Analisis Tekstual dan Musikal Marsialop Ari Karya Taralamsyah Saragih

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sumatera Utara memiliki wilayah yang luas terbagidari beberapa daerah yang dipimpin oleh seorang Gubernur dan terdapat beberapa suku, ras, agama, dan golongan. Diantara semua itu ada beberapa suku yang bertautan dan saling melengkapi menjadi suatu etnik, adapun etnik tersebut terdiri dari Batak Toba, Karo, Mandailing, Simalungun, Pakpak Dairi, Melayu, Pesisir, Sibolga, Nias, inilah sub etnik yang ada di Sumatera Utara. Etnik Simalungun banyak memiliki kebudayaan terdiri dari seni vokal, tari-tarian, adat dan kebiasaan yang lainnya yang berbentuk budaya. Simalungun adalah termasuk salah satu yang banyak memiliki kebudayaan, secara administratif Simalungun disebut dalam 1 kabupaten Simalungun provinsi Sumatera Utara.

Dalam kebudayaannya orang Simalungun memiliki sifat perantau

(marlajang), Simalungun mempunyai karakter mudah bearadaptasi (pasia tkon diri) kemana pun dia pergi melangkah mencari kehidupan sehingga banyak orang yang menerimanya dengan senang. Kehalusan budi pekerti dan tahu diri membuatnya bertindak dengan berhati-hati, itulah keadaan Simalungun yang sesuai dengan budayanya.


(2)

Perkataan Simalungun sudah dipergunakan orang belanda dengan nama Simeloengoen-Landen (tanah simalungun) yang meliputi beberapa kerajaan-kerajaan yakni kerajaan siantar, kerajaan tanah jawa kerajaan panei kerajaan raya, kerajaan Purba, kerajaan Silimakuta, dan kerajaan Dolok Silou. Dimana sebelumnya wilayah itu lebih dikenal dengan nama Batak Timur karena letaknya di sebelah timur Tapanuli akan tetapi suku Batak Timur kemudian berganti nama yaitu Simalungun. Sebelum masuknya belanda cukup banyak wilayah yang berpenduduk Simalungun menaklukan diri (martuan/marpuang) kepenguasaan wilayah lain seperti Padang, Serdang, Deli, Batubara, Asahan dan Karo. Dan mereka membaurkan diri dengan budaya yang ada dan menanggalkan identitas nya sebagai identitasnya Simalungun, namun ada juga yang tetap mempertahankan identitas suku Simalungun nya termasuk dalam sistem pemerintahan huta (kampung) (Tole, 2003:1).

Simalungun memiliki wilayah yang luas dan subur sehingga Simalungun dapat disebut daerah agraris. Mata pencaharian orang Simalungun yang tradisional adalah mar juma yang artinya berladang dengan cara mangimas (menebang hutan belukar) dan mengolahnya untuk ditanami palawija seperti ubi, padi, jagung, dan lain-lain. Proses yang dilakukan untuk membuka ladang dan pengolahannya secara keseluruhan. Di Simalungun peladang disebut dengan par juma , mereka tinggal di ladang membuat sopou (rumah kecil) seperti rumah panggung sebagai tempat tinggal sementara untuk melindungi mereka dari binatang buas. Proses perladangan begitu panjang untuk mendapatkan hasil yang diinginkan sehingga dibentuklah kerja kelompok yang disebut Marsialop Ari untuk semangat dalam bekerja.


(3)

Marsialop ari dibudayakan di Simalungun di setiap desa supaya ada semangat untuk bekerja bersama. Karena, Simalungun memiliki spesifik dalam hal kegotong-royongan yang turun-temurun. Istilah marharoan menurut wolfgang claus dari misigent university marharoan disebut receprock labour bekerja dengan berkelompok mengerjakan pekerjaan yang besar dengan membentuk kelompok beberapa orang dewasa.

Pada awalnya,1marsialop ari ini dibentuk oleh karena kebutuhan yaitu secara

psikologis jika seseorang bekerja sendiri diladang tentu ada rasa jenuh ataupun malas, Apalagi ditengah ladang yang sunyi sepi. Manusia adalah makhluk sosial yang suka berkelompok dan berinteraksi satu dengan yang lain. Jika, bekerja berkelompok seperti marharoan ini tentu menambah gairah semangat dan sukacita dan diiringi dengan nyanyian. Marsialop ari juga sangat membantu misalnya sepetak ladang dikerjakan berkelompok tentu selesai dalam satu hari inilah semangat marharoan yang ada di Simalungun. Nyanyian atau lagu ini tidak termasuk nyanyian folklore karena adanya pencipta dari lagu ini.

