Studi Kasus pada PT X SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi

  EVALUASI PENGHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 Studi Kasus pada PT X SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi Oleh: BUTET ULI ARTHA PANJAITAN NIM: 052114116 PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2010

  

EVALUASI PENGHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21

Studi Kasus pada PT X

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  

Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Disusun oleh:

Butet Uli Artha Panjaitan

  

052114116

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

2010

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

  “Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan (Yeremia 29: 11).”

  “Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku (Mazmur 23: 4)”

  Skripsi ini kupersembahkan untuk: 1.

  Tuhan Yesus Kristus penyemangat hidupku, 2. Almarhum Papaku tercinta Anton Panjaitan, 3. Mamaku tersayang Laura Agustina Bolang, 4. Abangku Udthor Bangar Panjaitan dan Istrinya, 5. Abangku Dolok Hamonangan Panjaitan

  

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

FAKULTAS EKONOMI

JURUSAN AKUNTANSI PROGRAM STUDI AKUNTANSI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS

  Yang bertanda tangan dibawah ini, saya menyatakan bahwa Skripsi dengan judul “Evaluasi Penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 Studi Kasus pada PT X” dan dimajukan untuk diuji pada tanggal 23 Juli 2010 adalah hasil karya saya.

  Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin,atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru, atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.

  Apabila saya melakukan hal tersebut diatas, baik sengaja maupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri ini. Bila kemudian saya terbukti melakukan tindak penyalinan atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijasah yang telah diberikan oleh universitas batal saya terima.

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA TULIS

  Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Butet Uli Artha Panjaitan

  NIM : 052114116 Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: Evaluasi

  

Penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 Studi Kasus pada PT X beserta

  perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hal untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

  Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

  

ABSTRAK

EVALUASI PENGHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21

Studi Kasus pada PT X

  Butet Uli Artha Panjaitan 052114116

  Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

  2010 Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penghitungan

  Pajak Penghasilan Pasal 21 PT X dalam satu tahun pajak telah mengacu Peraturan Perpajakan yang berlaku di Indonesia. Latar belakang penelitian ini adalah bahwa pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 akan mengurangi gaji, upah, dan sebagainya yang diterima atau diperoleh pegawai tetap PT X.

  Jenis penelitian yang dilakukan berupa studi kasus. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Langkah-langkah yang digunakan adalah dengan menganalisis PPh Pasal 21 yang diterima oleh karyawan tetap berupa penghasilan teratur dan penghasilan tidak teratur. Selanjutnya penulis membandingkan hasil analisis tersebut dengan penghitungan PPh Pasal 21 berdasarkan bukti pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 untuk pegawai tetap dari bulan Januari sampai dengan Desember 2008 serta membandingkan dengan Peraturan Perpajakan yang berlaku.

  Dari hasil analisis dan berdasarkan data tahun 2008 menunjukan bahwa proses penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 belum mengacu dengan peraturan Perpajakan yang berlaku pada tahun 2008 untuk penghasilan teratur dan penghasilan tidak teratur. PT X belum melakukan pembulatan penghasilan kena pajak (PKP) menjadi ribuan kebawah. Hal ini tidak mengacu dengan peraturan Keputusan Direktur Jenderal Pajak No. KEP- 545/PJ./2000 pasal 17 dan juga terdapat kesalahan dalam melakukan penghitungan biaya jabatan untuk penghasilan tidak teratur yang tidak mengacu pada PER-15/PJ/2006 Pasal 8 ayat (1) a.

  

ABSTRACT

AN EVALUATION OF CALCULATION OF INCOME TAX-ARTICLE 21

A Case Study at PT X

  Butet Uli Artha Panjaitan 052114116

  Sanata Dharma University Yogyakarta

  2010 The aim of this research was to know whether the calculation of Income

  Tax-Article 21 of PT X in a year had referred to Taxation Rule implemented in Indonesia. The background is that cutting the Income Tax-Article 21 will reduce salary, fee, and etc received or obtained by permanent employee in PT X.

  The type of research conducted was case study. The collection techniques were observation, interview, and documentation methods. The steps used were by analyzing income Tax-Article 21 received by permanent employee in the from of regular and irregular income. Then the writer compared that result and the calculation of income Tax-Article 21 based on cutting evidence of Income Tax- Article 21 for permanent employee from January to December 2008 and also compared it to prevailing Taxation Rule.

  From analysis result and based on data in 2008, it showed that calculation process of Income Tax-Article 21 had not referred yet to the prevailing Taxation Rule in 2008 for regular and irregular income. PT X had not rounded down yet taxable income (PKP) into thousand. It did not refer to the rule of Decision of Director General of Tax No. KEP-545/PJ/2000 article 17 and there was mistake in implementing occupational cost calculation for irregular income which did not refer to PER-15/PJ/2006 article 8 clause (1) a.

