Hubungan Pengetahuan dan Sikap terhadap Rokok dengan Kebiasaan Merokok Penghuni Rumah Susun di Kecamatan Sei Tualang Raso Kota Tanjungbalai Tahun 2015

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perilaku merokok merup akan p erilaku y ang dap at membahay akan kesehatan namun
dap at dicegah. Hal ini diseb abkan konsumsi rokok dan pap aran terhadap asap rokok berdampak
serius terhadap kesehatan. Damp akny a antara lain b erup a kanker p aru, k anker mulut, p eny akit
jantung, p eny akit saluran p ernap asan kronik, dan kelainan kehamilan. Hasil p enelitian terbaru
membuktikan b ahwa merokok merup akan faktor risiko utama kanker y ang meny ebabkan
terjadiny a lebih dari 20% kematian ak ibat kanker di dun ia dan sekitar 70% k ematian akib at
kanker p aru di seluruh dunia (Kemenkes RI, 2015).
Pemban gunan kesehatan mulai men ghadap i p ola p eny akit baru, y aitu meningkatny a
kasus p eny akit tidak menular y ang dip icu berubahny a gay a hidup masyarakat sep erti pola makan
rendah serat dan tinggi lemak serta konsumsi garam dan gu la b erlebih, kuran g aktifitas fisik
(olah raga) dan konsumsi rokok yang p revalensiny a terus menin gkat (Dep kes RI, 2011). Asap
rokok mengandun g 4000 bahan kimia dan berhubun gan den gan terjad iny a 25 p eny akit di tubuh
manusia. Analisa mendalam tentang asp ek sosio ekonomi dari bahay a merokok telah dilakukan,
dimana d amp ak kesehatan di masy arakat terbukti lebih buruk. Karena itu, dip erlukan
kemamp uan advokasi dan mobilisasi sosial serta komunikasi risiko dalam menjalank an kegiatan
p enanggulangan masalah merokok di Indonesia (Dep kes RI, 2012).
WHO memp erkirakan terdap at 1,25 miliar p enduduk dunia adalah p erokok dan dua
p ertigany a terdap at di negara-negara maju, den gan sekuran g-kuran gnya 1 d ari 4 orang dewasa

adalah p erokok. Prevalensi p erokok secara berturut di Amerika Serikat dan In ggris p ada laki-laki
adalah 25% dan 27% dan p ada wanita adalah 21% dan 25%. Di beberap a negara Erop a

Universitas Sumatera Utara

didap atkan data p revalensi merokok di Jerman 38%, Prancis 30%, Italia 29%, Swed ia 18% dan
di negara b erkemb an g didap atkan p revalensi y ang lebih tin ggi (Darmawati, 2010).
Tingkat konsumsi rokok di Indonesia relatif tin ggi dib andin gkan den gan Negara-negara
di Asia Tenggara. Berdasark an hasil survei WHO, Indonesia menemp ati urutan p ertama di Asia
Tenggara d alam hal tin gkat p revalensi p erokok dewasa per hari (WHO, 2011).
Pola p erilaku konsumsi rokok y ang cenderun g tinggi tersebut juga tercermin dalam pola
p engeluaran masy arakat Indonesia. Secara nasional, p engeluaran konsumsi dalam sebulan untuk
kelomp ok baran g tembakau dan sirih menemp ati urutan ketiga setelah makanan dan minu man
jadi serta padi-p adian. Secara konsisten, p engeluaran rumah tangga untuk kelompok barang
tembakau dan sirih menemp ati urutan terbesar ketiga mulai dari tahun 2008 samp ai dengan 2010.
Berdasarkan d ata tersebut terlihat bahwa p erilaku konsumsi masy arakat secara umum terhadap
tembakau dan sirih telah men ggeser kebutuhan makanan b ergizi seperti ikan, say ur-say uran,
telur, susu, dagin g dan bu ah-buahan

(BP S, 2011).


