BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Dimas Akhmad Ardiyanto BAB I

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Atas) masih merupakan masalah

  kesehatan yang penting, karena ISPA (seperti; sinusitis, common cold, influenza, pneumonia) penyebab kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya. 40% - 60% dari kunjungan di Puskesmas adalah oleh penyakit ISPA. Dari seluruh kematian yang disebabkan oleh ISPA mencakup 20%-30%. Kematian yang terbesar umumnya adalah karena pneumonia dan terjadi pada bayi berumur kurang dari 2 bulan. Hingga saat ini angka mortalitas ISPA yang berat masih sangat tinggi.

  Kematian seringkali disebabkan karena penderita datang untuk berobat dalam keadaan berat (Rasmaliah, 2004).

  ISPA merupakan 10 penyakit utama dan salah satu penyebab kematian tersering pada anak di negara yang sedang berkembang. Infeksi saluran pernapasan akut ini menyebabkan 4 dari 15 juta perkiraan kematian pada anak berusia di bawah 5 tahun setiap tahunnya dan sebanyak dua pertiga dari kematian tersebut terjadi pada bayi. Penyakit ISPA masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama. Hal ini disebabkan masih tingginya angka kematian karena ISPA, terutama pada bayi dan anak balita. Proporsi kematian yang disebabkan oleh ISPA ini mencapai 20-30%. Proporsi kematian bayi dan balita karena ISPA di dunia sebesar 19% sampai 26% (Elly,

  2012).

  Menurut hasil Riskesdas (2013), ISPA merupakan penyebab kematian nomor dua pada balita (13,2%) setelah diare (17,2%). Sejak tahun 2007 sampai 2013, angka cakupan penemuan pneumonia balita tidak mengalami perkembangan berarti yaitu berkisar antara 23%-27,71%. Selama kurun waktu tersebut cakupan penemuan ISPA tidak pernah mencapai target nasional,

  Pada tahun 2013 tidak ada satupun provinsi yang mencapai target program penemuan ISPA pada balita. Provinsi dengan cakupan penemuan

  ISPA pada balita tertinggi berturut-turut yaitu Provinsi DKI Jakarta sebesar 73,35%, Nusa Tenggara Barat sebesar 59,24%, dan Jawa Barat sebesar 43,16%. Tiga provinsi dengan cakupan terendah yaitu Provinsi Kalimantan Tengah sebesar 1,75%, Aceh sebesar 3,84%, dan Sulawesi Utara sebesar 4,19%. Adapun Jawa Tengah cakupan penemuan ISPA pada balita sebesar 23,50% (Kemenkes RI, 2013).

  Penerapan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) merupakan langkah ampuh untuk menangkal penyakit. Pengetahuan tentang PHBS diperlukan bagi keluarga dalam upaya untuk mengajak dan mendorong kemandirian keluarga untuk berperilaku hidup bersih sehat (Nadesul, 2008 dalam Yuliana, 2009). Perilaku hidup bersih dan sehat yang rendah pada keluarga menyebabkan mudahnya agen infeksi pada keluarga terutama balita. Balita sangat rentan terhadap berbagai penyakit seperti ISPA karena daya tahan tubuh menurun (Sumarmo et al, 2008).

  PHBS adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang menjadikan seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat mampu menolong dirinya sendiri (mandiri) di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat (Kemenkes RI, 2011).

  PHBS dikembangkan melalui lima tatanan yaitu tatanan rumah tangga, Terdapat 10 indikator PHBS di keluarga terdiri dari persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, memberi bayi ASI eksklusif, menimbang balita setiap bulan, menggunakan air bersih, mencuci tangan dengan sabun, menggunakan jamban sehat, memberantas jentik nyamuk, mengonsumsi buah dan sayur setiap hari, melakukan aktivitas fisik setiap hari dan tidak merokok di dalam rumah (Kemenkes RI, 2011)

  Berdasarkan data Riskesdas (2013), proporsi nasional keluarga dengan PHBS baik pada tahun 2013 mengalami penurunan dibandingkan pada tahun 2007. Proporsi nasional keluarga PHBS baik pada tahun 2007 adalah sebesar 38,7% dan proporsi nasional keluarga PHBS baik pada tahun 2013 adalah sebesar 32,2%, dengan proporsi tertinggi pada DKI Jakarta (56,8%) dan terendah pada Papua (16,4%). Proporsi keluarga dengan PHBS baik lebih tinggi di perkotaan (41,5%) dibandingkan di perdesaan (22,8%). Terdapat 20 dari 33 provinsi yang masih memiliki keluarga PHBS baik di bawah proporsi nasional.

