BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Sikap Percaya Diri a. Pengertian - LAELLA KARTIKA SARI BAB II

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Sikap Percaya Diri a. Pengertian Menurut Salirawati (2012: 6) percaya diri dapat diartikan sebagai

  sikap yakin akan kemampuan diri sendiri terhadap pemenuhan tercapainya setiap keinginan dan harapannya. Peserta didik sangat penting memiliki nilai karakter percaya diri karena tanpa percaya diri mereka akan sulit untuk mencapai prestasi belajar yang optimal. Setiap proses pembelajaran sering kali siswa beraktivitas yang membutuhkan percaya diri, seperti berbicara mengeluarkan pendapat, menjawab pertanyaan guru, tampil didepan kelas dan mengerjakan soal dengan kemampuannya sendiri. Jika siswa merasa rendah diri, itu akan sangat menghambat kemajuannya dalam belajar. Penghambatan yang terjadi dengan rendahnya percaya diri siswa dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Guru harus selalu memantau aktivitas siswa, jika ada siswa yang kurang percaya diri dalam mengikuti didepan kelas, membiasakan berbicara mengeluarkan pendapat dan mengerjakan sesuai kemampuannya sendiri.

  Menurut Mustari (2011: 62) percaya diri adalah keyakinan bahwa orang mempunyai kemampuan untuk melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu. Percaya diri merupakan keyakinan orang, atas kemampuannya untuk menghasilkan level-level pelaksanaan keyakinan orang atas kemampuannya. Sedangkan Agung dalam Ketut Fandi (2013: 8) berpendapat bahwa , percaya diri adalah kepercayaan akan kemampuan sendiri yang memadai dan menyadari kemampuan yang dimiliki serta dapat memanfaatkan secara tepat.

  Berdasarkan uraian di atas, percaya diri adalah keyakinan akan kemampuan untuk menghasilkan level-level pelaksanaan keyakinan serta dapat memanfaatkan secara tepat guna mengungkapkan yang diketahui dan tidak diketahui didepan khalayak ramai atau kepada orang lain.

  Percaya diri dapat dipengaruhi jika belajar secara teratur, sering bertukar pikiran kepada orang lain (berkomunikasi), mencari informasi baru.

  Percaya diri yang diharapkan yaitu siswa berani berbicara dan berpendapat, tampil di depan kelas dan menyelesaikan tugas-tugasnya sendiri sesuai dengan kemampuannya.

b. Indikator Percaya Diri

  Menurut Fitri (2012: 108), untuk menilai percaya diri siswa dapat menggunakan indikator percaya diri yang tersaji tabel 2.1 sebagai

Tabel 2.1 Indikator Percaya diri

  Nilai Indikator Percaya diri a. Kebebasan melakukan kebutuhan diri sendiri.

  b. Mempertimbangkan pilihan dan membuat keputusan sendiri.

2. Prestasi Belajar a. Pengertian Prestasi Belajar

  Menurut Romie (Hamalik 2011: 27) learning is defined as the

  

modification or strengthening of behavior thourgh experiencing yang

  berarti belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Pengalaman yang dialami menjadi pengalaman belajar dalam hidup siswa, sedangkan menurut Kimble (Hergenhahn 1982: 3) learning

  

as a relatively permanent change in behavioral potentiality that occurs as

a result of reinforced practice. Artinya belajar merupakan sebuah

  perubahan permanen pada perilaku yang terjadi sebagai sebuah hasil dari praktek atau kebiasan yang kuat secara potensial.

  Berdasarkan pengertian belajar di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan yang terjadi pada diri seseorang yang membuat suasana baru dalam kehidupan dan akan menjadi pengalaman bermanfaat yang dapat menjadi pelajaran bagi diri seseorang dan dapat berguna bagi lingkungan masyarakat untuk menuju kearah yang positif yang bersifat permanen jika perubahan yang dialaminya selalu dilatih.

b. Ciri-Ciri Perubahan Tingkah Laku Prestasi Belajar

  pengertian belajar diantaranya adalah:

  a. Perubahan terjadi secara sadar Seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya ia merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan yang terjadi dalam dirinya. Misalnya, seseorang menyadari bertambahnya pengetahuan dengan ia mendapatkan nilai baik dalam beberapa kali mengikuti ulangan. Perubahan tingkah laku yang dialami seseorang karena kelainan jiwa, hal tersebut tidak termasuk dalam perubahan dalam pengertian belajar karena orang tersebut tidak sadar.

  b. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional.

  Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung secara berkesinambungan, tidak statis. Satu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan atau proses belajar berikutnya. Misalkan, seseorang anak yang dari kecil sudah pandai membaca, maka ia pun akan pandai dalam membaca puisi, drama.

  c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif.

  Perubahan-perubahan itu senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Semakin sering kita belajar maka akan lebih sering perubahan yang muncul pada diri kita, karena kita akan banyak mendapatkan sumber dari berbagai hal- positif dan aktif.

  d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara.

  Perubahan bersifat sementara yang terjadi hanya untuk beberapa saat saja, seperti berkeringat, keluar air mata, bersin, menangis, dan sebagainya. Perubahan yang bersifat permanen yaitu bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap. Perubahan sementara tidak bisa dijadikan perubahan dalam belajar karena sifatnya yang sementara yang biasa dialami semua orang hanya beberapa saat saja. Perubahan yang bersifat permanen ini dapat dikatakan perubahan dalam belajar. Misalkan, seorang anak yang membaca Al- Qur’an karena ia rajin belajar maka ia pandai tilawah, kepandaiannya akan terus berkembang jika terus belajar dan berlatih.

  e. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah.

  Perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Perubahan belajar terarah kepada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari. Perubahan yang terjadi karena sudah direncana, misalkan ada seseorang yang sangat antusias untuk memenangkan lomba renang, maka seseorang itu akan giat berlatih untuk memenangkan lomba renang itu.

  f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.

  Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika baik pengetahua, tutur kata dan tingkah laku. Berdasarkan ciri-ciri perubahan tingkah laku diatas dapat disimpulkan bahwa perubahan tingkah laku pada siswa dapat berubah jika dilakukan secara sadar, berkesinambungan dan terarah untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya, perubahan ini terjadi setelah siswa melalui suatu proses belajar. Proses belajar ini dapat merubah tingkah laku siswa karena siswa mempelajari penetahuan, tutur kata yang baik dan tingkah laku yang sopan santun.

c. Fungsi Prestasi Belajar

  Fungsi dari prestasi belajar itu sendiri antara lain: (Arifin, 2009: 12)

  a) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik. Peserta didik mengembangkan sendiri apa yang ia pelajari sesuai dengan kemampuannya.

  b) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. Para ahli psikologi biasa menyebutnya dengan “tendensi keingintahuan

  (couriosity) dan merupakan kebutuhan umum manusia. Setiap manusia pasti mempunyai keinginan apa lagi jika itu adalah sesuatu yang baru ia ketahui dan alami.

  c) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan.

  Asumsinya adalah prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi peserta didik dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan berperan sebagai umpan balik dalam meningkatkan mutu pendidikan. pendidikan. Keberhasilan indikator intern dan ekstern sebagai tolak ukur keberhasilan institusi pendidikan e) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan) peserta didik. Pada proses belajar daya serap pada materi pelajaran harus diperhatikan karena tujuan belajar utama agar peserta didik dapat menyerap materi yang disampaikan guru.

  Setelah mempelajari uraian fungsi prestasi belajar, simpulan fungsi prestasi belajar adalah sebuah hasil usaha yang diperoleh selama melakukan proses belajar. Prestasi belajar memiliki peran penting dalam proses belajar, karena bisa dijadikan tolak ukur untuk mengetahui kemampuan kita, maka kita harus benar-benar memahami prestasi belajar dengan baik. Prestasi belajar akan semakin membaik jika kita terus melakukan perubahan yang baik, melatih kemampuan kita, tetapi jika kita tidak melakukan perubahan maka prestasi belajar kita pun akan menurun.

d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

  Menurut Hamdani (2011: 139) faktor-faktor yang mempengaruhi perstasi belajar dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu faktor dari dalam (intern) dan faktor dari luar (ekstern). 1) Faktor intern

  a) Kecerdasan (inteligensi) Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapi. Kemampuan ini selalu menunjukkan kecakapan sesuai dengan tingkat perkembangan sebaya. b) Faktor jasmaniah atau faktor fisiologis Kondisi jasmaniah atau fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang. Karena kondisi tubuh yang tidak stabil yang mengakibatkan kurang maksimalnya kerja otak untuk berfikir.

  c) Sikap Sikap yaitu suatu kecenderungan untuk mereaksi terhadap suatu hal, orang, atau benda dengan suka, tidak suka, atau acuh tak acuh. Sikap seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor pengetahuan, kebiasaan dan keyakinan.

  d) Minat Minat menurut para ahli psikologi adalah suatu kecenderungan untuk selalu memerhatikan dan mengingat sesuatu secara terus menerus.

