BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Lansia a. Pengertian lansia - TIKA SAFITRI BAB II

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Lansia a. Pengertian lansia Lansia adalah masa perkembangan terakhir dalam hidup manusia,

  karena adanya proses penurunan “kemampuan” pada lanjut usia. Pada Lansia bahkan membayangkan kondisi tua sebagai masa yang suram, masa tidak berdaya dan tidak berguna. Namun pada sisi yang lain lansia secara psikologis dan sosiologis menggambarkan tercapainya integritas dalam diri seseorang (Nugroho, 2000).

  Lansia adalah fase dimana menurunnya kemampuan akal dan fisik, yang dimulai dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Usia lanjut adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik, yang di mulai dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Sebagai mana di ketahui, ketika manusia mencapai usia dewasa, ia mempunyai kemampuan reproduksi dan melahirkan anak. Ketika kondisi hidup berubah, seseorang akan kehilangan tugas dan fungsi ini, dan memasuki selanjutnya, yaitu usia lanjut, kemudian mati. Bagi manusia yang normal, siapa orangnya, tentu telah siap menerima keadaan baru dalam setiap fase hidupnya dan

  11 mencoba menyesuaikan diri dengan kondisi lingkunganya (Darmojo, 2004).

  Lansia adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri /mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Proses menua itu mulai terjadi pada saat terjadinya pembuahan, saat mulai adanya kehidupan (Santoso dkk, 2009).

b. Konsep teori lansia

  Konsep Teori Lansia, Menurut oraganisasi kesehatan dunia (WHO), lanjut usia meliputi:

  1) Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.

  2) Lanjut usia (elderly) antara 60 – 74 tahun. 3) Lanjut usia tua (old) antara 75 – 90 tahun. 4) Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun.

  Lansia menurut Departemen Kesehatan RI terbagi menjadi sebagai berikut : 1) kelompok menjelang usia lanjut (45-54 tahun) sebagai masa vibrilitas. 2) Kelompok usia lanjut (55-64 tahun) sebagai presenium. 3) Kelompok usia lanjut (55-64 tahun) sebagai senium (Maryam, 2008).

c. Teori proses menua

  Menua didefinisikan sebagai proses yang mengubah seorang dewasa sehat menjadi seorang yang frail (lemah dan rentan) dengan berkurangnya sebagian besar cadangan sistem fisiologis dan men ingkatkan kerentanan terhadap berbagai penyakit dan kematian. Menua juga didefinisikan sebagai penurunan, kelemahan, meningkatnya kerentanan terhadap berbagai penyakit dan perubahan lingkungan, hilangnya mobilitas dan ketangkasan, serta perubahan fisiologis yang terkait dengan usia (Aru, 2009).

  Menurut Nugroho (2008) mengemukakan berbagai teori tentang proses penuaan, antara lain : 1) Teori Biologis

  a) Teori Genetik Teori ini menjelaskan bahwa didalam tubuh terdapat jam biologis yang mengatur gen dan menentukan jalannya proses penuaan.

  Teori genetik mengakui adanya mutasi somatik yang mengakibatkan kegagalan pengadaan deoxyribonucleic acid (DNA).

  b) Teori Non Genetik Teori ini terbagi lagi dalam beberapa teori :

  a. Teori Radikal Bebas Radikal bebas yang terdapat di lingkungan mengakibatkan terjadinya perubahan pigmen dan kolagen pada proses penuaan. b. Teori Rantai Silang (Cross Link Theory) Molekul kolagen dan zat kimia mengubah fungsi jaringan dan mengakibatkan terjadinya jaringan yang kaku pada proses penuaan.

  c. Teori Kekebalan Perubahan pada jaringan limpoid mengakibatkan tidak adanya keseimbangan dalam sel T sehingga produksi antibodi dan kekebalan menurun.

