Register kereta api di Stasiun Jebres - USD Repository

  

REGISTER KERETA API

DI STASIUN JEBRES

  Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia Program Sastra Indonesia

  Disusun oleh :

  

DHIYAN NUGRAHENI

NIM : 044114016

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

JURUSAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

2009

  PERSEMBAHAN

  ™ Ucapan syukur kupersembahkan pada Allah Bapaku yang di surga, yang selalu memberi aku kekuatan dan kemampuan untuk melakukan segala sesuatunya. Demikian juga ketika mengerjakan skripsi ini. ™ Kedua orangtuaku yang selalu mendukung aku dalam doa. Inilah kado yang diharapkan orangtuaku dan adikku, Daniel yang selalu mendukung aku. ™ Kekasihku, Dedi Kusumo. ™ Simbah dan mbakku, yang selalu mendukung aku dalam doa. ™ Semua sahabatku yang selalu mendukung dan memberi aku semangat.

  

MOTTO

“Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang

memberi kekuatan kepadaku, karena Ia membuat segala

sesuatu indah pada waktunya ...”

KATA PENGANTAR

  Segala puji syukur penulis persembahkan pada Tuhan YME, Allah Bapa di surga karena selalu memberi penulis kekuatan dan kemampuan untuk menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari segala pihak, skripsi ini tidak dapat diselesaikan. Dalam kesempatan ini pula penulis mengucapkan terima kasih kepada :

  1. Bapak Dr. I. Praptomo Baryadi, M. Hum, selaku pembimbing I, yang telah dengan sabar dan bijaksana membimbing dan memotivasi penulis dalam menyusun skripsi ini hingga selesai.

  2. Bapak Drs. Hery Antono, M. Hum, selaku pembimbing II, yang telah dengan sabar dan bijaksana membimbing dan memotivasi penulis dalam menyusun skripsi ini hingga selesai.

  3. Ibu S.E Peni Adji, S.S, M.Hum selaku dosen pembimbing akademik angkatan 2004.

  4. Bapak, Ibu dosen Fakultas Sastra Jurusan Sastra Indonesia, Bapak Drs. B.

  Rahmanto, M. Hum: Bapak F.X santosa, M. S; Bapak Drs. Yoseph Yapi Taum, M. Hum; Ibu Dra. Tjandrasih Adji, M. Hum; Bpk Drs. P. Ari Subagyo, M. Hum. Terima kasih atas ilmunya.

  5. Segenap staf sekretariat Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma.

  6. Wasiop Jogja, Bapak Sutrisno. Terima kasih untuk sedikit ilmu yang diberikan pada penulis dan seluruh karyawan Stasiun Solo Jebres yang sudah banyak membantu.

  7. Bapak Ibuku, Kornelius Supono dan Persis Anik Prihantini. Terima kasih untuk doa yang selalu menyertai.

  8. Adikku, Daniel Widhi Pranama yang selalu mendukung.

  9. Dedi Kusumo, untuk kasih sayang, pengertian, semangat dan doa yang sudah diberikan pada penulis.

  10. Teman-teman Sastra Indonesia angkatan 2004, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta dan sahabat-sahabatku.

  11. Teman-teman gereja Mbak Yani, Mbak Esa, Mbak Kristina, dan semuanya yang selalu mendukung dalam doa.

  12. Untuk Sita, terima kasih karena sudah dibantu menerjemahkan abstrak.

  Penulis meyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, penulis menerima kritik dan saran untuk perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

  Yogyakarta, Penulis

  

ABSTRAK

Nugraheni, Dhiyan. 2009. Register Kereta Api. Skripsi Strata I (SI). Program

Studi Sastra Indonesia, Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra,

  Universitas Sanata Dharma.

  Dalam skripsi ini dibahas tentang register kereta api. Register kereta api dipilih sebagai topik dalam penelitian ini karena dalam perkertaapian dikenal kosakata khusus yang berkaitan dengan medan, pelibat, dan sarana dari kereta api. Dalam skripsi ini, peneliti mengungkapkan medan, pelibat, dan sarana dalam register kereta api.

  Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap, yaitu (i) tahap pengumpulan data, (ii) tahap analisis data, dan (iii) tahap penyajian hasil analisis data.

  Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode simak dan catat. Metode simak dilaksanakan dengan menyimak penggunaan register kereta api dalam stasiun kereta api, kemudian mencatat data register. Teknik ini digunakan untuk mempermudah peneliti dalam mengklasifikasikan data yang diperoleh dan kemudian diartikan sesuai kebutuhan. Metode analisis data yang digunakan adalah metode padan. Metode padan adalah metode yang alat penentunya di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa (langue) yang bersangkutan (Sudaryanto, 1993 : 13). Penelitian ini menggunakan analisis metode padan referensial dan metode padan pragmatis.

  Data yang sudah dianalisis, selanjutnya disajikan dalam bentuk penyajian hasil analisis data. Hasil analisis data dalam penelitian ini disajikan dengan metode formal dan informal. Metode informal disajikan dengan menggunakan kata-kata biasa yaitu kata-kata yang bersifat denotatif, sedangkan metode formal disajikan dengan memanfaatkan berbagai lambang, tanda, dan sejenisnya (Sudaryanto, 1993 : 145).

  Dari penelitian ini, peneliti menemukan medan, pelibat, dan sarana register kereta api. Medan dan pelibat dalam register kereta api ini, sangat erat kaitannya karena pelibat menunjuk orang-orang yang mengambil bagian dalam medan. Dalam kereta api, khususnya stasiun terdapat sepuluh bagian penting yang beroperasi yaitu KS (Kepala Stasiun), PBD (Perbendaharaan Stasiun), PPKA

  

(Pemimpin Perjalanan Kereta Api), Loket, PJR (Petugas Jalan Rel), PJL

(Petugas Juru Langsir), Sintel (Sinyal dan Telekomunikasi), PKSt (Petugas

Kebersihan Stasiun), kondektur, dan depo (Bengkel Perbaikan atau Perawatan

Kereta Api). Kesepuluh bagian penting itu berada di bawah bidang KUPT OPSAR

  (KUPT Operasional). Bagian-bagian itulah yang menjadi pelibat dan medannya adalah bidang KUPT OPSAR, karena bidang ini sebagai pusat operasional kereta api.