KATA PENGANTAR

  Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus karena berkat dan karya-Nya dalam penelitian ini. Penyertaan-Nya senantiasa memberikan kekuatan dari awal skripsi ini hingga pada hasil akhirnya. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi, Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

  Dalam menyusun skripsi yang berjudul “Evaluasi Penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21”, penulis banyak menemukan kesulitan namun hal tersebut merupakan proses pencapaian hidup yang harus dilalui. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, skripsi ini tidak akan selesai. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

  1. Rama Dr. Ir. P. Wiryono P., S. J., selaku Rektor Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan mengembangakan kepribadian penulis.

  2. Bapak Drs. Y.P Supardiyono, M.Si., Akt., QIA., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Dosen Pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu untuk membimbing serta dengan sabar dan pengertian telah mendampingi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

  3. Ibu Tyas, selaku Bagian Akuntansi/Keuangan yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk melakukan penelitian di PT X dan juga telah membantu penulis dalam melengkapi data penelitian yang dibutuhkan.

  4. Almarhum Papa yang mengajarkan kepada penulis untuk tidak putus asa dan selalu bekerja keras untuk mencapai yang diinginkan.

  5. Mama yang telah memberikan kasih sayang dan dukungan serta doa sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

  6. Abangku Bangar dan Kak Aris yang selama ini memberikan semangat dan doa serta telah menjadi saudara yang mengerti satu sama lain.

  7. Sahabatku, abangku, saudaraku dan orang terkasih John RLS yang memberikan bantuan, semangat dan dukungan yang sangat berarti.

  8. Kakak dan abangku: Kak Itha, Kak Vanny, Bang Ryan, Bang Ronald, dan Bang Tommy yang memberikan semangat, tawa, jalan-jalan dan sukacita dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

  9. Sahabat-sahabatku: Apen “Tena”, Ratih, Meygha, Ichank dan Chandra atas persahabatannya selama ini.

  10. Adekku Agni Hana Devilia, atas doa dan dukungannya yang penuh kasih.

  11. Teman-teman kost Brojodento no.1: Dek Lany, Dek Susan, Dek Christin, Dek Shinta, Dek Diah, Dek Nindy, Dek Landri dan Dek Shela atas pertemanan dan canda tawa yang diberikan sehingga memberikan warna dalam kehidupan penulis.

  12. Teman-teman Akuntansi Angkatan’05 terkhusus Akt kelas C dan kelas MPT atas kebersamaan dan perjuangan kita semua selama ini.

  13. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini.

  Akhir kata dengan penuh kesadaran penulis mengakui bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kepada semua pihak dengan kerendahan hati penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun untuk memperbaiki skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN .............................................. iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS .............................................. v PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA TULIS ................. vi ABSTRAK ....................................................................................................... vii ABSTRACT ..................................................................................................... viii KATA PENGANTAR ..................................................................................... ix DAFTAR ISI .................................................................................................... xi DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiv BAB I PENDAHULUAN ............................................................................

  1 A.

  1 Latar Belakang Masalah ..............................................................

  B.

  3 Rumusan Masalah .......................................................................

  C.

  Batasan Penelitian........................................................................ 3 D.

  3 Tujuan Penelitian ........................................................................

  E.

  4 Manfaat Penelitian ......................................................................

  F.

  4 Sistematika Penulisan .................................................................

  BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................

  7 A.

  7 Pajak ............................................................................................

  1.

  7 Pengertian Pajak .....................................................................

  2.

  7 Fungsi Pajak ..........................................................................

  3. Jenis Pajak ..............................................................................

  8 4. Subjek Pajak ……………………………………………….. 9 B.

  Pajak Penghasilan........................................................................

  9 1. Pengertian Pajak Penghasilan ................................................

  9 2. Dasar Hukum ......................................................................... 10 3.

  Subyek Pajak Penghasilan...................................................... 11 4. Objek Pajak Penghasilan ........................................................ 12 C. Pajak Penghasilan Pasal 21 ......................................................... 14 1.

  Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 21 .................................. 14 2.

  Wajib Pajak PPh Pasal 21 ...................................................... 15 3. Tidak Termasuk Wajib Pajak PPh Pasal 21 ........................... 15 4. Obyek Pajak PPh Pasal 21 ..................................................... 16 5. Hak dan Kewajiban Wajib Pajak ........................................... 17 6. Pemotong PPh Pasal 21 .......................................................... 18 7. Hak dan Kewajiban Pemotong Pajak ..................................... 20 8. Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 .............................. 22 9. Penghasilan yang dikecualikan dari Pengenaan PPh Pasal 21. ..........................................................................

  23 10. Penghitungan PPh Pasal 21 bagi Pegawai Tetap .................... 25 11.

