2.1. Konsep Perencanaan Bidang Cipta Karya - DOCRPIJM 1508994977BAB 2 Konsep Perencanaan Bidang Cipta Karya fiks
PEMERINTAH KABUPATEN MAROS
PENYUSUNAN RPI2-JM TAHUN 2014
Dalam rangka mewujudkan kawasan permukiman yang layak huni dan
berkelanjutan, konsep perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta
Karya disusun dengan berlandaskan pada berbagai peraturan perundangan
dan amanat perencanaan pembangunan. Untuk mewujudkan keterpaduan
pembangunan
permukiman,
Pemerintah
Pusat,
Provinsi,
dan
Kabupaten/Kota perlu memahami arahan kebijakan tersebut, sebagai dasar
perencanaan, pemrograman, dan pembiayaan pembangunan Bidang Cipta
Karya.
Gambar 2.1 memaparkan konsep perencanaan pembangunan infrastruktur
Bidang Cipta Karya, yang membagi amanat pembangunan infrastruktur
Bidang Cipta Karya dalam 4 (empat) bagian, yaitu amanat penataan
ruang/spasial, amanat
amanat
pembangunan
pembangunan nasional
Bidang
Pekerjaan
dan
direktif presiden,
Umum,
serta amanat
internasional.
Dalam pelaksanaannya, pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya
dihadapkan pada beberapa isu strategis, antara lain bencana alam,
perubahan iklim, kemiskinan, reformasi birokrasi, kepadatan penduduk
perkotaan, pengarusutamaan gender, serta green economy. Disamping isu
umum, terdapat juga permasalahan dan potensi pada masing- masing
daerah, sehingga dukungan seluruh stakeholders pada penyusunan RPI2JM Bidang Cipta Karya sangat diperlukan.
LAPORAN AKHIR
KABUPATEN MAROS TAHUN 2015-2019
2.1. Konsep Perencanaan Bidang Cipta Karya
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM)
Bab II
II-1
PEMERINTAH KABUPATEN MAROS
PENYUSUNAN RPI2-JM TAHUN 2014
Gambar 2.1. Konsep Perencanaan Pembangunan Infrastruktur Bidang
2.2. Amanat Pembangunan Nasional Terkait Bidang Cipta Karya
Infrastruktur permukiman memiliki fungsi strategis dalam pembangunan
nasional karena turut berperan serta dalam mendorong pertumbuhan
ekonomi, mengurangi angka kemiskinan, maupun menjaga kelestarian
lingkungan. Oleh sebab itu, Ditjen Cipta Karya berperan penting dalam
implementasi amanat kebijakan pembangunan nasional.
2.2.1. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025
RPJPN 2005-2025 yang ditetapkan melalui UU No. 17 Tahun 2007,
merupakan dokumen perencanaan pembangunan jangka panjang sebagai
arah dan prioritas pembangunan secara menyeluruh yang akan dilakukan
secara bertahap dalam jangka waktu 2005-2025. Dalam dokumen tersebut,
ditetapkan bahwa Visi Indonesia pada tahun 2025 adalah “Indonesia yang
Mandiri,
Maju,
Adil
dan
Makmur”.
Dalam
penjabarannya
RPJPN
mengamanatkan beberapa hal sebagai berikut dalam pembangunan bidang
Cipta Karya, yaitu:
LAPORAN AKHIR
KABUPATEN MAROS TAHUN 2015-2019
Sumber: Direktorat Bina Program, 2014
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM)
Cipta Karya
II-2
PEMERINTAH KABUPATEN MAROS
PENYUSUNAN RPI2-JM TAHUN 2014
a. Dalam
mewujudkan
Indonesia
yang
berdaya
saing
maka
pembangunan dan penyediaan air minum dan sanitasi diarahkan untuk
mewujudkan terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat serta kebutuhan
sektor-sektor
terkait
lainnya,
transportasi,
pariwisata,
dan
seperti
jasa
industri, perdagangan,
sebagai
upaya
mendorong
pertumbuhan ekonomi. Pemenuhan kebutuhan tersebut dilakukan
melalui pendekatan tanggap kebutuhan (demand responsive approach)
dan
pendekatan
terpadu
dengan
sektor sumber daya alam dan
lingkungan hidup, sumber daya air, serta kesehatan.