Rata-rata umur mulai merokok secara nasional adalah 17,6 tahun den gan p ersentase
p enduduk yang mulai merokok setiap hari terbany ak p ada umur 15-19 tahun dimana yang
tertinggi diju mp ai di Provinsi Kepulauan Ban gka B elitun g (52,1%), disusul oleh R iau (51,3%),
Sumatera Selatan (50,4%), Nusa Tenggara Barat (49,9%) dan Lamp ung (49,5%). Perokok y ang
terbany ak mulai merokok 15-19 tahun cenderun g menurun den gan menin gkatny a umur,
demikian juga p ada anak umur 5-9 tahun. M ereka y ang mu lai merokok baik p ada umur 15-19
tahun maupun p ada umur 5-9 tahun lebih tinggi p ada laki-laki d arip ada p eremp uan, berstatus
kawin dan tinggal di p erkotaan. Menurut p endidikan, perokok y ang mulai merokok pada 15-19
tahun cenderung bany ak pada p endidikan tinggi sedan gkan y ang mu lai merokok p ada umur 5-9
tahun p ada p endidikan rendah. Menurut pekerjaan, p erokok y ang mulai merokok p ada umur 15-

Universitas Sumatera Utara

19 tahun maup un 5-9 tahun, p aling bany ak p ada anak sekolah dan cenderun g menin gkat den gan
menin gkatny a status ekonomi (Riskesdas 2010).
Berdasarkan d ata Riskesdas (2013) rata-rata b atang rokok y ang d ihisap p erhari p enduduk
umur >10 tahun di Indonesia adalah 12,3 batan g (setara satu bungkus). Jumlah rata-rata batan g
rokok terbany ak yang dihisap ditemukan di Bangka Belitung (18 b atang). Prop orsi terbany ak
p erokok aktif setiap hari p ada umur 30-34 tahun sebesar 33,4%, p ada laki-laki lebih b anyak

dibandin gkan p erokok peremp uan (47,5% bandin g 1,1%). Berdasark an jen is p ekerjaan,
p etani/nelayan/buruh adalah p erokok aktif setiap hari y ang memp uny ai p rop orsi terbesar (44,5%)
dibandin gkan k elomp ok p ekerjaan lainny a.
Proporsi p enduduk umur >15 tahun y ang merokok dan men guny ah tembakau cenderun g
menin gkat dalam Riskesdas 2007 (34,2%), Riskesdas 2010 (34,7%), dan Riskesdas 2013
(36,3%). Prop orsi tertinggi p ada tahun 2013 adalah Nusa Tenggara Timur (55,6%).
Dibandin gkan den gan p enelitian global adu lts tobacco survey (GATS) p ada p enduduk kelompok
umur >15 tahun, prop orsi p erokok laki-laki 67,0% dan p ada Riskesdas 2013 seb esar 64,9%,
sedangk an pada p eremp uan menurut GATS adalah 2,7% d an 2,1% (Riskesdas, 2013).
Dapat dilihat dari data Riskesdas 2013 bahwa perokok saat in i terbany ak di Kep ulauan
Riau den gan p erokok setiap hari 27,2% dan kadang-kadan g merokok 3,5% dan konsumsi rokok
terbany ak di Indonesia berada di Provinsi Ban gka Belitung y ang sekaran g jumlahny a mencap ai
18,3 atau 19 batang p erhari (Riskesdas, 2013). Perokok terbany ak p ada kelomp ok umur 30-34
tahun (Riskesdas, 2013).
Hasil p enelitian y ang dilakukan Hestiana (2014) menunjukkan bahwa ditemukan sebesar
75,7% keluarga y ang merokok di ru mah susun Karan gtoto di Kota Semaran g, n amun h asil u ji
statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubun gan merokok den gan kejad ian ISPA (p =0,222).

Universitas Sumatera Utara


Penelitian lain y ang dilakukan oleh Anita (2011) menun jukkan b ahwa sebesar 64,7% kepala
keluarga y ang memilik i kebiasaan merokok di dalam ru mah memiliki b alita y an g menderita
ISPA dan terdap at p erbedaan y ang bermakna antara k ejad ian ISPA balita p ada kep ala kelu arga
y ang merokok d i dalam ru mah d engan y ang merokok d i lu ar rumah dengan n ilai p -value = 0,041
(OR=5,958) y ang berarti bahwa kep ala keluarga y ang merokok di dalam rumah memiliki
kemun gkinan sebesar 5,958 kali memiliki balita y ang menderita ISPA dibandin gkan den gan
kep ala keluarga y ang merokok di lu ar rumah.
Perilaku merokok dalam rumah ketika bersama an ggota rumah tangga lain, cenderun g
menin gkat den gan semakin men ingkatnya umur. Prevalensi p erokok dalam rumah lebih banyak
p ada laki-laki, berstatus kawin, tinggal di p erdesaan, dengan p endidikan rend ah y aitu tidak tamat
dan tamat SD. M enurut pekerjaan, p revalensi perokok dalam rumah ketika bersama an ggota
keluarga lebih banyak y ang bekerja sebagai p etani/nelay an/buruh diikuti wiraswasta dan yang
tidak bekerja, d an cend erung men in gkat den gan menin gkatny a status ekonomi. Perilaku merokok
jelas bukan merup akan p erilaku sehat (Riskesdas 2010).
Hasil p enelitian Gautami (2013) men gatakan bahwa p revalensi p eny akit resp irasi di
rumah susun di Jakarta adalah ISPA 32,9%, TB p aru 7,6%, PPOK 1,8%, asma 1,0%, infeksi
fungal 0,8%, batuk kronis 0,6% dan p neumonia 0,2%. Pencahay aan, suhu udara dan k ep adatan
hunian belum memenuhi sy arat. Faktor lingkun gan rumah susun menunjukkan hubun gan
dengan p revalensi peny akit resp irasi kronis y aitu ventilasi dan pencah ay aan dalam rumah susun.
Dari p enelitian tersebut didap atkan bahwa tidak adanya hubungan bermakna antara variab el