  d. Teori Menua Akibat Metabolisme Pengurangan asupan kalori dapat memperpanjang umur, sedangkan perubahan asupan kalori yang menyebabkan kegemukan dapat memperpendek umur.

  e. Teori Fisiologis Terdiri dari teori oksidasi stres (penyebab terjadinya stress oksidasi adalah penyakit degenerasi basal ganglion yang menyebabkan terjadinya toksin dan menyebabkan kematian dan pada usia dewasa terjadi fase disintegrasi jaringan dan organ tubuh yang sering dipakai, bila tidak ada proses penggantian sel, proses tersebut akan diakhiri dengan kematian).

  c) Teori Sosiologis

  a. Teori Interaksi Sosial Kemampuan lanjut usia untuk terus menjalin interaksi sosial merupakan kunci mempertahankan status sosialnya berdasarkan kemampuan bersosialisasi. b. Teori Aktivitas Lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan banyak ikut serta dalam kegiatan sosial. Lanjut usia akan merasakan puas apabila dapat melakukan aktivitas dan mempertahankan aktivitas selama mungkin.

  c. Teori Kepribadian Berlanjut Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus kehidupan lanjut usia. Pengalaman hidup seseorang pada suatu saat merupakan gambarannya kelak pada saat ia menjadi lanjut usia.

  d. Teori Pembebasan/ Penarikan Diri Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya lanjut usia maka lansia secara berangsur - angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari pergaulan sekitar. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun. Menurut teori ini seorang lanjut usia dinyatakan mengalami proses menua yang berhasil apabila ia menarik diri dari kegiatan terdahulu kemudian dapat memusatkan diri pada persoalan pribadi dan mempersiapkan diri menghadapi kematiannya.

d. Karakteristik pada Lansia

  Beberapa karakteristik lansia yang perlu diketahui untuk mengetahui keberadaan masalah kesehatan lansia sebagai berikut:

  1) Jenis kelamin Lansia lebih banyak wanita, terdapat perbedaan kebutuhan dan masalah kesehatan yang berbeda antara lansia laki

  • – lakidan wanita. Misalnya lansia laki
  • – laki sibuk dengan hipertropi prostat, maka wanita mungkin menghadapi osteoporosis.

  2) Status perkawinan Status masih pasangan lengkap atau sudah hidup janda / duda akan mempengaruhi keadaan kesehatan lansia baik fisik maupun psikologis. 3) Living arrangement

  Keadaan pasangan, tinggal sendiri atau bersama istri, anak atau keluarga lainnya.

  4) Kondisi kesehatan

  a) Kondisi umum b) Frekuensi sakit ( Bustan, 2007 ).

e. Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia

  Perubahan pada lanjut usia dapat dilihat dari segi fisik, psikis, sosial dan lain-lain. Menua adalah proses alami yang terjadi dalam kehidupan manusia. Penuaan akan terjadi hampir pada semua sistem tubuh, namun tidak semua sistem tubuh mengalami kemunduran fungsi pada waktu yang sama (Nugroho, 2008).

  Secara alamiah, berbagai proses ketuaan yang tidak bisa dihindari berlangsung, berupa:

  1. Perubahan fisik, biologi / jasmani

  a) Kekuatan fisik secara menyeluruh dirasakan berkurang, merasa cepat capek dan stamina menurun.

  b) Sikap badan yang semula tegap menjadi membungkuk, otot

  • – otot mengecil, hipotrofis, terutama di bagian dada dan lengan.

  c) Kulit mengerut dan menjadi keriput. Garis

  • – garis pada wajah di kening dan sudut mata

  d) Rambut mulai memutih dan pertumbuhan berkurang

  e) Gigi mulai rontok

  f) Perubahan pada mata: pandangan dekat berkurang, adaptasi gelap melambat, lingkaran putih pada kornea (arcus senilis), dan lensa menjadi keruh (katarak).

  g) Pendengaran, daya cium dan perasa mulut menurun

  h) Pengapuran pada tulang rawan, seperti tulang dada sehingga rongga dada menjadi kaku dan sulit bernapas.