pembangunan
yang
lebih
merata
dan
berkeadilan maka Pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat yang
berupa air minum dan sanitasi diarahkan pada (1) peningkatan kualitas
pengelolaan aset (asset management) dalam penyediaan air minum dan
sanitasi, (2) pemenuhan kebutuhan minimal air minum dan sanitasi dasar
bagi masyarakat, (3) penyelenggaraan pelayanan air minum dan sanitasi
yang kredibel dan profesional, dan (4) penyediaan sumber-sumber
pembiayaan murah dalam pelayanan air minum dan sanitasi bagi
masyarakat miskin.
c. Salah satu sasaran dalam mewujudkan pembangunan yang lebih merata
dan berkeadilan adalah terpenuhinya kebutuhan hunian yang dilengkapi
dengan
prasarana
dan
sarana
pendukungnya
bagi seluruh
masyarakat untuk mewujudkan kota tanpa permukiman kumuh. Peran
pemerintah
akan
lebih
difokuskan
pada
perumusan
kebijakan
pembangunan sarana dan prasarana, sementara peran swasta dalam
penyediaan sarana dan prasarana akan makin ditingkatkan terutama
untuk proyek-proyek yang bersifat komersial.
d. Upaya perwujudan kota tanpa permukiman kumuh dilakukan pada setiap
tahapan RPJMN, yaitu:
RPJMN ke 2 (2010-2014): Daya saing perekonomian
ditingkatkan melalui percepatan pembangunan infrastruktur dengan
lebih meningkatkan kerjasama antara pemerintah dan dunia usaha
dalam pengembangan perumahan dan permukiman.
LAPORAN AKHIR
KABUPATEN MAROS TAHUN 2015-2019
mewujudkan
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM)
b. Dalam
II-3
PEMERINTAH KABUPATEN MAROS
PENYUSUNAN RPI2-JM TAHUN 2014
RPJMN ke 3 (2015-2019): Pemenuhan kebutuhan hunian bagi
seluruh masyarakat terus meningkat karena didukung oleh sistem
pembiayaan perumahan jangka panjang dan berkelanjutan, efisien,
dan akuntabel. Kondisi itu semakin mendorong terwujudnya kota
tanpa permukiman kumuh.
RPJMN ke 4 (2020-2024): terpenuhinya kebutuhan hunian yang
dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung sehingga
terwujud kota tanpa permukiman kumuh.
2010 menyebutkan bahwa infrastruktur merupakan salah satu prioritas
pembangunan nasional untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan sosial
yang berkeadilan dengan mendorong partisipasi masyarakat Dalam rangka
pemenuhan hak dasar untuk tempat tinggal dan lingkungan yang layak
sesuai dengan UUD
1945
Pasal 28H, pemerintah
memfasilitasi
penyediaan perumahan bagi masyarakat berpendapatan rendah serta
memberikan
dukungan
penyediaan
prasarana
dan
sarana
dasar
permukiman, seperti air minum, air limbah, persampahan dan drainase.
Dokumen RPJMN juga menetapkan sasaran pembangunan infrastruktur
permukiman pada periode 2010-2014, yaitu:
a. Tersedianya akses air minum bagi 70 % penduduk pada akhir tahun
2014, dengan perincian akses air minum perpipaan 32 persen dan
akses air minum non-perpipaan terlindungi 38 %.
b. Terwujudnya kondisi Stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS) hingga
akhir tahun 2014, yang ditandai dengan tersedianya akses terhadap
sistem pengelolaan air limbah terpusat (off-site) bagi 10% total
penduduk, baik melalui sistem pengelolaan air limbah terpusat skala kota
sebesar 5% maupun sistem pengelolaan air limbah
komunal
sebesar
5
%
serta
terpusat
skala
penyediaan akses dan peningkatan
kualitas sistem pengelolaan air limbah setempat (on-site) yang layak bagi
90 % total penduduk.
