Hubungan Pengetahuan dan Sikap terhadap Rokok dengan Kebiasaan Merokok Penghuni Rumah Susun di Kecamatan Sei Tualang Raso Kota Tanjungbalai Tahun 2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perilaku merokok merup akan p erilaku y ang dap at membahay akan kesehatan namun
dap at dicegah. Hal ini diseb abkan konsumsi rokok dan pap aran terhadap asap rokok berdampak
serius terhadap kesehatan. Damp akny a antara lain b erup a kanker p aru, k anker mulut, p eny akit
jantung, p eny akit saluran p ernap asan kronik, dan kelainan kehamilan. Hasil p enelitian terbaru
membuktikan b ahwa merokok merup akan faktor risiko utama kanker y ang meny ebabkan
terjadiny a lebih dari 20% kematian ak ibat kanker di dun ia dan sekitar 70% k ematian akib at
kanker p aru di seluruh dunia (Kemenkes RI, 2015).
Pemban gunan kesehatan mulai men ghadap i p ola p eny akit baru, y aitu meningkatny a
kasus p eny akit tidak menular y ang dip icu berubahny a gay a hidup masyarakat sep erti pola makan
rendah serat dan tinggi lemak serta konsumsi garam dan gu la b erlebih, kuran g aktifitas fisik
(olah raga) dan konsumsi rokok yang p revalensiny a terus menin gkat (Dep kes RI, 2011). Asap
rokok mengandun g 4000 bahan kimia dan berhubun gan den gan terjad iny a 25 p eny akit di tubuh
manusia. Analisa mendalam tentang asp ek sosio ekonomi dari bahay a merokok telah dilakukan,
dimana d amp ak kesehatan di masy arakat terbukti lebih buruk. Karena itu, dip erlukan
kemamp uan advokasi dan mobilisasi sosial serta komunikasi risiko dalam menjalank an kegiatan
p enanggulangan masalah merokok di Indonesia (Dep kes RI, 2012).
WHO memp erkirakan terdap at 1,25 miliar p enduduk dunia adalah p erokok dan dua
p ertigany a terdap at di negara-negara maju, den gan sekuran g-kuran gnya 1 d ari 4 orang dewasa
adalah p erokok. Prevalensi p erokok secara berturut di Amerika Serikat dan In ggris p ada laki-laki
adalah 25% dan 27% dan p ada wanita adalah 21% dan 25%. Di beberap a negara Erop a
Universitas Sumatera Utara
didap atkan data p revalensi merokok di Jerman 38%, Prancis 30%, Italia 29%, Swed ia 18% dan
di negara b erkemb an g didap atkan p revalensi y ang lebih tin ggi (Darmawati, 2010).
Tingkat konsumsi rokok di Indonesia relatif tin ggi dib andin gkan den gan Negara-negara
di Asia Tenggara. Berdasark an hasil survei WHO, Indonesia menemp ati urutan p ertama di Asia
Tenggara d alam hal tin gkat p revalensi p erokok dewasa per hari (WHO, 2011).
Pola p erilaku konsumsi rokok y ang cenderun g tinggi tersebut juga tercermin dalam pola
p engeluaran masy arakat Indonesia. Secara nasional, p engeluaran konsumsi dalam sebulan untuk
kelomp ok baran g tembakau dan sirih menemp ati urutan ketiga setelah makanan dan minu man
jadi serta padi-p adian. Secara konsisten, p engeluaran rumah tangga untuk kelompok barang
tembakau dan sirih menemp ati urutan terbesar ketiga mulai dari tahun 2008 samp ai dengan 2010.
Berdasarkan d ata tersebut terlihat bahwa p erilaku konsumsi masy arakat secara umum terhadap
tembakau dan sirih telah men ggeser kebutuhan makanan b ergizi seperti ikan, say ur-say uran,
telur, susu, dagin g dan bu ah-buahan
(BP S, 2011).
