T BIO 1302727 Chapter1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG PENELITIAN
Perkembangan sains dan teknologi saat ini memengaruhi
kehidupan
sosial
masyarakat.
Pesatnya
perkembangan
keduanya
memberikan dampak terhadap isu-isu sosial yang terjadi di masyarakat
yang tidak jarang memunculkan perdebatan publik dari beberapa sudut
pandang yang berbeda (Marttunen et al, 2005). Sudut pandang seseorang
dimunculkan dari sebuah opini yang berdasarkan pemikiran kritis dan
logis. Opini merupakan suatu argumentasi seseorang yang didasarkan atas
fakta-fakta atau bukti-bukti yang ditemukannya. Carr dan Toulmin dalam
Cho dan Jonassen (2002) menyatakan bahwa argumentasi merupakan
proses membuat tuntutan dan memberikan kebenaran melalui fakta.
Pengembangan kemampuan argumentasi bagi dunia pendidikan
diperlukan untuk menghasilkan siswa yang dapat menjawab isu-isu sosial
terutama yang berkaitan dengan sains. Hal ini sangat terkait dengan
tantangan dalam kehidupan siswa dimana mereka harus menjawab isu-isu
yang berkembang di masyarakat. Newton et al dalam Yang dan Tsai
(2010) menyatakan bahwa proses argumentasi merupakan dasar
pembentukan pengetahuan, karena proses ini melalui tahapan evaluasi
terhadap tuntutan (claim) dan observasi terkait dengan fakta-fakta. Proses
argumentasi tersebut akhirnya dinyatakan dalam sebuah pendapat secara
saintifik sebagai pengetahuan publik. Argumentasi juga mendasari
seseorang untuk membuat keputusan, mengambil keputusan terbaik dari
seluruh keputusan yang ada, dan menyadari konsekuensi dari keputusan
yang telah ditetapkannya (Udell, 2007).
Keterampilan argumentasi seharusnya menjadi salah penentu
keberhasilan siswa untuk menjalankan perannya di lingkungan tempat
tinggal
mereka.
Ini
dikarenakan
argumentasi
berkaitan
dengan
kemampuan seseorang dalam membuat keputusan terbaik dalam
1
Ardi Kurniadi, 2016
PROFIL REASONING SKILL SISWA SMA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2
memecahkan masalah yang dihadapinya (Erduran et al, 2006). Pendapat
ini didukung oleh Yang dan Tsai (2010) yang menyatakan bahwa proses
argumentasi merupakan kunci utama penalaran saintifik (saintific reason)
yang
akan
membantu
masyarakat
modern
untuk
menyelesaikan
permasalahan sosial dalam membuat kebijakan yang terkait dengan sains.
Argumentasi dapat dilatih saat siswa menerima informasi di dalam
pembelajaran di kelas melalui proses analisis kritis. Marttunen et al (2005)
menyatakan bahwa siswa memerlukan analisis kritis terhadap informasi
yang mereka dapatkan dari bahan ajar pembelajaran, buku bacaan dan
internet yang terkait dengan isu-isu sosial. Pernyataan ini menunjukkan
bahwa pada pembelajaran dibutuhkan pengembangan kemampuan
penalaran agar siswa dapat memberikan opini disertai alasan yang tepat
mengenai isu-isu sosial terutama isu-isu sains yang berkembang di
masyarakat. Pendapat yang sama dinyatakan Andriessen (2007) yang
menyatakan bahwa pembelajaran collaborative argument dapat membantu
belajar siswa untuk berpikir kritis mengenai isu-isu penting dan nilai-nilai
pertentangan secara bebas. Andriessen (2007) juga menambahkan bahwa
argumentasi dalam pembelajaran sains tidak hanya suatu bentuk
pertentangan dan bantahan tetapi juga suatu bentuk diskusi bersama untuk
memecahkan permasalahan secara bersama-sama sehingga tercapai
kesepakatan akhir dari argumen.
Kemampuan argumentasi tidak dapat muncul secara langsung
hanya dengan satu atau dua kali pembelajaran. Cho dan Jonassen (2002)
dalam hasil penelitiannya menyatakan bahwa pembelajaran secara
langsung tidak selalu meningkatkan kemampuan argumentasi siswa.
Untuk itu, menurut Cho dan Jonassen (2002) diperlukan pendekatan
pembelajaran yang mengembangkan kemampuan argumentasi berjenjang
(scaffolding
argumentation
skill)
agar
memunculkan
kemampuan
argumentasi siswa.
