Keragaan Kembang Kertas (Zinnia elegans Jacq) Generasi M5 dan M6 hasil irradiasi Sinar X | Khoiriyah, Aziz Purwantoro, Taryono | Vegetalika 1515 2756 1 PB

KERAGAAN KEMBANG KERTAS (Zinnia elegans Jacq) GENERASI M5 DAN
M6 HASIL IRRADIASI SINAR X
PERFORMANCE OF M5 AND M6 POPULATION OF Zinnia elegans Jacq
INDUCED BY X-RAY IRRADIATION
Annisa Khoiriyah1, Aziz Purwantoro2, Taryono2
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi beberapa karakter pada
populasi M5 dan M6 tanaman kembang kertas (Zinnia elegans) setelah dilakukan
kegiatan seleksi. Kegiatan seleksi dilakukan pada individu tanaman yang memilki
bunga berbentuk pompon atau bunga berbentuk double dan berwarna red
purple. Penelitian dilaksanakan di lahan seluas ± 250 m2 di komplek perumahan
Jatimulyo, Yogyakarta. Penanaman populasi M5 dilaksanakan pada bulan April
sampai Agustus 2010 sedangkan penanaman populasi M6 dilaksanakan pada
bulan November 2010 sampai Maret 2011. Data masing-masing karakter
pengamatan dianalisis dengan Uji F untuk mendapatkan nilai varian, kemudian
digunakan Uji T untuk membandingkan rerata nilai tiap karakter pengamatan
antara kedua populasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai varian pada karakter bentuk
bunga pompon, bentuk bunga double dan warna bunga red purple pada populasi
M6 menurun setelah dilakukan kegiatan seleksi. Meskipun, persentase jumlah
individu dengan karakter bunga pompon, bentuk bunga double dan warna bunga

red purple tidak berbeda nyata antara populasi M5 dan M6. Karakter
pengamatan diameter batang dan jumlah bunga per tanaman memiliki nilai
heritabilitas yang tinggi.
Kata kunci : kembang kertas (Zinnia elegans Jacqs.), heritabilitas, keragaan,
seleksi
ABSTRACT
The aim of this research is to evaluate several character in M5 and M6
population of Zinnia elegans after selection. The selection was done to the type
and colour of flower, i.e. pompon, double and red purple respectively. The
research was conducted in Jatimulyo residence, Yogyakarta on the land area of
250 m2. M5 population was planted during April until August 2010, while the M6
population was planted during November 2010 until March 2011. The data of
each character observed were analyzed using F test to get the variance value.
More over, the T test was used to compare the average values between M5 and
M6 population.
The result showed that variance of pompon type, double type and red
purple in M6 population decreased after selection. However, the percentage of
pompon type, double type and red purple was similiar between M5 and M6
population. The stem diameter and number of flowers per plant have a high
heritability values.

Keywords : Zinnia elegans, heritability, performance, selection

1Alumni
2

Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Fakultas Pertanian Gadjah Mada, Yogyakarta

PENDAHULUAN
Pemanfaatan kembang kertas sebagai salah satu komoditas tanaman
hias mempunyai potensi yang cukup besar, karena tanaman ini memiliki bunga
yang indah, dengan ukuran dan warna bunganya beragam dan cocok
dibudidayakan di negara tropis seperti Indonesia. Di Amerika, kembang kertas
merupakan bunga yang popular dan banyak diminati. Selama 50 tahun terakhir
pemuliaan tanaman kembang kertas di Amerika telah banyak dilakukan sehingga
menjadikan bunga ini sangat terkenal. Perbaikan tanaman kembang kertas
diarahkan pada tinggi dan bentuk tanaman, serta ukuran dan warna bunga
(Swarup, 1967).
Di Indonesia, kembang kertas pada umumnya hanya ditanam sebagai
tanaman hias pagar saja, sehingga belum sepopuler bunga-bunga potong

