Hubungan Pengetahuan dan Sikap terhadap Rokok dengan Kebiasaan Merokok Penghuni Rumah Susun di Kecamatan Sei Tualang Raso Kota Tanjungbalai Tahun 2015

(1)

BAB II

TINJAUAN PUS TAKA 2.1 Perilaku

Skinner (1938), p erilaku merup akan resp ons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsan gan dari luar). Oleh kar ena p erilaku ini terjadi melalu i p roses adany a stimulus terhadap organ isme, kemud ian or gan isme tersebut merespons, maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimu lus Organ isme Resp ons. Skinner memb edakan adany a dua resp ons, y aitu yang p ertama Responden respon reflexive y akni resp on y ang timbul dan berkemban g k emudian diikuti oleh stimulus atau perangsan gan tertentu. (Notoatmodjo,2007).

Dilihat dari bentuk resp ons terhadap stimulus, maka perilaku dap at dibedakan menjadi dua y aitu :

1. Perilaku tertutup (Covert Behaviour) Respons atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas p ada p erhatian, p ersepsi, p engetahuan/kesadar an, dan sikap y ang terjadi pada oran g yang mener ima stimulus tersebut ,dan belum dap at diamati secara jelas oleh oran g lain . 2. Perilaku terbuka (Overt Behaviour) Resp ons seeorang terhadap stimulus dalam bentuk

tindakan ny ata atau terbuka. Resp ons terhadap stimulus tersebut sudah dalam bentuk tindakan atau p raktek (practice), y ang dengan mud ah dap at diamati atau dilihat oleh orang lain (Notoatmodjo,2007).

2.1.1 Perilaku Kesehatan

Perilaku kesehatan adalah suatu resp ons seseorang (organisme) terhadap stimulasi atau objek y ang berkaitan dengan sakit atau p eny akit, sistem p elay anan kesehatan, makanan dan minuman serta lingkun gan. Dari b atasan ini perilaku k esehatan dibedakan menjadi 3 y ang p ertama Perilaku pemeliharaan keseh atan adalah p erilaku atau usaha-usaha seseoran g untuk


(2)

y ang kedua p erilaku p encarian d an p enggunaan fasilitas kesehatan p erilaku y ang meny an gkut up aya atau tindakan seseor an g p ada saat mend erita p eny akit atau kecelakaan, dan yang ketiga p erilaku kesehatan lin gkungan b agaimana seseoran g meresp on lingkun gan, baik fisik maupun sosial buday a, sehingga lin gkungan tersebut tidak memp engaruh i kesehatan (Notoatmodjo, 2007).

M enurut teori WHO, faktor-faktor p erilaku dap at dibedakan menjad i dua (Notoatmodjo, 2007) y aitu :

a. Faktor-faktor Internal

Yaitu faktor-faktor y ang ada d i dalam diri indiv idu itu sendiri, misalny a : kar akteristik (umur, jenis kelamin, pendidikan, sikap , dan sebagainy a) yang dimiliki seseoran g. Selain itu juga dap at berup a p engalaman ak an keberhasilan mencapai sesuatu, p engakuan y ang d ip eroleh, rasa tanggun g jawab, p ertumbuhan p rofesional dan intelektual yang dialami seseor an g. Sebaliknya, ap abila seseoran g merasa tidak p uas den gan hasil dari p ekerjaan yang telah dilakukanny a, dap at dikaitkan den gan faktor-faktor y ang sifatny a dari luar dir i individu. b. Faktor-faktor Eksternal

Yaitu faktor-faktor y ang ada di luar individu y ang bersan gkutan. Faktor ini memp engaruh i, sehingga di dalam d iri individu timbu l unsur-unsur dan dorongan/motif untuk berbuat sesuatu, misalny a p engalaman, fasilitas, sumber infor masi, p eny uluhan dan pembinaan.

Dari uraian di atas dapat dirumuskan bahwa p erilaku adalah merup akan totalitas p enghay atan dan aktivitas seseoran g, y ang merupakan hasil bersama antara berbagai faktor, baik faktor internal dan eksternal.


(3)

Benyamin Bloom (1908) dalam Notoatmodjo seoran g ahli p sikologi pendidikan membed akan ad anya tiga ran ah p erilaku, sebagai ber ikut :

a. Pengetahuan (knowledg e) b. Sikap (attitude)

c. Tindakan (practice)

a. Perilaku dalam bentuk Pengetahuan

Pengetahuan adalah h asil d ari tahu, d an ini terjadi setelah melakukan p enginder aan terhadap objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui p anca indra manusia, y akni indra p englihatan, p endengar an, p enciuman, rasa dan raba. Seb agian besar p engetahuan manusia dip eroleh melalui mata dan telinga. Pen getahuan atau cognitive merupakan domain yan g sangat p enting dalam bentuk tindakan seseorang (overt behavior) (Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan seseorang terhadap objek memp uny ai intensitas atau tingkat y ang berbeda-beda secara garis besarny a dibagi dalam en am tin gkat p engetahuan, y aitu :

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai men gin gat suatu materi y ang telah dip elajari sebelu mny a. Termasuk kedalam p engetahuan tingk at ini adalah men gin gat kembali (reca ll) sesuatu yang sp esifik dari seluruh bahan y ang dip elajari atau ran gsangan y ang telah diterima. Oleh seb ab itu, tahu merup akan tingkat p engetahuan y ang p alin g r endah.

2. Memahami (comprehension)

M emahami diartikan seb agai suatu kemamp uan untuk menjelaskan secara benar tentang objek y ang diketahui, dan d ap at menginterp retasikan materi tersebut secara benar. Oran g y ang telah p aham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, meny ebutkan contoh, meny imp ulkan, meramalkan, d an sebagainy a terhadap objek y ang dip elajar i.