  2. Perubahan mental

  • – emosional / jiwa a) Daya ingat menurun, terutama peristiwa yang baru saja terjadi.

  b) Sering pelupa / pikun, sering sangat menggangu dalam pergaulan dengan lupa nama orang.

  c) Emosi mudah berubah, sering marah

  • – marah, rasa harga diri mudah tersinggung.

  3. Perubahan kehidupan seksual.

  Penyakit lansia dapat meliputi: a) Gangguan pembuluh darah, dari hipertensi sampai stroke.

  b) Gangguan metabolik, DM (Diabetes Melitus)

  c) Gangguan persendian, artritis, encok dan terjatuh

  d) Gangguan sosial, kurang penyesuaian diri dan merasa tidak punya fungsi lagi (Bustan, 2007).

2. Tekanan Darah a. Pengertian

  Tekanan darah merupakan kekuatan lateral pada dinding arteri oleh darah yang didorong dengan tekanan dari jantung. Tekanan sistemik atau arteri darah, tekanan darah dalam sistem arteri tubuh, adalah indikator yang baik tentang kesehatan kardiovaskuler. Aliran darah mengalir pada sistem sirkulasi karena perubahan tekanan. Darah mengalir pada daerah yang bertekanan tinggi ke daerah yang tekanannya rendah (Potter & Perry, 2005).

  Tekanan darah adalah kekuatan yang diperlukan agar darah dapat mengalir di dalam pembuluh darah yang beredar mencapai semua jaringan tubuh manusia. Darah yang dengan lancar beredar ke seluruh bagian tubuh berfungsi sangat penting sebagai media pengangkut oksigen serta zat

  • – zat lain yang di perlukan bagi kehidupan sel
  • – sel tubuh. Selain itu darah juga berfungsi sebagai sarana pengangkut sisa hasil metabolisme yang tidak berguna lagi dari jaringan tubuh (Gunawan, 2001)

  Hipertensi diartikan sebagai peningkatan tekanan darah secara terus menerus sehingga melebihi batas normal. Tekanan darah normal adalah 110/90 mmHg. Hipertensi merupakan produk dari resistensi pembuluh darah perifer dan kardiak output (Wexler, 2002).

  Hipertensi atau penyakit darah tinggi merupakan kondisi ketika seseorang mengalami kenaikan tekanan darah baik secara lambat atau mendadak ( akut ). Hipertensi menetap ( tekanan darah tinggi yang tidak menurun ) merupakan faktor risiko terjadinya stoke, penyakit jantung koroner (PJK),gagal jantung, gagal ginjal, dan aneurisma arteri ( penyakit pembuluh darah ). Meskipun peningkatan tekanan darah relatif kecil, hal tersebut dapat menurunkan angka harapan hidup ( Agoes dkk, 2010 ).

  b. Etiologi

  Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan - perubahan pada elastisitas dinding aorta menurun, katub jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya. Selain itu, kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi dan meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer (Syahrini dkk, 2012).

  c. Gejala Hipertensi

  Gejala Hipertensi berupa sakit kepala, nyeri atau sesak pada dada, pusing, gangguan tidur, terengah

  • – engah saat beraktifitas, jantung berdebar
  • – debar, mimisan, kebaal atau kesemutan, gelisah dan mudah
marah, kerinngat berlebihan, kram otot, badan lesu, pembekakan di bawah mata pada pagi hari (Ritu, 2011).

  d. Jenis Hipertensi

  Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi hipertensi primer ( essensial ) dan hipertensi sekunder. Yang pertama disebut demikian karena penyeban penyakit tersebut tidak diketahui dan yang kedua timbul akibat kondisi tertentu, misalnya penyakit ginjal atau tumor.

