PERENCANAAN JALAN LINGKAR MOJOAGUNG STA 02+050 s/d 05+266 KABUPATEN JOMBANG - ITS Repository
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN .......................................i ABSTRAK ................................................................. ii ABSTRACK............................................................... iv KATA PENGANTAR ............................................... vi DAFTAR ISI .............................................................. viii DAFTAR TABEL ...................................................... xi DAFTAR GAMBAR ................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN .....................................................
1 1.1 Latar Belakang ....................................................
1 1.2 Rumusan Masalah ...............................................
2 1.3 Batasan Masalah .................................................
2 1.4 Tujuan .................................................................
2 1.5 Manfaat ...............................................................
3 1.6 Data Teknis Jalan lingkar ....................................
3 1.7. Lokasi Jalan lingkar ...........................................
3 1.7.1 Peta Lokasi ...............................................
3 1.7.2 Kondisi Eksisting Jalan ............................
5
2.4.5 Penentuan Kapasitas Pada Kondisi Lapangan .............................................................
63 BAB III METODOLOGI .........................................................
66 3.2 Bagan alur metodologi ( flow chart ) ...................
66 3.1.5 Kesimpulan ..............................................
65 3.1.4 Analisa dan Pembahasan ..........................
65 3.1.3 Pengolahan data .........................................
64 3.1.2 Pengumpulan data .....................................
64 3.1.1 Pekerjaan persiapan ...................................
64 3.1. Umum ..................................................................
51 2.7 Rencana Anggaran Biaya ....................................
2.4.6 Lebar Lajur.................................................
50 2.6.2 Analisa Hidrologi .......................................
50 2.6.1 Rencana Sistem Drainase ..........................
37 2.6 Perencanaan Drainase (saluran tepi jalan) ..........
37 2.5.1 Lalu Lintas .................................................
36 2.5 Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur ................
35 2.4.8 Lebar Median Jalan .................................
35 2.4.7 Lebar Bahu Jalan .......................................
67
4.6.1 Perhitungan Volume Pekerjaan ...................
266 4.6.2 Analia Harga Satuan Pekerjaan ................... 289 4.6.3 Perhitungan Anggaran Biaya ...................... 294 4.6.4 Analisa Harga Satuan .................................. 300
BAB V KESIMPULAN ..........................................................
323 DAFTAR PUSTAKA ............................................... 325
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Pembagian Tipe Alinyemen ..................8 Tabel 2.2 Pembagian tipe alinyemen. kecepatan rencana, Vr, sesuai klasifikasi fungsi dan kiasifikasi medan jalan .................
9 Tabel 2.3 Rmin yang tidak memerlukan peralihan
10 Tabel 2.4 Jarak pandangan henti minimum untuk kecepatan tertentu ..............................
11 Tabel 2.5 Pembagian jarak pandang menyiap ......
12 Tabel 2.6 Panjang bagian lurus .........................
13 Tabel 2.7 Panjang Ls minimum dan kemiringan melintang Bina Marga ........................
16 Tabel 2.8 Superelevasi ......................................
18 Tabel 2.9 Landai relatif ....................................
19 Tabel 2.10 Panjang minimum lengkung vertical....
23 Tabel 2.11 Ketentuan tinggi menurut jarak pandang
24 Tabel 2.12 Kapasitas dasar pada jalan luar kota 4- lajur 2-arah (4/2) ...............................
31 Tabel 2.13 Kapasitas dasar pada jalan luar kota 2-
Tabel 2.24 Distribusi beban sumbu dari berbagai jenis kendaraan ..................................41 Tabel 2.25 Faktor Regional (FR) ........................
43 Tabel 2.26 Indeks Permukaan Pada Akhir Umur Rencana (IP) ....................................
45 Tabel 2.27 Indeks Permukaan Pada Awal Umur Rencana (IPo) ...................................
45 Tabel 2.28 Koefisien Kekuatan Relatif (a) ............
46 Tabel 2.29 Batas-batas minimum tebal lapisan perkerasan ........................................
48 Tabel 2.30 Kemiringan melintang normal perkerasan dan bahu jalan ...................
51 Tabel 2.31 Hubungan kemiringan selokan samping jalan (i) dan jenis material ..................
51 Tabel 2.32 Variasi Y T .........................................
53 Tabel 2.33 Nilai Yn ...........................................
54 Tabel 2.34 Nilai Sn ...........................................
54 Tabel 2.35 Hubungan antara kondisi permukaan dengan koefisien perlambatan .............
56 Tabel 2.36 Kecepatan aliran yang diijinkan
Tabel 4.8 Perhitungan Jam Puncak Lalu lintasTahun 2010 ....................................... 134
Tabel 4.9 Perhitungan Jam Puncak Lalu lintasTahun 2011 ....................................... 135
Tabel 4.10 Perhitungan Derajat Kejenuhan JalanLingkar Mojoagung Tipe Dua Lajur Dua Arah Tak Terbagi (2/2 UD) ......... 163
Tabel 4.11 Perhitungan Derajat Kejenuhan JalanLingkar Mojoagung Tipe Empat Lajur Dua Arah Tak Terbagi (4/2 UD)........... 185
Tabel 4.12 Hasil Perhitungan Derajat KejenuhanJalan Tengah Kota dan Jalan Lingkar Mojoagung ....................................... 206
Tabel 4.13 Data Rekapitulasi Lalu lintas HarianRata-rata Tahun 2009 s/d 2011 ............ 208
Tabel 4.14 Data Rekapitulasi Pertumbuhan Lalu lintas Tahun 2009 s/d 2011 ................. 208Tabel 4.15 Data Nilai CBR ................................. 220Tabel 4.16 Hubungan debit dan kemiringan talud .. 231Tabel 4.17 Data Curah Huan Pada 2 Stasiun
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Lokasi jalan lingkar Mojoagung .........4 Gambar 1.2 Peta Kota/kabupaten Jombang ...........