  Berdasarkan Profil Kesehatan Puskesmas Leksono tahun 2014, ISPA masuk dalam daftar umum sepuluh besar penyakit dan menempati urutan pertama. Jumlah penderita ISPA tercatat mengalami peningkatan pada tahun 2013 sebanyak 1023 kasus dan tahun 2014 sebanyak 1215 kasus.

  Hasil survei di Wilayah Puskesmas Leksono Wonosobo terhadap 20 rumah warga dengan menggunakan indikator PHBS diketahui bahwa 40% PHBS II, 20% masuk kategori PHBS III dan hanya 10% rumah warga yang masuk kategori PHBS IV.

  Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian tentang ”Hubungan Antara Perilaku Hidup Bersih Sehat Pada Keluarga dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) pada Balita di Wilayah Puskesmas Leksono Wonosobo Tahun 2014”.

B. Rumusan Masalah

  Perilaku hidup bersih dan sehat yang rendah pada keluarga menyebabkan mudahnya agen infeksi pada keluarga terutama balita. Balita sangat rentan terhadap berbagai penyakit seperti ISPA karena daya tahan tubuh menurun. ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Atas) masih merupakan masalah kesehatan yang penting, karena ISPA (seperti; sinusitis, common cold, influenza, pneumonia) penyebab kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi

  Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Adakah hubungan antara perilaku hidup bersih sehat pada keluarga dengan kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) pada balita di Wilayah Puskesmas Leksono Wonosobo?

C. Tujuan Penelitian

  Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang hubungan antara perilaku hidup bersih sehat pada keluarga dengan kejadian Infeksi Saluran

  Pernafasan Atas (ISPA) pada balita di Wilayah Puskesmas Leksono Wonosobo.

2. Tujuan Khusus a.

  Mengetahui karakteristik responden berdasarkan umur, pendidikan dan pekerjaan di Wilayah Puskesmas Leksono Wonosobo b.

  Mengetahui perilaku hidup bersih sehat pada keluarga di Wilayah Puskesmas Leksono Wonosobo.

  c.

  Mengetahui kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) pada balita di Wilayah Puskesmas Leksono Wonosobo.

  d.

  Menganalisis hubungan antara perilaku hidup bersih sehat pada keluarga dengan kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) pada balita di Wilayah Puskesmas Leksono Wonosobo.

D. Manfaat Penelitian 1.

  Secara Teoritis Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan gambaran secara nyata, memperkuat dan mengembangkan teori yang ada serta menambah wawasan ilmu pengetahuan berkenaan dengan pelaksanaan PHBS dan kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Atas pada balita.

  Secara Praktis a.

  Bagi Peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi pengetahuan tentang metode penelitian serta dapat memberikan informasi yang cukup jelas bagi peneliti mengenai hubungan antara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada keluarga dengan kejadian ISPA pada balita dan pengalaman khususnya dalam mengadakan penelitian ilmiah.

  b.

  Bagi Keluarga Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi keluarga untuk menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat sebagai cara untuk mencegah timbulnya penyakit terutama ISPA.

  c.

  Bagi Puskesmas Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data masyarakat yang melakukan PHBS serta bahan pertimbangan dalam memecahkan masalah kesehatan mengenai pencegahan penyakit dan sebagai bahan informasi dalam mengoptimalkan program-program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. d.

  Bagi Institusi Pendidikan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat khususnya dalam memperbanyak referensi tentang Perilaku Hidup Bersih Sehat dengan kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut dan sebagai acuan penelitian selanjutnya.

  e.

  Bagi Profesi Keperawatan peningkatan pelayanan keperawatan pada keluarga tentang pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat dalam upaya untuk pencegahan penyakit dan diharapkan perawat menjadi change agent dalam masyarakat untuk merubah paradigma sakit menjadi paradigma sehat.