(4)

3. Ap likasi (application)

Ap likasi diartikan sebagai kemamp uan untuk menggun akan materi y ang telah dip elajari p ada situasi atau kondisi real (seben arny a). Aplikasi ini dap at diartikan sebagai penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, p rinsip dan sebagainy a dalam konteks atau situasi y ang lain. 4. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemamp uan seseoran g untuk menjab arkan suatu materi atau suatu objek ke d alam komp onen-komp onen, tetap i masih di dalam suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk an p ada kemampuan seseorang untuk meletakkan atau men ghubun gkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan y ang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemamp uan untuk meny usun suatu formulasi baru dari formu lasi-formu lasi y ang ada. 6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan den gan k emamp uan seseoran g untuk melakukan justifikasi atau p enilaian terhad ap suatu materi atau objek. Pen ilaian-p enilaian itu didasarkan pada suatu kriteria y ang ditentukan sendiri atau menggun akan kriteria-kriteria y ang telah ad a. Pen gukuran p erilaku dap at dilakukan dengan wawancara atau an gket y ang menany akan tentang isi materi y ang ingin diukur dari subjek penelitian atau resp onden (Notoatmodjo, 2007).

Faktor - faktor y ang mempen garuhi p en getahuan seseoran g antara lain : 1. Umur

Dengan bertamb ahny a umur seseorang akan terjadi p erubahan asp ek fisik dan psikologis (mental), dimana asp ek p sikologis ini taraf b erfikir seseoran g semak in matan g dan d ewasa.


(5)

2. Jenis Kelamin

Jenis kelamin merup akan faktor sosial terpenting dalam memp engaruhi p erilaku merokok. Menurut Suhardi (1997) d alam Su listyawan (2012) meny atakan bahwa dalam majalah dunia kedokteran, perilaku merokok lebih dominan p ada lak i-laki.

3. Pendidikan

Pendidikan ber arti bimbingan y an g diberik an oleh seseor an g kep ada oran g lain agar mereka dapat memahami. Tidak dap at dip ungkiri bahwa makin tin ggi p endidikan seseoran g maka mak in mudah p ula bagi mer eka untuk menerima informasi, dan p ada akhirny a makin banyak p ula p engetahuan yang merek a miliki.

4. Pekerjaan

Lin gkun gan p ekerjaan dap at menjadikan seseoran g memperoleh p engalaman dan p engetahuan baik secara lan gsun g maup aun secara tidak lan gsung.

5. Penghasilan

Jumlah p enghasilan seseoran g y ang diterima atau dip eroleh y ang dap at digunakan untuk konsumsi dan menambah kek ay aan.

b. Perilaku dalam bentuk Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respons y ang masih tertutup dari seseorang terhad ap suatu stimulus atau objek. M anifestasi sikap itu tidak dap at langsun g d ilih at, tetap i hany a dap at ditafsirkan terlebih dahulu dari p erilaku yan g tertutup . Sikap masih merup akan reaksi tertutup , bukan merup akan r eaksi terbuka atau tin gkah laku y ang terbuka. Sikap merup akan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lin gkun gan tertentu sebagai suatu p enghay atan terhadap objek. Sep erti halny a dengan p engetahuan, sik ap ini terdiri dari b erbagai tingk atan, y aitu:


(6)

1. M enerima (receiving). Diartikan bahwa oran g (suby ek) mau dan memp erhatikan stimulus y ang diberik an (oby ek).

2. M erep on (responding). Memberikan jawaban ap abila ditany a, men ger jakan dan meny elesaikan tu gas yang diberikan adalah suatu indikasi dar i sikap.

3. M enghargai (valuing). M engajak oran g lain untuk mengerjakan atau mend iskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi tin gkat ketiga.

4. Bertanggun gjawab (responsible). Bertan ggun gjawab atas segala sesuatu yang telah dip ilihny a dengan segala r esiko adalah merupakan sikap y ang p aling tin ggi.

c. Perilaku dalam bentuk Tindakan

Setelah seseoran g men getahui stimulus atau objek, kemud ian men gad akan p enilaian atau p endap at terhadap ap a y ang diketahui, p roses selan jutnya diharap kan ia akan melaksanak an atau memp raktikkan apa y ang diketahui atau disikapiny a (dinilai baik). Didalam tindakan terdap at tingkatan-tingk atanny a, y aitu :

1. Persep si (perception). M engenal dan memilih berbagai oby ek y ang berhubun gan den gan tindakan y ang akan d iamb il ad alah merup akan p raktek tingkat p ertama.

2. Resp on terp impin (guided response). Dap at melakukan sesuatu sesuai dengan urutan y ang benar sesuai dengan contoh adalah merup akan ind icator p raktek tingkat kedua.

3. Mekanisme (mekanism). Ap abila seseoran g telah dap at melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu telah merup akan k ebiasaan, maka ia sudah mencapai p raktek tingkat ketiga.

4. Adaptasi (adap tation). Adap tasi adalah suatu p raktek atau tindakan y ang sudah b erkemb an g dengan baik. Artiny a tindakan tersebut sudah dimodifikasikanny a tanp a mengurangi kebenaran tindakan tersebut.


(7)

2.2 Merokok

2.2.1 Definisi Merokok

M enurut Kesowo (2003) dalam Laili (2007), rokok adalah hasil olahan tembakau y angterbungkus, sejenis cerutu atau b entuk lainny a yan g dihasilkan dar itanaman Nico tiana Tabacum, Nicotiana Rustica dan sejenisny a.Sedan gk an menurut Aditama (2006) asap rokok mengandung sekitar4000 bah an kimia, 43 d iantarany a bersifat karsinogen. Pen garuh asap rokok dap at mengakib atkan infeksi p ada p aru dan telin ga serta kankerparu.