  Pengurangan Penghasilan Bruto ............................................. 26 12. Pengurangan Penghasilan Neto .............................................. 27 13. Tarif Pajak dan Penghitungan Pajak Penghasilan .................. 27 14. Cara Menghitung PPh Pasal 21 .............................................. 28

  BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................

  35 A. Jenis Penelitian ............................................................................ 35 B.

  Waktu dan Tempat Penelitian ..................................................... 35 1.

  Waktu Penelitian .................................................................... 35 2. Tempat Penelitian .................................................................. 35 C. Subyek dan Obyek Penelitian ..................................................... 29 1.

  Subyek Penelitian ................................................................... 35 2. Obyek Penelitian .................................................................... 35 D. Data yang Dicari ......................................................................... 36 E. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 36 F. Teknik Analisis Data ................................................................... 36 BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ..........................................

  40 BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN ..................................................

  41 A. Deskripsi Data ............................................................................. 41 B.

  Analisis Data ............................................................................... 43 C. Pembahasan ................................................................................. 53 BAB VI PENUTUP .........................................................................................

  72 A. Kesimpulan ................................................................................. 72 B.

  Keterbatasan Penelitian ............................................................... 73 C. Saran ............................................................................................ 73 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................

  75 LAMPIRAN ....................................................................................................

  

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Penghasilan Tidak Kena Pajak ....................................................

  27 Tabel 2 Lapisan Penghasilan Kena Pajak untuk Wajib Pajak Orang Pribadi .........................................................................................

  28 Tabel 3 Penghitungan PPh bagi Wajib Pajak Orang Pribadi ...................

  34 Tabel 4 Perbandingan Penentuan Penghasilan yang diterima oleh pegawai PT X dengan Peraturan Perpajakan yang berlaku ........

  48 Tabel 5 Perbandingan Penentuan Penghasilan Bruto yang dikenakan oleh PT X terhadap pegawai dengan Peraturan Perpajakn yang berlaku .........................................................................................

  50 Tabel 6 Perbandingan Penghasilan Tidak Kena Pajak untuk Pegawai PT X dengan Peraturan Perpajakan yang berlaku .......................

  51 Tabel 7 Perbandingan Penentuan Pajak Penghasilan Pasal 21 pegawai PT X dengan Peraturan Perpajakan yang berlaku .......................

  52 Tabel 8 Perbandingan Penghitungan PPh pasal 21 antara Teori dan praktek di PT X untuk penghasilan teratur ................................

  62 Tabel 9 Perbandingan Penghitungan PPh pasal 21 antara Teori dan praktek di PT X untuk penghasilan tidak teratur dan penghasilan teratur ......................................................................

  66 Tabel 10 Perbandingan Penghitungan PPh pasal 21 antara Teori dan praktek di PT X untuk penghasilan tidak teratur .......................

  70 Tabel 11 Perbandingan PPh Pasal 21 yang dihitung oleh PT X dengan PPh Pasal 21 yang dihitung secara teori .....................................

  72

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia pembangunan sangat mempunyai arti yang penting karena melalui pembangunan pemerintah memberikan kesejahteraan kepada masyarakat. Untuk mewujudkan pembangunan yang bertujuan mensejahterakan rakyat,

  pemerintah harus memperhitungkan pembiayaan pembangunan dan sumber dana yang ada. Pajak merupakan suatu kewajiban dan peran aktif warga negara untuk membiayai berbagai keperluan negara berupa pembangunan nasional yang pelaksanaannya diatur dalam Undang-Undang dan peraturan-peraturan (Judisseno, 1997: 7). Siti Resmi (2000) mengemukakan optimilasi pemungutan pajak di Indonesia diwujudkan dalam berbagai jenis dan macam pajak yang dibebankan kepada rakyat, seperti Pajak Penghasilan, Pajak Bumi dan Bangunan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Hadiah dan lain-lain baik pajak pusat maupun pajak daerah yaitu dengan melakukan ektensifikasi, intesifikasi serta penyempurnaan sistem administrasi perpajakan.

  Pajak penghasilan dikenakan atas penghasilan baik yang diperoleh orang pribadi, warisan yang belum terbagi dan badan maupun Bentuk Usaha Tetap yang memperoleh penghasilan di Indonesia. Pajak Penghasilan Pasal 21 merupakan pajak penghasilan atas penghasilan obyek pajak berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain dengan nama apapun sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan yang dilakukan oleh wajib pajak pribadi dalam negeri; baik dalam hubungan kerja maupun pekerjaan bebas (Harnanto 2003: 186).