kep adatan hunian den gan p revalensi p eny akit respirasi kronis pada penelitian tersebut
disebabkan sebagian besar resp onden tinggal d i rumah den gan ukuran y ang tidak jauh berb eda
dan sebagian b esar memiliki kep adatan hunian yan g tidak memenuhi sy arat. Penelitian tersebut

Universitas Sumatera Utara

menilai p revalensi p eny akit resp irasi kronis p ada anggota keluarga resp onden, akan tetap i tidak
menilai p enularan antara an ggota keluarga d alam hunian y an g sama. Kep adatan hunian yang
tidak memenuhi syarat akan menin gkatkan k emun gkinan p enularan antara an ggota p en ghuni
rumah, namun tidak b erkaitan dengan p enularan antar hunian y ang satu den gan hunian y ang lain.
Orangtua yang merokok d i dalam rumah dapat membah ayakan kesehatan an ggota
keluargany a. Rokok merup akan sumber p artikulat di dalam rumah. Asap rokok banyak
mengandung b ahan k imia beracun d an b ahan-bahan y ang menyebabkan karsino gen. Bahan yang
berbahay a tersebut tidak hany a berbahaya bagi perokok tetap i juga bagi orang-oran g y ang ada
disekitarny a. Bahkan sebagian b esar an ggota keluarga menjadi p erokok p asif den gan tingk at
risiko menderita kanker paru dan jantung lebih tinggi did andin gkan den gan p erokok aktif
(Sujudi, 2004).
Sumatera Utara men emp ati p eringkat ke-15 p erokok terbanyak di Indon esia d en gan
p roporsi p erokok setiap hari 24,2% dan p erokok kadang-k adan g 4,2% (Riskesdas, 2013).
Lap oran hasil Riskesdas 2007 menunjukkan b ahwa persentase p erokok terbany ak berada di

Kabup aten Karo dengan p erokok setiap hari sebany ak 40,6% dan p erokok kadang-kadan g 3,8%.
Kota Tanjungbalai menemp ati urutan ke-9 p erokok terbany ak di Sumatera Utara dengan
jumlah p erokok laki-lak i di Kota Tanjungb alai mencap ai 59,5% dan p eremp uan men cap ai 1,8%,
sedangk an rata-rata ju mlah batan g rokok yan g dihisap laki-lak i sebesar 14,29 atau 15 batang dan
y ang dihisap p eremp uan sebesar 1,8 atau 2 batang (Riskesdas, 2007).
Selanjutny a menurut data Puskesmas Sei Tualan g Raso, did ap atkan hasil survey bahwa 3
p enyakit tertinggi yang berhubun gan den gan rokok adalah ISPA, hip ertensi dan bronkitis (Profil
Puskesmas, 2014). Kota Tanjungbalai memiliki ban gunan rumah susun y ang letaknya jauh dari
rumah p enduduk dan fasilitas p elay anan kesehatan. Berdasarkan hasil survei awal menun jukkan