5 Gambar 1.4 Kondisi Eksisting jalan Lingkar Mojoagung ......................................
6 Gambar 2.1 Jarak pandangan menyiap .................
13 Gambar 2.2 Tikungan full circle .........................
14 Gambar 2.3 Tikungan spiral circle spiral ..............
16 Gambar 2.4 Superelevasi Full circle ....................
20 Gambar 2.5 Superelevasi circle – spiral – circle ....
20 Gambar 2.6 Pelebaran perkerasan pada tikungan ..
22 Gambar 2.7 Lengkung vertikal cembung .............
24 Gambar 2.8 Grafik panjang lengkung vertikal cembung ........................................
26 Gambar 2.9 Grafik panjang lengkung vertikal cekung ...........................................
27 Gambar 2.10 Lengkungan vertikal cekung untuk lintasan di bawah ............................
28 Gambar 2.11 Grafik panjang lengkung vertikal
Gambar 4.7 Tikungan full circle PI 04 .................96 Gambar 4.8 Diagram superelevasi PI 04 dan detail kondisi I, II, III, IV (as jalan sebagai sumbu putar)....................................
97 Gambar 4.9 Tikungan full circle PI 05 ................. 102
Gambar 4.10 Diagram superelevasi PI 05 dan detail kondisi I, II, III, IV (as jalan sebagaisumbu putar) ................................... 103
Gambar 4.11 Tikungan full circle PI 06 ................ 108Gambar 4.12 Diagram superelevasi PI 06 dan detail kondisi I, II, III, IV (as jalan sebagaisumbu putar) ................................... 109
Gambar 4.13 Alinyemen horisontal ...................... 112Gambar 4.14 Alinyemen vertikal .......................... 124Gambar 4.15 Grafik Jam Puncak Volume Lalu lintas Tahun 2009 ............................ 129Gambar 4.16 Grafik Jam Puncak Volume Lalu lintas Tahun 2010 ............................ 130Gambar 4.17 Grafik Jam Puncak Volume Lalu lintas Tahun 2011............................. 131Dalam proses penyusunan proyek akhir ini, banyak hal yang kami lalui. Baik itu proses pencarian data yang sering diombang – ambingkan dengan ketidakjelasan dan proses pengerjaan yang membutuhkan konsentrasi.
Tetapi dengan memanjatkan puji rasa syukur kehadirat Allah SWT pemilik semesta alam, maha tinggi ilmu-Nya atas segala karunia limpahan rahmat dan ridho-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Proyek Akhir ini dengan judul
”PERENCANAAN JALAN LINGKAR MOJOAGUNG
STA 02+050 s/d 05+266 KABUPATEN JOMBANG”Proyek akhir ini merupakan salah satu persyaratan akademik yang harus ditempuh pada Program Studi Diploma
III Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.
Tidak lupa ucapan terimakasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membatu dalam penyusunan proyek akhir ini :
Kesempurnaan mutlak hanya milik Allah SWT semata, saran dan krtik yang membangun agar Proyek Akhir ini menjadi lebih sempurna sangat kami harapkan.
Akhirnya Penulis berharap semua pengetahuan yang didapatkan selama ini menjadi ilmu yang bermanfaat khususnya bagi Penulis sendiri dan secara umum untuk semua pembaca sekalian,.. Amien, amien, amien ya robbal alamin
Surabaya , Juli 2012 Penyusun
PERENCANAAN JALAN LINGKAR MOJOAGUNG
STA 02+050 s/d 05+266
Nama Mahasiswa 1 : Fajar Aries Putra NRP : 3109038004 Nama Mahasiswa 2 : Rachmad Nugroho NRP : 3109038007 Program Studi : Diploma III FTSP - ITS Dosen Pembimbing : Ir. Dunat Indratmo, MT
Abstrak Jalan atau jalan raya merupakan sarana dan prasarana
transportasi yang sangat penting keberadaannya untuk
menghubungkan daerah satu dengan daerah yang lain atau
suatu tempat dengan tempat lain untuk aktivitas dan dinamika
masyarakat serta untuk memperlancar suatu kegiatan.