Proses
pembelajaran
yang
tepat
dapat
mengembangkan
kemampuan berpikir siswa menjadi lebih baik. Karagos dan Cakir (2011)
menyatakan bahwa dibutuhkan suatu kemampuan penalaran dan
Ardi Kurniadi, 2016
PROFIL REASONING SKILL SISWA SMA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3
kemampuan membuat kegiatan pembelajaran yang dapat mengembangkan
kedalaman pemahaman siswa pada suatu materi. McGuinness dalam
Robson dan Moseley (2005) menyatakan bahwa perwujudan berpikir
secara explicit dalam pembelajaran dan kesempatan berkreasi selama
pembelajaran collaborative, serta penyusunan berkreasi dan kebiasaan
kecakapan berpikir bagi siswa merupakan hal yang penting. Robson dan
Moseley (2005) menambahkan bahwa thinking skill yang ditanamkan
dalam pembelajaran berkaitan dengan penyusunan pengalaman yang
berasal dari perluasan proses informasi, reasoning, inquiry, kreativitas,
dan evaluasi.
Kondisi belajar dapat dipengaruhi oleh guru di kelas. Robson dan
Moseley (2005) dalam hasil penelitiannya berpendapat bahwa pendekatan
kemampuan berpikir sangat efektif menciptakan lingkungan belajar yang
baik dan membantu setiap siswa untuk memaksimalkan potensi dalam diri.
Mereka juga menyatakan bahwa taksonomi, model dan kerangka berpikir
untuk proses pemahaman berkaitan dengan berpikir dan pembelajaran
dapat menciptakan pengalaman pendidikan bagi siswa. Seorang guru dapat
dikatakan berhasil jika guru dapat menjadi komunikator yang baik dengan
mengetahui dan memahami siswa-siswanya, memahami perbedaan atau
keberagaman, dan menggunakan variasi kegiatan dan pendekatan
pengajaran (Lang dan Evans, 2006). Menurut Shulman (1986, 1987)
dalam Loughran, Berry and Mulhall (2012), guru juga sebaiknya
memperluas
pemahaman
konsep
pelajaran
dan
mengembangkan
kemampuannya, menggunakan dan mengadaptasi metode, pendekatan dan
strategi pengajaran untuk digunakan dalam kelas agar dapat terhubung
antara kemampuan pedagogi dan pengetahuan isi pelajaran.
Metode pembelajaran yang kreatif dan dapat mengembangkan
proses berpikir siswa sangat dibutuhkan dalam pelajaran sains seperti
halnya pembelajaran biologi. Pembelajaran sains yang tidak menarik,
tidak berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dan kurang menyenangkan
bagi siswa (Ramsden , 1998 dalam Prokop et al, 2007) akan membuat
siswa merasa bosan belajar sains (Ebenezer dan Zoller 1993; Delpech,
Ardi Kurniadi, 2016
PROFIL REASONING SKILL SISWA SMA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4
2002 dalam Prokop et al, 2007). Materi yang bersifat abstrak seperti
biologi dan materi biologi yang berisi tentang proses fisiologi tubuh
makhluk hidup menyulitkan belajar dan menyebabkan miskonsepsi pada
siswa (Karagos dan Cakir, 2011; Cimer, 2012). Penelitian yang dilakukan
oleh Bahar, Johnstone dan Hansell (1999) dalam Henno dan Reiska (2008)
menunjukkan bahwa siswa mengalami kesulitan dalam memahami topik
biologi seperti topik organ dalam, sistem organ, dan proses yang terjadi di
dalam tubuh. Osborne dan Collins dalam Cimer (2012) menyatakan bahwa
kesulitan belajar biologi yang dialami siswa karena kurangnya diskusi
dalam
pembelajaran,
ketiadaan
kreativitas
dalam
belajar,
tidak
dikaitkannya sains dengan kehidupan sehari-hari, dan “pengasingan”
materi sains dari materi lainnya.
Saat ini, pembelajaran yang telah diterapkan di dalam kelas belum
menunjukkan adanya tahapan-tahapan penalaran. Cherif et al (2012)
menyatakan bahwa pentingnya pembelajaran biologi terutama materi
tentang tubuh manusia bagi siswa dengan mengemukakan argumen
berdasarkan
kedalaman
pengetahuan
yang
dimiliki
siswa
dan
mengaitkannya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itulah dibutuhkan
penelitian terhadap reasoning skill (kemampuan penalaran) siswa di
sekolah.
