1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang - HUBUNGAN PER IL AKU PASIEN TUBERKULOSIS PARU DENGAN KEPATUHAN PROGRAM PENGOBATAN SISTEM DOTS DI BALAI KESEHATAN PARU MASYARAKAT PURWOKERTO - repository perpustakaan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis Paru (TB Paru) adalah penyakit infeksi yang disebabkan

  oleh Mycobacterium tuberculosis dan biasa terdapat pada paru–paru tetapi dapat mengenai organ tubuh lainnya. Tuberkulosis merupakan ancaman bagi penduduk Indonesia, karena penyakit ini merupakan penyebab nomer tiga setelah penyakit jantung dan penyakit pernafasan akut (Depkes RI, 2011).

  Sekitar 75% penderita Tuberkulosis paru adalah kelompok usia yang paling produktif secara ekonomi. Ini menjadi salah satu perhatian global karena kasus Tuberkulosis paru yang tinggi dapat berdampak luas terhadap kualitas hidup, sosial, dan ekonomi bahkan mengancam jiwa (Kemenkes, 2011).

  WHO menyatakan bahwa Tuberkulosis masih menjadi salah satu penyakit menular yang paling mematikan didunia. Tahun 2014 diperkirakan 9,6 juta orang menderita Tuberkulosis dan 1,5 juta meninggal karena penyakit ini. Tuberkulosis terdapat pada semua wilayah di dunia dan laporan Global memperkirakan kasus Tuberkulosis paru dan angka kematian pada tahun 2015 lebih tinggi dari tahun 2014 (WHO, 2014).

  The World Organization (WHO) dalam Annual Report on Global TB

  Control 2005 menyatakan terdapat 22 negara dikategorikan sebagai high burden countryes (HBC) (WHO,2005). Indonesia merupakan negara dengan

  peringkat pertama diantara HBC yang berada diwilayah South East Asean

  

1 dan berada pada urutan ke 5 negara dengan beban Tuberkulosis tertinggi di dunia (Kemenkes RI, 2011).

  Penemuan kasus baru Tuberkulosis di Indonesia berdasarkan data Kemenkes 2011 – 2015, jumlah kasus baru Tuberkulosis BTA positif yang ditemukan tahun 2011 sebanyak 197.797 kasus baru, tahun 2012 sebanyak 202.301, tahun 2013 sebanyak 196.310 kasus baru, tahun 2014 sebanyak 176.667 kasus baru dan tahun 2015 sebanyak 330.910 kasus baru (Kemenkes, 2011 – 2015).

  Jumlah kasus Tuberkulosis paru tertinggi yang dilaporkan terdapat di provinsi dengan jumlah penduduk yang tinggi yaitu Jawa barat, Jawa tengah dan Jawa timur. Prevalensi Tuberkulosis paru per 100.000 penduduk provinsi Jawa tengah tahun 2013 sebesar 114 per 100.000 penduduk, tahun 2014 sebesar 89,01 per 100.000 penduduk. Menunjukkan bahwa penemuan kasus TB paru di Jawa tengah mengalami penurunan dibanding dengan tahun 2013. Angka kesembuhan Tuberkulosis (Cure Rate) di Jawa tengah hanya sebesar 81,80%. Menunjukkan angka kesembuhan Tuberkulosis di Jawa tengah belum memenuhi target minimal 85% sedangkan angka keberhasilan pengobatan Tuberkulosis (Succes Rate) Jawa tengah sebesar 89,89%, ini menunjukkan bahwa angka keberhasilan pengobatan Tuberkulosis sudah baik, karena mendekati target rencana strategis Dinas Kesehatan Jawa Tengah yaitu 90% (Dinkes, 2015).

  Data yang diperoleh di wilayah kabupaten Banyumas jumlah populasi kasus Tuberkulosis paru pada tahun 2010 tercatat sebanyak 1.088 penderita Tuberkulosis, kemudian tahun 2011 sebanyak 1.143 penderita Tuberkulosis, tahun 2013 sebanyak 1.176 penderita Tuberkulosis, tahun 2014 sebanyak 1.168 penderita Tuberkulosis, tahun 2015 sebanyak 1.126 penderita Tuberkulosis, tahun 2016 sebanyak 1.553 penderita Tuberkulosis (Dinkes Banyumas, 2016).