lainnya. Masyarakat tidak begitu mengenal dan menyukai kembang kertas
karena ukuran, bentuk dan warna kembang kertas yang sangat sederhana. Bagi
produsen tanaman hias, kembang kertas kurang menguntungkan karena harga
jualnya yang murah, sehingga diperlukan perbaikan pada kualitas bentuk, warna
dan ukuran bunga melalui teknik pemuliaan tanaman agar minat masyarakat
terhadap kembang kertas semakin tinggi.
Pemuliaan tanaman hanya akan berhasil jika di dalam populasi tanaman
terdapat variasi genetik. Hasil mutasi merupakan sumber keragaman organisme.
Induksi dengan radiasi atau mutagen bertujuan untuk mengubah susunan
genetik tanaman sehingga dapat menciptakan atau menimbulkan keragaman
genetik. Induksi radiasi dapat menyebabkan mutasi karena sel yang teradiasi
dibebani tenaga kinetik yang tinggi, sehingga dapat mempengaruhi atau
mengubah reaksi kimia yang menyebabkan perubahan susunan kromosom
(Darmawi et al., 1995).
Dari karakter-karakter seleksi tersebut, sampai saat ini telah dilakukan
seleksi dari generasi M2 sampai generasi M4 tanaman kembang kertas hasil dari
irradiasi sinar X terhadap karakter bentuk dan warna bunga pita, sehingga
diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengevaluasi keragaman sifat tanaman
kembang kertas hasil induksi mutasi dengan sinar X pada generasi selanjutnya
khususnya untuk mengetahui kemantapan sifat warna kembang kertas dan

perubahan yang terjadi pada sifat-sifat agronomis pada generasi M5 dan M6
dalam rangka pengembangan kembang kertas sebagai komoditas tanaman hias.

BAHAN DAN METODE
Penelitian dilaksanakan di lahan seluas ± 250 m2 di Kompleks
Perumahan Jatimulyo, Yogyakarta. Penelitian dilaksanakan dalam dua tahap
Penelitian pertama dilaksanakan pada bulan April sampai Agustus 2010
sedangkan penelitian kedua dilaksanakan pada bulan November 2010 sampai
Maret 2011. Bahan tanam yang digunakan pada penelitian pertama adalah 19
nomor kembang kertas generasi M5 yang merupakan hasil seleksi dari kuntum
bunga tanaman terpilih pada populasi M4. Nomor-nomor tersebut dipilih
berdasarkan kesamaan warna bunga pita yaitu red puple group dengan bunga
pita yang berbentuk double dan pompon. Pada penelitian tahap kedua, bahan
tanam yang digunakan adalah 13 nomor kembang kertas generassi M6 yang
merupakan benih dari kuntum tanaman yang dipilih berdasarkan kesamaan
warna bunga pita yaitu red puple group dengan bunga pita yang berbentuk
double dan pompon pada populasi M5. Pada generasi M5 dan M6 ini benihbenih yang ditanam merupakan benih hasil dari kuntum yang mengalami
penyerbukan terbuka (open pollination). Penelitian dilaksanakan dengan
menggunakan metode seleksi satu baris satu kuntum seperti metode seleksi ear
to row pada jagung dengan dua generasi tanam sebagai perlakuan dan nomor

dalam generasi tanam sebagai ulangan.
Karakter pengamatan dibagi menjadi dua, yaitu karakter kualitatif dan
karakter kuantitatif. Karakter kualitatif yang meliputi variabel pengamatan bentuk
bunga dan warna bunga pita disajikan dalam bentuk persen (%) yang merupakan
perbandingan antara individu dengan bentuk bunga atau warna bunga tertentu
dengan total individu dalam populasi. Nilai persen (%) yang diperoleh pada
populasi M5 kemudian dibandingkan dengan nilai persen (%) yang diperoleh
pada populasi M6. Karakter kuantitatif meliputi variabel pengamatan persentase
jumlah benih yang berkecambah, indeks vigor/kecepatan berkecambah, tinggi
tanaman, umur berbunga, jumlah helai bunga pita, diameter bunga penuh,
diameter bunga cakram, panjang tangkai bunga, diameter tangkai bunga,
diameter batang, jumlah bunga per tanaman, lama kesegaran bunga potong dan
lama kesegaran bunga di lapangan. Nilai tengah tiap-tiap generasi, yaitu
generasi M5 dan M6 dari data persentase karakter kualitatif dan data karakter
kuantitatif dibandingkan kemudian dianalisis dengan Uji T untuk mengetahui
perbedaan antar dua generasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Sifat (karakter) kualitatif adalah sifat yang secara visual dapat dibedakan
sehingga mudah dikelompokkan dan biasanya dinyatakan dalam kategori.

