PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN VAN HIELE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI LUAS PERMUKAAN DAN VOLUME DARI KUBUS DAN BALOK DI KELAS VIII SMP NEGERI 18 PALU | Muzdalivah | AKSIOMA : Jurnal Pendidikan Matematika 8632 28316 1 PB

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN VAN HIELE UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI LUAS
PERMUKAAN DAN VOLUME DARI KUBUS DAN BALOK DI KELAS
VIII SMP NEGERI 18 PALU
Muzdalivah
E-mail:muzdalivahmalengga@gmail.com
Marinus B. Tandiayuk
E-mail:marinustandiayuk@yahoo.com
Anggraini
E-mail:anggiplw@yahoo.co.id
Abstrak: Tujuan penelitianini adalah untuk mendeskripsikan penerapan model pembelajaran Van
Hiele yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi luas permukaan dan volume dari
kubus dan balok di kelas VIII SMP Negeri 18 Palu. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas
yang mengacu pada desain penelitianKemmis dan Mc. Taggart, yaitu perencanaan, tindakan,
observasi dan refleksi. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus. Subjek penelitian ini adalah siswa
kelas VIII SMP Negeri 18 Palu yang berjumlah 20 siswa, terdiri atas 10 siswa laki-laki dan 10 siswa
perempuan. Data pada penelitian ini dikumpulkan melalui lembar observasi, wawancara, catatan
lapangan dan tes. Hasil penelitian menunjukan bahwa penerapan model pembelajaran Van Hiele
dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi luas permukaan dan volume dari kubus dan
balok di kelas VIII SMP Negeri 18 Palu melalui fase-fase sebagai berikut: 1) informasi, 2) orientasi
langsung, 3) penjelasan, 4) orientasi bebas dan 5) integrasi.

Kata kunci: model pembelajaran Van Hiele, hasil belajar, luas permukaan dan volume dari kubus
dan balok.
Abstrack: The purpose of this research was to describe the application of learning model Van Hiele
that can improve student learning outcomes at the material surface area and volume of cubes and
blocks in class VIII SMP Negeri 18 Palu. This research is classroom action research which refers to
Kemmis and Mc. Taggart research design that including are planning, acting, observating and
reflecting. This research was conducted in two cycles. The subjects of research were students of
class VIII SMP Negeri 18 Palu totaling 20 students, consisting of 10 male students and 10 female
students. Data of this research was collected through observation sheet, interview, note fields and
test. The result of research showed that that the application of learning model Van Hiele can
improve student learning outcomes at the material surface area and volume of cubes and blocks in
class VIII SMP Negeri 18 Palu through phases as follows: 1) information, 2) directed orientation,
3) explication, 4) free orientation and 5) integration.
Keyword: learning model Van Hiele, learning outcomes, surface area and volume of cubes and
blocks.

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern,
mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia.
Oleh karena itu matematika perlu diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar
hingga perguruan tinggi untuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analitis,

dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama (Depdiknas, 2006). Berdasarkan kurikulum tingkat
satuan pendidikan, satu diantara pokok bahasan matematika yang dipelajari siswa di sekolah
menengah pertama adalah geometri. Menurut Oktorizal (2012) geometri merupakan cabang
matematika yang menempati posisi khusus dalam pembelajaran matematika di sekolah.S atu
diantara materi geometri yang diajarkan di SMP khususnya pada siswa kelas VIII adalah luas
permukaan dan volume dari kubus dan balok. Menurut Purwatiningsi (2013) siswa masih
mengalami kesulitan dalam menghitung luas permukaan dan volume balok. Hal tersebut sesuai

232 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016
Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016

dengan pendapat Susanti (2011) yang menyatakan bahwa materi luas permukaan serta volume
kubus dan balok merupakan materi yang sulit bagi siswa.
Terkait pendapat tersebut peneliti menduga bahwa siswa di SMP Negeri 18 Palu juga
mengalami kesulitan dalam menghitung luas permukaan dan volume dari kubus dan balok. Oleh
karena itu peneliti melakukan dialog dengan guru bidang studi matematika di sekolah tersebut,
dan memperoleh informasi bahwa dalam menentukan luas permukaan dan volume dari kubus
dan balok, siswa kadang lupa dengan rumus yang akan digunakan, siswa juga mengalami
kesulitan apabila menentukan panjang rusuk dari bangun ruang tersebut, dan bahkan siswa hanya
menuliskan yang diketahui dan ditanyakan dari soal. Informasi lain yang diperoleh yaitu selama

proses pembelajaran di kelas guru pernah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD, tetapi karena sulit mengefisienkan waktu dalam pembentukan kelompok belajar, guru
akhirnya lebih sering menerapkan model pembelajaran langsung, sehingga guru menjadi satusatunya sumber informasi yang mengakibatkan siswa menjadi pasif karena tidak dilibatkan
langsung dalam proses pembelajaran. Selain itu kelas lebih didominasi oleh siswa
yangberkemampuan tinggi, siswa juga kurangberinteraksi dan berkomunikasi dengan teman dan
guru, serta siswa sering lupa dengan materi yang telah diberikan.
Menindaklanjuti hasil dialog peneliti dengan guru matematika, selanjutnya peneliti
melaksanakan tes untuk mengidentifikasi masalah yang dialami siswa pada materi luas
permukaan dan volume dari kubus dan balok. Tes identifikasi diberikan kepada siswa kelas IX,
karena siswa kelas IX telah mempelajari materi tersebut. Satu diantara soal yang diberikan
yaitu sebuah balok mempunyai luas permukaan 376 cm2. Jika balok tersebut memiliki panjang
10 cm dan lebar 6 cm, maka hitunglah tinggi dari balok tersebut!
Jawaban siswa terhadap soal tes identifikasi dikelompokan berdasarkan ciri-ciri
kesalahan yang hampir sama. Satu diantara kelompok jawaban siswa terhadap soal tes
identifikasi tersebut ditampilkan pada Gambar 1.