Marsialop Ari merupakan lagu nyanyian vokal karya Taralamsyah Saragih yang dikenal masyarakat Simalungun. Lagu ini merupakan ungkapan atau ekspresi dari luapan atau ajakan mereka untuk bekerja, lagu tersebut dinyanyikan pada saat memulai dan selesai bekerja. Marsialop Ari berasal dari bahasa Simalungun. Marsialop Ari berarti sekumpulan masyarakat yang bekerja secara gotong royong

1Hasil wawancara dengan Ibu Normasiah Saragih, anak dari Taralamsyah Saragih


(4)

membantu satu sama lain. Disinilah mereka bekerja secara bergiliran, sehingga giliran pergantian hari yang disebut dengan marsialop ari.

Bangsa Indonesia terkenal dengan semangat gotong royong dan hal ini sudah terjadi dari generasi ke generasi. Dengan adanya semangat gotong royong ini maka pekerjaan dianggap lebih ringan dan cepat selesai. Hal ini juga terjadi di masyarakat Simalungun. Oleh karena itu Marsialop Ari sudah dianggap bahagian dari kehidupan ke gotong royongan dalam bekerja sama. Masyarakat Simalungun tidak lepas dari budaya nyanyian atau vokal. Sehingga terciptalah lagu Marsialop Ari yang yang secara khusus diciptakan oleh Taralamsyah Saragih untuk menambah semangat. Syair sebagai berikut:

Eta marsialop ari ulang be ma tading

Asah parangon hadang ho ma do sangkulhon Boan ma tajak mu ulang da lupa bajutmu Olobkon ma tongon na marharoan bolonon

Ganupan ningon dong i juma simalungun on

Olobkon ma tongon na marharoan bolonon

Ganupan ningon dong i juma simalungun on

Taralamsyah Saragih adalah salah seorang bangsawan Simalungun yang memiliki kepedulian terhadap seni, budaya, dan sejarah Simalungun, beliau juga seorang yang multi talenta dan mampu memainkan beberapa alat musik, mencipta lagu dan menari. Kepeduliannya dengan Simalungun, sudah jarang kita temukan saat


(5)

ini di kalangan masyarakat Simalungun. Taralamsyah Saragih juga telah banyak menciptakan lagu Simalungun yang sampai saat ini masih dapat dinikmati di dalam masyarakat khususnya di kebudayaan Simalungun.

Menurut Harris Purba2 lagu Marsialop Ari ini dinyanyikan atau disajikan saat

sebelum ke ladang sebagai ajakan untuk ikut bekerja, saat memulai, bekerja, dan mengakhiri pekerjaan lagu ini dinyanyikan juga. Pada zaman itu, lagu ini diiringi hanya dengan alat musik tiup yaitu suling. Yang membawakan atau menyanyikan lagu ini adalah sekumpulan orang yang hendak bekerja untuk menambah semangat dalam beraktifitas mengerjakan pekerjaannya. Lagu ini termasuk lagu hiburan.

Teks atau syair dari lagu Marsialop Ari, sejak diciptakan masih kekal keberadaannya sampai saat ini. Lagu ini sudah tidak begitu dikenal oleh para pemuda/pemudi sekarang. Karena disebabkan oleh banyaknya musik modern sekarang yang begitu berkembang sangat cepat. Namun, menurut informan lagu ini masih dikenali oleh kalangan yang sudah tua.

Jenis-jenis nyanyian rakyat Simalungun berdasarkan penggolongan yang di kemukakan Brunvand (dalam Danandjaja 1992 : 145-152) dalam buku PluralitasMusik Etnik oleh Drs. Setia Dermawan Purba, maka dapat dibagi kedalam 9 bagian:

1. Nyanyian menidurkan anak (lullaby), yakni nyanyian yang mempunyai

lagu dan irama yang halus dan tenang, berulang-ulang, ditambah dengan

2Hasil wawancara dengan Harris Purba, murid Taralamsyah Saragih. Seorang


(6)

kata-kata kasih saying sehingga dapat membangkitkan rasa sejahtera, rasa santai, dan akhir nya kantuk.