  Komunikasi antarbagian dalam stasiun memakai peralatan telepon, mikrofon, semboyan, atau isyarat lainnya tetapi bisa juga lisan secara langsung. Dengan kata lain, komunikasi secara lisan itu bisa melalui media telepon, mikrofon, semboyan, atau isyarat lainnya tetapi bisa juga secara langsung. Jadi, arti semboyan dalam kereta api itu diucapkan sebagai sarana lisan. Dalam kereta diucapkan secara lisan tertulis. Untuk komunikasi hanya secara tertulis saja, hampir tidak pernah dilakukan.

  

ABSTRACT

Nugraheni, Dhiyan. 2009. Train Register. Undergraduate Thesis. Indonesian

Letter Study Program. Indonesian Letter Department Letter

  Faculty. Sanata Dharma University.

  This thesis discusses Train Register. Train register was chosen because there are specific vocabularies in train field that are related to the field, doers, and train tools. In this study, the writer revealed the field, doers, and tools that exist in train register.

  This study is a descriptive study. The research was done in three phases; they are (i) data collecting phase, (ii) data analysis phase, (iii) data presentation phase.

  The method for collecting data used in this study was listen and take notes. Listening method was conducted by listened to the speech of train register in the train station, and then made notes of the register data. This technique was done to make it easier for the writer to classify the data obtained and to be defined based on the needs. The method that was used in this study was matching method.

  Matching method is a method in which the determiner is outside, detached, and not a part of the language involved (Sudaryanto, 1993 : 13). The matching method was used to analyze train register which is suitable with the context of use, which involved the speakers’ pronunciation.

  The data that had been analyzed will be presented in a form of data analysis result presentation. The result of data analysis in this research was presented by using formal and informal method. Informal method was presented by using common denotative words, while the formal method was presented by using various symbols, signs, and so on (Sudaryanto, 1993 : 145).

  From this research, the writer found the field, doers, and tools of train register. Field and doers were tightly connected because doers referred to the people who took part in the field. In trains, especially in train station, there are ten important parts that operated. They are Head of station, Treasurer of the station,

  

Head of the train travel, Counter, Railway Officer, Shunting Officer, Signal and

Telecommunication, Cleaning Officer, Conductors and Train Maintenance and

Workshop. All those ten important things were under the KUPT OPSAR (KUPT

  Operational). Those parts became the doers and the field was the KUPT OPSAR part because this part is the center of train operational.

  Intersection communication in train station used telephone, microphone, motto, or other signals, but it also could be done orally and directly. In other words, oral communication was not only can be done by telephone, microphone, motto or other signals but also directly. So, the meaning of in trains was spoken as oral tools. In trains, especially in station, communication as oral tool was also used as written tool. If it was only used for written communication, it almost had never been done.

  

DAFTAR ISI

  Halaman Judul ...................................................................................................... i Halaman Persetujuan Pembimbing ....................................................................... ii Halaman Pengesahan ............................................................................................ iii Halaman Persembahan .......................................................................................... iv Pernyataan Keaslian Karya ................................................................................... v Kata Pengantar ......................................................................................................vii Abstrak ................................................................................................................. ix Abstract ................................................................................................................. xi Daftar Isi ............................................................................................................... xi

  BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1 I.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 4 I.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 4 I.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 4 I.5 Tinjauan Pustaka ....................................................................................... 5 I.6 Landasan Teori ......................................................................................... 5 I.7 Metode Penelitian ..................................................................................... 12 I.8 Sistematika Penyajian ............................................................................... 14 BAB II KATA-KATA KHUSUS DALAM REGISTER KERETA API ......... 15 BAB III KAITAN PENGGUNAAN REGISTER TERHADAP MEDAN, PELIBAT, DAN SARANA ................................................................. 23

  III.1 MEDAN DAN PELIBAT ..................................................................... 23

  III. 1.1 Pengantar ..................................................................................... 23 III.

  1.2 Klasifikasi Medan dan Pelibat .................................................... 24 III.

  2 SARANA ............................................................................................. 40 III.

  2.1 Pengantar ..................................................................................... 40 III.

  2.2 Sarana Secara Lisan ..................................................................... 41

  III. 2.2.1 Sarana Secara Lisan Yang Diucapkan Langsung ................ 41

  III. 2.2.2 Sarana Secara Lisan Yang Diucapkan Lewat Telepon ....... 47

  III. 2.2.3 Sarana Secara Lisan Yang Diucapkan Lewat Mikrofon ..... 48 III.

  2.3 Sarana Secara Lisan Tertulis ....................................................... 51

  BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 53 IV.1. Kesimpulan ................................................................................. 53 IV.2. Saran ........................................................................................... 56 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 57 LAMPIRAN TANDA DAN SINGKATAN ....................................................... 58 LAMPIRAN CONTOH ...................................................................................... 60

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Dalam skripsi ini, dibahas register kereta api. Register atau ragam bahasa, menurut adalah ragam bahasa berdasarkan pemakaiannya atau bahasa yang digunakan pada saat itu, tergantung pada apa yang sedang dikerjakan dan sifat kegiatan tersebut. Berkaitan dengan itu, register juga merupakan bentuk makna yang khususnya dihubungkan dengan konteks sosial tertentu, yang dijelaskan dengan istilah medan (field), pelibat (tenor), dan sarana (mode) (Halliday, 1992 : 56-57) Salah satu dari sekian banyak jasa angkutan umum yang berkembang di

  Indonesia dewasa ini adalah jasa angkutan umum kereta api. Secara umum, kereta api adalah alat transportasi darat yang terdiri dari rangkaian kereta (gerbong) yang ditarik oleh lokomotif, dijalankan dengan mesin diesel atau listrik yang berjalan di atas rel (rentangan baja) paralel sebagai jalurnya. Rangkaian kereta atau gerbong tersebut berukuran relatif luas sehingga mampu memuat penumpang atau barang dalam skala besar. Dalam buku Reglemen Djawatan Kereta Api (Reglemen 19, 1961 : 22), kereta api adalah kendaraan penarik yang dijalankan dalam urusan perjalanan kereta api, membawa rangkaian atau tidak. Jadi, kereta api itu adalah alat transportasi darat sebagai kendaraan penarik yang terdiri dari rangkaian kereta (gerbong), dijalankan dengan mesin diesel atau listrik yang berjalan di atas rel paralel sebagai jalurnya. Di Indonesia, kereta api dikelola oleh sebuah perusahaan kereta api yang diselenggarakan satu-satunya dalam badan penyelenggara yaitu PT Kereta Api.