Rata-rata umur mulai merokok secara nasional adalah 17,6 tahun den gan p ersentase
p enduduk yang mulai merokok setiap hari terbany ak p ada umur 15-19 tahun dimana yang
tertinggi diju mp ai di Provinsi Kepulauan Ban gka B elitun g (52,1%), disusul oleh R iau (51,3%),
Sumatera Selatan (50,4%), Nusa Tenggara Barat (49,9%) dan Lamp ung (49,5%). Perokok y ang
terbany ak mulai merokok 15-19 tahun cenderun g menurun den gan menin gkatny a umur,
demikian juga p ada anak umur 5-9 tahun. M ereka y ang mu lai merokok baik p ada umur 15-19
tahun maupun p ada umur 5-9 tahun lebih tinggi p ada laki-laki d arip ada p eremp uan, berstatus
kawin dan tinggal di p erkotaan. Menurut p endidikan, perokok y ang mulai merokok pada 15-19
tahun cenderung bany ak pada p endidikan tinggi sedan gkan y ang mu lai merokok p ada umur 5-9
tahun p ada p endidikan rendah. Menurut pekerjaan, p erokok y ang mulai merokok p ada umur 15-
Universitas Sumatera Utara
19 tahun maup un 5-9 tahun, p aling bany ak p ada anak sekolah dan cenderun g menin gkat den gan
menin gkatny a status ekonomi (Riskesdas 2010).
Berdasarkan d ata Riskesdas (2013) rata-rata b atang rokok y ang d ihisap p erhari p enduduk
umur >10 tahun di Indonesia adalah 12,3 batan g (setara satu bungkus). Jumlah rata-rata batan g
rokok terbany ak yang dihisap ditemukan di Bangka Belitung (18 b atang). Prop orsi terbany ak
p erokok aktif setiap hari p ada umur 30-34 tahun sebesar 33,4%, p ada laki-laki lebih b anyak
dibandin gkan p erokok peremp uan (47,5% bandin g 1,1%). Berdasark an jen is p ekerjaan,
p etani/nelayan/buruh adalah p erokok aktif setiap hari y ang memp uny ai p rop orsi terbesar (44,5%)
dibandin gkan k elomp ok p ekerjaan lainny a.
Proporsi p enduduk umur >15 tahun y ang merokok dan men guny ah tembakau cenderun g
menin gkat dalam Riskesdas 2007 (34,2%), Riskesdas 2010 (34,7%), dan Riskesdas 2013
(36,3%). Prop orsi tertinggi p ada tahun 2013 adalah Nusa Tenggara Timur (55,6%).
Dibandin gkan den gan p enelitian global adu lts tobacco survey (GATS) p ada p enduduk kelompok
umur >15 tahun, prop orsi p erokok laki-laki 67,0% dan p ada Riskesdas 2013 seb esar 64,9%,
sedangk an pada p eremp uan menurut GATS adalah 2,7% d an 2,1% (Riskesdas, 2013).
Dapat dilihat dari data Riskesdas 2013 bahwa perokok saat in i terbany ak di Kep ulauan
Riau den gan p erokok setiap hari 27,2% dan kadang-kadan g merokok 3,5% dan konsumsi rokok
terbany ak di Indonesia berada di Provinsi Ban gka Belitung y ang sekaran g jumlahny a mencap ai
18,3 atau 19 batang p erhari (Riskesdas, 2013). Perokok terbany ak p ada kelomp ok umur 30-34
tahun (Riskesdas, 2013).
Hasil p enelitian y ang dilakukan Hestiana (2014) menunjukkan bahwa ditemukan sebesar
75,7% keluarga y ang merokok di ru mah susun Karan gtoto di Kota Semaran g, n amun h asil u ji
statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubun gan merokok den gan kejad ian ISPA (p =0,222).