Keberadaan Jalan Lingkar Mojoagung Kabupaten Jombang
sebagai salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan lalu
1997, Perencanaan tebal perkerasan dengan metode analisa
komponen 1987 serta Perencanaan drainase dengan SNI-03-
3432-1994.Dari perhitungan dan analisa perencanaan diperoleh
hasil, untuk geometrik jalan pada alinyemen horisontal
didapatkan hasil 6 (enam) tikungan yang terdiri dari full
circel dan spiral – circle – spiral dengan kecepatan rencana
Vr = 60km/jam, sedangkan alinyemen vertikal didapat
kelandaian maksimal 2%. Pada perencanaan lebar jalan
berdasarkan analisa kapasitas jalan, diperoleh hasil yang
menetapkan tipe jalan yang digunakan untuk Jalan Lingkar
mojoagung adalah Tipe Empat Lajur Dua Arah Tak Terbagi
(4/2 UD) dengan Lebar Per-lajur adalah 3,50 meter dan lebar
bahu jalan 2,00 meter. Pada tahap perencanaan tebal
perkerasan lentur, perhitungan dilaksanakan dengan metode
bertahap, dengan tahapan 6 tahun pada tahap pertama, 9
tahun pada tahap kedua, dan 5 tahun pada tahap terakhir
dilaksanakan dengan overlay. Didapatkan susunan
perkerasan surface course (Laston MS 744) tebal total 18,5
cm (7,5+5+6 cm), sub base course (Batu Pecah Kelas B CBR
MOJOAGUNG RING ROAD DESIGN
STA 02+050 s/d 05+266
Student Name : Fajar Aries Putra NRP : 3109038004 Student Name : Rachmad Nugroho NRP : 3109038007 Study Program : Diploma III FTSP - ITS Counsellor Lecturer : Ir. Dunat Indratmo, MT
Abstrack Street or highway is the transportation infrastructure
of great importance to connect the one with the other area or
a place to another place for the activities and dynamics of the
community and to facilitate an activity. The existence of
Jombang District Mojoagung Ring Road as part of efforts to
address traffic problems in the central districts. This is due to
increased economic activity that affects the increasing volume
The calculation and analysis of the results obtained
planning, to the geometric path in the horizontal alignment
results obtained 6 (six) curve consisting of the full circel and
spiral - circle - a spiral with velocity Vr = 60km/jam plan,
while the vertical alignment obtained a maximum 2% slope.
Width of the path planning based on analysis of road capacity,
obtained results that specifies the type of roads used for
Mojoagung Ring Road is a Type Four Row Two-Way
Undivided (4/2 UD) by Per-lane width is 3.50 meters and
width of the shoulder of the road 2,00 yards. At the planning
stage flexible pavement thickness, the calculation carried out
by the method of stages, with stages in the first 6 years, 9
years old at the second stage, and 5 years on the last stage
implemented with overlay. Obtained the composition of
pavement surface course (LASTON MS 744) total thickness
18.5 cm (7.5 +5 +6 cm), sub-base course (Class B Broken
Stone CBR 80%) of 22 cm thick, and the base course (Class A
Sirtu CBR 70%) 23 cm thick. For drainage using rectangular
dimensions with maximum dimensions of 1.89 m high and 1.00
m wide. Total budget for the Ring Road Mojoagung Rp.
Transportasi adalah salah satu bagian dari kebutuhan dan kepentingan keseluruhan manusia yang disebabkan oleh adanya suatu sistem pergerakan atau perpindahan obyek, baik berupa manusia ataupun barang dari suatu tempat asal ketempat perpindahan tujuan yang dikehendaki. Transportasi memegang peranan penting dalam pelaksanaan pembangunan dan pengembangan daerah di segala bidang. Sehingga diperlukan suatu perencanaan jalan agar benar-benar berfungsi sebagai sarana transportasi.
Aktifitas perekonomian yang semakin berkembang membawa dampak meningkatnya volume kendaraan yang melintasi Kota Kecamatan Mojoagung - Jombang. Kondisi ruas jalan yang tidak sebanding dengan perkembangan jumlah kendaraan yang melalui Kota
2
1.2 Rumusan Masalah
Dengan berpedoman pada latar belakang tersebut, rumusan masalah yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana perencanaan geometrik jalan (alinyemen horisontal dan vertikal).
2. Bagaimana perhitungan analisa kapasitas jalan dengan umur rencana 20 tahun.
3. Berapa tebal perkerasan jalan untuk umur rencana 20 tahun.
4. Berapa dimensi drainase yang diperlukan untuk jalan.
5. Berapa nilai Rencana Anggaran Biaya untuk pembangunan jalan lingkar.
1.3 Batasan Masalah
Lingkup pembahasan dalam Perencanaan Jalan Lingkar Mojoagung adalah sebagai berikut :
1. Perhitungan saluran tepi jalan, hanya memperhitungkan limpasan air dari perkerasan, bahu jalan dan permukiman. Untuk debit irigasi tidak
3
5. Menghitung Rencana Anggaran Biaya untuk
1.5 Manfaat
Manfaat dari perencanaaan jalan lingkar Mojoagung adalah :
1. Adanya jalan lingkar yang dapat mengalihkan beban lalu lintas pada ruas jalan Mojoagung.
2. Memperlancar akses transportasi masyarakat.
3. Memacu kegiatan perekonomian masyarakat.
1.6 Data Teknis Jalan lingkar
Untuk menunjang perencanaan jalan yang direncanakan maka perlu adanya berbagai data teknis yang berkaitan dengan perencanaan jalan lingkar Mojoagung, diantaranya :
Peta lokasi jalan lingkar - Data lalu lintas jalan - Data kondisi tanah dasar (DDT) -
Data curah hujan -
4
5 Lokasi jalan lingkar
Mojoagung
6
Gambar 1.3 Foto Kondisi Eksisting Jalan Lingkar Mojoagung
7
Jalan lingkar adalah jalan yang melingkari pusat kota, yang berfungsi untuk mengalihkan sebagian arus lalu lintas dari pusat kota. Selain itu keberadaan Jalan Lingkar Kota juga berperan dalam Percepatan Akses Ekonomi masyarakat dan pengembangan daerah.