M erokok berarti membakar tembakau dan daun tar, dan menghisap asap yang dihasilkannya. M enghisap asap y ang dihasilkanny a berarti sekuran g-kuran gnya men ghirup 60% gas d an uap y ang d ihasilk anny a. Merokok didefinisik an sebagai suatu aktivitas aktif menghisap /men gkonsumsi seb agi up ay a memenuhi kein ginan, k ebutuhan dan k ebiasaanny a. Beribu-ribu or an g p ada dewasa ini menjadi p erokok ber at bukan hany a karen a suatu p ilihan melainkan k arena mer eka tidak p unyak jalan kelu ar. M enurut Husaini (2006) motivasi merup akan faktor utama y ang berp engaruh terhadap perubahan gay a hidup seseorang untuk berhenti merokok, namun tidak bany ak imp lus yang dapat meran gsan g kein ginan seseoran g agar berhenti merokok.

M enurut Ruth (1999) dalam Sari (2009) men gatakan b ahwa zat y ang p aling b erbahay a adalah tar dan n ikotin. Zat tar ini nantiny a akan menumpuk p ada selaput lendir caban g tenggorok. Tar tidak h any a menimbulkan ran gsang atau damp ak buruk bagi area tersebut namun juga dap at berdamp ak p ada gangguan vascular. B egitu ju ga efek nikotin yang tidak h any a menimbu lkan minat ketagihan sehin gga merokok menjadi sebuah k ebutuhan, nikotin juga


(8)

berdamp ak p ada kerusakan tubuh karena p erlu disadari bahwa nikotin merupakan derifat dari cy anida.

M enurut Safarino dalam Laili (2007) mengatakan bahwa akibat y ang ditimbulk an oleh p erokok p asif lebih berbahay a darip ada p erokok aktif karena day atahan terhadap zat-zat yang berbahay a san gat rendah. Bagi p ara p erokok,meskip un sudah diketahui akibat negatif merokok tetapi jumlah p erokokbukan semakin menurun tetap i semakin menin gkat dan usia merokoksemak in bertambah muda.

Tembakau atau rokok termasuk zat adiktif karena man imbulk an ketagihan dan ketergantungan, sama h alny a den gan naza (narkotika, alkoho l, dan zat adiktif). Sehin gga mer eka y ang sudah ketagihan tembakau atau rokok bila p emakaianny a dihentikan secara lan gsun g akan timbul sindrom p utus tembakau, atau ketagih an atau k etergantungan tembakau. Gejala k etagihan tembakau atau rokok sep erti p erasaan tidak enak di mulut, emosi tidak stabil, terlihat sedikit gelisah, ganggu an konsentrasi, men gantuk dan ny eri kep ala. Merokok, di samp ing meru gikan kesehatan, secara ekonomi ju ga meru gikan ekono mi keluar ga, khususny a bagi k eluar ga y ang kurang mamp u (Laili, 2007).

2.2.2 Bahaya Merokok

Data statistik menunjukkan bahwa 90% kematian y ang disebabkan k arena gan gguan p ernap asan, 25% kematian diseb abkan karena ser an gan jantung dan 75% kematian diseb abkan oleh p eny akit emphy sema dimana semua itu dipacu oleh kebiasaan merokok (Husaini, 2006). Permasalah an y ang timbul akibat merokok adalah:

1. Ketagihan

Efek nikotin memb awa kein ginan merokok terus ada bagi y ang telah mencob anya. Bahkan ini merup akan hamb atan y ang cukup besar bagi seoran g y ang in gin berhenti merokok.


(9)

Aktivitas p utus rokok justru sering membuat ketidakny amanan sep erti kesulitan tidur bahkan gan gguan p encernaan sep erti konstip asi. Damp ak ketagihan in i tidak hany a membawa p engaruh buruk bagi kesehatan namun ju ga p engeluaran fin ansial akib at dari kebutuhan akan rokok y ang harus dip enuhi ( Stuart, 2006 dalam Sari, 2009).

2. Kanker Paru

Kondisi kronik dari sakit p ada area p ernapasan akan dilanjutkan p ada kondisi kanker. Ini terjadi ketika zat-zat p ada rokok telah men gend ap dan mer acuni sel-sel di tubuh kita. Damp ak y ang kronik ini tidak hany a dihadapi oleh satu atau dua orang melainkan sebagian besar pengkonsumsi rokok (Sari, 2009). Di USA, dip erkirakan b ahwa 80-90% kanker paru p ada p ria dan 70% p ada wanita disebabk an oleh keb iasaan merokok. Penelitian di In ggris menunjukkan bahwa 87% kematian ak ibat kanker p aru p eny ebab utamany a adalah rokok. Dibandin gkan den gan buk an p erokok, kemungk inan timbul kank er p aru-paru p ada p erokok mencapai 10-30 kali lebih serin g. (www.p elita.od.id)

3. Sakit p ada Area Pernap asan

Paru-p aru sebagai sumber p engatur pernap asan merup akan komp onen y ang san gat vital bagi tubuh manusia. Aktivitas merokok den gan kondisi men ghisap asap rokok akan lan gsun g memp engaruhi or gan p ernap asan. Efek d ari tar memberi pengaruh p ada p enebalan selaput lendir paru. Ini men ghilan gkan sedikit demi sed ikit elastisitas p aru, akibatny a kerja paru tidak edekuat. Diny atakan bahwa seorang perokok membay ar 34,6 menit hidupny a untuk sebatang rokok (Jones, 2005 dalam Sari, 2009).

4. Imp otensi

Imp otensimerup akan kondisi y ang san gat tidak menguntungkan. Buk an hany a p ada p ria tap i juga p asanganny a. Impotensi berarti gan gguan y an g terjadi p ada kesehatan rep roduksi. Hal


(10)

ini dapat dipengaruhi oleh aktivitas merokok yan g membuat kerusakan sel-sel dan men ggan ggu faal tubuh. Beberap a konsekuensi y ang harus dihadapi p ada kondisi ini adalah hilan gny a keharmonisan rumah tangga, tidak tercap ainy a kepuasan seksual bagi pria maup un p asanganny a. Dan kemungk inan untuk memp uny ai keturunanp un tidak akan terwujud (Husaini, 2006).

