Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Audit Going Concern Terhadap Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peran auditor salah satunya adalah dengan memberikan opini terhadap suatu
perusahaan. Opini auditor sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup
perusahaan. Suatu perusahaan menjalankan bisnisnya tidak hanya untuk
mendapatkan keuntungan saja. Tetapi perusahaan juga bertujuan untuk menjaga
kelangsungan hidupnya (going concern).
Menurut Arens dan Lobbecke (2008) bahwa laporan audit adalah langkah
terakhir dari seluruh proses audit. Artinya, auditor dalam memberikan suatu opini
harus memberikannya secara profesional yang sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
Opini dari auditor merupakan salah satu pertimbangan yang penting bagi para
investor dalam mengambil keputusan untuk berinvestasi di suatu perusahaan.
Tidak hanya memberikan opini, auditor juga bertanggung jawab dalam
mengevaluasi suatu perusahaan untuk dapat mempertahankan kelangsungan
hidupnya. Opini auditor diperlukan bagi pihak luar sebagai sumber informasi dan
pedoman bagi pihak luar untuk mengambil keputusan.
Going concern adalah salah satu konsep penting yang mendasari pelaporan
keuangan. Jika auditor memberikan opini going concern, berarti perusahaan
tersebut menunjukkan adanya kondisi ataupun peristiwa yang menimbulkan

keraguan pada kelangsungan hidup perusahaannya. Apakah perusahaan tersebut
akan mengalami kebangkrutan atau tidak, itu perlu dipertimbangkan oleh auditor

1
Universitas Sumatera Utara

dalam memberikan opini going concern. Ketika perusahaan mengalami
permasalahan kondisi keuangan maka kegiatan operasional perusahaan akan
terganggu dan akhirnya berdampak pada tingginya resiko yang akan dihadapi oleh
perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan usahanya dimasa yang
mendatang. Ross et al. (2002) menyatakan indikasi kebangkrutan dapat dilihat
dari apakah perusahaan mengalami financial distress, yaitu suatu kondisi dimana
arus kas operasi perusahaan tidak mencukupi untuk memenuhi kewajiban
lancarnya.
Dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), pertimbangan auditor atas
kemampuan kesatuan usaha untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya harus
berdasarkan pada kemampuan penilaian. Penilaian tersebut didasarkan pada
kesangsian auditor dalam dirinya sendiri terhadap kemampuan suatu entitas
(Saefudin dan Pamudji, 2004).
Pihak manajemen yang tidak dapat mengatur ataupun menjalankan tugas dan

tanggung jawabnya terhadap suatu usahanya dengan baik, menunjukkan suatu
gambaran kegagalan bisnis. Tetapi kegagalan tersebut tidak hanya karena kinerja
manajemen saja. Tetapi opini dari auditor

yang juga

sebagai penilai atas

kewajaran suatu laporan keuangan melalui opini yang dituangkannya dalam
laporan audit, juga berpengaruh terhadap kelangsungan hidup perusahaan.
Bangkrutnya perusahaan energi Enron merupakan salah satu contoh terjadinya
kegagalan bisnis di Amerika. Enron merupakan salah satu perusahaan yang
terbesar dalam bidang listrik, gas alam, komunikasi dan kertas. Enron menjadi
sorotan pada akhir 2001, ketika terungkap bahwa kondisi keuangan yang

2
Universitas Sumatera Utara

dilaporkannya didukung terutama oleh penipuan akuntansi sistematis, terlembaga
dan direncanakan secara kreatif. Enron mengaku penghasilannya pada tahun 2000

berjumlah sekitar $121milyar dan diketahui menerima opini wajar tanpa
pengecualian pada tahun sebelum terjadinya kebangkrutan (Tucker et al., 2003
dalam Rudyawan dan Badera, 2007).
Kasus Enron (Woldcom, Xerox) sangat mencoreng profesi akuntan terutama
akuntan publik, saat opini yang dibuat ternyata tidak sesuai dengan keadaan
perusahaan yang sebenarnya mengakibatkan penilaian masyarakat akan tugas dan
profesi auditor menjadi buruk dan dapat mengurangi kepercayaan masyarakat
terhadap auditor independen. Hal ini dapat dipahami karena auditor merupakan
pihak yang paling bertanggungjawab dalam menilai kewajaran laporan keuangan
perusahaan melalui pernyataan pendapat yang diberikan (Suci, 2012).

Geiger et al. (1996) dalam Ramadhany (2004) menemukan bukti terjadinya
peningkatan pergantian auditor yang mengeluarkan opini going concern pada
perusahaan financial disstress. Kondisi ini lah yang memungkinkan manajemen
untuk berpindah ke auditor lain apabila perusahaannya terancam menerima opini
audit going concern. Fenomena seperti ini disebut opinion shopping. Manajer
dapat menunda atau menghindari opini going concern dengan memberikan
laporan keuangan yang baik untuk meyakinkan auditor atau dengan melakukan
pergantian auditor (auditor switching) dengan harapan bahwa auditor baru tidak
memberikan opini going concern (Bruynseels et al. 2006).

