadap pengetahuan prasyarat

200 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016
Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016

siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Paloloang (2014) yang menyatakan bahwa apersepsi
dilakukan untuk memberikan penguatan terhadap pengetahuan prasyarat siswa.
Kegiatan pada fase penyajian kelas. Pada fase ini peneliti menyampaikan informasi
mengenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Hal ini dilakukan agar siswa
mengetahui model pembelajaran yang diterapkan sehingga siswa lebih tertarik untuk
mengikuti pembelajaran. Hal ini sejalan dengan pendapat Alfiliansi (2014) yang
menyatakan perlunya siswa mengetahui model pembelajaran yang diterapkan sehingga
siswa tertarik untuk mengikuti pembelajaran.
Selanjutnya fase transisi ke tim atau belajar kelompok. Peneliti mengelompokkan
siswa ke dalam 5 kelompok belajar yang beranggotakan 4 sampai 5 siswa dalam 1
kelompok. Peneliti menentukan anggota kelompok yang anggotanya memiliki kemampuan
yang heterogen. Hal ini sejalan dengan pendapat Trianto (2009) bahwa menentukan
anggota kelompok diusahakan agar kemampuan siswa dalam kelompok adalah heterogen.
Selain itu, peneliti membagikan LKS untuk setiap kelompok. LKS digunakan sebagai
panduan siswa untuk penyelidikan dan pengerjaan soal latihan. Hal ini sejalan dengan
pendapat Trianto (2009) bahwa LKS adalah panduan siswa yang digunakan untuk
penyelidikan dan pengerjaan soal latihan.
Kegiatan pada fase tim studi dan monitoring. Pada fase ini peneliti memberikan
bimbingan kepada kelompok yang mengalami kesulitan. Selama siswa mengalami kesulitan
peneliti akan memberikan bimbingan seperlunya dan akan mengurangi secara perlahan
bimbingan tersebut setelah siswa dapat melakukannya. Hal ini sesuai dengan pendapat
Apriyanti (2011) yang menyatakan bahwa ketika siswa mengalami kesulitan dalam menjawab
pertanyaan, guru memberikan bimbingan kepada anak tersebut dan akan mengurangi bantuan
itu setelah anak dapat melakukannya.
Selanjutnya kegiatan pada fase evaluasi. Pada fase ini siswa mempresentasikan hasil
kerja kelompoknya. Siswa mempresentasikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas dengan
menggunakan bahasa sendiri. Hal ini sejalan dengan pendapat Nur’aeni (2010) bahwa melalui
presentasi di depan kelas, siswa berkesempatan untuk mengungkapkan hasil kerja
kelompoknya dengan bahasa sendiri. Setelah itu, peneliti memberikan kesempatan kepada
kelompok lain untuk menanggapi jawaban yang diberikan temannya. Hal ini dilakukan agar
siswa terbiasa untuk mengemukakan pendapatnya mengenai jawaban yang diberikan temannya
sehingga hal yang dipelajarinya lebih bermakna. Hal ini sesuai dengan pendapat Rahmawati
(2013) yang menyatakan perlunya pembiasaan untuk memberikan tanggapan terhadap jawaban
yang diberikan oleh orang lain, sehingga yang dipelajari siswa menjadi lebih bermakna.
Kegiatan pada fase memberikan penghargaan yakni peneliti memberikan penghargaan
berupa buku dan alat tulis kepada siswa yang telah mempresentasikan jawabannya dengan baik.
Siswa diberikan penghargaan agar dapat meningkatkan prestasi belajarnya. Hal ini sesuai
dengan pendapat Nugroho (2014) bahwa siswa diberikan suatu penghargaan bertujuan untuk
meningkatkan prestasi belajarnya.
Hasil observasi pada siklus I diperoleh aktivitas guru dan aktivitas siswa masuk
kategori baik. Sedangkan hasil observasi aktivitas guru dan aktivitas siswa pada siklus II
masuk kategori sangat baik. Hasil tes akhir tindakan siklus I diperoleh siswa yang tuntas
sebanyak 19 siswa dari 25 siswa yang mengikuti tes. Sedangkan pada siklus II diperoleh
yang tuntas sebanyak 20 siswa dari 23 siswa yang mengikuti tes.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 13 Palu
pada materi luas permukaan dan volume kubus dan balok, melalui penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan fase-fase: 1) penyajian kelas, 2) transisi ke tim atau
belajar kelompok, 3) tim studi dan monitoring, 4) evaluasi, dan 5) memberikan penghargaan.