B. RUMUSAN MASALAH PENELITIAN
Rumusan masalah penelitian ini difokuskan pada “Bagaimana
profil reasoning skill siswa pada pembelajaran materi sistem indra, sistem
hormon dan sistem reproduksi?”. Agar penelitian ini lebih terarah maka
disusun pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana profil reasoning skill siswa pada materi sistem indra,
sistem hormon, dan sistem reproduksi pada sekolah X dan sekolah Y?
2. Apakah pembelajaran di kelas mengembangkan reasoning skill siswa?
Ardi Kurniadi, 2016
PROFIL REASONING SKILL SISWA SMA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5
C. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran atau profil
kemunculan reasoning skill siswa pada pembelajaran sistem indra, sistem
hormon, dan sistem reproduksi.
D. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:
1. Siswa
Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan reasoning skill siswa
terutama
kemampuan
argumentasi
dalam
pembelajaran
biologi.
Pengembangan kemampuan argumentasi ini berdasarkan pencapaian
elemen-elemen coding argumentive yang diadopsi dari Kuhn dan Felton
(2001) yang meliputi meta , add, aside, advance, clarify, coopt, counter
alternate or counter critique, continue dan interpret. Pada akhirnya
pencapaian elemen-elemen ini diharapkan dapat membantu siswa dalam
menjawab isu-isu sosial yang terkait dengan isu sains dalam kehidupan
sehari-hari.
2. Guru
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagi guru
dalam mengembangkan kemampuan bernalar siswa saat pembelajaran di
kelas. Guru dapat mengetahui tahapan pengajaran dan gaya pengajaran
yang tepat untuk mengembangkan kemampuan bernalar siswa terutama
kemampuan argumentasi melalui tahapan pembelajaran yang diadopsi dari
tahapan aktivitas belajar penelitian Kuhn dan Udell (2003).
3. Perkembangan Keilmuan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian
berikutnya mengenai pengembangan kemampuan penalaran siswa.
Penelitian ini dapat menjadi acuan untuk pengembangan strategi
pembelajaran di sekolah yang dapat mengembangkan kemampuan cara
mengajar guru dalam melatih argumentasi siswa. Manfaat lain dari
penelitian ini adalah dapat memberikan gambaran kemampuan penalaran
Ardi Kurniadi, 2016
PROFIL REASONING SKILL SISWA SMA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
6
siswa di suatu lingkungan belajar sekolah, memberikan gambaran faktorfaktor yang mempengaruhi kemampuan penalaran siswa dan memberikan
pengetahuan bagi peneliti lain untuk mengembangkan penelitian sejenis
pada penelitian berikutnya.
E. DEFINISI OPERASIONAL
Kesalahan dalam menafsirkan beberapa istilah sangat sulit
dihindarkan maka diperlukan penjelasan tentang beberapa istilah yang
digunakan dalam penelitian ini agar lebih efektif dan operasional. Istilahistilah tersebut sebagai berikut:
1. Reasoning skill siswa merupakan kemampuan penalaran siswa yang
muncul setelah diterapkan pembelajaran materi sistem indra, sistem
hormon dan sistem reproduksi. Data tentang reasoning skill siswa pada
penelitian ini mengacu pada coding argumentive yang dikembangkan
Kuhn dan Felton (2001). Coding argumentive ini dijadikan indikator
pencapaian atau alat ukur kemunculan reasoning skill siswa bagi
peneliti. Indikator-indikator coding argumentive yang diteliti terdiri
atas meta , add, aside, advance, clarify, coopt, counter alternate or
counter critique, continue dan interpret. Ketercapaian indikator-
indikator tersebut diperoleh dari hasil analisis pre-test, post-test dan
wawancara kepada siswa. Tipe soal pre-test dan post-test berupa soal
essay.
2. Profil reasoning skill siswa merupakan kemunculan pencapaian
indikator coding argumentive yang diukur kepada siswa. Pengukuran
dilakukan melalui beberapa pertanyaan yang menguji kedalaman
berargumen dan bernalar siswa terhadap suatu studi kasus. Penentuan
ketercapaian setiap indikator ditentukan oleh peneliti melalui rubrik
ketercapaian indikator yang telah dibuat oleh peneliti.