Universitas Sumatera Utara
Penelitian lain y ang dilakukan oleh Anita (2011) menun jukkan b ahwa sebesar 64,7% kepala
keluarga y ang memilik i kebiasaan merokok di dalam ru mah memiliki b alita y an g menderita
ISPA dan terdap at p erbedaan y ang bermakna antara k ejad ian ISPA balita p ada kep ala kelu arga
y ang merokok d i dalam ru mah d engan y ang merokok d i lu ar rumah dengan n ilai p -value = 0,041
(OR=5,958) y ang berarti bahwa kep ala keluarga y ang merokok di dalam rumah memiliki
kemun gkinan sebesar 5,958 kali memiliki balita y ang menderita ISPA dibandin gkan den gan
kep ala keluarga y ang merokok di lu ar rumah.
Perilaku merokok dalam rumah ketika bersama an ggota rumah tangga lain, cenderun g
menin gkat den gan semakin men ingkatnya umur. Prevalensi p erokok dalam rumah lebih banyak
p ada laki-laki, berstatus kawin, tinggal di p erdesaan, dengan p endidikan rend ah y aitu tidak tamat
dan tamat SD. M enurut pekerjaan, p revalensi perokok dalam rumah ketika bersama an ggota
keluarga lebih banyak y ang bekerja sebagai p etani/nelay an/buruh diikuti wiraswasta dan yang
tidak bekerja, d an cend erung men in gkat den gan menin gkatny a status ekonomi. Perilaku merokok
jelas bukan merup akan p erilaku sehat (Riskesdas 2010).
Hasil p enelitian Gautami (2013) men gatakan bahwa p revalensi p eny akit resp irasi di
rumah susun di Jakarta adalah ISPA 32,9%, TB p aru 7,6%, PPOK 1,8%, asma 1,0%, infeksi
fungal 0,8%, batuk kronis 0,6% dan p neumonia 0,2%. Pencahay aan, suhu udara dan k ep adatan
hunian belum memenuhi sy arat. Faktor lingkun gan rumah susun menunjukkan hubun gan
dengan p revalensi peny akit resp irasi kronis y aitu ventilasi dan pencah ay aan dalam rumah susun.
Dari p enelitian tersebut didap atkan bahwa tidak adanya hubungan bermakna antara variab el
kep adatan hunian den gan p revalensi p eny akit respirasi kronis pada penelitian tersebut
disebabkan sebagian besar resp onden tinggal d i rumah den gan ukuran y ang tidak jauh berb eda
dan sebagian b esar memiliki kep adatan hunian yan g tidak memenuhi sy arat. Penelitian tersebut
Universitas Sumatera Utara
menilai p revalensi p eny akit resp irasi kronis p ada anggota keluarga resp onden, akan tetap i tidak
menilai p enularan antara an ggota keluarga d alam hunian y an g sama. Kep adatan hunian yang
tidak memenuhi syarat akan menin gkatkan k emun gkinan p enularan antara an ggota p en ghuni
rumah, namun tidak b erkaitan dengan p enularan antar hunian y ang satu den gan hunian y ang lain.
Orangtua yang merokok d i dalam rumah dapat membah ayakan kesehatan an ggota
keluargany a. Rokok merup akan sumber p artikulat di dalam rumah. Asap rokok banyak
mengandung b ahan k imia beracun d an b ahan-bahan y ang menyebabkan karsino gen. Bahan yang
berbahay a tersebut tidak hany a berbahaya bagi perokok tetap i juga bagi orang-oran g y ang ada
disekitarny a. Bahkan sebagian b esar an ggota keluarga menjadi p erokok p asif den gan tingk at
risiko menderita kanker paru dan jantung lebih tinggi did andin gkan den gan p erokok aktif
(Sujudi, 2004).
Sumatera Utara men emp ati p eringkat ke-15 p erokok terbanyak di Indon esia d en gan
p roporsi p erokok setiap hari 24,2% dan p erokok kadang-k adan g 4,2% (Riskesdas, 2013).