Adapun standart dan kriteria dalam Perencanaan Jalan Lingkar Mojoagung yang akan dibahas adalah :
1. Klasifikasi dan Fungsi Jalan
2. Perencanaan Geometrik Jalan
3. Perhitungan Analisa Kapasitas Jalan
4. Perencanaan Tebal Perkerasan Dengan Umur Rencana 20 Tahun.
5. Perencanaan Drainase (Saluran Tepi Jalan)
6. Rencana Anggaran Biaya (RAB)
8
3. Jalan lokal merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.
Kontrol geometrik jalan secara umum menyangkut aspek – aspek bagian jalan, lebar jalan tipe alinyemen, kebebasan samping, jarang pandang serta kemiringan melintang. Tujuan dari geometrik jalan adalah untuk mengetahui tipe alinyemen pada jalan lingkar tersebut. Tipe alinyemen dapat ditentukan dengan menghitung lengkung vertikal dan lengkung horisontal
Tabel 2.1 Pembagian Tipe Alinyemen
Lengkung Lengkung Tipe Alinyemen Vertikal Horisontal
(m/km) (rad/km) Alinyemen < 10 < 1,0
9
nyaman dalam kondisi cuaca yang cerah, lalu lintas berarti. Untuk kondisi medan yang sulit, VR suatu segmen jalan dapat diturunkan dengan syarat bahwa penurunan tersebut tidak lebih dari 20 km/jam.
Tabel 2.2 Pembagian tipe alinyemen.Kecepatan Rencana, VR, sesuai klasifikasi fungsi dan kiasifikasi medan jalan.
Kecepatan Rencana, VR (Km/jam) Fungsi
Datar Bukit Pegunungan Arteri 70 – 120 60 - 80 40 - 70
Kolektor 60 – 90 50 - 60 30 - 50 Lokal 40 – 70 30 - 50 20 - 30
Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, Bina Marga 1997
- Memungkinkan pengendara untuk mengikuti
- Memungkinkan peralihan secara teratur pada
- Memungkinkan untuk mengadakan perubahan
- Memperindah bentuk jalan raya
40
25
35
45
50
70
60
20 900 500 350 250 130
30
50
10
60
80
Peralihan (m)
Rmin yang tidak memerlukan peralihan (Km/jam) Jari – jari lengkung minimum (m)
Untuk jari – jari minimum tikungan yang tidak memerlukan peralihan dibawah ini : Tabel 2.3
dari kemiringan normal ke kemiringan maksimum
pelebaran jalan di tikungan
jalur yang telah disediakan
20
11
V = Kecepetan
- Jarak mengerem, adalah jarak yang diperlukan untuk menghentikan kendaraan dengan menggunakan atau memakai rem. 2 Jarak rem = V /(254 x (fm ± Ld) ... (pers. 2.2) Dimana : V = Kecepetan fm = koefisien gesek antara rem dengn permukaan jalan ( 0,35- 0,55)
- – Rc (1-Cos0s) ............... (pers. 2.13)
• Kebebasan vertikal minimum sebesar C = 4,5
- Ketinggian mata pengemudi = 1,
- Ketinggian obyek penghalang = 0,45 m
- Datar - Bukit - Gunung Empat lajur tak terbagi
- Datar - Bukit - Gunung 1900 1850 1800 1700 1650 1600
- )
- ) 1 arah 2 arah 1 arah 2arah 1 lajur 1,00 1,00 1,00 1,000
- 10 – 100 1,5 1,5 – 2,0 2,0
- 100 – 1000 1,5 – 2,0 2,0 2,0 –
- > 1000 2,0 – 2,5 2,5 2,5 Sumber : Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Metode Analisa Komponen
- 22
Ld = Landai jalan, (+) mendaki (-) menurun Tabel 2.4. Jarak Pandangan Henti Minimum untuk Kecepatan
Tertentu Kecepatan rencana
80
60
50
40
30
20 (km/jam)
Jarak pandangan
12
Tabel 2.5 Pembagian Jarak Pandang Menyiap
Kecepatan
80
60
50
40
30
20 rencana (km/jam) Jarak pandangan 550 350 250 150 150 100 menyiap total Jarak pandangan minimum yang 350 250 200 150 100
70 diperlukan Sumber : Spesifikasi Standart Untuk Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, Bina Marga 1990
Rumus : Jarak Pandangan = d 1 + d 2 + d 3 + d 4 ....... (pers. 2.3) Dimana : d = 0,278 x (V – m + a ti/2) 1 d2 = 0,278 x V.t 2 d3 = 30 – 100 m d4 = 2/3 d 2 keterangan :
13
mempergunakan korelasi a = = 2,052 + m = perbedaan kendaraan yang menyia yiap dan yang disiap = 15km/jam
Gambar 2.1
14
Arteri 3.000 2.500 2.000 2.000 Kolektor 2.000 1.750 1.500 1.500
Sumber : TPGJAK, Bina Marga 1997
2.3.2.5 Bentuk Lengkung Horisontal Bentuk lengkung horisontal ada da dua tipe antara lain : a. Tikungan Full Circle Bentuk tikungan ful circle digunak akan pada tikungan yang mempunyai jari – jari be i besar dan sudut tangent yang relatif kecil. Rum umus yang digunakan adalah : Tc = Rc.tg.1/2α ............................... (p (pers. 2.4) Ec = Tc.tg.1/4α ................................ (p (pers. 2.5)