Ekspresi sifat-sifat kualitatif biasanya hanya sedikit dipengaruhi oleh faktor
lingkungan. Hal ini karena sifat kualitatif dikendalikan oleh gen sederhana (satu
atau dua gen).
Tabel 1. Jumlah tanaman dengan berbagai bentuk bunga dan sebaran
warna bunga pita pada populasi M5
Sebaran Warna Bunga Pita
Bentuk Bunga
Jumlah
Red purple
Red
Orange
Yellow
White
Single
32
20
2
1
8
1

Double
69
52
3
3
10
2
Pompon
13
11
0
0
2
0
Total
114
82
5
4
20

3
Pada populasi pertanaman M5 (tabel 1) tanaman dengan bunga
berbentuk double dan berwarna red purple mendominasi populasi dengan jumlah
52 tanaman dari total 114 tanaman, sedangkan tanaman dengan bunga
berbentuk single dengan warna redpurple berjumlah 20 dari 114 tanaman dan
tanaman dengan bunga berbentuk pompon dan berwarna redpurple berjumlah
paling sedikit yaitu 11 dari 114 tanaman. Seleksi pada populasi M5 dilakukan
berdasarkan karakter kualitatif, yaitu dipilih tanaman dengan karakter bentuk
bunga double (semi double capitula) dan pompon (fully double capitula),
sedangkan untuk karakter warna dipilih tanaman dengan bunga yang berwarna
merah-ungu (red purple group). Bahan seleksi ini kemudian ditanam dan disebut
sebagai populasi pertanaman M6.
Tabel 2. Jumlah tanaman dengan berbagai bentuk bunga dan sebaran
warna bunga pita pada populasi M6
Sebaran Warna Bunga Pita
Bentuk Bunga
Jumlah
Red purple
Red
Orange

Yellow
White
Single
39
28
3
1
6
1
Double
73
50
4
0
15
4
Pompon
59
32
1

0
18
8
Total
171
110
8
1
39
13
Pada populasi M6, dari 38 biji M6 yang berasal dari 2 individu tanaman
yang diseleksi dari pertanaman populasi M5 yang bunganya berbentuk double
dan berwarna redpurple menghasilkan 9 individu tanaman yang bersifat seperti
induknya. Total individu tanaman yang mempunyai sifat demikian adalah 50

individu

tanaman

dan


individu

tanaman

dengan

sifat

tersebut

masih

mendominasi populasi pertanaman M6, sedangkan dari 133 biji M6 yang berasal
dari 2 individu tanaman yang didapatkan dari pertanaman populasi M5 yang
bunganya berbentuk pompon dan berwarna red purple menghasilkan 32 individu
tanaman yang bersifat seperti induknya.
Dengan adanya kegiatan seleksi ini, jumlah individu tanaman dengan
bunga berbentuk pompon dan berwarna red purple meningkat pada populasi
pertanaman M6 yaitu 32 tanaman dari 169 tanaman (tabel 2). Warna bunga yang
lain yaitu red, orange, yellow dan white juga masih nampak pada populasi
pertanaman M5 dan M6 (tabel 1 dan 2). Hal tersebut diduga karena terjadinya
perkawinan acak atau random mating yaitu tiap individu dalam populasi
mempunyai kesempatan yang sama untuk kawin dengan individu lain dalam
populasi tersebut. Perkawinan acak lazim terjadi pada tanaman yang
penyerbukannya bersilang atau cross pollinated crops.
Tabel 3. Jumlah , persentase dan varian tanaman dengan berbagai karakter
bentuk bunga pita pada populasi M5 dan M6
Jumlah
Persentase
Varian
Bentuk Pita Bunga
M5
M6
M5
M6
M5
M6
Single
32
39
27.7 a
21.8 a
680.1 a 551.8 a
Double
69
73
56.2 a
46.8 a 1041.5 a 223.2 b
Pompon
13
59
16.1 a
31.4 a
701.7 a 564.7 a
Total
114
171
100
100
2423.3
1339.7
Keterangan : nilai varian dan persentase yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu
baris menunjukkan tidak ada beda nyata berdasarkan uji F dan uji T pada taraf
5% , sedangkan nilai varian yang diikuti oleh huruf yang berbeda dalam satu
baris menunjukkan ada beda nyata berdasarkan uji F pada taraf 5%.