3. Profil
aktivitas
pembelajaran
berdasarkan
modifikasi
tahapan
pembelajaran argumentasi yang dikembangkan oleh Kuhn dan Udell
(2003). Tahapan pembelajaran argumentasi yang dikembangkan oleh
Kuhn dan Udell (2003) meliputi dua tahap yaitu generating reasons,
Ardi Kurniadi, 2016
PROFIL REASONING SKILL SISWA SMA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
7
elaborating reasons, supporting reasons with evidence, evaluating
reasons, developing reasons into an argument pada tahap 1 proses
penalaran. Examining and evaluating opposing side’s reasons,
generating counterarguments to others’ reasons, generating rebuttals
to others’ counter arguments, contemplating mixed evidence,
conducting and evaluating two-sided arguments pada tahap 2 proses
penalaran. Profil aktivitas pembelajaran diperoleh dari analisis video
pembelajaran di kelas penelitian.
F. STRUKTUR ORGANISASI TESIS
Struktur organisasi dalam tesis ini sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang Penelitian
B. Rumusan Masalah Penitian
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
E. Definisi Operasional
F. Struktur Organisasi Tesis
BAB II Kajian Pustaka
A. Argumentasi Sebagai Proses Aktivitas Reasoning Skill
1. Reasoning Skill
2. Argumentasi
B. Penyajian Materi
C. Strategi Pembelajaran
D. Gaya Belajar Siswa dan Gaya Pengajaran Guru
1. Gaya Belajar Siswa
2. Gaya Mengajar Guru
E. Iklim Belajar Sekolah
F. Tinjauan Pembelajaran Biologi
G. Materi Sistem Tubuh Manusia
1. Sistem Saraf dan Indra
2. Sistem Hormon
Ardi Kurniadi, 2016
PROFIL REASONING SKILL SISWA SMA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
8
3. Sistem Reproduksi
BAB III Metode Penelitian
A. Desain Penelitian
1. Metode Penelitian
2. Lokasi Penelitian
3. Subjek Penelitian
B. Prosedur Penelitian dan Pengolahan Data
1. Prosedur Penelitian
a. Tahap Persiapan
b. Tahap Pelaksanaan
2. Pengolahan Data
a. Pengumpulan Data
b. Analisis Data
c. Pengambilan Kesimpulan
BAB IV Hasil dan Pembahasan
A. Profil Reasoning Skill Siswa SMA X
1. Kemunculan Reasoning Skill Siswa SMA X
a. Kemunculan Reasoning Skill Siswa SMA X pada Materi
Sistem Indra
b. Kemunculan Reasoning Skill Siswa SMA X pada Materi
Sistem Hormon
c. Kemunculan Reasoning Skill Siswa SMA X pada Materi
Sistem Reproduksi
2. Ketidakmunculan Reasoning Skill Siswa SMA X
a. Ketidakmunculan Reasoning Skill Siswa SMA X pada
Materi Sistem Indra
b. Ketidakmunculan Reasoning Skill Siswa SMA X pada
Materi Sistem Hormon
c. Ketidakmunculan Reasoning Skill Siswa SMA X pada
Materi Sistem Reproduksi
B. Profil Reasoning Skill Siswa SMA Y
1. Kemunculan Reasoning Skill Siswa SMA Y
Ardi Kurniadi, 2016
PROFIL REASONING SKILL SISWA SMA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
9
a. Kemunculan Reasoning Skill Siswa SMA Y pada Materi
Sistem Indra
b. Kemunculan Reasoning Skill Siswa SMA Y pada Materi
Sistem Hormon
c. Kemunculan Reasoning Skill Siswa SMA Y pada Materi
Sistem Reproduksi
2. Ketidakmunculan Reasoning Skill Siswa SMA Y
a. Ketidakmunculan Reasoning Skill Siswa SMA Y pada
Materi Sistem Indra
b. Ketidakmunculan Reasoning Skill Siswa SMA Y pada
Materi Sistem Hormon
c. Ketidakmunculan Reasoning Skill Siswa SMA Y pada
Materi Sistem Reproduksi
C. Profil Kemunculan Aktivitas Belajar Biologi
1. Profil Kemunculan Aktivitas Pembelajaran Biologi di SMA X
2. Profil Kemunculan Aktivitas Pembelajaran Biologi di SMA Y
BAB V Simpulan, Implikasi dan Rekomendasi
A. Simpulan
B. Implikasi dan Rekomendasi
Ardi Kurniadi, 2016
PROFIL REASONING SKILL SISWA SMA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG PENELITIAN
Perkembangan sains dan teknologi saat ini memengaruhi
kehidupan
sosial
masyarakat.