∝
Lc = .............(pers. 2.6)
. 2. π. ..............................(p
Keterangan : PI = Point of Intersection
α
= Sudut tangent (derajat)
15
b. Tikungan Spiral – Circle – Spiral yang mempunyai jari – jari besar besar dan sudut tangen yang besar. Rumus – rumus yang digunakan :
2 Ls
Xs = Ls. 1- ....................... (pers. 2.7)
2
40Rc
Ys = ......................................... (pers. 2.8)
0s = ......................................... (pers. 2.9)
.0c = β - 2 0s .................................. (pers. 2.10)
Lc =
.2πR .................................(pers. 2.11)
L = Lc + 2Ls................................. (pers. 2.12) p =
diperoleh p* p = p* x Ls .................................. (pers. 2.14)
3 Ls
2
16
Cs = Circle spiral, yaitu titik perali ralihan dari circle ke spiral St = Spiral tangent, yaitu titik peral ralihan dari spiral ke lurus p = pergeseran tangent ke spiral k = absis dari p pada garis tangent spi spiral Rc = jari – jari lingkaran
0s = sudut lengkung spiral
= sudut tangent (derajat)
17
50 6,00 239 0,055 45 0,073
60 13,00 110 0,091
60 12,00 119 0,087 50 1,000
60 11,00 130 0,083 45 0,098
60 10,00 143 0,079 45 0,095
50 9,00 159 0,074 45 0,091
50 8,00 179 0,068 45 0,086
50 7,00 205 0,062 45 0,080
50 5,00 286 0,048 45 0,064
1,50 955 LP 45 0,023
50 4,50 318 0,043 45 0,059
50 4,00 358 0,039 45 0,054
50 3,50 409 0,035 45 0,048
50 3,00 477 0,030 45 0,042
50 2,50 573 0,026 45 0,036
50 2,00 716 LP 45 0,029
50 1,75 819 LP 45 0,026
50
18
Fc = .................................. (pers. 2.19)
G x R
Dimana : W = berat kendaraan (kg) V = kecepatan kendaraan (km/jam) R = jari – jari tikungan (m) 2 G = gravitasi (9,8m/dt )
2.3.2.7 Diagram Superelevasi Ialah diagram yang menunjukan perubahan ketinggian titik – titik pada permukaan perkerasan jalan disepanjang lengkungan, yang penggambarannya diwakili oleh tiga garis yaitu as jalan, tepi luar dan tepi dalam. Pada jalan lurus dan tikungan dengan jari – jari cukup besar maka kemiringan jalan cukup dengan menggunakan e normal seperti jalan lurus, yaitu 2% sampai dengan 4% untuk jalan beraspal dan 4% sampai dengan 8% untuk jalan tidak beraspal.
19 670≤ 420≤ 310≤ 210≤ 110≤ 50≤
4
<870 <560 <410 <280 <150 <70 870≤ 560≤ 410≤ 280≤ 150≤ 70≤
3
<1240 <800 <590 <400 <220 <100 1240≤ 800≤ 590≤ 400≤ 220≤ 100≤
2
<3500 <2000 <1300 <800 <500 <120
Sumber : Spesifikasi Standart Untuk Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, Bina Marga 1990
a. Superelevasi Tikungan Full Circle Walupun tikungan full circle tidak mempunyai lengkung peralihan, akan tetapi dalam pelaksanaannya tetap diperlukan adanya lengkung peralihan fiktif (Ls’) dimana ¾ bagian berada di tangent, sedangkan ¼ bagian berada pada lingkarannya. Besarnya Ls’ adalah : Ls’ = B x em x M ................................. (pers. 2.20) Dimana : Ls’ = panjang lengkung peralihan fiktif, dalam meter B = lebar perkerasan, dalam meter
20
Gambar 2.4 Superelevasi Full circle
b. Superelevasi Tikungan Circle – Spiral - Circle Tikungan circle – spiral - circle mempunyai lengkung peralihan (Ls’).
21
2.3.2.8 Pelebaran Perkerasan Pada Tikungan melintasi sesuai jalur yang telah disediakan, seperti jalan lurus. Hal ini karena kendaraan mempunyai panjang tertentu dan pada waktu membelok roda depan akan membuat sudut belokan tertentu. Oleh karena itu diperlukan penambahan lebar perkerasan pada tikungan dengan maksud agar jalannya kendaraan pada tikungan sama dengan di jalan lurus.
Posisi roda kendaraan gandar tunggal pada tikungan, dengan rumus : 2 2 2 Rc = (R 1 + ½b) + (p + A) ............(pers. 2.21) 2 Rc = √ Rc ......................................(pers. 2.22) Ri =
− Lebar perkerasan .......(pers. 2.23) Rw = ......