  DOTS (Direct Observed Tretment Shorcourse) dapat diartikan sebagai pengawasan langsung menelan obat jangka pendek setiap hari oleh Pengawas Menelan Obat (PMO). Tujuannya mencapai angka kesembuhan yang tinggi, mencegah putus berobat, mengatasi efek samping obat jika timbul dan mencegah resistensi (Permatasari, 2005). Keberhasilan strategi DOTS dalam angka kesembuhan (Cure Rate) Tuberkulosis paru di kabupaten Banyumas tahun 2014 sebesar 98,96% mengalami peningkatan dibanding tahun 2013 sebesar 92,70%. Angka ini sudah melebihi target SPM yaitu sebesar 85% (Dinkes Banyumas, 2014).

  Ada 3 hal yang berpengaruh terhadap perilaku, yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan (Notoatmodjo, 2010). Banyak faktor yang mempengaruhi kesembuhan dari pasien tuberkulosis yaitu pengetahuan penderita, sikap penderita terhadap kesembuhan, serta perilaku penderita berhubungan dengan kesembuhan pasien tuberkulosis paru (Nurkholifah, 2009). Sikap sangat mempengaruhi kepatuhan seorang dalam minum obat anti tuberkulosis karena sikap artinya kesiapan atau kesediaan untuk berindak (Notoatmodjo, 2010).

  Kepatuhan dalam pengobatan dapat sebagai perilaku pasien yang dapat mentaati semua nasihat dan petunjuk yang dianjurkan oleh kalangan tenaga medis, seperti dokter dan apoteker mengenai segala sesuatu yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan pengobatan, salah satu diataranya adalah kepatuhan minum obat, hal ini merupakan syarat utama tercapainya keberhasilan pengobatan yang dilakukan (Sarangi, 2011).

  Hasil penelitian Ariani (2015) di Wilayah Kerja Puskesmas Modayag Kabupaten Bolaang Mongondow Timur di dapatkan adanya hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan keteraturan minum obat dengan nilai p

  

value= 0,014 < 0,05 dan terdapat hubungan yang signifikan antara sikap

dengan keteraturan minum obat dengan nilai p value= 0,005 < 0,05.

  Studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di Balai Kesehatan Paru Masyarakat Purwokerto, data yang diperoleh dari petugas DOTS Center dari bulan Januari 2016 - Januari 2017 terdapat 129 penderita TB BTA positif dan 200 penderita TB BTA negatif yang menjalani pengobatan di BKPM Purwokerto. Rata-rata kunjungan pasien per minggunya di ruang DOTS Center yaitu berkisar 35 pasien sedangkan per harinya yaitu berkisar 4-5 pasien.

  Berdasarkan hasil wawancara peneliti kepada pasien Tuberkulosis paru yang sedang berkunjung ke BKPM Purwokerto tentang perilaku yang dilakukan pada pasien Tuberkulosis paru menyatakan bahwa pasien Tuberkulosis paru tersebut masih sering tidak menggunakan penutup mulut atau masker saat berinteraksi dengan keluarga ataupun orang lain, tidur secara bersama-sama dengan anggota keluarga yang lain, batuk dan bersin tidak menutup mulut, saat makan mereka makan bersama dengan orang lain atau menggunakan peralatan makan bersama, penderita kerap membuang dahak disembarang tempat.

  Pernyataan tersebut sesuai dengan hasil interview peneliti kepada petugas BKPM yang mengatakan bahwa perilaku penderita Tuberkulosis paru yang ada di BKPM kurang, seperti tidak menggunakan penutup mulut saat berinteraksi dengan keluarga ataupun orang lain dan meludah atau membuang dahak tidak ditempat khusus.

