Analisis Tekstual Dan Musikal Lagu Inggou Parlajang Karya Taralamsyah Saragih

(1)

ANALISIS TEKSTUAL DAN MUSIKAL LAGU INGGOU PARLAJANG KARYA TARALAMSYAH SARAGIH

SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN O

L E H

NAMA : LINFIA SONIA PURBA NIM : 110707033

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA

DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI MEDAN


(2)

ANALISIS TEKSTUAL DAN MUSIKAL LAGU INGGOU PARLAJANG KARYA TARALAMSYAH SARAGIH

SKRIPSI SARJANA OLEH

NAMA: LINFIA SONIA PURBA NIM: 110707033

PEMBIMBING I, PEMBIMBING II,

Drs. Setia Dermawan Purba, M. Si Drs. Perikuten Tarigan, M, Si (NIP: 195608281986011001) (NIP: 195804021987031003)

Skripsi Sarjana ini diajukan kepada panitia ujian Fakultas IlmuBudaya Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana Seni (S.Sn) dalam bidang Etnomusikologi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA

DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI 2015


(3)

PENGESAHAN DITERIMA OLEH:

Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam bidang disiplin

Etnomusikologi pada Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara, Medan

Pada Tanggal : Hari :

Fakultas Ilmu Budaya USU, Dekan,

Dr. Syahron Lubis, M.A. NIP: 195110131976031001

Panitia Ujian: Tanda Tangan

1. Drs. Muhammad Takari, M.Hum.,Ph.D. ( )

2. Dra. Heristina Dewi, M.Pd. ( )

3. Drs. Setia Dermawan Purba, M.Si ( )

4. Drs. Perikuten Tarigan, M, Si ( )


(4)

DISETUJUI OLEH

DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATRA

DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI KETUA,


(5)

ABSTRAKSI

Inggou Parlajang merupakan salah satu nyanyian masyarakat Simalungun

yang di ciptakan oleh komposer Simalungun, Taralamsyah Saragih. Isi teks

Inggou Parlajang bercerita tentang isak tangis dan keluh kesah seorang perantau

yang melukiskan kesukacitaan dan kedukaannya serta kerinduannya akan kampung halaman.

Dalam penulisan ini, semua akan diuraikan dan dengan melakukan pendekatan yang bersifat kualitatif yang menghasilkan data deskriptif sehingga menghasilkan pernyataan dari informan maupun narasumber. Penulis juga menggunakan teori semiotika untuk menganalisis teks serta menggunakan teori

weighted scale dalam menganalisis melodi Inggou Parlajang. Penelitian ini

bertujuan untuk membahas makna dari teks dan musikal dari Inggou Parlajang. Melalui metode dan teknik penelitian, maka diperoleh dua hasil penelitian. (1) Teks Inggou Parlajang digolongkan sebagai teks yang bersifat silabik, karena penyajian vokalnya satu suku kata dalam satu nada. (2) Struktur melodi teks

Inggou Parlajang disajikan dengan pola strophicatau gaya nyanyian yang diulang dengan teks yang baru atau berbeda, berbentuk A-B-A-B serta garis melodinya adalah statis, pendulous dan conjuct serta tangga nadanya adalah diatonic dengan Bb = Do.


(6)

Puji dan Syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas Kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan dan penyusunan skripsi yang berjudul “ANALISIS TEKSTUAL DAN MUSIKAL LAGU INGGOU PARLAJANG KARYA TARALAMSYAH SARAGIH” ini diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Seni S-1 pada Departemen Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Dan juga tidak luput dari kebosanan serta jenuh yang penulis rasakan. Namun, dengan adanya dorongan dari orang-orang sekitar dan serta cita-cita yang penulis targetkan menjadi semangat bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada orang tua tercinta Bapak J. Pinus Purba dan Ibu R. Sinaga yang telah membesarkan penulis dengan kasih sayang dan bersusah payah membiayai, mendoakan, dan mendukung serta memberikan semangat yang luar biasa sehingga penulis dapat menyelesaikan studi ini. Tidak lupa juga mengucapkan terima kasih kepada adik-adik terkasih , Chesya Frecilia Purba dan Michael Yosepfran Purba serta seluruh kelurga penulis yang telah memotivasi, mendukung serta mendoakan penulis.

Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada yang terhormat Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya USU Medan. Begitu juga segenap jajaran di Dekanat Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

Tidak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak/Ibu dosen yang mengajar di Departemen Etnomusikologi, Ibu Dra. Heristina Dewi, M.Pd. selaku sekretaris Departemen Etnomusikologi FIB USU, yang telah


(7)

membantu lancarnya administrasi kuliah penulis selama ini, serta ilmu yang diberikan. Begitu juga untuk Ibu Wakwau sebagai pegawai adminitrasi di Departemen Etnomusikologi FIB USU yang telah membantu semua urusan administratif dari awal semester hingga akhir semester, terima kasih Bapak/Ibu dosen yang sudah mengajar dan membagi ilmu kepada kami, khususnya penulis.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat seluruh staf pengajar Departemen Etnomusikologi USU yang telah banyak memberikan pemikiran dan wawasan baru kepada penulis selama mengikuti perkuliahan. Kepada seluruh dosen di Etnomusikologi, Bapak Prof. Mauly Purba, M.A.,Ph.D, Bapak Drs. Irwansyah Harahap, M.A., Ibu Drs. Rithaony Hutajulu, M.A., Bapak Drs. Fadlin, M.A., Bapak Drs. Bebas Sembiring, M.Si., Ibu Arifni Netrosa, SST,M.A., Ibu Dra. Frida Deliana, M.Si., Bapak Drs. Perikuten Tarigan, M.Si., Bapak Drs. Setia Dermawan Purba, M.Si., dan Bapak Drs. Torang Naiborhu, M.Hum. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak/Ibu yang telah membagikan ilmu dan pengalaman hidup Bapak/Ibu sekalian. Seluruh ilmu dan pengalaman hidup Bapak/Ibu sekalian menjadi pelajaran berharga untuk penulis. Kiranya berkat Tuhan yang melimpah menyertai Bapak/Ibu sekalian.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat Bapak Drs. Setia Dermawan Purba, M. Si. Dosen Pembimbing I penulis yang telah membimbing dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih atas ilmu-ilmu, nasehat-nasehat, perhatian, pengalaman yang telah Bapak berikan kepada penulis selama berada di perkuliahan. Kiranya Tuhan selalu memberikan berkat yang melimpah serta kesehatan kepada Bapak.


(8)

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada yang terhomat Bapak. Drs. Perikuten Tarigan, M, Si sebagai Dosen Pembimbing II yang telah mengarahkan dan memberikan bimbingan kepada penulis sejak memulai perkuliahan dan menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih untuk perhatian, ilmu, dan kebaikan yang Bapak berikan. Kiranya Tuhan senantiasa menyertai dan melimpahkan berkat untuk Bapak.

Kepada para informan yang telah memberikan dukungan dan bantuan untuk penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, Bapak Harris Hemdi Purba, Ibu Normasiah Saragih, penulis sangat berterima kasih dan bersyukur mengetahui Simalungun lebih banyak melalaui Bapak dan Ibu sekalian. Kiranya Bapak Ibu informan selalu dalam lindungan serta tercurah berkat-berkat-Nya atas kita semua.

Terima kasih juga kepada Kekasih tersayang, Alfred William Luk yang sudah sama-sama berjuang dalam mengerjakan skripsi dan memberikan banyak masukan, saran, motivasi, semangat dan inspirasi kepada penulis. Ucapan terima kasih juga kepada sahabat-sahabat terkasih serta teman seperjuangan stambuk 2011 Etnomusikologi dan khususnya sahabat-sahabat penulis di “Vila Simalingkar” Blessta Christina Hutagaol, Prinsa Agnest Nainggolan, Lisken Rosdiana Angkat, terima kasih buat dukungan, motivasi, doa dan segala bentuk kepedulian teman-teman kepada penulis. Ucapan terima kasih juga kepada kakak tersayang kak Christina Sihite untuk doa, dukungan dan motivasi.

Ucapan terima kasih tidak lupa penulis ucapkan untuk abang dan kakak senior serta adik-adik junior stambuk 2009-2014, tetap semangat dan tetap menjaga solidaritas sebagai keluarga Etnomusikologi, Tuhan memberkati.


(9)

Medan, Juli 2015


(10)

Daftar Isi

ABSTRAKSI ... I KATA PENGANTAR ... II DAFTAR ISI ... VI BAB I: PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Pokok Permasalahan ... 1

1.3 Tujuan dan Manfaat ... 3

1.3.1 Tujuan ... 4

1.3.2 Manfaat ... 4

1.4 Konsep dan Teori ... 4

1.4.1 Konsep ... 4

1.4.2 Teori ... 6

1.5 Metode Penelitian ... 9

1.5.1 Wawancara ... 10

1.5.2 Kerja Laboratorium ... 11

1.5.3 Studi Kepustakaan ... 12

1.6 Lokasi Penelitian ... 13

BAB II: BIOGRAFI TARALAMSYAH SARAGIH ... 14

2.1 Pengertian Biografi ... 14

2.2 Biografi Taralamsyah Saragih ... 17

2.2.1 Latar Belakang Keluarga Taralamsyah Saragih.. 17


(11)

2.2.3 Karya-karya Taralamsyah Saragih ... 25

2.2.3.1 Tarian ... 25

2.2.3.2 Karya musik berupa lagu ... 26

2.2.3.3 Karya lagu yang sudah digubah kembali 28 2.3 Nyanyian Rakyat Simalungun ... 28

2.4 Masa Perantauan ... 31

BAB III: ANALISIS TEKSTUAL INGGOU PARLAJANG ... 34

3.1 Bentuk Teks Inggou Parlajang ... 34

3.2 Analisis Semiotika Teks Inggou Parlajang ... 35

3.2.1 Isi teks ... 37

3.2.2 Jenis nyanyian rakyat pada Inggou Parlajang ... 38

3.2.3 Gaya bahasa ... 41

3.2.4 Makna teks ... 43

3.2.5 Pemilihan teks ... 44

3.2.6 Kaitan teks dengan melodi (silabik atau melismatik) 44 3.2.7 Penggunaan dan fungsi ... 46

3.2.7.1 Fungsi ungkapan emosional ... 47

3.2.7.2 Fungsi hiburan ... 48

BAB IV: ANALISIS MELODI INGGOU PARLAJANG ... 49

4.1 Transkripsi ... 49

4.1.1 Simbol dalam notasi ... 49

4.2 Analisis Melodi Dalam Inggou Parlajang ... 54

4.2.1 Tangga nada (scale) ... 55


(12)

4.2.3 Wilayah nada (range) ... 56

4.2.4 Jumlah nada (frequency of notes) ... 56

4.2.5 Jumlah interval (prevalent intervals) ... 58

4.2.6 Pola kadensa (cadence patterns) ... 59

4.2.7 Formula melodik (melody formula) ... 60

4.2.8 Kontur (contour) ... 61

BAB V: PENUTUP ... 65

5.1 Kesimpulan ... 65

5.2 Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 69


(13)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah

Provinsi Sumatera Utara memiliki beragam suku yang bertautan sehingga membentuk sebuah sub etnik, yaitu: Batak Toba, Karo, Simalungun, Pak-pak Dairi, Mandailing, Nias dan Melayu. Simalungun termasuk salah satu etnik yang banyak memiliki kebudayaan, secara administratif Simalungun disebut kabupaten Simalungun provinsi Sumatera Utara. Etnik Simalungun memiliki banyak kebudayaan yang terdiri dari tari-tarian, seni vokal serta adat atau kebiasaan lainnya yang berbentuk budaya.