  1) Hipertensi Primer Hanya sebagian kecil penyakit hipertensi yang dapat diketahui penyebabnya, sedangkan sebanyak 90

  • – 95 % kasus tidak diketahui. Pasien – pasien ini mungkin memiliki kelainan endokrin atau ginjal yang jika ditangani, dapat mengembalikan tekanan darah menjadi normal.

  2) Hipertensi Sekunder Sekitar 5

  • – 10 % hipertensi timbul akibat penyebab tertentu dan disebut hipertensi sekunder (Agoes dkk, 2010).

  e. Faktor – faktor resiko Hipertensi

  Faktor usia sangat berpengaruh terhadap hipertensi karena dengan bertambanhnya umur maka semakin tinggi mendapat resiko hipertensi.

  Insiden hipertensi makin meningkat dengan meningkatnya usia. Ini sering disebabkan oleh perubahan alamiah di dalam tubuh yang mempengaruhi jantung, pembuluh darah, dan hormon.

  Hipertensi pada yang berusia kurang dari 35 tahun akan menaikan insiden penyakit arteri koroner dan kematian prematur (Julianti, 2005).

  Jenis kelamin juga sangat erat kaitannya terhadap terjadinya hipertensi dimana pada masa muda dan paruh baya lebih tinggi penyakit hipertensi pada laki

  • – laki dan pada wanita lebih tinggi setelah umur 55 tahun, ketika seorang wanita mengalami menopause.

  Riwayat keluarga juga merupakan masalah yang memicu masalah terjadinya hipertensi, hipertensi cenderung merupakan penyakit keturunan.

  Jika seorang dari orang tua kita memiliki riwayat hipertensi maka sepanjang hidup kita memiliki kemungkinan 25% terkena hipertensi (Astawan, 2002).

f. Klasifikasi Hipertensi

  Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), menyatakan tekanan darah seseorang dikatakan normal jika sistoliknya kurang dari 140 mmHg dan diastoliknya kurang dari 90 mmHg. Jika sistolik diantara 140

  • – 160 mmHg dan diastolik diantara 90
  • – 95 mmHg disebut barderline hypertension.pada posisi ini seseorang harus waspada karena memiliki kecenderungan kuat mengidap hipertensi.

  Jika seseorang memiliki sistolik lebih dari 160 mmHg dan diastolik lebih dari 95 mmHg maka jelas orang tersebut mengidap hipertensi.

  Berikut ini klasifikasi tekanan darah sebagai berikut:

Tabel 1.1 klasifikasi tekanan darah Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

  Klasifikasi Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg) Optimal < 120 < 80 Normal < 130 < 85 High normal 130 – 139

  85 – 89 Hipertensi Stage 1 (mild) 140 - 159 90 – 99

Stage 2 (moderate) 160 - 179 100 – 109

  Stage 3 (severe) ≥ 180 ≥ 110

g. Patofisiologi Hipertensi

  Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut kebawah ke konda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak kebawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskanya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.

  Berbagai faktor kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor. Individu dengan hipertensi sering sensitif terhadap norefpineprin meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi (Corwin, 2001).

  Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula adrenal mengsekresi epinefrin yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal mengsekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respon vasokontriktor pembuluh darah. Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetus keadaan hipertensi (Sagala, 2009).

  Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada lanjut usia. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensidan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengkomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer (Sagala, 2009).

3. Aromaterapi a. Definisi aromaterapi

  Aromaterapi berasal dari kata aroma yang berarti harum atau wangi, dan therapy yang dapat diartikan sebagai cara pengobatan atau penyembuhan. Sehingga aromaterapi dapat diartikan sebagai suatu cara perawatan tubuh dan atau penyembuhan penyakit dengan menggunakan minyak essensial (Jaelani, 2009).

  Aromaterapi merupakan sebuah metode penyembuhan dengan menggunakan minyak esensial yang sangat pekat yang seringkali sangat wangi dan diambil dari sari-sari tanaman. Unsur-unsur pokok minyak memberikan aroma atau bau yang sangat khas yang diperoleh dari suatu tanaman tertentu (Geddes, 2000).