Pesatnya
perkembangan
keduanya
memberikan dampak terhadap isu-isu sosial yang terjadi di masyarakat
yang tidak jarang memunculkan perdebatan publik dari beberapa sudut
pandang yang berbeda (Marttunen et al, 2005). Sudut pandang seseorang
dimunculkan dari sebuah opini yang berdasarkan pemikiran kritis dan
logis. Opini merupakan suatu argumentasi seseorang yang didasarkan atas
fakta-fakta atau bukti-bukti yang ditemukannya. Carr dan Toulmin dalam
Cho dan Jonassen (2002) menyatakan bahwa argumentasi merupakan
proses membuat tuntutan dan memberikan kebenaran melalui fakta.
Pengembangan kemampuan argumentasi bagi dunia pendidikan
diperlukan untuk menghasilkan siswa yang dapat menjawab isu-isu sosial
terutama yang berkaitan dengan sains. Hal ini sangat terkait dengan
tantangan dalam kehidupan siswa dimana mereka harus menjawab isu-isu
yang berkembang di masyarakat. Newton et al dalam Yang dan Tsai
(2010) menyatakan bahwa proses argumentasi merupakan dasar
pembentukan pengetahuan, karena proses ini melalui tahapan evaluasi
terhadap tuntutan (claim) dan observasi terkait dengan fakta-fakta. Proses
argumentasi tersebut akhirnya dinyatakan dalam sebuah pendapat secara
saintifik sebagai pengetahuan publik. Argumentasi juga mendasari
seseorang untuk membuat keputusan, mengambil keputusan terbaik dari
seluruh keputusan yang ada, dan menyadari konsekuensi dari keputusan
yang telah ditetapkannya (Udell, 2007).
Keterampilan argumentasi seharusnya menjadi salah penentu
keberhasilan siswa untuk menjalankan perannya di lingkungan tempat
tinggal
mereka.
Ini
dikarenakan
argumentasi
berkaitan
dengan
kemampuan seseorang dalam membuat keputusan terbaik dalam
1
Ardi Kurniadi, 2016
PROFIL REASONING SKILL SISWA SMA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2
memecahkan masalah yang dihadapinya (Erduran et al, 2006). Pendapat
ini didukung oleh Yang dan Tsai (2010) yang menyatakan bahwa proses
argumentasi merupakan kunci utama penalaran saintifik (saintific reason)
yang
akan
membantu
masyarakat
modern
untuk
menyelesaikan
permasalahan sosial dalam membuat kebijakan yang terkait dengan sains.
Argumentasi dapat dilatih saat siswa menerima informasi di dalam
pembelajaran di kelas melalui proses analisis kritis. Marttunen et al (2005)
menyatakan bahwa siswa memerlukan analisis kritis terhadap informasi
yang mereka dapatkan dari bahan ajar pembelajaran, buku bacaan dan
internet yang terkait dengan isu-isu sosial. Pernyataan ini menunjukkan
bahwa pada pembelajaran dibutuhkan pengembangan kemampuan
penalaran agar siswa dapat memberikan opini disertai alasan yang tepat
mengenai isu-isu sosial terutama isu-isu sains yang berkembang di
masyarakat. Pendapat yang sama dinyatakan Andriessen (2007) yang
menyatakan bahwa pembelajaran collaborative argument dapat membantu
belajar siswa untuk berpikir kritis mengenai isu-isu penting dan nilai-nilai
pertentangan secara bebas. Andriessen (2007) juga menambahkan bahwa
argumentasi dalam pembelajaran sains tidak hanya suatu bentuk
pertentangan dan bantahan tetapi juga suatu bentuk diskusi bersama untuk
memecahkan permasalahan secara bersama-sama sehingga tercapai
kesepakatan akhir dari argumen.
Kemampuan argumentasi tidak dapat muncul secara langsung
hanya dengan satu atau dua kali pembelajaran. Cho dan Jonassen (2002)
dalam hasil penelitiannya menyatakan bahwa pembelajaran secara
langsung tidak selalu meningkatkan kemampuan argumentasi siswa.
Untuk itu, menurut Cho dan Jonassen (2002) diperlukan pendekatan
pembelajaran yang mengembangkan kemampuan argumentasi berjenjang
(scaffolding
argumentation
skill)
agar
memunculkan
kemampuan
argumentasi siswa.