LAPORAN AKHIR
KABUPATEN MAROS TAHUN 2015-2019
RPJMN 2010-2014 yang ditetapkan melalui Peraturan Presiden No. 5 Tahun
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM)
2.2.2. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-2014
II-4
PEMERINTAH KABUPATEN MAROS
PENYUSUNAN RPI2-JM TAHUN 2014
c.
Tersedianya akses terhadap pengelolaan sampah bagi 80 % rumah
tangga di daerah perkotaan.
d. Menurunnya luas genangan sebesar 22.500 Ha di 100 kawasan strategis
perkotaan.
Untuk mencapai sasaran tersebut maka kebijakan pembangunan diarahkan
untuk meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap layanan air minum
dan sanitasi yang memadai, melalui:
a. menyediakan perangkat peraturan di tingkat Pusat dan/atau Daerah,
meningkatkan
prioritas
pembangunan
prasarana
dan
sarana
air
minum,
permukiman,
d. meningkatkan
kinerja
manajemen
penyelenggaraan
penanganan air limbah, dan pengelolaan persampahan,
e. meningkatkan sistem perencanaan pembangunan air minum dan
sanitasi,
f.
meningkatkan cakupan pelayanan prasarana permukiman,
g. Meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai pentingnya perilaku
hidup bersih dan sehat (PHBS),
h. Mengembangkan alternatif sumber pendanaan bagi pembangunan
infrastruktur,
i.
meningkatkan keterlibatan masyarakat dan swasta,
j.
mengurangi
volume
air
limpasan,
melalui
penyediaan
bidang
resapan.
2.2.3. Masterplan
Percepatan
dan
Perluasan
Pembangunan
Ekonomi Indonesia
Dalam
rangka
transformasi
ekonomi
menuju
negara
maju
dengan
pertumbuhan ekonomi 7-9 persen per tahun, Pemerintah menyusun MP3EI
LAPORAN AKHIR
KABUPATEN MAROS TAHUN 2015-2019
c.
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM)
b. memastikan ketersediaan air baku air minum,
II-5
PEMERINTAH KABUPATEN MAROS
PENYUSUNAN RPI2-JM TAHUN 2014
yang ditetapkan melalui Perpres No. 32 Tahun 2011. Dalam dokumen
tersebut pembangunan setiap koridor ekonomi dilakukan sesuai tema
pembangunan masing-masing dengan prioritas pada kawasan
investasi
(KPI
MP3EI).
Ditjen
Cipta
perhatian
Karya diharapkan dapat
mendukung penyediaan infrastruktur permukiman pada KPI Prioritas untuk
menunjang kegiatan ekonomi di kawasan tersebut. Kawasan Perhatian
Investasi atau KPI dalam MP3EI adalah adalah satu atau lebih kegiatan
ekonomi atau sentra produksi yang terikat atau terhubung dengan satu atau
lebih faktor konektivitas dan SDM IPTEK. Pendekatan KPI dilakukan untuk
yang sama.