  Register kereta api adalah ragam bahasa yang digunakan pada bidang sesuai konteksnya dan penyampaiannya secara lisan, tertulis, atau gabungan keduanya. Berikut ini contoh register kereta api : (1) Alat pemindah rel dan persinyalan juga masih asli model jaman baheula. Relnya hanya ada 2 sepur. Satu sebagai jalur lintas, satunya untuk langsir. (mka jan, 2007 : 39)

  (2) Jika wesel mengalami gangguan, tak jarang Mantik harus turun dari ruangannya. Untuk mengamankan agar pengaturan sinyal dan wesel tidak ada yang mengotak-atik, Mantik mencabut kunci kontak meja pelayanan. (mka maret, 2007 : 39)

  Dalam kedua contoh (1) dan (2) di atas terdapat register kereta api yaitu

  

langsir, sinyal, dan wesel . Langsir adalah pekerjaan menyusun rangkaian kereta

  api yang akan berangkat atau memisah-misahkan rangkaian kereta api yang datang, begitu pula pekerjaan memindah-mindahkan gerbong-gerbong, kereta- kereta dan lain-lain jenis material dari suatu tempat ke lain tempat emplasemen (Reglemen 19, 1961 : 24). Sinyal adalah tanda yang dapat memperlihatkan kereta api harus berhenti atau kereta api boleh berjalan terus. Sinyal biasanya terletak mendekati stasiun (Reglemen 19, 1961 : 20). Wesel adalah rel pemindah jalur kereta api.

  Register kereta api dipilih sebagai topik dalam penelitian ini didasarkan alasan bahwa dalam perkeretaapian ternyata dikenal kosa kata khusus.

  Kekhususan itu terkait dengan bidang tertentu, misalnya : (3) (a) Prameks jurusan Kutoarjo jam berapa?

  (b) Pukul 12.30, 1 hargannya Rp 14.000,00. berapa? (a) 1. (b) Makasih. (4) 486, 486, siap berangkat

  (5) Mohon bantuan untuk mempersiapkan bancik-bancik, untuk kereta yang akan segera masuk.

  Berdasarkan contoh di atas, contoh (3) dipakai dalam bidang OPSAR (Operasional), khususnya bagian loket. Contoh (4) dipakai dalam bidang OPSAR, khususnya bagian PPKA sedangkan contoh (5) dipakai dalam bidang OPSAR khususnya KS (Kepala Stasiun).

  Contoh (3) adalah register yang dipakai oleh bagian loket kepada calon penumpang yang membeli tiket dan register ini disampaikan secara lisan ketika calon penumpang bertanya jam keberangkatan kereta Prameks tujuan Kutoarjo dan membeli tiket kereta tersebut. Contoh (4), memiliki arti kereta Prameks dengan nomor kereta 486 siap untuk diberangkatkan menuju stasiun tujuan. Register ini dipakai secara lisan oleh PPKA dan ditujukan oleh masinis, dalam hal ini masinis kereta api Prameks. Pada contoh (5) adalah register yang dipakai oleh KS (Kepala Stasiun) kepada bagian PKSt dan disampaikan lisan. Arti dari register itu adalah sebuah perintah mempersiapkan bancik-bancik, untuk kereta yang akan segera masuk. Bancik-bancik adalah tangga kecil untuk membantu penumpang ketika akan naik atau turun kereta.

  Sejauh pengamatan penulis, sudah ada penelitian tentang register misalnya

  

Register Pekerja Pertambangan Batu Bara oleh Cahyadi Haryo Pratomo, Register

Game Komputer Dalam Majalah Game 21 Edisi Januari s.d. Desember 2004 oleh

  Kingkin Kartikarini, dan Register Aba-Aba Peraturan Dasar Militer oleh Yohanes Purwanto. Namun, penelitian tentang Register Kereta Api belum pernah dilakukan. Hal inilah yang juga menjadi alasan penulis melakukan penelitian tentang Register Kereta Api.

  1.2 Rumusan Masalah

  Berdasarkan uraian dalam butir 1.1, masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini dirumuskan sebagai berikut :

  1.2.1 Apa saja kata-kata khusus yang termasuk register bidang perkeretaapian di Stasiun Jebres?

  1.2.2 Bagaimana penggunaan register bidang perkeretaapian terkait dengan medan, pelibat, dan sarana?

  1.3 Tujuan Penelitian

  Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan register PT Kereta Api yang terinci sebagai berikut :

  1.3.1 Mendeskripsikan kata-kata khusus yang termasuk register bidang perkeretaapian di Stasiun Jebres.

  1.3.2 Mendeskripsikan penggunaan kata-kata register bidang perkeretaapian terkait dengan medan, pelibat, dan sarana.

  1.4 Manfaat Penelitian

  Hasil penelitian ini adalah deskripsi register kereta api berdasarkan medan, pelibat, dan sarana. Masing-masing hasil penelitian medan, pelibat, dan sarana bermanfaat untuk mengetahui bidang-bidang yang terdapat dalam kereta api, partisipan tutur, dan penggunaan register dalam bentuk komunikasi secara lisan, tertulis, atau gabungan keduanya. Jadi, hasil penelitian ini memberikan sumbangan bagi perkembangan sosiolinguistik.