  Hasil wawancara peneliti kepada pasien Tuberkulosis paru yang sedang berkunjung ke BKPM Purwokerto tentang kepatuhan pasien Tuberkulosis dalam pengobatan Tuberkulosis paru, alasan utama dalam menjalani pengobatan pasien pernah lupa, bosan dalam meminum obat, jarak rumah ke BPKM terlalu jauh, terkadang juga bila pasien sudah merasa membaik akhirnya mereka tidak meminum obat Tuberkulosis padahal masa pengobatan belum selesai, hal ini dapat menyebabkan pasien resisten terhadap obat Tuberkulosis.

  Berdasarkan fenomena tersebut maka peneliti tertarik melakukan penelitian lebih mendalam tentang “Hubungan Perilaku Pasien Tuberkulosis dengan Kepatuhan Program Pengobatan Sitem DOTS di Balai Kesehatan Paru Masyarakat Purwokerto”.

  B. Perumusan Masalah Tuberkulosis masih menjadi masalah penyakit menular di Indonesia.

  Untuk menanggulangi jumlah kasus Tuberkulosis dapat dilakukan dengan merubah perilaku pasien serta memperbaiki kepatuhan pasien Tuberkulosis dalam pengobatannya sehingga peneliti tertarik untuk meneliti tentang Hubungan Perilaku Pasien Tuberkulosis paru dengan Kepatuhan Program Pengobatan Sistem DOTS Pasien Tuberkulosis di Balai Kesehatan Paru Masyarakat Purwokerto dengan bentuk pertanyaan: Bagaimanakah hubungan perilaku pasien Tuberkulosis paru dengan kepatuhan program pengobatan sistem DOTS di Balai Kesehatan Paru Masyarakat Purwokerto?

  C. Tujuan Penelitian

  1. Tujuan Umum : Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara perilaku pasien Tuberkulosis paru dengan kepatuhan program pengobatan sistem DOTS di Balai Kesehatan Paru Masyarakat Purwokerto.

2. Tujuan Khusus penelitian ini adalah untuk mengetahui :

  a. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, umur, pendidikan terakhir, pekerjaan.

  b. Perilaku pasien Tuberkulosis paru di Balai Kesehatan Paru Masyarakat Purwokerto.

  c. Kepatuhan pasien Tuberkulosis paru dalam mengikuti program pengobatan sistem DOTS di Balai Kesehatan Paru Masyarakat Purwokerto. d. Hubungan perilaku pasien Tuberkulosis paru dengan kepatuhan program sistem DOTS di Balai Kesehatan Paru Masyarakat Purwokerto.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

  Sebagai penambah wacana baru atau pengalaman belajar dan meningkatkan pengetahuan dengan hubungan antara perilaku pasien Tuberkulosis dengan kepatuhan program pengobatan sistem DOTS di Balai Kesehatan Paru Masyarakat Purwokerto.

2. Bagi Institusi

  a. Memberikan bahan tambahan kajian pustaka tentang perilaku penderita terhadap kepatuhan berobat tuberkulosis.

  b. Sebagai bahan penelitiaan yang serupa.

  3. Bagi Penderita Memberikan informasi tentang perilaku pasien Tuberkulosis dengan kepatuhan program pengobatan sistem DOTS.

  4. Bagi Balai Kesehatan Paru Masyarakat Purwokerto Memberikan masukan untuk meningkatkan pengembangan program

  TB DOTS terutama tentang pemberantasan dan penanggulangan Tuberkulosis paru.

E. Penelitian Terkait

1. Dhewi, et al. (2011). Melakukan penelitian dengan judul Hubungan antara

  Pengetahuan, Sikap pasien dan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Minum Obat pada Pasien Tuberkulosis paru di BKPM Pati. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelatif menggunakan desain cross

  sectional study. Penelitian ini menggunakan teknik sample total sampling

  sebanyak 40 sample. Analisis bivariat dalam penelitian ini menggunakan uji

  Chi-square yaitu Fisher exact test. Hasil penelitian menunjukan ada

  hubungan bermakna antara pengetahuan dengan kepatuhan minum obat Tuberkulosis paru dengan nilai p=0,000, ada hubungan bermakna antara sikap dengan kepatuhan minum obat Tuberkulosis paru dengan nilai p=0,001, ada hubungan bermakna antara dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat Tuberkulosis pru dengan nilai p=0,000.

  Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan adalah tidak meneliti tentang dukungan keluarga dan hanya menguji hipotesis apakah ada hubungan antara perilaku penderita tuberkulosis paru dengan kepatuhan program pengobatan sistem DOTS pasien tuberkulosis di BKPM Purwokerto. Jenis penelitian ini adalah survey analitik menggunakan desain

  cross sectional study dengan menggunakan pendekatan korelasional dan observasi.

  Persamaan dengan penelitian yang dilakukan adalah meneliti tentang hubungan antara sikap pasien Tuberkulosis paru dengan kepatuhan minum obat di BKPM.

2. Damayanti (2015). Melakukan penelitian dengan judul Hubungan Antara

  Home Visit, Peran Pemantau Minum Obat dengan Kepatuhan Berobat Pada Pasien Tuberkulosis di Wilayah Kerja Puskesmas Jatilawang Tahun 2014/2015. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara home visit, peran PMO dengan kepatuhan berobat pada pasien tuberkulosis. Jenis penelitian yang digunakan merupakan deskriptif analitik, menggunakan desain cohort. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik total sampling yaitu seluruh penderita tuberkulosis di wilayah kerja Puskesmas Jatilawang sebanyak 35 orang. Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan pearson product moment. Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan spearman brown dan analisis data menggunakan uji Chi-square. Hasil dalam penelitian ini adalah sebagian besar pasien tuberkulosis di wilayah kerja Puskesmas Jatilawang tidak mendapat home visit (82,9%), mendapat PMO kurang (51,4%) dan patuh dalam berobat (57,1%). Tidak terdapat hubungan antara PMO dengan kepatuhan berobat dengan nilai (p-value= 0,000).

  Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan adalah pada penelitian Damayanti (2015) belum dilakukan penelitian mengenai perilaku pasien Tuberkulosis paru dengan kepatuhan pengobatan Tuberkulosis. Pada penelitian ini akan diteliti bagaimanakah perilaku pasien Tuberkulosis paru apakah baik atau tidak baik sehingga dapat mempengaruhi kepatuhan pengobatan Tuberkulosis paru dan dengan demikan dapat menurunkan insiden Tbuberkulosis paru di masyarakat.

  Persamaan dengan penelitian yang dilakukan adalah meneliti tentang tingkat kepatuhan berobat pada pasien Tuberkulosis.

  3. Lertkanokkun, et al (2013). Melakukan penelitian dengan judul “Healthcare providers’ Knowledge, Attitudes & Practices Regarding Tuberculosis Care” Metode Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Penelitian ini menggunakan kuisioner untuk mengumpulkan data sosio – demografis, pengetahuan penyedia pelayanan, dan sikap pasien Tuberkulosis. Penelitian ini mengambil sampel Pelayanan Tuberkulosis di 30 Rumah Sakit pemerintah di 3 provinsi di Thailand. Hasil penelitian in menunjukan terdapat hubungan antara penyedia pelayanan kesehatan Tuberkulosis, pengetahuan dan sikap pasien Tuberkulosis terhadap kesembuhan pasien Tuberkulosis. Namun Penyedia pelayanan Tuberkulosis tidak memberikan perawatan yang sesuai dengan pedoman Program Tuberculosis Nasional (NTP).

  Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan adalah meneliti tentang hubungan perilaku pasien Tuberkulosis paru dengan tingkat kepatuhan program pengobatan sistem DOTS. Penelitian ini menggunakan tekhnik

  

purposive sampling sejumlah 54 pasien dengan BTA positif yang

  pengobatannya >5 bulan dari bulan Juni 2016-Januari 2017 dan masih menjalani pengobatan di BKPM Purwokerto.

  Persamaan dengan penelitian yang dilakukan adalah meneliti tentang sikap pasien terhadap kesembuhan Tuberkulosis paru. Metode penelitian menggunakan desain cross sectional.