E. Keaslian Penelitian

  Berdasarkan pengetahuan peneliti, selama ini belum ada penelitian yang serupa ataupun sama dengan yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu tentang hubungan antara PHBS pada keluarga dengan kejadian ISPA pada balita. Adapun penelitian yang hampir serupa yang pernah dilakukan yaitu : 1.

  Napu (2012), “Gambaran Perilaku Kepala Keluarga Tentang PHBS di Desa Tunggulo Selatan Kecamatan Tilong Kabila Kabupaten Bone Bolanggo”. Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 10 indikator PHBS 3 indikator yang dijalankan, diantaranya pemberian ASI Eksklusif, aktif di posyandu dan menggunakan air bersih. Tingkat pengetahuan masyarakat tentang PHBS masih sangat rendah yakni terdapat 88,4%, sikap masyarakat tentang PHBS tergolong baik (55,7%) dan untuk praktik/tindakan masyarakat tentang indikator PHBS masih kurang karena hanya terdapat 12,5%. Perbedaan dengan penelitian ini adalah jenis penelitian yang digunakan, metode pengumpulan data. Sedangkan untuk persamaannya adalah sama- sama meneliti tentang PHBS pada keluarga

  Kusumawati (2011), “Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Dengan Kejadian Diare Pada Balita Usia 1-3 Tahun di Desa Tegowanu Wetan Kecamatan Tegowanu Grobogan”. Hasil penelitian menunjukan bahwa pada karakteristik responden, tingkat pendidikan responden yang paling tinggi adalah SMA (55,3 %), dan terendah adalah SD (8,5 %). Pada usia ibu yang resiko tinggi (usia < 20 tahun dan > 30 tahun) (23,4 %), sedangkan resiko rendah (20-30 tahun) (76,6 %). Pada kategori pekerjaan, ibu yang tidak bekerja (78,7 %), sedangkan yang tidak bekerja (21,3 %).

  Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan kejadian diare dengan p value 0,025.

  Perbedaan dengan penelitian ini adalah jenis penelitian yang digunakan, metode pengumpulan data dan variabel penelitiannya. Sedangkan untuk persamaannya adalah sama-sama meneliti tentang PHBS pada keluarga.

3. Utomo (2011), “Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

  Tatanan Rumah Tangga Dengan Frekuensi Sakit di Dusun Sempu Desa Cowek Kecamatan Purwodadi Kabupaten Pasuruan”. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional berdesain cross-sectional.

  Sampel yang digunakan adalah rumah tangga yang beranggotakan keluarga inti saja (ayah, ibu dan dua anak) berjumlah 34 rumah tangga.

  Hasil penelitian menunjukan ada hubungan yang kuat antara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Tatanan Rumah Tangga dengan frekuensi sakit di Dusun Sempu Desa Cowek Kecamatan Purwodadi Kabupaten Pasuruan. metode pengumpulan data dan variabel penelitiannya. Sedangkan untuk persamaannya adalah sama-sama meneliti tentang PHBS pada keluarga.

  4. Lindawati (2011) tentang pengaruh perilaku hidup bersih dan sehat pada tatanan rumah tangga terhadap kejadian infeksi saluran pernafasan akut pada balita di Desa Penusupan Kecamatan Pangkah Kabupaten Tegal. Jenis penelitian observasional dengan metode penelitian cross sectional. Populasi 810 keluarga yang mempunyai balita. Sampel adalah 72 keluarga dengan teknik purposive sampling. Analisis data dalam penelitian dengan analisis univariat dan bivariat. Hasil penelitian menunjukkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada keluarga yang mempunyai balita terkena ISPA masuk kategori klasifikasi III yaitu sebanyak 24 orang (66,7%).

  Sedangkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada yang tidak terkena ISPA masuk kategori klasifikasi III yaitu sebanyak 33 orang (91,7%). Hasil analisa bivariat menunjukkan ada pengaruh perilaku hidup bersih dan sehat pada tatanan rumah tangga terhadap kejadian infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) pada balita di Desa Penusupan Kecamatan Pangkah

  Kabupaten Tegal. Perbedaan dengan penelitian ini adalah jenis penelitian yang digunakan, metode pengumpulan data dan analisa data yang digunakan. Sedangkan untuk persamaannya adalah sama-sama meneliti tentang PHBS pada keluarga dan kejadian ISPA.