  Penelitian ini juga dapat memberikan manfaat praktis yaitu menyediakan istilah perkeretaapian dan penggunaannya sebagai bahan untuk menyusun kamus istilah perkeretaapian. Kamus tersebut sangat berguna bagi pemakai bahasa untuk memahami penggunaan istilah perkeretaapian.

1.5 Tinjauan Pustaka

  Kajian tentang register telah diteliti oleh beberapa orang, tetapi berbeda- beda. Yohanes Purwanto (2004) meneliti tentang register dengan judul “Register

  

Aba-Aba Peraturan Militer Dasar”. Penelitiannya membahas tentang register

  aba-aba peraturan militer dasar. Yang dibahas adalah struktur, fungsi, dan unsur suprasegmental dari aba-aba peraturan militer dasar.

  Kingkin (2006) meneliti register game komputer dalam majalah Game 21 edisi Januari s.d. Desember 2004. Dari penelitiannya, dipaparkan ada sebelas jenis register game komputer dan tiga bahasa sumber register game komputer. Sebelas jenis register tersebut diantaranya adalah register tentang jenis game komputer, register tentang tema game komputer, register tentang cara bermain game komputer, register tentang penginstalan game komputer, register tentang kerusakan dalam game komputer, register tentang karakter atau tokoh dalam game komputer, tentang cara pandang dalam game komputer, register tentang pihak yang berperan penting dalam game komputer, tentang sistem kontrol karakter atau tokoh dalam game komputer, tentang menu utama dalam game komputer, dan register tentang pendukung animasi dalam game komputer. Tiga bahasa sumber register game komputer adalah bahasa Inggris, bahasa Rusia, dan bahasa kreasi pencipta game komputer.

  Haryo (2006) meneliti register pekerja pertambangan batu bara. Penelitiannya membahas mengenai register yang terkait tiga hal yaitu medan, pelibat, dan sarana dalam register pertambangan batu bara.

  Penelitian ini memfokuskan tiga hal yaitu, medan, pelibat, dan sarana register konteks kereta api.

1.6 Landasan Teori

1.6.1 Pengertian Register

  Pateda (1990 : 64), memaparkan konsep register adalah variasi bahasa bila dilihat dari segi pemakaiannya yang berhubungan dengan pekerjaan atau kegiatan seseorang. Menurut Pateda, register dibagi menjadi beberapa jenis yaitu oratorikal (frozen), deliberatif (formal), konsultatif, kasual, dan intim. Register oratorikal digunakan oleh para pembicara profesional seperti ahli pidato yang digunakan untuk menarik perhatian. Register deliberatif ditujukan kepada pendengar untuk memperluas pembicaraan. Kedua register ini bersifat monolog. Register konsultatif terdapat pada transaksi perdagangan, khususnya saat dialog untuk memperoleh kesepakatan. Register kasual dipergunakan untuk menghilangkan rintangan-rintangan komunikasi. Register intim dipergunakan dalam suasana kekeluargaan.

  Wardhaugh (1991 : 49) mengemukakan bahwa register merupakan sekelompok kosa kata yang dipakai dalam bidang pekerjaan tertentu atau kelompok sosial tertentu. Hal itu dapat ditunjukan dengan bahasa yang dipakai oleh ahli bedah, pilot-pilot pesawat terbang, manager bank, para pramuniaga, penggemar musik jazz, dan cabang-cabang pengguna kosa kata yang berbeda seperti pedagang, ahli arkeolog, pendaki gunung, dan ahli ekonomi.

  Register atau ragam bahasa, menurut Halliday (1992 : 56-57), adalah ragam bahasa berdasarkan pemakaiannya atau bahasa yang digunakan pada saat itu, tergantung pada apa yang sedang dikerjakan dan sifat kegiatan tersebut. Berkaitan dengan itu, register juga merupakan bentuk makna yang khususnya dihubungkan dengan konteks sosial tertentu, yang dijelaskan dengan istilah medan (field), pelibat (tenor), dan sarana (mode).

  Menurut Halliday (1992 : 53-55), kategori register beragam dari sesuatu yang erat dan terbatas sampai sesuatu yang bisa dikatakan bebas dan terbuka.

  Register yang erat dan terbatas itu disebut register selingkung terbatas, sedangkan register yang bebas dan terbuka itu disebut register yang lebih terbuka.

  Register selingkung terbatas adalah register yang mempunyai sifat register terbatas dan tertentu jumlah beritanya, sehingga tidak perlu mengirim berita dengan kata-kata yang perlu dikirimkan adalah nomor indeksnya. Sifat lain dari register ini tidak mempunyai tempat bagi individualitas atau bagi kreatifitas, kemungkinan maknanya sangat terbatas. Misalnya, bahasa penerbangan internasional yang harus menggunakan bahasa tertentu dan harus menjaga supaya macam berita itu masih dalam lingkungan yang telah ditetapkan, register bahasa dalam menu makanan yang berasal dari bahasa Perancis.

  Register yang lebih terbuka adalah register yang mempunyai sifat register tidak berbatas atau lebih terbuka, mempunyai tempat bagi individualitas atau bagi kreatifitas. Misalnya, register bahasa dalam dokumen-dokumen kecil seperti tiket dan barang-barang resmi, register dalam judul berita dan resep makanan, register dalam buku petunjuk teknis dan dokumen hukum lainnya, register dalam jual beli perlelangan, di toko, di pasar, serta bahasa komunikasi antara dokter dan pasien.

  Dari kedua register di atas, dapat disimpulkan bahwa register kereta api termasuk dalam contoh register selingkung terbatas karena register ini tidak mempunyai tempat bagi individualitas atau bagi kreatifitas. Seperti contohnya bahasa percakapan dalam PPKA yang harus menggunakan bahasa tertentu.