4. Mushtaq, et al (2011). Melakukan penelitian dengan judul “ Urban-rural

  Inequities in Knowledge, Attitude and Practice Regarding Tuberculosis in Two Districs of Pakistans’, Punjab Province”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengetahuan, sikap dan tindakan antara masyarakat perkotaan dengan pedesaan mengenai tuberkulosis. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain survey penelitian analitik dengan rancangan percobaan survey cross sectional. Jumlah sample pada penelitian ini sebanyak 1080 rseponden yang terdiri dari responden yang berusia 20 ke atas, 432 responden kota dan 648 responden pedesaan. Diambil secara acak menggunakan teknik multistage cluster sampling dan kemudian pengambilan data melalui wawancara dan pengisian kuisioner kepada responden. Kemudian data dianalisis menggunakan regresi linear sederhana. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan, sikap, perilaku dan pengetahuan informasi terhadap tingkat kesembuhan pasien Tuberkulosis di kota Punjab Pakistan. (p-value=0,000 < 0,05).

  Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan adalah meneliti tentang hubungan perilaku pasien Tuberkulosis paru dengan tingkat kepatuhan program pengobatan sistem DOTS. Penelitian ini menggunakan tekhnik

  

purposive sampling sejumlah 54 pasien dengan BTA positif yang masih

menjalani pengobatan >5 bulan di BKPM Purwokerto.

  Persamaan dengan penelitian yang dilakukan adalah meneliti tentang sikap dan tindakan pasien terhadap pencegahan Tuberkulosis. Metode penelitian menggunakan desain cross sectional.

5. Pare, et al (2012). Melakukan penelitian dengan judul Hubungan Antara

  Pekerjaan, PMO, Pelayanan Kesehatan, Dukungan Keluarga, dan Diskriminasi dengan Perilaku Berobat Pasien Tuberkulosis paru. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara pekerjaan, pengawas minum obat (PMO), pelayanan kesehatan, dukungan keluarga dan diskriminasi dengan perilaku berobat pasien Tuberkulosis paru di Puskesmas Batua dan Puskesmas Tamamaung Kota Makassar Tahun 2010-2012. Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan rancangan case control study. Penelitian ini terdiri dari 2 kelompok sampel, yakni kelompok kasus dan kelompok kontrol. Sample diambil dengan metode exhaustive

  

sampling. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji statistik odds

ratio (OR) untuk melihat besaran resiko. Hasil penelitian menunjukan

  bahwa pekerjaan dan pelayanan kesehatan bukan merupakan faktor resiko terhadap perilaku berobat pasien Tuberkulosis paru. Sedangkan peran PMO, dukungan keluarga, dan diskriminasi merupakan faktor resiko terhadap perilaku berobat pasien Tuberkulosis paru.

  Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan adalah tidak meneliti tentang Pekerjaan , PMO, Pelayanan Kesehatan, Dukungan Keluarga tetapi meneliti tentang apakah ada hubungan antara perilaku pasien Tuberkulosis paru dengan kepatuhan program pengobatan sistem DOTS di BKPM Purwokerto. Jenis penelitian ini merupakan survey analitik menggunakan desain cross sectional dengan pendekatan korelasional dan observasi.

  Penelitian ini menggunakan tekhnik purposive sampling yaitu mengambil sejumlah 54 pasien TB Paru BTA Positif yang menjalani pengobatan TB >5 bulan pengobatan di BKPM Purwokerto dari bulan Juni 2016-Januari 2017 dan masih menjalani pengobatan di BKPM Purwokerto. Analisa data dalam penelitian ini menggunakan uji Chi-Square.

  Persamaan dengan penelitian yang dilakukan adalah meneliti tentang perilaku berobat pasien Tuberkulosis.