(2002) bahwa perusahaan yang

Menurut Lennox

mengganti auditor (switching

auditor)

kemungkinan akan memperoleh opini yang lebih baik dibandingkan dengan

3
Universitas Sumatera Utara

perusahaan yang tidak mengganti auditornya. Perusahaan yang berhasil dalam
opinion shopping melakukan pergantian auditor dengan harapan mendapat
unqualified opinion dari auditor baru.
Kajian atas opini audit going concern dapat dinilai dari faktor internal dan
eksternal perusahaan tersebut. Faktor eksternal yang akan dianalis yaitu kualitas
audit dan opini audit tahun sebelumnya. Sedangkan faktor internal yang akan
dianalisis, merupakan elemen-elemen dari corporate governance.

Kajian tentang mekanisme corporate governance sendiri menarik untuk
dibahas karena masih banyak entitas yang belum menerapkan prinsip GCG, selain
itu adanya ketidakefektifan kebijakan dalam tata kelola perusahaan besar seperti
sangat mempengaruhi kelangsungan hidup perusahaan tersebut.
Jumlah anggota komite audit sendiri sekurang-kurangnya terdiri dari 3 orang,
seperti yang telah diatur dalam peraturan BAPEPAM No. IX.I.5 tahun 2004. Di
Indonesia, keanggotaan komite audit dapat bervariasi, tergantung dengan ukuran
organisasi serta tanggung jawabnya. Namun, jumlah keanggotan tiga sampai lima
merupakan jumlah yang cukup ideal (Wijaya, 2012). Menurut (Naimi, 2010)
bahwa semakin besar ukuran komite audit maka akan semakin meningkatkan
kualitas pengawasan.
Menurut (Petronila dalam Setiawan, 2011) persentase kepemilikian anggota
dewan dalam perusahaan menyebabkan meningkatnya kinerja operasional
perusahaan. Anggota dewan merasa memiliki perusahaan sehingga berusaha
untuk

mempertahankan

kelangsungan


hidupnya

melalui

peningkatan

pengendalian. Berbeda dengan hasil penelitian Januarti (2009) yang menyatakan

4
Universitas Sumatera Utara

bahwa meskipun terdapat kepemilikan manajerial dan institusional, fungsi
pengawasan yang ada belum menjamin perusahaan tidak mendapatkan opini audit
going concern karena untuk kinerja perusahaan sangat dipengaruhi oleh berbagai
faktor. Kepemilikan manajerial dapat menyelaraskan masalah keagenan antara
pemilik saham dan manajer.
Menurut penelitian (Felina dalam Linoputri, 2010) kepemilikan terpusat dapat
membawa dua hipotesis yang berlawanan yaitu pemegang saham mayoritas secara
efektif mengendalikan perusahaan dan mengendalikan informasi akuntansi yang
dihasilkan, sehingga akan menurunkan kredibilitas informasi akuntansi.

Sementara di sisi lain, adanya kepemilikan terpusat, pemegang saham mayoritas
akan berusaha meningkatkan kredibilitas informasi akuntansi yang dihasilkan. Hal
tersebut terjadi sebab mereka berkepentingan membangun reputasi perusahaan
untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan.
Dalam Pernyataan Standar Auditing (PSA) 30, indikator going concern yang
banyak digunakan auditor dalam memberikan keputusan audit adalah kegagalan
dalam memenuhi kewajiban utangnya (debt default).
Debt default atau didefinisikan sebagai kegagalan perusahaan dalam
membayar hutang pokok dan bunganya pada waktu jatuh tempo, memberikan
kekuatan penjelas yang signifikan untuk keputusan opini audit dengan penjelasan
going concern. Pada umumnya informasi yang secara signifikan berlawanan
dengan asumsi kelangsungan hidup suatu entitas adalah berhubungan dengan
ketidakmampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya pada saat jatuh
tempo atau default (SA Seksi 341). Lenard et. al. (1998) dalam Setiawan (2006)