2. Nyanyian kerja (working song) yakni nyanyian yang mempunyai irama

dan kata-kata yang berifat menggugah semangat, sehingga dapat menimbulkan rasa gairah untuk bekerja.

3. Nyanyian permainan (play song) yakni nyanyian yang mempunyai irama

gembira serta kata-kata lucu dan selalu dikaitkan dengan permainan bermain.

4. Nyanyian liris sesunguhnya, yakni nyanyian-nyayian yang liriknya

mengungkapkan perasaan tanpa menceritakan suatu kisah yang bersambung (coherent).

5. Nyanyian rakyat yang bersifat kerohanian dan keagamaan lainnya, yakni

nyanyian-nyanyian rakyat yang liriknya adalah mengenai cerita-cerita yang ada dalam kitab injil dan kitab suci lainnya, legenda keagamaan atau pelajaran-pelajaran keagamaan.

6. Nyanyian nasehat, yakni nyanyian rakyat yang liriknya memberi nasihat

untuk kebaikan.

7. Nyanyian rakyat mengenai pacaran dan pernikahan. Contoh nyanyian ini

di Simalungun adlah tangis-tangis boru laho, taur-taur simbadar,dll.

8. Nyanyian kanak-kanak. Contoh nyanyian ini di Simalungun adalah

marsiarangoi, marsap-sap sere, tapi garo-garo.

9. Nyanyian rakyat yang bersifat berkisah (narrative song), yakni cerita


(7)

adalah inggou turi-turian yang mengisahkan asal mula pengobatan dan lain-lain.

Dari kesembilan poin-poin diatas, maka nyanyian yang penulis bahas ini ada termasuk ke poin ketiga, karena nyanyian ini termasuk nyanyian bekerja, untuk memangkitkan gairah bekerja. Nyanyian ini juga dapat digolongkan ke dalam fungsi komunikasi sebagaimana dikemukakan Merriam (1964-223) Pluralitas (2004:143-144) bahwa lagu vocal dalam hal ini nyanyian rakyat, menyampaikan pesan yang terkandung dalam teksnya, juga termasuk ke dalam fungsi yang berkaitan dengan norma-norma social yang dalam teks nyanyian rakyat Simalungun sering memberikan arti agar norma-norma social dapat terpelihara.

Lagu ini diciptakan pada tahun 50-an dan digunakan untuk mengiringi tari Haroan Bolon di tahun 60-an dan juga dipertunjukkan di bioskop riang Jl.Simarito no. 59, Pematang Siantar. Dalam pertunjukkan ini Taralamsyah Saragih yang mengajarkan dan melatih tari dan vokal secara langsung.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka penulis terdorong untuk menyusun serta menuliskannya dalam bentuk skripsi dengan judul: ANALISIS TEKSTUAL DAN MUSIKAL LAGU MARSIALOP ARI KARYA TARALAMSYAH SARAGIH

1.2 Pokok Permasalahan

Adapun yang menjadi pokok permasalahan dalam tulisan ini adalah sebagai berikut:

a. Bagaimana struktur melodi Marsialop Ari


(8)

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

1. Secara akademis, adalah untuk memenuhi salah satu syarat ujian sarjana

seni di Departemen Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

2. Untuk mengetahui makna lagu Marsialop ari.

3. Untuk mengetahui struktur dari lagu Marsialop Ari.

Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk mengkaji bagaimana pengertian dan pemahaman mengenai Marsialop Ari dan melihat makna tekstual lagu mar sialop Ari sebagai cara untuk menyampaikan rasa atau ungkapan atau ekspresi mereka.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah untuk menambah informasi dan pengetahuan tentang kebudayaan Simalungun. Manfaat lain yang dapat diperoleh dalam penelitian ini adalah:

1. Sebagai untuk menambah dokumentasi mengenai Simalungun di Departemen

Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

2. Sebagai proses pengaplikasian ataupun pengembangan ilmu yang diperoleh

penulis selama mengikuti perkuliahan di Departemen Etnomusikologi.