Kata Simalungun sudah dipergunakan orang Belanda dengan nama

Simeloengoen-Landen1 yang meliputi beberapa kerajaan-kerajaan yakni kerajaan

Siantar, kerajaan Tanah Jawa, kerajaan Panei, kerajaan Raya, kerajaan Purba, kerajaan Silimakuta, dan kerajaan Dolok Silou. Sebelumnya wilayah itu lebih dikenal dengan nama Batak Timur karena letaknya di sebelah timur Tapanuli, akan tetapi suku Batak Timur kemudian berganti nama yaitu Simalungun. Sebelum masuknya Belanda, cukup banyak wilayah yang berpenduduk Simalungun menaklukan diri (martuan/marpuang) kepenguasaan wilayah lain seperti Padang, Serdang, Deli, Batubara, Asahan dan Karo. Mereka membaurkan diri dengan budaya yang ada dan menanggalkan identitasnya sebagai identitas Simalungun, namun ada juga yang tetap mempertahankan identitas suku Simalungun termasuk dalam sistem pemerintahan huta2

1Simeloengoen-Landen artinya Tanah Simalungun 2 Huta artinya kampung


(14)

Dalam kebudayaannya, orang Simalungun memiliki karakter yang mudah

pasiatkon diri3 karena kemana pun dia pergi untuk mencari kehidupan, akan

banyak orang yang menerimanya dengan senang hati. Sifat marlajang4

Menurut Harris Hemdy Purba

yang

dimiliki oleh orang Simalungun juga membuatnya menjadi seseorang yang beretika dalam berpikir dan bertindak. Namun begitu, meskipun orang Simalungun memiliki sifat perantau dan mudah beradaptasi, tidak membuat mereka menjadi lupa akan kampung halamannya. Hal ini bisa dilihat dari sepenggal lagu Inggou Parlajang berikut yang secara khusus diciptakan oleh Taralamsyah Saragih untuk mengungkapkan perasaan rindunya akan kampung halamannya, Simalungun :

Tarsunggul au tanoh hatubuhan

Simalungun na loppou jenges simada tunggung Dolok riris marsikawahan

Talunni pe appar do songon apei na bayu

Taralamsyah Saragih adalah salah seorang bangsawan Simalungun yang mahir di bidang kesenian dan peduli terhadap kesenian seperti seni vokal, seni tari serta sejarah Simalungun. Hal itu di karenakan beliau adalah seorang anak raja di Kerajaan Raya yang memerintah pada saat itu yang mengharuskannya mempelajari setiap kesenian yang ada.

5

3

Pasiatkon diri artinya beradaptasi

4 Marlajang artinya Merantau

5

Hasil wawancara dangan Harris Hemdy Purba, murid Taralamsyah Saragih. Seorang pengajar tari.

, sebelum Taralamsyah pergi merantau, Beliau menciptakan lagu Inggou Parlajang. Lagu ini terinspirasi dan diciptakan


(15)

beliau berdasarkan curahan hati tulangnya (pamannya) yaitu Janer Sinaga dan Keponakannya, Bill Saragih, yang akan dijelaskan pada bab selanjutnya.

Inggou Parlajang adalah lagu yang liriknya bercerita tentang isak tangis

dan keluh kesah seorang perantau yang melukiskan kesukacitaan dan kedukaannya serta kerinduannya akan kampung halaman serta nada yang sangat puitis dan padu dengan perjalanan melodi dari lagu tersebut, yang membuat seorang perantau dapat mengingat dan merindukan kampung halamannya. Menurut Pak Harris6

1.2Pokok Permasalahan

, lagu Inggou Parlajang tidak harus selalu dinyanyikan oleh seorang perantau.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka penulis terdorong untuk menyusun serta menuliskannya dalam bentuk skripsi dengan judul: ANALISIS TEKSTUAL DAN MUSIKAL LAGU INGGOU PARLAJANG KARYA TARALAMSYAH SARAGIH”

Adapun yang menjadi pokok permasalahan dalam tulisan ini adalah sebagai berikut:

a. Apakah makna tekstual dari lagu Inggou Parlajang b. Bagaimana struktur melodi Inggou Parlajang 1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1Tujuan penelitian


(16)

1. Secara akademis, adalah untuk memenuhi salah satu syarat ujian sarjana seni di Departemen Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

2. Untuk mengetahui makna lagu Inggou Parlajang

3. Untuk mengetahui struktur melodi lagu Inggou Parlajang

1.3.2 Manfaat penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah untuk menambah informasi dan pengetahuan tentang kebudayaan Simalungun. Manfaat lain yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Untuk menambah dokumentasi mengenai Simalungun di Departemen Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara

2. Sebagai proses pengaplikasian atau pengembangan ilmu yang diperoleh penulis selama mengikuti perkuliahan di Departemen Etnomusikologi 3. Sebagai referensi untuk peneliti lainnya yang memiliki keterkaitan dengan

topik judul penelitian

1.4 Konsep dan Teori 1.4.1 Konsep

Konsep merupakan penggabungan dan perbandingan bagian-bagian dari suatu penggambaran dengan bagian-bagian dari berbagai penggambaran lain yang sejenis, berdasarkan asas-asas tertentu secara konsisten (Koentjaraningrat 2009:85). Menurut (Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, 2005) konsep merupakan rancangan ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa


(17)

konkret. Maka, berdasarkan pengertian diatas penulis akan menjelaskan beberapa konsep yang berkaitan dengan tulisan ini.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ke empat, kajian atau analisis adalah penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan. Dengan demikian, kata analisis dalam tulisan ini berarti hasil penguraian objek penelitian. Melodi dan teks Inggou

Parlajang yang didapat akan diuraikan agar memperoleh pengertian dan

pemahaman makna tentang Inggou Parlajang.

Pengertian musik adalah pengungkapan melalui gagasan melalui bunyi, yang unsur dasarnya berupa melodi, irama, dan harmoni dengan unsur pendukung berupa gagasan, sifat dan warna bunyi (Soeharto. M dalam buku “Kamus Musik” (1992:86))7

Teks adalah naskah yang berupa kata-kata dari pengarang, kutipan dari kitab suci untuk pangkal ajaran atau alasan, bahan tertulis untuk dasar

. Dari pengertian musik ini, dapat dikatakan bahwa musikal merupakan suatu ungkapan dari ekspresi manusia yang diolah dalam suatu nada-nada yang harmonis. Inggou Parlajang merupakan sebuah lagu yang penulis nyatakan sebagai objek kajian Etnomusikologi, karena ada atau terbentuk dari struktur, bentuk, bunyi-bunyian, unsur musikal yang dapat di golongkan atau dikategorikan sebagai nyanyian. Kemudian, Inggou Parlajang juga mengandung unsur nada, rythem dan harmoni. Sesuai dengan pengertian diatas, maka penulis akan membahas yang tertuju pada melodi.

7 Lihat skripsi Kezia Purba “Analisis Musikal dan Tekstual Marsialop Ari Karya


(18)

memberikan pelajaran, berpidato dan sebagainya (Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi keempat 2008:1474). Dari pengertian teks diatas, maka tekstual adalah sesuatu yang berkaitan dengan teks. Sesuai dengan judul tulisan ini, penulis akan menganalisa makna dari teks atau kata dari lagu tersebut.

1.4.2 Teori

Teori merupakan pendapat yang dikemukakan mengenai suatu peristiwa (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005). Kerlinger (dalam Sugiono 2009:79), mengemukakan:

Theory is a set of interrelated construct (concepts), definitions, and proposition that present a systematic view of phenomena by specipying relations among variabels, with purpose of explaining and predicting the phenomena.

Artinya secara harfiah, teori adalah sebuah hubungan konsep, defenisi, proposisi yang menunjukkan suatu urutan yang sistematis dengan fenomena yang menggambarkan hubungan variabel, dengan tujuan menjelaskan dan memprediksi fenomena tersebut. Untuk itu, penulis menggunakan teori sebagai landasan untuk membahas dan menjawab pokok permasalahan. Untuk menganalisis struktur melodi Inggou Parlajang penulis menggunakan teori weighted scale8

a. Tangga nada,

yang dikemukakan oleh William P. Malm. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mendeskripsikan melodi (Malm dalam terjemahan Takari 1995:15) yaitu:

b. nada dasar (pitch center), c. wilayah nada,

d. jumlah nada-nada,


(19)

e. jumlah interval, f. pola-pola kadensa,

g. formula-formula melodik, dan h. kontur

Untuk mendukung analisis struktur melodi Inggou Parlajang, penulis menggunakan metode transkripsi. Transkripsi merupakan proses penotasian bunyi yang didengar dan dilihat. Dalam mengerjakan transkripsi penulis menggunakan pada notasi musik yang dinyatakan Seeger yaitu notasi preskriptif dan deskriptif. Notasi preskriptif adalah notasi yang dimaksudkan sebagai alat pembantu untuk penyaji supaya dapat menyajikan komposisi musik. Sedangkan notasi deskriptif adalah notasi yang dimaksudkan untuk menyampaikan kepada pembaca tentang ciri-ciri atau detail-detail komposisi musik yang belum diketahui oleh pembaca. Berdasarkan penjelasan diatas, penulis akan menggunakan notasi preskriptif. Penulis akan menyampaikan atau memberikan informasi tentang Inggou

Parlajang dengan detail agar jelas tujuan dari komposisi Inggou Parlajang.

Setiap kebudayaan musik dunia memiliki sistem-sistem musik yang berbeda. Karena kebudayaan musik dunia dikerjakan dengan cara yang tidak sama oleh setiap pendukung kebudayaan (Nettl 1977:3). Sistem-sistem musik tersebut dapat berupa teori, penciptaan, pertunjukan, pendokumentasian, penggunaan, fungsi, pengajaran, estetika dan lain-lain.

Salah satu sistem yang terlihat jelas dalam suatu kebudayaan musik dunia adalah pengajarannya yang diwariskan secara oral tradition9

9 Oral Tradition artinya komunikasi yang disampaikan secara lisan.


(20)

Dengan demikian pewarisan kebudayaan melalui mulut ke mulut dapat menciptakan hasil kebudayaan musik yang berbeda dari setiap generasi. Hal ini tentu dapat dijadikan sebagai hal yang menarik untuk diteliti dan harus diketahui tentang materi-materi lisan dan variasi ragam musik yang menggunakan istilah-istilah ideal dari suatu kebudayaan musik itu sendiri.

Dalam proses menganalisa struktur teks-teks Inggou Parlajang, penulis berpedoman pada teori William P. Malm. Dalam buku terjemahan Music Culture

of The Pasific, the Near, East, and Asia, ia menyatakan bahwa dalam musik

vokal, hal yang sangat penting diperhatikan adalah hubungan antara musik dengan teksnya. Apabila setiap nada dipakai untuk setiap silabel atau suku kata, gaya ini disebut silabis. Sebaliknya bila satu suku kata dinyanyikan dengan beberapa nada disebut melismatis.

Studi tentang teks juga memberikan kesempatan untuk menemukan hubungan antara aksen dalam bahasa dengan aksen pada musik, Serta sangat membantu melihat reaksi musikal bagi sebuah kata yang dianggap penting dan pewarnaan kata-kata dalam puisi (Malm dalam terjemahan Takari 1995:17).

Untuk mengetahui dan mendalami dari teks-teks Inggou Parlajang, penulis menggunakan teori semiotika. Istilah kata semiotika ini berasal dari bahasa Yunani, semeioni. Panuti Sudjiman dan Van Zoest (bakar 2006:45-51) menyatakan bahwa semiotika berarti tanda atau isyarat dalam satu sistem lambang yang lebih besar. Teori semiotika adalah sebuah teori mengenai lambang yang dikomunikasikan.


(21)

Untuk mengetahui fungsi musik dari lagu Inggou Parlajang ini, digunakan teori Fungsi musik oleh Alan P. Merriam (1964-223) dalam buku Pluralitas (2004:143-144).