Lap oran hasil Riskesdas 2007 menunjukkan b ahwa persentase p erokok terbany ak berada di
Kabup aten Karo dengan p erokok setiap hari sebany ak 40,6% dan p erokok kadang-kadan g 3,8%.
Kota Tanjungbalai menemp ati urutan ke-9 p erokok terbany ak di Sumatera Utara dengan
jumlah p erokok laki-lak i di Kota Tanjungb alai mencap ai 59,5% dan p eremp uan men cap ai 1,8%,
sedangk an rata-rata ju mlah batan g rokok yan g dihisap laki-lak i sebesar 14,29 atau 15 batang dan
y ang dihisap p eremp uan sebesar 1,8 atau 2 batang (Riskesdas, 2007).
Selanjutny a menurut data Puskesmas Sei Tualan g Raso, did ap atkan hasil survey bahwa 3
p enyakit tertinggi yang berhubun gan den gan rokok adalah ISPA, hip ertensi dan bronkitis (Profil
Puskesmas, 2014). Kota Tanjungbalai memiliki ban gunan rumah susun y ang letaknya jauh dari
rumah p enduduk dan fasilitas p elay anan kesehatan. Berdasarkan hasil survei awal menun jukkan
Universitas Sumatera Utara
bahwa p enghuni rumah susun di Kecamatan Sei Tualan g R aso Kota Tanjungbalai 7 dari 10
p enghuni rumah susun merokok di dalam rumah meskipun luas lantai rumah hany a berukuran 4
x 4,5m y ang dihuni oleh satu kep ala keluarga den gan rata-rata an ggota keluarga berju mlah 4
orang. Hasil y ang didap atkan bahwa p enghuni rumah susun tersebut adalah p erokok berat karena
mereka dapat men ghab iskan kuran g lebih 1 bungkus rokok p er hari. Hal ini didukun g d en gan
p erny ataan (Smet dalam Nasution 2007) bahwa seseorang y an g dikategorikan p erokok berat
adalah men gkonsumsi rokok sebany ak 14-15 batan g rokok p er hari.
Berdasarkan survey awal penelitian, p eneliti menemukan bahwa terdapat status p eny akit
saluran p ernafasan y ang berhubungan dengan rokok p ada p enghuni rumah susun sep erti : batuk
y ang berkepanjan gan d isertai dahak dan merasa sesak. Dari hasil p en gamatan saat survey awal
p eneliti melihat 2 dari 10 p enghuni ru mah susun merokok sambil menggendon g balita. Hal ini
dap at dikatakan bahwa balita mereka adalah termasuk perokok p asif. Didukung oleh perny ataan
(Perdana, 2015) bahwa p erokok pasif adalah seseoran g y ang men gh irup asap rokok dari oran g
y ang merokok maup un y ang lan gsun g berasal dari sisa p embakaran rokok. Perokok p asif y ang
diketahui lebih berbahay a darip ada p erokok aktif, karena asap sisa y ang d ihembuskan p erokok
aktif mengandun g 75% zat berbahay a yang ada p ada rokok, sementara p erokok sendiri hany a
menghirup 25% dari kandun gan rokok karen a men ghisap hasil p embakaran p er batan g lewat
filter di ujung hisap . Artiny a p erokok p asif menghirup zat berbahay a 3 kali lebih bany ak dari
p erokok aktif.