  Dalam menjalankan kegiatan usaha, faktor yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan perusahaan adalah sumber daya manusia (SDM). SDM atau karyawan merupakan tenaga yang dipekerjakan oleh perusahaan yang diberi suatu imbalan berupa gaji dan upah sesuai dengan jasa yang diberikan yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan hidup karyawan yang dapat diterima atau diperoleh secara teratur atau tidak teratur . Gaji dan upah merupakan tambahan kemampuan kebutuhan ekonomis bagi karyawan, sehingga gaji dan upah yang diterima oleh karyawan dikenai pajak yang telah diatur dalam UU No.17 Tahun 2000. Selain pemberian upah, terdapat hubungan kerja antara karyawan dengan perusahaan, yang merupakan hubungan transaksional yang membawa konsekuensi terhadap perusahaan, diantaranya adalah membayar imbalan yang disepakati dengan karyawan, menanggung iuran-iuran yang ditetapkan Pemerintah sebagai akibat adanya hubungan kerja, mematuhi ketentuan Pemerintah tentang jam kerja dan memotong dari penghasilan yang dibayarkan karyawan, Pajak Penghasilan yang terutang dan menyetorkan ke kas negara.

  Perusahaan sebagai wajib pajak badan/pemilik perusahaan memiliki kewajiban untuk melakukan pemotongan pajak (PPh Pasal 21) atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan dengan nama dan dalam bentuk apapun yang diterima atau diperoleh wajib pajak orang pribadi dalam negeri, sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan, jasa atau kegiatan yang dilakukan pegawai atau bukan pegawai. Apabila perusahaan tidak melaksanakan kewajiban pemotongan pajak dikenakan sanksi perpajakan yang berlaku dan wewenang yang diberikan kepada perusahaan hanya memotong pajak yang terutang karyawan, bukan menarik atau menerima pajak. Kewajiban perusahaan untuk memotong pajak harus sesuai dengan Undang-undang dan peraturan yang terkait sehingga pajak yang dipotong perusahaan untuk karyawan tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil yang nantinya mempengaruhi take home pay karyawan.

  B. Rumusan Masalah Masalah yang ingin diteliti adalah apakah penghitungan PPh pasal 21 PT.

  X dalam satu tahun pajak telah mengacu pada Peraturan Perpajakan yang berlaku di Indonesia?

  C. Batasan Penelitian

  Dalam penelitian ini, penulis hanya memfokuskan pada wajib pajak pegawai tetap dalam hal ini adalah pegawai tetap PT X yang menerima gaji teratur atau penghasilan teratur dan gaji tidak teratur sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku.

  D. Tujuan Penelitian

  Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 di PT X dalam satu tahun pajak telah mengacu pada Peraturan Perpajakan yang berlaku di Indonesia.

E. Manfaat Penelitian

  Hasil penelitian yang dilakukan penulis diharapakan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang terkait, yaitu:

  1. Bagi Penulis Dengan mengadakan penelitian ini, penulis memperoleh kesempatan untuk menambah pengalaman dan mengembangkan pengetahuan yang didapat dibangku kuliah, serta melatih kemampuan untuk melakukan penelitian.

  2. Bagi perusahaan yang diteliti Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam penentuan masalah perpajakannya dan dapat membantu perusahaan dalam memberikan gambaran di bidang Perpajakan.

  3. Bagi Universitas Sanata Dharma Penelitian ini diharapakan dapat menambah kepustakaan khususnya masalah bidang perpajakan dan dapat memberi masukan di bidang perpajakan.

F. Sistematika Penulisan

Bab I : Pendahuluan Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang masalah,

  rumusan masalah, batasan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II : Landasan Teori Pada bab ini akan diungkapkan mengenai teori-teori yang

  menyangkut pajak penghasilan dan pajak penghasilan pasal 21 yang akan dipakai penulis sebagai dasar atau acuan untuk mengevaluasi dan menganalisis data-data yang diperoleh dari PT X.

Bab III : Metode Penelitian Pada bab ini terdiri dari jenis penelitian, subjek penelitian, objek

  penelitian, waktu penelitian, tempat penelitian, teknik pengumpulan data, serta teknik analisis data yang digunakan untuk menjawab permasalahan.

  Bab IV : Gambaran Umum Perusahaan Pada bab ini berisi sedikit gambaran tentang perusahaan yang diteliti. Bab V : Analisis Data dan Pembahasan Pada bab ini menguraikan analisis data dan hasil penelitian yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang diteliti.

Bab VI : Penutup Pada bab ini berisi kesimpulan dari hasil analisis data dan

  pembahasan dalam Bab V, keterbatasan penelitian, dan saran yang sekiranya berguna bagi perusahaan.

BAB II LANDASAN TEORI A. Pajak 1. Pengertian Pajak Pengertian pajak menurut Mardiasmo (2004: 1) “Pajak adalah iuran

  rakyat kepada Kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung ditunjukkan dan yang dapat digunakan untuk membayar pengeluaran umum”.