  Aromaterapi adalah terapi yang menggunakan essential oil atau sari minyak murni untuk membantu memperbaiki atau menjaga kesehatan, membangkitkan semangat, menyegarkan serta menenangkan jiwa dan raga. Aromaterapi memiliki manfaat yang sangat beragam, mulai dari pertolongan pertama sampai membangkitkan rasa gembira (Koensoemardiyah, 2009).

  Aromaterapi dapat didefinisikan sebagai penggunaan terkendali essensial tanaman untuk tujuan terapeutik (Posadzki dkk, 2012). Jenis minyak aromaterapi yang umum digunakan yaitu:

  1) Minyak eukaliptus, radiata ( Eucalyptus Radiata Oil ) 2) Minyak Rosemary ( Rosemary oil ) 3) Minyak Ylang

  • – Ylang ( Ylang – Ylang oil ) 4) Minyak Lavender ( Lavender oil ) 5) Minyak Geranium ( Geranium oil ) 6) Minyak Peppermint
Sifat aromaterapi, aroma dalam terapi adalah sari berbau harum atau minyak essensial yang dihasilkan oleh sel

  • – sel tanaman dan pohon. Minyak essensial mempengaruhi pikiran dan badan secara bersamaan lewat kulit dan sistem alfaktori (indra penciuman) untuk menyeimbangkan dan menyembuhkan, membuatnya menjadi obat yang ideal lembut yang bukan hanya menyembuhkan melainkan juga dapat dinikmati (Dean, 2007).

  Menurut jurnal penelitian aromaterapi merupakan salah satu teknik penyembuhan alternatif yang sebenarnya berasal dari sistem pengetahuan kuno. Aromaterapi merupakan metode pengobatan yang menggunakan minyak essensial dalam penyembuhan holistik untuk memperbaiki kesehatan dan kenyamanan emosional serta mengembalikan keseimbangan badan (Majidi dkk, 2013).

b. Jenis Aroma Terapi

  Terapi dengan menggunakan minyak esensial dapat dilakukan secara internal maupun eksternal. Penggunaan cara terapi yang tepat akan sangat membantu daya kerja bahan aktif sekaligus efisien dan akurat dalam penggunaan sediaan aroma terapi. Meskipun demikian, setiap bahan yang akan digunakan perlu diketahui terlenih dahulu efektifitas bahan aktifnya. Hal ini bertujuan untuk memperoleh efek terapi yang optimal dan tepat guna (Jaelani, 2009).

c. Aromaterapi Lavender

  Dari minyak

  • – minyak esensial tersebut, minyak lavender merupakan minyak esensial yang paling populer. Minyak lavender berasal dari semak yang sangat digemari di daerah mediterania. Istilah lavender berasal dari kata lavandus, yang berarti membersihkan (Koensoemardiyah, 2009).

  Minyak lavender sangat aman dan bahkan dapat digunakan tanpa dilarutkan untuk kulit. Minyak lavender juga dapat menyembuhkan berbagai macam gangguan. Manfaat minyak lavender menurut Geddes & Grosset (2000) adalah merangsang nafsu makan, sebagai tonik dan antispasmodik, menyembuhkan luka bakar ringan dan berat, luka karena sayatan, rasa nyeri, memiliki efek anti septik yang sangat kuat, digunakan dalam banyak persiapan kosmetik, sebagai pengusir serangga, penyembuhan sakit dan nyeri otot, gangguan pernafasan, influensa, gangguan pencernaan, gangguan alat kelamin

  • – buang air seperti Cystitis dan Dysmenorrhoea, sakit kepala dan ketegangan pra menstruasi. Karena banyak sekali khasiatnya, minyak lavender merupakan salah satu minyak terpopuler dalam aromaterapi (Koensoemardiyah, 2009).