− (" − #) + &} + (" + #) {√
(pers. 2.24) B = Rw + b -
− (" + #) .........(pers. 2.25) (
U = B – b .......................................(pers. 2.26)
22
b = Bt - Bn Rw = radius lengkung terluar dari lintasan kendaraan pada lengkung horisontal untuk lajur sebelah dalam, besarnya Rw dipengaruhi tojolan depan (A) dan sudut belokan roda depan (α)
Ri = radius lengkung terdalam dari lintasan kendaraan pada lengkung horisontal untuk lajur sebelah dalam, besarnya Ri dipengaruhi jarak antar gandar (p)
Rc = radius lengkung untuk lintasan luar yang besarnya dipengaruhi sudut belokan roda depan (α)
23
2.3.3 Alinyemen Vertikal vertikal dengan bidang permukaan perkerasan jalan melalui sumbu jalan. Pedoman umum perencanaan alinyemen vertikal adalah landai jalan dan bentuk lengkung vertikal
Jenis lengkung vertikal berdasarkan titik perpotongan garis lurus (tangen) ada 2 :
1. Lengkung vertikal cembung
2. Lengkung vertikal cekung Besarnya kelandaian bagian tangen dinyatakan dengan g1 dan g2, kelandaian pendakian diberi tanda positif
(+) dan kelandaian penurunan diberi tanda negatif (-) ditinjau dari kiri Dimana rumus kelandaian yaitu :
(i1 – i2) G = ..................................... (pers. 2.28)
L A = G2 – G1 ....................................... (pers. 2.29) Dimana : (i1 – i2) = beda elevasi rencana kedua titik (m)
24 Lengkung vertikal cembung
Ketentuan tinggi menurut Bina Marga (1997) untuk lengkung vertikal cembung.
Tabel 2.11 ketentuan tinggi menurut jarak pandangUntuk jarak pandang
h1(m)
(tinggi mata)
h2 (m) (tinggi obyek)Henti (Jh) 1,05 0,15 Mendahului (Jd) 1,05 1,05
Sumber : TPGJAK (1997)
25
399 A
Berdasarkan Jarak Pandangan Mendahului
Jd < L
2
A . JdL = 2 200 (√ h 2 1 + √ h 2 ) A . Jh
L = .................................. (pers. 2.35) 840
Jd > L 2
200 (√ h 1 + √ h 2 ) L = 2. Jd -
A 840
L = 2. Jd - ..................... (pers. 2.36) A
Dimana : L = Panjang lengkung vertikal (m) S = jarak pandangan A = beda grade
26
A = beda grade Atau berdasarkan jarak Pandangan Henti dapat melihat pada Gambar Grafik Panjang lengkung vertikal cembung dibawah ini :
27
Diukur dari lampu yang umumnya mempunyai keatas sebesar 1 derajat.
S < L 2 AS
L = .............. (pers. 2.39) 120 + 3,5 S
S > L
120 + 3,5 S L = 2.S - ....... (pers. 2.40)
A A Panjang minimum berdasarkan kenyamanan Rumus : 2 A . V
L = ........................... (pers. 2.41) 390
Bisa juga diketahui dari Grafik dibawah ini :
28
Panjang lengkungan vertikal cekung untuk lintasan di bawah Untuk mengontrol panjang lengkung masih memenuhi jarak pandangan henti yang diperlukan, dilakukan perhitungan berdasarkan ;
m
Gambar 2.10
29
30
2.4 Perencanaan Lebar Jalan Berdasarkan Analisa
Kapasitas JalanPada tahapan ini dijelaskan Prosedur Perhitungan Kapasitas Jalan Lingkar Mojoagung. Adapun yang dimaksud dengan Kapasitas adalah Arus lalu-lintas maksimum (mantap) yang dapat (smp/jam) dipertahankan sepanjang potong anjalan dalam kondisi tertentu. Analisa kapasitas jalan sangat berpengaruh dalam Tahapan Penentuan Lebar Ruas Jalan.
Tingkatan analisa yang digunakan adalah Analisa operasional dan Perencanaan, yaitu Penentuan kinerja segmen jalan akibat kebutuhan lalu- lintas yang ada atau yang diramalkan. Kapasitas dapat juga dihitung, dan juga arus maksimum yang dapat disalurkan sambil mempertahankan kualitas lalu-lintas tertentu. Lebar jalan atau jumlah lajur yang diperlukan untuk menyalurkan arus lalu-lintas tertentu, dan juga mempertahankan tingkat kinerja (jalan) yang dapat diterima dapat juga dihitung untuk keperluan perencanaan. Pengaruh pada kapasitas dan kinerja dari
31
Tabel 2.12 Tipe jalan/ Tipe alinyemen
Kapasitas dasar Total kedua arah
(smp/jam/lajur) Empat lajur terbagi
Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia Tahun 1997 Tabel 2.13
Kapasitas dasar pada jalan luar kota 2–lajur 2-arah tak terbagi (2/2UD) Tipe jalan/ Kapasitas dasar
32
Tabel 2.14 Penyesuaian Kapasitas Lebar Jalur Lalu lintas
Tipe jalan Lebar efektif jalur FC W lalu-lintas (WC) (m)
Empat lajur Perlajur 0,91 terbagi 3,0 Enam lajur
3,25 0,96 terbagi 3,50 1,00 3,75 1,03
Empat lajur tak Perlajur terbagi 3,00
0,91 3,25 0,96
3,50 1,00 3,75 1,03
Dua lajur tak Total kedua arah terbagi
5 0,69
33
Tabel 2.15 Pemisahan arah
50-50 55-45 60-40 65-35 70-30 SP %-%
Dua lajur 1,00 0,97 0,94 0,91 0,88
2/2
FCSP
Empat 1,00 0,975 0,95 0,925 0,90 lajur 4/2
Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia Tahun 1997
2.4.4. Faktor Penyesuaian Kapasitas Akibat Hambatan Samping (FCsf)
Hambatan samping adalah pengaruh kegiatan samping ruas jalan terhadap kinerja lalu lintas, misalnya pejalan kaki, pengehentian kendaraan umum, kendaraan masuk atau keluar dari samping jalan dan kendaraan lambat.