Universitas Sumatera Utara

bahwa p enghuni rumah susun di Kecamatan Sei Tualan g R aso Kota Tanjungbalai 7 dari 10
p enghuni rumah susun merokok di dalam rumah meskipun luas lantai rumah hany a berukuran 4
x 4,5m y ang dihuni oleh satu kep ala keluarga den gan rata-rata an ggota keluarga berju mlah 4
orang. Hasil y ang didap atkan bahwa p enghuni rumah susun tersebut adalah p erokok berat karena
mereka dapat men ghab iskan kuran g lebih 1 bungkus rokok p er hari. Hal ini didukun g d en gan
p erny ataan (Smet dalam Nasution 2007) bahwa seseorang y an g dikategorikan p erokok berat
adalah men gkonsumsi rokok sebany ak 14-15 batan g rokok p er hari.
Berdasarkan survey awal penelitian, p eneliti menemukan bahwa terdapat status p eny akit

saluran p ernafasan y ang berhubungan dengan rokok p ada p enghuni rumah susun sep erti : batuk
y ang berkepanjan gan d isertai dahak dan merasa sesak. Dari hasil p en gamatan saat survey awal
p eneliti melihat 2 dari 10 p enghuni ru mah susun merokok sambil menggendon g balita. Hal ini
dap at dikatakan bahwa balita mereka adalah termasuk perokok p asif. Didukung oleh perny ataan
(Perdana, 2015) bahwa p erokok pasif adalah seseoran g y ang men gh irup asap rokok dari oran g
y ang merokok maup un y ang lan gsun g berasal dari sisa p embakaran rokok. Perokok p asif y ang
diketahui lebih berbahay a darip ada p erokok aktif, karena asap sisa y ang d ihembuskan p erokok
aktif mengandun g 75% zat berbahay a yang ada p ada rokok, sementara p erokok sendiri hany a
menghirup 25% dari kandun gan rokok karen a men ghisap hasil p embakaran p er batan g lewat
filter di ujung hisap . Artiny a p erokok p asif menghirup zat berbahay a 3 kali lebih bany ak dari
p erokok aktif.
Jika dilihat dari kondisi rumah susun y ang berukuran 4 x4,5m den gan ruan g gerak y ang
terbatas dan lokasi rumah susun y ang satu dengan y an g lainny a saling b erdekatan dap at
memberikan p engaruh besar d ari p erokok aktif ke oran g-oran g sekitar. Hal ini ju ga berdampak
lan gsung kep ada anggota kelu argany a sendiri karena p erokok aktif men ghembuskan asap rokok

Universitas Sumatera Utara

lan gsung ked alam rumah den gan ventilasi y ang tidak memenuhi sy arat rumah sehat yaitu

Dokumen yang terkait

Hubungan Pengetahuan dan Sikap terhadap Rokok dengan Kebiasaan Merokok Penghuni Rumah Susun di Kecamatan Sei Tualang Raso Kota Tanjungbalai Tahun 2015

1 41 128

Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Penghuni dan Fasilitas Rumah Susun terhadap Kesiapan Tanggap Darurat Bencana Kebakaran di Rumah Susun Pekunden Kota Semarang 2014.

0 2 18

98831909 hubungan pengetahuan dan sikap tentang rokok dengan perilaku merokok

1 13 70

KONDISI NELAYAN TRADISIONAL DI KECAMATAN SEI TUALANG RASO KOTA TANJUNG BALAI.

0 2 21

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG ROKOK DENGAN SIKAP TERHADAP BAHAYA MEROKOK PADA SISWA Hubungan Pengetahuan Tentang Rokok Dengan Sikap Terhadap Bahaya Merokok Pada Siswa Smk Batik 1 Surakarta.

0 2 16

Hubungan Pengetahuan dan Sikap terhadap Rokok dengan Kebiasaan Merokok Penghuni Rumah Susun di Kecamatan Sei Tualang Raso Kota Tanjungbalai Tahun 2015

0 0 14

Hubungan Pengetahuan dan Sikap terhadap Rokok dengan Kebiasaan Merokok Penghuni Rumah Susun di Kecamatan Sei Tualang Raso Kota Tanjungbalai Tahun 2015

0 0 2

Hubungan Pengetahuan dan Sikap terhadap Rokok dengan Kebiasaan Merokok Penghuni Rumah Susun di Kecamatan Sei Tualang Raso Kota Tanjungbalai Tahun 2015

0 0 17

Hubungan Pengetahuan dan Sikap terhadap Rokok dengan Kebiasaan Merokok Penghuni Rumah Susun di Kecamatan Sei Tualang Raso Kota Tanjungbalai Tahun 2015

0 0 4

Hubungan Pengetahuan dan Sikap terhadap Rokok dengan Kebiasaan Merokok Penghuni Rumah Susun di Kecamatan Sei Tualang Raso Kota Tanjungbalai Tahun 2015

0 0 34