Pada penelitian ini, data dari persentase karakter kualitatif diuji
homogenitas kedua variannya menggunakan uji F, kemudian dua nilai tengah
antara dua generasi dibandingkan menggunakan uji T . Dari uji F didapatkan
hasil bahwa terdapat perbedaan yang nyata pada varian antara generasi M5 dan
generasi M6 pada karakter bentuk bunga double, warna bunga red, orange,
yellow dan white. Pada karakter bentuk bunga single, pompon dan warna bunga
red purple, varian antara kedua generasi tidak berbeda nyata. Dari uji T
didapatkan hasil bahwa persentase semua karakter-karakter kualitatif antara
generasi M5 dan M6 tidak berbeda nyata (tabel 3 dan 4).
Jumlah, persentase dan varian karakter bentuk bunga pita pada populasi
M5 dan M6 menunjukkan bahwa terjadi kecenderungan penurunan persentase

bunga bentuk single dari generasi M5 ke generasi M6 (Tabel 3). Namun,
persentase bunga dengan bentuk double yang diharapkan meningkat dari
generasi M5 ke generasi M6 justru menurun, meskipun persentase bunga
dengan bentuk pompon meningkat dari generasi M5 ke generasi M6. Penurunan
nilai varian terlihat pada ketiga karakter bentuk bunga pita. Hal ini membuktikan
bahwa proses seleksi dari satu generasi ke generasi berikutnya dapat
meningkatkan keseragaman atau homozigositas sifat-sifat yang kita inginkan.
Tabel 4. Jumlah , persentase dan varian warna bunga pita pada populasi M5
dan M6
Jumlah
Persentase
Varian
Warna Pita Bunga
M5
M6
M5
M6
M5
M6
Red purple
82
110 73.4 a
66.1 a 1276.6 a 784.6 a
Red
5
8
3.4 a
2.7 a
37.04 a
13.7 b
Orang
4
1
1.9 a
0.6 a
42.05 a
4.6 b
Yellow
20
39
20.1 a
21.2 a 1206.4 a 315.5 b
White
3
13
1.2 a
9.4 a
9.2 a 232.0 b
Total
114
171
100
100
2571.3
1350.4
Keterangan : nilai varian dan persentase yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu
baris menunjukkan tidak adanya beda nyata berdasarkan uji F dan uji T pada
taraf 5% , sedangkan nilai varian yang diikuti oleh huruf yang berbeda dalam satu
baris menunjukkan adanya beda nyata berdasarkan uji F pada taraf 5%.

Jumlah, persentase dan varian karakter warna bunga pita pada populasi
M5 dan M6 menunjukkan bahwa terjadi penurunan persentase individu dengan
warna bunga redpurple, red dan orange, sedangkan individu tanaman dengan
warna bunga yellow dan white justru meningkat. dari generasi M5 ke generasi
M6 (Tabel 4). Perubahan persentase pada generasi M5 ke generasi M6 kurang
sesuai dengan harapan. Kecenderungan penurunan nilai varian juga terlihat
pada karakter warna bunga pita red purple, red, orange dan yellow sedangkan
pada karakter warna bunga pita white, nilai varian justru meningkat. Penurunan
nilai varian tersebut membuktikan bahwa proses seleksi dari satu generasi ke
generasi berikutnya dapat meningkatkan keseragaman atau homozigositas sifatsifat yang diinginkan sedangkan peningkatan nilai varian yang tidak sesuai
dengan harapan program seleksi kemungkinan disebabkan karena adanya
interaksi G*E menyebabkan nilai duga karakter genetik menjadi bias, sehingga
seleksi menjadi tidak efektif.
Pengelompokkan berdasarkan sifat kuantitatif dinyatakan dalam bentuk
angka sehingga memerlukan pengamatan dan pengukuran. Ekspresi sifat-sifat