Proses
pembelajaran
yang
tepat
dapat
mengembangkan
kemampuan berpikir siswa menjadi lebih baik. Karagos dan Cakir (2011)
menyatakan bahwa dibutuhkan suatu kemampuan penalaran dan
Ardi Kurniadi, 2016
PROFIL REASONING SKILL SISWA SMA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3
kemampuan membuat kegiatan pembelajaran yang dapat mengembangkan
kedalaman pemahaman siswa pada suatu materi. McGuinness dalam
Robson dan Moseley (2005) menyatakan bahwa perwujudan berpikir
secara explicit dalam pembelajaran dan kesempatan berkreasi selama
pembelajaran collaborative, serta penyusunan berkreasi dan kebiasaan
kecakapan berpikir bagi siswa merupakan hal yang penting. Robson dan
Moseley (2005) menambahkan bahwa thinking skill yang ditanamkan
dalam pembelajaran berkaitan dengan penyusunan pengalaman yang
berasal dari perluasan proses informasi, reasoning, inquiry, kreativitas,
dan evaluasi.
Kondisi belajar dapat dipengaruhi oleh guru di kelas. Robson dan
Moseley (2005) dalam hasil penelitiannya berpendapat bahwa pendekatan
kemampuan berpikir sangat efektif menciptakan lingkungan belajar yang
baik dan membantu setiap siswa untuk memaksimalkan potensi dalam diri.
Mereka juga menyatakan bahwa taksonomi, model dan kerangka berpikir
untuk proses pemahaman berkaitan dengan berpikir dan pembelajaran
dapat menciptakan pengalaman pendidikan bagi siswa. Seorang guru dapat
dikatakan berhasil jika guru dapat menjadi komunikator yang baik dengan
mengetahui dan memahami siswa-siswanya, memahami perbedaan atau
keberagaman, dan menggunakan variasi kegiatan dan pendekatan
pengajaran (Lang dan Evans, 2006). Menurut Shulman (1986, 1987)
dalam Loughran, Berry and Mulhall (2012), guru juga sebaiknya
memperluas
pemahaman
konsep
pelajaran
dan
mengembangkan
kemampuannya, menggunakan dan mengadaptasi metode, pendekatan dan
strategi pengajaran untuk digunakan dalam kelas agar dapat terhubung
antara kemampuan pedagogi dan pengetahuan isi pelajaran.
Metode pembelajaran yang kreatif dan dapat mengembangkan
proses berpikir siswa sangat dibutuhkan dalam pelajaran sains seperti
halnya pembelajaran biologi. Pembelajaran sains yang tidak menarik,
tidak berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dan kurang menyenangkan
bagi siswa (Ramsden , 1998 dalam Prokop et al, 2007) akan membuat
siswa merasa bosan belajar sains (Ebenezer dan Zoller 1993; Delpech,
Ardi Kurniadi, 2016
PROFIL REASONING SKILL SISWA SMA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4
2002 dalam Prokop et al, 2007). Materi yang bersifat abstrak seperti
biologi dan materi biologi yang berisi tentang proses fisiologi tubuh
makhluk hidup menyulitkan belajar dan menyebabkan miskonsepsi pada
siswa (Karagos dan Cakir, 2011; Cimer, 2012). Penelitian yang dilakukan
oleh Bahar, Johnstone dan Hansell (1999) dalam Henno dan Reiska (2008)
menunjukkan bahwa siswa mengalami kesulitan dalam memahami topik
biologi seperti topik organ dalam, sistem organ, dan proses yang terjadi di
dalam tubuh. Osborne dan Collins dalam Cimer (2012) menyatakan bahwa
kesulitan belajar biologi yang dialami siswa karena kurangnya diskusi
dalam
pembelajaran,
ketiadaan
kreativitas
dalam
belajar,
tidak
dikaitkannya sains dengan kehidupan sehari-hari, dan “pengasingan”
materi sains dari materi lainnya.
Saat ini, pembelajaran yang telah diterapkan di dalam kelas belum
menunjukkan adanya tahapan-tahapan penalaran. Cherif et al (2012)
menyatakan bahwa pentingnya pembelajaran biologi terutama materi
tentang tubuh manusia bagi siswa dengan mengemukakan argumen
berdasarkan
kedalaman
pengetahuan
yang
dimiliki
siswa
dan
mengaitkannya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itulah dibutuhkan
penelitian terhadap reasoning skill (kemampuan penalaran) siswa di
sekolah.
