BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - DIAN NURUL ANNISA BAB I

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang penting dalam kehiduupan

  manusia. Dunia pendidikan semakin dituntut untuk lebih memberikan kontribusi yang nyata dalam upaya meningkatkan kemajuan bangsa. Rencana strategis DEPDIKNAS (2007:5) menetapkan tiga pilar kebijakan pembangunan pendidikan nasional, yaitu 1) perluasan dan pemerataan akses pendidikan, 2) peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing pendidikan, 3) penguatan tata kelola, akuntabilitas dan citra publik pengelola pendidikan.

  Implementasi ketiga pilat tersebut, khususnya pilar kedua sebaiknya didukung oleh keragaman metode pembelajaran yang akan meningkatkan proses belajar dan hasil belajar.

  Keberhasilan suatu pendidikan dapat dilihat dari berbagai aspek, salah satunya adalah kualitas sumber daya manusia. Berdasarkan survey yang dilakukan oleh Trends in International Mathematics Science Study (TIMSS) yang dikoordinasikan oleh International Association for the Evaluation of

  

Education Achievment (IEA). Pada TIMSS 2011, posisi Indonesia menempati

  peringkat ke-40 dari 42 negara dengan nilai rata-rata 406. Informasi penilaian TIMSS tersebut menunjukkan kemampuan sains siswa Indonesia mengalami penurunan prestasi. Kemampuan sains siswa Indonesia di TIMSS masih di bawah nilai rata-rata (500) dan secara umum berada pada tahapan terendah

  1

  (Low International Brenchmark) (Kemdikbud, 2013: 1). Berdasarkan data di atas, dapat disimpulkan bahwa kualitas sumber daya manusia di Indonesia dalam bidang IPA tergolong rendah dari negara lainnya.

  Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis. Hal ini sejalan dengan Depdiknas (2006) menyatakan bahwa IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan". IPA itu sendiri tidak bisa dipelajari hanya dengan membaca sekilas saja, namun perlu dibarengi dengan praktikum serta contoh-contoh nyata (Real) dalam pembelajarannya. Kegiatan IPA yang pada hakikatnya meliputi unsur sikap, proses, dan produk, dimana dalam mencapai unsur-unsur tersebut pembelajaran IPA seharusnya melibatkan siswa dalam berbagai ranah, yaitu ranah kognitif, psikomotor, dan afektif.

  Para ahli pendidikan menyatakan bahwa pembelajaran IPA yang terjadi saat ini hanya sebatas transfer ilmu guru terhadap siswa. Hal ini tidak sejalan dengan hakikat IPA yang dalam pembelajarannya untuk mengembangkan kompetensi agar anak didik mampu memahami diri sendiri dan alam sekitar melalui proses mencari tahu dan berbuat. Pemberian materi secara ceramah masih menjadi pilihan utama para pengajar, namun dalam pembelajaran IPA yang dituntut anak harus aktif dalam pembelajaran dirasa kurang efektif dalam pemahaman konsep IPA bila hanya dengan metode ceramah.

  Guru merupakan kunci dalam meningkatkan mutu pendidikan dan bertanggungjawab untuk mengatur, mengarahkan, serta menciptakan suasana yang mendorong siswa untuk melaksanakan kegiatan di kelas. Keberhasilan suatu pendidikan dapat ditinjau dari berbagai aspek salah satunya kualitas sumber daya manusia dengan cara menumbuhkan rasa percaya diri. Permasalaha yang terjadi adalah siswa mengalami hambatan dengan kepercayaan diri karena tidak dapat mengekspresikan dirinya untuk aktif dalam pembelajaran sehingga mengakibatkan prestasi belajar rendah. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Mustofa Riski dengan judul PenGaruh Rasa Percaya Diri Terhadap Prestasi Belajar Siswa di SMA Islam Al Maarif Singosari Malang. Penelitian tersebut membuktikan bahwa terdapat pengaruh rasa percaya diri terhadap prestasi belajar siswa yang ditunjukan dengan t hitung = 3,15 dan t tabel = 1,99 maka t hitung > t tabel. Sedang nilai R Squere sebesar 0,113 berarti bahwa variabel bebas percaya diri (X) mampu menerangkan variabel terikat prestasi belajar (Y) sebesar 11,3 % sedangkan sisanya sebesar 88,7 % dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian.

  Rendahnya prestasi pengaruh dari kurangnya rasa percaya diri menjadi suatu permasalahan yang harus diatasi, maka untuk mengatasinya perlu diadakan perbaikan dalam pembelajaran. Perbaikan tersebut yaitu dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat. Model pembelajaran tersebut yaitu Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Facilitator and Expaining bisa menjadi pilihan yang tepat untuk menstimulus siswa aktif dalam pembelajaran. Menurut Shohimin (dalam Satria Suja Senosa, Joharman Tri Saputri Susanti, 2015) Student Facilitator and Explaining yang merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus dirancang untuk memengaruhi pola interaksi peserta didik dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan materi.

  Student Facilitator and Explaining merupakan salah satu strategi

  pembelajaran kooperatif yang melibatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Strategi pembelajaran dengan menggunakan kelompok- kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 siswa secara heterogen. Suprijono berpendapat bahwA (2015:147), model pembelajaran

  

Student Facilitator and Explaining adalah model yang melibatkan keaktifan

  siswa yang memiliki enam sintaks, yaitu: 1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai, 2) Guru mendemonstrasikan/menyajikan materti, 3) memberikan kesempatan siswa untuk menjelaskan kepada siswa lainnya misalnya melalui bagan/peta konsep, 4) Guru menyimpulkan ide/pendapat dari siswa, 5) Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu, 6) Penutup.