  1.6.2 Pengertian Medan

  Medan dalam register menunjuk pada hal yang sedang terjadi, pada sifat tindakan sosial yang sedang berlangsung: apa yang sesungguhnya yang sedang disibukkan oleh para pelibat, yang di dalamnya bahasa ikut serta sebagai unsur pokok tertentu. Bisa juga medan arti rampatnya yaitu perihal sesuatu. (Halliday, 1992 : 16-33)

  Mengarah pengertian yang dijelaskan oleh Halliday di atas, dapat disimpulkan medan adalah perihal tentang sesuatu yang menjadi konteks yang dilakukan oleh para pelibat, yang di dalamnya bahasa ikut serta sebagai unsur pokok.

  1.6.3 Pengertian Pelibat

  Pelibat menunjuk pada orang-orang yang mengambil bagian, pada sifat para pelibat, kedudukan dan peranan mereka: jenis-jenis hubungan peranan apa yang terdapat di antara pelibat, termasuk hubungan-hubungan tetap dan sementara, baik jenis peranan tuturan yang mereka lakukan dalam percakapan maupun rangkaian keseluruhan hubungan-hubungan yang secara kelompok mempunyai arti penting yang melibatkan mereka. Pelibat juga mengenai hubungan persona yang terlibat. (Halliday, 1992 :16-33)

  Mengacu pengertian pelibat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pelibat adalah orang-orang yang terlibat dalam konteks dan hubungan persona yang terlibat tersebut baik sementara dan tetap. Jadi, antara medan dan pelibat sangat erat kaitannya.

  1.6.4 Pengertian Sarana

  Sarana menunjuk pada bagian yang diperankan oleh bahasa, hal yang diharapkan oleh para pelibat diperankan bahasa dalam situasi itu: organisasi simbolik teks, kedudukan yang dimilikinya, dan fungsinya dalam konteks, termasuk salurannya (apakah dituturkan atau dituliskan atau semacam gabungan keduanya) dan juga mode retoriknya, yaitu apa yang akan dicapai teks berkenaan dengan pokok pengertian seperti bersifat membujuk, menjelaskan, mendidik, dan semacamnya. (Halliday, 1992 : 16-17)

  Melihat dari pengertian Halliday di atas, dapat diberi kesimpulan bahwa sarana adalah bagian tertentu yang diperankan bahasa oleh para pelibat dalam proses interaktif baik itu sacara dituturkan, dituliskan, atau gabungan keduanya.

  1.6.5 Sejarah Perkeretaapian Indonesia

  Menurut Soemino Eko Saputro, sejarah perkeretaapian Indonesia tak terlepas dari masa penjajahan Belanda. Belanda, selain meninggalkan luka sejarah penindasan, juga meninggalkan hal-hal yang berguna bagi bangsa ini, salah satu di antaranya adalah Kereta Api Indonesia.

  Pembangunan jalan kereta api (KA) di Indonesia dimulai dari desa Kemijen menuju desa Tanggung sepanjang 26 km dengan lebar sepur 1435 mm.

  Pencangkulan pertama dilakukan oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Mr

  LAJ Baron Sloet van den Beele, Jumat 17 Juni 1864. Jalan kereta api ini mulai dioperasikan untuk umum Sabtu, 10 Agustus 1867.

  Pembangunan jalan KA ini diprakarsai sebuah perusahaan swasta Naamlooze Venootschap Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NV NISM) yang dipimpin oleh Ir JP de Bordes lalu setelah ruas rel Kemijen - Tanggung, dilanjutkan pembangunan rel yang dapat menghubungkan kota Semarang - Surakarta (110 Km), pada 10 Februari 1870. Masih jaman penjajah Belanda, minat investor untuk membangun jalan KA di daerah lainnya pun bermunculan sehingga pertumbuhan panjang jalan rel antara 1864 - 1900 sangat pesat. Jika tahun 1867 baru 25 km, tahun 1870 sudah 110 km, tahun 1880 mencapai 405 km, tahun 1890 menjadi 1.427 km dan pada tahun 1900 mencapai 3.338 km.

  Setelah sukses di Jawa, pembangunan rel KA merambah ke Aceh (1874), Sumatera Utara (1886), Sumatera Barat (1891), Sumatera Selatan (1914), dan Sulawesi (1922) sepanjang 47 km antara Makasar - Takalar, yang pengoperasiannya dilakukan tanggal 1 Juli 1923. Bahkan rel Ujungpandang - Maros sudah dimulai namun belum sempat diselesaikan. Sementara di Kalimantan, juga belum sempat dibangun, tapi studi jalan KA Pontianak - Sambas (220 km) sudah diselesaikan. Begitu pula di pulau Bali dan Lombok, telah dilakukan studi pembangunan jalan KA. Jenis jalan rel KA di Indonesia dibedakan dengan lebar sepur 1.067 mm, 750 mm (di Aceh) dan 600 mm di beberapa lintas cabang dan tram kota.

  Pada masa penjajahan Belanda, tepatnya sampai 1939, panjang jalan KA di Indonesia telah mencapai 6.811 km. Tetapi, ironisnya setelah merdeka, tepatnya pada 1950, panjangnya justru berkurang menjadi 5.910 km. Sepanjang kurang lebih 901 km raib, yang diperkirakan karena dibongkar semasa pendudukan Jepang dan diangkut ke Burma untuk pembangunan jalan KA di sana. Bahkan saat ini (2006, data Ditjen Perkeretaapian) jaringan jalan rel yang beroperasi hanya 4.360 km dan tidak beroperasi sepanjang 2.122.

  Semasa pendudukan Jepang (1942-1943), jalan rel yang dibongkar sepanjang 473 km dan yang dibangun 83 km antara Bayah-Cikara dan 220 km antara Muaro - Pekanbaru. Pembangunan jalan KA Muaro-Pekanbaru yang diprogramkan pembangunannya harus selesai dalam 15 bulan, memperkerjakan 27.500 orang, di antaranya 25.000 adalah Romusha. Pembangunan jalan yang melintasi rawa-rawa, perbukitan, serta sungai yang deras arusnya ini, banyak menelan korban yang makamnya bertebaran sepanjang Muaro - Pekanbaru.