kuantitatif sangat besar dipengaruhi oleh faktor lingkungan, hal ini dikarenakan
sifat kuantititatif dikendalikan oleh banyak gen (polygenic).
Tabel 5. Varian dan rerata karakter kuantitatif pada generasi M5 dan M6
Varian
Rerata
Karakter
M5
M6
M5
M6
Persentase Perkecambahan (%)
573.64 a
291.42 a
47.62 a 59.10 a
Koefisien Kecepatan Berkecambah
2.02 a
29.27 b
10.70 a 27.74 b
Umur Berbunga (hst)
19.08 a
46.67 b
70.12 a 63.93 b
Jumlah Pita Bunga (helai)
4194.7 a
4038.9 a
72.31 a 89.46 a
Jumlah Tubular Floret (buah)
34.27 a
58.36 b
13.23 a 12.40 a
Diameter Bunga Pita (cm)
0.46 a
0.38 a
6.56 a
6.16 b
Diameter Disc Floret (cm)
0.35 a
0.68 b
1.52 a
1.19 b
Panjang Tangkai (cm)
26.69 a
12.13 b
23.98 a 19.06 b
Diameter Tangkai (cm)
0.0015 a
0.0006 b
0.24 a
0.22 b
Vase life (hari)
0.25 a
0.62 b
4.54 a
4.11 b
Kesegaran Lapangan (hari)
17.39 a
19.99 b
4.57 a 11.55 b
Jumlah Bunga Per Tanaman (kuntum)
269.49 a
38.85 b
36.71 a 17.37 b
Tinggi Tanaman (cm)
252.27 a
245.07 a
81.11 a 66.30 b
Diameter Batang (cm)
0.05 a
0.04 a
1.22 a
0.98 b
Keterangan : nilai varian yang diikuti oleh huruf yang berbeda dalam satu baris pada
karakter yang sama menunjukkan adanya beda nyata berdasarkan uji F pada
taraf 5% sedangkan nilai rerata yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu
baris menunjukkan tidak adanya beda nyata berdasarkan uji T pada taraf 5%.

Pada populasi M6 tanaman menunjukkan respon yang semakin baik pada
beberapa karakter yaitu persentase perkecambahan, koefisien kecepatan
berkecambah, jumlah helai pita bunga, umur berbunga dan kesegaran lapangan
setelah dilakukan seleksi, sedangkan tanggapan tanaman yang tidak terlalu baik
ditunjukkan oleh karakter tanaman yang lainnya (Tabel 5). Hal ini disebabkan
karena perbedaan waktu tanam pada kedua tahap pelaksanaan penelitian.
Tabel 6. Data curah hujan stasiun Kalasan, Sleman, Yogyakarta
Penelitian Tahap I
Penelitian Tahap II
Bulan, Tahun
Curah Hujan (mm)
Bulan, Tahun
Curah Hujan (mm)
April 2010
84.7
November 2010
110.3
Mei 2010
56.8
Desember 2010
222.9
Juni 2010
17.5
Januari 2011
363.0
Juli 2010
5.7
Februari 2011
254.0
Agustus 2010
6.9
Maret 2011
259.0
Total
171.6
Total
1209.2
Sumber : Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Geofisika Kelas I
Yogyakarta

Tabel persentase perkecambahan menunjukkan bahwa nilai persentase
perkecambahan tidak terdapat berbeda nyata antara generasi M5 dan M6 (Tabel
5). Meskipun terdapat kecenderungan nilai persentase perkecambahan benih

pada

generasi

M6

lebih

tinggi

dibandingkan

dengan

nilai

persentase

perkecambahan benih pada generasi M5. Kecenderungan penurunan nilai varian
juga terjadi dari generasi M5 ke generasi M6 meskipun tidak nyata.
Benih kembang kertas merupakan benih yang tidak memiliki masa
dormansi, sehingga dapat langsung disemai tanpa harus melewati masa
dormansi terlebih dahulu. Namun, kecilnya nilai persentase perkecambahan
pada benih di generasi M5 dan M6 dimungkinkan karena benih yang digunakan
sudah terlalu lama disimpan, sehingga viabilitasnya menurun. Meskipun, menurut
pengujian laboratorium baku, tidak terdapat standar daya tumbuh minimum untuk
kelas benih penjenis (Sutopo, 2004).
Hasil uji homogenitas dua varian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
nilai varian dari generasi M5 ke generasi M6 secara nyata. Tabel Coefficient
vigor benih kembang kertas menunjukkan terdapat beda nyata antara generasi
M5 dan M6 setelah dianalisis menggunakan Uji T. Nilai koefisien vigor benih
pada