Jika dilihat dari kondisi rumah susun y ang berukuran 4 x4,5m den gan ruan g gerak y ang
terbatas dan lokasi rumah susun y ang satu dengan y an g lainny a saling b erdekatan dap at
memberikan p engaruh besar d ari p erokok aktif ke oran g-oran g sekitar. Hal ini ju ga berdampak
lan gsung kep ada anggota kelu argany a sendiri karena p erokok aktif men ghembuskan asap rokok
Universitas Sumatera Utara
lan gsung ked alam rumah den gan ventilasi y ang tidak memenuhi sy arat rumah sehat yaitu
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perilaku merokok merup akan p erilaku y ang dap at membahay akan kesehatan namun
dap at dicegah. Hal ini diseb abkan konsumsi rokok dan pap aran terhadap asap rokok berdampak
serius terhadap kesehatan. Damp akny a antara lain b erup a kanker p aru, k anker mulut, p eny akit
jantung, p eny akit saluran p ernap asan kronik, dan kelainan kehamilan. Hasil p enelitian terbaru
membuktikan b ahwa merokok merup akan faktor risiko utama kanker y ang meny ebabkan
terjadiny a lebih dari 20% kematian ak ibat kanker di dun ia dan sekitar 70% k ematian akib at
kanker p aru di seluruh dunia (Kemenkes RI, 2015).
Pemban gunan kesehatan mulai men ghadap i p ola p eny akit baru, y aitu meningkatny a
kasus p eny akit tidak menular y ang dip icu berubahny a gay a hidup masyarakat sep erti pola makan
rendah serat dan tinggi lemak serta konsumsi garam dan gu la b erlebih, kuran g aktifitas fisik
(olah raga) dan konsumsi rokok yang p revalensiny a terus menin gkat (Dep kes RI, 2011). Asap
rokok mengandun g 4000 bahan kimia dan berhubun gan den gan terjad iny a 25 p eny akit di tubuh
manusia. Analisa mendalam tentang asp ek sosio ekonomi dari bahay a merokok telah dilakukan,
dimana d amp ak kesehatan di masy arakat terbukti lebih buruk. Karena itu, dip erlukan
kemamp uan advokasi dan mobilisasi sosial serta komunikasi risiko dalam menjalank an kegiatan
p enanggulangan masalah merokok di Indonesia (Dep kes RI, 2012).
WHO memp erkirakan terdap at 1,25 miliar p enduduk dunia adalah p erokok dan dua
p ertigany a terdap at di negara-negara maju, den gan sekuran g-kuran gnya 1 d ari 4 orang dewasa
adalah p erokok. Prevalensi p erokok secara berturut di Amerika Serikat dan In ggris p ada laki-laki
adalah 25% dan 27% dan p ada wanita adalah 21% dan 25%. Di beberap a negara Erop a
Universitas Sumatera Utara
didap atkan data p revalensi merokok di Jerman 38%, Prancis 30%, Italia 29%, Swed ia 18% dan
di negara b erkemb an g didap atkan p revalensi y ang lebih tin ggi (Darmawati, 2010).
Tingkat konsumsi rokok di Indonesia relatif tin ggi dib andin gkan den gan Negara-negara
di Asia Tenggara. Berdasark an hasil survei WHO, Indonesia menemp ati urutan p ertama di Asia
Tenggara d alam hal tin gkat p revalensi p erokok dewasa per hari (WHO, 2011).
Pola p erilaku konsumsi rokok y ang cenderun g tinggi tersebut juga tercermin dalam pola
p engeluaran masy arakat Indonesia. Secara nasional, p engeluaran konsumsi dalam sebulan untuk
kelomp ok baran g tembakau dan sirih menemp ati urutan ketiga setelah makanan dan minu man
jadi serta padi-p adian. Secara konsisten, p engeluaran rumah tangga untuk kelompok barang
tembakau dan sirih menemp ati urutan terbesar ketiga mulai dari tahun 2008 samp ai dengan 2010.
Berdasarkan d ata tersebut terlihat bahwa p erilaku konsumsi masy arakat secara umum terhadap
tembakau dan sirih telah men ggeser kebutuhan makanan b ergizi seperti ikan, say ur-say uran,
telur, susu, dagin g dan bu ah-buahan
(BP S, 2011).