5. Gangguan Kehamilan dan Janin

Seoran g wanita y ang hamil berarti segala sesuatu yang diperbuatny a melip uti dua hal y aitu ibu/diriny a dan jan in. M erokok membawa damp ak buruk bagi keseh atan secara umum, begitu ju ga efek y ang d itimbulkan p ada san g janin. M elalui plasenta zat-zat racun itu diabsobrsi dan memp engaruh i keh idup an sang janin. Alhasil seorang ibu yang aktif merokok p ada masa kehamilanny a, bisa dip astikan 97% bayiny a kan lahir dengan kelainan jantun g ataup un kecacatan (Nirmala, 2003 dalam Sari, 2009).

6. Ketidakny amanan Fisik

Ini biasany a diakibatkan d ari r eaksi keter gantungan rokok. Seh ingga ser in g kali seor an g p erokok merasa p using, mual d an lemas jik a kebutuhan akan rokokny a terhambat. Kondisi ini p ula y ang memacu seseoran g untuk terus mengkonsumsi rokok setiap hari, tanp a ada kemampuan untuk berhenti walau ad a kemauan.

2.2.3Tahap-tahap dan Tipe-tipe Perokok 2.2.3.1 Tahap-Tahap perokok

M enurut Leventhal &C learly (dalam Wismanto dan Sarwo, 2007) terdap at 4 tahap dalam p erilaku merokok sehin gga men jadi


(11)

1. Tahap Prepatory

Seseorang mendap atkan gambaran yang meny enangkan men genai merokok den gan car a menden gar, melihat atau dari hasil bacaan. Hal-h al in i men imbulk an min at untuk merokok. 2. Tahap Initiation

Tahap p erintisan merokok y aitu tahap ap akah seseorang akan men eruskan atau tidak terhadap perilaku merokok.

3. Tahap Becoming a Smoker

Ap abila seseorang telah mengkonsumsi rokok sebany ak emp at batang p er hari maka memp uny ai kecenderungan menjadi p erokok.

4. Tahap Maintenance of Smoking

Tahap ini merokok sudah men jadi salah satu bagian dari cara p engaturan diri (self regu lating). Merokok dilakukan untuk memp eroleh efek f isiolo gis y ang meny enan gkan.

2.2.3.2 Tipe-tipe Perokok

M enurut Smet (1994) ada tiga tip e perokok y ang dap at diklasifikasikan menurut banyakny a rokok yang dihisap . Tiga tip e perokok tersebut adalah :

1. Perokok berat y ang men ghisap lebih d ari 15 batang rokok dalam seh ari 2. Perokok sedang y ang men gh isap 1-14 batang rokok dalam sehari. 3. Perokok ringan y ang men ghisap 1-4 batang rokok dalam seh ari. 2.2.4 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Perilaku Merokok

Beberap a faktor y ang memengaruhi p erilaku merokok adalah sebagai berikut: 1. Profesi


(12)

Beberapa p rofesi bahkan mewajibkan merokok. Bid an g-bidan g y an g berkaitan den gan konsentrasi tinggi, seperti seni dan kerja intelektual. M enurutny a tanp a rokok mereka tidak bisa men ger jakan p ekerjaannya secara op timal dan tidak b isa berfikir (Adit, 2002).

2. Teman Seb ay a

Betap a bany ak anak remaja yang merokok hany a karena mereka memiliki teman p erokok berat. Kadang k ala seseoran g merokok karena mengh adapi tekanan hidup dan menjadikanny a sebagai sarana untuk melar ikan d iri d ari masalah yang d ihadap iny a hingga akhirnya dan tanp a disadarinya, merokokp un menjadi satu kebiasaan dalam dir inya.

3. Pergau lan dalam M asyarakat

Kebiasaan merokok pada sebagian oran g, umumny a dipicu oleh citra dalam d iri tiap individu dan ju ga p ergau lan dalam masyarakatnya. ABG (anak baru ged e) umumny a merokok karena sekedar ikut-ikutan oran g y ang leb ih dewasa dar iny a. Kadan g p ara ABG ini merokok karena sekedar in gin men gikuti trend y ang ada disek itarnya (Husaini, 2006). 4. Gengsi, kelihatan macho (ker en), atau in gin dian ggap dewasa

M erup akan serangkaian alasan remaja merokok, sebagaimana dikemukakan M angunegoro dalam Mangunp rasodjo(2005) bahwa merokok dapat mendatangkan berbagai kenik matan. Bany ak p erokok y ang mengaku tidak bisa berhenti merokok karen a merokok dap at menenan gk an p ikiran. Padah al semakin bany ak rokok y ang terisap, p erokok akan men galami b erbagai peny akit, ujarnya.

5. Peran Orang Tua

Salah satu temuan tentang remaja p erokok adalah bahwa anak-an ak muda y ang berasal dar i rumah tangga y an g tidak bahagia, diman a oran g tua tidak begitu memp erhatikan anak-anaknya dan member ikan hukuman fisik y an g keras leb ih mudah untuk menjadi p erokok


(13)

dibandin g an ak-anak mud a y ang ber asal dari lin gkun gan rumah tangga y ang bahagia (Baer & Corado dalam Atkinson, 1999).