1.5 Metode Penelitian

Metode ilmiah dari suatu pengetahuan merupakan segala cara yang digunakan dalam ilmu tersebut, untuk mencapai suatu kesatuan (Koentjaraningrat 2009:35). Sedangkan penelitian diartikan sebagai upaya dalam bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati dan sistematis untuk mewujudkan kebenaran (Mardalis 2006:24).

Jadi, metode penelitian adalah cara yang dipakai untuk mendapatkan atau memperoleh informasi atau fakta yang ada didalam objek penelitian. Penulis juga menggunakan metode kualitatif agar mendapatkan dan mengumpulkan data serta menguraikannya dengan mewawancarai informan dari anak dan murid dari Taralamsyah Saragih.

1.5.1 Wawancara

Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan untuk mengumpulkan data-data yang dibutuhkan oleh penulis. Koentjaraningrat (1983:138-139) menyatakan pada umumnya ada beberapa macam wawancara yang dikenal oleh para peneliti. Beberapa macam wawancara dibagi ke dalam dua golongan besar, yaitu:

1. wawancara berencana (standardized interview) dan 2. wawancara tak berencana (unstandardized interview).


(22)

Wawancara berencana selalu terdiri dari suatu daftar pertanyaan yang telah direncanakan dan disusun sebelumnya. Sebaliknya tak berencana tak mempunyai suatu persiapan sebelumnya dari suatu daftar pertanyaan dengan susunan kata dan dengan tata urut tetap yang harus dipatuhi oleh peneliti secara ketat. Demikian macam metode wawancara tak berencana secara lebih khusus dapat dibagi ke dalam (a) metode wawancara berstruktur (structured interview) dan (b) metode wawancara tak berstruktur (unstructured interview). Wawancara tak berstruktur juga dapat dibedakan secara lebih khusus lagi dalam dua golongan, ialah (1) wawancara yang berfokus (focused interview) dan (2) wawancara bebas (free

interview). Wawancara juga merupakan salah satu teknik pengumpulan data dan

keterangan-keterangan untuk melegkapi data yang diperoleh oleh penulis. Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk mendapatkan keterangan-keterangan lisan melalui bercakap-cakap dan berhadapan muka dengan orang yang dapat memberikan keterangan pada si peneliti (Mardalis 2006:64).

Dalam wawancara, penulis menetapkan 2 narasumber, yaitu Bapak Harris Hemdy Purba dan Normasiah Saragih mereka mempunyai pengetahuan berkesenian yang tinggi. Bpk. Harris sendiri adalah seorang pengajar tari dan Normasiah adalah guru musik di SMK 11 Medan sekaligus anak kandung dari Taralamsyah Saragih. Selain itu, penulis juga mewawancarai beberapa tokoh masyarakat lainnya yang berkaitan untuk pengembangan penulisan skripsi ini.


(23)

1.5.2 Kerja laboratorium

Dalam kerja laboratorium, penulis akan mengumpulkan data, mulai dari wawancara, dokumentasi, dan perekaman diuraikan secara rinci, detail dan ditafsirkan dengan pendekatan emik dan etik. Data perekaman audio menjadi objek yang diteliti oleh penulis dengan cara di transkripsikan dengan cara didengar dan menuliskannya kedalam notasi balok. Selanjutnya, data tersebut diklasifikasi dan dibentuk sebagai data. Data tersebut di perbaiki dan diperbarui agar tidak rancu sesuai objek penelitian dalam menulis skripsi. Pengolahan data ini dilakukan bertahap, karena data-data tidak didapat atau diperoleh sekaligus. Data-data tersebut juga merupakan data-data yang diperlukan sesuai dengan kriteria disiplin ilmu Etnomusikologi.

1.5.3 Studi kepustakaan

Sebelum melakukan penelitian lapangan, penulis terlebih dahulu melakukan studi kepustakaan yaitu membaca buku-buku, skripsi, makalah yang berhubungan dengan apa yang kita teliti atau objek permasalahan. Studi kepustakaan ini dilakukan untuk menjadi kerangka acuan didalam penulisan dan juga untuk melengkapi data-data. Koentjaraningrat (2009:35) menyatakan bahwa studi pustaka bersifat penting karena membantu penulis untuk menemukan gejala-gejala dalam objek penelitian.

Melalui studi pustaka, penulis sebagai peneliti awam diperkaya dengan informasi-informasi yang terdapat dalam berbagai sumber buku yang berhubungan dengan penulisan skripsi ini. Dalam ilmu Etnomusikologi, ada dua sistem kerja dalam penelitian, yaitu desk work (kerja laboratorium) dan field work


(24)

(kerja lapangan). Studi kepustakaan tergolong ke dalam kerja laboratorium. Di mana sebelum melakukan penelitian, peneliti mengumpulkan data-data dan merangkum data-data yang telah didapat. Kerja ini dimaksudkan untuk mempermudah peneliti saat terjun ke lapangan. Selain itu, penulis dipersiapkan dan diarahkan untuk melakukan penelitian lapangan. Penulis juga mengumpulkan data dengan teknologi internet. Dengan melalui penelusuran di situs www.google.com, website Simalungun, blog-blog, dokumen dan lainnya. Semua data informasi yang penulis dapatkan melalui, buku, internet, skripsi dan lainnya membantu penulis untuk menyempurnakan penulisan skripsi ini.

1.6 Lokasi penelitian

Lokasi penelitian penulis bertempat di Medan. Alasan penulis memilih lokasi penelitian di Medan adalah karena bertepatan dengan tempat tinggal informan. Informan adalah anak dari Taralamsyah Saragih yaitu Normasiah Saragih yang beralamat di jl. Marindal I gang. Amarta No. 23 dan juga murid dari Taralamsyah Saragih yaitu Haris Purba, jl. Ngumban Surbakti gang. Kamboja 20, No. 2 Medan. Dan menjadi informan kunci dalam penelitian ini.


(25)

BAB II

BIOGRAFI TARALAMSYAH SARAGIH 2.1 Pengertian Biografi

Dalam disiplin ilmu sejarah biografi dapat didefenisiskan sebagai sebuah riwayat hidup seseorang. Sebuah tulisan biografi dapat berbentuk beberapa baris kalimat saja, namun juga dapat berupa tulisan yang lebih dari satu buku. Perbedaannya adalah, biografi singkat hanya memaparkan tentang fakta-fakta kehidupan seseorang dan peranan pentingnya dalam masyarakat. Sedangkan biografi yang lengkap biasanya memuat dan mengkaji informasi-informasi penting, yang dipaparkan lebih detail dan tentu saja dituliskan dengan penulisan yang baik dan jelas. Sebuah biografi biasanya menganalisa dan menerangkan kejadian-kejadian pada hidup seorang tokoh yang menjadi objek pembahasannya.

Dengan membaca biografi, pembaca akan menemukan hubungan keterangan dari tindakan yang dilakukan dalam kehidupan seseorang tersebut, juga mengenai cerita-cerita atau pengalaman-pengalaman selama hidupnya. Suatu karya biografi biasanya bercerita tentang kehidupan orang terkenal dan orang tidak terkenal, dan biasanya biografi tentang orang yang tidak terkenal akan menjadikan orang tersebut dikenal secara luas, jika didalam biografinya terdapat sesuatu yang menarik untuk disimak oleh pembacanya, namun demikian biasanya biografi hanya berfokus pada orang-orang atau tokoh-tokoh terkenal saja. Tulisan biografi biasanya bercerita mengenai seorang tokoh yang sudah meninggal dunia, namun tidak jarang juga mengenai orang atau tokoh yang masih hidup. Banyak biografi yang ditulis secara kronologis atau memiliki suatu alur tertentu, misalnya


(26)

memulai dengan menceritakan masa anak-anak sampai masa dewasa seseorang, namun ada juga beberapa biografi yang lebih berfokus pada suatu topik-topik pencapaian tertentu.

Biografi memerlukan bahan-bahan utama dan bahan pendukung. Bahan utama dapat berupa benda-benda seperti surat-surat, buku harian, atau kliping koran. Sedangkan bahan pendukung biasanya berupa biografi lain, buku-buku referensi atau sejarah yang memparkan peranan subjek biografi tersebut.

Beberapa aspek yang perlu dilakukan dalam menulis sebuah biografi antara lain: (a) Pilih seseorang yang menarik perhatian anda; (b) Temukan fakta-fakta utama mengenai kehidupan orang tersebut; (c) Mulailah dengan ensiklopedia dan catatan waktu.

Sebelum menuliskan sebuah biografi seseorang, ada beberapa pertanyaan yang dapat dijadikan pertimbangan, misalnya: (a) Apa yang membuat orang tersebut istimewa atau menarik untuk dibahas; (b) Dampak apa yang telah beliau lakukan bagi dunia atau dalam suatu bidang tertentu juga bagi orang lain; (c) Sifat apa yang akan sering penulis gunakan untuk menggambarkan orang tersebut; (d) Contoh apa yang dapat dilihat dari hidupnya yang menggambarkan sifat tersebut; (e) Kejadian apa yang membentuk atau mengubah kehidupan orang tersebut; (f) Apakah beliau memiliki banyak jalan keluar untuk mengatasi masalah dalam hidupnya; (g) Apakah beliau mengatasi masalahnya dengan mengambil resiko,atau karena keberuntungan; (h) Apakah dunia atau suatu hal yang terkait dengan beliau akan menjadi lebih buruk atau lebih baik jika orang tersebut hidup ataupun tidak hidup, bagaimana, dan mengapa demikian. Lakukan juga penelitian lebih lanjut dengan bahan-bahan dari studi perpustakaan atau internet untuk


(27)

membantu penulis dalam menjawab serta menulis biografi orang tersebut dan supaya tulisan si peneliti dapat dipertanggungjawabkan, lengkap dan menarik. Terjemahan Ary (2007) dari situs internet.10

Di dalam buku Antologi Biografi Pengarang Sastra Indonesia (1999:3-4) dijelaskan bahwa biografi adalah suatu teori yang dipergunakan untuk mendeskripsikan hidup pengarang, sastrawan dan seniman. Dalam buku ini juga dijelaskan bahwa dalam menyusun biografi seseorang harus memuat tiga aspek yaitu:11

a. Keluarga yaitu memuat keterangan lahir, meninggal (jika sudah meninggal), istri dan keturunan ( orang tua, saudara dan anak), 1. Latar belakang, meliputi:

b. Pendidikan yaitu pendidikan formal dan non formal dari tingkat dasar sampai perguruan tertinggi jika ada,

c. Pekerjaan, yang memberi penjelasan tentang pekerjaan, baik pekerjaan yang mendukung karya musiknya maupun pekerjaan yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan karya musiknya. d. Latar belakang seniman, yang menjelaskan apa yang

mempengaruhi seniman itu sehingga ia menjadi seniman.

2. Karya-karya seniman itu yang didaftar menurut jenisnya, contohnya lagu.

10

11 Lihat skripsi Siti Zulaikha Sitanggang “Ahmad Setia pemusik melayu Sumatera Utara:


(28)

3. Tanggapan para kritikus yang didaftarkan berdasarkan judul dan sumbernya dengan tujuan memberi keterangan kepada para pembaca tentang tanggapan orang kepada seniman itu. Hal itu tegantung kepada ada atau tidak adanya orang yang menanggapi (Agar penulisan biografi lebih terfokus dan terarah maka tanggapan para kritikus tidak masuk dalam pembahasan)

2.2 Biografi Taralamsyah Saragih

2.2.1 Latar Belakang Keluarga Taralamsyah

Taralamsyah Saragih adalah seorang bangsawan yang lahir di lingkungan kerajaan, di Pematang Raya pada 18 Agustus 1918 serta wafat dan dimakamkan di Jambi pada 1 Maret 1993. Taralamsyah merupakan keturunan dari Raja Rondahaim atau nama aslinya Tuan Nama Bisang (1831-1889) yang memerintah Kerajaan Raya12

12 Kerajaan Raya adalah pusat peradaban paling maju dan utama di Simalungun saat itu.

, beliau adalah kakek kandung Taralamsyah. Raja Rondahaim yang bertahta pada periode 1857-1889 memiliki 54 putra dan putri. Anak pertama dari Raja Rondahaim bernama Tuan Sumayan atau nama aslinya Tuan Hapoltakan yang adalah penerus dari Raja Rondahaim, beliau memerintah pada periode 1889-1932. Beliau adalah ayah kandung Taralamsyah yang memiliki 39 saudara dan saudari dari 60 istri Tuan Sumayan. Di urutan ke-10 dari anak Tuan Sumayan ada Tuan Jan Kaduk, yang menurunkan Bill Saragih, almarhum penyanyi jazz terkenal Indonesia pada dekade 1980-an dan 1990-an. Jadi, secara genetika, Taralamsyah mewarisi bakat musik dan hidup ditengah-tengah ningrat Simalungun yang memiliki bakat-bakat besar pada musik.