6. Epriyanti (2015). Melakukan penelitian dengan judul Hubungan

  Karakteristik Pengawas Minum Obat dan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Tuberkulosis paru BTA Positif di Wilayah Kerja Puskesmas Kembaran II. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan karakteristik pengawas minum obat dan dukungan di wilayah kerja Puskesmas Kembaran II. Jenis penelitian ini menggunakan deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel menggunakan rumus slovin. Sampel yang dipilih dengan simple random

  

sampling dari pasien yang menjalani pengobatan Tuberkulosis paru. Uji

  validitas dalam penelitian ini menggunakan pearson product moment dan uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan spearman brown. Hasil penelitian menunjukan pada subyek PMO mayoritas berjenis kelamin perempuan (57,7%), berusia < 40 tahun (51,9%), berpendidikan tinggi (61,5%), tidak bekerja (55,8%), berpengetahuan baik (73,1%), dukungan keluarga mayoritas mendukung (71,2%) dan tingkat kepatuhan mayoritas patuh (61,5%). Hasil bivariat menunjukan terdapat hubungan PMO jenis kelamin (p=0,0001), usia (p=0,012), pendidikan (p=0,012), pekerjaan (p=0,017), pengetahuan (p=0,0001) PMO, dan dukungan keluarga pasien (p=0,0001) dengan kepatuhan minum obat. Jadi dari hasil tersebut, terdapat hubungan karakteristik PMO dan dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat pada pasien Tuberkulosis paru BTA positif di wilayah kerja Puskesmas Kembaran II.

  Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan adalah pada penelitian Epriyanti (2015) belum dilakukan penelitian mengenai perilaku penderita tuberkulosis paru yang meliputi pengetahuan, sikap dan tindakan penderita tuberkulosis paru terhadap kepatuhan pengobatan Tuberkulosis. Pada penelitian yang dilakukan akan diteliti bagaimanakah perilaku pasien Tuberkulosis paru apakah baik atau buruk sehingga dapat mempengaruhi kepatuhan pengobatan Tuberkulosis dan dengan demikian menurunkan insiden Tuberkulosis paru di masyarakat. Jenis penelitian ini adalah survey analitik menggunakan desain cross sectional dengan menggunakan pendekatan korelasional dan observasi. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus cross sectional dengan teknik purposive

  

sampling sebanyak 54 sampel berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi.

  Analisa data dalam penelitian ini menggunakan rumus Chi-square.

  Persamaan dengan penelitian yang dilakukan adalah meneliti tingkat kepatuhan minum obat pasien Tuberkulosis paru BTA positif.

7. Friska J. (2012). Melakukan penelitian dengan judul Hubungan

  Pengetahuan dan Sikap Dengan Kepatuhan Minum Obat Anti Tuberculosis Pada Pasien Tuberculosis Paru di Puskesmas Kecamatan Jatinegara 2012.

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap dengan kepatuhan minum obat anti tuberkulosis pada pasien Tuberkulosis paru di Puskesmas Kecamatan Jatinegara tahun 2012. Jenis penelitian yang digunakan merupakan deskriptif analitik dengan menggunakan pendekatan

  

cross sectional. Pengambilan populasi dengan cara total sampling dengan

  jumlah sampel sebanyak 34 responden. Alat ukur yang digunakan yaitu kuesioner dan analisa bivariat dengan menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian dalam penelitian ini adalah diperoleh responden yang mempunyai pengetahuan yang baik sebanyak 7 responden (20,6%), pengetahuan cukup sebanyak 17 responden (50%) dan pengetahuan kurang sebanyak 10 responden (29,4%). Sedangkan responden yang mempunyai sikap positif 25 responden (73,5%), sikap negatif sebanyak 9 responden (26,5%) dengan nilai p-value adalah 0,0005 lebih kecil nilai alpha 0,05 dapat disimpulkan bahwa ada hubungan pengetahuan dan sikap dengan kepatuhan minum obat anti tuberculosis pada pasien Tuberkulosis paru di Puskesmas Kecamatan Jatinegara tahun 2012.

  Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan adalah pada penelitian Junita (2012) dalam menentukan sampel tidak terdapat kriteria inklusi dan eksklusi. Pada penelitian yang dilakukan jenis metode penelitian menggunakan metode Survey analitik dan dalam menentukan sampel terdapat kriteria inklusi dan eksklusi.

  Persamaan dengan penelitian yang dilakukan adalah meneliti tentang sikap dengan kepatuhan minum obat anti tuberkulosis pada pasien Tuberkulosis paru.