UY TI 01

UY TI 05


UY TI 02

UY TI 06

UY TI 03

UY TI 07

UY TI 04

UY TI 08
Gambar 1. Jawaban siswa UY pada soal tes identifikasi

Gambar 1menunjukan bahwasiswa UY menuliskan yang diketahui LP = 376 cm2, p = 10
cm,l = 6 cm (UY TI 01),dan yang ditanyakan t = …? (UY TI 02) atau tinggi dari balok.
Selanjutnya siswa UY menuliskan rumus luas permukaan balokLP = 2(p.l + p.t + l.t) (UY TI
03), kemudian siswa UYmensubtitusi nilai-nilai yang diketahui dan ditanyakan ke dalam rumus
tersebut, yaitu 376 = 2(10.6 + 10.t + 6.t) (UY TI 04). Setelah itu siswa UY melakukan operasi
hitung perkalian pada bilangan-bilangan yang ada dalam kurung sehingga diperoleh 376 = 2(60
+ 10.t + 6.t) (UY TI 05), kemudian melakukan operasi hitung penjumlahan pada bilangan yang

sejenis dan diperoleh hasil 376 = 2(60 + 16t) (UY TI 06). Selanjutnya siswa UY menuliskan
376 = 120 + 32 (UY TI 07) dan 152 cm4 (UY TI 08). Jawaban siswa UYdalam menuliskan376
= 120 + 32 (UY TI 07) adalah keliru, karena siswa UYtidak menuliskan variabel t pada hasil

Muzdalivah, Marinus B. Tandiayuk, dan Anggraini, Penerapan Model … 233
perkalian bilangan 2 dan 16t. Sehingga jawaban akhir yang dituliskan siswa UY yaitu154
cm4(UY TI 08) jugakeliru, karena siswa UY hanya menuliskan hasil penjumlahan dari bilangan
yang terdapat di ruas kanan dan memberikan satuan cm4.Jawaban yang diharapkan adalah 376
= 120 + 32t (UY TI 07) sehingga t = 8 (UY TI 08).
Berdasarkan hasil dialog dan tes identifikasi, perlu adanya suatu alternatif yang dapat
memperbaiki proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Satu
diantara alternatif yang dapat dilakukan adalah dimulai dengan pembenahan proses
pembelajaran yang dilakukan oleh guru, yaitu dengan menerapkan suatu model pembelajaran
yang dapat melibatkan siswa secara aktif dan memungkinkan siswa untuk dapat berinteraksi
dan mengkonstruksi pengetahuan baru secara mandiri sehingga siswa dapat memahami materi
yang diberikan. Upaya yang relevan dengan permasalahan tersebut adalah penerapan model
pembelajaran Van Hiele.
Penerapan model pembelajaran Van Hieleakan membuat proses pembelajaran lebih
berkesan bagi siswa, karena cocok digunakan pada materi geometridanakan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuannya serta dapat

merespon kebutuhan semua siswa yang mungkin bervariasi dalam tingkat berpikir dan
kemampuan geometrinya. Wahyuni (2010) mengemukakan bahwa dalam pembelajaran
Van Hiele guru sedapat mungkin merancang tugas sehingga siswa dapat mengkonstruksi
konsep-konsep, aturan serta belajar memecahkan masalah yang ada sesuai dengan tahap
berpikirnya, siswa yang berada dalam satu kelompok memiliki ketergantungan positif satu
sama lain untuk menyelesaikan tugas kelompok, serta saling membantu sehingga pada
akhirnya setiap anggota dapat terlibat aktif dan dapat memahami materi yang diberikan.
Selain itu hasil penelitian yang dilakukan oleh Susanti (2011) menunjukan bahwa
penerapan model pembelajaran Van Hiele dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada
materi bangun ruang sisi datar di kelas VIII MTs. Darussalam Kroya.
Berdasarkan uraian tersebut, rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana
penerapan model pembelajaran Van Hiele yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada
materi luas permukaan dan volume dari kubus dan balok di kelas VIII SMP Negeri 18 Palu?
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang mengacu pada desain model
penelitian yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc. Taggart (2013) yang terdiri atas empat
komponen, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah
siswa kelas VIII SMP Negeri 18 Palu yang berjumlah 20 orang siswa. Berdasarkan hasil tes
awal dan konsultasi dengan guru matematika di kelas VIII SMP Negeri 18 Palu, dipilih 3 orang
informan yang berkemampuan rendah, sedang dan tinggi. Ketiga orang informan tersebut,

berturut-turut yaitu siswa yang berinisial ET, GW dan NI. Teknik pengumpulan data pada
penelitian ini yaitu observasi, wawancara, catatan lapangan dan tes. Analisis data dilakukan
dengan mengacu pada analisis data kualitatif model Miles dan Hubermen (1992) yaitu reduksi
data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Kriteria keberhasilan tindakan pada penelitian ini yaitu: 1) setiap aspek pada lembar
observasi aktivitas guru minimal berkategori baik, 2) setiap aspek pada lembar observasi
aktivitas siswa minimal berkategori baik, 3) siswa dapat menghitungluas permukaan kubus dan
balok untuk siklus I,dan 4) siswa dapat menghitungvolume kubus dan balok untuk siklus II.
HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian ini terdiri atas hasil pra tindakan dan hasil pelaksanaan tindakan.

234 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016
Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016

Kegiatan pada pra tindakan adalah peneliti melakukan tes awal tentang materi prasyarat dengan
tujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa dan hasilnya dijadikan sebagai pedoman
untuk menentukan informan dan pembentukan kelompok belajar yang heterogen. Hasil analisis
tes awal menunjukkan bahwa 13 orang siswa dari 16 orang siswa yang mengikuti tes awal
sudah dapat menyelesaikan soal dengan benar, yang meliputi menentukan hasil akar kuadrat
dan akar pangkat tiga, menghitung luas daerah bangun datar persegi dan persegi panjang, serta

dapat menentukan beberapa unsur pada bangun ruang.
Penelitian ini terdiri atas dua siklus. Setiap siklus dilaksanakan dalam dua kali pertemuan.
Pertemuan pertama dilaksanakan pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran Van Hiele
pada materi luas permukaan kubus dan balok pada siklus I dan materi volume kubus dan balok
pada siklus II. Pelaksanaan tes akhir tindakan dilakukan pada pertemuan kedua untuk setiap
siklus. Pelaksanaan pembelajaran dilakukan dalam tiga tahap kegiatan, yaitu: 1) kegiatan awal, 2)
kegiatan inti dan 3) kegiatan penutup. Hal ini sesuai dengan peraturan menteri pendidikan
Nasional Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2007 yang menetapkan bahwa kegiatan
pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Kegiatan inti
pembelajaran dari setiap siklus menerapkan model pembelajaran Van Hiele yang terdiri atas fase
informasi, fase orientasi langsung, fase penjelasan, fase orientasi bebas dan fase integrasi.
Kegiatan awal pada setiap siklus dimulai dengan membuka kegiatan pembelajaran, yaitu
mengucapkan salam, berdoa bersama, mengecek kehadiran siswa dan mempersiapkan siswa
untuk mengikuti pembelajaran. Selanjutnya peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran yang
diharapkan dapat dicapai siswa. Tujuan pembelajaran pada siklus I, yaitu:1) siswa dapat
menghitung luas permukaan kubus dan 2) siswa dapat menghitung luas permukaan balok.
Sedangkan tujuan pembelajaran pada siklus II, yaitu:1) siswa dapat menghitung volume kubus
dan 2) siswa dapat menghitung volume balok. Selanjutnya peneliti memotivasi siswa dengan
menyampaikan manfaat dari materi yang akan dipelajari dalam kehidupan sehari-hari. Satu
diantara contoh yang peneliti berikan adalah bila siswa ingin membuat sebuah kotak tempat