6. Kep ribadian

Orang mencoba untuk merokok karena alasan in gin tahu atau in gin melep askan diri dari rasa sakit fisik atau jiwa, membebaskan diri dar i kebosanan. Namun satu sifat kep ribadian y ang bersifat p rediktif p ada p engguna obat-obatan (termasuk rokok) ialah konformitas sosial. Orang yang memiliki skor tinggi p ada berbagai tes konformitas sosial lebih mudah menjad i p enggunadiband in gkan den gan mer eka y ang memiliki skor y ang rendah (Atkinson, 1999). 7. Iklan

M elihat iklan di media massa dan elektronik y ang menamp ilkan gamb aran bahwa p erokok adalah lambang kejantanan atau glamour, membuat remaja ser in gkali terpicu untuk men gikuti p erilaku sep erti y ang ada dalam iklan tersebut (M ari Juniarti, 1991dalam Laili, 2007).

2.2.5 Gambar peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok

M enurut Aditama (2006) mencantumkan bahaya merokok p ada setiap bungkus rokok dianggap perlu untuk memberi kesempatan p ada calon p embeli agar menimban g-nimban g, ap akah akan memb eli bar an g yang berbah aya. Tulisan dan gambar p erin gatan merokok bervariasi dar i y ang p aling sederhan a, y ang hany a menuliskan “merokok berbahay a bagi kesehatan” samp ai ke tulisan y ang lebih sp esifik, contohny a “merokok dap at meny ebabkan kanker p aru-p aru, bronkitis kronik dan emfisema, p enyakit jantung koroner dan gan gguan pada janin dalam k andungan.


(14)

wajib mencantumkan p eringatan bah aya merokok bagi kesehatan den gan gambar y ang meny eramkan p ada bun gkus k emasan rokok, baik rokok luar neger i maup un rokok dalam negeri dan ju ga disosialisasikan beberap a hal seperti berikut:

(1) Peringatan Kesehatan bentuk gambar dan tulisan masing-masing sisi kemasan (depan-belakan g) sebesar 40 p ersen; (2) Ukuran iklan di med ia lu ar sebesar 72 meter persegi; (3) Khusus bagi tempat umum, temp at kerja dan temp at lainnya meny ediakan tempat khusus merokok; (4) Pemberlaku an Peringatan Kesehatan p erlu dibahas lebih lanjut masa transisiny a; (5) Perlu sosialisasi darft RPP sebelum ditandatangan i Presiden.

2.3 Pembagian Ruangan Berdasarkan Prinsip Rumah Sehat

Telah dikemukak an dalam persy aratan rumah sehat, bahwa rumah sehat harus memp uny ai cukup banyak ruangan-ruan gan sep erti : ruang duduk/ruan g mak an,kamar tidur, kamar mandi, jamban, dapur, temp at cuci p akaian, temp at berekreasi dan temp at beristirahat, dengan tujuan agar setiap p enghuniny a merasa nikmat dan merasa betah tinggal di ru mah tersebut. Adapun sy arat-sy arat p embagian ruan gan yang baik adalah sebagai ber ikut :

1. Adany a p emisah y ang baik antara ruan gan kamar tidur kepala keluar ga (suamiistri) den gan kamar tidur anak-anak, baik laki-laki maup un p eremp uan,terutama anak-anak yang sudah dewasa.

2. Memilih tata ruangan y ang baik, agar memud ahkan komunikasi danp erhubungan antara ruangan didalam rumah d an ju ga menjamin keb ebasandan k erahasiaan p ribadi masin g-masin g terp enuhi.

3. Tersediany a jumlah kamar/ruan gan kediaman y ang cukup den gan luas lantaisekur ang-kurangnya 6 m2 agar dap at memenuhi kebutuhan p enghuniny auntuk melakukan kgiatan


(15)

4. Bila ruang duduk digabun g dengan ru an g tidur, mak a lu as lantai tidak bo lehkuran g d ari 11 m2 untuk 1 orang, 14 m2 bila digunakan 2 oran g, dalam hal iniharus dip isah.

5. Dap ur (a) Luas dap ur minimal 14 m2 dan lebar minimal 1,5 m2, (b) Bilapenghuni tersebut lebih dari 2 orang, lu as dap ur tidak boleh kurang dar i 3 m2,(c) Di d apur harus tersedia alat-alat pengolahan makanan, alat-alat masak,temp at cuci p eralatan dan air bersih, (d) Didap ur harus tersedia temp atp eny imp anan bahan makanan. Atau makanan y ang siap disajikan y ang dap atmencegah p engotoran makanan oleh lalat, debu dan lain-lain dan mencegahsinar matahari lan gsung.

6. Kamar Mandi dan jamban kelu ar ga

a. Setiap kamar mandi dan jamban palin g sedikit salah satu dari dindingny ay ang berluban g ventilasi berhubun gan d engan udar a luar. Bila tidak harus dilen gkap i den gan v entilasi mekanis untuk mengeluarkan udarad ari kamar mandi d an jamban tersebut, sehin gga tidak mengotoriruan gan lain.

b. Pada setiap kamar mandi harus bersih untuk mandi y ang cukup jumlahnya.

c. Jamban harus berleh er an gsa dan 1 jamban tidak boleh d ari 7 oran g bilajamban tersebut terpisah dari kamar mand i.

2.4 Rumah Susun

Berdasarkan Undan g-Undan g Rep ublik Indonesia No. 20 tahun 2011 tentang Rumah Susun meny ebutkan bahwa rumah susun adalah ban gunan gedun g bertin gkat y angdib an gun dalam suatu lingkun gan yang terbagi dalam b agian-b agian y ang distrukturkan secara fun gsional,baik dalam ar ah horizontal maup un vertikal danmerup akan satuan-satuan y ang masing- masin g dap atdimiliki d an digun akan secara terp isah, terutama untuktemp at hunian y ang d ilen gkap i dengan bagian bersama,benda b ersama, d an tanah bersama.