  Strategi pembelajaran Student Facilitator and Explaining merupakan metode pembelajaran aktif. Hakikatnya pembelajaran aktif untuk mengarahkan siswa terhadap materi yang dipelajarinya. Penerapan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining akan dapat membantu siswa atau dapat memudahkan siswa untuk dapat menyampaikan ide/pendapat. Salah satu metode yang sesuai digunakan dalam kegiatan pembelajaran IPA dengan menggunakan Student Facilitator and Explaining adalah Mind Mapping. Menurut Buzan (2010 : 4) Mind Mapping adalah cara yang paling mudah untuk memasukkan informasi ke dalam otak dan untuk mengambil informasi ke luar dari otak Menggunakan bantuan Mind Mapping dalam belajar sangat bermanfaat meningkatkan ingatan suatu konsep materi pembelajaran.

  Pengunaan Mind Mapping didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Pande Md. Ayu Wiratningsih, M.G. Rini Kristiantari, dan I Md. Suara dengan judul Pengaruh Student Facilitator and Explaining Berbantu Peta Konsep Terhadap Hasil Belajar Pkn Kelas V SD Gugus I Gusti Ngurah Rai.

  Penelitian. Penelitian tersebuat membuktikan adanya perbedaan yang signifikan hasil belajar antara siswa menggunakan pembelajaran Student

  Facilitator and Explaining Berbantu media peta konsep.

  Penerapan Student Facilitator and Explaining berbasis Mind Mapping dalam kegiatan pembelajaran akan dapat membantu siswa atau dapat memudahkan siswa untuk dapat menyampaikan ide/ pendapat mereka kepada siswa yang lainnya, karena media Mind Mapping berisi pokok-pokok materi sehingga memudahkan siswa untuk mengingat, menghafal dan memudahkan membuat catatan. Ketika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjelaskan materi, siswa bisa menjelaskan tentang materi pelajaran tersebut sesuai dengan ide atau pikirannya masing-masing. Berdasarkan latar belakang tersebut maka akan diteliti pengaruh Strategi Student Facilitator and

  Menggunakan Media Mind Mapping terhadap rasa percaya diri

  Explaining dan prestasi belajar IPA di kelas V sekolah dasar.

B. Batasan Masalah

  Berdasarkan latar belakang di atas, agar penelitian tidak terlalu luas dan hasil optimal. Maka permasalahan penelitian dibatasi sebagai berikut:

  1. Strategi Student Facilitator and Explaining merupakan metode pembelajaran aktif. Penggunaan Mind Mapping bertujuan agar peserta didik dapat menemukan konsep melalui peta pikiran.

  2. Rasa percaya diri dan prestasi belajar siswa akan diketahui dan diteliti untuk melihat pengaruh penerapan Strategi Student Facilitator and

  Explaining Menggunakan Media Mind Mapping dari pada model pembelajaran yang diterapkan di sekolah.

C. Perumusan Masalah

  Batasan permasalahan agar lebih jelas dan terarah, maka perlu dirumuskan permasalahan yang akan dibahas, yaitu sebagai berikut:

  1. Apakah Strategi Student Facilitator and Explaining Menggunakan Media

  Mind Mapping berpengaruh terhadap rasa percaya diri siswa kelas V

  sekolah dasar?

  2. Apakah Strategi Student Facilitator and Explaining Menggunakan Media

  Mind Mapping berpengaruh terhadap prestasi belajar IPA siswa kelas V

  sekolah dasar?

D. Tujuan Penelitian Tujuan masalah terbagi menjadi dua yakni tujuan umum dan tujuan khusus

  Tujuan umum penelitian ini adalah untuk meningkatkan kualitas pendidikan, sedangkan tujuan khusus adalah:

  1. Mengetahui pengaruh Strategi Student Facilitator and Explaining Menggunakan Media Mind Mapping berpengaruh terhadap rasa percaya diri siswa kelas V sekolah dasar.

  2. Mengetahui pengaruh Strategi Student Facilitator and Explaining Menggunakan Media Mind Mapping berpengaruh terhadap prestasi belajar IPA siswa kelas V sekolah dasar.

E. Manfaat Penelitian

  1. Manfaat teoritis Manfaat dari penelitian ini secara teoritis adalah memberikan sumbangan pemikiran tentang pengaruh Strategi Student Facilitator and Explaining Menggunakan Media Mind Mapping berpengaruh terhadap rasa percaya diri dan prestasi belajar IPA siswa kelas V sekolah dasar.

  2. Manfaat Praktis

  a. Siswa 1) Mempengaruhi rasa percaya diri siswa kelas V dengan Strategi

  Student Facilitator and Explaining Menggunakan Media Mind Mapping.

  2) Mempengaruhi prestasi belajar IPA kelas V dengan Strategi Student

  

Facilitator and Explaining Menggunakan Media Mind Mapping

  b. Guru 1) Mengetahui Strategi Student Facilitator and Explaining

  Menggunakan Media Mind Mapping 2) Menerapkan Strategi Student Facilitator and Explaining Menggunakan Media Mind Mapping di kelas.

  3) Digunakan untuk berbagi pengalamn dengan guru.

  b. Sekolah 1) Meningkatkan kualitas pembelajaran IPA di sekolah.

  2) Memberikan pertimbangan pemikiran mengenai pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran IPA di sekolah.

  c. Peneliti 1) Meningkatkan pengetahuan tentang Strategi Student Facilitator

  Menggunakan Media Mind Mapping

  and Explaining 2) Menambah wawasan tentang pembelajaran yang inovatif.