generasi

M6

lebih

tinggi

dibandingkan

dengan

nilai

persentase

perkecambahan benih pada generasi M5 (Tabel 5). Hal tersebut dimungkinkan
karena periode penyimpanan benih generasi M5 yang lebih lama dibandingkan
dengan M6 sehingga menyebabkan viabilitas benih yang menurun.
Umur berbunga ditetapkan setelah 75 % populasi tanaman kembang
kertas telah berbunga. Hasil uji hoomogenitas dua varian juga menunjukkan
bahwa terjadi peningkatan nilai varian dari generasi M5 ke generasi M6 secara
nyata. Tabel umur berbunga tanaman kembang kertas menunjukkan perbedaan
yang nyata antar generasi M5 dan M6. Terlihat tanaman kembang kertas pada
generasi M6 memiliki umur berbunga yang cenderung lebih cepat ditandai
dengan nilai umur berbunga yang lebih rendah dibandingkan dengan generasi
M5 (Tabel 5).
Jumlah pita pada kembang kertas mencerminkan jumlah alat kelamin
betina (putik) pada bunga tersebut, sehingga dengan adanya pengamatan
jumlah pita pada kembang kertas dapat menjadi gambaran banyaknya biji yang
akan terbentuk dari kuntum bunga tersebut. Menurut Robbins et al. (1966)
tanaman yang termasuk dalam familia Compositae atau Asteraceae, memiliki
bunga terdiri dari banyak bunga kecil yang tersusun menjadi satu rangkaian
bunga. Karakteristik kelompok bunga ini disebut head. Satu kelompok bunga ini
terdiri dari dua jenis bunga yang berbeda, yaitu bunga pita (ray flower) dan

bunga cakram (disc flower). Pada beberapa spesies bunga hanya terdiri dari
bunga pita saja. Bunga pita bersifat steril yang terdiri dari bunga betina saja
(pistil).
Hasil uji homogenitas dua varian menunjukkan bahwa terjadi penurunan
nilai varian dari generasi M5 ke generasi M6 meskipun tidak nyata. Tabel jumlah
pita bunga tanaman kembang kertas menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan yang nyata antara jumlah pita bunga pada generasi M5 dan M6
(Tabel 5). Meskipun terdapat kecenderungan bahwa jumlah pita bunga pada
generasi M6 lebih banyak dibandingkan dengan jumlah pita bunga pada generasi
M5.
Hasil uji homogenitas dua varian menunjukkan bahwa nyata terjadi
peningkatan nilai varian dari generasi M5 ke generasi M6. Tabel jumlah tubular
floret tanaman kembang kertas menunjukkan tidak adanya perbedaan yang
nyata antar generasi (Tabel 5). Meskipun terdapat kecenderungan bahwa jumlah
tubular floret pada M5 lebih banyak daripada M6. Pada umumnya, tubular floret
dengan jumlah yang banyak terdapat pada kuntum bunga yang berbentuk single
dan double. Meskipun karakter ini bukan merupakan tujuan pemuliaan dari
penelitian ini, namun nomor tanaman dengan jumlah tubular floret yang lebih
banyak dapat menjadi materi seleksi untuk generasi selanjutnya.
Hasil uji homogenitas dua varian menunjukkan bahwa terjadi penurunan
nilai varian dari generasi M5 ke generasi M6 meskipun tidak nyata pada karakter
diameter bunga pita, sedangkan pada karakter diameter disc floret terjadi
peningkatan nilai varian dari generasi M5 ke generasi M6 secara nyata. Tabel
diameter bunga pita dan bunga cakram pada tanaman kembang kertas
menunjukkan perbedaan yang nyata antara diameter bunga pita dan diameter
disc floret pada generasi M5 dan M6 (Tabel 5). Diameter bunga pita pada
generasi M5 lebih besar dibandingkan dengan generasi M6. Hal tersebut juga
terjadi pada karakter diameter disc floret. Meskipun karakter ini bukan
merupakan tujuan dari penelitian ini, namun nomor tanaman dengan diameter
bunga pita dan diameter disc floret yang lebih besar dapat sangat potensial untuk
menjadi materi seleksi untuk generasi selanjutnya karena selera konsumen
bunga potong yang sangat variatif.
Adanya pengamatan panjang dan diameter tangkai dalam penelitian ini
ditujukan agar pada generasi selanjutnya dapat dilakukan seleksi terhadap