Patta Rani Nuraisyah, Muh. Hasbi, dan Ibnu Hadjar, Penerapan Model … 201
Hal ini sesuai dengan pendapat Kamaliah (2014) bahwa penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan dapat mengembangkan
kemampuannya untuk bekerja sama dalam kelompoknya. Penelitian lainnya dilakukan oleh
Ma’rifatillah (2010) yang menyimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII
SMP Negeri 13 Palu dengan mengikuti fase-fase: 1) penyajian Kelas, 2) transisi ke tim atau
belajar kelompok, 3) tim studi dan monitoring, 4) evaluasi, dan 5) memberikan penghargaan.
Kegiatan pendahuluan dimulai peneliti membuka pembelajaran dengan mengucapkan
salam, mengajak siswa untuk berdoa bersama, mengecek kehadiran siswa dan menyiapkan
siswa untuk belajar. Kemudian peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran, memberikan
motivasi kepada siswa dan melakukan apersepsi dengan cara melakukan tanya jawab
mengenai materi prasyarat. Kegiatan inti dimulai pada fase penyajian kelas, pada fase ini
peneliti menyampaikan informasi mengenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD
yang diterapkan dalam pembelajaran. Kemudian dilanjutkan pada fase transisi ke tim atau
belajar kelompok, peneliti membagi siswa ke dalam 5 kelompok belajar yang heterogen
yang beranggotakan 4 sampai 5 siswa dalam 1 kelompok. Kegiatan pada fase tim studi dan
monitoring, peneliti memberikan bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan.
Selanjutnya kegiatan pada fase evaluasi siswa mempresentasikan hasil kerja kelompoknya
didepan kelas, dan memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi.
Kemudian dilanjutkan dengan fase memberikan penghargaan, siswa diberikan penghargaan
berupa buku dan alat tulis karena telah mampu mempresentasikan jawabannya dengan baik.
SARAN
Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka sebaiknya guru hendaknya dapat menjadikan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagai alternatif untuk meningkatkan hasil
belajar siwa. Bagi calon peneliti berikutnya dapat menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD pada materi lain, dalam rangka peningkatan hasil belajar siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Apriyanti, R. (2011). Pengaruh Metode Penemuan dengan Menggunakan Teknik Scaffolding
Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa. Skripsi Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan Universitas Islam Negeri Jakarta. [Online]. Tersedia: http://
respository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/2636. [25 Juli 2016].
Alfiliansi, A. (2014). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD berbantuan Blok
Aljabar untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Penjumlahan dan Pengurangan
Bentuk Aljabar di Kelas VIII SMP Negeri 12 Palu. Dalam Jurnal Elektronik Pendidikan
Matematika. [Online]. Vol. 2, No. 2, 9 halaman. Tersedia: http://jurnal.untad.ac.id/
jurnal/index.Php/JEPMT/article/view. [31 Juli 2016].
Amrullah, A. L. (2014). Penerapan Pendekatan Realistic Mathematics Education untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Soal Cerita Tentang Himpunan di Kelas

202 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016
Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016