permainan yang terbuat dari papan tripleks, jika panjang, lebar, dan tinggi kotak sudah
diketahui, maka siswa akan dengan mudah menentukan berapa luas tripleks yang dibutuhkan
untuk membuat kotak tempat permainan tersebut. Setelah siswa diberikan motivasi, siswa
menjadi tahu manfaat tentang materi yang akan diajarkan dan menjadi bersemangat serta lebih
termotivasi dalam belajar. Peneliti kemudian melakukan apersepsi denganmengingatkan
kembali tentang materi luas bangun datar persegi dan persegi panjang pada siklus I, dantentang
materi unsur-unsur bangun ruang dan akar pangkat tiga pada siklus II. Setelah siswa diberikan
apersepsi, siswa menjadi ingat kembali dan lebih memahami materi prasyarat sebelum
memahami materi selanjutnya.
Kegiatan pada fase informasi yaitu peneliti mendemonstrasikan alat peraga kepada siswa
dan melakukan kegiatan tanyajawab untuk mengetahui pengetahuan awal siswa tentang materi
yang akan dipelajari dan membimbing siswa untuk memperoleh informasi baru yang berkaitan
dengan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan pada fase berikutnya. Setelah siswa
melakukan kegiatan pembelajaran di fase ini, pada siklus I siswa telah mengetahui bahwa
kubus merupakan bangun ruang yang terbentuk dari enam buah persegi dan balok merupakan
bangun ruang yang terbentuk dari enam buah persegi panjang, sedangkan pada siklus II siswa
telah mengetahui bahwa kubus memiliki rusuk yang sama panjang dan balok memiliki tiga
pasang rusuk yang berbeda.
Kegiatan pada fase orientasi langsung adalah peneliti meminta siswa untuk bergabung ke
dalam kelompoknya masing-masing dan memberikan LKS 1 serta alat peraga kepada setiap

kelompok. Kelompok yang terbentuk pada siklus I adalah 4 kelompok, yaitu 3 kelompok

Muzdalivah, Marinus B. Tandiayuk, dan Anggraini, Penerapan Model … 235
dengan jumlah anggota masing-masing adalah 3 orang, dan 1 kelompok dengan jumlah
anggota 4 orang. Hal ini disebabkan karena 7 orang siswa tidak hadir pada pertemuan tersebut.
Sedangkan pada siklus IIkelompok yang terbentuk adalah 5 kelompok yang masing-masing
beranggotakan 4 orang. Aktivitas pembelajaran yang dilakukan pada siklus I adalah setiap
kelompok mengerjakan LKS 1 berbantuan alat peraga kubus dan balok untuk menemukan
rumus luas permukaan, sedangkan pada siklus II setiap kelompok mengerjakan LKS 1
berbantuan alat peraga kubus satuan untuk menemukan rumus volume kubus dan balok.
Kegiatan pada fase penjelasan adalah mempresentasikan hasil yang diperoleh dari fase
orientasi langsung di depan kelas. Peneliti mengundi kelompok yang akan maju melakukan
presentasi dan meminta kelompok lain untuk menanggapi jawaban dari kelompok penyaji.
Kelompok yang terpilih untuk melakukan presentasi pada siklus I adalah kelompok 3 yang
diwakili oleh siswa GW dan pada siklus II kelompok yang terpilih adalah kelompok 2 yang
kemudian diwakili oleh siswa FD. Selanjutnya peneliti mengambil alih diskusi kelas dan
memberikan penghargaan berupa pujian kepada kelompok dan siswa yang telah berhasil
mengungkapkan ide-ide atau pendapatnya.
Kegiatan pada fase orientasi bebas yaitu peneliti memberikan LKS 2 kepada setiap siswa
untuk dikerjakan secara individu. LKS 2 pada siklus I terdiri atas 3 nomor soal yang berkaitan

dengan luas permukaan kubus dan balok. Sedangkan LKS 2 pada siklus II terdiri atas 4 nomor
soal yang berkaitan dengan volume kubus dan balok. Selama siswa mengerjakan LKS 2
peneliti memantau kelas dan memberikan bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan.
Pada siklus I siswa AP bertanya tentang soal nomor 3, yaitu menentukan panjang rusuk kubus
dan balok. Penelitipun memberikan bimbingan sejauh yang diperlukan saja melalui pertanyaanpertanyaan arahan sehingga siswa dapat melangkah ke arah yang hendak dituju.
Kegiatan pada fase integrasi adalah peneliti meminta siswa untuk membuat sebuah
rangkuman tentang materi yang telah dipelajari. Namun pada siklus I, karena fase-fase
sebelumnya telah memakai waktu lebih banyak, akhirnya peneliti lupa untuk meminta siswa
membuat rangkuman dalam bentuk catatan, sehingga pada fase ini peneliti hanya melakukan
tanyajawab dengan siswa untuk menarik suatu kesimpulan. Sedangkan pada siklus II siswa
sudah dapat membuat rangkuman dalam bentuk catatan.
Kegiatan penutup pada setiap siklus peneliti lakukan dengan menyampaikan beberapa
informasi mengenai kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan pada pertemuan berikutnya
dan mengakhiri pembelajaran dengan mengajak siswa berdoa dan mengucapkan salam.
Pertemuan kedua untuk setiap siklus yaitu peneliti memberikan tes akhir tindakan.
Hasil tes yang diperoleh pada siklus I yaitu dari 17 siswa yang mengikuti tes, 9 siswa tuntas
dan 8 siswa tidak tuntas. Tes akhir tindakan siklus I terdiri atas 4 nomor soal. Satu diantara
soal yang diberikan ditampilkan pada Gambar 2 dan satu diantara jawaban siswa
ditampilkan pada Gambar 3.
ET SI 01
ET SI 02
ET SI 03
ET SI 04
ET SI 05

Gambar 2. Soal tes akhir siklus I

ET SI 06

Gambar 3. Jawaban ET pada tes akhir siklus I

236 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016
Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016