(29)

Gambar-1: Gambar Taralamsyah Saragih

Gambar: Taralamsyah Saragih

(Dokumentasi Normasiah Saragih)

Sebagai komponis, karya-karyanya beranjak dari tradisi etnik Simalungun dan Melayu hal itu dapat dilihat dari karakter melodi dan penggunaan teks bahasa daerah yang khas Simalungun. Pada usia 15 tahun, Taralamsyah tidak hanya paham musik gonrang, namun beliau juga tidak menutup diri terhadap alat musik barat seperti biola dan mampu menggubah lagu pop untuk kalangan rakyat biasa, sedangkan alat musik akordion dan clarinet dipelajarinya secara otodidak. Kehebatan di segala aspek musik dan budaya membuat Taralamsyah semakin matang dan beliau menjadikan musik sebagai pilihan hidupnya.

Menurut hasil kunjungan serta wawancara Bapak Drs. Setia Dermawan Purba, M.Si pada tahun 80-an dengan Taralamsyah, beliau sudah sering mendengarkan musik yang bergema di kerajaan, sejak saat itu beliau tertarik dan mempelajari musik tradisional Simalungun: gonrang, sarunei sulim, husapi dan alat musik tradisonal Simalungun lainnya. Menabuh gendang (manggual)


(30)

merupakan kegemaran beliau, hal itu yang membuatnya sangat memahami tentang ritem Simalungun dan membuat beliau dengan mudah membentuk yang sumbernya dari dari alat-alat tiup Simalungun. (Dermawan Purba, dalam “Taralamsyah Saragih Jejak Sepi Seorang Komponis Legendaris”. 2014. Hal: 269)

Dengan mempelajari alat musik sebagai pembawa melodi, mengilhami beliau untuk mengenal jenis lagu-lagu Simalungun dimulai dari melodi sarunei

bolon, sulim, tulila dan sordam serta sarunei buluh. Pengalamannya dalam

menekuni permainan alat-musik tersebut membuatnya memahami berbagai melodi Simalungun. Demikian juga dengan vokal yang mantap digeluti melalui mendengarkan lagu-lagu rakyat yang ada di istana maupun yang beredar di masyarakat. (Dermawan Purba, dalam “Taralamsyah Saragih Jejak Sepi Seorang Komponis Legendaris. 2014. Hal: 269)

Pada akhir masa hidup Taralamsyah, beliau sempat menuliskan riwayat hidupnya yang berupa catatan yang diketik dengan mesin tik. Beliau mengatakan bahwa, “sebagai anak seorang raja, kami diharuskan mengusai permainan musik

tradisional Simalungun di Istana Raya. Karena itu, kami mengenyam pendidikan di bidang seni musik.”13

Taralamsyah merupakan keturunan raja yang paling menonjol sebagai musisi di lingkungan kerajaan saat itu. Hal itu juga dipertegas oleh tanggapan anaknya sendiri, Edy Taralamsyah. Taralamsyah mendapatkan pendidikan

Latar belakang ini yang membuat Taralamsyah menjadi

seseorang yang piawai bermain musik karena bakatnya sudah diasah sejak kecil.

13 Simon Saragih “Taralamsyah Saragih: Jejak Sepi Seorang Komponis Legendaris”


(31)

Hollandsch Inlandsch School (HIS) setara sekolah dasar dengan metode

pendidikan Belanda di Pematang Siantar. Kesempatan itu membuat Taralamsyah bebas dari buta huruf, satu hal yang menjadi ciri khas utama warga.14

Dalam kerajaan, ada kebiasaan untuk mengekspresikan sesuatu lewat pribahasa, ungkapan serta pantun (umpasa). Kebiasaan ber-umpasa membuat Taralamsyah memiliki perbendaharaan kata dan kemampuan improvisasi bahasa. Dari situlah berkembang pemahaman dan kemampuan Taralamsyah untuk menorehkan lirik-lirik lagu yang tergolong maju pada jamannya tetapi autentik khas Simalungun.

Dia tidak saja menjadi musisi besar tetapi juga sekaligus budayawan yang paham seni budaya Simalungun. Beliau diajarkan kebudayaan, adat istiadat serta tata krama.

15

14

Simon Saragih “Taralamsyah Saragih : Jejak Sepi Seorang Komponis Legendaris” 2014. Hal: 5

15 Simon Saragih: “Taralamsyah Saragih : Jejak Sepi Seorang Komponis Legendaris”

2014. Hal: 7-8

Taralamsyah menikah saat berusia 26 tahun dengan Siti Mayun Siregar pada hari Sabtu tepatnya tanggal 25 November 1944. Mereka memiliki 3 putra dan 9 putri.


(32)

Gambar : Taralamsyah Saragih dan Siti Mayun Siregar

(Sumber Gambar: Simon Saragih “Jejak Sepi Seorang Komponis Legendaris 2014:50)

Nama putra Taralamsyah:

1.Edy Taralamsyah Saragih 2.Syahrizal Saragih

3.Surya Darma Saragih (almarhum)

Nama putrid Taralamsyah:

1.Rusmini Taralamsyah 2.Rondang Setiawati 3.Syafrida Bunga Rampai 4.Aswita


(33)

5.Erlianda 6.Normasyah 7.Julianthi 8.Masniari 9.Hartani Mola

Ibu Oma Saragih mengatakan bahwa Taralamsyah memang sudah memiliki bakat besar sejak kecil, “Bapak memang keturunan bangsawan, jadi

semua alat musik yang hits waktu itu dia pelajari, tidak hanya tradisi, musik modern seperti akordion pun dia kuasai. Ini lagu-lagu ciptaan bapak, ada juga beberapa lagu yang diambil orang lain nada-nadanya dan ngaku-ngaku ciptaannya, padahal bapak yang buat. Mama juga sangat membaur dengan kehidupan bapak, menyatulah dengan bapak termasuk dengan kebudayaan Simalungun” demikian Ibu Oma.16

Dalam catatan yang dibuat oleh putra tertuanya, Eddy Taralamsyah Saragih, beliau pernah menjadi duta budaya Indonesia dalam tur misi kesenian dalam pertukaran budaya Indonesia ke RRC (Beijing) tahun 1954 di mana beliau mementaskan tarian Sitalasari dan Pamuhunan.

2.2.2 Prestasi di bidang musik

17

Gambar-3: Orkes Na Laingan

Beliau juga mendirikan sebuah orkes Simalungun bernama Na Laingan bersama Saridin Tua, Djawalim Saragih pada tahun 1959. Mereka berasal dari lingkungan Kerajaan Raya.

16

Wawancara dengan Ibu Oma Saragih (putri Taralamsyah yang berprofesi sebagai guru musik di SMKN 11 Medan) pada 17 Juni 2015

17Lihat skripsi Kezia Purba. “Analisis musikal dan tekstual marsialop ari karya


(34)

Gambar: para personil orkes Simalungun Na Laingan

(Sumber Gambar: Simon Saragih “Jejak Sepi Seorang Komponis Legendaris 2014:26)

Beberapa aktivitas berkesenian yang digeluti Taralamsyah Saragih

Diantarannya, yaitu:

1. Membentuk kumpulan seni modern dan sandiwara di Pematang Raya untuk menambah pengalaman (1934-1936).

2. Membina seni musik Simalungun di Pematang Siantar (1937-1941)

3. Membentuk seni musik keroncong dan kegiatan sandiwara Jepang bernama “Siantar Gekidan” (1942-1947)

4. Membantu pelatihan musik untuk para tentara Kutaraja selama dua tahun dipengungsian (1949-1951).


(35)

5. Membina kesenian Simalungun di Medan (1952-1970) serta membantu M. sauti menyusun tari-tarian Melayu seperti “Kuala Deli”, “Mainang”, ”Tanjung Katung” sampai tahun 1953.

6. Misi tur kesenian dala, rangka pertukaran Budaya dan Kesenian Indonesia ke Beijing, Tiongkok (1954).

7. Merekam lagi lagu-lagu Simalungun di empat piringan hitam di studio LOKANANTA (1959).

8. Memimpin rombongan Sabang-Merauke untuk menampilkan tarian “Harian Bolon” pada pembukaan Ganefo (1963)

9. Turut membantu pendirian SMK Negeri 11 Medan yang berdiri pada 25 November 1969.

10. Membawa misi kesenian ke Johor Malaysia (Mahasiswa USU Medan) (1970)

11. Dua kali membawa rombongan kesenian Jambi ke Jakarta untuk mengikuti Festival Mahasiswa se-Indonesia (1973)

12. Membawa rombongan Jambi ke Singapura (1974)

13. Membawa kesenian Jambi ke Jakarta untuk pembukaan Taman Mini Indonesia Indah (1975)

14. Meneliti seni musik dan tarian daerah Jambi yang diterbitkan menjadi sebuah buku (1978) yang masih berupa manuscript dengan judul “Ensiklopedia Musik dan Tarian daerah Jambi”


(36)

15. Melayani korespondensi Arlen Dietrichh Jansen untuk mendapatkan gelar doctor (Phd) di State Universiti of Washington (1980) dengan tema disertasi musik gonrang Simalungun.

2.2.3 Karya-karya Taralamsyah 2.2.3.1 Tarian

Berikut ini adalah daftar tari-tarian karya Taralamsyah Saragih, yaitu

Sitalasari (1946)

Pamuhunan, Simodakodak, Haroharo (1952) Sombah (1953)

Runten Tolo (1954) Nasiaran (1955)

Makkail dan Manduda (1957) Haroan Bolon (1959)

Uou (1960)

Tari Tembakau (1964) Panak Boru Napitu (1966)

Oratorium Kelahiran Nabi Isa (1966) Sendra Tari Yasinn (1967)

Erpangir (1968)

Sendra Tari Ramayana (1970)


(37)

2.2.3.2 Karya musik berupa lagu

Eta Mangalop Boru Parmaluan

Hiranan

Inggou Parlajang Tarluda

Parsonduk Dua Padan Na So Suhun Tading Mataek Pamuhunan Paima Na So Saud Sihala Sitaromtom Sanggulung Balun-balun Ririd Panonggor

Marsialop Ari Mungutni Namatua Pindah-pindah Inggou Mariah Uhur Marsirahutan Poldung Sirotap Padan Bujur Jeham

Simodak Odak (ciptaan bersama dengan Tuan Jan Kaduk Saragih) Ambit Pori


(38)

Andeka

Doding Manduda Parsirangan

Hira-Hira Na Simbei Ilah Bolon

Ilah Nasiholan

Serma Dengan Dengan Ippol Marpanayok Mariah Sibahuei Sitalasari

Martomu Samon Mase

Tuan Ma Gunung Malela Runtentolo

2.2.3.3 Karya lagu yang digubah kembali

Parsirangan

Doding Manduda (gubahan tradisional Ilah Losung) Ilah Nasiholan

Marsigumbangi

Na Majetter (gubahan Ilah tradisonal Ilah Bolon)

Taralamsyah juga menggantikan Djaga Depari untuk menuliskan lirik pada lagu Karo yang berjudul “Padan Pengindo”.