3. Sebagai referensi untuk peneliti lainnya yang mempunyai keterkaitan dengan


(9)

1.4 Konsep dan Teori 1.4.1 Konsep

Konsep merupakan penggabungan dan perbandingan bagian-bagian dari suatu penggambaran dengan bagian-bagian dari berbagai penggambaran lain yang sejenis, berdasarkan asas-asas tertentu secara konsisten (koentjaraningrat 2009:85). Menurut (Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, 2005), Konsep merupakan rancangan ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret.Maka, berdasarkan pengertian diatas penulis akan menjelaskan beberapa konsep yang berkaitan dengan tulisan ini.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi keempat (2008:58), kajian atau analisis adalah penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antarbagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan. Dengan demikian, kata analisis dalam tulisan ini berarti hasil penguraian objek penelitian. Melodi dan teks Marsialop Ari yang didapat akan diuraikan agar memperoleh pengertian dan pemahaman makna tentang marsialop ari.

Menurut soeharto. M dalam buku “Kamus Musik” (1992:86) pengertian musik

adalah pengungkapan melalui gagasan melalui bunyi, yang unsur dasarnya berupa melodi, irama, dan harmoni dengan unsur pendukung berupa gagasan, sifat dan warna bunyi. Dari pengertian musik ini, dapat dikatakan bahwa musikal merupakan suatu ungkapan dari ekspresi manusia yang diolah dalam suatu nada-nada yang harmonis.

Marsialop Ari merupakan sebuah lagu yang penulis nyatakan sebagai objek


(10)

bunyi-bunyian, unsur musikal yang dapat di golongkan atau dikategorikan sebagai nyanyian. Kemudian, Marsialop Ari juga mengandung unsur nada, rythem dan harmoni. Sesuai dengan pengertian diatas, maka penulis akan membahas yang tertuju pada melodi.

Teks adalah naskah yang berupa kata-kata dari pengarang, kutipan dari kitab suci untuk pangkal ajaran atau alasan, bahan tertulis untuk dasar memberikan pelajaran, berpidato dan sebagainya (Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi keempat 2008:1474). Dari pengertian teks diatas, maka tekstual adalah sesuatu yang berkaitan dengan teks. Sesuai dengan judul tulisan ini, penulis akan menganalisa makna dari teks atau kata dari lagu tersebut.

1.4.2 Teori

Teori merupakan pendapat yang dikemukakan mengenai suatu peristiwa (KamusBesar Bahasa Indonesia, 2005).Kerlinger (dalam Sugiono 2009:79), mengemukakan:

Theory is a set of interrelated construct (concepts), definitions, and proposition that present a systematic view of phenomena by specipying relations among variabels, with purpose of explaining and predicting the phenomena.

Artinya secara harfiah, teori adalah sebuah hubungan konep, defenisi, proposisi yang menunjukkan suatu urutan yang sistematis dengan fenomena yang menggambarkan hubungan variabel, dengan tujuan menjelaskan dan memprediksi fenomena tersebut. Untuk itu, penulis menggunakan teori sebagai landansan untuk membahas dan menjawab pokok permasalahan.


(11)

Untuk menganalisis struktur melodi marsialop ari penulis menggunakan teori

weighted scale (bobot tangga nada) yang dikemukakan oleh William P. Malm.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mendeskripsikan melodi yaitu: (1) tangga nada, (2) nada dasar (pitch center), (3) wilayah nada, (4) jumlah nada-nada, (5) jumlah interval, (6) pola-pola kadensa, (7) formula-formula melodik, dan (8) kontur (Malm dalam terjemahan Takari 1995:15).

Untuk mendukung analisis struktur melodi Marsialop Ari, penulis menggunakan metode transkripsi. Transkripsi merupakan proses penotasian bunyi yang didengar dan dilihat. Dalam mengerjakan transkripsi penulis menggunakan pada notasi musik yang dinyatatakan Seeger yaitu notasi preskriptif dan deskriptif. Notasi preskriptif adalah notasi yang dimaksudkan sebagai alat pembantu untuk penyaji supaya dapat menyajikan komposisi musik. Sedangkan notasi deskriptif adalah notasi yang dimaksudkan untuk menyampaikan kepada pembaca tentang ciri-ciri atau detail-detail komposisi musik yang belum diketahui oleh pembaca.

Berdasarkan penjelasan diatas, penulis akan menggunakan notasi deskriptif. Karena, penulis akan menyampaikan atau memberikan informasi tentang Marsialop Ari dengan detail agar jelas tujuan dari komposisi Marsialop Ari.

Setiap kebudayaan musik dunia memiliki sistem-sistem musik yang berbeda. Karena kebudayaan musik dunia dikerjakan dengan cara yang tidak sama oleh setiap pendukung kebudayaan (Nettl 1977:3). Sistem-sistem musik tersebut dapat berupa teori, penciptaan, pertunjukan, pendokumentasian, penggunaan, fungsi, pengajaran, estetika, kesejarahan, dan lain-lain.