nomor-nomor tanaman yang memiliki tangkai kuntum bunga dan diameter yang
diinginkan oleh pasar. Menurut Cahyo (2010), semakin panjang tangkai kuntum
kembang kertas maka semakin lama umur pajang kuntum bunga tersebut.
Kelayuan kuntum bunga disebabkan oleh evapotranspirasi air dalam jaringan
tanaman.
Hasil uji homogenitas dua varian menunjukkan bahwa terjadi penurunan
nilai varian dari generasi M5 ke generasi M6 pada karakter panjang tangkai dan
diameter tangkai secara nyata. Tabel panjang dan diameter tangkai tanaman
kembang kertas menunjukkan perbedaan yang nyata antara panjang tangkai
kuntum bunga pada tanaman di populasi generasi M5 dan generasi M6. Hal
tersebut juga terjadi pada karakter diameter tangkai. Diameter tangkai pada
generasi M5 lebih besar dibandingkan dengan diameter tangkai pada generasi
M6 (Tabel 5).
Hasil uji homogenitas dua varian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
nilai varian dari generasi M5 ke generasi M6 secara nyata pada karakter vase life
dan kesegaran lapangan. Tabel vase life kuntum bunga tanaman kembang
kertas menunjukkan perbedaan yang nyata antara generasi M5 dan M6.
Terdapat kecenderungan bahwa kuntum kembang kertas dengan vase life yang
lebih panjang terdapat pada tanaman di populasi M5, sedangkan untuk
pengamatan kesegaran lapangan kuntum kembang kertas menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan yang nyata antara generasi M5 dan M6 (Tabel 5).
Kesegaran lapangan kuntum kembang kertas pada generasi M6 lebih panjang
dibandingkan dengan generasi M5.
Hasil uji homogenitas dua varian menunjukkan bahwa terjadi penurunan
nilai varian dari generasi M5 ke generasi M6 secara nyata pada karakter jumlah
bunga per tanaman. Tabel jumlah bunga per tanaman kembang kertas
menunjukkan perbedaan yang nyata antara generasi M5 dan generasi M6 (Tabel
5). Tanaman kembang kertas pada generasi M5 menghasilkan bunga dengan
jumlah yang lebih banyak dibandingkan dengan generasi M6. Meskipun sifat ini
bukan merupakan tujuan pemuliaan dari penelitian ini, namun nomor tanaman
dengan jumlah jumlah bunga yang lebih banyak dapat menjadi materi seleksi
untuk generasi selanjutnya, karena tentunya pengusaha bunga potong akan
lebih diuntungkan apabila dapat memproduksi bunga potong yang lebih banyak.

Tinggi tanaman dan diameter batang menjadi pengamatan pada saat
masa pertumbuhan vegetatif tanaman. Hasil uji homogenitas dua varian
menunjukkan bahwa terjadi penurunan nilai varian dari generasi M5 ke generasi
M6 meskipun tidak nyata pada karakter tinggi tanaman dan diameter batang.
Tabel tinggi tanaman dan diameter

batang tanaman kembang kertas

menunjukkan perbedaan yang nyata antara generasi M5 dan generasi M6 (Tabel
5). Tanaman kembang kertas pada generasi M5 menunjukan kenampakan fisik
tanaman yang lebih tinggi dibandingkan dengan generasi M6. Selain itu, Tabel 5
juga menunjukkan bahwa diameter batang tanaman kembang kertas pada
generasi M5 lebih panjang dibandingkan dengan generasi M6.
Dalam penelitian ini digunakan pendugaan nilai hertitabilitas dalam arti
luas. Heritabilitas dalam arti luas (broad sense heritability) merupakan
perbandingan antara varian genetik total dan varian fenotip.
Tabel 7. Nilai heritabilitas dalam arti luas pada karakter kuantitatif
σ 2g
σ 2p
Karakter Kuantitatif
Heritabilitas (%)
Persentase Benih Berkecabah
-16.96
501.87
-3.38
Koefisien Kecepatan Berkecambah
3.08
13.48
22.88
Umur Berbunga
18.81
54.57
34.48
Jumlah Pita Bunga
785.53 4224.23
18.60
Jumlah Tubular Floret
9.86
48.81
20.20
Diameter Bunga
0.12
0.49
25.29
Diameter Disc Floret
0.20
0.60
32.99
Panjang Tangkai
13.53
29.91
45.23
Diameter Tangkai
0.0002
0.0011
15.17
Vase Life
0.17
0.56
31.09
Kesegaran Lapangan
2.96
12.10
24.50
Diameter Batang
0.04
0.07
53.65
Jumlah Bunga per Tanaman
207.96
317.24
65.55
Tinggi Tanaman
146.24
356.11
41.06