(39)

Diatas merupakan karya-karya Taralamsyah Saragih yang dikutip dari buku Simon Saragih “Taralamsyah Saragih Jejak Sepi Seorang Komponis Legendaris” 2014. Hal: xviii-xxi

2.3 Nyanyian Rakyat Simalungun

Dalam masyarakat Simalungun, nyanyian rakyat Simalungun di sebut doding yang artinya nyanyian. Jika digunakan imbuhan man- di depan kata doding yaitu

mandoding berarti bernyanyi. Selain istilah doding, ada juga istilah lain yaitu ilah

dan inggou untuk menyatakan nyanyian. Penggunaanya hanya digunakan secara khusus dalam suatu nyanyian itu yang dinyanyikan bersama-sama maupun untuk menyatakan nama suatu nyanyian. (Dermawan Purba dalam “Taralamsyah Saragih Jejak Sepi Seorang Komponis Legendaris” 2014. Hal: 273)

Menurut Taralamsyah dalam buku “Gonrang Simalungun” nyanyian doding adalah nyanyian dalam Simalungun yang yang dinyanyikan secara solo, sedangkan Ilah adalah “nyanyian bersama” masyarakat Simalungun biasanya melakukannya dengan berkumpul di suatu tempat di desa pada malam hari setelah pekerjaan siang hari selesai. Secara keseluruhan lagu-lagu ini bertempo sedang hingga lambat dan berlawanan dengan doding.18

Inggou adalah nyanyian Simalungun yang memiliki nada susunan pentatonik

yang dinyanyikan dengan legato dan biasanya berirama lambat serta dinyanyikan dengan lemah lembut. Secara khusus, Inggou adalah suatu nyanyian yang ditandai oleh irama dan melodi khas Simalungun yang dinyanyikan secara glisando (meluncur) dan secara legato. Jadi, dalam lagu Inggou Parlajang, inggou adalah


(40)

untuk menyatakan nama suatu nyanyian yang artinya nyanyian perantau dan dinyanyikan dengan cengkok khas Simalungun serta dengan lemah lembut. Di dalam susunan karya-karya lagu yang diciptakan Taralamsyah di atas, Inggou

Parlajang terdapat pada point ke empat.

Menurut Pak Harris Hemdy Purba19

19

Hasil wawancara dangan Harris Hemdy Purba, murid Taralamsyah Saragih. Seorang pengajar tari.

, sebelum Taralamsyah pergi merantau, Beliau menciptakan lagu Inggou Parlajang. Lagu ini terinspirasi dan diciptakan beliau berdasarkan curahan hati tulang-nya (paman) yaitu Janer Sinaga dan keponakannya, Bill Saragih. Pada saat itu Janer Sinaga sedang merantau ke Amerika dan bercerita serta mencurahkan kerinduannya terhadap kampung halamannya kepada Taralamsyah. Janer merasa bahwa meskipun berada di negeri orang, namun hati dan pikirannya tertuju pada tanah kelahirannya.

Bill Saragih yang pada saat itu juga pergi merantau dan merasa rindu akan kampung halamannya bercerita dan mencurahkan isi hatinya kepada Taralamsyah bahwa Bill Saragih merasakan rindu akan kampungnya. Kemudian Taralamsyah dengan kemampuannya mengkomposisikan lagu dan menulis syair yang indah menuangkannya kedalam sebuah lagu yang berjudul Inggou Parlajang.

Inggou Parlajang adalah lagu yang liriknya bercerita tentang isak tangis

dan keluh kesah seorang perantau yang melukiskan kesukacitaan dan kedukaannya serta kerinduannya akan kampung halaman serta nada yang sangat puitis dan padu dengan perjalanan melodi dari lagu tersebut, yang membuat seorang perantau dapat mengingat dan merindukan kampung halamannya.


(41)

Bagi Taralamsyah, tidak sulit menciptakan lagu dan merangkai kata-kata untuk lagu ciptaannya dikarenakan latar belakangnya. Hal itu juga berlaku untuk lagu Inggou Parlajang, beliau menciptakan lagu Inggou Parlajang berdasarkan kisah hidup orang lain. Namun, dengan kemampuan yang beliau miliki maka mampu menciptakan lirik yang mendayu yang liriknya sangat padu dengan melodi. Itulah keunikan seorang Taralamsyah20

Dalam situs MusicianWages.com, J. Hahn yang adalah seorang penulis lagu dan mantan konduktor di Broadway New York menulis tentang isu-isu musik yang kalimatnya bertujuan menjawab keluhan banyak musisi sekarang yang merasa tidak memperoleh respek. J. Hahn juga menyimpulkan hal itu juga terjadi di masa lalu. Namun, jika mampu menghasilkan musik yang bagus, kenyamanan Menurut Pak Harris, lagu Inggou Parlajang sudah tidak begitu dikenal oleh para pemuda/pemudi sekarang dikarenakan banyaknya musik modern yang begitu berkembang sangat cepat. Namun, menurut informan lagu ini masih dikenali oleh kalangan yang sudah tua. Pak Harris berkata “dulu pas tahun 1950,

lagu Inggou Parlajang dinyanyikan Pasiman Saragih sama orkes musik Simalungun yang dibentuk Taralamsyah dan kawan-kawan, Na laingan di bioskop Ria, Siantar. Dulu juga, masyarakat senang kali mendengar lagu itu karena sendu kali lagunya tapi ya hanya sebatas itu saja, mereka cuek. Dilihat dari gerak tarian orang Simalungun kan keliatan orang Simalungun ini cuek. Tidak seperti orang Toba yang sangat menjaga sekali musik tradisinya” demikian

Pak Harris menjelaskan. 2.4 Masa Perantauan


(42)

hidup bisa diraih seperti yang pernah didapat para pemusik Eropa zaman dulu21

“Kelanggengan seni musik itu juga harus datang dari dua sisi, sisi musisi

itu sendiri dan dari pendengar, termasuk pemerintahannya sendiri” Damma

Silalahi, salah satu penyanyi popular Simalungun saat itu juga berkata demikian. Beliau juga merasa ingin dihargai sebagai seniman Simalungun, karena pada saat itu hiburan dari etnis lain sudah merambah ke tanah Simalungun

, contohnya komposer Bethoven.

Hal yang sama tidak dirasakan sang maestro Taralamsyah, meskipun mempunyai latar belakang yang sama yaitu sama-sama berasal dari keluarga kerajaan, namun Taralamsyah tidak memiliki hidup yang layak untuk didapatkan oleh seseorang memiliki pengaruh yang besar pada saat itu. Tidak hanya materi, apresiasi pun tidak beliau dapatkan. Beliau juga merupakan seseorang yang memiliki status pegawai negeri, namun gaji pensiun pun tidak didapatkan oleh Taralamsyah.

22

Pada tahun 1971 beliau berangkat untuk berkarya dan menetap di Jambi. Banyak hal yang menjadi alasan Taralamsyah pergi ke Jambi. Salah satunya adalah segala upayanya untuk terus menyalurkan bakat dengan tujuan musik Simalungun dapat bergema, tidaklah mudah, dikarenakan keadaan pada saat itu membuatnya merasa tidak dihargai sebagai orang yang memberikan konstribusi kepada Simalungun berupa tindakan untuk membangun kesenian Simalungun. Alasan lain adalah adanya permintaan dari Pemerintah Daerah Jambi untuk

21 Simon Saragih “Taralamsyah Saragih Seorang Komponis Legendaris” 2014. Hal:81 22 Simon Saragih dalam Taralamsyah Saragih Seorang Komponis Legendaris 2014:183


(43)

membangun kebudayaan Jambi. Saat itu Gubernur Jambi R. M. Noor Atmadibrata (1968-1974) ingin memajukan seni budaya Provinsi Jambi.23

Erosi terhadap seni budaya yang ada di Simalungun menyebabkan jumlah pakar seni berkurang drastis. Taralamsyah yang seharusnya merupakan salah satu andalan Simalungun sudah hijrah ke Jambi. Hal ini membuat seniman Simalungun tanpa sadar kehilangan aset paling berharga, yaitu yang tersimpan dikepala Taralamsyah24

Pada usia tujuh puluh tiga tahun, beliau pensiun dari kegiatan mendalami seni budaya Jambi. Lalu menyusun ensiklopedia Simalungun yang tidak kunjung Banyaknya prestasi Taralamsyah seperti yang sudah dijabarkan diatas, membuat Jambi semakin maju. Namun, Taralamsyah tetap merindukan Simalungun. Seperti lagu Inggou Parlajang yang beliau ciptakan berdasarkan “curahan hati” paman dan keponakannya, namun akhirnya dia merasakan kerinduan layaknya seorang perantau yang merindukan tanah kelahirannya. Hal itu bisa dilihat dari isi surat yang ditulis oleh Taralamsyah sendiri kepada Jansen Saragih (keponakannya, putra raja Raya Jan Kaduk) yang dikutip dari buku “Taralamsyah Saragih Jejak Sepi Seorang Komponis Legendaris”, 2014 hal:142

“seandainya saya punya kemampuan untuk pergi ke Sumatera Utara, saya rela berangkat dari Jambi yang berjarak 1.500 KM. alangkah senangnya saya melakukan itu, ini sekaligus bertujuan menyerahkan kaset-kaset rekaman musik Simalungun zaman dulu sembari mengunjungi anak-anak saya yang masih bersekolah di Medan” demikian isi surat Taralamsyah kepada Jansen.

23 Taralamsyah Saragih “Jejak Sepi Seorang Komponis Legendaris. 2014. Hal: 87 24 Taralamsyah Saragih “Jejak Sepi Seorang Komponis Legendaris, 2014. Hal: 143


(44)

dicetak meskipun sudah lengkap. Beliau meninggal di usia tujuh puluh lima tahun pada tanggal 1 Maret 1993 di Jambi25


(45)

BAB III

ANALISIS TEKSTUAL INGGOU PARLAJANG 3.1 Bentuk Teks Inggou Parlajang

Inggou Parlajang merupakan salah satu nyanyian yang diciptakan oleh

Taralamsyah Saragih, yang teksnya berisi tentang seorang perantau yang rindu akan tanah kelahirannya dan isi teksnya berupa kalimat. Isi dari teks Inggou

Parlajang disampaikan dengan menggunakan kata-kata ungkapan yang memiliki

makna.

Seperti yang dijelaskan pada bab I, kajian ini menggunakan teori semiotika yaitu sebuah teori mengenai lambang yang dikomunikasikan yang meletakkan lambang sebagai bagian dari komunikasi. Komunikasi dapat mengandung makna-makna tertentu. Makna digunakan untuk menyampaikan suatu pesan. Teori semiotika menurut Panuti Sudjiman dan Van Zoest (bakar 2006:45-51) yang menyatakan bahwa semiotika berarti tanda atau isyarat dalam satu sistem lambang yang lebih besar. Dalam teks Inggou Parlajang, penulis menemukan beberapa teks yang mengandung lambang-lambang yang memiliki makna tertentu.

Menganalisis teks Inggou Parlajang dilakukan dengan aspek-aspek sebagai berikut:

1. Isi teks, yaitu mengenai hal-hal yang disampaikan 2. Jenis nyanyian rakyat pada Inggou Parlajang 3. Gaya bahasa


(46)

4. Makna teks 5. Pemilihan teks

6. Kaitan teks dengan melodi (silabik atau melismatik) 7. Penggunaan dan fungsi

3.2 Analisis Semiotika Teks Inggou Parlajang

Menganalisis teks Inggou Parlajang berarti penulis mencari tahu dan menemukan makna dari teks Inggou Parlajang tersebut. Dengan makna-makna tersebut, Alan P. Merriam mengemukakan bahwa musik juga mempengaruhi bahasa di mana keperluan musikal meminta perubahan dalam bentuk-bentuk percakapan yang normal. Ciri-ciri bahasa dalam lagu adalah jenis terjemahan yang istimewa yang mana kadang kala memerlukan pengetahuan bahasa yang istimewa pula (1964:188). Bagaimana kata dan nada ini tercipta, karena Taralamsyah Saragih melihat bagaimana perilaku dari masyarakat pada zaman itu.