(12)

Salah satu sistem yang terlihat jelas dalam suatu kebudayaan musik dunia adalah pengajarannya yang diwariskan dari mulut ke mulut (oral tradition) (Nettl 1973:3). Dengan demikian pewarisan kebudayaan melalui mulut ke mulut dapat menciptakan hasil kebudayaan musik yang berbeda dari setiap generasi. Hal ini tentu dapat dijadikan sebagai hal yang menarik untuk diteliti dan harus diketahui tentang materi-materi lisan dan variasi ragam musik yang menggunakan istilah-istilah ideal dari suatu kebudayaan musik itu sendiri.

Dalam proses menganalisa struktur teks-teks marsialop ari, penulis berpedoman pada teori William P. Malm. Dalam buku terjemahan Music Culture of

The Pasific, the Near, East, and Asia, ia menyatakan bahwa dalam musik vokal, hal

yang sangat penting diperhatikan adalah hubungan antara musik dengan teksnya. Apabila setiap nada dipakai untuk setiap silabel atau suku kata, gaya ini disebut silabis. Sebaliknya bila satu suku kata dinyanyikan dengan beberapa nada disebut melismatis.

Studi tentang teks juga memberikan kesempatan untuk menemukan hubungan antara aksen dalam bahasa dengan aksen pada musik, Serta sangat membantu melihat reaksi musikal bagi sebuah kata yang dianggap penting dan pewarnaan kata-kata dalam puisi (Malm dalam terjemahan Takari 1995:17).

Untuk mengetahui dan mendalami dari teks-teks Marsialop Ar i, penulis menggunakan teori semiotik. Istilah kata semiotik ini berasal dari bahasa Yunani,

semeioni. Panuti Sudjiman dan van Zoest (bakar 2006:45-51) menyatakan bahwa

semiotika berarti tanda atau isyarat dalam satu sistem lambang yang lebih besar. Teori semiotik adalah sebuah teori mengenai lambang yang dikomunikasikan.


(13)

1.5 Metode Penelitian

Metode ilmiah dari suatu pengetahuan merupakan segala cara yang digunakan dalam ilmu tersebut, untuk mencapai suatu kesatuan (koentjaraningrat 2009:35). Sedangkan penelitian diartikan sebagai upaya dalam bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati dan sistematis untuk mewujudkan kebenaran (Mardalis 2006:24).

Jadi, metode penelitian adalah cara yang dipakai untuk mendapatkan atau memperoleh informasi atau fakta yang ada didalam objek penelitian. Penulis juga menggunakan metode kualitatif agar mendapatkan dan mengumpulkan data dan menguraikannya dengan mewawancarai informan dari anak dan murid dari Taralamsyah Saragih.

1.5.1 Wawancara

Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan untuk mengumpulkan data-data yang dibutuhkan oleh penulis.

Koentjaraningrat (1983:138-139) menyatakan pada umumnya ada beberapa macam wawancara yang dikenal oleh para peneliti.

Beberapa macam wawancara dibagi ke dalam dua golongan besar: (1) wawancara berencana (standardized interview) dan (2) wawancara tak berencana (standardized interview). Wawancara berencana selalu terdiri dari suatu daftar pertanyaan yang telah direncanakan dan disusun sebelumnya. Sebaliknya wawancara tak berencana tak mempunyai suatu persiapan sebelumnya dari suatu daftar pertanyaan dengan susunan kata dan dengan tata urut tetap yang harus dipatuhi oleh peneliti secara ketat. Demikian macam metode wawancara tak


(14)

berencana secara lebih khusus dapat dibagi ke dalam (a) metode wawancara berstruktur (structured interview) dan (b) metode wawancara tak berstruktur (unstructured interview). Wawancara tak berstruktur juga dapat dbedakan secara lebih khusus lagi dalam dua golongan, ialah (1) wawancara yang berfokus (focused interview) dan (2) wawancara bebas (free interview).

Wawancara juga merupakan salah satu teknik pengumpulan data dan keterangan-keterangan untuk melegkapi data yang diperoleh oleh penulis.

Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk

mendapatkan keterangan-keterangan lisan melalui bercakap-cakap dan

berhadapan muka dengan orang yang dapat memberikan keterangan pada si peneliti (Mardalis 2006:64).