  Pengertian pajak menurut Markus dan Yujana (2002: 1) “Pajak adalah harta kekayaan rakyat (swasta) yang berdasarkan undang-undang sebagiannya wajib diberikan oleh rakyat kepada negara tanpa mendapat kontraprestasi yang diterima rakyat secara individual dan langsung dari negara, serta bukan merupakan penalti yang berfungsi sebagai dana untuk penyelenggaraan negara, dan sisanya, jika ada, digunakan untuk pembangunan, serta fungsi instrument untuk mengatur kehidupan sosial ekonomi masyarakat”.

2. Fungsi Pajak

  Fungsi Pajak (Mardiasmo, 2003: 1) adalah: a.

  Fungsi Budgetair (Sumber Keuangan Negara) Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara untuk membiayai pengeluaran rutin maupun pembangunan.

  b.

  Fungsi Regulered (Mengatur)

  Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial ekonomi dan untuk mencapai tujuan tertentu di luar bidang keuangan.

3. Jenis Pajak

  Jenis Pajak (Mardiasmo, 2003: 5-6) antara lain: a.

  Menurut golongannya 1)

  Pajak langsung, adalah pajak yang harus ditanggung sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak dapat dilimpahkan kepada pihak lain.

  Contoh: Pajak Penghasilan 2)

  Pajak tidak langsung, adalah yang pada akhirnya dapat dibebankan kepada pihak ketiga. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai b.

  Menurut sifatnya 1)

  Pajak subyektif, adalah pajak pengenaannya memperhatikan pada keadaan pribadi Wajib Pajak. Contoh: Pajak Penghasilan 2)

  Pajak obyektif, adalah pajak yang pengenaannya memperhatikan pada obyeknya berupa benda, keadaan, perbuatan atau peristiwa yang mengakibatkan timbulnya kewajiban membayar pajak, tanpa memperhatikan keadaan pribadi Wajib Pajak maupun tempat tinggal. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, dan Pajak Bumi dan Bangunan c. Menurut lembaga pemungutannya

  1) Pajak negara (pajak pusat), adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara. Contoh: Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, dan Pajak Bumi dan Bangunan

  2) Pajak daerah, adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah tingkat I maupun tingkat II untuk membiayai rumah tangga daerah masing-masing. Contoh: Pajak Kendaraan Bermotor (tingkat I), dan Pajak Pembangunan (tingkat II)

4. Subyek Pajak

  Menurut Pasal 2 Undang-Undang nomor 17 tahun 2000 yang menjadi subyek pajak adalah orang pribadi, warisan yang belum dibagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak, badan yang terdiri dari Perseroan Terbatas, Perseroan Komanditer, Perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, Persekutuan, Firma, Kongsi, Koperasi, Yayasan atau organisasi yang sejenis lembaga dana pensiun, dan bentuk badan usaha lainnya, serta Bentuk Usaha Tetap.

B. Pajak Penghasilan 1. Pengertian Pajak Penghasilan

  Pajak penghasilan dapat didefinisikan sebagai suatu pungutan resmi yang ditujukan kepada masyarakat yang berpenghasilan atau atas penghasilan yang diterima dan diperolehnya dalam tahun pajak untuk kepentingan negara dan masyarakat dalam hidup berbangsa dan bernegara sebagai suatu kewajiban yang harus dilaksanakan (Suandy, 2006: 55).

  Dalam Undang-Undang Perpajakan nomor 17/2000 Pasal 4 ayat (1) penghasilan dapat diartikan sebagai:

  Setiap tambahan kemampuan ekonomi yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk kekayaan wajib pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun.

  Menurut Juanda dan Lubis (2004: 21), pengelompokan penghasilan berdasarkan aliran tambahan kemampuan ekonomis dibagi menjadi: a.

  Penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja dan pekerja bebas, seperti gaji, honorarium, penghasilan dari praktek dokter, notaris, aktuaris, akuntan, pengacara dan sebagainya.

  b.

  Penghasilan dari usaha kegiatan.

  c.

  Penghasilan dari modal, yang berupa harta bergerak maupun harta tidak bergerak, seperti bunga, royalti, deviden, sewa, keuntungan penjualan, harta atau harta yang tidak dipergunakan untuk usaha.

  d.

  Penghasilan lain-lain adalah seperti hadiah, pembebasan utang, keuntungan selisih kurs, selebih lebih karena penilaian kembali aktiva tetap.

2. Dasar Hukum

  Undang-Undang No.07 tahun 1983 tentang pajak penghasilan, diubah menjadi Undang-Undang No.17 tahun 2000 dan yang telah diubah terakhir dengan Undang-Undang N0.16 tahun 2008. Keputusan Menteri Keuangan No.184/PMK.03/2007 tentang penentuan tanggal jatuh tempo pembayaran dan penyetoran pajak, tempat pembayaran pajak, tata cara pembayaran, penyetoran dan pelaporan pajak serta tata cara pemberian angsuran atau penundaan pembayaran pajak. Keputusan Menteri Keuangan No.521/KMK.04/1998 tentang besarnya biaya jabatan atau biaya pensiun yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto pegawai tetap atau pensiunan. Peraturan Dirjen Pajak PER-15/PJ/2006 tentang perubahan atas Keputusan Direktur Jenderal Pajak No.KEP-545/PJ/2000 tentang petunjuk pelaksanaan pemotongan, penyetoran, dan pelaporan pajak penghasilan pasal 21 dan pasal 26 sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan orang pribadi. Dan Peraturan Menteri Keuangan No.252/PMK.03/2008 tentang pemotongan PPh Pasal 21.