VII MTsN Palu Barat. Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako. [Online].
Vol. 2, No. 1, 11 halaman. Tersedia: http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.
php/JEPMT/article/download/3226/2281. [30 Agustus 2016].
Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 Matapelajaran
Matematika. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Isjoni. (2009). Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi antar
Peserta Didik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kamaliah, Pudjawan, K & Jampel, I. N. (2014). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe STAD Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa SD Kelas IV di Desa
Pegayaman Kecamatan Sukasada Tahun Pelajaran 2013/2014. Dalam E-Journal
MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha. [Online]. Vol. 2, No. 1, 11
halaman.
Tersedia:
http//ejournal.undiksha.ac.id/index.php/jj
PGSD/article/
download/3874/3084. [31 Juli 2016].
Kemis, S. Dan Mc Taggart, R. (2013). The Action Research Planner: Doing Critical
Participatory Action Research. Singapore: Springer Sience. [Online]. Tersedia:
https://books.google.co.id/books?id=GB3IBAAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=kemi
s+and+mctaggart&hl=en&sa=X&redir_esc=y#v=onepage&q=kemmis%20and%20mcta
ggart&f=false. [8 September 2016].
Khaeri, F. (2010). Penerapaan Model Pembelajaran Reciprocal Teaching untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa pada Materi Luas Permukaan dan Volume Kubus dan Balok di Kelas
VIII SMP Negeri 16 Palu. Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako. Vol. 2,
No. 3, 13 halaman.
Ma’rifatillah, A. (2010). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Keliling dan Luas Daerah Segiempat
di Kelas VII SMP Negeri 2 Tinombo Selatan. Jurnal Elektronik Pendidikan
Matematika Tadulako, Vol. 2, No. 4, 13 halaman.
Miles, M.B dan Huberman, A.M. (1992). Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tentang
Metode-Metode Baru. Terjemahan oleh Tjeptjep Rohendi Rohidi. Jakarta: UI-Press.
Nugroho, Budiyono, dan Subanti. (2014). Eksperimentasi Model Pembelajaran Missouri
Mathematics Project (MMP) dan Model Pembelajaran Student Teams Achievement
Division (STAD) disertai Assessment For Learning Melalui Teman Sejawat Ditinjau dari
Kemandirian Belajar Siswa Kelas X SMA di Kabupaten Bantul. Jurnal elektronik
Pembelajaran Matematika. [Online]. Vol. 2, No. 1. Tersedia: http://jurnalfkip.uns. ac.id.
[18 September 2016].
Nuraeni, E. (2010). Pengembangan Kemampuan Komunikasi Geometris Siswa Sekolah Dasar
Melalui Pembelajaran Berbasis Teori Van Hiele. Jurnal Saung Guru. [Online]. Vol. 1,
No. 2, 7 halaman. Tersedia: http://103.23.244.11/Direktori/ JURNAL/SAUNG_GURU/
VOL_1_NO._2/Hj._Epon_NuraeniPENGEMBANGAN_KEMAMPUAN_KOMUNIK
ASI_GEOMETRIS_SISWA_SEKOLAH_DASAR_MELALUI_PEMBELAJARAN_B
ERBASIS_TEORI_VAN_HIELE.pdf [27 Oktober 2016].
Paembonan, R. D. (2014). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads
Together untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Penarikan Kesimpulan