Dalam wawancara, penulis menetapkan 2 narasumber, yaitu Bapak Harris Hemdy Purba dan Normasiah Saragih mereka mempunyai pengetahuan berkesenian yang tinggi Bpk. Harris sendiri adalah seorang pengajar tari dan Normasiah adalah guru musik sekaligus anak kandung dari Taralamsyah Saragih. Selain itu, penulis juga mewawancarai beberapa tokoh masyarakat lainnya yang berkaitan untuk pengembangan penulisan skripsi ini.

1.5.2 Kerja Laboratorium

Dalam kerja laboratorium, penulis akan mengumpulkan data, mulai dari wawancara, dokumentasi, dan perekaman diuraikan secara rinci, detail dan ditafsirkan dengan pendekatan emik dan etik. Data perekaman audio menjadi objek yang diteliti oleh penulis dengan cara di transkripsikan dengan cara didengar dan menuliskannya kedalam notasi balok.

Selanjutnya, data tersebut diklasifikasi dan dibentuk sebagai data. Data tersebut di perbaiki dan diperbarui agar tidak rancu sesuai objek penelitian dalam


(15)

menulis skripsi. Pengolahan data ini dilakukan bertahap data-data tidak didapat atau diperoleh sekaligus. Data-data tersebut juga merupakan data-data yang diperlukan sesuai dengan kriteria disiplin ilmu Etnomusikologi.

1.5.3 Studi Kepustakaan

Sebelum melakukan penelitian lapangan, penulis terlebih dahulu melakukan studi kepustakaan yaitu membaca buku-buku, skripsi, makalah yang berhubungan dengan apa yang kita teliti atau objek permasalahan. Studi kepustakaan ini dilakukan untuk menjadi kerangka acuan didalam penulisan dan juga untuk melengkapi data -data. Koentjaraningrat (2009:35) menyatakan bahwa studi pustaka bersifat penting karena membantu penulis untuk menemukan gejala-gejala dalam objek penelitian. Melalui studi pustaka, penulis sebagai peneliti awam diperkaya dengan informasi-informasi yang terdapat dalam berbagai sumber buku yang berhubungan dengan penulisan skripsi ini.

Dalam ilmu Etnomusikologi, ada dua sistem kerja dalam penelitian, yaitu desk work (kerja laboratorium) dan field work (kerja lapangan). Studi kepustakaan tergolong ke dalam kerja laboratorium. Di mana sebelum melakukan penelitian, peneliti mengumpulkan data-data dan merangkum data-data yang telah didapat. Kerja ini dimaksudkan untuk mempermudah peneliti saat terjun ke lapangan. Selain itu, penulis dipersiapkan dan diarahkan untuk melakukan penelitian lapangan.

Penulis juga mengumpulkan data dengan teknologi internet. Dengan melalui penelusuran di situs www.google.com, website Simalungun, blog-blog, dokumen dan lainnya. Semua data informasi yang penulis dapatkan melalui, buku, internet, skripsi dan lainnya membantu penulis untuk menyempurnakan penulisan skripsi ini.


(16)

1.6 Lokasi Penelitan

Lokasi penelitian penulis bertempat di Medan. Di karenakan informan adalah anak dari Taralamsyah Saragih yaitu Normasiah Saragih yang ber alamat di jl. Marindal I gang. Amarta No. 23 dan juga murid dari Taralamsyah Saragih yaitu Haris Purba, jl. Ngumban Surbakti gang. Kamboja 20, No. 2 Medan. Dan menjadi informan kunci dalam penelitian ini.


(1)

Untuk menganalisis struktur melodi marsialop ari penulis menggunakan teori weighted scale (bobot tangga nada) yang dikemukakan oleh William P. Malm. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mendeskripsikan melodi yaitu: (1) tangga nada, (2) nada dasar (pitch center), (3) wilayah nada, (4) jumlah nada-nada, (5) jumlah interval, (6) pola-pola kadensa, (7) formula-formula melodik, dan (8) kontur (Malm dalam terjemahan Takari 1995:15).

Untuk mendukung analisis struktur melodi Marsialop Ari, penulis menggunakan metode transkripsi. Transkripsi merupakan proses penotasian bunyi yang didengar dan dilihat. Dalam mengerjakan transkripsi penulis menggunakan pada notasi musik yang dinyatatakan Seeger yaitu notasi preskriptif dan deskriptif. Notasi preskriptif adalah notasi yang dimaksudkan sebagai alat pembantu untuk penyaji supaya dapat menyajikan komposisi musik. Sedangkan notasi deskriptif adalah notasi yang dimaksudkan untuk menyampaikan kepada pembaca tentang ciri-ciri atau detail-detail komposisi musik yang belum diketahui oleh pembaca.