3. Subyek Pajak Penghasilan

  Pasal 2 ayat 1 UU No.17 tahun 2000 mengelompokan subyek pajak sebagai berikut: a.

  Subyek Pajak Orang Pribadi b.

  Subyek Pajak Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang berhak c.

  Subyek Pajak Badan d.

  Subyek Pajak Badan Usaha Tetap (BUT) Yang tidak termasuk subyek pajak penghasilan, sesuai pasal 3

  Undang-undang Pajak Penghasilan adalah: a.

  Badan perwakilan negara asing b.

  Pejabat-pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain dari negara asing, dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama-sama mereka, dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan dari luar jabatannya di Indonesia serta negara yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik.

  c.

  Organisasi Internasional sebagaimana dimaksud dalam Keputusan Menteri Keuangan, dengan syarat:

1) Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut.

  2) Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia selain pemberian pinjaman kepada pemerintah yang dananya berasal dari iuran para anggota.

  d.

  Pejabat perwakilan organisasi internasional sebagaimana dimaksud dalam Keputusan Menteri Keuangan, dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan tidak menjalankan usaha atau melakukan kegiatan atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan di Indonesia.

4. Obyek Pajak Penghasilan

  Berdasarkan Pasal 4 ayat (1) Undang-undang Pajak Penghasilan, obyek pajak penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau menambah kekayaan wajib pajak bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun termasuk keuntungan: a.

  Penggantian atau imbalan yang berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan dalam undang-undang.

  b.

  Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan c. Laba usaha d.

  Keuntungan penjualan atau karena pengalihan harta termasuk: 1) keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal.

  2) keuntungan karena diperoleh perseroan, persekutuan dan badan lainnya karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu, atau anggota.

  3) keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan atau pengambil-alihan usaha. 4) keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan atau sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, dan badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan oleh menteri keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan. e.

  Penerimaaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya f.

  Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang g.

  Deviden, dengan nama dan dalam bentuk apa pun termasuk deviden dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis h.

  Royalti, Premi asuransi i. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta j. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala k.

  Keuntungan karena pembebasan utang kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah l.

  Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing m.

  Selisih lebih karena penilaian aktiva n. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari wajib pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas o.

  Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak.

  C. Pajak Penghasilan Pasal 21 1. Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 21

  Menurut Harnanto (2003: 186), menyatakan bahwa Pajak Penghasilan

  Pasal 21 merupakan atas penghasilan obyek pajak berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain dengan nama apapun sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan yang dilakukan oleh wajib pajak pribadi dalam negeri; baik dalam hubungan kerja maupun pekerjaan bebas. Dasar pemotongan dari PPh pasal 21 ini adalah penghasilan yang pemungutan dan pembayarannya dilakukan melalui pemotongan oleh pihak lain, yaitu pemberi kerja atau pemberi penghasilan.

2. Wajib Pajak PPh pasal 21 a.

  Pejabat Negara b.

  Pegawai Negeri Sipil c. Pegawai Tetap d.

  Pegawai dengan status Wajib Pajak Luar Negeri e. Pegawai Lepas f. Penerima Pensiun g.

  Penerima Honorarium h. Penerima Upah 3.

   Tidak termasuk Wajib Pajak PPh Pasal 21

  Yang tidak termasuk penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 adalah: a.

  Pejabat-pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain dari negara asing, dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama-sama mereka, dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan dari luar jabatannya di

  Indonesia serta negara yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik.

  b.

  Pejabat perwakilan organisasi internasional sebagaimana dimaksud dalam Keputusan Menteri Keuangan, dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan tidak menjalankan usaha atau melakukan kegiatan atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan di Indonesia.

4. Obyek Pajak PPh pasal 21

  Harnanto (2003: 186-187) menyatakan bahwa penghasilan yang dikenakan pajak penghasilan pasal 21 berdasarkan Ketentuan Undang- Undang Pajak Penghasilan secara garis besar dikelompokan dalam 6 kategori, yaitu: a.

  Penghasilan yang diterima atau diperoleh secara teratur berupa gaji, uang pensiun bulanan, upah, honorarium, premi bulanan, uang lembur, uang bantuan, uang tunggu, uang ganti rugi, tunjangan isteri, tunjangan anak, tunjangan kemahalan, tunjangan siswa, hadiah atau penghargaan dengan nama dan bentuk apapun, premi asuransi yang dibayar pemberi kerja, dan penghasilan teratur lainnya dengan nama apapun.

  b.