  Minat ini erat kaitannya dengan perasaan, terutama perasaan senang. Dapat dikatakan minat itu terjadi karena perasaan senang pada sesuatu.

  e) Bakat Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Potensi yang diri kita dimasa kini ataupun yang akan datang.

  f) Motivasi Motivsi adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga semakin besar kesuksesan belajarnnya. Semua kegiatan jika didorong adanya motivasi akan cepat berhasil. Dengan adanya motivasi maka apa pun yang kita kerjakan sungguh- sungguh dan hasil yang kita peroleh juga lebih baik.

  2) Faktor eksternal Faktor yang berasal dari luar anak antara lain:

  a) Keadaan keluarga Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat dan keluarga adalah lembaga pendidikan pertama dan utama, karena pertumbuhan anak akan menjadi baik atau tidaknya tergantung keluarga tempat anak itu dibesarkan. Anak biasanya akan menirukan apa yang mereka lihat sehari-hari.

  b) Keadaan sekolah Sekolah merupakan lembaga pendidikan kedua bagi anak, karena anak hampir setengah hari menghabiskan waktunya disekolah. Jadi pertumbuhan anak akan berpengaruh kepada teman sebayanya disekolah, anak harus bisa memilih teman yang bisa mengarahkan kehal yang positif.

  Lingkungan ini merupakan lingkungan yang memperkenalkan kepada anak hal yang baik maupun buruk dalam bersosialisasi, baik buruknya anak tergantung pilihannya dalam memilih sesuatu yang baik atau buruk.

3. Pembelajaran PKn, IPA dan Matematika

  Pada usia sekolah dasar (6-12 tahun) daya pikir anak sudah berkembang ke arah berpikir konkret dan rasional (dapat diterima akal).

  Piaget menamakannya sebagai masa operasi konkret, masa berakhirnya berpikir khayal dan mulai berpikir konkret (nyata), (Yusuf, 2011: 178).

  Masa konkret dipengaruhi dengan pengalaman yang dimiliki, semakin anak memiliki pengalaman menarik dalam hidupnya maka itu akan menjadi pelajaran bagi hidupnya dan pengalaman yang dimiliki akan selalu diingat dan dilakukan oleh anak. Tetapi anak hanya akan melakukan ini selama masalahnya konkret/nyata.

  .Pembelajaran dikemas sebaik mungkin oleh guru agar dalam proses belajar siswa dapat menyerap materi pelajaran yang disampaikan dengan mudah dan berkesan. Seorang guru harus memahami terlebih dahulu karakteristik dan tujuan pembelajaran yang akan disampaikan dan dipelajari oleh siswa. Kita ketahui bahwa pada usia anak SD, cara berpikirnya konkret, sehingga penggunaan media dan alat praga yang tepat sangat berpengruh terhadap keberhasilan proses belajar.

  Adapun tujuan mata pelajaran PKn, IPA dan Matematika sebagai

  a) Tujuan PKn Menurut Fathurohman dan Wuri (2011: 7) tujuan mata pelajaran

  PKn adalah untuk memberikan kompetensi sebagai berikut:

  1. Berpikir secara kritis, rasional dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan. Berpikir seperti ini akan memudahkan kita dalam menyelesaikan dan menanggapi isu yang muncul disekitar kita.

  2. Berpartisipasi secara bermutu dan bertanggung jawab dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Setiap manusia dituntut untuk selalu aktif dalam kehidupan yang dijalani. Selalu berpartisipasi dalam setiap kegiatan akan mempermudah kita dalam menjalani kehidupan yang akan datang.

  3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan pada karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa yang lain. Apapun yang dihadapi harus disikapi dengan positif dan demokrasi agar pikiran kita jernih dan dapat mengambil keputusan yang bisa dipertanggung jawabkan.