Berdasarkan penjelasan diatas, penulis akan menggunakan notasi deskriptif. Karena, penulis akan menyampaikan atau memberikan informasi tentang Marsialop Ari dengan detail agar jelas tujuan dari komposisi Marsialop Ari.

Setiap kebudayaan musik dunia memiliki sistem-sistem musik yang berbeda. Karena kebudayaan musik dunia dikerjakan dengan cara yang tidak sama oleh setiap pendukung kebudayaan (Nettl 1977:3). Sistem-sistem musik tersebut dapat berupa teori, penciptaan, pertunjukan, pendokumentasian, penggunaan, fungsi, pengajaran, estetika, kesejarahan, dan lain-lain.


(2)

Salah satu sistem yang terlihat jelas dalam suatu kebudayaan musik dunia adalah pengajarannya yang diwariskan dari mulut ke mulut (oral tradition) (Nettl 1973:3). Dengan demikian pewarisan kebudayaan melalui mulut ke mulut dapat menciptakan hasil kebudayaan musik yang berbeda dari setiap generasi. Hal ini tentu dapat dijadikan sebagai hal yang menarik untuk diteliti dan harus diketahui tentang materi-materi lisan dan variasi ragam musik yang menggunakan istilah-istilah ideal dari suatu kebudayaan musik itu sendiri.

Dalam proses menganalisa struktur teks-teks marsialop ari, penulis berpedoman pada teori William P. Malm. Dalam buku terjemahan Music Culture of The Pasific, the Near, East, and Asia, ia menyatakan bahwa dalam musik vokal, hal yang sangat penting diperhatikan adalah hubungan antara musik dengan teksnya. Apabila setiap nada dipakai untuk setiap silabel atau suku kata, gaya ini disebut silabis. Sebaliknya bila satu suku kata dinyanyikan dengan beberapa nada disebut melismatis.

Studi tentang teks juga memberikan kesempatan untuk menemukan hubungan antara aksen dalam bahasa dengan aksen pada musik, Serta sangat membantu melihat reaksi musikal bagi sebuah kata yang dianggap penting dan pewarnaan kata-kata dalam puisi (Malm dalam terjemahan Takari 1995:17).

Untuk mengetahui dan mendalami dari teks-teks Marsialop Ar i, penulis menggunakan teori semiotik. Istilah kata semiotik ini berasal dari bahasa Yunani, semeioni. Panuti Sudjiman dan van Zoest (bakar 2006:45-51) menyatakan bahwa semiotika berarti tanda atau isyarat dalam satu sistem lambang yang lebih besar. Teori semiotik adalah sebuah teori mengenai lambang yang dikomunikasikan.


(3)

1.5 Metode Penelitian

Metode ilmiah dari suatu pengetahuan merupakan segala cara yang digunakan dalam ilmu tersebut, untuk mencapai suatu kesatuan (koentjaraningrat 2009:35). Sedangkan penelitian diartikan sebagai upaya dalam bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati dan sistematis untuk mewujudkan kebenaran (Mardalis 2006:24).

Jadi, metode penelitian adalah cara yang dipakai untuk mendapatkan atau memperoleh informasi atau fakta yang ada didalam objek penelitian. Penulis juga menggunakan metode kualitatif agar mendapatkan dan mengumpulkan data dan menguraikannya dengan mewawancarai informan dari anak dan murid dari Taralamsyah Saragih.

1.5.1 Wawancara

Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan untuk mengumpulkan data-data yang dibutuhkan oleh penulis.

Koentjaraningrat (1983:138-139) menyatakan pada umumnya ada beberapa macam wawancara yang dikenal oleh para peneliti.