Rata-rata umur mulai merokok secara nasional adalah 17,6 tahun den gan p ersentase
p enduduk yang mulai merokok setiap hari terbany ak p ada umur 15-19 tahun dimana yang
tertinggi diju mp ai di Provinsi Kepulauan Ban gka B elitun g (52,1%), disusul oleh R iau (51,3%),
Sumatera Selatan (50,4%), Nusa Tenggara Barat (49,9%) dan Lamp ung (49,5%). Perokok y ang
terbany ak mulai merokok 15-19 tahun cenderun g menurun den gan menin gkatny a umur,
demikian juga p ada anak umur 5-9 tahun. M ereka y ang mu lai merokok baik p ada umur 15-19
tahun maupun p ada umur 5-9 tahun lebih tinggi p ada laki-laki d arip ada p eremp uan, berstatus
kawin dan tinggal di p erkotaan. Menurut p endidikan, perokok y ang mulai merokok pada 15-19
tahun cenderung bany ak pada p endidikan tinggi sedan gkan y ang mu lai merokok p ada umur 5-9
tahun p ada p endidikan rendah. Menurut pekerjaan, p erokok y ang mulai merokok p ada umur 15-
Universitas Sumatera Utara
19 tahun maup un 5-9 tahun, p aling bany ak p ada anak sekolah dan cenderun g menin gkat den gan
menin gkatny a status ekonomi (Riskesdas 2010).
Berdasarkan d ata Riskesdas (2013) rata-rata b atang rokok y ang d ihisap p erhari p enduduk
umur >10 tahun di Indonesia adalah 12,3 batan g (setara satu bungkus). Jumlah rata-rata batan g
rokok terbany ak yang dihisap ditemukan di Bangka Belitung (18 b atang). Prop orsi terbany ak
p erokok aktif setiap hari p ada umur 30-34 tahun sebesar 33,4%, p ada laki-laki lebih b anyak
dibandin gkan p erokok peremp uan (47,5% bandin g 1,1%). Berdasark an jen is p ekerjaan,
p etani/nelayan/buruh adalah p erokok aktif setiap hari y ang memp uny ai p rop orsi terbesar (44,5%)
dibandin gkan k elomp ok p ekerjaan lainny a.
Proporsi p enduduk umur >15 tahun y ang merokok dan men guny ah tembakau cenderun g
menin gkat dalam Riskesdas 2007 (34,2%), Riskesdas 2010 (34,7%), dan Riskesdas 2013
(36,3%). Prop orsi tertinggi p ada tahun 2013 adalah Nusa Tenggara Timur (55,6%).
Dibandin gkan den gan p enelitian global adu lts tobacco survey (GATS) p ada p enduduk kelompok
umur >15 tahun, prop orsi p erokok laki-laki 67,0% dan p ada Riskesdas 2013 seb esar 64,9%,
sedangk an pada p eremp uan menurut GATS adalah 2,7% d an 2,1% (Riskesdas, 2013).
Dapat dilihat dari data Riskesdas 2013 bahwa perokok saat in i terbany ak di Kep ulauan
Riau den gan p erokok setiap hari 27,2% dan kadang-kadan g merokok 3,5% dan konsumsi rokok
terbany ak di Indonesia berada di Provinsi Ban gka Belitung y ang sekaran g jumlahny a mencap ai
18,3 atau 19 batang p erhari (Riskesdas, 2013). Perokok terbany ak p ada kelomp ok umur 30-34
tahun (Riskesdas, 2013).
Hasil p enelitian y ang dilakukan Hestiana (2014) menunjukkan bahwa ditemukan sebesar
75,7% keluarga y ang merokok di ru mah susun Karan gtoto di Kota Semaran g, n amun h asil u ji
statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubun gan merokok den gan kejad ian ISPA (p =0,222).