Gambar 3 menunjukan bahwa siswa ET menuliskan yang diketahui adalah panjang rusuk
(s) = 21 cm dan yang ditanyakan adalah luas permukaan = …? (ET SI 01). Selanjutnya siswa
ET menuliskan rumus luas permukaan balok = 6(s s) (ET SI 02), kemudian mensubtitusi
nilai-nilai yang diketahui ke dalam rumus tersebut, yaitu luas permukaan = 6(21 21) (ET SI
03). Berikutnya siswa ET melakukan operasi hitung perkalian pada bilangan yang ada dalam
kurung dan diperoleh luas permukaan = 6(261) (ET SI 04). Jawaban akhir yang diperoleh siswa
ET adalah luas permukaan = 1.576 (ET SI 05) dan menyimpulkan bahwa luas permukaan
kubus tersebut adalah 1.576 cm2(ET SI 06). Jawaban siswa ET yang menyatakan bahwa luas
permukaan = 6(261) (ET SI 04) sehingga memperolehluas permukaan = 1.576 (ET SI 05) dan
menyimpulkan bahwa luas permukaan kubus tersebut adalah 1.576 cm2(ET SI 06) adalah
keliru. Jawaban yang diharapkan adalah luas permukaan = 6(441) (ET SI 04) dan luas
permukaan = 2.646 (ET SI 05), sehingga jawaban akhir menyatakan bahwaluas permukaan
kubus yaitu 2.646 cm2(ET SI 06).
Setelah memeriksa hasil tes akhir tindakan, peneliti melakukan wawancara dengan siswa
ET untuk memperoleh informasi lebih lanjut tentang kesalahan siswa ET. Kutipan wawancara
peneliti bersama siswa ET pada siklus I yaitu sebagai berikut.
ETS1 13 P: sekarang coba perhatikan jawaban ET yang nomor 1! Apa ET tahu kesalahannya
ET yang mana?
ETS1 14 S: yang ini kakak. Saya salah dalam menghitunghasil perkalian dari 21 21,
akibatnya hasil akhir yang saya peroleh juga salah.
ETS1 15 P: ya, benar. Jadi ET masih keliru saat mengalikan hasil perkalian dari bilangan
tersebut. Tapi kenapa ET bisa keliru mencari hasil perkaliannya?
ETS1 16 S: mungkin saya kurang teliti kakak.
ETS1 17 P : baik, kalau begitu coba sekarang ET kerjakan kembali soal ini.
ETS1 18 S : sudah kakak. Jawaban akhir yang saya peroleh adalah luas permukaan balok =
2.646 cm2.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan siswa ET diperoleh informasi bahwa siswa
ET masih mengalami kesalahan dalam menghitung hasil perkalian yang menyebabkan luas
permukaan balok yang diperoleh siswa ET juga salah (ETS1 14 S). Hal tersebut disebabkan
karena siswa ET kurang teliti dalam menjawab soal (ETS1 16 S). Tetapi ketika peneliti
meminta siswa ET mengerjakan kembali soal tersebut, siswa ET dapat menyelesaikannya
dengan benar dan memperoleh hasil luas permukaan balok adalah 2.646 cm2(ETS1 18 S).
Hasil tes akhir tindakan siklus II yaitu dari 19 orang siswa yang mengikuti tes, 15 siswa
tuntas dan 4 siswa lainnya tidak tuntas. Tes akhir tindakan siklus II terdiri atas 5 nomor soal.
Satu diantara soal yang diberikan yaitu diketahui volume balok 1.320 cm3, panjang 15 cm, dan
tinggi 11 cm. Tentukanlah lebar dari balok tersebut. Satu diantara jawaban siswa pada tes akhir
tindakan siklus II sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 4.

Muzdalivah, Marinus B. Tandiayuk, dan Anggraini, Penerapan Model … 237
ET SII01

ET SII06

ET SII02

ET SII07

ET SII03

ET SII08

ET SII04

ET SII09

ET SII05

ET SII 10
Gambar 4. Jawaban ET pada soal tes akhir siklus II

Gambar 4 menunjukan bahwasiswa ET menuliskan yang diketahui volume balok = 1.320
cm (ET SII 01), panjang = 15 cm (ET SII 02), tinggi = 11 cm (ET SII 03), dan yang ditanyakan
adalah lebar = …? (ET SII 04).Selanjutnya siswa ET menuliskan rumus volume balok = p l
t(ET SII 05). Kemudian mensubtitusi setiap nilai yang diketahui ke dalam rumus tersebut dengan
tepat, yaitu 1.320 = 15 l 11 (ET SII 06) sehingga memperoleh 1.320 = 165 l (ET SII 07).
= l(ET SII 08) dan memperoleh jawaban akhir 8 = l (ET
Berikutnya siswa ET menuliskan
SII 09) serta menyimpulkan bahwa volume balok adalah 8 cm (ET SII 10). Jawaban siswa ET
dalam menuliskan yang diketahui volume balok = 1.320 cm (ET SII 01) masih keliru, karena ET
menuliskan satuan dari volume balok yang diketahui adalah cm. Jawaban yang diharapkan adalah
volume balok =1.320 cm3. Jawaban siswa ET yang menyatakan bahwa volume balok adalah 8
cm (ET SII 10) juga keliru, karena jawaban yang diharapkan menyatakan bahwa lebar balok
tersebut adalah 8 cm.
Setelah memeriksa hasil tes akhir tindakan, peneliti melakukan wawancara dengan siswa
ET untuk memperoleh informasi lebih lanjut tentang kesalahan siswa ET dalam menjawab tes.
Kutipan wawancara peneliti bersama siswa ET pada siklus II yaitu sebagai berikut.
ETS2 17 P: coba perhatikan jawaban ET yang nomor 4! Apa satuan dari volume balok yang
diketahui?
ETS2 18 S: salah saya kakak. Bukan cm, seharusnya cm3.
ETS2 19 P: baik. Apa yang ditanyakan dari soal nomor 4 ini?
ETS2 20 S: lebar balok.
ETS2 21 P: dari hasil yang ET kerjakan, apa yang ET dapat?
ETS2 22 S: lnya kakak, lebarnya.
ETS2 23 P: sekarang coba baca kesimpulanmu!
ETS2 24 S: jadi, volume balok adalah 8 cm. Maaf kakak, salah lagi saya. Seharusnya
kesimpulan yang saya buat menyatakan bahwa lebar balok adalah 8 cm.
ETS2 25 P: lain kali ET harus lebih teliti lagi. Karena kalau ada yang salah, poin yang ET
peroleh jadi berkurang.
Berdasarkan hasil wawancara diperoleh informasi bahwa siswa ET salah dalam
menuliskan satuan volume balok yang diketahui (ETS2 18 S) dan salah menuliskan kesimpulan
pada akhir jawaban (ETS2 24 S). Namun secara umum siswa ET sudah dapat menyelesaikan
soal yang diberikan dan kesalahan-kesalahan yang dilakukan dalam menjawab soal tes telah
dipahami dan diperbaiki dengan benar.
Aspek-aspek yang diamati terhadap aktivitas guru selama pembelajaran berlangsung
pada siklus I dan siklus II, meliputi: 1) membuka pembelajaran, 2) menyiapkan siswa
mengikuti pembelajaran, 3) menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada
pembelajaran dan memberikan informasi singkat tentang model pembelajaran yang akan
digunakan, 4) memberikan motivasi dan melakukan apersepsi, 5) mendemonstrasikan beberapa