  Penghasilan yang diterima atau diperoleh secara tidak teratur berupa: jasa produksi, tantiem, gratifikasi, tunjangan cuti, tunjangan hari raya, tunjangan tahun baru, bonus, premi tahunan, dan penghasilan sejenis lainnya yang sifatnya tidak tetap dan biasanya dibayarkan sekali dalam setahun. c.

  Upah harian, upah mingguan, upah satuan dan upah borongan.

  d.

  Uang tebusan pensiun, uang tabungan hari tua atau tunjangan hari tua (THT), uang pesangon dan pembayaran lain sejenis, kecuali uang tabungan hari tua atau tunjangan hari tua yang dibayarkan oleh PT.

  Taspen atau PT. Asabri.

  e.

  Honorarium, uang saku, komisi dan pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, kegiatan yang dilakukan oleh wajib pajak dalam negeri (badan atau orang pribadi).

  f.

  Penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan lainnya dalam nama apapun yang diberikan oleh bukan wajib pajak.

5. Hak dan Kewajiban Wajib Pajak

  Hak-hak wajib pajak adalah sebagai beikut: a. Wajib Pajak berhak meminta bukti pemotongan PPh Pasal 21 kepada pemotong pajak.

  b.

  Wajib Pajak berhak mengajukan surat keberatan kepada Direktur Jenderal Pajak, jika PPh pasal 21 yang dipotong oleh pemotong pajak tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku.

  c.

  Wajib Pajak berhak mengajukan permohonan banding secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan alasan yang jelas kepada Badan Peradilan Pajak terhadap keputusan mengenai keberatannya yang ditetapkan Direktur Jenderal Pajak.

  Kewajiban wajib pajak adalah sebagai berikut: a. Wajib Pajak berkewajiban menyerahkan surat pernyataan kepada

  Pemotong Pajak yang menyatakan jumlah tanggungan keluarga pada permulaan tahun takwim atau pada permulaan menjadi Subyek Pajak dalam negeri.

  b.

  Wajib Pajak berkewajiban menyerahkan surat pernyataan kepada Pemotong Pajak dalam hal ada perubahan jumlah tanggungan keluarga pada permulaan tahun takwim.

  c.

  Wajib Pajak berkewajiban memasukkan SPT tahunan, jika Wajib Pajak mempunyai penghasilan lebih dari satu pemberi kerja.

  6. Pemotong PPh Pasal 21

  Pemotong PPh Pasal 21, antara lain: a. Pemberi kerja yang terdiri dari orang pribadi dan badan, baik merupakan pusat maupun cabang, perwakilan atau unit, bentuk usaha tetap, yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama apa pun, sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang dilakukan oleh pegawai atau bukan pegawai.

  b.

  Bendaharawan pemerintah termasuk bendaharawan pada Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, instansi atau lembaga-lembaga negara lainnya dan Kedutaan Besar Republik Indonesia di luar negeri yang membayarkan gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama apa pun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan.

  c.

  Dana pensiun, badan penyelenggara Jaminan Sosial Tenaga Kerja, dan badan-badan lain yang membayar uang pensiun dan Tabungan Hari Tua atau Jaminan Hari Tua.

  d.

  Perusahaan, badan, dan bentuk usaha tetap, yang membayar honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan kegiatan jasa, termasuk jasa tenaga ahli dengan status Wajib Pajak dalam negeri yang melakukan pekerjaan bebas dan bertindak untuk dan atas namanya sendiri, bukan untuk dan atas nama persekutuannya.

  e.

  Perusahaan, badan, dan bentuk usaha tetap, yang membayar honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan kegiatan jasa yang dilakukan oleh orang pribadi dengan status Wajib Pajak luar negeri.

  f.

  Yayasan (termasuk yayasan di bidang kesejahteraan, rumah sakit, pendidikan, kesenian, olahraga, kebudayaan), lembaga, kepanitiaan, asosiasi, perkumpulan, organisasi massa, organisasi sosial politik, dan organisasi lainnya dalam bentuk apa pun dalam segala bidang kegiatan sumber pembayar gaji, upah, honorarium, atau imbalan dengan nama apa pun sehubungan dengan pekerjaan, jasa, kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi. g.

  Perusahaan, badan, dan bentuk usaha tetap yang membayarkan honorarium atau imbalan lain kepada peserta pendidikan, pelatihan, dan pemagangan.

  h.

  Penyelenggara kegiatan (termasuk badan pemerintah, organisasi termasuk organisasi internasional, perkumpulan, orang pribadi serta lembaga lainnya yang menyelenggarakan kegiatan) yang membayar honorarium, hadiah atau penghargaan dalam bentuk apa pun kepada Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri berkenaan dengan suatu kegiatan.