(16)

Penyelenggar aan rumah susun bertujuan untuk (Undan g-Undang Rep ublik Indon esia No. 20 tahun 2011 tentang Rumah Susun):

a. Menjamin terwujudny a rumah susun yang layak hunidan terjan gk au dalam lin gkun gan y an g sehat, aman,harmon is, dan berkelanjutan serta mencip takanp ermukiman yang terp adu guna memban gun k etahananekono mi, sosial, d an buday a.

b. Meningkatkan efisiensi dan ef ektivitas p emanfaatanruan g dan tanah, serta meny ediakan ru an g terbuka hijaud i kawasan p erkotaan dalam mencip takan kawasanp ermukiman y ang len gkap serta serasi dan seimban gdengan memp erhatikan prinsip p embangunanberkelanjutan dan berwawasan lin gkun gan.

c. Mengurangi luasan d an men cegah timbu lny a perumahan dan p ermukiman kumuh.

d. Mengarahkan pengemban gan kawasan p erkotaan y ang serasi, seimb an g, efisien, dan produktif.

e. Memenuhi kebutuhan sosial dan ekonomi y ang menunjan g kehidup an p enghuni dan masy arakat dengantetap mengutamak an tujuan pemenuhan kebutuhan p erumahan dan permukiman y ang lay ak, terutama bagi M BR.

f. Memberday akan p ara pemangku k ep entingan di b idang p emban gunan ru mah susun.

g. Menjamin terp enuhinya kebutuhan rumah susun y ang lay ak dan terjan gkau, terutama bagi MBR dalam lingkun gan y ang sehat, aman, harmonis, d an berk elanjutan dalam suatu sistem tata kelola p erumahan dan p ermukiman y ang terp adu; dan

h. Memberikan kep astian hukum dalam p eny ediaan, kep enghunian, pen gelolaan, dan kep emilikan ru mah susun.

Salah satu azas peny elenggar aan rumah susun berdasarkan UU No. 20 Tahun 2011 adalah k esehatan, y aitu memberikan landasan agar pembangunan rumah susun memenuhi


(17)

standar rumah sehat, sy arat kesehatan lingkun gan d an p erilaku hidup sehat. Salah satu komp onen rumah p ada indikator rumah seh at menurut Dep kes RI (2002) adalah p embagian ruan gan.

2.5 Kerangka Konsep

Berdasarkan teori dan keterbatasan p eneliti maka p eneliti membatasi hal-h al yang akan diteliti. Hal tersebut dap at dilihat pada keran gka konsep berikut ini:

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

Dari keran gk a konsep ini dibu at berdasarkan teori B eny amin Bloo m yan g menjelaskan bahwa p engetahuan dan sik ap penghuni rumah susun tentang rokok berhubun gan d engan tindakan kebiasaan merokok p enghun i rumah susun di Kecamatan Sei Tualan g Raso Kota Tanjungbalai Tahun 2015.

2.6 Hipotesis Penelitian

1. Ada hubungan p en getahuan tentang rokok d en gan tindakan k ebiasaan merokok. 2. Ada hubungan sik ap tentang rokok dengan tindakan keb iasaan merokok.

Karakteristik personal:

- Umur

- Jenis kelamin

- Pendidikan

- pekerjaan Pengetahuan

terhadap rokok Sumber informasi :

-p etugas kesehatan -media cetak -media elektronik

Sikap terhadap

rokok

Tindakan kebiasaan merokok di rumah


(1)

Beberapa p rofesi bahkan mewajibkan merokok. Bid an g-bidan g y an g berkaitan den gan konsentrasi tinggi, seperti seni dan kerja intelektual. M enurutny a tanp a rokok mereka tidak bisa men ger jakan p ekerjaannya secara op timal dan tidak b isa berfikir (Adit, 2002).

2. Teman Seb ay a

Betap a bany ak anak remaja yang merokok hany a karena mereka memiliki teman p erokok berat. Kadang k ala seseoran g merokok karena mengh adapi tekanan hidup dan menjadikanny a sebagai sarana untuk melar ikan d iri d ari masalah yang d ihadap iny a hingga akhirnya dan tanp a disadarinya, merokokp un menjadi satu kebiasaan dalam dir inya.

3. Pergau lan dalam M asyarakat

Kebiasaan merokok pada sebagian oran g, umumny a dipicu oleh citra dalam d iri tiap individu dan ju ga p ergau lan dalam masyarakatnya. ABG (anak baru ged e) umumny a merokok karena sekedar ikut-ikutan oran g y ang leb ih dewasa dar iny a. Kadan g p ara ABG ini merokok karena sekedar in gin men gikuti trend y ang ada disek itarnya (Husaini, 2006). 4. Gengsi, kelihatan macho (ker en), atau in gin dian ggap dewasa

M erup akan serangkaian alasan remaja merokok, sebagaimana dikemukakan M angunegoro dalam Mangunp rasodjo(2005) bahwa merokok dapat mendatangkan berbagai kenik matan. Bany ak p erokok y ang mengaku tidak bisa berhenti merokok karen a merokok dap at menenan gk an p ikiran. Padah al semakin bany ak rokok y ang terisap, p erokok akan men galami b erbagai peny akit, ujarnya.

5. Peran Orang Tua

Salah satu temuan tentang remaja p erokok adalah bahwa anak-an ak muda y ang berasal dar i rumah tangga y an g tidak bahagia, diman a oran g tua tidak begitu memp erhatikan anak-anaknya dan member ikan hukuman fisik y an g keras leb ih mudah untuk menjadi p erokok


(2)

dibandin g an ak-anak mud a y ang ber asal dari lin gkun gan rumah tangga y ang bahagia (Baer & Corado dalam Atkinson, 1999).