238 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016
Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016

bentuk bangun ruang dan memberikan beberapa pertanyaan kepada siswa, 6) mengarahkan
siswa membentuk kelompok belajar, 7) memberikan alat peraga dan LKS 1 kepada setiap
kelompok, 8) memberikan penjelasan singkat mengenai hal-hal yang berkaitan dengan LKS 1
dan mengamati serta memberikan bantuan kepada kelompok yang mengalami kesulitan, 9)
memilih salah satu kelompok secara acak untuk melakukan presentasi, 10) mengamati dan
membimbing jalannya diskusi serta memberikan kesempatan kelompok lain untuk bertanya,
11) memberikan pujian kepada kelompok yang telah melakukan presentasi, 12) meminta siswa
untuk kembali duduk di tempatnya masing-masing, 13) membagikan LKS 2 kepada setiap
siswa, 14) memberika penjelasan tentang LKS 2 dan mengamati serta memberikan bimbingan
secukupnya apabila diperlukan siswa, 15) mengumpulkan hasil pekerjaan LKS 2 siswa, 16)
meminta siswa untuk membuat rangkuman dan memberikan bimbingan, 17) mengumpulkan
tugas rangkuman, 18) menutup kegiatan pembelajaran, 19) evektifitas pengelolaan waktu, 20)
penglibatan siswa dalam proses pembelajaran dan 21) penampilan guru dalam proses
pembelajaran. Hasil yang diperoleh pada siklus Iyaitu aspek 1),2),3),5),6),7),8),11),13),14),15)
dan 21) berkategori sangat baik, aspek 4), 9),10),12),18)dan 20) berkategori baik, aspek 19)
berkategori kurang, aspek 16) dan 17) berkategori sangat kurang. Aspek yang berkategori
kurang dan sangat kurang menjadi bahan refleksi bagi peneliti untuk diperbaiki pada siklus II,
sehingga hasil yang diperoleh pada siklus II mengalami perbaikan yaitu aspek 1), 2), 3), 4), 5),
6), 7), 8), 10), 11), 13), 14), 15), 16), 17), 18), 20) dan 21) berkategori sangat baik, dan aspek
9), 12), dan 19) berada pada kategori baik.
Aspek-aspek yang diamati terhadap aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung pada
siklus I dan II, meliputi: 1) menjawab sapaan guru, melakukan doa bersama, dan menyatakan
hadir/tidak hadir, 2) mempersiapkan diri untuk mengikuti pembelajaran, 3) memperhatikan
penjelasan, 4) menanggapi atau menjawab pertanyaan yang diajukan guru, 5) melakukan
tanyajawab terkait bangun ruang yang diamati, 7) menerima alat peraga dan LKS 1, 8) berdiskusi
dengan anggota kelompoknya dan bertanya jika mengalami kesulitan, 9) masing-masing
perwakilan kelompok maju ke depan kelas untuk mengambil kertas yang telah disediakan guru,
10) siswa sebagai perwakilan kelompok yang terpilih maju untuk melakukan presentasi dan
kelompok lain menanggapi, 11) siswa menerima pujian dari guru, 12) siswa kembali ke tempat
duduknya masing-masing, 13) siswa menerima LKS 2, 14) memperhatikan penjelasana guru dan
mengerjakan LKS 2, 15) siswa mengumpulkan lembar kerjanya, 16) membuat rangkuman
tentang materi yang dipelajari, 17) siswa mengumpulkan tugas rangkumannya, 18)
memperhatikan penjelasan guru, berdoa bersama, dan mengucapkan salam, 19) evektifitas
pengelolaan waktu, 20) antusias siswa dan 21) interaksi siswa. Hasil yang diperoleh pada siklus
Iyaitu aspek 1), 7), 8), 10), 11), 13), 14) dan 18) berkategori sangat baik, aspek 2), 3), 5), 6), 9),
12), 15), 19), 20) dan 21) berkategori baik, aspek 4) berkategori kurang, dan aspek 16) dan 17)
berkategori sangat kurang. Aspek yang berkategori kurang dan sangat kurang menjadi bahan
refleksi untuk diperbaiki pada siklus II, sehingga hasil yang diperoleh pada siklus II mengalami
peningkatan yaitu aspek 1), 2), 4), 6), 7), 8), 9), 10), 11), 13), 14), 16) dan 18) berkategori sangat
baik, dan aspek 3), 5), 12), 15), 17), 19), 20),dan 21) berada pada kategori baik.
PEMBAHASAN
Sebelum pelaksanaan tindakan peneliti terlebih dahulu memberikan tes awal kepada
siswa. Pemberian tes awal dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Hal
tersebut sesuai dengan pendapat Sutrisno (2012) yang menyatakan bahwa pelaksanaan tes
sebelum perlakuan dilakukan untuk mengetahui pemahaman awal siswa.
Pelaksanaan pembelajaran terdiri atas dua siklus, setiap siklus terdiri atas dua pertemuan.
Pada pertemuan pertama siklus I dilaksanakan dengan menyajikan materi luas permukaan