  Kandungan kimia dari lavandula angustivolia ini sangat bervariasi tergantung dari musim dan maturasi dari tanaman tersebut sewaktu dipanen. Selain itu cara ekstrasi juga sangat berpengaruh terhadap konsentrasi zat yang terdapat dalam minyak atisirinya. Tetapi dengan metode destilasi uap minyak atsirinya dapat mengandung alfa-terpineol, linalool dan linalil asetat dalam konsentrasi yang paling tinggi dibandingkan dengan metode destilasi air superfisial (Chu dkk, 2001).

  Nama minyak atsiri dari lavandula angustivolia ini adalah minyak lavender dan biasanya diperoleh dengan ekstraksi dari bunga segar dan dari kumpulan bunga pada tangkainya dengan menggunakan metode destilasi uap. Kandungan minyakatsiri yang didapat dengan metode ini adalah 1-3% (Gruenwald dkk, 2009).

  Kandungan utama penyusun minyak lavender adalah linalool 26- 49% (Price, 2000), 25-38% (Bowel, 2003), dan linalil asetat 36-53% (Price, 2007). Sifat farmakologi dari minyak lavender dalam menimbulkan efek relaksasi dipengaruhi oleh kandungan terbesarnya yaitu linalool dan linalil asetat serta sedikit dipengaruhi oleh kandungan geraniolnya. Efek farmakolodi dalam menimbulkan relaksasi secara fisik dan psikologis dari minyak lavender cukup lengkap (Price, 2007). Berikut ini efek farmakologi untuk relaksasi yang dapat ditimbulkan dari minyak lavender adalah : 1) Memiliki sifat analgesik.

  2) Memiliki sifat antispasmodik (menurunkan kontaktilitas otot lurik). 3) Meneimbangkan sistem saraf tepi. 4) Memiliki sifat menenangkan. 5) Memiliki efek sedatif 6) Menurunkan frekuensi jantung 7) Antidepresan

  8) Antiansietas 9) Meningkatkan daya konsentrasi (Price, 2007).

d. Aromaterapi Kenanga

  Minyak kenanga merupakan salah satu jenis aromaterapi yang mempunyai efek menyeimbangkan, relaksasi, meredakan ketegangan, stres, denyut nadi cepat, pernafasan cepat dan bermanfaat untuk tekanan darah tinggi (Sharma, 2009).

  Minyaknya dikenal sebagai

  ‘ylang – ylang’, banyak digunakan

  sebagai bahan campuran untuk kosmetika. Dalam produk spa, minyak kenanga biasanya dipakai untuk menghilangkan ketegangan atau nervous, menciptakan suasana tenang dan rileks. Selain itu minyaknya juga sering digunakan sebagai tabir surya (sunscreen). Bau

  • – bauan tersebut mempengaruhi bagian otak yang berkaitan dengan mood atau suasana hati, emosi, ingatan dan pembelajaran (Jaelani, 2009).

  Dari berbagai macam jenis tanaman yang digunakan dalam menurunkan darah yaitu kenanga (Cananga odorata) merupakan tanaman yang efektif dan dipergunakan untuk menurunkan tekanan darah. Menghirup aroma kenanga akan meningkatkan gelombang alfa di dalam otak dan gelombang inilah yang membantu kita untuk rileks, hal tersebut dapat menurunkan aktivitas vasokonstriksi pembuluh darah, aliran darah menjadi lancar sehingga menurunkan tekanan darah (Sharma, 2009).

  Kandungan kimia dari minyak kenanga ini sangat bervariasi tergantung dari penanaman. Minyak atsiri dari bunga kenanga diambil dengan cara penyulingan dari bunga segar yang sudah dikeringkan dengan destilasi uap dengan kandungan minyak atsirinya 1-2% (Orwa dkk, 2009).

  Kandungan minyak kenanga ini hampir sama dengan minyak lavender dimana kandungan linalool, yang merupakan golongan dari alkohol memiliki konsentrasi yang cukup besar didalam minyak atsirinya. Dengan adanya kandungan linalool ini maka minyak kenanga memiliki sifat sedatif dan analgesik seperti yang dimiliki minyak lavender.