5
Universitas Sumatera Utara

menyatakan bahwa auditor harus mempertimbangkan kondisi ekonomi yang
mempengaruhi perusahaan, kemampuan membayar hutang dan kebutuhan

likuiditas di masa yang akan datang.
Menurut penelitian (Craswell et al., 1995 dalam Fanny dan Saputra 2005)
menyatakan bahwa “klien biasanya mempersepsikan bahwa auditor yang berasal
dari Kantor Akuntan Publik besar dan yang memiliki afiliasi dengan Kantor
Akuntan Publik internasionallah yang memiliki kualitas yang lebih tinggi karena
auditor tersebut memiliki karakteristik yang dapat dikaitkan dengan kualitas,
seperti pelatihan, pengakuan internasional, serta adanya peer review”
Menurut penelitian Januarti (2009) yang diproksikan dengan auditor industry
specialization dan hasil penelitian berpengaruh signifikan terhadap opini going
concern. Sedangkan hasil penelitian Tamba (2009), tidak berpengaruh signifikan,
dengan KAP BigFour dan Non-BigFour sebagai proksi kualitas audit. Auditor
yang memiliki banyak klien dalam industri yang sama akan memiliki pemahaman
yang lebih dalam tentang risiko audit di industri tersebut. Pemahaman dalam
sebuah industri akan membutuhkan pengembangan keahlian yang lebih
dibandingkan auditor pada umumnya (Mirna dan Indira, 2007).
Pemilihan auditor dengan kualitas tinggi dapat meningkatkan tingkat
kredibilitas laporan keuangan, karena KAP besar umumnya akan menjaga reputasi
mereka dengan selalu berusaha meningkatkan kualitas kinerja mereka dalam
mengaudit suatu perusahaan.
Perusahaan yang menerima opini audit going concern pada tahun sebelumnya

akan cenderung menerima opini yang sama untuk tahun berikutnya karena

6
Universitas Sumatera Utara

kegiatan usaha suatu perusahaan pada tahun tertentu berhubungan dengan keadaan
di tahun sebelumnya. Hal ini didukung oleh penelitian Lennox (2002) dan
(Pandiangan, 2013) yaitu menyatakan ada hubungan yang signifikan dan positif
antara opini audit going concern tahun sebelumnya dengan opini tahun berjalan. Jika
tahun sebelumnya auditor memberikan opini audit going concern maka pada tahun
berjalan semakin besar auditor akan memberikan kembali opini audit going concern.

Sehubungan dengan penjelasan di atas, maka penulis tertarik untuk
menganalisis pengaruh opinion shopping, mekanisme corporate governance, debt
default, kualitas audit dan opini audit tahun sebelumnya terhadap penerimaan
opini going concern. Maka penulis akan menuangkannya ke dalam sebuah karya
tulis ilmiah yang berbentuk skripsi dengan judul: “Analisis Faktor-faktor yang
mempengaruhi penerimaan opini audit going concern terhadap perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI”.
1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka perumusan masalah
dalam penelitian ini adalah “Apakah opinion shopping, mekanisme corporate
governance (komite audit, kepemilikan terpusat, dan kepemilikan manajerial),
debt default, kualitas audit dan opini audit tahun sebelumnya berpengaruh secara
parsial terhadap opini Going Concern di perusahaan manufaktur yang terdaftar di
BEI”

7
Universitas Sumatera Utara

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah opinion
shopping, mekanisme corporate governance (komite audit, kepemilikan terpusat,
dan kepemilikan manajerial), debt default, kualitas audit dan opinni audit tahu
sebelumnya berpengaruh secara simultan maupun parsial terhadap opini going
cocern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI”

1.3.2 Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan serta

pemahaman peneliti tentang pengaruh opinion shopping, mekanisme
corporate governance, debt default, kualitas audit dan opini audit tahun
sebelumnya terhadap penerimaan opini going concern dan dapat
menganalisis

suatu

perusahaan

apakah

dapat

mempertahankan

kelangsungan hidup perusahaan atau tidak.
2.

Bagi investor, sebagai bahan pertimbangan untuk meentukan keputusan
dalam berinvestasi.

3. Bagi Manajemen Perusahaan, Penelitian ini dapat digunakan sebagai
bahan referensi dalam penentuan kebijakan-kebijakan perusahaan serta
dapat menjadi bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan bagi
pihak manajemen perusahaan.
4. Bagi peneliti selanjutnya, dapat menjadi referensi untuk penelitian
selanjutnya dan menjadi tambahan pengetahuan.

8
Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Audit Going Concern Terhadap Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI

3 11 119

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECENDERUNGAN PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING CONCERN Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecenderungan Penerimaan Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Manufaktur (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di

0 2 24

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING CONCERN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 3 18

FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECENDERUNGAN PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING CONCERN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Kecenderungan Penerimaan Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa E

0 2 15

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING CONCERN PADA PERUSAHAAN Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur di BEI Tahun

0 1 14

Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Audit Going Concern Terhadap Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI

0 0 14

Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Audit Going Concern Terhadap Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI

0 0 3

Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Audit Going Concern Terhadap Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI

0 0 25

Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Audit Going Concern Terhadap Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI

0 0 4

Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Audit Going Concern Terhadap Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI

0 0 19