  Setelah Proklamasi 17 Agustus 1945, karyawan KA yang tergabung dalam “Angkatan Moeda Kereta Api” (AMKA) mengambil alih penguasaan perkeretaapian dari pihak Jepang pada tanggal 28 September 1945. Hari itu dibacakan pernyataan sikap oleh Ismangil dan sejumlah anggota AMKA lainnya, menegaskan bahwa mulai tanggal 28 September 1945 kekuasaan perkeretaapian berada di tangan bangsa Indonesia.

  Sejak hari itu, orang Jepang tidak diperkenankan lagi campur tangan dengan urusan perkeretaapian di Indonesia. Bersamaan dengan itu dibentuklah Djawatan Kereta Api Republik Indonesia (DKARI). Peristiwa bersejarah inilah yang melandasi ditetapkannya 28 September 1945 sebagai Hari Kereta Api di

  www.tokohindonesia.com/ensiklopedi/s/soemino/biografi/17.shtml

  Indonesia. (http : // ) didownload 14 Oktober 2008.

  Sejarah kereta api tersebut menjelaskan sudah ada register kereta api, seperti rel, kereta api, dan NV NISM (Naamlooze Venootschap Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij),

1.7 Metode dan Teknik Penelitian

  Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap, yaitu tahap pengumpulan data, analisis data, dan penyajian hasil analisis data.

1.7.1 Metode Pengumpulan Data

  Objek penelitian ini adalah register kereta api. Objek berada dalam data yang berupa tuturan. Data yang dikumpulkan adalah berupa tuturan yang mengandung register kereta api. Pengumpulan data dilakukan dengan metode simak di lapangan. Data diambil dari sebuah stasiun kereta api yang berada di wilayah Jebres, Surakarta. Data berupa tuturan yang digunakan oleh para pekerja pada stasiun tersebut. Metode simak adalah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan menyimak langsung penggunaan bahasa (Sudaryanto, 1993 : 133). Teknik yang digunakan dalam tahap pengumpulan data adalah dengan mengamati dan mencatat data berupa istilah atau register kereta api. Data yang terkumpul kemudian diklasifikasikan berdasarkan kategori dan jenisnya. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah simak dan catat.

  Peneliti menyimak penggunaan register kereta api dalam stasiun kereta api, kemudian mencatat data register. Teknik ini digunakan untuk mempermudah peneliti dalam mengklasifikasikan data yang diperoleh dan kemudian diartikan sesuai kebutuhan.

1.7.2 Metode dan Teknik Analisis Data

  Data yang telah diklasifikasikan, kemudian langkah yang kedua adalah menganalisis data tersebut. Data dianalisis dengan menggunakan metode padan, yaitu metode yang alat penentunya di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa (langue) yang bersangkutan. Dengan kata lain, metode padan adalah metode yang menggunakan alat penentu referen, organ wicara, langue lain, tulisan, dan mitra wicara (Sudaryanto, 1993 : 13-14).

  Penelitian ini menggunakan analisis metode padan referensial dan metode padan pragmatis. Metode padan referensial adalah metode yang alat penentunya ialah kenyataan yang ditunjuk oleh bahasa atau referent bahasa. Referent (referen) atau apa yang dibicarakan, organ wicara atau mulut beserta dengan bagian- bagiannya, tulisan, dan orang yang menjadi mitra wicara, jelas, kesemuanya bukanlah bahasa. Contohnya, bila orang sampai kepada suatu penentuan bahwa nomina yang sering juga disebut “kata benda”itu adalah kata yang menunjuk pada atau menyebabkan benda-benda dan verba yang disebut “kata kerja” ialah kata yang menyatakan tindakan tertentu. Dengan kata lain, dalam sebuah pembicaraan antara mitra bicara dengan lawan bicara bisa menimbulkan referen (Sudaryanto, 1993 : 13-14).

  Metode padan pragmatis adalah metode yang alat penentunya mitra wicara. Contohnya, bila orang sampai kepada penentuan bahwa kalimat perintah ialah kalimat yang bila diucapkan menimbulkan reaksi tindakan tertentu dari mitra wicaranya (Sudaryanto, 1993 : 14-15). Misalnya dalam contoh (5) di atas :

  (5) Mohon bantuan untuk mempersiapkan bancik-bancik, untuk kereta yang akan segera masuk. Dalam contoh di atas adalah register yang dipakai oleh KS (Kepala Stasiun) kepada bagian PKSt dan disampaikan secara lisan. Dari pembicaraan itu, bagian PKSt mempunyai referen untuk mempersiapkan bancik-bancik untuk penumpang kereta yang akan segera masuk.

1.7.3 Metode Penyajian Hasil Analisis Data

  Data yang sudah dianalisis, selanjutnya disajikan dalam bentuk penyajian hasil analisis data. Hasil analisis data dalam penelitian ini disajikan dengan metode formal dan informal. Metode informal disajikan dengan menggunakan kata-kata biasa yaitu kata-kata yang bersifat denotatif, sedangkan metode formal disajikan dengan memanfaatkan berbagai lambang, tanda, dan sejenisnya (Sudaryanto, 1993 : 145).

1.8 Sistematika Penyajian

  Sistematika dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut. Laporan penelitian ini terbagi menjadi empat bab. Bab I berisi tentang latar belakang masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metodologi penelitian, dan sistematika penyajian. Bab II berisi tentang analisis medan dan pelibat register kereta api. Bab III berisi tentang analisis sarana register kereta api. Bab IV berisi penutup, yang terdiri dari kesimpulan penelitian dan saran.

BAB II KATA-KATA KHUSUS DALAM REGISTER KERETA API Hasil penelitian tentang register kereta api, peneliti menemukan kata-kata

  khusus yang ada dalam register kereta api dan dikelompokkan menurut alfabetis, seperti yang ada di bawah ini :

  1. Anjlok : roda kereta keluar dari rel. Kata anjlok biasa digunakan dalam bidang PJR (Petugas Jalan Rel). Dalam

  KBBI, kata anjlok berarti meloncat ke bawah dari tempat ketinggian (dengan posisi kedua kaki sebagai tumpuan).