2.2.4. Masterplan
Percepatan
dan
Perluasan
Pengentasan
Kemiskinan Indonesia
Sesuai dengan agenda RPJMN 2010-2014, pertumbuhan ekonomi perlu
diimbangi
dengan
upaya
pembangunan
yang
inklusif
dan
berkeadilan. Untuk itu, telah ditetapkan MP3KI dimana semua upaya
penanggulangan kemiskinan diarahkan untuk mempercepat laju penurunan
LAPORAN AKHIR
KABUPATEN MAROS TAHUN 2015-2019
atau sentra produksi yang terikat dengan faktor konektivitas dan SDM IPTEK
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM)
mempermudah identifikasi, pemantauan, dan evaluasi atas kegiatan ekonomi
II-6
PEMERINTAH KABUPATEN MAROS
PENYUSUNAN RPI2-JM TAHUN 2014
angka kemiskinan dan memperluas jangkauan penurunan tingkat kemiskinan
di semua daerah dan di semua kelompok masyarakat. Dalam mencapai misi
penanggulangan kemiskinan pada tahun 2025, MP3KI bertumpu pada
sinergi dari tiga strategi utama, yaitu:
a. Mewujudkan sistem perlindungan sosial nasional yang menyeluruh,
terintegrasi,dan mampu melindungi masyarakat dari kerentanan dan
goncangan,
b. Meningkatkan pelayanan dasar bagi penduduk miskin dan rentan
terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan dasar
dan
meningkatkan kualitas sumberdaya manusia di masa mendatang,
c.
Mengembangkan penghidupan berkelanjutan (sustainable livelihood)
masyarakat miskin dan rentan melalui berbagai kebijakan dan dukungan
di tingkat lokal dan regional dengan memperhatikan aspek.
Kementerian Pekerjaan Umum, khususnya Ditjen Cipta Karya, berperan
penting dalam pelaksanaan MP3KI, terutama terkait dengan pelaksanaan
program pemberdayaan masyarakat (PNPM- Perkotaan/P2KP, PPIP,
Pamsimas, Sanimas dsb) serta Program Pro Rakyat.
2.2.5. Kawasan Ekonomi Khusus
UU No. 39 Tahun 2009 menjelaskan bahwa Kawasan Ekonomi Khusus
adalah kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan
fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu. KEK dikembangkan
melalui penyiapan kawasan yang memiliki keunggulan geoekonomi dan
geostrategi dan berfungsi untuk menampung kegiatan industri, ekspor,
impor, dan kegiatan ekonomi lain yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan daya
saing internasional. Di samping zona ekonomi, KEK juga dilengkapi zona
fasilitas pendukung dan perumahan bagi pekerja. Ditjen Cipta Karya dalam
hal ini diharapkan dapat mendukung infrastruktur permukiman pada kawasan
tersebut sehingga menunjang kegiatan ekonomi di KEK.
LAPORAN AKHIR
KABUPATEN MAROS TAHUN 2015-2019
dapat
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM)
sehingga
II-7
PEMERINTAH KABUPATEN MAROS
PENYUSUNAN RPI2-JM TAHUN 2014
2.2.6. Direktif Presiden Program Pembangunan Berkeadilan
Dalam Inpres No. 3 Tahun 2010, Presiden RI mengarahkan seluruh
Kementerian, Gubernur, Walikota/Bupati, untuk menjalankan program
pembangunan berkeadilan yang meliputi Program pro rakyat, Keadilan untuk
semua, dan Program Pencapaian MDGs. Ditjen Cipta Karya memiliki
peranan penting dalam pelaksanaan Program Pro Rakyat terutama program
air bersih untuk rakyat dan program peningkatak\n kehidupan
masyarakat
perkotaan. Sedangkan dalam pencapaian MDGs, Ditjen Cipta Karya
peningkatan
akses pelayanan air minum dan sanitasi
yang layak serta pengurangan permukiman kumuh.
2.3. Peraturan Perundangan Bidang PU/Cipta Karya
Ditjen Cipta Karya dalam melakukan tugas dan fungsinya selalu dilandasi
peraturan perundangan yang terkait dengan bidang Cipta Karya, antara lain
UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman,
UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, UU No. 7 tahun 2008
tentang Sumber Daya Air, dan UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Persampahan.
2.3.1. UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman
UU Perumahan dan Kawasan Permukiman membagi tugas dan kewenangan
Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota.