Tabel 2.16 Kelas hambatan samping
34
pasar Sangat
VH >350 Hampir perkotaan : tinggi banyak pasar atau kegiatan niaga
Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia Tahun 1997 Tabel 2.17
Faktor Penyesuaian Akibat Hambatan Samping Faktor penyesuaian akibat hambatan samping (FC ) SF
Kelas Tipe hambatan jalan
Lebar bahu efektif WS samping
≤0,5 ≥2,0
1,0 1,5 4/2D
VL 0,99 1,00 1,01 1,03 L 0,96 0,97 0,99 1,01
M 0,93 0,95 0,96 0,99
35
C = C x FC W x FC SP x FC SF (smp/jam) ... (pers. 2.43) Dimana: C = Kapasitas
= Kapasitas dasar (smp/jam) CO FCW = Faktor penyesuaian akibat lebarjalur lalu- lintas FCSP = Faktor penyesuaian akibat pemisahan arah
FCSF = Faktor penyesuaian akibat hambatan samping
2.4.6 Lebar Lajur Lebar lajur dipengaruhi oleh ukuran dan kecepatan kendaraan yang melalui. Klasifikasi lebar lajur menurut kelas jalan dijelaskan sebagaimana tabel berikut :
Tabel 2.18 Lebar Lajur 1 dan 3 dan 4 dan 5 dan
Kelas
2 1* 3* 4* 5*
36
Lebar bahu jalan sebagaimana ditetapkan dalam Spesifikasi Standart untuk Rencana Geometrik Jalan antar kota (rancangan akhir), Bina Marga 1990 adalah sebagai berikut :
Tabel 2.19 Lebar Bahu Jalan 1 dan 4 dan 5 dan
Kelas 2 3 dan 3* 1* 4* 5*
Lebar bahu 1,75 1,50 0,75 0,75 0,75 jalan (m)
Lebar yang di 3,00 2,50 2,50 1,50 1,50 inginkan
Sumber : Spesifikasi Standart untuk Rencana Geometrik Jalan Antar Kota (Rancangan Akhir), Bina Marga 1990
2.4.8 Lebar Median Jalan Median jalan adalah pemisah jalan bilamana
37
dalam Perencanaan Jalan Lingkar Mojoagung ini menggunakan Jenis Perkerasan Lentur (Flexible Pavement). Adapun yang dimaksud dengan Perkerasan Lentur adalah salah satu jenis konstruksi perkerasan bidang permukaan jalan dengan Bahan campuran beraspal sebagai Lapis permukaan, serta bahan berbutir dalam hal ini agregat sebagai bahan lapisan di bawahnya. Adapun intrepetasi, evaluasi, dan kesimpulan yang diambil dari hasil perencanaan tebal perkerasan lentur ini harus sesuai untuk diterapkan secara ekonomis, sesuai kondisi setempat, umur rencana, kemampuan pelaksanaan serta syarat-syarat teknis, sehingga dapat berfungsi optimal.
Dengan berpedoman pada Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Metode Analisa Komponen Departemen Pekerjaan Umum Tahun 1987, Parameter yang digunakan dalam perencanaan Tebal Perkerasan Lentur untuk Jalan
38
8,25 m < L < 11,25 m 3 lajur 11,25 m < L < 15,00 m 4 lajur
15, 00 m < L < 18,75 m 5 lajur 18,75 m < L < 22,00 m 6 lajur
Sumber : Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Metode Analisa Komponen 1987
Sedangkan Koefien distribusi kendaraan (C) untuk kendaraan ringan dan berat yang lewat pada jalur rencana ditentukan menurut daftar di bawah ini :
Tabel 2.22 Koefisien Distribusi Kendaraan (C)
Jumlah Lajur
Kendaraan Ringan
Kendaraan Berat
39
2.5.1.2. Angka Ekivalen (E) Beban Sumbu Kendaraan kendaraan adalah angka yang menyatakan perbandingan tingkat kerusakan yang ditimbulkan oleh suatu lintasan beban sumbu tunggal kendaraan terhadap tingkat kerusakan yang ditimbulkan oleh satu lintasan beban standar sumbu tunggal seberat 8,16ton (18.000lb).