Kategori
Rendah
Sedang
Sedang
Rendah
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Rendah
Sedang
Sedang
Tinggi
Tinggi
Sedang

Nilai heritabilitas yang besar menunjukkan bahwa pengaruh faktor genetik
terhadap penampakan fisik atau fenotipe besar, sehingga diharapkan keragaman
fenotipe yang muncul merupakan ekspresi dari faktor genetik yang terdapat di
dalamnya. Sedangkan nilai heritabilitas yang rendah menunjukkan kecilnya
pengaruh faktor genetik terhadap penampakan fisik atau fenotipe, sehingga
keragaman yang muncul lebih banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
Tabel nilai heritabilitas dalam arti luas (tabel 7) menunjukkan bahwa
karakter persentase benih berkecambah, jumlah pita bunga dan diameter tangkai
memiliki nilai heritabilitas yang rendah, Sedangkan pada karakter koefisien

kecepatan berkecambah, umur berbunga, jumlah tubular floret, diameter bunga,
diameter diskfloret, panjang tangkai, vase life, kesegaran lapangan dan tinggi
tanaman memiliki nilai heritabilitas sedang, Nilai heritabilitas yang sedang
menunjukkan bahwa korelasi antara varian genetik dan varian fenotip kurang
erat, Nilai heritabilitas yang tinggi dimiliki oleh karakter diameter batang dan
jumlah bunga per tanaman, Nilai heritabilitas yang tinggi menunjukkan bahwa
sifat tersebut mempunyai keragaman genetik yang besar, sehingga dapat
memberikan peluang untuk perbaikan genetik melalui seleksi.
KESIMPULAN
1. Terjadi penurunan nilai varian pada karakter bentuk bunga pompon,
bentuk bunga double dan warna bunga red purple dari populasi M5 ke
populasi M6.
2. Persentase jumlah individu dengan karakter bentuk bunga pompon,
bentuk bunga double dan warna bunga red purple tidak berbeda nyata
antara populasi M5 dan populasi M6.
3. Nilai heritabilitas yang tinggi ditunjukkan pada variabel pengamatan
diameter batang dan jumlah bunga per tanaman.
UCAPAN TERIMAKASIH
Teman-teman seperjuangan kembang kertas, Bu Tiur Gultom, Mbak Fajri
Widati, Mas Ifan Binawa, Mbak Dian Kusumaningrum, Mbak Ariyani, Mbak
Rozika, Ayu Anggraini, Mustaqim, Fridia Amalia, Nurul Hidayah dan Anis
Gunawan atas bantuan, motivasi dan diskusi yang sangat bermanfaat dalam
penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Cahyo, A. 2010. Hubungan antar Karakter Morfologi dengan Umur Pajang
Kembang Kertas (Zinnia Elegans Jacqs.). Fakultas Pertanian. Universitas
Gadjah Mada. Skripsi.
Darmawi, Sutrisno dan Sudjono. 1995. Pengaruh Iradiasi Sinar Gamma terhadap
Keragaman Tumbuhan Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Dalam
Risalah Pertemuan Ilmiah Aplikasi Isotop dan Radiasi. Buku III BATAN,
Jakarta.
Swarup, V. 1967. Garden Flower. National Book Trust, New Delhi, India.
Sutopo, L. 2004. Teknologi Benih. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Robbins, W. W., T.E. Weier and C.R. Stocking. 1966. Botany an Introduction to
Plant Sciences. John Wiley and Sons. Inc. New York. London, Sydney.