Pemerintah
Kabupaten/Kota
dalam
penyelenggaraan
permukiman
mempunyai tugas:
a. Menyusun dan melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat
kabupaten/kota di bidang perumahan dan kawasan permukiman dengan
berpedoman pada kebijakan dan strategi nasional dan provinsi.
b. Menyusun
dan
rencana
pembangunan
dan
pengembangan
perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
LAPORAN AKHIR
KABUPATEN MAROS TAHUN 2015-2019
dalam
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM)
berperan
II-8
PEMERINTAH KABUPATEN MAROS
PENYUSUNAN RPI2-JM TAHUN 2014
c.
Menyelenggarakan
fungsi
operasionalisasi
dan
koordinasi
terhadap pelaksanaan kebijakan kabupaten/kota dalam penyediaan
rumah, perumahan, permukiman, lingkungan hunian, dan kawasan
permukiman.
d. Melaksanakan
pengawasan
dan
pengendalian
terhadap
pelaksanaan peraturan perundang-undangan, kebijakan, strategi, serta
program di bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat
kabupaten/kota.
Melaksanakan
melaksanakan
peraturan
perundang-undangan serta
kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan
permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
g. Melaksanakan peningkatan kualitas perumahan dan permukiman.
h. Melaksanakan
kebijakan
dan
strategi
provinsi
dalam
penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman berpedoman
pada kebijakan nasional.
i.
Melaksanakan pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum
perumahan dan kawasan permukiman.
j.
Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional dan provinsi
di
bidang
perumahan
dan
kawasan
permukiman pada tingkat
kabupaten/kota.
k.
Menetapkan lokasi Kasiba dan Lisiba.
Adapun
wewenang
Pemerintah
Kabupaten/Kota
dalam
menjalankan
tugasnya yaitu:
a. Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan
permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
b. Menyusun
bidang
dan
menyempurnakan
perumahan
dan
peraturan
kawasan
perundang-undangan
permukiman
pada
tingkat
kabupaten/kota.
LAPORAN AKHIR
KABUPATEN MAROS TAHUN 2015-2019
f.
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM)
e. Melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat kabupaten/kota.
II-9
PEMERINTAH KABUPATEN MAROS
PENYUSUNAN RPI2-JM TAHUN 2014
c.
Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan dan
kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
d. Melaksanakan
sinkronisasi
dan
sosialisasi
peraturan
perundang-
undangan serta kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan dan
kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
e. Mencadangkan
atau
menyediakan
tanah
untuk
pembangunan
perumahan dan permukiman bagi MBR.
f.
Menyediakan prasarana dan sarana pembangunan perumahan bagi
MBR pada tingkat kabupaten/kota.
sama
pada
tingkat
kabupaten/kota
antara
pemerintah kabupaten/kota dan badan hukum dalam penyelenggaraan
perumahan dan kawasan permukiman.
h. Menetapkan
lokasi
perumahan
dan
permukiman
sebagai
perumahan kumuh dan permukiman kumuh pada tingkat kabupaten/kota.
i.
Memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan
permukiman kumuh pada tingkat kabupaten/kota.
Di samping mengatur tugas dan wewenang, UU ini juga mengatur
penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman, pemeliharaan dan
perbaikan, pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan
kumuh dan permukiman kumuh, penyediaan tanah pendanaan dan
pembiayaan, hak kewajiban dan peran masyarakat.
UU ini mendefinisikan permukiman kumuh sebagai permukiman yang tidak
layak huni karena ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan
yang tinggi, dan kualitas bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak
memenuhi syarat. Untuk itu perlu dilakukan upaya pencegahan, terdiri dari
pengawasan, pengendalian, dan pemberdayaan masyarakat, serta upaya
peningkatan kualitas permukiman, yaitu pemugaran, peremajaan, dan
permukiman kembali.
2.3.2. UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
Undang-Undang Bangunan Gedung menjelaskan bahwa penyelenggaraan
bangunan gedung adalah kegiatan pembangunan yang meliputi proses
perencanaan
teknis
dan
pelaksanaan
konstruksi,
serta
kegiatan
LAPORAN AKHIR
KABUPATEN MAROS TAHUN 2015-2019
kerja
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM)
g. Memfasilitasi
II-10
PEMERINTAH KABUPATEN MAROS
PENYUSUNAN RPI2-JM TAHUN 2014
pemanfaatan, pelestarian, dan pembongkaran. Setiap bangunan gedung
harus memenuhi persyaratan administratif dan persyaratan teknis sesuai
dengan
fungsi
bangunan
gedung. Persyaratan administratif meliputi
persyaratan status hak atas tanah, status kepemilikan bangunan gedung,
dan izin mendirikan bangunan. Sedangkan persyaratan teknis meliputi
persyaratan tata bangunan dan persyaratan keandalan bangunan gedung.
Persyaratan tata bangunan meliputi persyaratan peruntukan dan intensitas
bangunan
gedung,
arsitektur
bangunan
gedung,
dan
persyaratan
pengendalian dampak lingkungan, yang ditetapkan melalui Rencana Tata
berikut:
a. keseimbangan,
keserasian,
dengan lingkungannya harus
dan
keselarasan
bangunan
gedung
mempertimbangkan terciptanya ruang
luar bangunan gedung, ruang terbuka hijau yang seimbang, serasi, dan
selaras dengan lingkungannya. Di samping itu, sistem penghawaan,
pencahayaan,
dan
mempertimbangkan
pengkondisian
prinsip-prinsip
udara
dilakukan
penghematan
dengan
energi
dalam
bangunan gedung (amanat green building).
b. Bangunan gedung dan lingkungannya yang ditetapkan sebagai cagar
budaya
dilindungi
sesuai
dengan
dan
dilestarikan.
perlindungan,
serta
peraturan
perundang-undangan harus
Pelaksanaan
pemeliharaan
atas
perbaikan,
bangunan
pemugaran,
gedung
dan
lingkungannya hanya dapat dilakukan sepanjang tidak mengubah nilai
dan/atau karakter cagar budaya yang dikandungnya.
c.
Penyediaan fasilitas dan aksesibilitas bagi penyandang cacat dan lanjut
usia merupakan keharusan bagi semua bangunan gedung.
2.3.3. UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
UU Sumber Daya Air pada dasarnya mengatur pengelolaan sumber daya air,
termasuk didalamnya pemanfaatan untuk air minum. Dalam hal ini, negara
menjamin hak setiap orang untuk mendapatkan air bagi kebutuhan pokok
minimal sehari-hari guna memenuhi kehidupannya yang sehat, bersih, dan
produktif.
LAPORAN AKHIR
KABUPATEN MAROS TAHUN 2015-2019
Disamping itu, peraturan tersebut juga mengatur beberapa hal sebagai
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM)
Bangunan dan Lingkungan (RTBL).
II-11
PEMERINTAH KABUPATEN MAROS
PENYUSUNAN RPI2-JM TAHUN 2014
Pemenuhan kebutuhan air baku untuk air minum rumah tangga dilakukan
dengan pengembangan sistem penyediaan air minum dimana Badan usaha
milik negara dan/atau badan usaha milik daerah menjadi penyelenggaranya.
Air minum rumah tangga tersebut merupakan air dengan standar dapat
langsung diminum tanpa harus dimasak terlebih dahulu dan dinyatakan
sehat
menurut
hasil
pengujian
mikrobiologi Selain itu, diamanatkan
pengembangan sistem penyediaan air minum diselenggarakan secara
terpadu dengan pengembangan prasarana dan sarana sanitasi.
bertujuan
untuk
meningkatkan
kesehatan
masyarakat
dan
kualitas
lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya. Pengelolaan
sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga dilakukan
dengan
pengurangan
sampah,
dan
pengurangan sampah dilakukan dengan
penanganan
sampah.