4 Beban sumbu tunggal (kg)
E sumbu tunggal = 8160
A
..................... (pers. 2.44)
4 Beban sumbu ganda (kg)
E = 0,086 sumbu ganda 8160
A
..................... (pers. 2.45)
40
7000 15432 0,5415 0,0466 8000 17637 0,9238 0,0794 8160 18000 1,0000 0,0860 9000 19841 1,4798 0,1273
10000 22046 2,2555 0,1940 11000 24251 3,3022 0,2840 12000 26455 4,6770 0,4022 13000 28660 6,4419 0,5540 14000 30864 8,6647 0,7452 15000 33069 11,4184 0,9820 16000 35276 14,7815 1,2712
Sumber : Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Metode Analisa Komponen
41
Tabel 2.24 Kendaraan
42
.............. (pers. 2.46)
LEP = ∑ -. / 0 1/ 0 2/
c. Lintas Ekivalen Akhir (LEA) dihitung dengan rumus sebagai berikut:
3 :;
..... (pers. 2.47)
LEA = 7 -. / (1 + 9) 0 1/ 0 2/
i = perkembangan lalu lintas
d. Lintas Ekivalen Tengah (LET) dihitung dengan rumus sebagai berikut:
LET = 0 (-2= + -2#) ........................ (pers. 2.48)
e. Lintas Ekivalen Rencana (LER) dihitung dengan rumus sebagai berikut:
LER = -2> 0 ?= ................................... (pers. 2.49)
43
Tabel 2.25 Kelandaian I Kelandaian II Kelandaian III
( < 6 %) (6 – 10 %) ( > 10%) Curah
%kendaraan %kendaraan %kendaraan Hujan berat berat berat
= 30 % > 30 % = 30 % > 30 % = 30 % > 30 %
Iklim I <
0,5 1,0– 1,5 1,0 1,5 – 2,0 1,5 2,0–2,5
900 mm/th Iklim
II >
1,5 2,0– 2,5 2,0 2,5 – 3,0 2,5 3,0–3,5
900 mm/th Sumber : Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Metode Analisa Komponen 1987 Catatan: Pada bagian-bagian jalan tertentu, seperti
44 `
Gambar 2.12 Korelasi Daya Dukung Tanah Dasar (DDT) de ) dengan
45
IP = 2,0 : adalah tingkat pelayanan rendah bagi
IP = 2,5 : adalah menyatakan permukaan jalan yang masih cukup stabil dan baik. Dalam menentukan indeks permukaan (IP) pada akhir umur rencana, perlu dipertimbangkan faktor- faktor klasifikasi fungsional jalan dan jumlah lintas ekivalen rencana (LER), menurut daftar di bawah ini:
Tabel 2.26 Indeks Permukaan Pada Akhir Umur Rencana (IP)
LER = Lintas Klasifikasi Jalan
Ekivalen lokal kolektor arteri tol Rencana *)
1,5 - < 10 1,0 – 1,5 1,5 – 2,0
46
LASBUTAG 3,4 – 3,0 > 2000 3,9 – 3,5 = 2000 3,4 – 3,0 > 2000
HRA 3,9 – 3,5 < 2000 3,4 – 3,0 < 2000
BURDA 3,4 – 3,0 = 3000
BURTU 2,9 – 2,5 > 3000
LAPEN 2,9 – 2,5 2,9 – 2,5
LATASBUM 2,9 – 2,5
BURAS = 2,4
LATASIR = 2,4
JALAN TANAH JALAN KERIKIL Sumber : Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Metode Analisa Komponen 1987
2.5.1.7 Koefisien Kekuatan Relatif (a) Koefisien kekuatan relatif (a) masing-masing
47
0,35 0,35 0,30 0,35 0,31 0,28 0,26 0,30 0,26 0,25 0,20
0,28 0,26 0,24 0,23 0,19 0,15 0,13 0,15 0,13
590 454 340 744 590 454 340 340 340
590 454 340
18
22
Laston Lasbutag HRA Aspal macadam Lapen (mekanis) Lapen (manual) Laston Atas Lapen (mekanis) Lapen (manual) Stab. Tanah dg semen Stab. Tanah dg kapur
48
2.5.1.8. Batas-Batas Minimum Tebal Lapisan Perkerasan.
Tabel 2.29 Batas-batas Minimum Tebal Lapisan Perkerasan
1. Lapis Permukaan:
ITP Tebal
Minimum (cm)
Bahan < 3,00
3,00 – 6,70 6,71 – 7,49 7,50 – 9,99
>10,00
5
5 7,5 7,5
10 Lapis pelindung: (Buras/Burtu/Burda) Lapen/Aspal Macadam, HRA, Lasbutag, Laston Lapen/Aspal Macadam, HRA, Lasbutag, Laston Lasbutag, Laston Laston
Sumber : Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan
49
15 Laston atas Batu pecah, stabilitas tanah dengan 10 – semen, satabilitas dengan tanah
20 12,14 dengan kapur, pondasi macadam,
Lapen, Laston atas Batu pecah, stabilitas tanah dengan
> semen, satabilitas dengan tanah
25 12,25 dengan kapur, pondasi macadam,
Lapen, Laston atas Sumber : Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Metode Analisa Komponen 1987
3. Lapis Pondasi Bawah: Untuk setiap nilai ITP bila digunakan pondasi bawah dengan tebal minimum 10 cm
2.5.1.9. Perhitungan Untuk Menentukan Indeks Tebal Perkerasan (ITP).
Perhitungan perencanaan ini didasarkan pada
50
mukaan D1 Lapis perm D2 Lapis Pond ondasi atas D3 Lapis Pond ondasi Bawah
Gambar 2.13 Susunan Lapis Perkerasan Jalan
Saluran tepi jalan adalah saluran di ping pinggir jalan yang menampung air dari daerah pelayanan pe permukaan jalan dan daerah pelayanan lingkungan. n. Drainase merupakan suatu bagian penting yang ang harus diperhatikan, karena tanpa drainase ya yang baik konstruksi jalan akan mengalami kerusakan kan dengan cepat. Drainase sendiri mempunyai fungsi ungsi sebagai berikut :
51
Tabel 2.30 Jalan