B. RUMUSAN MASALAH PENELITIAN
Rumusan masalah penelitian ini difokuskan pada “Bagaimana
profil reasoning skill siswa pada pembelajaran materi sistem indra, sistem
hormon dan sistem reproduksi?”. Agar penelitian ini lebih terarah maka
disusun pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana profil reasoning skill siswa pada materi sistem indra,
sistem hormon, dan sistem reproduksi pada sekolah X dan sekolah Y?
2. Apakah pembelajaran di kelas mengembangkan reasoning skill siswa?
Ardi Kurniadi, 2016
PROFIL REASONING SKILL SISWA SMA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5
C. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran atau profil
kemunculan reasoning skill siswa pada pembelajaran sistem indra, sistem
hormon, dan sistem reproduksi.
D. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:
1. Siswa
Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan reasoning skill siswa
terutama
kemampuan
argumentasi
dalam
pembelajaran
biologi.
Pengembangan kemampuan argumentasi ini berdasarkan pencapaian
elemen-elemen coding argumentive yang diadopsi dari Kuhn dan Felton
(2001) yang meliputi meta , add, aside, advance, clarify, coopt, counter
alternate or counter critique, continue dan interpret. Pada akhirnya
pencapaian elemen-elemen ini diharapkan dapat membantu siswa dalam
menjawab isu-isu sosial yang terkait dengan isu sains dalam kehidupan
sehari-hari.
2. Guru
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagi guru
dalam mengembangkan kemampuan bernalar siswa saat pembelajaran di
kelas. Guru dapat mengetahui tahapan pengajaran dan gaya pengajaran
yang tepat untuk mengembangkan kemampuan bernalar siswa terutama
kemampuan argumentasi melalui tahapan pembelajaran yang diadopsi dari
tahapan aktivitas belajar penelitian Kuhn dan Udell (2003).
3. Perkembangan Keilmuan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian
berikutnya mengenai pengembangan kemampuan penalaran siswa.
Penelitian ini dapat menjadi acuan untuk pengembangan strategi
pembelajaran di sekolah yang dapat mengembangkan kemampuan cara
mengajar guru dalam melatih argumentasi siswa. Manfaat lain dari
penelitian ini adalah dapat memberikan gambaran kemampuan penalaran
Ardi Kurniadi, 2016
PROFIL REASONING SKILL SISWA SMA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
6
siswa di suatu lingkungan belajar sekolah, memberikan gambaran faktorfaktor yang mempengaruhi kemampuan penalaran siswa dan memberikan
pengetahuan bagi peneliti lain untuk mengembangkan penelitian sejenis
pada penelitian berikutnya.
E. DEFINISI OPERASIONAL
Kesalahan dalam menafsirkan beberapa istilah sangat sulit
dihindarkan maka diperlukan penjelasan tentang beberapa istilah yang
digunakan dalam penelitian ini agar lebih efektif dan operasional. Istilahistilah tersebut sebagai berikut:
1. Reasoning skill siswa merupakan kemampuan penalaran siswa yang
muncul setelah diterapkan pembelajaran materi sistem indra, sistem
hormon dan sistem reproduksi. Data tentang reasoning skill siswa pada
penelitian ini mengacu pada coding argumentive yang dikembangkan
Kuhn dan Felton (2001). Coding argumentive ini dijadikan indikator
pencapaian atau alat ukur kemunculan reasoning skill siswa bagi
peneliti. Indikator-indikator coding argumentive yang diteliti terdiri
atas meta , add, aside, advance, clarify, coopt, counter alternate or
counter critique, continue dan interpret. Ketercapaian indikator-
indikator tersebut diperoleh dari hasil analisis pre-test, post-test dan
wawancara kepada siswa. Tipe soal pre-test dan post-test berupa soal
essay.
2. Profil reasoning skill siswa merupakan kemunculan pencapaian
indikator coding argumentive yang diukur kepada siswa. Pengukuran
dilakukan melalui beberapa pertanyaan yang menguji kedalaman
berargumen dan bernalar siswa terhadap suatu studi kasus. Penentuan
ketercapaian setiap indikator ditentukan oleh peneliti melalui rubrik
ketercapaian indikator yang telah dibuat oleh peneliti.