Teks Inggou Parlajang diambil penulis untuk dianalisis. Berikut ini, penulis akan menjabarkan liriknya dan artinya dalam bahasa Indonesia. Artinya ini diterjemahkan oleh narasumber penulis yaitu Harris Hemdy Purba:

Tabel-1: Teks Inggou Parlajang

Teks Inggou Parlajang Terjemahan Inggou Parlajang Bait I: Tarsunggul au tanoh hatubuhan Teringat aku tanah kelahiranku

Simalungun na loppou jenges Simalungun yang cantik


(47)

Dolog riris marsikawahan barisan gunung yang saling melihat

Talun ni pe appar do songon hamparan tanah yang terbentang

Apei na bayu seperti tikar yang baru

Bait II: Nai do ho ma suan-suanan begitu juga tanam-tanaman

Tabun mombur bai passarian rindang dan subur dalam mata

pencaharian

Naso ra mahoyu yang tak mau layu

Reff: Andigan au mulak tu Simalungun Kapan aku pulang ke Simalungun

Manjalo tuah bolon, hidorat na rugun Menerima rejeki yang besar, dan sejahtera

Hadap marlajang pe au terus-terusan diperantauan pun aku

Ham do rupei na ottou kaulah yang membuat aku seperti ini

Mulak pe au pulanglah aku

O Simalungun ou oh Simalungun, tanah kelahiran

Bait III: Masa tene parana, anakboru,

nahinan

kebiasaan muda-mudi dulunya

Na maruppasa ge martalibun bersyair dan berpantun

Doding ni pe lappot malungun nyanyinya pun mendayu

Pataridah goluh ni adat, Perlihatkan adat istiadat

naso taruyun yang tidak tergoyahkan

Gual ni pe sirsir maringgou irama musiknya pun lengkap

cengkoknya


(48)

dulu

abak na sormou perilaku yang mengharumkan

3.2.1 Isi Teks

Apabila dianalisis, maka makna yang terkandung pada teks Inggou

Parlajang adalah sebagai berikut:

1. Menceritakan seorang perantau yang merindukan tanah kelahirannya yaitu Simalungun.

2. Seorang perantau yang rindu, yang mengingat serta menggambarkan Simalungun itu sebagai tempat yang indah yang memiliki keagungan 3. Menggambarkan Simalungun yang gunung-gunungnya berbaris dan saling

berjejer serta saling berhadapan.

4. Keindahan Simalungun yang memiliki hamparan tanah yang terbentang bak tikar yang baru, maksudnya adalah tanah Simalungun tersusun seperti anyaman tikar yang rapi dan indah.

5. Di Simalungun juga digambarkan oleh si Perantau terdapat tanam-tanaman yang subur yang seakan tak akan layu dan itu sebagai mata pencaharian yang baik yang dimiliki oleh masyarakat Simalungun.

6. Di dalam reff lagu, disampaikan perasaan dan angan-angan si perantau yang ingin pulang untuk merasakan kesejahteraan dan menerima rejeki yang besar.

7. Lalu didalam teks yang selanjutnya si perantau menyatakan bahwa bagaimana pun dia diperantauan namun tetap Simalungun yang


(49)

membuatnya menjadi seperti sekarang, ada perasaan si perantau ingin pulang walaupun hanya dalam angan-angan.

8. Di bait selanjutnya, si perantau mengingat kebiasaan yang ada di Simalungun yaitu kebiasaan muda-mudi Simalungun yang suka bersyair dan berpantun.

9. Kesenian yang terdapat di Simalungun digambarkan melalui doding-nya (nyanyian) yang lemah lembut dan mendayu serta melalui musiknya yang lengkap dengan cengkoknya, hal itu menggambarkan adat istiadat yang dimiliki oleh Simalungun tidak tergoyahkan.

10.Dan semua yang digambarkan si perantau tentang tanah kelahirannya itu adalah merupakan peninggalan zaman dulu oleh para leluhur yang menjadi ciri khas Simalungun, yang membawa perilaku yang membanggakan.

3.2.2 Inggou Parlajang sebagai nyanyian liris

Jenis-jenis nyanyian rakyat berdasarkan penggolongan yang dikemukakan Brunvand (dalam Danandjaja 1992 : 145-152) dalam buku Pluralitas Musik Etnik oleh Setia Dermawan Purba, maka dapat dibagi kedalam 9 bagian:

1. Nyanyian menidurkan anak (lullaby), yakni nyanyian yang mempunyai lagu dan irama yang halus dan tenang, berulang-ulang, ditambah dengan kata-kata kasih sayang sehingga dapat membangkitkan rasa sejahtera, rasa santai, dan akhir nya kantuk.

2. Nyanyian kerja (working song) yakni nyanyian yang mempunyai irama dan kata-kata yang berifat menggugah semangat, sehingga dapat menimbulkan rasa gairah untuk bekerja.


(50)

3. Nyanyian permainan (play song) yakni nyanyian yang mempunyai irama gembira serta dan selalu dikaitkan dengan permainan bermain.

4. Nyanyian liris sesungguhnya, yakni nyanyian-nyanyian yang liriknya mengungkapkan perasaan tanpa menceritakan suatu kisah yang bersambung (coherent).

5. Nyanyian rakyat yang bersifat kerohanian dan keagamaan lainnya, yakni nyanyian-nyanyian rakyat yang liriknya adalah mengenai cerita-cerita yang ada dalam kitab injil dan kitab suci lainnya, legenda keagamaan atau pelajaran-pelajaran keagamaan.

6. Nyanyian nasehat, yakni nyanyian rakyat yang liriknya memberi nasihat untuk kebaikan.

7. Nyanyian rakyat mengenai pacaran dan pernikahan. Contoh nyanyian ini di Simalungun adalah tangis-tangis boru laho, taur-taur simbadar, dll. 8. Nyanyian kanak-kanak. Contoh nyanyian ini di Simalungun adalah

marsiarangoi, marsap-sap sere, tapi garo-garo.

9. Nyanyian rakyat yang bersifat berkisah (narrative song), yakni cerita rakyat yang menceritakan suatu kisah. Contoh nyanyian di Simalungun adalah inggou turi-turian yang mengisahkan asal mula pengobatan dan lain-lain.

Dari penggolangan lagu rakyat di atas, lagu Inggou Parlajang termasuk pada poin ke tiga. Karena Inggou Parlajang termasuk jenis lagu rakyat nyanyian liris sesungguhnya, yakni nyanyian-nyanyian yang liriknya mengungkapkan perasaan tanpa menceritakan suatu kisah yang bersambung (coherent). Teks


(51)

Tabel-2: Teks Inggou Parlajang yang mengandung nyanyian liris

Andigan au mulak tu Simalungun kapan aku pulang ke Simalungun

Tabel-3: Teks Inggou Parlajang yang mengandung nyanyian liris

Manjalo tuah bolon, hidorat na rugun Menerima rejeki yang besar, dan sejahtera

Hadap marlajang pe au terus-terusan diperantauan pun aku

Ham do rupei na ottou kaulah yang membuat aku seperti ini

Mulak pe au pulanglah aku

O Simalungun ou oh Simalungun, tanah kelahiran

3.2.3 Gaya bahasa

Apabila dianalisis tekstual Inggou Parlajang, maka akan ditemukan gaya bahasa yang berbentuk majas personifikasi dan majas metafora yang terkandung didalamnya. Majas Personifikasi adalah majas yang memberikan sifat-sifat manusia pada benda mati, sedangkan majas metafora adalah pemakaian bahasa untuk membuat perbandingan antara apa yang di maksud dengan benda mati atau barang yang lain.

Berikut ini adalah contoh teks Inggou Parlajang yang mengandung majas personifikasi dan majas metafora, yaitu:


(52)

Simalungun na loppou jenges. Jenges berarti cantik, indah, rupawan dan

elok. Namun bukan ditujukan kepada manusia tetapi kepada sifat indahnya alam. Cantik dimaksud di sini adalah Simalungun itu sendiri.

Dolog riris marsikawahan. Marsikawahan artinya melihat atau saling

berhadapan, dalam teks Inggou Parlajang, Simalungun adalah tempat yang dikelilingi oleh gunung-gunung yang seakan-akan saling melihat. Antara lain, Gunung Sipiso-piso, Gunung Singgalang, Gunung Simarjarunjung dan Gunung Simbolon.

2. Majas metafora:

Simada tunggung. Tunggung berarti masyhur, agung, mulia. Namun bukan

ditujukan kepada manusia atau Tuhan, tetapi kepada sifat alamnya yang memiliki keagungan atau kemasyhuran.

Talun ni pe appar do songon apei na bayu, artinya adalah hamparan tanah

yang terbentang seperti tikar yang baru. Tikar yang baru maksudnya adalah tanah Simalungun yang cocok ditumbuhi tanaman jahe, jeruk, kopi, teh, sayur-sayuran, dan lain-lain. Beragam tanaman itulah yang menunjukkan hamparan tanah Simalungun terlihat seperti tikar yang baru.

Doding ni pe lappot malungun, pataridah goluh ni adat, naso taruyun

artinya adalah nyanyiannya pun mendayu, menggambarkan dari adat istiadat yang tidak tergoyahkan. Tidak tergoyahkan yang dimaksud oleh si perantau adalah adat istiadat Simalungun yang sudah memiliki ketetapan secara turun-temurun.


(53)

Abak na sormou artinya adalah perilaku yang mengharumkan.

Mengharumkan berarti membanggakan. Kebiasaan atau perilaku yang membanggakan yang dimaksud oleh si perantau dalam teks Inggou

Parlajang ini adalah kebiasaan-kebiasaan baik yang diturunkan leluhur

secara turun temurun dan menjadi sesuatu yang dipergunakan untuk hal yang baik pula. Contoh kebiasaan baik itu adalah bertutur kata lembut dan berperilaku baik.

3.2.4 Makna teks

Dalam menganalisis teks Inggou Parlajang, maka ditemukan makna teks yang tersirat didalamnya, yaitu:

Tabel-4: Makna Teks

Simada tunggung memiliki keagungan

Didalam teks Inggou Parlajang dikatakan bahwa Simalungun memiliki keagungan. Keagungan berarti mashyur, dengan kata lain Simalungun digambarkan sebagai tempat yang mashyur karena pemandangannya yang indah dan memiliki hasil kebun yang baik. Sehingga apapun kebutuhan selalu terpenuhi.

Tabel-5: Makna Teks

Bait II: Nai do ho ma suan-suanan begitu juga tanam-tanaman

Tabun mombur bai passarian rindang dan subur dalam mata


(54)

Naso ra mahoyu yang tak mau layu

Teks Inggou Parlajang di atas memiliki makna tersirat yaitu berdasarkan letak geografis Kabupaten Simalungun, yaitu 3o 18’ - 2o 36’ LU dan 98o 32’ – 99o 35’ BT. Wilayah ini memiliki suhu tertinggi pada bulan Maret dan Mei dengan suhu rata-rata mencapai 24,880C. Kelembaban udara rata-rata mencapai 84% dengan kelembaban tertinggi terjadi pada bulan Oktober 2013 yaitu 87% dengan penguapan rata-rata 0,0 MM/hari. Hal ini menunjukkan bahwa, tanah Simalungun sangat subur untuk bercocok tanam, seakan hasilnya tidak habis.

Komoditi unggulan Kabupaten Simalungun yaitu sektor Pertanian, Perkebunan dan Jasa. Sektor pertanian komoditi unggulannya adalah jagung, kedelai, ubi jalar dan ubi kayu. Sub sektor perkebunan komoditi yang diunggulkan berupa kopi, kakao, karet, lada, kelapa sawit, kelapa, aren, kayu manis, kemiri, pinang, vanili dan cengkeh.26

Ham do rupei na ottou

3.2.5 Pemilihan teks

Pada teks Inggou parlajang, terdapat teks yang memakai kata sapaan dalam bahasa Simalungun.