8. Ariani (2015). Melakukan penelitian dengan judul Faktor-Faktor yang

  Berhubungan Dengan Keteraturan Minum Obat Penderita Tuberkulosis Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Modayag Kabupaten Bolaang Mongondow Timur. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan keteraturan minum obat penderita TB paru di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Modayag Kabupaten Bolaang Mongondow Timur. Penelitian ini menggunakan metode cross

  

sectional study. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan

  teknik total sampling yaitu semua penderita Tuberkulosis paru yang telah didiagnosis oleh dokter berdasarkan hasil sputum BTA positif dan yang tercantum dalam data rekam medik yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Modayag Kabupaten Bolaang Mongondow Timur yang berjumlah 41 orang. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin, sikap dan pengetahuan terhadap keteraturan minum obat. Hasil analisis multivariat menunjukan bahwa pengetahuan merupakan variabel yang paling dominan mempengaruhi keteraturan minum obat penderita Tuberkulosis paru.

  Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan adalah tidak meneliti tentang hubungan jenis kelamin, umur, pekerjaan serta peran PMO terhadap keteraturan minum obat. Penelitian yang dilakukan hanya menguji hipotesis apakah ada hubungan antara perilaku pasien Tuberkulosis paru dengan kepatuhan program pengobatan sistem DOTS di BKPM Purwokerto, yang menjadi variabel bebas dalam penelitian Ariani (2015) adalah umur, jenis kelamin, pekerjaan, pengetahuan, sikap serta peran petugas menelan obat (PMO), sedangkan keteraturan minum obat penderita Tuberkulosis paru merupakan variabel terikat.

  Persamaan dengan penelitian yang dilakukan adalah meneliti tentang hubungan antara sikap pasien Tuberkulosis dengan keteraturan minum obat Tuberkulosis. Metode penelitiannya menggunakan cross sectional study.

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DEMOGRAFI DENGAN KEPATUHAN BEROBAT PASIEN TB PARU DI RS PARU JEMBER

1 5 76

POLA PENGOBATAN TUBERKULOSIS PARU DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT MAKASSAR PERIODE JANUARI – JUNI 2011 Hendra Herman, Bayu Putra, Citra Dana Fakultas Farmasi Universitas Muslim Indonesia Email : noncee2307gmail.com ABSTRACT - POLA PENGOBATAN TUBE

0 0 7

EVALUASI PENERAPAN SISTEM KOMPUTERISASI PENDAFTARAN PASIEN DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT (BBKPM) SURAKARTA

0 0 10

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN PASIEN DAN KETERATURAN PENGOBATAN TUBERKULOSIS PARU DENGAN STRATEGI DOTS SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

0 0 54

HUBUNGAN ANTARA STATUS IMUNISASI BCG DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU PADA ANAL BALITA USIA < 5 TAHUN DI BALAI KESEHATAN PARU MASYARAKAT (BPKM) PURWOKERTO

0 0 7

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TUBERKULOSIS PARU DENGAN KEPATUHAN PASIEN MINUM OBAT ANTI TUBERKULOSIS (OAT) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS IMOGIRI 1 NASKAH PUBLIKASI - HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TUBERKULOSIS PARU DENGAN KEPATUHAN PASIEN MINUM OBAT ANTI TUBERK

0 1 20

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN PERILAKU CARING DI RUANG IGD RSUD PROF.DR. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO - repository perpustakaan

0 0 12

1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang - FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU CARING PERAWAT PADA PASIEN DI IRNA RSUD AJIBARANG - repository perpustakaan

0 1 8

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - ANALISIS KEKAMBUHAN PADA PASIEN ASMA BRONKHIAL DALAM 1 TAHUN DI RSU. ST. ELISABETH PURWOKERTO TAHUN 2013 - repository perpustakaan

0 0 10

HUBUNGAN PERILAKU PASIEN TUBERKULOSIS PARU DENGAN KEPATUHAN PROGRAM PENGOBATAN SISTEM DOTS DI BALAI KESEHATAN PARU MASYARAKAT PURWOKERTO

0 0 15