  4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam peraturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Menjalin hubungan dan komunikasi untuk mempererat hubungan kerjasama dengan bangsa lain. b) Tujuan IPA Menurut Depdiknas (Trianto, 2013: 138) tujuan IPA berdasarkan kurikulum berbasis kompetensi adalah sebagai berikut: a) Menanamkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

  b) Mengembangkan ketrampilan, sikap dan nilai ilmiah.

  c) Mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang melek sains dan teknologi.

  d) Menguasai konsep sains untuk bekal hidup di masayarakat dan melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi.

  Dari uraian tujuan IPA di atas simpulannya adalah IPA lebih memerhatikan keteraturan alam semesta dan meyakini adanya Tuhan YME yang menciptakan alam semesta.

  c) Tujuan Matematika Menurut Heruman (2010: 2) tujuan akhir pembelajaran matematika di SD ini yaitu agar siswa terampil dalam menggunakan berbagai konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari. Banyak kegunaan pembelajaran matematika untuk menyelesaikan permasalahan yang dialami dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya menentukan jam,

  Untuk menuju ketrampilan menggunakan berbagai konsep matematika perlu adanya pemaparan pembelajaran yang ditekankan pada konsep-konsep matematika : a. Penanaman konsep dasar, penanaman konsep ini dilakukan sebelum anak mengetahui konsep apa yang akan dipelajari dengan kata lain, guru baru mengenalkan materi dasar yang akan dipelajari.

  b. Pemahaman kosep, pemahaman konsep ini merupakan lanjutan dari penanaman konsep yang sebelumnya telah disampaikan, tujuannya agar siswa lebih memahami konsep matematika.

  c. Pembinaan Ketrampilan, pembinaan ketrampilan merupakan lanjutan dari penanaman konsep dasar dan pemahaman konsep. Bertujuan agar siswa lebih trampil dalam menggunakan berbagai konsep matematika yang dipelajari.

4. Papan Arisan

  Papan arisan adalah sebuah permainan yang digunakan saat proses belajar berlangsung. Permainan ini diciptakan oleh peneliti untuk membuat suasana pembelajaran lebih menyenangkan namun tetap fokus pada pembelajaran. Mengapa dikatakan papan arisan?, karena permaian ini menggunakan papan yang diberi kantong soal sejumlah banyak siswa, kemudian setiap kantongnya telah diberi nomor. Permainan ini dilakukan dengan menggunakan undian seperti kocokan arisan yang di dalamnya mengambil satu undian, kemudian siswa mengambil soal yang terdapat pada kantong soal sesuai dengan nomor undian.

5. Pendekatan Saintifik (Scientific)

  Menurut Kemendikbud dalam materi pelatihan guru implementasi kurikulum 2013 (2014: 1), pada saat ini diberlakukan pembelajaran Tematik Terpadu bagi peserta didik mulai dari kelas I sampai dengan kelas VI. Pembelajaran dimaksud adalah dengan menggunakan tema yang akan menjadi pemersatu berbagai mata pelajaran.

  Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, mengumpulkan informasi dan mencoba, mengasosiasikan dan menalar, dan menyajikan dan mengkomunikasikan hasil untuk semua mata pelajaran. Untuk materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan sesuai prosedur. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai ilmiah dan menghindari nilai-nilai nonilmiah. Adapun langkah-langkah pendekatan ilmiah pembelajaran antara lain meliputi aspek pokok:

  1. Mengamati

  3. Mengumpulkan informasi/ eksperimen

  4. Mengasosiasikan/ mengolah informasi

  5. Mengkomunikasikan

  Dari uraian di atas disimpulkan bahwa langkah-langkah pendekatan sainstifik tidak harus dilakukan secara berurutan, apalagi pada pembelajaran Tematik Terpadu, dimana pembelajarannya menggunakan tema sebagai penghubung. Sementara setiap mata pelajaran memiliki karakteristik yang berbeda antara satu dan yang lainya. Oleh karena itu agar pembelajaran bermakna perlu diberikan contoh-contoh agar dapat lebih memperjelas penyampaian pembelajaran dengan pendekatan saintifik.