3. Profil
aktivitas
pembelajaran
berdasarkan
modifikasi
tahapan
pembelajaran argumentasi yang dikembangkan oleh Kuhn dan Udell
(2003). Tahapan pembelajaran argumentasi yang dikembangkan oleh
Kuhn dan Udell (2003) meliputi dua tahap yaitu generating reasons,
Ardi Kurniadi, 2016
PROFIL REASONING SKILL SISWA SMA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
7
elaborating reasons, supporting reasons with evidence, evaluating
reasons, developing reasons into an argument pada tahap 1 proses
penalaran. Examining and evaluating opposing side’s reasons,
generating counterarguments to others’ reasons, generating rebuttals
to others’ counter arguments, contemplating mixed evidence,
conducting and evaluating two-sided arguments pada tahap 2 proses
penalaran. Profil aktivitas pembelajaran diperoleh dari analisis video
pembelajaran di kelas penelitian.
F. STRUKTUR ORGANISASI TESIS
Struktur organisasi dalam tesis ini sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang Penelitian
B. Rumusan Masalah Penitian
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
E. Definisi Operasional
F. Struktur Organisasi Tesis
BAB II Kajian Pustaka
A. Argumentasi Sebagai Proses Aktivitas Reasoning Skill
1. Reasoning Skill
2. Argumentasi
B. Penyajian Materi
C. Strategi Pembelajaran
D. Gaya Belajar Siswa dan Gaya Pengajaran Guru
1. Gaya Belajar Siswa
2. Gaya Mengajar Guru
E. Iklim Belajar Sekolah
F. Tinjauan Pembelajaran Biologi
G. Materi Sistem Tubuh Manusia
1. Sistem Saraf dan Indra
2. Sistem Hormon
Ardi Kurniadi, 2016
PROFIL REASONING SKILL SISWA SMA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
8
3. Sistem Reproduksi
BAB III Metode Penelitian
A. Desain Penelitian
1. Metode Penelitian
2. Lokasi Penelitian
3. Subjek Penelitian
B. Prosedur Penelitian dan Pengolahan Data
1. Prosedur Penelitian
a. Tahap Persiapan
b. Tahap Pelaksanaan
2. Pengolahan Data
a. Pengumpulan Data
b. Analisis Data
c. Pengambilan Kesimpulan
BAB IV Hasil dan Pembahasan
A. Profil Reasoning Skill Siswa SMA X
1. Kemunculan Reasoning Skill Siswa SMA X
a. Kemunculan Reasoning Skill Siswa SMA X pada Materi
Sistem Indra
b. Kemunculan Reasoning Skill Siswa SMA X pada Materi
Sistem Hormon
c. Kemunculan Reasoning Skill Siswa SMA X pada Materi
Sistem Reproduksi
2. Ketidakmunculan Reasoning Skill Siswa SMA X
a. Ketidakmunculan Reasoning Skill Siswa SMA X pada
Materi Sistem Indra
b. Ketidakmunculan Reasoning Skill Siswa SMA X pada
Materi Sistem Hormon
c. Ketidakmunculan Reasoning Skill Siswa SMA X pada
Materi Sistem Reproduksi
B. Profil Reasoning Skill Siswa SMA Y
1. Kemunculan Reasoning Skill Siswa SMA Y
Ardi Kurniadi, 2016
PROFIL REASONING SKILL SISWA SMA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
9
a. Kemunculan Reasoning Skill Siswa SMA Y pada Materi
Sistem Indra
b. Kemunculan Reasoning Skill Siswa SMA Y pada Materi
Sistem Hormon
c. Kemunculan Reasoning Skill Siswa SMA Y pada Materi
Sistem Reproduksi
2. Ketidakmunculan Reasoning Skill Siswa SMA Y
a. Ketidakmunculan Reasoning Skill Siswa SMA Y pada
Materi Sistem Indra
b. Ketidakmunculan Reasoning Skill Siswa SMA Y pada
Materi Sistem Hormon
c. Ketidakmunculan Reasoning Skill Siswa SMA Y pada
Materi Sistem Reproduksi
C. Profil Kemunculan Aktivitas Belajar Biologi
1. Profil Kemunculan Aktivitas Pembelajaran Biologi di SMA X
2. Profil Kemunculan Aktivitas Pembelajaran Biologi di SMA Y
BAB V Simpulan, Implikasi dan Rekomendasi
A. Simpulan
B. Implikasi dan Rekomendasi
Ardi Kurniadi, 2016
PROFIL REASONING SKILL SISWA SMA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu