PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING PADA SISWA KELAS XI IPS 2 SMA NEGERI 6 SURAKARTA | Falestin | Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Akuntansi dan Keuangan 6711 14260 1 SM
PROSIDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN AKUNTANSI DAN KEUANGAN
“Pengembangan Pendidikan Akuntansi dan Keuangan yang Berkelanjutan”
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI MELALUI PENERAPAN
MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING
PADA SISWA KELAS XI IPS 2 SMA NEGERI 6 SURAKARTA
Yuditya Falestin, Laili Faiza Ulfa*
*Pendidikan Akuntansi, FKIP, Universitas Sebelas Maret Surakarta
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar siswa melalui model
pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran akuntansi kelas XI IPS 2 SMA
Negeri 6 Surakarta.Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah Penelitian Tindakan
Kelas (Classroom Action Research ). Penelitian ini dilaksanakan dengan kolaborasi antara
peneliti, guru kelas dan melibatkan partisipasi siswa. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI
IPS 2 SMA Negeri 6 Surakarta, yang berjumlah 42 siswa. Teknik pengumpulan data dilakukan
melalui kegiatan berupa: (a) observasi, (b) angket sederhana, (c) tes, dan (d) dokumentasi.
Prosedur penelitian meliputi tahap: (a) perencanaan tindakan, (b) pelaksanaan tindakan, (c)
observasi dan interpretasi, dan (d) analisis dan refleksi. Berdasarkan hasil penelitian, dapat
disimpulkan bahwa model Problem Based Learning dapat meningkatkan prestasi belajar
akuntansi siswa. Hal ini terbukti pada siklus I nilai hasil belajar siswa mengalami peningkatan.
Hasil penelitian pada siklus I meningkat dibandingkan sebelum dilaksanakannya penelitian,
yaitu 78,57% siswa telah mencapai standar ketuntasan belajar minimal yaitu 65. Nilai rata-rata
kelas setelah penerapan model Problem Based Learning mengalami peningkatan angka sebesar
4,18 (nilai sebelum siklus 69,05 dan nilai siklus I 73,23). Pada siklus II jumlah siswa yang
mencapai standar ketuntasan belajar minimal sebanyak 40 siswa atau 95,24%. Nilai rata-rata
kelas pada siklus II yaitu 82,90, terjadi peningkatan nilai rata-rata kelas dari siklus I ke siklus II
sebesar sebesar 9,67 (nilai siklus I 73,23 dan nilai siklus II 82,90). Bila dibandingkan dengan
sebelum penerapan model Problem Based Learning, nilai rata-rata siswa pada siklus II ini
mengalami kenaikan angka sebesar 13,85. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan
penerapan model Problem Based Learning dapat meningkatkan prestasi belajar akuntansi siswa.
Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning juga dapat meningkatkan minat
belajar, motivasi belajar dan partisipasi siswa, hal ini terlihat dari peningkatan minat belajar
siswa terhadap mata pelajaran akuntansi sebesar 3,31% (minat siswa pada siklus I sebesar
82,76% dan minat siswa pada siklus II sebesar 86,07%), peningkatan motivasi belajar siswa
sebesar 10,36% (motivasi belajar siswa pada siklus I sebesar 80,89% dan motivasi belajar siswa
pada siklus II sebesar 91,25%), peningkatan partisipasi siswa dalam pembelajaran sebesar
13,33% (partisipasi siswa pada siklus I sebesar 76,19% dan partisipasi siswa pada siklus II
sebesar 89,52%).
.
ABSTRACT
The objectives of this research is to improve the students’ achievement through Problem Based
Learning Model in accounting at the eleventh grade students of IPS 2 SMA Negeri 6
Surakarta.The research conducted by the researcher was Classroom Action Research. This
research was conducted collaboratively among the researcher, classroom teacher, and involved
the students’ participant. The research subject is the eleventh grade students of IPS 2 SMA
Negeri 6 Surakarta in the amount of 42 students. The technique of collecting data used were (a)
observation, (b) questionnaire, (c) test, and (d) documentation. The procedure of the research
were (a) planning of the action, (b) action, (c) observation and interpretation, and (d) analysis
and reflection. Based on the research findings, it could be concluded that Problem Based
192
PROSIDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN AKUNTANSI DAN KEUANGAN
“Pengembangan Pendidikan Akuntansi dan Keuangan yang Berkelanjutan”
Learning model could improve the students learning achievement in accounting. It was proven
by the increased score of the students in cycle I. The research findings in cycle I improved or
better than before research, 78,57% of the students had gained the minimum passing grade, that
was 65. The mean score after the implementation of Problem Based Learning model got
improved 4,18 (the score before the research was 69,05 and the score in cycle I was 73,23). In
cycle II 40 students gained the minimum passing grade or 95,24%. The mean score in cycle II
was 82,90. There was improvement in the mean score from cycle I to cycle II in the amount of
9,67 (cycle I score 73,23 and cycle II score 82,90). If it was compared with the situation before
the implementation of Problem Based Learning model could improve students learning
achievement in accounting. The implementation of Problem Based Learning model also could
improve students interest, motivation and participation. It was proven by the increased students
interest towards accounting lesson in the amount of 3,31% (students’ interest in cycle I was
82,76% and in cycle II was 86,07%), the improvement of students’ motivation was 10,36%
(students’ motivation in cycle I was 80,89% and in cycle II was 91,25%), the improvement of
students’ participation in learning process in the amount of 13,33% (students’ participation in
cycle I was 76,19% and in cycle II was 89,52%).
Kata kunci: model pembelajaran Problem Based Learning, prestasi belajar, akuntansi
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Pembelajaran atau proses belajar mengajar merupakan suatu proses interaksi
(hubungan timbal balik) antara guru dan siswa atau pembelajar beserta unsur-unsur
yang ada di dalamnya. Pembelajaran merupakan bagian dari Pendidikan, yang di
dalamnya ditunjang oleh berbagai unsur-unsur pembelajaran antara lain tujuan, materi
pelajaran, sarana prasarana, situasi atau kondisi belajar, media pembelajaran,
lingkungan belajar, metode pembelajaran, serta evaluasi. Kesemua unsur-unsur
pembelajaran tersebut sangat mempengaruhi keberhasilan proses belajar mengajar untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa. Proses belajar mengajar dipengaruhi oleh dua
faktor. Faktor pertama adalah faktor yang berasal dari dalam dan faktor yang kedua
adalah faktor yang berasal dari luar siswa, sedangkan faktor yang berasal dari luar diri
siswa salah satunya adalah metode pembelajaran. Penggunaan metode yang tepat sangat
mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran. Akan tetapi, kenyataan yang ada saat
ini bahwa masih banyak guru yang menggunakan metode ceramah-resitasi dalam proses
pembelajarannya.
Permasalahan yang timbul adalah pendidikan kita masih didominasi oleh
pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihafal.
Termasuk mata pelajaran akuntansi. Di sisi lain adanya banyak fakta bahwa guru
193
PROSIDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN AKUNTANSI DAN KEUANGAN
“Pengembangan Pendidikan Akuntansi dan Keuangan yang Berkelanjutan”
menguasai materi suatu subjek dengan baik tetapi tidak dapat melaksanakan kegiatan
pembelajaran dengan baik. Hal itu terjadi karena kegiatan tersebut tidak didasarkan
pada model pembelajaran tertentu sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa rendah.
Proses belajar mengajar di dalam kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama
pengetahuan, dimana ceramah menjadi pilihan utama proses belajar mengajar.
Seperti halnya di dalam kelas XI IPS 2 SMA Negeri 6 Surakarta. Permasalahan
intern yang timbul ketika Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) berlangsung dapat
dipaparkan sebagai berikut: observasi awal yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan
bahwa minat dan motivasi siswa untuk belajar akuntansi masih rendah, baik motivasi
internal maupun motivasi eksternal. Hal tersebut tampak dalam tingkah laku siswa
ketika pelajaran akuntansi berlangsung. Ada beberapa kelompok siswa yang tidak
memperhatikan dan mengacuhkan penjelasan dari guru yang sedang memberikan
penjelasan, bahkan siswa cenderung lebih menikmati mengobrol dengan teman-teman
mereka dibanding memperhatikan penjelasan dari guru yang ada di depan kelas, ada
juga yang mengantuk, menopang dagu. Beberapa diantaranya juga mengemukakan
bahwa akuntansi adalah pelajaran yang sulit dan membingungkan sehingga partisipasi
dari merekapun juga kurang. Selain itu, ditinjau dari metode pembelajaran, guru masih
menerapkan metode
pembelajaran ceramah-resitasi.Begitu masuk
kelas,
guru
memberikan sedikit ceramah tentang materi pelajaran yang telah dicatat sebelumnya,
kemudian dilanjutkan dengan memberi siswanya beberapa latihan soal atau tugas. Siswa
diminta untuk membuka buku catatan dan mengerjakan buku Lembar Kerja, atau
menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru. Proses pembelajaran dengan metode
konvensional ceramah-resitasi masih belum cukup memberikan kesan yang mendalam
pada siswa, karena peran guru dalam menyampaikan materi lebih dominan
dibandingkan keaktifan siswa sendiri. Guru lebih banyak memberikan penjelasan
daripada mencari tahu sejauh mana siswa bisa menerima dan memahami informasi yang
disampaikan. Oleh sebab itu, guru harus mempunyai kreativitas tinggi dalam memilih
model pembelajaran yang menarik minat siswa.
Perumusan Masalah
Berdasarkan pada pembatasan masalah yang ada, maka rumusan masalah penelitian ini
adalah sebagai berikut:
194
PROSIDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN AKUNTANSI DAN KEUANGAN
“Pengembangan Pendidikan Akuntansi dan Keuangan yang Berkelanjutan”
Rumusan masalah umum :
“Apakah penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat
meningkatkan prestasi belajar akuntansi pada siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 6
Surakarta?”
Rumusan masalah khusus :
1)
Apakah penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat
meningkatkan minat belajar akuntansi pada siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 6
Surakarta?
2)
Apakah penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat
meningkatkan motivasi belajar akuntansi pada siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 6
Surakarta?
3)
Apakah penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat
meningkatkan partisipasi belajar akuntansi pada siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 6
Surakarta?
Landasan Teori
Pembelajaran
Belajar dan mengajar dianggap sebagai proses karena di dalamnya terdapat
interaksi (hubungan timbal balik) antara guru dan siswa. Proses itulah yang disebut
pembelajaran. Pembelajaran menurut Nana Sudjana (2009:28) adalah kegiatan
mengatur dan mengorganisasikan lingkungan di sekitar siswa yang dapat mendorong
dan memudahkan minat siswa melakukan kegiatan belajar. Pembelajaran terdiri atas
beberapa komponen yang saling berkaitan dan memiliki ketergantungan satu sama lain
dan bekerja sama membentuk sebuah sistem agar dapat mencapai tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya. Menurut Degeng dalam Sugiyanto (2008:1), “Daya tarik suatu
pembelajaran ditentukan oleh dua hal, pertama oleh mata pelajaran itu sendiri, dan
kedua oleh cara mengajar guru”.
Model Problem Based Learning
195
PROSIDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN AKUNTANSI DAN KEUANGAN
“Pengembangan Pendidikan Akuntansi dan Keuangan yang Berkelanjutan”
Winataputra dalam
Sugiyanto (2008:7) mengemukakan bahwa ”Model
pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis
dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu
dan berfungsi sebagai pedoman bagi para pencanang pembelajaran dan para pengajar
dalam mencanangkan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran”.
Dalam proses pembelajaran di sekolah, pada hakekatnya yang berperan aktif
adalah siswa, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator. Dengan demikian, metode
mengajar seharusnya beralih dari lectur-based format menjadi student-active approach
atau student-centered instruction. Salah satu bentuk pembelajaran yang menerapkan
student-active approach atau student-centered instruction adalah model Problem Based
Learning (PBL). Dengan adanya penerapan model Problem Based Learning yang
merupakan model pembelajaran inovatif, peran guru sebagai pendidik harus bisa
membangkitkan minat belajar siswa, motivasi belajar dan partisipasi siswa dalam proses
pembelajaran sehingga diharapkan prestasi belajar siswa akan mengalami peningkatan
dibandingkan dengan sebelumnya yang masih menerapkan metode konvensional
ceramah. Menurut Nana Sudjana (2009:85), “praktek model pembelajaran pemecahan
masalah berdasarkan tujuan dan bahan pengajaran, guru menjelaskan apa yang harus
dicapai siswa dan kegiatan belajar yang harus dilaksanakannya (langkah-langkahnya)”.
Melalui ceramah dan alat bantu atau demonstrasi, guru menjelaskan konsep, prinsip,
hukum, kaidah, dan yang sejenisnya, bersumber dari bahan yang harus diajarkannya.
Beri kesempatan bertanya bila siswa belum jelas mengenai konsep, prinsip, hukum,
kaidah yang telah dijelaskan tersebut, dan guru merumuskan masalah dalam bentuk
pertanyaan.
Masalah yang diajukan bisa dalam bentuk penerapan konsep, prinsip, hukum,
kaidah tersebut, bisa pula dalam bentuk proses bagaimana konsep atau prinsip tersebut
beroperasi. Guru bersama siswa menentukan jawaban sementara terhadap masalah
tersebut. Menentukan jawaban sementara, sebaiknya guru memberikan kesempatan
yang seluas-luasnya kepada siswa agar siswa sendiri secara bersama merumuskan
dugaan jawaban tersebut. Guru lebih berperan memberikan arahan dan membimbing
pendapat siswa.Tahap selanjutnya, siswa diminta mencari informasi, keterangan, bahan,
data, dan lain-lain yang diperlukan untuk menguji jawaban terhadap masalah di atas
untuk membuktikan apakah dugaan atau jawaban sementara yang telah dirumuskannya
196
PROSIDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN AKUNTANSI DAN KEUANGAN
“Pengembangan Pendidikan Akuntansi dan Keuangan yang Berkelanjutan”
itu benar atau salah. Mencari data dan informasi tersebut bisa dilakukan secara
individual, bisa pula secara kelompok. Biasanya dilakukan lebih baik jika dalam bentuk
kelompok agar terjadi diskusi di kalangan siswa.
Berdasarkan data, informasi, keterangan yang diperoleh siswa mendiskusikan
keterangan itu, apakah data itu benar atau salah, lalu menghimpun data tersebut untuk
dicocokkan dengan jawaban atau dugaan sementara. Artinya menguji apakah jawaban
atau dugaan sementara yang telah ditetapkan itu benar atau salah berdasarkan data dan
informasi yang telah didapatkannya. Proses ini guru memberikan bantuan dan
bimbingan kepada setiap kelompok. Guru menjelaskan dan menyimpulkan jawaban
yang benar dari setiap masalah dan penjelasannya-penjelasannya untuk dicatat oleh para
siswa. Demikian juga jawaban sementara yang ditolak, dijelaskan kesalahankesalahannya agar siswa mengetahuinya. Mengakhiri pelajaran dengan memberikan
tugas pekerjaan rumah tentang penerapan konsep, prinsip, hukum, dan kaidah atau
contoh-contoh dalam praktek kehidupan sehari-hari. Penilaian dilakukan oleh guru pada
setiap langkah, baik pada kerja atau belajar yang dilakukan oleh siswa maupun hasilhasil belajar yang dicapainya (Sudjana, 2009:86).
Menurut Taufiq Amir (2009:27), penerapan model Problem Based Learning
memiliki beberapa kekuatan, antara lain :
1) Fokus kebermaknaan, bukan fakta (deep versus surface learning)
2) Meningkatkan kemampuan siswa untuk berinisiatif
3) Pengembangan keterampilan dan pengetahuan
4) Pengembangan keterampilan interpersonal dan dinamika kelompok
5) Pengembangan sikap self-motivated
6) Tumbuhnya hubungan siswa-fasilitator
7) Jenjang penyampaian pembelajaran dapat ditingkatkan
Di samping memiliki kekuatan, menurut Nurhadi (2004:110) model Problem Based
Learning juga memiliki beberapa kelemahan, diantaranya :
1) Pencapaian akademik dari individu siswa
2) Waktu yang diperlukan untuk implementasi
3) Perubahan peran siswa dalam proses
4) Perubahan peran guru dalam proses
5) Perumusan masalah yang baik
197
PROSIDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN AKUNTANSI DAN KEUANGAN
“Pengembangan Pendidikan Akuntansi dan Keuangan yang Berkelanjutan”
Para pengembang Problem Based Learning atau pembelajaran berbasis
masalah menurut Trianto (2009:93) telah mengemukakan karakteristik model
pembelajaran berbasis masalah yaitu :
1) Pengajuan pertanyaan atau masalah
2) Berfokus pada keterkaitan antar disiplin
3) Penyelidikan autentik
4) Menghasilkan produk atau karya dan memamerkannya
5) Kerjasama
Tabel 1. Pembelajaran Berbasis Masalah
Tahap
Tahap 1 Orientasi siswa pada
masalah
Tingkah Laku Guru
Guru menjelaskan mengenai tujuan
pembelajaran, menjelaskan logistik
yang dibutuhkan, memotivasi siswa
terlibat pada aktivitas pemecahan
masalah yang dipilihnya. Guru
mendiskusikan rubric assessment
yang akan digunakan dalam menilai
kegiatan/hasil karya siswa.
Tahap 2 Mengorganisasikan siswa Guru membantu siswa mendefinisikan
untuk belajar
dan mengorganisasikan tugas belajar
yang berhubungan dengan masalah
tersebut.
Tahap 3 Membimbing
Guru mendorong siswa untuk
penyelidikan individu maupun
mengumpulkan informasi yang sesuai,
kelompok
melaksanakan eksperimen untuk
mendapatkan penjelasan dan
pemecahan masalah.
Tahap 4 Mengembangkan dan
Guru membantu siswa dalam
menyajikan hasil karya
merencanakan dan menyiapkan karya
yang sesuai seperti laporan, video, dan
model dan membantu mereka untuk
berbagi tugas dengan temannya.
Tahap 5 Menganalisis dan
Guru membantu siswa untuk
mengevaluasi proses pemecahan
melakukan refleksi atau evaluasi
masalah
terhadap penyelidikan mereka dan
proses-proses yang mereka gunakan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model Problem Based
Learning merupakan model pembelajaran yang melibatkan siswa dengan masalah nyata
yang sesuai minat dan perhatiannya, sehingga motivasi dan rasa ingin tahu menjadi
198
PROSIDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN AKUNTANSI DAN KEUANGAN
“Pengembangan Pendidikan Akuntansi dan Keuangan yang Berkelanjutan”
meningkat. Dengan demikian siswa diharapkan dapat mengembangkan cara berfikir dan
keterampilan yang lebih tinggi. Seperti metode pembelajaran lainnya, PBL memiliki
kekuatan dan kelemahan. PBL merupakan salah satu model pembelajaran yang
memberdayakan daya fikir, kreativitas, dan partisipasi siswa dalam pembelajaran. Hal
ini sejalan dengan konsep belajar bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku.
Minat
Model Problem Based Learning merupakan model pembelajaran yang
melibatkan siswa dengan masalah nyata yang sesuai minat dan perhatiannya. Seseorang
yang akan melibatkan diri dalam suatu aktivitas, terlebih dahulu harus menyadari akan
arti dan manfaat aktivitas tersebut bagi dirinya. Dalam pemilihan suatu aktivitas
dipengaruhi oleh motivasi yang datang dari dalam dirinya (intrinsik) yang tidak lain
merupakan minatnya. Menurut Harun Supriatna (2009:4), “Minat mengandung
beberapa unsur, antara lain: 1) perasaan senang, 2) kemauan, 3) kesadaran, 4)
perhatian”.
Motivasi
Apabila minat seseorang itu meningkat, maka secara langsung motivasi
seseorang juga akan meningkat. Motivasi merupakan suatu dorongan agar seseorang
mau dan ingin melakukan sesuatu. Sardiman A.M. (2004:81) berpendapat bahwa
seseorang dikatakan memiliki motivasi apabila memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1) Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu lama, tidak
pernah berhenti sebelum selesai)
2) Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa), tidak memerlukan dorongan dari
luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang telah
dicapainya)
3) Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah
4) Lebih senang bekerja mandiri
5) Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulangulang begitu saja, sehingga kurang kreatif)
6) Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu)
7) Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu
8) Senang mencari dan memecahkan masalah/soal-soal.
199
PROSIDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN AKUNTANSI DAN KEUANGAN
“Pengembangan Pendidikan Akuntansi dan Keuangan yang Berkelanjutan”
Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah suatu perubahan energi dalam diri seseorang
atau peserta didik dengan timbulnya perasaan dan keinginan yang kuat untuk belajar
secara aktif, kreatif, efektif, inovatif, dan menyenangkan untuk mencapai tujuan baik
dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor.
Partisipasi
Suatu proses belajar mengajar dikatakan berhasil apabila intensitas keterlibatan
siswanya di dalam kelas terus berkelanjutan, hal tersebut dapat dilihat dari keaktifan
atau partisipasi siswa dalam proses pembelajaran. Melalui peningkatan minat dan
motivasi belajar maka partisipasi seseorang pun juga akan meningkat sehingga akan
mendorong pencapaian hasil belajar yang baik dan tercapainya tujuan pembelajaran.
Menurut pengertiannya partisipasi adalah keikutsertaan seseorang dalam kegiatan atau
turut berperan serta dalam kegiatan, sedangkan partisipan adalah orang yang ikut serta
dalam suatu kegiatan.
Nana Sudjana (1995:61) secara lebih terperinci mengemukakan tentang ciri-ciri
siswa yang aktif, yaitu:
1) Terlibat dalam pemecahan masalah
2) Bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami persoalan
yang dihadapinya
3) Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah
4) Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya
5) Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya
6) Melatih diri dalam memecahkan soal
7) Kesempatan menggunakan atau menerapkan tugas persoalan yang dihadapinya.
Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa partisipasi yaitu wujud tingkah laku siswa secara nyata dalam
kegiatan pembelajaran yang merupakan totalitas dari suatu keterlibatan mental dan
emosional siswa sehingga mendorong mereka untuk memberikan kontribusi dan
bertanggung jawab terhadap pencapaian suatu tujuan yaitu tercapainya prestasi belajar
yang memuaskan.
200
PROSIDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN AKUNTANSI DAN KEUANGAN
“Pengembangan Pendidikan Akuntansi dan Keuangan yang Berkelanjutan”
METODE PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar akuntansi. Oleh
karena itu, peneliti menggunakan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) karena
melalui PTK inilah diharapkan selain diterapkan kepada anak didik juga dapat
memperbaiki mekanisme pembelajaran sebelumnya. Menurut Kunandar dalam Iskandar
(2009:21), “PTK adalah merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru atau
bersama-sama dengan orang lain (kolaborasi) yang bertujuan untuk memperbaiki atau
meningkatkan mutu proses pembelajaran di kelasnya”.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Setiap siklus yang diterapkan pada proses pembelajaran dengan model
Problem Based Learning mampu meningkatkan minat belajar, motivasi belajar,
partisipasi serta prestasi belajar siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari tabel berikut ini :
Tabel 4. Penerapan Model Problem Based Learning
Aspek yang diteliti
Persentase Capaian
Siklus I
Siklus II
Model Problem Based Learning
1. Pemberian masalah
90%
90%
2. Pembagian kelompok
75%
85%
3. Pengarahan diskusi kelompok
80%
90%
4. Penyelesaian masalah
80%
90%
5. Refleksi atau evaluasi
64%
88%
Rata-rata
77,8%
88,6%
(Sumber: data primer yang diolah)
Peningkatan
10%
10%
10%
24%
10,8%
Tabel 5. Minat Belajar Siswa
Aspek yang diteliti
Minat Belajar Siswa
1. Perasaan senang
2. Kemauan
3. Kesadaran
4. Perhatian
Rata-rata
Persentase Capaian
Siklus I
Siklus II
88,57%
90%
79,14%
84,29%
82,38%
86,19%
80,95%
83,81%
82,76%
86,07%
201
Peningkatan
1,43%
5,15%
3,81%
2,86%
3,31%
PROSIDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN AKUNTANSI DAN KEUANGAN
“Pengembangan Pendidikan Akuntansi dan Keuangan yang Berkelanjutan”
Tabel 6. Motivasi Belajar Siswa
Aspek yang diteliti
Persentase Capaian
Siklus I
Siklus II
Motivasi Belajar Siswa
1. Tekun
73,81%
90,95%
2. Ulet
76,19%
85,71%
3. Antusias
80,95%
92,86%
4. Mandiri
83,33%
95,24%
5. Kreatif
88,09%
89,05%
6. Mempertahankan pendapat
77,62%
90,95%
7. Tidak cepat puas
89,52%
95,24%
8. Memecahkan masalah
77,61%
90%
Rata-rata
80,89%
91,25%
(Sumber: data primer yang diolah)
Peningkatan
17,14%
9,52%
11,91%
11,91%
0,96%
13,33%
5,72%
12,39%
10,36%
Tabel 7. Partisipasi Belajar Siswa
Aspek yang diteliti
Persentase Capaian
Siklus
I
Siklus II
Partisipasi Belajar Siswa
1. Interaksi dalam apersepsi
50%
83,33%
2. Kerjasama dan diskusi kelompok
95,24%
95,24%
3. Mengemukakan pendapat
92,86%
92,86%
4. Mengajukan pertanyaan (pemahaman)
47,62%
80,95%
5. Mengerjakan soal/ tugas
95,24%
95,24%
Rata-rata
76,19%
89,52%
(Sumber: data primer yang diolah)
Peningkatan
33,33%
33,33%
13,33%
Tabel 8. Ketuntasan Hasil Belajar Siswa
Kriteria
Tuntas
Tidak
Tuntas
Jumlah Siswa
Sebelum Siklus Siklus
Penerapa
I
II
n
31
33
40
11
9
2
Sebelum
Penerapan
Persentase
Siklus I
Siklus II
78,57 %
21,43%
95,24 %
4,76%
73,8 %
26,2 %
(Sumber: data primer yang diolah)
202
PROSIDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN AKUNTANSI DAN KEUANGAN
“Pengembangan Pendidikan Akuntansi dan Keuangan yang Berkelanjutan”
Tabel 9. Peningkatan Prestasi Belajar Siswa
Aspek yang dinilai
Persentase
Peningkatan
Siklus I
Siklus II
Penerapan model Problem
Based Learning
Minat belajar siswa
Motivasi belajar siswa
Partisipasi siswa
77,8%
82,76%
80,89%
76,19%
88,6%
86,07%
91,25%
89,52%
10,8%
3,31%
10,36%
13,33%
Prestasi belajar dilihat dari
ketuntasan hasil belajar
78,57%
95,24%
16,67%
Berdasarkan tabel data yang disajikan pada siklus I dan siklus II di atas
diperoleh prestasi belajar yang mengalami peningkatan. Model Problem Based
Learning berdampak positif terhadap kegiatan pembelajaran akuntansi. Deskripsi hasil
penelitian dari siklus I sampai siklus II dapat dijelaskan sebagai berikut:
Penerapan model Problem Based Learning (PBL) merupakan penelitian
tindakan kelas yang bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar akuntansi siswa.
Penelitian dilakukan dengan menerapkan dua siklus pembelajaran dengan metode yang
sama pada tiap siklusnya, yaitu metode Problem Based Learning (PBL). Berdasarkan
tabel data yang disajikan pada siklus I dan siklus II pada deskripsi hasil penelitian di
atas diperoleh prestasi belajar akuntansi siswa yang mengalami peningkatan yang dapat
dilihat pada grafik berikut ini :
Persentase (%)
Grafik Hasil Penelitian
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Penerapan metode
Minat
Motivasi
Partisipasi
Siklus I
Siklus II
Prestasi
Gambar 3. Grafik Hasil Penelitian
203
PROSIDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN AKUNTANSI DAN KEUANGAN
“Pengembangan Pendidikan Akuntansi dan Keuangan yang Berkelanjutan”
Dalam proses pembelajaran di sekolah, pada hakekatnya yang berperan aktif
adalah siswa, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator. Dengan demikian, metode
mengajar seharusnya beralih dari lectur-based format menjadi student-active approach
atau student-centered instruction. Salah satu bentuk pembelajaran yang menerapkan
student-active approach atau student-centered instruction adalah model Problem Based
Learning. Dengan adanya penerapan Problem Based Learning yang merupakan model
pembelajaran inovatif, peran guru sebagai pendidik harus bisa membangkitkan minat
belajar siswa, motivasi belajar dan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran
sehingga prestasi belajar siswa akan mengalami peningkatan dibandingkan dengan
sebelumnya yang masih menerapkan metode konvensional ceramah.
Nurhadi dalam Trianto (2009:96) mengemukakan bahwa “Model pembelajaran
Problem Based Learning merupakan model pembelajaran yang melibatkan siswa
dengan masalah nyata yang sesuai minat dan perhatiannya yang memberdayakan daya
fikir, kreativitas, dan partisipasi siswa dalam pembelajaran sehingga motivasi dan rasa
ingin tahu menjadi meningkat”. Oleh karena itu, siswa diharapkan dapat
mengembangkan cara berfikir dan keterampilan yang lebih tinggi. Penerapan model
Problem Based Learning menghadapkan siswa pada suatu permasalahan sehingga
mereka termotivasi untuk mencari jawaban dengan cara berulang-ulang memecahkan
masalah yang dihadapinya yang pada akhirnya dapat menyelesaikan masalah tersebut
sehingga dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa akan kemampuannya. Peningkatan
rasa percaya diri siswa akan kemampuannya dapat membuat siswa menjadi lebih aktif
dan berpartisipatif dalam proses pembelajaran karena siswa merasa tertantang untuk
menyelesaikan setiap tugas yang diberikan oleh guru dan membuat siswa menjadi lebih
yakin dapat meraih prestasi belajar akuntansi yang lebih tinggi daripada pencapaian
sebelumnya. Hal ini terbukti pada pencapaian prestasi belajar siswa yang mengalami
peningkatan sebesar 16,67% (prestasi belajar siswa pada siklus I sebesar 78,57% atau
sebanyak 33 siswa yang tuntas sedangkan pada siklus II mengalami peningkatan
menjadi 95,24% atau sebanyak 40 siswa yang dinyatakan tuntas).
Berdasarkan tindakan tersebut, guru dan peneliti berhasil melaksanakan
pembelajaran akuntansi yang menyenangkan sehingga prestasi belajar akuntansi dapat
meningkat. Selain itu, dapat meningkatkan kinerja guru dalam melaksanakan
pembelajaran yang efektif dan menarik. Keberhasilan pembelajaran akuntansi dengan
204
PROSIDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN AKUNTANSI DAN KEUANGAN
“Pengembangan Pendidikan Akuntansi dan Keuangan yang Berkelanjutan”
menggunakan model Problem Based Learning dapat dilihat dari indikator-indikator
sebagai berikut :
1. Kegiatan belajar mengajar di kelas yang berpusat pada siswa (student center )
sehingga siswa aktif dalam proses pembelajaran baik dalam diskusi atau kerja
kelompok, presentasi, tanya jawab. Kegiatan ini dapat melatih siswa dalam bekerja
sama dan menumbuhkan semangat kebersamaan di dalam kelompok belajar.
2. Suasana pembelajaran santai, menyenangkan, dan sesuai dengan keinginan siswa
sehingga membuat siswa lebih berminat dan nyaman dalam belajar. Hal ini terlihat
dari semangat dan antusiasme siswa dalam mengikuti pelajaran terus mengalami
peningkatan.
3. Siswa mampu memahami materi yang telah diberikan dan lebih percaya diri dengan
kemampuannya. Hal ini terjadi karena siswa yang mulanya belum memahami benar
materi yang disampaikan oleh guru dapat menanyakannya lebih lanjut dan leluasa
baik secara langsung kepada guru maupun peneliti atau teman satu kelompoknya.
4. Penerapan metode Problem Based Learning dalam proses belajar mengajar dapat
meningkatkan pencapaian hasil belajar dan prestasi belajar siswa. Hasil belajar
tersebut dinyatakan tuntas karena secara umum pencapaian hasil belajar siswa berada
di atas standar batas tuntas yaitu 65 dan mengalami peningkatan dari siklus I sampai
siklus II. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum siswa telah memahami materi
yang disajikan dengan baik pada proses belajar mengajar yang menggunakan model
Problem Based Learning (PBL).
SIMPULAN
Model Problem Based Learning (PBL) pada penelitian ini telah dilakukan
dalam dua siklus. Tiap siklus dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan, dimana pertemuan
berlangsung selama 4x45 menit. Secara keseluruhan penerapan model Problem Based
Learning telah dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini terbukti dari
pencapaian nilai rata-rata siswa dan jumlah siswa yang mencapai batas ketuntasan. Pada
siklus I nilai rata-rata kelas sebesar 73,23 terjadi peningkatan nilai rata-rata kelas
sebesar 4,18 dari sebelum diadakannya tindakan yaitu 69,05. Pada siklus II terjadi
peningkatan nilai rata-rata kelas sebesar 9,67 (pada siklus I sebesar 73,23 menjadi 82,90
pada siklus II). Jumlah siswa yang mencapai batas tuntas pada siklus I sebanyak 33
205
PROSIDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN AKUNTANSI DAN KEUANGAN
“Pengembangan Pendidikan Akuntansi dan Keuangan yang Berkelanjutan”
siswa atau 78,57% sedangkan pada siklus II jumlah siswa yang mencapai batas tuntas
sebanyak 40 siswa dari 42 siswa atau sebesar 95,24% (mengalami peningkatan sebesar
16,67%).
Penerapan model Problem Based Learning secara rinci dapat meningkatkan
minat belajar, motivasi belajar dan partisipasi belajar siswa dalam pembelajaran. Siswa
diajak untuk turut serta dalam semua proses pembelajaran. Dengan variasi pembelajaran
yang terdiri dari diskusi kelompok, pemecahan masalah, dan presentasi membuat siswa
merasakan suasana belajar yang lebih menyenangkan dan materi yang disajikan dalam
bentuk masalah yang harus dipecahkan menjadi lebih mudah dipahami siswa sehingga
dapat meningkatkan minat, motivasi, serta partisipasi siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Anies.
2003.
Problem
Based
Learning .
Artikel.
Tersedia
pada
http://www.suaramerdeka.com/harian/0304/28/kha2.htm. Diunduh tanggal 11
Januari 2010.
Boud, David & Feletti, Grahame I. 1997. The Challenge of Problem Based Learning .
London: Kogan Page Limited.
E. Mulyasa. 2009. Kurikulum Yang Disempurnakan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Hanafiah.
2009.
Motivasi
Belajar
Siswa .
Artikel.
Tersedia
pada
http://www.suaramerdeka.com/harian/0907/34/kha4.htm. Diunduh tanggal 11
Januari 2010.
Harun Supriatna. 2009. Minat Belajar Siswa . Artikel. Tersedia pada
http://www.asbabulismu.blogspot.com/2009/04/minatbelajar.html. Diunduh tanggal
10 Maret 2010 pukul 10.59 WIB.
Ibrahim, Muslimin, dkk. 2000. Pengajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: UNESA
Press.
Iskandar. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Gaung Persada (GP) Press.
Kasihani Kasbolah. 2001. Penelitian Tindakan Kelas. Malang: Univesitas Negeri
Malang.
Muhibbin Syah. 2005. Psikologi Belajar . Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Nana Sudjana. 1996. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar . Bandung: Remaja
Rosdakarya.
. 2009. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar . Bandung: Sinar Baru
Algensindo.
Nasution. 2000. Didaktik Asas-Asas Mengajar . Jakarta: Bumi Aksara.
Oemar Hamalik. 2008. Belajar dan Teori Belajar . Jakarta: Bumi Aksara.
Sardiman A. M. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar . Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya . Jakarta: Rineka
Cipta.
Sugiyanto. 2008. Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Panitia Sertifikasi.
206
PROSIDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN AKUNTANSI DAN KEUANGAN
“Pengembangan Pendidikan Akuntansi dan Keuangan yang Berkelanjutan”
Suharsimi Arikunto, Suhardjono, dan Supardi. . Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:
Penerbit Bumi Aksara.
Sumadi Suryabrata. 2010. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.
Taufiq Amir. 2009. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning . Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Prestasi
Pustaka Publisher.
207
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN AKUNTANSI DAN KEUANGAN
“Pengembangan Pendidikan Akuntansi dan Keuangan yang Berkelanjutan”
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI MELALUI PENERAPAN
MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING
PADA SISWA KELAS XI IPS 2 SMA NEGERI 6 SURAKARTA
Yuditya Falestin, Laili Faiza Ulfa*
*Pendidikan Akuntansi, FKIP, Universitas Sebelas Maret Surakarta
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar siswa melalui model
pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran akuntansi kelas XI IPS 2 SMA
Negeri 6 Surakarta.Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah Penelitian Tindakan
Kelas (Classroom Action Research ). Penelitian ini dilaksanakan dengan kolaborasi antara
peneliti, guru kelas dan melibatkan partisipasi siswa. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI
IPS 2 SMA Negeri 6 Surakarta, yang berjumlah 42 siswa. Teknik pengumpulan data dilakukan
melalui kegiatan berupa: (a) observasi, (b) angket sederhana, (c) tes, dan (d) dokumentasi.
Prosedur penelitian meliputi tahap: (a) perencanaan tindakan, (b) pelaksanaan tindakan, (c)
observasi dan interpretasi, dan (d) analisis dan refleksi. Berdasarkan hasil penelitian, dapat
disimpulkan bahwa model Problem Based Learning dapat meningkatkan prestasi belajar
akuntansi siswa. Hal ini terbukti pada siklus I nilai hasil belajar siswa mengalami peningkatan.
Hasil penelitian pada siklus I meningkat dibandingkan sebelum dilaksanakannya penelitian,
yaitu 78,57% siswa telah mencapai standar ketuntasan belajar minimal yaitu 65. Nilai rata-rata
kelas setelah penerapan model Problem Based Learning mengalami peningkatan angka sebesar
4,18 (nilai sebelum siklus 69,05 dan nilai siklus I 73,23). Pada siklus II jumlah siswa yang
mencapai standar ketuntasan belajar minimal sebanyak 40 siswa atau 95,24%. Nilai rata-rata
kelas pada siklus II yaitu 82,90, terjadi peningkatan nilai rata-rata kelas dari siklus I ke siklus II
sebesar sebesar 9,67 (nilai siklus I 73,23 dan nilai siklus II 82,90). Bila dibandingkan dengan
sebelum penerapan model Problem Based Learning, nilai rata-rata siswa pada siklus II ini
mengalami kenaikan angka sebesar 13,85. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan
penerapan model Problem Based Learning dapat meningkatkan prestasi belajar akuntansi siswa.
Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning juga dapat meningkatkan minat
belajar, motivasi belajar dan partisipasi siswa, hal ini terlihat dari peningkatan minat belajar
siswa terhadap mata pelajaran akuntansi sebesar 3,31% (minat siswa pada siklus I sebesar
82,76% dan minat siswa pada siklus II sebesar 86,07%), peningkatan motivasi belajar siswa
sebesar 10,36% (motivasi belajar siswa pada siklus I sebesar 80,89% dan motivasi belajar siswa
pada siklus II sebesar 91,25%), peningkatan partisipasi siswa dalam pembelajaran sebesar
13,33% (partisipasi siswa pada siklus I sebesar 76,19% dan partisipasi siswa pada siklus II
sebesar 89,52%).
.
ABSTRACT
The objectives of this research is to improve the students’ achievement through Problem Based
Learning Model in accounting at the eleventh grade students of IPS 2 SMA Negeri 6
Surakarta.The research conducted by the researcher was Classroom Action Research. This
research was conducted collaboratively among the researcher, classroom teacher, and involved
the students’ participant. The research subject is the eleventh grade students of IPS 2 SMA
Negeri 6 Surakarta in the amount of 42 students. The technique of collecting data used were (a)
observation, (b) questionnaire, (c) test, and (d) documentation. The procedure of the research
were (a) planning of the action, (b) action, (c) observation and interpretation, and (d) analysis
and reflection. Based on the research findings, it could be concluded that Problem Based
192
PROSIDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN AKUNTANSI DAN KEUANGAN
“Pengembangan Pendidikan Akuntansi dan Keuangan yang Berkelanjutan”
Learning model could improve the students learning achievement in accounting. It was proven
by the increased score of the students in cycle I. The research findings in cycle I improved or
better than before research, 78,57% of the students had gained the minimum passing grade, that
was 65. The mean score after the implementation of Problem Based Learning model got
improved 4,18 (the score before the research was 69,05 and the score in cycle I was 73,23). In
cycle II 40 students gained the minimum passing grade or 95,24%. The mean score in cycle II
was 82,90. There was improvement in the mean score from cycle I to cycle II in the amount of
9,67 (cycle I score 73,23 and cycle II score 82,90). If it was compared with the situation before
the implementation of Problem Based Learning model could improve students learning
achievement in accounting. The implementation of Problem Based Learning model also could
improve students interest, motivation and participation. It was proven by the increased students
interest towards accounting lesson in the amount of 3,31% (students’ interest in cycle I was
82,76% and in cycle II was 86,07%), the improvement of students’ motivation was 10,36%
(students’ motivation in cycle I was 80,89% and in cycle II was 91,25%), the improvement of
students’ participation in learning process in the amount of 13,33% (students’ participation in
cycle I was 76,19% and in cycle II was 89,52%).
Kata kunci: model pembelajaran Problem Based Learning, prestasi belajar, akuntansi
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Pembelajaran atau proses belajar mengajar merupakan suatu proses interaksi
(hubungan timbal balik) antara guru dan siswa atau pembelajar beserta unsur-unsur
yang ada di dalamnya. Pembelajaran merupakan bagian dari Pendidikan, yang di
dalamnya ditunjang oleh berbagai unsur-unsur pembelajaran antara lain tujuan, materi
pelajaran, sarana prasarana, situasi atau kondisi belajar, media pembelajaran,
lingkungan belajar, metode pembelajaran, serta evaluasi. Kesemua unsur-unsur
pembelajaran tersebut sangat mempengaruhi keberhasilan proses belajar mengajar untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa. Proses belajar mengajar dipengaruhi oleh dua
faktor. Faktor pertama adalah faktor yang berasal dari dalam dan faktor yang kedua
adalah faktor yang berasal dari luar siswa, sedangkan faktor yang berasal dari luar diri
siswa salah satunya adalah metode pembelajaran. Penggunaan metode yang tepat sangat
mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran. Akan tetapi, kenyataan yang ada saat
ini bahwa masih banyak guru yang menggunakan metode ceramah-resitasi dalam proses
pembelajarannya.
Permasalahan yang timbul adalah pendidikan kita masih didominasi oleh
pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihafal.
Termasuk mata pelajaran akuntansi. Di sisi lain adanya banyak fakta bahwa guru
193
PROSIDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN AKUNTANSI DAN KEUANGAN
“Pengembangan Pendidikan Akuntansi dan Keuangan yang Berkelanjutan”
menguasai materi suatu subjek dengan baik tetapi tidak dapat melaksanakan kegiatan
pembelajaran dengan baik. Hal itu terjadi karena kegiatan tersebut tidak didasarkan
pada model pembelajaran tertentu sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa rendah.
Proses belajar mengajar di dalam kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama
pengetahuan, dimana ceramah menjadi pilihan utama proses belajar mengajar.
Seperti halnya di dalam kelas XI IPS 2 SMA Negeri 6 Surakarta. Permasalahan
intern yang timbul ketika Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) berlangsung dapat
dipaparkan sebagai berikut: observasi awal yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan
bahwa minat dan motivasi siswa untuk belajar akuntansi masih rendah, baik motivasi
internal maupun motivasi eksternal. Hal tersebut tampak dalam tingkah laku siswa
ketika pelajaran akuntansi berlangsung. Ada beberapa kelompok siswa yang tidak
memperhatikan dan mengacuhkan penjelasan dari guru yang sedang memberikan
penjelasan, bahkan siswa cenderung lebih menikmati mengobrol dengan teman-teman
mereka dibanding memperhatikan penjelasan dari guru yang ada di depan kelas, ada
juga yang mengantuk, menopang dagu. Beberapa diantaranya juga mengemukakan
bahwa akuntansi adalah pelajaran yang sulit dan membingungkan sehingga partisipasi
dari merekapun juga kurang. Selain itu, ditinjau dari metode pembelajaran, guru masih
menerapkan metode
pembelajaran ceramah-resitasi.Begitu masuk
kelas,
guru
memberikan sedikit ceramah tentang materi pelajaran yang telah dicatat sebelumnya,
kemudian dilanjutkan dengan memberi siswanya beberapa latihan soal atau tugas. Siswa
diminta untuk membuka buku catatan dan mengerjakan buku Lembar Kerja, atau
menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru. Proses pembelajaran dengan metode
konvensional ceramah-resitasi masih belum cukup memberikan kesan yang mendalam
pada siswa, karena peran guru dalam menyampaikan materi lebih dominan
dibandingkan keaktifan siswa sendiri. Guru lebih banyak memberikan penjelasan
daripada mencari tahu sejauh mana siswa bisa menerima dan memahami informasi yang
disampaikan. Oleh sebab itu, guru harus mempunyai kreativitas tinggi dalam memilih
model pembelajaran yang menarik minat siswa.
Perumusan Masalah
Berdasarkan pada pembatasan masalah yang ada, maka rumusan masalah penelitian ini
adalah sebagai berikut:
194
PROSIDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN AKUNTANSI DAN KEUANGAN
“Pengembangan Pendidikan Akuntansi dan Keuangan yang Berkelanjutan”
Rumusan masalah umum :
“Apakah penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat
meningkatkan prestasi belajar akuntansi pada siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 6
Surakarta?”
Rumusan masalah khusus :
1)
Apakah penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat
meningkatkan minat belajar akuntansi pada siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 6
Surakarta?
2)
Apakah penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat
meningkatkan motivasi belajar akuntansi pada siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 6
Surakarta?
3)
Apakah penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat
meningkatkan partisipasi belajar akuntansi pada siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 6
Surakarta?
Landasan Teori
Pembelajaran
Belajar dan mengajar dianggap sebagai proses karena di dalamnya terdapat
interaksi (hubungan timbal balik) antara guru dan siswa. Proses itulah yang disebut
pembelajaran. Pembelajaran menurut Nana Sudjana (2009:28) adalah kegiatan
mengatur dan mengorganisasikan lingkungan di sekitar siswa yang dapat mendorong
dan memudahkan minat siswa melakukan kegiatan belajar. Pembelajaran terdiri atas
beberapa komponen yang saling berkaitan dan memiliki ketergantungan satu sama lain
dan bekerja sama membentuk sebuah sistem agar dapat mencapai tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya. Menurut Degeng dalam Sugiyanto (2008:1), “Daya tarik suatu
pembelajaran ditentukan oleh dua hal, pertama oleh mata pelajaran itu sendiri, dan
kedua oleh cara mengajar guru”.
Model Problem Based Learning
195
PROSIDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN AKUNTANSI DAN KEUANGAN
“Pengembangan Pendidikan Akuntansi dan Keuangan yang Berkelanjutan”
Winataputra dalam
Sugiyanto (2008:7) mengemukakan bahwa ”Model
pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis
dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu
dan berfungsi sebagai pedoman bagi para pencanang pembelajaran dan para pengajar
dalam mencanangkan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran”.
Dalam proses pembelajaran di sekolah, pada hakekatnya yang berperan aktif
adalah siswa, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator. Dengan demikian, metode
mengajar seharusnya beralih dari lectur-based format menjadi student-active approach
atau student-centered instruction. Salah satu bentuk pembelajaran yang menerapkan
student-active approach atau student-centered instruction adalah model Problem Based
Learning (PBL). Dengan adanya penerapan model Problem Based Learning yang
merupakan model pembelajaran inovatif, peran guru sebagai pendidik harus bisa
membangkitkan minat belajar siswa, motivasi belajar dan partisipasi siswa dalam proses
pembelajaran sehingga diharapkan prestasi belajar siswa akan mengalami peningkatan
dibandingkan dengan sebelumnya yang masih menerapkan metode konvensional
ceramah. Menurut Nana Sudjana (2009:85), “praktek model pembelajaran pemecahan
masalah berdasarkan tujuan dan bahan pengajaran, guru menjelaskan apa yang harus
dicapai siswa dan kegiatan belajar yang harus dilaksanakannya (langkah-langkahnya)”.
Melalui ceramah dan alat bantu atau demonstrasi, guru menjelaskan konsep, prinsip,
hukum, kaidah, dan yang sejenisnya, bersumber dari bahan yang harus diajarkannya.
Beri kesempatan bertanya bila siswa belum jelas mengenai konsep, prinsip, hukum,
kaidah yang telah dijelaskan tersebut, dan guru merumuskan masalah dalam bentuk
pertanyaan.
Masalah yang diajukan bisa dalam bentuk penerapan konsep, prinsip, hukum,
kaidah tersebut, bisa pula dalam bentuk proses bagaimana konsep atau prinsip tersebut
beroperasi. Guru bersama siswa menentukan jawaban sementara terhadap masalah
tersebut. Menentukan jawaban sementara, sebaiknya guru memberikan kesempatan
yang seluas-luasnya kepada siswa agar siswa sendiri secara bersama merumuskan
dugaan jawaban tersebut. Guru lebih berperan memberikan arahan dan membimbing
pendapat siswa.Tahap selanjutnya, siswa diminta mencari informasi, keterangan, bahan,
data, dan lain-lain yang diperlukan untuk menguji jawaban terhadap masalah di atas
untuk membuktikan apakah dugaan atau jawaban sementara yang telah dirumuskannya
196
PROSIDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN AKUNTANSI DAN KEUANGAN
“Pengembangan Pendidikan Akuntansi dan Keuangan yang Berkelanjutan”
itu benar atau salah. Mencari data dan informasi tersebut bisa dilakukan secara
individual, bisa pula secara kelompok. Biasanya dilakukan lebih baik jika dalam bentuk
kelompok agar terjadi diskusi di kalangan siswa.
Berdasarkan data, informasi, keterangan yang diperoleh siswa mendiskusikan
keterangan itu, apakah data itu benar atau salah, lalu menghimpun data tersebut untuk
dicocokkan dengan jawaban atau dugaan sementara. Artinya menguji apakah jawaban
atau dugaan sementara yang telah ditetapkan itu benar atau salah berdasarkan data dan
informasi yang telah didapatkannya. Proses ini guru memberikan bantuan dan
bimbingan kepada setiap kelompok. Guru menjelaskan dan menyimpulkan jawaban
yang benar dari setiap masalah dan penjelasannya-penjelasannya untuk dicatat oleh para
siswa. Demikian juga jawaban sementara yang ditolak, dijelaskan kesalahankesalahannya agar siswa mengetahuinya. Mengakhiri pelajaran dengan memberikan
tugas pekerjaan rumah tentang penerapan konsep, prinsip, hukum, dan kaidah atau
contoh-contoh dalam praktek kehidupan sehari-hari. Penilaian dilakukan oleh guru pada
setiap langkah, baik pada kerja atau belajar yang dilakukan oleh siswa maupun hasilhasil belajar yang dicapainya (Sudjana, 2009:86).
Menurut Taufiq Amir (2009:27), penerapan model Problem Based Learning
memiliki beberapa kekuatan, antara lain :
1) Fokus kebermaknaan, bukan fakta (deep versus surface learning)
2) Meningkatkan kemampuan siswa untuk berinisiatif
3) Pengembangan keterampilan dan pengetahuan
4) Pengembangan keterampilan interpersonal dan dinamika kelompok
5) Pengembangan sikap self-motivated
6) Tumbuhnya hubungan siswa-fasilitator
7) Jenjang penyampaian pembelajaran dapat ditingkatkan
Di samping memiliki kekuatan, menurut Nurhadi (2004:110) model Problem Based
Learning juga memiliki beberapa kelemahan, diantaranya :
1) Pencapaian akademik dari individu siswa
2) Waktu yang diperlukan untuk implementasi
3) Perubahan peran siswa dalam proses
4) Perubahan peran guru dalam proses
5) Perumusan masalah yang baik
197
PROSIDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN AKUNTANSI DAN KEUANGAN
“Pengembangan Pendidikan Akuntansi dan Keuangan yang Berkelanjutan”
Para pengembang Problem Based Learning atau pembelajaran berbasis
masalah menurut Trianto (2009:93) telah mengemukakan karakteristik model
pembelajaran berbasis masalah yaitu :
1) Pengajuan pertanyaan atau masalah
2) Berfokus pada keterkaitan antar disiplin
3) Penyelidikan autentik
4) Menghasilkan produk atau karya dan memamerkannya
5) Kerjasama
Tabel 1. Pembelajaran Berbasis Masalah
Tahap
Tahap 1 Orientasi siswa pada
masalah
Tingkah Laku Guru
Guru menjelaskan mengenai tujuan
pembelajaran, menjelaskan logistik
yang dibutuhkan, memotivasi siswa
terlibat pada aktivitas pemecahan
masalah yang dipilihnya. Guru
mendiskusikan rubric assessment
yang akan digunakan dalam menilai
kegiatan/hasil karya siswa.
Tahap 2 Mengorganisasikan siswa Guru membantu siswa mendefinisikan
untuk belajar
dan mengorganisasikan tugas belajar
yang berhubungan dengan masalah
tersebut.
Tahap 3 Membimbing
Guru mendorong siswa untuk
penyelidikan individu maupun
mengumpulkan informasi yang sesuai,
kelompok
melaksanakan eksperimen untuk
mendapatkan penjelasan dan
pemecahan masalah.
Tahap 4 Mengembangkan dan
Guru membantu siswa dalam
menyajikan hasil karya
merencanakan dan menyiapkan karya
yang sesuai seperti laporan, video, dan
model dan membantu mereka untuk
berbagi tugas dengan temannya.
Tahap 5 Menganalisis dan
Guru membantu siswa untuk
mengevaluasi proses pemecahan
melakukan refleksi atau evaluasi
masalah
terhadap penyelidikan mereka dan
proses-proses yang mereka gunakan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model Problem Based
Learning merupakan model pembelajaran yang melibatkan siswa dengan masalah nyata
yang sesuai minat dan perhatiannya, sehingga motivasi dan rasa ingin tahu menjadi
198
PROSIDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN AKUNTANSI DAN KEUANGAN
“Pengembangan Pendidikan Akuntansi dan Keuangan yang Berkelanjutan”
meningkat. Dengan demikian siswa diharapkan dapat mengembangkan cara berfikir dan
keterampilan yang lebih tinggi. Seperti metode pembelajaran lainnya, PBL memiliki
kekuatan dan kelemahan. PBL merupakan salah satu model pembelajaran yang
memberdayakan daya fikir, kreativitas, dan partisipasi siswa dalam pembelajaran. Hal
ini sejalan dengan konsep belajar bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku.
Minat
Model Problem Based Learning merupakan model pembelajaran yang
melibatkan siswa dengan masalah nyata yang sesuai minat dan perhatiannya. Seseorang
yang akan melibatkan diri dalam suatu aktivitas, terlebih dahulu harus menyadari akan
arti dan manfaat aktivitas tersebut bagi dirinya. Dalam pemilihan suatu aktivitas
dipengaruhi oleh motivasi yang datang dari dalam dirinya (intrinsik) yang tidak lain
merupakan minatnya. Menurut Harun Supriatna (2009:4), “Minat mengandung
beberapa unsur, antara lain: 1) perasaan senang, 2) kemauan, 3) kesadaran, 4)
perhatian”.
Motivasi
Apabila minat seseorang itu meningkat, maka secara langsung motivasi
seseorang juga akan meningkat. Motivasi merupakan suatu dorongan agar seseorang
mau dan ingin melakukan sesuatu. Sardiman A.M. (2004:81) berpendapat bahwa
seseorang dikatakan memiliki motivasi apabila memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1) Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu lama, tidak
pernah berhenti sebelum selesai)
2) Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa), tidak memerlukan dorongan dari
luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang telah
dicapainya)
3) Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah
4) Lebih senang bekerja mandiri
5) Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulangulang begitu saja, sehingga kurang kreatif)
6) Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu)
7) Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu
8) Senang mencari dan memecahkan masalah/soal-soal.
199
PROSIDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN AKUNTANSI DAN KEUANGAN
“Pengembangan Pendidikan Akuntansi dan Keuangan yang Berkelanjutan”
Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah suatu perubahan energi dalam diri seseorang
atau peserta didik dengan timbulnya perasaan dan keinginan yang kuat untuk belajar
secara aktif, kreatif, efektif, inovatif, dan menyenangkan untuk mencapai tujuan baik
dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor.
Partisipasi
Suatu proses belajar mengajar dikatakan berhasil apabila intensitas keterlibatan
siswanya di dalam kelas terus berkelanjutan, hal tersebut dapat dilihat dari keaktifan
atau partisipasi siswa dalam proses pembelajaran. Melalui peningkatan minat dan
motivasi belajar maka partisipasi seseorang pun juga akan meningkat sehingga akan
mendorong pencapaian hasil belajar yang baik dan tercapainya tujuan pembelajaran.
Menurut pengertiannya partisipasi adalah keikutsertaan seseorang dalam kegiatan atau
turut berperan serta dalam kegiatan, sedangkan partisipan adalah orang yang ikut serta
dalam suatu kegiatan.
Nana Sudjana (1995:61) secara lebih terperinci mengemukakan tentang ciri-ciri
siswa yang aktif, yaitu:
1) Terlibat dalam pemecahan masalah
2) Bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami persoalan
yang dihadapinya
3) Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah
4) Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya
5) Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya
6) Melatih diri dalam memecahkan soal
7) Kesempatan menggunakan atau menerapkan tugas persoalan yang dihadapinya.
Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa partisipasi yaitu wujud tingkah laku siswa secara nyata dalam
kegiatan pembelajaran yang merupakan totalitas dari suatu keterlibatan mental dan
emosional siswa sehingga mendorong mereka untuk memberikan kontribusi dan
bertanggung jawab terhadap pencapaian suatu tujuan yaitu tercapainya prestasi belajar
yang memuaskan.
200
PROSIDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN AKUNTANSI DAN KEUANGAN
“Pengembangan Pendidikan Akuntansi dan Keuangan yang Berkelanjutan”
METODE PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar akuntansi. Oleh
karena itu, peneliti menggunakan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) karena
melalui PTK inilah diharapkan selain diterapkan kepada anak didik juga dapat
memperbaiki mekanisme pembelajaran sebelumnya. Menurut Kunandar dalam Iskandar
(2009:21), “PTK adalah merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru atau
bersama-sama dengan orang lain (kolaborasi) yang bertujuan untuk memperbaiki atau
meningkatkan mutu proses pembelajaran di kelasnya”.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Setiap siklus yang diterapkan pada proses pembelajaran dengan model
Problem Based Learning mampu meningkatkan minat belajar, motivasi belajar,
partisipasi serta prestasi belajar siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari tabel berikut ini :
Tabel 4. Penerapan Model Problem Based Learning
Aspek yang diteliti
Persentase Capaian
Siklus I
Siklus II
Model Problem Based Learning
1. Pemberian masalah
90%
90%
2. Pembagian kelompok
75%
85%
3. Pengarahan diskusi kelompok
80%
90%
4. Penyelesaian masalah
80%
90%
5. Refleksi atau evaluasi
64%
88%
Rata-rata
77,8%
88,6%
(Sumber: data primer yang diolah)
Peningkatan
10%
10%
10%
24%
10,8%
Tabel 5. Minat Belajar Siswa
Aspek yang diteliti
Minat Belajar Siswa
1. Perasaan senang
2. Kemauan
3. Kesadaran
4. Perhatian
Rata-rata
Persentase Capaian
Siklus I
Siklus II
88,57%
90%
79,14%
84,29%
82,38%
86,19%
80,95%
83,81%
82,76%
86,07%
201
Peningkatan
1,43%
5,15%
3,81%
2,86%
3,31%
PROSIDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN AKUNTANSI DAN KEUANGAN
“Pengembangan Pendidikan Akuntansi dan Keuangan yang Berkelanjutan”
Tabel 6. Motivasi Belajar Siswa
Aspek yang diteliti
Persentase Capaian
Siklus I
Siklus II
Motivasi Belajar Siswa
1. Tekun
73,81%
90,95%
2. Ulet
76,19%
85,71%
3. Antusias
80,95%
92,86%
4. Mandiri
83,33%
95,24%
5. Kreatif
88,09%
89,05%
6. Mempertahankan pendapat
77,62%
90,95%
7. Tidak cepat puas
89,52%
95,24%
8. Memecahkan masalah
77,61%
90%
Rata-rata
80,89%
91,25%
(Sumber: data primer yang diolah)
Peningkatan
17,14%
9,52%
11,91%
11,91%
0,96%
13,33%
5,72%
12,39%
10,36%
Tabel 7. Partisipasi Belajar Siswa
Aspek yang diteliti
Persentase Capaian
Siklus
I
Siklus II
Partisipasi Belajar Siswa
1. Interaksi dalam apersepsi
50%
83,33%
2. Kerjasama dan diskusi kelompok
95,24%
95,24%
3. Mengemukakan pendapat
92,86%
92,86%
4. Mengajukan pertanyaan (pemahaman)
47,62%
80,95%
5. Mengerjakan soal/ tugas
95,24%
95,24%
Rata-rata
76,19%
89,52%
(Sumber: data primer yang diolah)
Peningkatan
33,33%
33,33%
13,33%
Tabel 8. Ketuntasan Hasil Belajar Siswa
Kriteria
Tuntas
Tidak
Tuntas
Jumlah Siswa
Sebelum Siklus Siklus
Penerapa
I
II
n
31
33
40
11
9
2
Sebelum
Penerapan
Persentase
Siklus I
Siklus II
78,57 %
21,43%
95,24 %
4,76%
73,8 %
26,2 %
(Sumber: data primer yang diolah)
202
PROSIDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN AKUNTANSI DAN KEUANGAN
“Pengembangan Pendidikan Akuntansi dan Keuangan yang Berkelanjutan”
Tabel 9. Peningkatan Prestasi Belajar Siswa
Aspek yang dinilai
Persentase
Peningkatan
Siklus I
Siklus II
Penerapan model Problem
Based Learning
Minat belajar siswa
Motivasi belajar siswa
Partisipasi siswa
77,8%
82,76%
80,89%
76,19%
88,6%
86,07%
91,25%
89,52%
10,8%
3,31%
10,36%
13,33%
Prestasi belajar dilihat dari
ketuntasan hasil belajar
78,57%
95,24%
16,67%
Berdasarkan tabel data yang disajikan pada siklus I dan siklus II di atas
diperoleh prestasi belajar yang mengalami peningkatan. Model Problem Based
Learning berdampak positif terhadap kegiatan pembelajaran akuntansi. Deskripsi hasil
penelitian dari siklus I sampai siklus II dapat dijelaskan sebagai berikut:
Penerapan model Problem Based Learning (PBL) merupakan penelitian
tindakan kelas yang bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar akuntansi siswa.
Penelitian dilakukan dengan menerapkan dua siklus pembelajaran dengan metode yang
sama pada tiap siklusnya, yaitu metode Problem Based Learning (PBL). Berdasarkan
tabel data yang disajikan pada siklus I dan siklus II pada deskripsi hasil penelitian di
atas diperoleh prestasi belajar akuntansi siswa yang mengalami peningkatan yang dapat
dilihat pada grafik berikut ini :
Persentase (%)
Grafik Hasil Penelitian
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Penerapan metode
Minat
Motivasi
Partisipasi
Siklus I
Siklus II
Prestasi
Gambar 3. Grafik Hasil Penelitian
203
PROSIDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN AKUNTANSI DAN KEUANGAN
“Pengembangan Pendidikan Akuntansi dan Keuangan yang Berkelanjutan”
Dalam proses pembelajaran di sekolah, pada hakekatnya yang berperan aktif
adalah siswa, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator. Dengan demikian, metode
mengajar seharusnya beralih dari lectur-based format menjadi student-active approach
atau student-centered instruction. Salah satu bentuk pembelajaran yang menerapkan
student-active approach atau student-centered instruction adalah model Problem Based
Learning. Dengan adanya penerapan Problem Based Learning yang merupakan model
pembelajaran inovatif, peran guru sebagai pendidik harus bisa membangkitkan minat
belajar siswa, motivasi belajar dan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran
sehingga prestasi belajar siswa akan mengalami peningkatan dibandingkan dengan
sebelumnya yang masih menerapkan metode konvensional ceramah.
Nurhadi dalam Trianto (2009:96) mengemukakan bahwa “Model pembelajaran
Problem Based Learning merupakan model pembelajaran yang melibatkan siswa
dengan masalah nyata yang sesuai minat dan perhatiannya yang memberdayakan daya
fikir, kreativitas, dan partisipasi siswa dalam pembelajaran sehingga motivasi dan rasa
ingin tahu menjadi meningkat”. Oleh karena itu, siswa diharapkan dapat
mengembangkan cara berfikir dan keterampilan yang lebih tinggi. Penerapan model
Problem Based Learning menghadapkan siswa pada suatu permasalahan sehingga
mereka termotivasi untuk mencari jawaban dengan cara berulang-ulang memecahkan
masalah yang dihadapinya yang pada akhirnya dapat menyelesaikan masalah tersebut
sehingga dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa akan kemampuannya. Peningkatan
rasa percaya diri siswa akan kemampuannya dapat membuat siswa menjadi lebih aktif
dan berpartisipatif dalam proses pembelajaran karena siswa merasa tertantang untuk
menyelesaikan setiap tugas yang diberikan oleh guru dan membuat siswa menjadi lebih
yakin dapat meraih prestasi belajar akuntansi yang lebih tinggi daripada pencapaian
sebelumnya. Hal ini terbukti pada pencapaian prestasi belajar siswa yang mengalami
peningkatan sebesar 16,67% (prestasi belajar siswa pada siklus I sebesar 78,57% atau
sebanyak 33 siswa yang tuntas sedangkan pada siklus II mengalami peningkatan
menjadi 95,24% atau sebanyak 40 siswa yang dinyatakan tuntas).
Berdasarkan tindakan tersebut, guru dan peneliti berhasil melaksanakan
pembelajaran akuntansi yang menyenangkan sehingga prestasi belajar akuntansi dapat
meningkat. Selain itu, dapat meningkatkan kinerja guru dalam melaksanakan
pembelajaran yang efektif dan menarik. Keberhasilan pembelajaran akuntansi dengan
204
PROSIDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN AKUNTANSI DAN KEUANGAN
“Pengembangan Pendidikan Akuntansi dan Keuangan yang Berkelanjutan”
menggunakan model Problem Based Learning dapat dilihat dari indikator-indikator
sebagai berikut :
1. Kegiatan belajar mengajar di kelas yang berpusat pada siswa (student center )
sehingga siswa aktif dalam proses pembelajaran baik dalam diskusi atau kerja
kelompok, presentasi, tanya jawab. Kegiatan ini dapat melatih siswa dalam bekerja
sama dan menumbuhkan semangat kebersamaan di dalam kelompok belajar.
2. Suasana pembelajaran santai, menyenangkan, dan sesuai dengan keinginan siswa
sehingga membuat siswa lebih berminat dan nyaman dalam belajar. Hal ini terlihat
dari semangat dan antusiasme siswa dalam mengikuti pelajaran terus mengalami
peningkatan.
3. Siswa mampu memahami materi yang telah diberikan dan lebih percaya diri dengan
kemampuannya. Hal ini terjadi karena siswa yang mulanya belum memahami benar
materi yang disampaikan oleh guru dapat menanyakannya lebih lanjut dan leluasa
baik secara langsung kepada guru maupun peneliti atau teman satu kelompoknya.
4. Penerapan metode Problem Based Learning dalam proses belajar mengajar dapat
meningkatkan pencapaian hasil belajar dan prestasi belajar siswa. Hasil belajar
tersebut dinyatakan tuntas karena secara umum pencapaian hasil belajar siswa berada
di atas standar batas tuntas yaitu 65 dan mengalami peningkatan dari siklus I sampai
siklus II. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum siswa telah memahami materi
yang disajikan dengan baik pada proses belajar mengajar yang menggunakan model
Problem Based Learning (PBL).
SIMPULAN
Model Problem Based Learning (PBL) pada penelitian ini telah dilakukan
dalam dua siklus. Tiap siklus dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan, dimana pertemuan
berlangsung selama 4x45 menit. Secara keseluruhan penerapan model Problem Based
Learning telah dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini terbukti dari
pencapaian nilai rata-rata siswa dan jumlah siswa yang mencapai batas ketuntasan. Pada
siklus I nilai rata-rata kelas sebesar 73,23 terjadi peningkatan nilai rata-rata kelas
sebesar 4,18 dari sebelum diadakannya tindakan yaitu 69,05. Pada siklus II terjadi
peningkatan nilai rata-rata kelas sebesar 9,67 (pada siklus I sebesar 73,23 menjadi 82,90
pada siklus II). Jumlah siswa yang mencapai batas tuntas pada siklus I sebanyak 33
205
PROSIDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN AKUNTANSI DAN KEUANGAN
“Pengembangan Pendidikan Akuntansi dan Keuangan yang Berkelanjutan”
siswa atau 78,57% sedangkan pada siklus II jumlah siswa yang mencapai batas tuntas
sebanyak 40 siswa dari 42 siswa atau sebesar 95,24% (mengalami peningkatan sebesar
16,67%).
Penerapan model Problem Based Learning secara rinci dapat meningkatkan
minat belajar, motivasi belajar dan partisipasi belajar siswa dalam pembelajaran. Siswa
diajak untuk turut serta dalam semua proses pembelajaran. Dengan variasi pembelajaran
yang terdiri dari diskusi kelompok, pemecahan masalah, dan presentasi membuat siswa
merasakan suasana belajar yang lebih menyenangkan dan materi yang disajikan dalam
bentuk masalah yang harus dipecahkan menjadi lebih mudah dipahami siswa sehingga
dapat meningkatkan minat, motivasi, serta partisipasi siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Anies.
2003.
Problem
Based
Learning .
Artikel.
Tersedia
pada
http://www.suaramerdeka.com/harian/0304/28/kha2.htm. Diunduh tanggal 11
Januari 2010.
Boud, David & Feletti, Grahame I. 1997. The Challenge of Problem Based Learning .
London: Kogan Page Limited.
E. Mulyasa. 2009. Kurikulum Yang Disempurnakan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Hanafiah.
2009.
Motivasi
Belajar
Siswa .
Artikel.
Tersedia
pada
http://www.suaramerdeka.com/harian/0907/34/kha4.htm. Diunduh tanggal 11
Januari 2010.
Harun Supriatna. 2009. Minat Belajar Siswa . Artikel. Tersedia pada
http://www.asbabulismu.blogspot.com/2009/04/minatbelajar.html. Diunduh tanggal
10 Maret 2010 pukul 10.59 WIB.
Ibrahim, Muslimin, dkk. 2000. Pengajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: UNESA
Press.
Iskandar. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Gaung Persada (GP) Press.
Kasihani Kasbolah. 2001. Penelitian Tindakan Kelas. Malang: Univesitas Negeri
Malang.
Muhibbin Syah. 2005. Psikologi Belajar . Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Nana Sudjana. 1996. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar . Bandung: Remaja
Rosdakarya.
. 2009. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar . Bandung: Sinar Baru
Algensindo.
Nasution. 2000. Didaktik Asas-Asas Mengajar . Jakarta: Bumi Aksara.
Oemar Hamalik. 2008. Belajar dan Teori Belajar . Jakarta: Bumi Aksara.
Sardiman A. M. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar . Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya . Jakarta: Rineka
Cipta.
Sugiyanto. 2008. Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Panitia Sertifikasi.
206
PROSIDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN AKUNTANSI DAN KEUANGAN
“Pengembangan Pendidikan Akuntansi dan Keuangan yang Berkelanjutan”
Suharsimi Arikunto, Suhardjono, dan Supardi. . Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:
Penerbit Bumi Aksara.
Sumadi Suryabrata. 2010. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.
Taufiq Amir. 2009. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning . Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Prestasi
Pustaka Publisher.
207