6. Kep ribadian

Orang mencoba untuk merokok karena alasan in gin tahu atau in gin melep askan diri dari rasa sakit fisik atau jiwa, membebaskan diri dar i kebosanan. Namun satu sifat kep ribadian y ang bersifat p rediktif p ada p engguna obat-obatan (termasuk rokok) ialah konformitas sosial. Orang yang memiliki skor tinggi p ada berbagai tes konformitas sosial lebih mudah menjad i p enggunadiband in gkan den gan mer eka y ang memiliki skor y ang rendah (Atkinson, 1999). 7. Iklan

M elihat iklan di media massa dan elektronik y ang menamp ilkan gamb aran bahwa p erokok adalah lambang kejantanan atau glamour, membuat remaja ser in gkali terpicu untuk men gikuti p erilaku sep erti y ang ada dalam iklan tersebut (M ari Juniarti, 1991dalam Laili, 2007).

2.2.5 Gambar peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok

M enurut Aditama (2006) mencantumkan bahaya merokok p ada setiap bungkus rokok dianggap perlu untuk memberi kesempatan p ada calon p embeli agar menimban g-nimban g, ap akah akan memb eli bar an g yang berbah aya. Tulisan dan gambar p erin gatan merokok bervariasi dar i y ang p aling sederhan a, y ang hany a menuliskan “merokok berbahay a bagi kesehatan” samp ai ke tulisan y ang lebih sp esifik, contohny a “merokok dap at meny ebabkan kanker p aru-p aru, bronkitis kronik dan emfisema, p enyakit jantung koroner dan gan gguan pada janin dalam k andungan.

Pemerintah meny emp urnakan Peraturan Pemerintah melalui p eraturan Menteri Kesehatan No. 28 tahun 2013 y ang dikutip dalam M ahmudin (2014), semua p roduk rokok di Indonesia


(3)

wajib mencantumkan p eringatan bah aya merokok bagi kesehatan den gan gambar y ang meny eramkan p ada bun gkus k emasan rokok, baik rokok luar neger i maup un rokok dalam negeri dan ju ga disosialisasikan beberap a hal seperti berikut:

(1) Peringatan Kesehatan bentuk gambar dan tulisan masing-masing sisi kemasan (depan-belakan g) sebesar 40 p ersen; (2) Ukuran iklan di med ia lu ar sebesar 72 meter persegi; (3) Khusus bagi tempat umum, temp at kerja dan temp at lainnya meny ediakan tempat khusus merokok; (4) Pemberlaku an Peringatan Kesehatan p erlu dibahas lebih lanjut masa transisiny a; (5) Perlu sosialisasi darft RPP sebelum ditandatangan i Presiden.

2.3 Pembagian Ruangan Berdasarkan Prinsip Rumah Sehat

Telah dikemukak an dalam persy aratan rumah sehat, bahwa rumah sehat harus memp uny ai cukup banyak ruangan-ruan gan sep erti : ruang duduk/ruan g mak an,kamar tidur, kamar mandi, jamban, dapur, temp at cuci p akaian, temp at berekreasi dan temp at beristirahat, dengan tujuan agar setiap p enghuniny a merasa nikmat dan merasa betah tinggal di ru mah tersebut. Adapun sy arat-sy arat p embagian ruan gan yang baik adalah sebagai ber ikut :

1. Adany a p emisah y ang baik antara ruan gan kamar tidur kepala keluar ga (suamiistri) den gan kamar tidur anak-anak, baik laki-laki maup un p eremp uan,terutama anak-anak yang sudah dewasa.

2. Memilih tata ruangan y ang baik, agar memud ahkan komunikasi danp erhubungan antara ruangan didalam rumah d an ju ga menjamin keb ebasandan k erahasiaan p ribadi masin g-masin g terp enuhi.

3. Tersediany a jumlah kamar/ruan gan kediaman y ang cukup den gan luas lantaisekur ang-kurangnya 6 m2 agar dap at memenuhi kebutuhan p enghuniny auntuk melakukan kgiatan kehidup an.


(4)

4. Bila ruang duduk digabun g dengan ru an g tidur, mak a lu as lantai tidak bo lehkuran g d ari 11 m2 untuk 1 orang, 14 m2 bila digunakan 2 oran g, dalam hal iniharus dip isah.

5. Dap ur (a) Luas dap ur minimal 14 m2 dan lebar minimal 1,5 m2, (b) Bilapenghuni tersebut lebih dari 2 orang, lu as dap ur tidak boleh kurang dar i 3 m2,(c) Di d apur harus tersedia alat-alat pengolahan makanan, alat-alat masak,temp at cuci p eralatan dan air bersih, (d) Didap ur harus tersedia temp atp eny imp anan bahan makanan. Atau makanan y ang siap disajikan y ang dap atmencegah p engotoran makanan oleh lalat, debu dan lain-lain dan mencegahsinar matahari lan gsung.

6. Kamar Mandi dan jamban kelu ar ga

a. Setiap kamar mandi dan jamban palin g sedikit salah satu dari dindingny ay ang berluban g ventilasi berhubun gan d engan udar a luar. Bila tidak harus dilen gkap i den gan v entilasi mekanis untuk mengeluarkan udarad ari kamar mandi d an jamban tersebut, sehin gga tidak mengotoriruan gan lain.

b. Pada setiap kamar mandi harus bersih untuk mandi y ang cukup jumlahnya.

c. Jamban harus berleh er an gsa dan 1 jamban tidak boleh d ari 7 oran g bilajamban tersebut terpisah dari kamar mand i.

2.4 Rumah Susun

Berdasarkan Undan g-Undan g Rep ublik Indonesia No. 20 tahun 2011 tentang Rumah Susun meny ebutkan bahwa rumah susun adalah ban gunan gedun g bertin gkat y angdib an gun dalam suatu lingkun gan yang terbagi dalam b agian-b agian y ang distrukturkan secara fun gsional,baik dalam ar ah horizontal maup un vertikal danmerup akan satuan-satuan y ang masing- masin g dap atdimiliki d an digun akan secara terp isah, terutama untuktemp at hunian y ang d ilen gkap i dengan bagian bersama,benda b ersama, d an tanah bersama.