Contoh:

Tabel-6: Pemilihan teks

kaulah yang membuat aku seperti ini


(55)

Ham yang berarti kau atau engkau, dalam teks Inggou Parlajang digunakan

sebagai kata sapaan untuk Simalungun.

3.2.6 Kaitan teks dengan Melodi (silabik/melismatik)

Didalam buku Malm (1977:9) mengemukakan bahwa penyajian musik vokal terbagi menjadi dua jenis, yaitu :

1. Melismatik, merupakan suatu penyajian musik vokal yang menyanyikan satu suku kata dalam beberapa nada.

2. Silabis, merupakan suatau penyajian musik vokal yang menyanyikan satu suku kata dalam satu nada.

Teks Inggou Parlajang digolongkan sebagai teks yang bersifat silabik, karena penyajian vokalnya satu suku kata dalam satu nada.

Contoh: 1.

2.


(56)

4.

5.

6.

3.3.7 Penggunaan dan fungsi

Merriam (1964:210) membedakan penggunaan dan fungsi di dalam bukunya The Antropology of Music. Penggunaan menekankan kepada situasi bagaimana musik yang dipakai dalam kegiatan manusia. Sedangkan fungsi adalah alasan untuk apa pemakaian musik tersebut.27

Melihat pengertian diatas, penggunaan Inggou Parlajang pada masyarakat Simalungun dahulu adalah untuk menunjukkan rasa rindu kepada Simalungun yang dituangkan kedalam lagu. Sedangakan tujuan pelaksanaannya dapat dilihat dari beberapa fungsi yang dikemukakan oleh Merriam dalam sepuluh fungsi yang

27 Dikutip dari skripsi Berlianta G. Girsang “Ilah Pada Kebudayaan Etnis Simalungun di


(57)

beberapa diantaranya dianggap penting. Disini penulis akan membahas fungsi yang ada hubungannya dengan lagu Inggou Parlajang sebagai nyanyian tradisional Simalungun.

3.2.7.1Fungsi pengungkapan emosional

Musik dapat merupakan suatu isyarat yang berkaitan dengan pengungkapan emosional bagi seorang penyanyi maupun seorang pendengar (Merriam 1964:219, terjemahan Marc Periman hal:3).

Dari pengertian diatas dan berdasarkan asal-usul lagu Inggou Parlajang, maka dapat dikatakan bahwa Inggou Parlajang dapat dipergunakan sebagai salah satu sarana untuk mengungkapkan emosi dari seseorang yang merindukan Simalungun.

Tidak hanya seseorang yang menyanyikannya saja yang dapat merasakan, karena bagi seorang Taralamsyah yang menuliskan lagu Inggou Parlajang melalui curahan hati orang lain kepadanya, beliau dapat menempatkan posisinya menjadi seperti seseorang yang sedang merindukan Simalungun meskipun pada saat itu beliau tidak/belum sedang merantau.

Isi dari teks Inggou Parlajang dinyanyikan seseorang yang sangat merindukan tanah kelahirannya, mencurahkan perasaan yang membuatnya ingin pulang dan merasakan kenyamanan yang ada di kampungnya.

Contoh:

Tabel-7: Fungsi pengungkapan emosional

Bait I: Tarsunggul au tanoh hatubuhan Teringat aku tanah kelahiranku


(58)

Reff: Andigan au mulak tu Simalungun Kapan aku pulang ke Simalungun

Manjalo tuah bolon, hidorat na rugun Menerima rejeki yang besar, dan sejahtera

3.2.7.2 Fungsi hiburan

Musik berfungsi sebagai hiburan bagi orang yang melakuan maupun bagi yang mendengarkan musik. Vokal atau nyanyian Inggou Parlajang adalah salah satu nyanyian yang terdapat pada masyarakat Simalungun, yang berfungsi sebagai hiburan bagi masyarakat tersebut. Pada tahun 1950, lagu Inggou Parlajang dinyanyikan oleh Pasiman Saragih bersama orkes musik Simalungun yang dibentuk oleh Taralamsyah dan kawan-kawan yaitu Na laingan di bioskop Ria, Siantar. Menurut Pak Harris Purba yang terlibat dalam acara tersebut melihat bahwa masyarakat sangat senang dan terhibur mendengar lagu Inggou Parlajang yang dibawakan Na Laingan.

Meskipun pada masa sekarang sudah jarang didengar, namun pak Harris bisa sangat terharu serta rindu dan terhibur jika menyanyikan lagu Inggou

parlajang, melihat latar belakang Pak Harris Purba yang merupakan perantau


(59)

BAB IV

TRANSKRIPSI DAN ANALISIS MUSIKAL INGGOU PARLAJANG 4.1 Transkripsi

Menurut ilmu Etnomusikologi, transkripsi merupakan proses penulisan bunyi-bunyian sebagai hasil dari pengamatan dan pendengaran suatu musik ke dalam bentuk simbol-simbol yang disebut dengan notasi. Untuk melakukan transkripsi melodi Inggou Parlajang, penulis memilih notasi deskriptif yang dikemukakan oleh Charles Seeger. Notasi deskriptif adalah notasi yang ditujukan untuk menyampaikan kepada pembaca tentang ciri-ciri atau detail-detail komposisi musik yang belum diketahui oleh pembaca.

Dalam bab IV ini penulis akan menganalisis dan mentranskripsikan

Inggou Parlajang. Hasil transkripsi dan analisis dikerjakan menggunakan notasi

barat. Penulis membuat hasil transkripsi dari hasil penelitian dengan narasumber.

4.1.1 Simbol Dalam Notasi

Simbol-simbol yang digunakan dalam notasi transkripsi Inggou Parlajang merupakan simbol-simbol dalam notasi Barat. Berikut ini, beberapa simbol yang digunakan dalam hasil transkripsi Inggou Parlajang.

1. : Merupakan garis paranada yang memiliki lima buah garis dan empat spasi, dimana pada garis paranada kedua dari bawah merupakan nada G.


(60)

3. : Merupakan simbol satu buah not penuh bernilai empat ketuk.

4. : Merupakan simbol satu buah not ½ bernilai dua ketuk dan not ¼ bernilai satu ketuk.

5. : Merupakan satu buah not ¼ bernilai satu ketuk dengan simbol titik bernilai ½ ketuk dari not di depannya.

6. : Merupakan satu buah not 1/8 yang bernilai ½ ketuk.

7. : Merupakan dua buah not 1/8 yang bersambung ditandai dengan simbol legato di bawah not pertama.

8. : Merupakan satu buah not 1/16 yang bernilai ¼ ketuk.

9. : Merupakan simbol istirahat penuh yang bernilai empat ketuk.


(61)

11. : Merupakan simbol istirahat 1/4 yang bernilai satu ketuk.

12. : Merupakan simbol istirahat 1/8 yang bernilai ¼ .

13. : Merupakan satu buah not yang diberi tanda mol untuk menurunkan nilai notnya setengah laras.

14. : Merupakan satu buah not yang diberi tanda kres untuk menaikkan nilai notnya setengah laras.

15. : Merupakan satu buah not yang diberi tanda pugar untuk mengembalikan nilai not seperti semula setelah larasnya diturunkan maupun dinaikkan.

Simbol-simbol yang penulis jabarkan diatas, merupakan simbol-simbol yang tertulis atau terdapat dalam lampiran partitur agar pembaca dapat mengerti dan memahami artinya. Hal ini bertujuan untuk menjelaskan tentang hal-hal yang dimaksudkan dari notasi tersebut. Dari transkripsi yang diurai diatas, maka penyajian melodi yang akan penulis paparkan adalah dalam bentuk rekonstruksi oleh penyaji yaitu Bapak Harris Hemdy Purba.

Dalam mengerjakan transkripsi penulis mengacu pada notasi musik yang dinyatakan Seeger yaitu notasi preskriptif dan deskriptif. Notasi preskriptif adalah notasi yang dimaksudkan sebagai alat pembantu untuk penyaji supaya dapat menyajikan komposisi musik. Sedangkan notasi deskriptif adalah notasi yang dimaksudkan untuk menyampaikan kepada pembaca tentang ciri-ciri atau


(62)

detail-detail komposisi musik yang belum diketahui oleh pembaca. Berdasarkan penjelasan diatas, penulis akan menggunakan notasi preskriptif. hasilnya seperti dibawah ini:


(63)

INGGOU PARLAJANG Andante


(64)

Bait I: Tarsunggul au tanoh hatubuhan

Simalungun na loppou jenges simada tunggung

Dolog riris marsikawahan,Talun ni pe appar do songon apei na bayu

Nai do homa suan-suanan, Tabun mombur bai passarian na so mahoyu

Reff: Andigan au mulak tu Simalungun Manjalo tuah bolon, hidorat na rugun Hadap marlajang pe au

Ham do rupei na ottou Mulak pe au

O Simalungun ou

Bait II: Masa tene parana, anakboru nahinan Na maruppasa ge martalibun

Doding nip e lappot malungun

Pataridah goluhni adat, naso taruyun Gual nip e sirsir maringgou

Pataridah manoh nahinan, abak na sormou

Kembali ke reff:

4.2 Analisis Melodi Inggou Parlajang

Dalam menganalisis Inggou Parlajang, penulis berpedoman kepada teori yang dikemukakan oleh William P. Malm yang dikenal dengan teori weighted

scale. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mendeskripsikan melodi, yaitu:

1. Tangga nada (scale) 2. Nada dasar (pitch center) 3. Wilayah nada (range)


(65)

4. Jumlah nada (frequency of notes) 5. Jumlah interval (prevalent intervals) 6. Pola kadensa (cadence patterns) 7. Formula melodik (melody formula) 8. Kontur (contour)

(Malm dalam terjemahan Takari 1993: 13).

4.2.1 Tangga Nada (Scale)

Dalam melodi Inggou parlajang, nada-nada yang dipakai adalah Bb-C-D-Eb-F-G-A-Bb’. Maka tangga nada yang digunakan adalah tangga nada diatonic.

4.2.2 Nada dasar (pitch center)

Pada bar pertama dari lagu Inggou Parlajang ini, menggunakan nada minor dari tangga nada Bb. Namun jika dilihat dari nada keseluruhan melodi

Inggou Parlajang, maka nada dasar dari lagu tersebut adalah Bb karena seluruh

nada yang digunakan dalam melodi Inggou Parlajang merupakan nada-nada yang terdapat pada tangga nada Bb.

4.2.3 Wilayah nada (range)

Setelah dianalisis, maka wilayah nada yang terdapat pada melodi Inggou


(66)

8P

Jadi, wilayah nada Inggou Parlajang adalah: 8P (diatonic mayor)

4.2.4 Jumlah nada (frequency of notes)

Jumlah nada adalah banyaknya nada-nada yang dipakai secara keseluruhan dalam suatu musik baik musik instrumental atau vokal. Dalam melodi Inggou

Parlajang, penulis memperoleh:

Tabel-9: Jumlah pemakaian nada

NO. Nama Nada Jumlah Nada

1. Bb 6

2. C 35

3. D 43

4. Eb 2

5. F 10


(67)

7. A 25

8. B 1

Total 141

Gbr. Tabel Jumlah pemakaian nada

Jika dilihat dari tabel diatas, maka intensitas nada yang sering muncul dalam melodi Inggou Parlajang adalah nada D yaitu sebanyak 43 kali.