Muzdalivah, Marinus B. Tandiayuk, dan Anggraini, Penerapan Model … 239
kubus dan balok, sedangkanpada siklus II dilaksanakan dengan menyajikan materi volume
kubus dan balok yang masing-masing berpedoman pada RPP yang telah dibuat sebelumnya
dengan menerapkan model pembelajaran Van Hiele. Kegiatan pembelajaran pada pertemuan
kedua yaitusiswa mengerjakan tes akhir tindakan untuk setiap siklus. Pelaksanaan tindakan
untuk setiap siklus terdiri atas tiga kegiatan pembelajaran, yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan
inti dan kegiatan penutup.
Kegiatan pendahuluan pada pelaksanaan tindakan yaitupeneliti menyampaikan tujuan
pembelajaran.Penyampaian tujuan pembelajaran dimaksudkan untuk menjelaskan kepada siswa
tentang hal-hal yang akan dicapai dalam pembelajaran sehingga siswa terbimbing dalam aktifitas
belajar. Hal ini sesuai pendapat Sanjaya (2009) yang menyatakan bahwa tujuan pembelajaran
yang jelas dan tepat dapat membimbing siswa dalam melaksanakan aktivitas belajar.
Selanjutnya peneliti memotivasi siswa dengan menyampaikan kaitan antara konsep yang
akan dipelajari dengan kehidupan sehari-hari.Pemberian motivasi bertujuan untuk meningkatkan
minat, kemauan, dan semangat siswa dalam belajar. Sebagaimana pendapatTrisnawati (2015)
bahwa motivasi yang kuat dalam diri siswa akan meningkatkan minat, kemauan, dan semangat
yang tinggi dalam belajar. Peneliti selanjutnya memberikan apersepsi dengan mengajukan
beberapa pertanyaan tentang materi yang berkaitan dengan materi yang akan
dipelajari.Pemberian apersepsi dimaksudkan agar siswa dengan mudah menerima pengetahuan
baru yang akan diajarkan, karena terlebih dahulu dikaitkan dengan pengetahuan lama yang
telah dimiliki siswa. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Hanafiah dan Suhana
(2009) bahwa pengalaman baru akan mudah diterima jika dikaitkan dengan pengalaman lama
yang telah dimiliki siswa.
Kegiatan inti pada pelaksanaan tindakan adalah penerapan model pembelajaran Van Hiele
selama proses pembelajaran berlangsung. Menurut Susanti (2011) model pembelajaran Van Hiele
merupakan model pembelajaran geometri yang mencakup lima fase pembelajaran, yaitu fase
informasi, fase orientasi langsung, fase penjelasan, fase orientasi bebas dan fase integrasi.
Kegiatan pada fase informasi yaitu peneliti awali dengan mendemonstrasikan beberapa
bangun ruang yang terbuat dari karton dan meminta siswa untuk mengamati bangun ruang
tersebut. Pembelajaran yang dilakukan dengan metode mengamati akan sangat membantu
siswa dalam pemenuhan rasa ingin tahunya sehingga pembelajaran lebih bermakna. Sesuai
dengan pendapat Machin (2014) bahwa metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan
rasa ingin tahu siswa, sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi.
Selanjutnya peneliti melakukan kegiatan tanyajawabterkait dengan bangun ruang yang diamati.
Kegiatan tanyajawab tersebut dimaksudkan untuk mengetahui pengetahuan awal siswa tentang
materi yang akan dipelajari dan dapat membimbing atau mengarahkan siswa pada kegiatan
pembelajaran yang akan dilakukan berikutnya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Chairani
(2013) yang menyatakan bahwa kegiatan tanyajawab pada fase informasi bertujuan untuk
memperoleh informasi tentang pengetahuan awal siswa mengenai materi yang akan dipelajari
dan dapat mengarahkan siswa pada pembelajaran selanjutnya.
Kegiatan pada fase orientasi langsung yaitu peneliti terlebih dahulu mengorganisasikan
siswa ke dalam kelompok belajar yang heterogen. Pembentukan kelompok belajar tersebut
bertujuan agar siswa dapat terlibat secara aktif dan dapat saling membantu untuk mencapai
ketuntasan belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Trianto (2009) yang menyatakan bahwa
tujuan dibentuknya kelompok heterogen adalah untuk memberikan kesempatan kepada semua
siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajardan saling
membantu teman sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan belajarnya. Peneliti kemudian
membagikan LKS 1 kepada setiap kelompok untuk dikerjakan. Penggunaan LKS dalam
pembelajaran ini bertujuan untuk membantu siswa dalam melakukan penyelidikan dan

240 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016
Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016

pemecahan masalah dalam menemukan rumus luas permukaan dan volume dari kubus dan
balok. Hal ini didasari oleh pendapat Trianto(2009) yang menyatakan bahwa LKS merupakan
panduan siswa yang digunakan untuk melakukan penyelidikan atau pemecahan masalah, yang
di dalamnya berisi sejumlah prosedur kerja dan pertanyaan-pertanyaan yang disusun secara
sistematis.Selain LKS, peneliti juga membagikan alat peraga kepada setiap kelompok.
Pembagian alat peraga bertujuanuntuk mempermudah siswa dalam memahami suatu konsep
matematika dan dapat membangkitkan ketertarikan siswa pada konsep yang sedang dipelajari.
Sebagaimana pendapat Widyantini dan Guntoro (2010) bahwa fungsi alat peraga matematika,
yaitu memudahkan memahami suatu konsep dalam matematika dan memotivasi atau untuk
membangkitkan ketertarikan siswa pada suatu konsep.Peran peneliti untuk setiap siklus pada
fase ini, hanya mengarahkan dan membimbing siswa dalam mengkaji setiap konsep yang
dipelajari. Senada dengan pendapat Safrina (2013) bahwa peran guru dalam fase orientasi
langsung adalah mengarahkan dan membimbing siswa dalam mengkaji konsep-konsep
geometri yang dipelajari.
Kegiatan pada fase penjelasan adalah diskusi kelas atau presentasi yang dilakukan oleh
salah satu kelompok yang terpilih melalui undian. Diskusi ini bertujuan untuk membuat siswa
tidak hanya terampil menjawab pertanyaan, tetapi juga terampil memberikan alasan terkait
dengan jawaban yang mereka miliki. Sesuai dengan pendapat Trisnawati(2015) yang
menyatakan bahwa kegiatan diskusi yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk
memberikan tanggapan, pertanyaan, dan bahkan jawaban yang berbeda terkait dengan yang
disampaikan siswa tertentu di depan kelas, akan membuat siswa bukan hanya terampil dalam
menjawab pertanyaan, melainkan juga terampil dalam memberikan alasan terkait dengan
jawaban yang mereka miliki.
Kegiatan pada fase orientasi bebas adalah peneliti membagikan LKS 2 kepada setiap
siswa untuk dikerjakan secara individu.Kegiatan ini dimaksudkan untuk melatih atau
memantapkan dan meningkatkan pengetahuan siswa tentang materi yang dipelajari.
Sebagaimana pendapat Safrina(2014) bahwa tujuan dari fase orientasi bebas adalah untuk
memantapkan dan meningkatkan pengetahuan siswa. Selama siswa mengerjakan LKS 2,
peneliti memberikan bantuan secukupnya kepada siswa yang mengalami kesulitan. Pemberian
bantuan dimaksudkan untuk mengatasi kesulitan yang dialami siswa selama mengerjakan LKS.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat Nusantara dan Safi’i (2013) bahwa seorang guru memiliki
kewajiban dalam mengatasi kesulitan yang dialami siswa pada proses belajarnya dengan
melakukan upaya pemberian bantuan seminimal mungkin.
Kegiatan pada fase integrasi yaitu peneliti meminta setiap siswa untuk membuat sebuah
rangkuman. Hal ini bertujuan untuk mengintegrasikan yang telah diteliti dan didiskusikan siswa
selama proses pembelajaran, sehingga dengan mudah dapat dideskripsikan. Senada dengan
pendapat Sasmita(2013) bahwa tujuan pada fase integrasi yaitu untuk mengintegrasikan yang
telah diteliti dan didiskusikan sehingga mudah dideskripsikan dan diterapkan.
Kegiatan penutup dilakukan peneliti dengan menyampaikan beberapa informasi mengenai
kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan pada pertemuan berikutnya. Hal ini didasarkan pada
pendapat Barlian (2013) yang menyatakan bahwa dalam kegiatan penutup satu diantara kegiatan
yang dilakukan guru adalah menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
Berdasarkan hasil observasiaktivitas guru dalam mengelola pembelajaran pada siklus
I rata-rata berkategori sangat baik, namun masih terdapat aspek yang berada pada kategori
kurang dan sangat kurang. Aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran pada siklus II
mengalami peningkatan, yaitu rata-rata berkategori sangat baik. Aktivitas siswa dalam
mengikuti pembelajaran pada siklus I berkategori baik dan mengalami peningkatan pada

Muzdalivah, Marinus B. Tandiayuk, dan Anggraini, Penerapan Model … 241
siklus II menjadi berkategori sangat baik.
Berdasarkan hasil analisis tes akhir tindakan siklus I terlihat bahwa siswa dapat
menghitung luas permukaan kubus dan balok. Namun masih ada siswa yang bingung dalam
menentukan salah satu panjang rusuk pada balok. Walaupun demikian sebagian siswa
sudah dapat menjawab soal dengan benar. Hal tersebut menunjukan bahwa siswa sudah
dapat menghitung luas permukaan kubus dan balok, yang berarti bahwa siswa telah
memenuhi indikator keberhasilan tindakan pada pembelajaran siklus I.
Selanjutnya pada tes akhir tindakan siklus II menunjukan bahwa siswa dapat
menghitung volume kubus dan balok. Siswa telah mampu melakukan operasi hitung
dengan benar, walaupun masih ada siswa yang melakukan kekeliruan dalam menuliskan
satuan dan membuat kesimpulan. Hal tersebut menunjukan bahwa siswa dapat menghitung
volume kubus dan balok yang berarti bahwa siswa telah memenuhi indikator keberhasilan
tindakan pada pembelajaran siklus II.
Uraian tersebutmenunjukan bahwa indikator keberhasilan tindakan telah tercapai dan
aktivitas belajar mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut diperoleh melalui penerapan
model pembelajaran Van Hiele. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa penerapan model
pembelajaran Van Hiele dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi luas permukaan
dan volume dari kubus dan balok di kelas VIII SMP Negeri 18 Palu. Hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan olehWahyuni (2010) bahwa penerapan strategi pembelajaran Van
Hielemampu meningkatkan hasil belajar siswa.Begitu pula dengan penelitian yang dilakukan
oleh Sasmita(2013) bahwa hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran geometri dengan
teori Van Hiele lebih baik dari pada hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran geometri
dengan menggunakan pembelajaran konvensional.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa penerapan model
pembelajaran Van Hiele dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi luas permukaan
dan volume dari kubus dan balok di kelas VIII SMP Negeri 18 Palu mengikuti fase-fase: 1)
informasi, 2) orientasi langsung, 3) penjelasan, 4) orientasi bebas dan 5) integrasi.
Kegiatan pada fase informasi yaitu peneliti mendemonstrasikan alat peraga kepada
siswa dan melakukan kegiatan tanyajawabuntuk mengetahui pengetahuan awal siswa tentang
materi yang akan dipelajari dan membimbing siswa untuk memperoleh informasi baru yang
berkaitan dengan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan pada fase berikutnya. Kegiatan
pada fase orientasi langsung adalah peneliti mengorganisasikan siswa dalam kelompok
belajar yang heterogen. Selanjutnya peneliti memberikan LKS 1 dan alat peraga kepada
setiap kelompok. Kegiatan pada fase penjelasan adalah diskusi kelas atau presentasi.
Peneliti mengundi kelompok yang akan maju melakukan presentasi dan meminta kelompok
lain untuk menanggapi jawaban dari kelompok penyaji. Selanjutnya peneliti mengambil
alih diskusi kelas dan memberikan penghargaan berupa pujian kepada kelompok dan siswa
yang telah berhasil mengungkapkan ide-ide atau pendapatnya. Kegiatan pada fase orientasi
bebas yaitu peneliti membagikan LKS 2 kepada setiap siswa untuk dikerjakan secara
mandiri. Peneliti memberikan bimbingan seperlunya kepada siswa yang mengalami
kesulitan dalam menyelesaikan soal. Kegiatan pada fase integrasi adalah membuat
rangkuman tentang materi yang telah dipelajari.
SARAN
Berdasarkan kesimpulan, model pembelajaran Van Hieledapat dijadikan sebagai satu

242 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016
Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016

diantara alternatif dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas, khususnya pada matapelajaran
geometri. Namun dalam penerapannya diharapkan agar guru sebaiknya memperhatikan
pengelolaan waktu pada setiap fase pembelajaran, agar proses pembelajaran dapat berjalan
sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Bagi peneliti lain dalam melaksanakan
penelitian matematika, diharapkan agar dapat mencoba menerapkan model pembelajaran
Van Hiele dengan materi yang berbeda untuk mengetahui efektivitas model ini dalam
rangka peningkatan hasil belajar siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Barlian, I. (2013). Begitu Pentingkah Strategi Belajar Mengajar Bagi Guru. Jurnal Forum
Sosial.[Online].Vol.VI, No.01, 6 halaman. Tersedia: http://eprints.unsri. ac.id/2268/2/
isi.pdf. [20 Agustus 2016].
Chairani, Z. (2013). Implikasi Teori Van Hiele dalam Pembelajaran Geometri. Lentera Jurnal
Ilmiah Kependidikan. [Online]. Vol.8, No.1, 10 halaman. Tersedia: ejurnal.
stkipbjm.ac.id/index.php/jpl/article/view/18/17. [7 November 2016].
Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Matapelajaran Matematika.
Jakarta: Departemen Pendidikan nasional.
Hanafiah, N. dan Suhana, C. (2009). Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT RefikaAditama.
Kemmis, S. dan Mc.Taggart, R. (2013). Action Research Model. [Online]. Tersedia:
https://www.scribd.com/doc/232329702/Action-Research-Model-by-Kemmis-and-Mc
taggart [11November 2016].
Machin, A. (2014). Implementasi Pendekatan Saintifik, Penanaman Karakter dan Konservasi
pada Pembelajaran Materi Tumbuhan. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia. [Online]. Vol.1,
No.3, 8 halaman. Tersedia: http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jpii/article/view
File/2898/2927. [13November 2016].
Miles, M.B. dan Huberman, A.M. (1992). Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tentang
Metode-Metode Baru. Terjemahan oleh TjetjepRohendiRohidi. Jakarta:UI Press.
Nusantara, T. dan Safi’i, I. (2013). Diagnosis Kesalahan Siswa pada Materi Faktorisasi Bentuk
Aljabar dan Scaffoldingnya. Jurnal Pendidikan Matematika FMIPA Universitas Negeri
Malang. [Online]. Tersedia: http://jurnalonline.um.ac.id/data/artikel/artikel29887756
D901C2029476EE329D179594.pdf. [20 Agustus 2016].
Oktorizal., Elniati, S., Suherman. (2012). Peningkatan Level Berpikir Siswa pada
Pembelajaran Geometri dengan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik. Jurnal
Pendidikan Matematika. [Online]. Vol.1, No.1, 8 halaman. Tersedia:
http://ejournal.unp.ac.id/students/index.php/pmat/article/download/1172/864. [12 November 2016].
Permendiknas. (2007). Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
[Online]. Tersedia: http://sdm.data.kemendikbud.go.id/SNP/dokumen/Permendiknas
%20No%2014%20Tahun%202007.pdf. [12 November 2016].
Purwatiningsi, S. (2013). Penerapan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa pada Materi Luas Permukaan dan Volume Balok. Jurnal Elektronik
Pendidikan Matematika. [Online]. Vol.01, No.01, 11 halaman. Tersedia: http://jurnal.
untad.ac.id/jurnal/index.php/JEPMT/article/ view/3097/2170. [25 Agustus 2016].