Upaya
pembatasan timbulan sampah,
pendauran ulang sampah, dan pemanfaatan kembali sampah. Sedangkan
kegiatan penanganan sampah meliputi:
a. pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai
dengan jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah,
b. pengumpulan
dalam
bentuk
pengambilan
dan
pemindahan
sampah dari sumber sampah ke tempat penampungan sementara atau
tempat pengolahan sampah terpadu,
c.
pengangkutan
dalam
bentuk
membawa
sampah
dari
sumber
dan/atau dari tempat penampungan sampah sementara atau dari tempat
pengolahan
sampah
terpadu
menuju
ke
tempat pemrosesan
akhir,
d. pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik,komposisi, dan jumlah
sampah,
e. pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah
dan/atau residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan
secara aman.
LAPORAN AKHIR
KABUPATEN MAROS TAHUN 2015-2019
UU No. 18 Tahun 2008 menyebutkan bahwa pengelolaan sampah
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM)
2.3.4. UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah
II-12
PEMERINTAH KABUPATEN MAROS
PENYUSUNAN RPI2-JM TAHUN 2014
Undang-undang tersebut juga melarang pembuangan sampah secara
terbuka di tempat pemrosesan akhir. Oleh karena itu, Pemerintah
daerah
harus
menutup
tempat
pemrosesan
akhir
sampah
yang
menggunakan sistem pembuangan terbuka dan mengembangkan TPA
dengan sistem controlled landfill ataupun sanitary landfill.
2.3.5. UU No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun
Dalam memenuhi kebutuhan hunian yang layak, Ditjen Cipta Karya turut
serta dalam pembangunan Rusunawa yang dilakukan berdasarkan UU No.
20 Tahun 2011. Dalam undang-undang tersebut Rumah susun didefinisikan
gedung
bertingkat
yang
dibangun dalam suatu
lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara
fungsional, baik
dalam
arah horizontal maupun vertikal dan merupakan
satuan-satuan yang masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara
terpisah, terutama untuk tempat hunian yang dilengkapi dengan bagian
bersama, benda bersama, dan tanah bersama. Peraturan ini juga mengatur
perihal pembinaan, perencanaan, pembangunan, penguasaan, pemilikan,
dan
pemanfaatan,
pengelolaan,
peningkatan
kualitas,
pengendalian,
kelembagaan, tugas dan wewenang, hak dan kewajiban, pendanaan dan
sistem pembiayaan, dan peran masyarakat.
2.4. Amanat Internasional
Pemerintah Indonesia secara aktif terlibat dalam dialog internasional dan
perumusan
kesepakatan
bersama
di
bidang
permukiman. Beberapa
amanat internasional yang perlu diperhatikan dalam pengembangan
kebijakan dan program bidang Cipta Karya meliputi Agenda Habitat,
Konferensi
Rio+20,
Millenium
Development
Goals, serta Agenda
Pembangunan Pasca 2015.
2.4.1. Agenda Habitat
Pada tahun 1996, di Kota Istanbul Turki diselenggarakan Konferensi Habitat
II sebagai kelanjutan dari Konferensi Habitat I di Vancouver tahun 1976.
Konferensi
tersebut
menghasilkan
Agenda
Habitat,
yaitu
dokumen
kesepakatan prinsip dan sasaran pembangunan permukiman yang menjadi
panduan bagi negara-negara dunia dalam menciptakan permukiman yang
layak dan berkelanjutan.
LAPORAN AKHIR
KABUPATEN MAROS TAHUN 2015-2019
bangunan
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM)
sebagai
II-13
PEMERINTAH KABUPATEN MAROS
PENYUSUNAN RPI2-JM TAHUN 2014
Salah satu pesan inti yang menjadi komitmen negara-negara dunia,
termasuk Indonesia, adalah penyediaan tempat hunian yang layak bagi
seluruh masyarakat tanpa terkecuali, serta meningkatkan akses air minum,
sanitasi, dan pelayanan dasar terutama bagi masyarakat berpenghasilan
rendah dan kelompok rentan.