6. Pembelajaran Terpadu

  Menurut Tim pengembang PGSD dalam Indrawati (2009: 18), pembelajaran terpadu merupakan suatu pembelajaran yang menggabungkan sejumlah konsep dalam beberapa bidang studi yang berbeda dengan harapan siswa akan belajar dengan lebih baik dan bermakna. Pembelajaran terpadu berfungsi sebagai wadah penggabungan konsep-konsep yang dari beberapa pokok bahasan atau beberapa mata pelajaran yang seharusnya memiliki keterkaitan dan keterpaduan pemahamannya.

  Adapun ciri-ciri pembelajaran terpadu menurut Tim Pengembang PGSD dalam Indrawati (2009: 25) diantaranya adalah a. Berpusat pada anak

  c. Pemisahan antar bidang studi tidak begitu jelas

  d. Menyajikan konsep dari berbagai bidang studi dalam suatu proses pembelajaran e. Bersikap luwes f. Hasil pembelajaranan dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.

  Berdasarkan uraian di atas, pembelajaran terpadu adalah pembelajaran yang memadukan beberapa mata pelajaran yang didalamnya terdapat konsep- konsep yang berbeda namun terkait, sehingga dapat memberikan pemahaman dan pengalaman yang berbeda namun terkait.

7. Pembelajaran Tipe Webbed a. Pengertian Pembelajaran Tipe Webbed

  Pembelajaran Tipe Webbed (jaring laba-laba) adalah pengajaran tematis, menggunakan suatu tema sebagai dasar pembelajaran dalam berbagai disiplin mata pelajaran (Indrawati, 2009: 20), sedangkan menurut Trianto (2010: 41), pembelajaran tipe webbed adalah pembelajaran yang menggunakan pendekatan terpadu. Pendekatan ini pengembangannya dimulai dengan menentukan tema, tema bisa ditetapkan dengan negoisasi antara guru dan siswa, tetapi dapat pula dengan cara diskusi antar guru.

  Sa’ud menyatakan bahwa, pembelajaran tipe Webbed bertolak dari pendekatan terpadu sebagai pemandu bahan dan kegiatan pembelajaran.

  Pembelajaran jaring laba-laba adalah model pembelajaran yang dapat disampaikan melalui beberapa bidang studi. Pembelajaran tipe

  Webbed sangat tepat diterapkan untuk anak usia awal karena siswa pada

  tahap ini masih melihat sesuatu sebagai satu kesatuan utuh (holistik), perkembangan fisiknya tidak pernah bisa dipisahkan dengan perkemba ngan mental, sosial dan emosional (Sa’ud 2006: 45).

  Berdasarkan uraian di atas, Pembelajaran Tipe Webbed adalah pembelajaran yang menggunakan tema sebagai penghubung beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna pada siswa.

b. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Tipe Webbed

  Trianto (2006: 42) berpendapat bahwa ada kelebihan dan kekurangan Pembelajaran Tipe Webbed. Kelebihan dari pembelajaran dengan menggunakan tipe ini diantaranya:

  1. Penyeleksian tema sesuai dengan minat akan memotivasi anak untuk belajar.

  2. Lebih mudah dilakukan oleh guru yang belum berpengalaman.

  3. Memudahkan perencanaan.

  4. Pendekatan tematik dapat memotivasi siswa.

  5. Memberikan kemudahan bagi anak didik dalam melihat kegiatan- kegiatan dan ide-ide berbeda terkait.

  Adapun kelemahan pembelajaran menggunkan tipe ini diantaranya: 2. Cenderung untuk merumuskan tema yang dangkal.

  3. Dalam pembelajaran, guru lebih memusatkan perhatian pada kegiatan daripada pengembangan konsep.

  c. Pengintegrasian Pembelajaran Tipe Webbed

  Cara pengintegrasian pembelajaran tipe webbed (Jaring laba-laba) dilakukan melalui tema. Penetapan tema dilakukan dengan dua cara.