(5)

Penyelenggar aan rumah susun bertujuan untuk (Undan g-Undang Rep ublik Indon esia No. 20 tahun 2011 tentang Rumah Susun):

a. Menjamin terwujudny a rumah susun yang layak hunidan terjan gk au dalam lin gkun gan y an g sehat, aman,harmon is, dan berkelanjutan serta mencip takanp ermukiman yang terp adu guna memban gun k etahananekono mi, sosial, d an buday a.

b. Meningkatkan efisiensi dan ef ektivitas p emanfaatanruan g dan tanah, serta meny ediakan ru an g terbuka hijaud i kawasan p erkotaan dalam mencip takan kawasanp ermukiman y ang len gkap serta serasi dan seimban gdengan memp erhatikan prinsip p embangunanberkelanjutan dan berwawasan lin gkun gan.

c. Mengurangi luasan d an men cegah timbu lny a perumahan dan p ermukiman kumuh.

d. Mengarahkan pengemban gan kawasan p erkotaan y ang serasi, seimb an g, efisien, dan produktif.

e. Memenuhi kebutuhan sosial dan ekonomi y ang menunjan g kehidup an p enghuni dan masy arakat dengantetap mengutamak an tujuan pemenuhan kebutuhan p erumahan dan permukiman y ang lay ak, terutama bagi M BR.

f. Memberday akan p ara pemangku k ep entingan di b idang p emban gunan ru mah susun.

g. Menjamin terp enuhinya kebutuhan rumah susun y ang lay ak dan terjan gkau, terutama bagi MBR dalam lingkun gan y ang sehat, aman, harmonis, d an berk elanjutan dalam suatu sistem tata kelola p erumahan dan p ermukiman y ang terp adu; dan

h. Memberikan kep astian hukum dalam p eny ediaan, kep enghunian, pen gelolaan, dan kep emilikan ru mah susun.

Salah satu azas peny elenggar aan rumah susun berdasarkan UU No. 20 Tahun 2011 adalah k esehatan, y aitu memberikan landasan agar pembangunan rumah susun memenuhi


(6)

standar rumah sehat, sy arat kesehatan lingkun gan d an p erilaku hidup sehat. Salah satu komp onen rumah p ada indikator rumah seh at menurut Dep kes RI (2002) adalah p embagian ruan gan.

2.5 Kerangka Konsep

Berdasarkan teori dan keterbatasan p eneliti maka p eneliti membatasi hal-h al yang akan diteliti. Hal tersebut dap at dilihat pada keran gka konsep berikut ini:

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

Dari keran gk a konsep ini dibu at berdasarkan teori B eny amin Bloo m yan g menjelaskan bahwa p engetahuan dan sik ap penghuni rumah susun tentang rokok berhubun gan d engan tindakan kebiasaan merokok p enghun i rumah susun di Kecamatan Sei Tualan g Raso Kota Tanjungbalai Tahun 2015.

2.6 Hipotesis Penelitian

1. Ada hubungan p en getahuan tentang rokok d en gan tindakan k ebiasaan merokok. 2. Ada hubungan sik ap tentang rokok dengan tindakan keb iasaan merokok.

Karakteristik personal:

- Umur

- Jenis kelamin - Pendidikan

- pekerjaan Pengetahuan

terhadap rokok

Sumber informasi : -p etugas kesehatan -media cetak -media elektronik

Sikap terhadap

rokok

Tindakan kebiasaan merokok di rumah


Dokumen yang terkait

Hubungan Pengetahuan dan Sikap terhadap Rokok dengan Kebiasaan Merokok Penghuni Rumah Susun di Kecamatan Sei Tualang Raso Kota Tanjungbalai Tahun 2015

1 41 128

Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Penghuni dan Fasilitas Rumah Susun terhadap Kesiapan Tanggap Darurat Bencana Kebakaran di Rumah Susun Pekunden Kota Semarang 2014.

0 2 18

98831909 hubungan pengetahuan dan sikap tentang rokok dengan perilaku merokok

1 13 70

KONDISI NELAYAN TRADISIONAL DI KECAMATAN SEI TUALANG RASO KOTA TANJUNG BALAI.

0 2 21

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG ROKOK DENGAN SIKAP TERHADAP BAHAYA MEROKOK PADA SISWA Hubungan Pengetahuan Tentang Rokok Dengan Sikap Terhadap Bahaya Merokok Pada Siswa Smk Batik 1 Surakarta.

0 2 16

Hubungan Pengetahuan dan Sikap terhadap Rokok dengan Kebiasaan Merokok Penghuni Rumah Susun di Kecamatan Sei Tualang Raso Kota Tanjungbalai Tahun 2015

0 0 14

Hubungan Pengetahuan dan Sikap terhadap Rokok dengan Kebiasaan Merokok Penghuni Rumah Susun di Kecamatan Sei Tualang Raso Kota Tanjungbalai Tahun 2015

0 0 2

Hubungan Pengetahuan dan Sikap terhadap Rokok dengan Kebiasaan Merokok Penghuni Rumah Susun di Kecamatan Sei Tualang Raso Kota Tanjungbalai Tahun 2015

0 0 8

Hubungan Pengetahuan dan Sikap terhadap Rokok dengan Kebiasaan Merokok Penghuni Rumah Susun di Kecamatan Sei Tualang Raso Kota Tanjungbalai Tahun 2015

0 0 4

Hubungan Pengetahuan dan Sikap terhadap Rokok dengan Kebiasaan Merokok Penghuni Rumah Susun di Kecamatan Sei Tualang Raso Kota Tanjungbalai Tahun 2015

0 0 34