7. Hak dan Kewajiban Pemotong Pajak

  Hak-hak pemotong pajak adalah sebagai berikut: a. Pemotongan Pajak berhak mengajukan permohonan perpanjangan jangka waktu penyampaian SPT Tahunan Pasal 21.

  b.

  Pemotongan Pajak berhak untuk memperhitungkan kelebihan setoran PPh pasal 21 dalam satu bulan takwim dengan PPh pasal 21 yang terutang pada bulan berikutnya dalam tahun takwim yang bersangkutan.

  c.

  Pemotongan Pajak berhak untuk membetulkan sendiri SPT atas kemauan sendiri dengan menyampaikan pernyataan tertulis dalam jangka waktu dua tahun.

  d.

  Pemotongan Pajak berhak untuk mengajukan surat keberatan kepada Dirjen Pajak dan mengajukan permohonan banding kepada Badan Peradilan Pajak.

  Kewajiban pemotong pajak adalah sebagai berikut: a. Pemotong Pajak wajib mendaftarkan diri ke KKP atau Kantor Penyuluhan Pajak setempat.

  b.

  Pemotong Pajak wajib mengambil sendiri formulir-formulir yang diperlukan dalam rangka pemenuhan kewajiban perpajakan pada KKP atau Kantor Penyuluhan Pajak setempat.

  c.

  Pemotong Pajak wajib menghitung, memotong, dan menyetor PPh pasal 21 yang terutang untuk setiap bulan takwim.

  d.

  Pemotong Pajak wajib melaporkan penyetoran PPh pasal 21 sekalipun nihil dengan menggunakan SPT Masa ke KKP atau Kantor Penyuluhan Pajak setempat, selambat-lambatnya pada tanggal 20 bulan takwim berikutnya.

  e.

  Pemotong Pajak wajib memberikan Bukti Pemotongan PPh pasal 21 baik diminta maupun tidak pada saat dilakukannya pemotongan pajak kepada orang pribadi bukan sebagai pegawai tetap, penerima uang tebusan pensiun, penerima Jaminan Hari Tua, penerima pesangon, dan penerima dana pensiun.

  f.

  Pemotong Pajak wajib memberikan Bukti Pemotongan PPh pasal 21 tahunan kepada pegawai tetap, dengan menggunakan formulir yang ditentukan oleh Dirjen Pajak dalam waktu 2 bulan setelah tahun takwin berakhir.

  g.

  Dalam waktu 2 bulan setelah tahun takwim berakhir, Pemotong Pajak wajib menghitung kembali jumlah PPh pasal 21 yang terutang oleh pegawai tetap dan penerima pensiun bulanan sebagaimana dimaksud dalam UU No.17 tahun 2000.

  h.

  Pemotong Pajak wajib mengisi, menandatangani, dan menyampaikan SPT Tahunan PPh Pasal 21 ke KKP atau Kantor Penyuluhan Pajak setempat. i.

  Pemotong Pajak wajib melampiri SPT Tahunan PPh Pasal 21 dengan lampiran-lampiran yang ditentukan dalam Petunjuk Pengisian SPT Tahunan PPh Pasal 21 untuk tahun pajak yang bersangkutan. j.

  Pemotong Pajak wajib menyetor kekurangan PPh Pasal 21 yang terutang apabila jumlah PPh Pasal 21 yang terutang dalam suatu tahun takwim lebih besar daripada PPh Pasal 21 yang telah disetor.

8. Penghasilan yang dipotong PPh pasal 21

  Penghasilan yang dipotong PPh pasal 21, antara lain; a. Penghasilan diterima atau diperoleh secara teratur berupa gaji, uang pensiun bulanan, upah, honorarium (termasuk honorarium Dewan

  Komisaris atau anggota Dewan Pengawas), premi bulanan, uang lembur, uang sokongan, uang tunggu, uang ganti rugi, tunjangan istri, tunjangan anak, tunjangan kemahalan, tunjangan jabatan, tunjangan khusus, tunjangan transport, tunjangan pajak, tunjangan iuran pensiun, tunjangan pendidikan anak, beasiswa, premi asuransi, yang dibayar pemberi kerja dan penghasilan teratur lainnya dengan nama apa pun.

  b.

  Penghasilan yang diterima atau diperoleh secara tidak teratur berupa jasa produksi, tantiem, gratifikasi, tunjangan cuti, tunjangan hari raya, tunjangan tahun baru, bonus, premi tahunan dan penghasilan sejenis lainnya yang bersifat tidak tetap.

  c.

  Upah harian, upah mingguan, upah satuan dan upah borongan.

  d.

  Uang tebusan pensiun, uang pesangon, uang tabungan hari tua (THT) atau jaminan hari tua dan pembayaran lainnya yang sejenis.

  e.