  Pertama, tema ditentukan terlebih dahulu yaitu dari lingkungan yang terdekat dengan siswa, dimulai dari hal yang termudah menuju yang sulit, dari hal yang sederhana menuju yang kompleks, dari hal yang konkret ke hal yang abstrak. Kedua, tema ditentukan setelah mempelajari kompetensi dasar dan indikator yang terdapat dalam masing-masing mata pelajaran. Penetapan tema dapat dilakukan dengan melihat kemungkinan materi pelajaran yang dianggap dapat mempersatukan beberapa kompetensi dasar pada beberapa mata pelajaran yang akan dipadukan (Sa’ud 2006: 46).

  d. Evaluasi Pembelajaran Tipe Webbed

  Objek dalam penilaian pembelajaran tipe ini mencakup penilaian dalam proses dan hasil belajar siswa. Penilaian proses belajar adalah upaya pemberian nilai terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru dan siswa, sedangkan penilaian hasil adalah upaya pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang telah dicapai menggunakan kriteria

  Adapun prinsip penilaiannya menurut Sa’ud (2006: 118) yaitu:

  1. Prinsip integral dan komprehensif yakni penilaian yang dilakukan secara utuh dan menyeluruh terhadap semua aspek pembelajaran, baik pengetahuan, keterampilan maupun sikap dan nilai.

  2. Prinsip kesinambungan yakni penilaian dilakukan secara berencana terus menerus dan bertahap untuk memperoleh gambaran tentang perkembangan tingkah laku siswa sebagai hasil dari kegiatan belajar.

  3. Prinsip objektif yakni penilaian pengajaran dilakukan dengan menggunakan alat ukur yang handal dan dilaksanakan secara objektif.

e. Implikasi Pembelajaran Tipe Webbed

  (Depdiknas 2009: 13) Pembelajaran terpadu memerlukan perencanaan dan pengorganisasian agar dapat berhasil dengan baik. Ada empat hal dalam merancang pembelajaran tematik, yaitu pemetaan, membuat jaringan tema, penyusunan silabus, membuat rencana pembelajaran.

  1. Pemetaan Kegiatan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh dan utuh semua standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator dari berbagai mata pelajaran yang dipadukan dalam tema yang dipilih.

  a. Penjabaran Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ke dalam Indikator. Dalam mengembangkan indikator perlu memperhatikan

  1. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik.

  2. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik mata pelajaran.

  3. Dirumuskan dalam kata kerja oprasional yang terukur dan dapat diamati.

  b. Menentukan Tema

  1. Cara Menentukan Tema Dalam menetukan tema dapat dilakukan dengan dua cara yaitu: Pertama, mempelajari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat dalam masing-masing mata pelajaran, dilanjutkan dengan menentukan tema yang sesuai. Kedua, menetapkan terlebih dahulu tema-tema pengikat keterpaduan, untuk menentukan tema tersebut, guru dapat bekerjasama dengan peserta didik sehingga sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.

  2. Prinsip Penentuan Tema Dalam menetapkan tema perlu memperhatikan beberapa prinsip yaitu:

  1. Memperhatikan lingkungan yang terdekat dengan siswa

  2. Dari yang termudah menuju yang sulit

  3. Dari yang sederhana menuju yang kompleks

  4. Dari yang konkret menuju yang abstrak berpikir pada diri siswa.

  6. Ruang lingkup tema disesuaikan dengan usia, karakteristik dan perkembangan siswa termasuk minat, kebutuhan dan kemampuannya.

  3. Identisifikasi dan analisis standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator.

  Melakukan identisifikasi dan analisis untuk setiap standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator yang cocok untuk setiap tema sehingga semua standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator terbagi habis.

  4. Membuat jaringan tema Jaringan tema ini bertujuan untuk menjaring kompetensi dasar yang sejenis yang dapat diintegrasikan dalam satu tema.

  Dengan jaringan tema tersebut akan terlihat kaitan antara tema, kompetensi dasar dan indikator dari setiap mata pelajaran.

  Jaringan tema ini dapat dikembangkan sesuai dengan alokasi waktu setiap tema.

  5. Penyusunan silabus Hasil seluruh proses yang telah dilakukan pada tahap- tahap sebelumnya dijadikan dasar dalam penyusunan silabus tematik. Silabus memuat sekurang-kurannya komponen identitas, standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok, sumber/alat/media.