Universitas Sumatera Utara
Penelitian lain y ang dilakukan oleh Anita (2011) menun jukkan b ahwa sebesar 64,7% kepala
keluarga y ang memilik i kebiasaan merokok di dalam ru mah memiliki b alita y an g menderita
ISPA dan terdap at p erbedaan y ang bermakna antara k ejad ian ISPA balita p ada kep ala kelu arga
y ang merokok d i dalam ru mah d engan y ang merokok d i lu ar rumah dengan n ilai p -value = 0,041
(OR=5,958) y ang berarti bahwa kep ala keluarga y ang merokok di dalam rumah memiliki
kemun gkinan sebesar 5,958 kali memiliki balita y ang menderita ISPA dibandin gkan den gan
kep ala keluarga y ang merokok di lu ar rumah.
Perilaku merokok dalam rumah ketika bersama an ggota rumah tangga lain, cenderun g
menin gkat den gan semakin men ingkatnya umur. Prevalensi p erokok dalam rumah lebih banyak
p ada laki-laki, berstatus kawin, tinggal di p erdesaan, dengan p endidikan rend ah y aitu tidak tamat
dan tamat SD. M enurut pekerjaan, p revalensi perokok dalam rumah ketika bersama an ggota
keluarga lebih banyak y ang bekerja sebagai p etani/nelay an/buruh diikuti wiraswasta dan yang
tidak bekerja, d an cend erung men in gkat den gan menin gkatny a status ekonomi. Perilaku merokok
jelas bukan merup akan p erilaku sehat (Riskesdas 2010).
Hasil p enelitian Gautami (2013) men gatakan bahwa p revalensi p eny akit resp irasi di
rumah susun di Jakarta adalah ISPA 32,9%, TB p aru 7,6%, PPOK 1,8%, asma 1,0%, infeksi
fungal 0,8%, batuk kronis 0,6% dan p neumonia 0,2%. Pencahay aan, suhu udara dan k ep adatan
hunian belum memenuhi sy arat. Faktor lingkun gan rumah susun menunjukkan hubun gan
dengan p revalensi peny akit resp irasi kronis y aitu ventilasi dan pencah ay aan dalam rumah susun.
Dari p enelitian tersebut didap atkan bahwa tidak adanya hubungan bermakna antara variab el
kep adatan hunian den gan p revalensi p eny akit respirasi kronis pada penelitian tersebut
disebabkan sebagian besar resp onden tinggal d i rumah den gan ukuran y ang tidak jauh berb eda
dan sebagian b esar memiliki kep adatan hunian yan g tidak memenuhi sy arat. Penelitian tersebut
Universitas Sumatera Utara
menilai p revalensi p eny akit resp irasi kronis p ada anggota keluarga resp onden, akan tetap i tidak
menilai p enularan antara an ggota keluarga d alam hunian y an g sama. Kep adatan hunian yang
tidak memenuhi syarat akan menin gkatkan k emun gkinan p enularan antara an ggota p en ghuni
rumah, namun tidak b erkaitan dengan p enularan antar hunian y ang satu den gan hunian y ang lain.
Orangtua yang merokok d i dalam rumah dapat membah ayakan kesehatan an ggota
keluargany a. Rokok merup akan sumber p artikulat di dalam rumah. Asap rokok banyak
mengandung b ahan k imia beracun d an b ahan-bahan y ang menyebabkan karsino gen. Bahan yang
berbahay a tersebut tidak hany a berbahaya bagi perokok tetap i juga bagi orang-oran g y ang ada
disekitarny a. Bahkan sebagian b esar an ggota keluarga menjadi p erokok p asif den gan tingk at
risiko menderita kanker paru dan jantung lebih tinggi did andin gkan den gan p erokok aktif
(Sujudi, 2004).
Sumatera Utara men emp ati p eringkat ke-15 p erokok terbanyak di Indon esia d en gan
p roporsi p erokok setiap hari 24,2% dan p erokok kadang-k adan g 4,2% (Riskesdas, 2013).