  Kandungan lainnya yang cukup besar adalah kandungan seskuiterpennya (Bowels, 2003).

  Berdasarkan jurnal penelitian dilakukan oleh Ahmad Majidi tahun 2013 menunjukkan terjadinya perubahan tekanan darah sebelum dan sesudah perlakuan, dimana kandungan lavender dan kenanga sama

  • – sama mengandung zat flavanoid yang sifatnya anti depresan yang dapat menurunkan tekanan darah.

e. Manfaat Aromaterapi Aromaterapi memiliki banyak khasiat dan manfaat yang cukup banyak.

  Adapun manfaat penting yang dapat diperoleh dari metode aromaterapi adalah sebagai berikut: 1) Merupakan bagian utama dari parfum keluarga, yaitu dengan memberikan sentuhan keharuman dan suasana wewangian yang menyenangkan, ketika sedang berada dirumah maupun berpergian. 2) Merupakan salah satu metode perawatan yang tepat dan efisien dalam menjaga tubuh agar tetap sehat.

  3) Banyak dimanfaatkan dalam pengobatan, khususnya dalam membantu beragam penyakit, meskipun lebih ditujukan sebagai terapi pendukung

  (support therapy).

  4) Dapat membantu kelancaran fungsi sistem tubuh (improving body

  function), antara lain, dengan cara mengembalikan keseimbangan bioenergi tubuh.

  5) Membantu meningkatkan stamina dan gairah seseorang, walaupun sebelumnya tidak atau kurang memiliki gairah dan semangat hidup.

  6) Dapat menumbuhkan perasaan yang tenang pada jasmani, pikiran dan rohani (soothing the physical, mind and spiritual), dapat menciptakan suasana yang damai, serta dapat menjauhkan dari perasaan cemas dan gelisah (Jaelani, 2009).

f. Teknik – teknik pemberian aromaterapi

  Penyerapan minyak esensial ke dalam system sirkulasi membutuhkan waktu sekitar 10 menit untuk diserap sepenuhnya oleh system tubuh sebelum dikeluarkan kembali melalui paru-paru, kulit dan urine dalam waktu beberapa jam kemudian (Rachmi, 2002). Berikut ini adalah beberapa teknik yang lazim digunakan dalam aromaterapi:

  1) Aromaterapi Inhalasi (menggunakan oil burner) Penghirupan dianggap sebagai cara penyembuhan paling langsung dan paling cepat, karena molekul- molekul minyak esensial yang mudah menguap tersebut bertindak langsung pada organ-organ penciuman dan langsung dipersepsikan oleh otak. Metode yang populer adalah penghirupan yang dianggap bermanfaat. Ketika aromaterapi dihirup, molekul yang mudah menguap dari minyak tersebut dibawa oleh arus udara ke “ atap “hidung di mana silia –silia yang lembut muncul dari sel-sel reseptor. Ketika molekul-molekul itu menempel pada rambut- rambut tersebut, suatu pesan elektrokimia akan ditransmisikan melalui saluran olfactory ke dalam system limbic. Hal ini akan merangsang memori dan respons emosional (Jaelani, 2009). Hipotalamus berperan sebagai relay dan regulator, memunculkan pesan-pesan yang harus disampaikan kebagian lain otak serta bagian badan yang lain. Pesan yang diterima itu kemudian diubah menjadi tindakan yang berupa pelepasan senyawa neurokimia yang menyebabkan euforia, relaks, dan sedatif (Koensoemardiyah, 2009).