Jumlah nada dalam melodi Inggou Parlajang dalam bentuk garis paranada:

35 43 2 10 19 25 6 1

4.2.5 Jumlah interval (prevalent intervals)

Interval adalah jarak antara satu nada dengan nada yang lain yang terdiri dari interval naik maupun turun. Berikut adalah tabel interval:

Tabel-10: Jumlah Interval

NO. Nama Jenis Jumlah Nada Jarak Contoh


(68)

(murni)

2. Sekunda Mayor 2 1 C-D

3. Terts Mayor 3 2 C-E

4. Kwart Perfect (murni)

4 2 ½ C-F

5. Kwint Perfect (murni)

5 3 ½ C-G

6. Sekta Mayor 6 4 ½ C-A

7. Septime Mayor 7 5 ½ C-B

8. Oktaf Perfect (mayor)

8 6 C-C’

Gbr. Tabel interval

Di bawah ini merupakan tabel jumlah interval dalam melodi Inggou Parlajang:

Tabel-11: Jumlah interval Inggou Parlajang:

Nama Interval Posisi Jumlah

1P 51

2M 18

13


(69)

4.2.6 Pola kadensa (cadence patterns)

Kadensa adalah suatu rangkaian harmoni atau melodi yang menjadi penutup pada bagian akhir melodi atau di tengah kalimat, sehingga bisa menutup sempurna melodi tersebut atau setengah menutup (sementara) melodi tersebut dalam satu frasa. Kadens yang berakhir pada nada tonal (nada dasar) disebut kadens sempurna (lengkap), sedangkan yang berakhir pada nada lain (seperti nada dominan atau sub-dominan) disebut kadens gantung (tak sempurna)

Dalam Inggou Parlajang tidak terdapat kadensa sempurna, hanya terdapat satu jenis pola kadensa, yaitu kadensa tidak sempurna seperti contoh dibawah berikut ini.

Kadens tidak sempurna terletak pada akhir melodi, yaitu: 3

3m 10

11

3dim 3

3

4P 5

3

5 P -


(70)

4.2.7 Formula melodik (melody formula)

Formula melodik yang akan dibahas tulisan ini meliputi bentuk dan frasa. Bentuk adalah gabungan dari beberapa frasa yang terjalin menjadi satu pola melodi. Frasa adalah bagian-bagian kecil dari melodi. William P. Malm mengemukakan bahwa ada beberapa istilah dalam menganalisis bentuk, yaitu:

1. Repetitive adalah bentuk nyanyian dengan melodi pendek yang diulang-ulang.

2. Iterative adalah bentuk nyanyian yang memakai formula melodi yang kecil dengan kecenderungan pengulangan-pengulangan di dalam keseluruhan nyanyian.

3. Strophic adalah bentuk nyanyian yang diulang tetapi menggunakan teks nyanyian yang baru atau berbeda.

4. Reverting adalah bentuk yang apabila dalam nyanyian terjadi pengulangan pada frasa pertama setelah terjadi penyimpangan-penyimpangan melodi.

5. Progressive adalah bentuk nyanyian yang terus berubah dengan menggunakan materi melodi yang selalu baru.


(71)

Dengan apa yang sudah dikemukakan Malm, maka penulis menarik kesimpulan bahwa bentuk yang terdapat pada nyanyian Inggou Parlajang adalah bentuk nyanyian dengan kategori strophic. Inggou Parlajang terdiri dari 2 bentuk, yaitu bentuk A-B-A-B.

4.2.8 Kontur (contour)

Kontur adalah garis melodi dalam sebuah nyanyian. Malm membedakan kontur ke dalam beberapa jenis, sebagai berikut:

1. Ascending yaitu garis melodi yang bergerak dengan bentuk naik dari nada yang lebih rendah ke nada yang lebih tinggi.

2. Descending yaitu garis melodi yang bergerak dengan bentuk turun dari nada yang lebih tinggi ke nada yang lebih rendah.

3. Pendulous yaitu garis melodi yang bentuk gerakannya melengkung dari nada yang lebih tinggi ke nada yang lebih rendah, kemudian kembali lagi ke nada yang lebih tinggi atau sebaliknya.

4. Conjuct yaitu garis melodi yang sifatnya bergerak melangkah dari satu nada ke nada yang lain baik naik maupun turun.


(72)

5. Terraced yaitu garis melodi yang bergerak berjenjang baik dari nada yang lebih tinggi ke nada yang lebih rendah atau dimulai dari nada yang lebih rendah ke nada yang lebih tinggi.

6. Disjuct yaitu garis melodi yang bergerak melompat dari satu nada ke nada yang lainnya, dan biasanya intervalnya di atas sekonde baik mayor maupun minor.

7. Static yaitu garis melodi yang bentuknya tetap yang jaraknya mempunyai batas-batasan.

Garis kontur yang terdapat pada melodi Inggou Parlajang pada umumnya adalah

statis, pendulous dan conjuct. Untuk lebih jelasnya lihat gambar di bawah ini:

Kontur statis:

a.


(73)

c.

d.

e.

Kontur pendulous:

Kontur conjuct:


(74)

(75)

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

Etnik Simalungun memiliki banyak kebudayaan, yaitu terdiri dari seni vokal, tari-tarian, adat dan kebiasaan yang lainnya yang berbentuk budaya. Secara administratif Simalungun disebut dalam satu kabupaten Simalungun provinsi Sumatera Utara. Kesenian Simalungun berpengaruh kepada anak Raja Tuan Gomok yaitu Tuan Taralamsyah Saragih. Taralamsyah lahir dari keluarga Kerajaan Raya. Karena kecintaannya terhadap seni Simalungun begitu besar, banyak lagu Simalungun yang Ia buat sebut saja seperti Eta Mangalop Boru

Lawey, Inggou Parlajang.

Inggou Parlajang teksnya bercerita tentang isak tangis dan keluh kesah

seorang perantau yang melukiskan kesukacitaan dan kedukaannya serta kerinduannya akan kampung halaman. Inggou Parlajang juga merupakan salah satu karya komposer handal Simalungun yang terkenal di kalangan masyarakat Simalungun. Namun Inggou Parlajang sudah tidak begitu dikenal oleh para pemuda/pemudi sekarang. Disebabkan banyaknya musik modern sekarang yang berkembang cepat. Namun, menurut informan lagu ini masih dikenali oleh kalangan yang sudah tua.

Struktur melodi Inggou Parlajang terdiri dari 8 unsur, yaitu:

1. Tangga Nada : Diatonis Mayor 2. Nada dasar : Bb = Do


(76)

3. Wilayah nada : Bb-Bb’

4. Jumlah Nada : Bb=6, C=35, D=43, Eb=2, F=10, G=19, A=25, B=1 5. Interval nada :

1P= 51, 2M= 18 (naik) 13 (turun), 2m= 4 (naik) 3 (turun), 3m= 10 (naik) 11 (turun) 3dim= 3 (naik) 3 (turun), 4P= 5 (naik) 3 (turun), 5P= - (naik) 2 (turun).

6. Pola kadensa: terdapat satu jenis pola kadensa yang terdapat pada melodi Inggou Parlajang yaitu kadensa tidak sempurna.

7. Formula melodi: strophic atau bentuk nyanyian yang diulang tetapi menggunakan teks nyanyian yang baru atau berbeda, Inggou Parlajang memiliki bentuk A-B-A-B.

8. Kontur: static, pendulous dan conjuct.

Beberapa makna teks Inggou Parlajang adalah:

1. Menceritakan kerinduan seorang perantau terhadap Simalungun.

2. Si perantau merindukan keadaan Simalungun yang indah dan kebiasaan/kebudayaan Simalungun yaitu kebiasaan muda-mudi yang suka bersyair dan berpantun

3. Si perantau menggambarkan Simalungun sebagai tempat yang mashyur karena pemandangannya yang indah dan memiliki hasil kebun yang baik. Sehingga apapun kebutuhan selalu terpenuhi.

4. Di dalam reff lagu, disampaikan perasaan dan angan-angan si perantau yang ingin pulang untuk merasakan kesejahteraan dan menerima rejeki yang besar.


(1)

5. Dalam teks Inggou Parlajang, tersirat makna dari isi hati si perantau yang ingin sekali pulang ke Simalungun walau hanya dalam angan saja.

6. Dalam teks juga dijelaskan kebiasaan/kebudayaan Simalungun yang tidak tergoyahkan dan menjadi perilaku yang mengharumkan.

Dapat dikatakan bahwa Inggou Parlajang merupakan nyanyian yang mementingkan teks daripada melodi yang disebut dengan logogenic. Merupakan jenis nyayian liris pada jenis-jenis nyanyian rakyat dan terdapat dua majas didalamnya yaitu majas personifikasi dan majas metafora.

Dalam isi teks Inggou Parlajang terdapat makna teks yang memiliki makna tersirat, yaitu:

Contoh: Simada tunggung memiliki keagungan

Artinya: Simalungun digambarkan sebagai tempat yang mashyur karena pemandangannya yang indah dan memiliki hasil kebun yang baik. Sehingga apapun kebutuhan selalu terpenuhi.

Teks Inggou Parlajang digolongkan sebagai teks yang bersifat silabik, karena penyajian vokalnya satu suku kata dalam satu nada. Inggou Parlajang memiliki dua fungsi pengungkapan emosional dan fungsi hiburan.

5.2 Saran

Adapun saran penulis adalah sebagai berikut:

1. Dengan membaca skripsi ini, kita dapat menyadari pentingnya untuk menghargai seniman-seniman yang ada, baik seniman tradisi maupun nontradisi. Supaya tidak terjadi pengalaman seperti Taralamsyah Saragih


(2)

kepada seniman lainnya yang tidak dihargai oleh masyarakat Simalungun sendiri.

2. Dengan membaca skripsi ini, kita mengetahui kebudayaan sendiri. Dimulai dari diri sendiri, mencintai budaya dan tanah kelahiran darimana kita berasal.

3. Melestarikan kebudayaan yang ada, supaya jangan sampai hilang dan pudar. Karena kebudayaan adalah identitas dalam suatu masyarakat.


(3)

Daftar Pustaka

Alan P. Merriam (1964-223) Pluralitas (2004:143-144)

Bakar, Abdul Latiff Abu. 2006. Aplikasi Teori Semiotika dalam Seni Pertunjukan. Etnomusikologi (Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Seni),(53), 45-51.

Depdikbud, 2005.Kamusbesarbahasaindonesia.Jakarta balaipustaka.

Girsang, Berlianta G. “Ilah Pada Kebudayaan Etnis Simalungun di Desa Dolog Haluan Kecamatan Raya, Suatu Kajian Tekstual dan Musikologis”

Jansen, Arlin Dietrich. 2003 Gonrang Simalungun: Struktur dan Fungsinya dalam masyarakat Simalungun. Medan: Bina Media.

Koentjaraningrat. 1983. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia.

Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta

Malm. William P. 1993. Music Culture of the Pasific, the Near East, and Asia (terjemahan). Medan. Departemen Etnomusikologi Fakultas Sastra Universitas

Sumatera Utara (terjemahan Takari).

Mardalis. 2006. Metode Penelitian (Suatu Pendekatan Proposal). Jakarta: Bumi Aksara.

Nettl, Bruno.1964.Theory and Method of Ethnomusicology. New York: The Free Press.

Saragih, Simon. 2014. Taralamsyah, Jejak Sepi Seorang Komponis Legendaris. Medan: Bina Media Perintis.

Purba, Kezia. “Analisis musikal dan tekstual Marsialop Ari karya Taralamsyah Saragih” 2014


(4)

Sugiono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta


(5)

DAFTAR INFORMAN

1. Nama : Harris Hemdy Purba Umur : 65 Tahun

Alamat : Jl. Ngumban surbakti gang. Kamboja 20, No. 2 Pekerjaan : Pengajar Tari

2. Nama : Normasiah Saragih Umur : 54 Tahun

Alamat : Jl. Marindal I gang. Amarta No. 23 Pekerjaan : Guru

3. Nama : Drs. Setia Dermawan Purba, M.Si Umur :

Alamat : Lubuk Pakam Pekerjaan : Dosen


(6)