Muzdalivah, Marinus B. Tandiayuk, dan Anggraini, Penerapan Model … 243
Safrina, K., Ikhsan, M., Ahmad, A. (2014). Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah
Geometri Melalui Pembelajaran Kooperatif Berbasis Teori Van Hiele. Jurnal
Didaktik Matematika. [Online]. Vol.1, No.1, 12 halaman. Tersedia: www.jurnal.
unsyiah.ac.id/index.php/DM/article/download/1333/1214. [19 Agustus 2016].
Sanjaya, W. (2009). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Bandung:
Kencana.
Sasmita, L., Wirya., Margunayasa. (2013). Pengaruh Teori Van Hiele dalam Pembelajaran
Geometri terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V SD di Desa Sinabun. Jurnal Jurusan
PGSD. [Online]. 10 Halaman. Tersedia: http://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/
JJPGSD/article/download/689/563. [11 November 2016].
Susanti, W. (2011). Efektivitas Model Pembelajaran Van Hiele dengan Alat Peraga untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik pada Materi Pokok Bangun Ruang Sisi Datar
di Kelas VIII MTs. Darussalam Kroya Tahun Pelajaran 2010/2011. Skripsi Fakultas
Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo. Semarang: Diterbitkan. Tersedia:
http://library.walisongo.ac.id/digilib/files/isk1/19/jtptiain-gdl-wiwisusant-5403-1-wiwis
us-8.pdf. [3 Januari 2016].
Sutrisno. (2012). Efektivitas Pembelajaran dengan Metode Penemuan Terbimbing terhadap
Pemahaman Konsep Matematis Siswa. Jurnal Pendidikan Matematika. [Online]. Vol.1,
No.4, 16 halaman. Tersedia: http://fkip.unila.ac.id/ojs/data/journals/II/JPMUVol1No4/
016-Sutrisno.pdf. [14 Agustus 2016].
Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
Trisnawati dan Wutsqa, D. U. (2015). Perbandingan KeefektivanQuantum Teaching dan TGT
pada Pembelajaran Matematika Ditinjau dari Prestasi dan Motivasi. Jurnal Riset
Pendidikan Matematika. [Online]. Vol.2, No.2, 11 halaman. Tersedia: http://
journal.uny.ac.id/index.php/jrpm/article/viewFile/7348/6330. [13 November 2016].
Wahyuni, D. (2010). Penerapan Strategi Pembelajaran Van Hiele untuk Meningkatkan Hasil
Belajar pada Konsep Garis dan Sudut Siswa di Kelas VIIB SMP Negeri 2 Palu. Skripsi
Tidak Diterbitkan. Palu: FKIP Universitas Tadulako.
Widyantini, T. dan Guntoro, S. (2010). Penggunaan Alat Peraga dalam Pembelajaran
Matematika SD. Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidikan dan
Tenaga Kependidikan (PPPPTK) Matematika. [Online]. Tersedia: http://ebook.p4
tkmatematika.org/2010/06/penggunaan-alat-peraga-dalam-pembelajaran-matematika-dismp/. [20 Agustus 2016]

Dokumen yang terkait

Efektivitas model pembelajaran reciprocal teaching ditinjau dari hasil belajar dan aktivitas belajar matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Yogyakarta pada materi luas permukaan serta volume kubus dan balok.

1 17 289

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN VAN HIELE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI KUBUS DAN BALOK DI KELAS VIII MTs ALKHAIRAAT PUSAT PALU | Ude | AKSIOMA : Jurnal Pendidikan Matematika 8622 28274 1 PB

0 0 12

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI LUAS PERMUKAAN DAN VOLUME KUBUS DAN BALOK DI KELAS VIII SMP NEGERI 13 PALU | Nuraisyah | AKSIOMA : Jurnal Pendidikan Matematika 8629 28302 1 PB

1 2 13

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI KELAS VIII A SMP NEGERI 17 PALU PADA MATERI LUAS PERMUKAAN DAN VOLUME KUBUS DAN BALOK | Chairani | Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako 8894 29205 1 PB

0 0 12

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI LUAS PERMUKAAN DAN VOLUME KUBUS DAN BALOK DI KELAS VIII SMP NEGERI 16 PALU | Khaeri | Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako 8306 27243 1 PB

0 3 12

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI LUAS PERMUKAAN DAN VOLUME PRISMA DI KELAS VIII SMP NEGERI 18 PALU | Sondek | Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako 8435 27707 1 PB

0 1 14

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI LUAS PERMUKAAN DAN VOLUME LIMAS DI KELAS VIII SMP NEGERI 5 PALU | Abimanyu | AKSIOMA : Jurnal Pendidikan Matematika 7753 25580 1 PB

0 0 11

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP ADVENT PALU PADA MATERI LUAS PERMUKAAN DAN VOLUME KUBUS DAN BALOK | Dyantari | AKSIOMA : Jurnal Pendidikan Matematika 8370 27475 1 P

0 0 13

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TALKING STICK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI LUAS PERMUKAAN SERTA VOLUME KUBUS DAN BALOK DI KELAS VIII F SMP NEGERI 7 PALU

0 0 14

PENERAPAN MODEL REALISTIC MATHEMATIC EDUCATION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI LUAS PERMUKAAN KUBUS DAN BALOK PADA SISWA KELAS V

0 0 19