  2) Aromaterapi Massase atau Pijat Massase merupakan metode perawatan yang paling banyak dikenal dalam kaitannya dengan aroma terapi. Minyak esensial mampu menembus kulit dan terserap ke dalam tubuh, sehingga memberikan pengaruh penyembuhan dan menguntungkan pada berbagai jaringan dan organ internal (Koensoemardiyah, 2009). 3) Aromaterapi Mandi

  Mandi yang sebagian besar orang merasakan manfaatnya untuk relaksasi adalah mandi panas yang sebelumnya telah ditambahkan persiapan wewangian yang memiliki kasiat tertentu. Mandi dapat menenangkan dan melemaskan, meredakan sakit dan nyeri dan juga dapat menimbulkan efek rangsangan, menghilangkan keletihan dan mengembalikan tenaga.

  4) Aromaterapi Kompres Kompres efektif untuk penyembuhan berbagai macam sakit, nyeri otot dan rematik, ruam-ruam dan sakit kepala. Untuk nyeri akut kompres harus diulang

  • – ulang bila telah mencapai blood temperature, jika tidak maka kompres harus dibiarkan pada komposisinya selama minimal dua jam dan yang lebih baik adalah semalam (Geddes, 2000).

  g.

  

Cara Menggunakan Aromaterapi (aromaterapi Lavender dan

aromaterapi Kenanga) oil burner.

  Lavender dan kenanga membantu meningkatkan kekebalan tubuh sekaligus bersifat analgesik yaitu mengurangi rasa nyeri. Salah satu cara menggunakan aroma lavender adalah dengan cara dihirup termasuk salah satu cara terapi yang sudah berumur tua.

  Terapi inhalasi sangat berguna untuk mengatasi dan meringankan keadaan

  • – keadaan yang berhubungan dengan kondisi kesehatan tubuh seseorang. Adapun maksud dari cara terapi ini adalah untuk menyalurkan khasiat zat – zat yang dihasilkan oleh minyak esensial secara langsung.

  Yaitu, dengan mengalirkan uap minyak esensial secara langsung atau melalui alat bantu aroma terapi (Jaelani, 2009).

  Adapun cara menggunakan aromaterapi adalah sebagai berikut : mengisi wadah tungku dengain air 5cc, kemudian tambahkan 3 tetes / 4 tetes minyak essensial aromaterapi lavender dan minyak kenanga dalam air hangat tersebut, selanjutnya menyalakan lilin dibawah mangkuk tersebut selama 10 menit (Jaelani, 2009).

B. Kerangka Teori

  Perubahan yang terjadi pada lansia : a. Perubahan fisik, biologi / jasmani.

  • – b. Perubahan mental

  Hipertensi emosional / jiwa.

  c. Perubahan kehidupan seksual.

  Terapi non farmakologis aromaterapi lavender dan

  Faktor penyebab aromaterapi kenanga hipertensi :

  a. Perubahan-perubahan pada elastisitas dinding aorta menurun

  b. katub jantung menebal Pengeluaran hormon dan menjadi kaku sorotin

  c. Kemampuan jantung memompa darah menurun

  Tekanan darah

Gambar 2.2 Kerangka Teori

  (sumber : Bustan, 2007, Syahrini, Susanto, & Udiyono, 2012, Julianti, 2005, Jaelani, 2009, Kesner, 2008).

C. Kerangka Konsep

  Berdasarkan kerangka teori diatas dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut: Variabel bebas variabel Terikat

  Aromaterapi lavender dan Tekanan darah

  Aromaterapi kenanga

  1. Lingkungan

  2. Penyakit Jasmani Keterangan:

  : Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti

Gambar 2.3 Kerangka Konsep D.

   Hipotesis

  Hipotesis adalah suatu jawaban atas pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan dalam perencana penelitian (Notoatmodjo, 2012).

  Dengan melihat rumusan masalah diatas, maka dapat diterapkan hipotesa penelitian Ha yaitu : Adakah Perbandingan Pengaruh Aromaterapi Lavender dan Aromaterapi Kenanga Terhadap Perubahan tekanan darah pada lansia di Desa Lengkong Kabupaten Banjarnegara.