Beberapa macam wawancara dibagi ke dalam dua golongan besar: (1) wawancara berencana (standardized interview) dan (2) wawancara tak berencana (standardized interview). Wawancara berencana selalu terdiri dari suatu daftar pertanyaan yang telah direncanakan dan disusun sebelumnya. Sebaliknya wawancara tak berencana tak mempunyai suatu persiapan sebelumnya dari suatu daftar pertanyaan dengan susunan kata dan dengan tata urut tetap yang harus dipatuhi oleh peneliti secara ketat. Demikian macam metode wawancara tak


(4)

berencana secara lebih khusus dapat dibagi ke dalam (a) metode wawancara berstruktur (structured interview) dan (b) metode wawancara tak berstruktur (unstructured interview). Wawancara tak berstruktur juga dapat dbedakan secara lebih khusus lagi dalam dua golongan, ialah (1) wawancara yang berfokus (focused interview) dan (2) wawancara bebas (free interview).

Wawancara juga merupakan salah satu teknik pengumpulan data dan keterangan-keterangan untuk melegkapi data yang diperoleh oleh penulis.

Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk mendapatkan keterangan-keterangan lisan melalui bercakap-cakap dan berhadapan muka dengan orang yang dapat memberikan keterangan pada si peneliti (Mardalis 2006:64).

Dalam wawancara, penulis menetapkan 2 narasumber, yaitu Bapak Harris Hemdy Purba dan Normasiah Saragih mereka mempunyai pengetahuan berkesenian yang tinggi Bpk. Harris sendiri adalah seorang pengajar tari dan Normasiah adalah guru musik sekaligus anak kandung dari Taralamsyah Saragih. Selain itu, penulis juga mewawancarai beberapa tokoh masyarakat lainnya yang berkaitan untuk pengembangan penulisan skripsi ini.

1.5.2 Kerja Laboratorium

Dalam kerja laboratorium, penulis akan mengumpulkan data, mulai dari wawancara, dokumentasi, dan perekaman diuraikan secara rinci, detail dan ditafsirkan dengan pendekatan emik dan etik. Data perekaman audio menjadi objek yang diteliti oleh penulis dengan cara di transkripsikan dengan cara didengar dan menuliskannya kedalam notasi balok.

Selanjutnya, data tersebut diklasifikasi dan dibentuk sebagai data. Data tersebut di perbaiki dan diperbarui agar tidak rancu sesuai objek penelitian dalam


(5)

menulis skripsi. Pengolahan data ini dilakukan bertahap data-data tidak didapat atau diperoleh sekaligus. Data-data tersebut juga merupakan data-data yang diperlukan sesuai dengan kriteria disiplin ilmu Etnomusikologi.

1.5.3 Studi Kepustakaan

Sebelum melakukan penelitian lapangan, penulis terlebih dahulu melakukan studi kepustakaan yaitu membaca buku-buku, skripsi, makalah yang berhubungan dengan apa yang kita teliti atau objek permasalahan. Studi kepustakaan ini dilakukan untuk menjadi kerangka acuan didalam penulisan dan juga untuk melengkapi data -data. Koentjaraningrat (2009:35) menyatakan bahwa studi pustaka bersifat penting karena membantu penulis untuk menemukan gejala-gejala dalam objek penelitian. Melalui studi pustaka, penulis sebagai peneliti awam diperkaya dengan informasi-informasi yang terdapat dalam berbagai sumber buku yang berhubungan dengan penulisan skripsi ini.

Dalam ilmu Etnomusikologi, ada dua sistem kerja dalam penelitian, yaitu desk work (kerja laboratorium) dan field work (kerja lapangan). Studi kepustakaan tergolong ke dalam kerja laboratorium. Di mana sebelum melakukan penelitian, peneliti mengumpulkan data-data dan merangkum data-data yang telah didapat. Kerja ini dimaksudkan untuk mempermudah peneliti saat terjun ke lapangan. Selain itu, penulis dipersiapkan dan diarahkan untuk melakukan penelitian lapangan.

Penulis juga mengumpulkan data dengan teknologi internet. Dengan melalui penelusuran di situs www.google.com, website Simalungun, blog-blog, dokumen dan lainnya. Semua data informasi yang penulis dapatkan melalui, buku, internet, skripsi dan lainnya membantu penulis untuk menyempurnakan penulisan skripsi ini.


(6)

1.6 Lokasi Penelitan

Lokasi penelitian penulis bertempat di Medan. Di karenakan informan adalah anak dari Taralamsyah Saragih yaitu Normasiah Saragih yang ber alamat di jl. Marindal I gang. Amarta No. 23 dan juga murid dari Taralamsyah Saragih yaitu Haris Purba, jl. Ngumban Surbakti gang. Kamboja 20, No. 2 Medan. Dan menjadi informan kunci dalam penelitian ini.