Patta Rani Nuraisyah, Muh. Hasbi, dan Ibnu Hadjar, Penerapan Model … 203
Logika Matematika di Kelas X SMA GPID Palu. Jurnal Elektronik Pendidikan
Matematika Tadulako. [Online]. Vol. 2, No. 1, 11 halaman. Tersedia: http:/jurnal.
untad.ac.id/jurnal/index.php/JEPMT/article/view/3235/2290. [7 Oktober 2016].
Paloloang, M.F.B. (2014). Penerapan Model Pembelajaran Problem Basic Learning untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Panjang Garis Singgung Persekutuan
Dua Lingkaran di Kelas VIII SMP Negeri 19 palu. Jurnal Elektronik Pendidikan
Tadulako. [Online]. Vol. 2, No. 1, 11 halaman. Tersedia: http://jurnal.untad.ac.id/
jurnal/index.php/JEPMT/article/view/3232. [8 Oktober 2016].
Prawiradilaga, D. S. (2009). Prinsip Disain Pembelajaran. Jakarta: Kencana.
Purwatiningsih, S. (2014). Penerapan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa pada Materi Luas Permukaan dan Volume Kubus dan Balok di Kelas
VIII A SMP Negeri 16 Palu. Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako.
[Online]. Vol.1, No.1, 11 halaman. Tersedia: http://jurnal.untad.ac.id/ jurnal/
index.php/JEPMT/article/view/3097/2170. [18 September 2016].
Rahmawati, F. (2013). Pengaruh Pendekatan Pendidikan Realistik Matematika dalam
Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa Sekolah Dasar. Dalam
Journal FMIPA Unila. [Online]. Vol. 1, No. 1, 14 halaman. Tersedia: http://journal.
fmipa.unila.ac.id/index.php/semirata/article/view/882/701. [27 Juli 2016].
Sulistyah, E., Imamah, N & Sumilih, G. (2011). Meningkatkan Keaktifan dan Keterampilan
Siswa dalam Pemecahan Masalah pada Pembelajaran Matematika dengan Penerapan
Model STAD. Dalam Jurnal PTK DBE 3 [Online]. Vol Khusus No. 1, 10 halaman.
Tersedia: http//inovasipendidikan. net/jurnalptk/Jurnal%20PTK%20DBE%203_Anwrevisi%20%28Main%20Files %29.pdf. [25 Juli 2016].
Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Surabaya: Kencana
Prenada Media Group. Wijayanti, W. (2010). Usaha Guru dalam Meningkatkan Motivasi
Belajar Matematika Siswa SMA Negeri 1 Godean. Skripsi FMIPA Universitas Negeri
Yogyakarta. [Online]. Tersedia: http://eprints.uny.ac.id/ 2265/1/WahyuWijayanti
06301244078.pdf. [25 Juli 2016]

Dokumen yang terkait

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA MATERI POKOK LUAS PERMUKAAN DAN VOLUME KUBUS DAN BALOK DITINJAU DARI KEDISIPLINAN BELAJAR SISWA KELAS VIII SEMESTER 2

0 85 209

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN VAN HIELE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI LUAS PERMUKAAN DAN VOLUME DARI KUBUS DAN BALOK DI KELAS VIII SMP NEGERI 18 PALU | Muzdalivah | AKSIOMA : Jurnal Pendidikan Matematika 8632 28316 1 PB

0 0 13

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI KELAS VIII A SMP NEGERI 17 PALU PADA MATERI LUAS PERMUKAAN DAN VOLUME KUBUS DAN BALOK | Chairani | Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako 8894 29205 1 PB

0 0 12

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI LUAS PERMUKAAN DAN VOLUME KUBUS DAN BALOK DI KELAS VIII SMP NEGERI 16 PALU | Khaeri | Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako 8306 27243 1 PB

0 3 12

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI LUAS PERMUKAAN DAN VOLUME PRISMA DI KELAS VIII SMP NEGERI 18 PALU | Sondek | Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako 8435 27707 1 PB

0 1 14

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI KELILING DAN LUAS DAERAH LINGKARAN DI KELAS VIII SMP NEGERI 18 PALU | Lestari | Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako 8452 27775 1 PB

0 0 12

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI LUAS PERMUKAAN DAN VOLUME LIMAS DI KELAS VIII SMP NEGERI 5 PALU | Abimanyu | AKSIOMA : Jurnal Pendidikan Matematika 7753 25580 1 PB

0 0 11

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP ADVENT PALU PADA MATERI LUAS PERMUKAAN DAN VOLUME KUBUS DAN BALOK | Dyantari | AKSIOMA : Jurnal Pendidikan Matematika 8370 27475 1 P

0 0 13

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD BERBANTUAN ALAT PERAGA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI LUAS PERMUKAAN DAN VOLUME KUBUS SERTA BALOK DI KELAS VIIIA SMPN 3 TINOMBO SELATAN

0 0 13

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TALKING STICK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI LUAS PERMUKAAN SERTA VOLUME KUBUS DAN BALOK DI KELAS VIII F SMP NEGERI 7 PALU

0 0 14