  6. Penyusunan Rencana pembelajaran Dalam pelaksanaan pembelajaran guru perlu menyusun rencana pelaksaan pembelajaran (RPP). RPP merupakan realisasi dari pengalaman belajar siswa yang telah ditetapkan dalam silabus pemebelajaran. RPP merupakan rancangan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang akan direalisasikan didalam kelas dan merupakan pembelajaran lebih rinci dari silabus. Adapun komponen rencana pembelajaran terpadu meliputi: a. Identitas mata pelajaran (nama mata pelajaran yag akan dipadukan, kelas, semester, dan waktu/banyaknya jam pertemuan yang dialokasikan).

  b. Standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator yang akan dilaksanakan.

  c. Tujuan Pembelajaran.

  d. Materi pokok beserta uraiannya yang perlu dipelajari siswa dalam rangka mencapai kompetensi dasar dan indikator.

  e. Strategi pembelajaran (kegiatan pembelajaran secara konkret yang harus dilakukan siswa dalam berinteraksi denagn pemebelajaran dan sumber belajar untuk menguasai kompetensi dasar dan indikator, kegiatan belajar ini tertuang dalam kegiatan f. Alat dan media yang digunakan untuk memperlancar pencapaian kompetensi dasar, serta sumber bahan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran tematik sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai. g. Penilaian dan tindak lanjut (prosedur dan instrumen yang akan digunakan untuk menilai pencapaian belajar peserta didik serta tindak lanjut hasil penilaian).

8. Pembelajaran Tema Permainan

  Pembelajaran tema permainan adalah proses pembelajaran yang terdiri dari beberapa materi yang terdapat disemester 2 akhir. Peneliti mengambil tiga mata pelajaran yang dipadukan untuk digunakan bahan penelitian diantaranya yaitu PKn, IPA dan Matematika. Adapun materi pokok yang diambil dari ketiga mata pelajaran tersebut adalah 1) PKn: kewajiban anak di rumah dan di sekolah, 2) IPA: benda langit dan 3) Matematika: pengukuran berat.

Gambar 2.1 Pemetaan materi pelajaran tipe webbed

  B. Penelitian yang Relevan

  Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Urip Wijiarto dengan judul skripsi “Penelitian Hasil Belajar Matematika, IPA dan Bahasa Indonesia Melalui Pembelajaran Terpadu Model Webbed di Kelas II MIM Kramat” dalam kesimpulannya menyatakan bahwa pembelajaran matematika, IPA dan Bahasa Indonesia melalui pembelajaran terpadu model webbed dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas II MIM Kramat. Berbeda dengan penelitian Urip Wijiarto, penelitian tindakan kelas yang peneliti lakukan untuk meningkatan percaya diri dan prestasi belajar PKn, IPA dan Matematika menggunakan permainan papan arisan melalui pembelajaran terpadu tipe webbed tema “permainan” .

  C. Kerangka Berpikir

  Melihat banyaknya permasalahan yang muncul pada saat proses belajar diantaranya pembelajaran yang bersifat Teacher Centered dengan pemisahan satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lain dalam proses pembelajaran. Dengan pembelajaran yang demikian menjadikan pembelajaran kurang bermakna, minat siswa rendah dan kurang percaya diri dalam media/alat peraga dalam proses pembelajaran. Hal tersebut mengakibatkan hasil belajar siswa rendah.

Gambar 2.2 Kerangka berpikir penelitian

  Dengan melihat kondisi dan kelebihan yang dimiliki tipe webbed perlu adanya inovasi yang dilakukan dalam proses belajar. Penerapan tipe webbed pada proses belajar memungkinkan dapat memotivasi siswa dan memberikan pengalaman baru yang bermakna. Tipe Webbed dirasa sangat tepat digunakan dikelas rendah, karena melihat karakteristik siswa dan pembelajaran ini menggunakan tema sebagai pokok bahasan dan tema yang digunakan sangat familiar, diharapkan dengan pembelajaran terpadu tipe webbed dapat meningkatkan percaya diri dan prestasi belajar siswa, selain itu dapat menggunakan pembelajara terpadu tipe webbed dapat meningkatkan percaya diri dan prestasi belajar mata pelajaran PKn, IPA dan Matematika tema Permainan.

D. Hipotesis Tindakan

  Berdasarkan latar belakang di atas, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah pembelajaran terpadu tipe webbed menggunakan papan arisan pada tema permainan dapat meningkatkan percaya diri dan prestasi belajar PKn, IPA dan Matematika di kelas I SD N 2 Kedungrandu.