  2. Balas, amblesan : batuan-batuan kecil sebagai penahan bantalan. Kata balas, amblesan biasa digunakan dalam bidang PJR (Petugas Jalan

  Rel). Dalam KBBI, balas berarti reaksi; ganjaran sedangkan amblesan berarti tenggelam; turun ke dalam tanah.

  3. Bancik-bancik : tangga kecil untuk membantu penumpang ketika akan naik atau turun kereta.

  Kata bancik-bancik, biasa digunakan dalam PKSt (Petugas Kebersihan Stasiun). Dalam KBBI, bancik-bancik berarti kuda-kuda dari kayu yang menahan berat gendang, biasanya berbentuk seperti dua huruf x yang dihubungkan dengan titik silangnya.

  4. Bantalan rel : kayu atau besi atau beton yang digunakan untuk landasan rel.

  Kata bantalan rel, biasa digunakan dalam PJR (Petugas Jalan Rel). Dalam KBBI, bantalan berarti barang yang menyerupai bantal (seperti balok ganjal rel kereta api).

  5. Depo : tempat penyimpanan barang, tempat perbaikan dan perawatan lokomotif, kereta, dan gerbong bila mengalami kerusakan.

  Kata depo, adalah sebuah tempat tetapi biasa digunakan dalam bidang depo itu sendiri.

  6. Emplasemen : tempat terbuka / tanah lapang yang disediakan untuk perangkat penunjang operasional PT Kereta Api berupa bangunan, jaringan sepur-sepur, rel berikut sistem wesel, dll. Kata emplasemen, adalah sebuah tempat. Biasa digunakan dalam bidang

  PKSt, karena itu menjadi bagian tanggung jawab PKSt. Dalam KBBI, emplasemen mempunyai arti tempat terbuka atau tanah lapang yang disediakan untuk jawatan atau satuan bangunan (seperti tanah lapang di dekat stasiun untuk kepentingan jawatan kereta api).

  7. Gandar : sumbu, poros. Kata gandar biasa digunakan dalam bidang depo. Kata itu digunakan waktu pemeriksaan lokomotif atau kereta. Dalam KBBI, gandar berarti tongkat untuk memikul; pikulan.

  8. Gerbong : wagon kereta (untuk orang atau barang). Kata gerbong biasa digunakan dalam bidang depo, tetapi biasa juga digunakan bidang PPKA waktu pangumuman pada penumpang.

  9. Karcis : surat kecil (carik kertas khusus sebagai tanda telah membayar ongkos. Kata karcis biasa digunakan dalam bidang PBD, loket, dan kondektur.

  10. KBD : kartu identitas yang hanya dimiliki oleh kelurga karyawan kereta api.

  Kata KBD itu adalah sebuah kartu identitas. Biasa digunakan oleh penumpang yang mempunyai kartu tersebut dan kondektur pada waktu pemeriksaan.

  11. Kepala stasiun : seorang pegawai yang menguasai atau untuk sementara menguasai stasiun dan disamping itu juga bertanggungjawab atas urusan perjalanan kereta api dan urusan langsir seluas-luasnya, jika kepadanya tidak diperbantukan seorang Pemimpin perjalanan kereta api atau seorang Pengawas peron.

  12. Kereta ketel : kereta khusus untuk mengangkut BBM Pertamina, baik itu berupa kerosin, premium, dan solar.

  Kereta ketel adalah sebuah kereta khusus. Penyebutan kereta ini biasa digunakan dalam bidang PPKA dan depo. Ketel dalam KBBI, berarti kuali besi untuk menanak nasi; tangki di kapal, loko, dan sebagainya, untuk memanaskan air yang tenaga uapnya dipakai untuk menggerakkan mesin. Dalam kereta api, kereta ketel itu sebutan untuk kereta angkutan BBM Pertamina.

  13. Kondektur : pegawai yang memeriksa karcis atau menarik ongkos.

  14. Langsir : pekerjaan menyusun rangkaian kereta api yang akan berangkat atau memisah-misahkan rangkaian kereta api yang datang, begitu pula pekerjaan memindah-mindahkan gerbong-gerbong, kereta- kereta dan lain-lain jenis material dari suatu tempat ke lain tempat emplasemen.

  Kata langsir biasa digunakan dalam bidang PJL (Petugas Juru Langsir) dan PPKA. Dalam KBBI, langsir berarti mengatur sambil menggandeng-gandengkan gerbong kereta api.

  15. Lokomotif : kepala kereta api. Kata lokomotif biasa digunakan dalam bidang PJL dan depo.

  16. Masinis : orang yang menjalankan atau mesin, juru mesin.

  17. Ngeloks : mengemudikan loko kereta api. Kata ngeloks ini, adalah istilah yang dipakai antar sesama masinis dalam menjalankan tugasnya sebagai masinis.

  18. Negatif check : pengecekan untuk mengetahui kelainan peralatan sinyal.

  Kata negatif check , dalam KBBI tidak ada arti khusus karena kata ini hanya ada dalam istilah perkeretaapian. Kata ini biasa dipakai dalam bidang sintel dan PPKA.

  19. Overhaul : pemeliharaan besar, biasa dilakukan setahun sekali. Kata ini dalam KBBI tidak ada arti khusus, karena kata ini hanya ada dalam istilah perkeretaapian. Kata ini biasa digunakan dalam bidang depo.

  20. PBD : salah satu bagian stasiun yang mengurusi perbendaharaan stasiun termasuk tiket.

  21. Peron : pelataran (halaman) pada stasiun kereta api, tempat penumpang menunggu atau tampat naik turun dari kereta.

  Kata peron biasa digunakan dalam bidang PKSt dan artinya salam dalam KBBI.

  22. Persilangan / kress: kereta yang bersilang dalam dua jalur yang akhirnya bertemu di jalur yang sama sehingga salah satu kereta harus mengalah. Kata persilangan / kress dalam KBBI tidak ada artinya khusus karena kata ini hanya ada dalam istilah perkeretaapian. Kata ini biasa digunakan dalam bidang

  PJR (Petugas Jalan Rel).

  23. Pintu perlintasan : pintu yang mengamankan kereta api dari angkutan umum jalan raya atau pembatas antara kereta api dengan angkutan umum jalan raya yang lain. Pintu perlintasan disebut juga dengan pintu palang kereta api.

  Kata perlintasan sendiri dalam KBBI, berarti peralihan sedangkan pintu berarti tempat untuk keluar masuk. Jadi kalau diartikan secara perkeretaapian, tidak sesuai. Pintu perlintasan adalah istilah yang biasa dipakai dalam bidang PJR.

  24. PKSt : bagian dari stasiun yang bertugas mengurusi kebersihan stasiun, dengan anak buah porter.

  25. PPKA : seorang pegawai di stasiun atau di pos yang tidak termasuk lingkungan salah satu stasiun, yang diserahi tugas melakukan segala tindakan untuk menjamin keamanan dan ketertiban perjalanan kereta api dan segala sesuatu yang langsung bersangkutan dengan itu.

  26. Regelmen : aturan yang harus ditaati oleh anggota.

  27. Rumah sinyal : sebuah bangunan yang dibangun secara khusus untuk pengaturan sinyal, biasanya terletak agak jauh dari stasiun.

  Kata rumah sinyal dalam KBBI tidak ada artinya, karena istilah ini hanya ada dalam kereta api. Kata ini biasa dipakai dalam bidang sintel.

  28. Semboyan : suatu benda atau suara yang mempunyai arti atau maksud menurut bunyi, wujud, dan warnanya, tetapi tidak menurut tulisan atau angka yang dapat terbaca pada benda itu.

  29. Sepur : jalur, kereta api.

  30. Sinyal masuk : sinyal utama yang dapat memperlihatkan tanda memberi izin atau melarang kereta api masuk stasiun.

  Kata sinyal masuk dalam KBBI tidak ada artinya khusus karena kata ini hanya ada dalam istilah perkeretaapian. Kata ini biasa digunakan dalam bidang sintel.

  31. Stabling : kereta dalam keadaan berhenti, baik menunggu persilangan atau menunggu pemberangkatan atau memang sudah selesai tugas. Kata stabling dalam KBBI tidak ada artinya khusus karena kata ini hanya ada dalam istilah perkeretaapian. Kata ini biasa digunakan dalam bidang PJL dan

  PPKA.

  32. Stasiun : tempat tunggu bagi bagi calon penumpang kereta api, tempat pemberhentian dan pemberangkatan kereta api.

  33. Teknisi : ahli teknik.

  34. Tiket suplisi : tiket yang yang diberikan oleh kondektur pada penumpang yang kedapatan tidak mempunyai tiket dan harus membeli tiket di atas kereta api (pada waktu perjalanan) dan biasanya penumpang dikenakan biaya dua kali harga tiket.

  Kata tiket suplisi dalam KBBI tidak ada artinya khusus karena kata ini hanya ada dalam istilah perkeretaapian. Kata ini biasa digunakan dalam bidang kondektur 35. Tingkapan blok ke : sinyal pemberangkatan kereta api.

  Kata tingkapan blok ke dalam KBBI tidak ada artinya khusus karena kata ini hanya ada dalam istilah perkeretaapian. Kata ini biasa digunakan dalam bidang sintel.

  36. Tingkapan sepur tunggal : pemberitahuan untuk memberi rasa aman pada kereta yang akan masuk atau keluar stasiun.

  Kata tingkapan sepur tunggal dalam KBBI tidak ada artinya khusus karena kata ini hanya ada dalam istilah perkeretaapian. Kata ini biasa digunakan dalam bidang sintel.

  37. Transmisi hidromekanik : sebuah transmisi yang menggunakan prinsip kerja hidrolik dan mekanik.

  Kata transmisi hidromekanik dalam KBBI tidak ada artinya khusus karena kata ini hanya ada dalam istilah perkeretaapian. Kata ini biasa digunakan dalam bidang depo.

  38. Troubel : memperbaiki loko yang rusak. Kata troubel dalam KBBI tidak ada artinya khusus karena kata ini hanya ada dalam istilah perkeretaapian. Dalam bahasa inggris artinya rusak, sehingga untuk dipakai dalam perkeretaapian tidak sesuai. Kata tersebut diguanakan dalam bidang depo.

  39. Warta kereta : sebuah buku yang berisi tentang pemberitahuan bahwa kereta aman dan meminta kereta berangkat. Kata warta dalam KBBI berarti kabar; berita. Arti dalam perkeretaapian berbeda, karena itu kata ini hanya ada dalam perkeretaapian. Kata ini biasa digunakan dalam bidang PPKA.

  40. Wesel : rel pemindah jalur kereta api. Kata wesel dalam KBBI berarti surat pos untuk mengirimkan uang sedangkan dalam perkeretaapian berarti rel pemindah jalur, karena itu kata ini hanya ada dalam perkeretaapian. Kata ini biasa digunakan dalam bidang sintel.

BAB III KAITAN PENGGUNAAN REGISTER TERHADAP MEDAN, PELIBAT, DAN SARANA III. 1. MEDAN DAN PELIBAT III. 1.1 Pengantar Medan dalam register menunjuk pada hal yang sedang terjadi, pada sifat

  tindakan sosial yang sedang berlangsung: apa yang sesungguhnya yang sedang disibukkan oleh para pelibat, yang di dalamnya bahasa ikut serta sebagai unsur pokok tertentu. Bisa juga medan arti rampatnya yaitu perihal sesuatu. (Halliday, 1992 : 16-33)

  Mengarah pengertian yang dijelaskan oleh Halliday di atas, dapat disimpulkan medan adalah perihal tentang sesuatu yang menjadi konteks yang dilakukan oleh para pelibat, yang di dalamnya bahasa ikut serta sebagai unsur pokok.