Lap oran hasil Riskesdas 2007 menunjukkan b ahwa persentase p erokok terbany ak berada di
Kabup aten Karo dengan p erokok setiap hari sebany ak 40,6% dan p erokok kadang-kadan g 3,8%.
Kota Tanjungbalai menemp ati urutan ke-9 p erokok terbany ak di Sumatera Utara dengan
jumlah p erokok laki-lak i di Kota Tanjungb alai mencap ai 59,5% dan p eremp uan men cap ai 1,8%,
sedangk an rata-rata ju mlah batan g rokok yan g dihisap laki-lak i sebesar 14,29 atau 15 batang dan
y ang dihisap p eremp uan sebesar 1,8 atau 2 batang (Riskesdas, 2007).
Selanjutny a menurut data Puskesmas Sei Tualan g Raso, did ap atkan hasil survey bahwa 3
p enyakit tertinggi yang berhubun gan den gan rokok adalah ISPA, hip ertensi dan bronkitis (Profil
Puskesmas, 2014). Kota Tanjungbalai memiliki ban gunan rumah susun y ang letaknya jauh dari
rumah p enduduk dan fasilitas p elay anan kesehatan. Berdasarkan hasil survei awal menun jukkan
Universitas Sumatera Utara
bahwa p enghuni rumah susun di Kecamatan Sei Tualan g R aso Kota Tanjungbalai 7 dari 10
p enghuni rumah susun merokok di dalam rumah meskipun luas lantai rumah hany a berukuran 4
x 4,5m y ang dihuni oleh satu kep ala keluarga den gan rata-rata an ggota keluarga berju mlah 4
orang. Hasil y ang didap atkan bahwa p enghuni rumah susun tersebut adalah p erokok berat karena
mereka dapat men ghab iskan kuran g lebih 1 bungkus rokok p er hari. Hal ini didukun g d en gan
p erny ataan (Smet dalam Nasution 2007) bahwa seseorang y an g dikategorikan p erokok berat
adalah men gkonsumsi rokok sebany ak 14-15 batan g rokok p er hari.
Berdasarkan survey awal penelitian, p eneliti menemukan bahwa terdapat status p eny akit
saluran p ernafasan y ang berhubungan dengan rokok p ada p enghuni rumah susun sep erti : batuk
y ang berkepanjan gan d isertai dahak dan merasa sesak. Dari hasil p en gamatan saat survey awal
p eneliti melihat 2 dari 10 p enghuni ru mah susun merokok sambil menggendon g balita. Hal ini
dap at dikatakan bahwa balita mereka adalah termasuk perokok p asif. Didukung oleh perny ataan
(Perdana, 2015) bahwa p erokok pasif adalah seseoran g y ang men gh irup asap rokok dari oran g
y ang merokok maup un y ang lan gsun g berasal dari sisa p embakaran rokok. Perokok p asif y ang
diketahui lebih berbahay a darip ada p erokok aktif, karena asap sisa y ang d ihembuskan p erokok
aktif mengandun g 75% zat berbahay a yang ada p ada rokok, sementara p erokok sendiri hany a
menghirup 25% dari kandun gan rokok karen a men ghisap hasil p embakaran p er batan g lewat
filter di ujung hisap . Artiny a p erokok p asif menghirup zat berbahay a 3 kali lebih bany ak dari
p erokok aktif.
Jika dilihat dari kondisi rumah susun y ang berukuran 4 x4,5m den gan ruan g gerak y ang
terbatas dan lokasi rumah susun y ang satu dengan y an g lainny a saling b erdekatan dap at
memberikan p engaruh besar d ari p erokok aktif ke oran g-oran g sekitar. Hal ini ju ga berdampak
lan gsung kep ada anggota kelu argany a sendiri karena p erokok aktif men ghembuskan asap rokok
Universitas Sumatera Utara
lan gsung ked alam rumah den gan ventilasi y ang tidak memenuhi sy arat rumah sehat yaitu