2.4.2. Konferensi Rio+20
Pada Juni 2012, di Kota Rio de Janeiro, Brazil, diselenggarakan KTT
Pembangunan Berkelanjutan atau lebih dikenal dengan KTT Rio+20.
global, regional, dan nasional. Dokumen memuat kesepahaman pandangan
terhadap masa depan yang diharapkan oleh dunia (common vision)
penguatan
komitmen
untuk
menuju
dan
pembangunan berkelanjutan
dengan memperkuat penerapan Rio Declaration 1992 dan Johannesburg
Plan of Implementation 2002.
Dalam dokumen The Future We Want, terdapat 3 (tiga) isu utama bagi
pelaksanaan pembangunan berkelanjutan, yaitu: (i) Ekonomi Hijau dalam
konteks pembangunan berkelanjutan dan pengentasan kemiskinan, (ii)
pengembangan kerangka kelembagaan pembangunan berkelanjutan tingkat
global, serta (iii) kerangka aksi dan instrumen pelaksanaan pembangunan
berkelanjutan. Kerangka aksi tersebut termasuk penyusunan Sustainable
Development Goals (SDGs) post-2015
pembangunan
berkelanjutan
yang
mencakup
3
pilar
secara inklusif, yang terinspirasi dari
penerapan Millennium Development Goals (MDGs). Bagi Indonesia,
dokumen
ini
pembangunan
akan
menjadi
nasional
rujukan
secara
konkrit,
dalam
pelaksanaan
termasuk
dalam
rencana
Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2014-2019, dan Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (2005-2025).
2.4.3. Millenium Development Goals
Pada tahun 2000, Indonesia bersama 189 negara lain menyepakati Deklarasi
Millenium sebagai bagian dari komitmen untuk
memenuhi tujuan dan
LAPORAN AKHIR
KABUPATEN MAROS TAHUN 2015-2019
menjadi arahan bagi pelaksanaan pembangunan berkelanjutan di tingkat
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM)
Konferensi tersebut menyepakati dokumen The Future We Want yang
II-14
PEMERINTAH KABUPATEN MAROS
PENYUSUNAN RPI2-JM TAHUN 2014
sasaran
pembangunan
millennium
(Millenium
Development
Goals).
Konsisten dengan itu, Pemerintah Indonesia telah mengarusutamakan
MDGs
dalam
pembangunan
sejak
tahap
perencanaan
sampai
pelaksanaannya sebagaimana dinyatakan dalam Rencana Pembangunan
Jangka Panjang 2005-2025, Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional 2010-2014 serta Rencana Kerja Tahunan berikut dokumen
penganggarannya.
Sesuai tugas dan fungsinya, Ditjen Cipta Karya memiliki kepentingan dalam
pemenuhan target 7C yaitu menurunkan hingga setengahnya proporsi rumah
cakupan pelayan air minum saat ini (2013) adalah 61,83%, sedangkan target
cakupan pelayanan adalah 68,87% yang perlu dicapai pada tahun 2015. Di
samping itu, akses sanitasi yang layak saat ini baru mencapai 58,60%, masih
kurang dibandingkan target 2015 yaitu 62,41%. Selain itu, Ditjen Cipta Karya
juga turut berperan serta dalam pemenuhan target 7D yaitu mencapai
peningkatan yang signifikan dalam
permukiman kumuh (minimal 100
kehidupan penduduk miskin di
juta) pada
tahun 2020. Pemerintah
Indonesia menargetkan luas permukiman kumuh 6%, padahal data terakhir
(2009) proporsi penduduk kumuh mencapai 12,57%.
Untuk memenuhi target MDGs di bidang permukiman, diperlukan perhatian
khusus dari seluruh pemangku kepentingan, baik di tingkat pusat maupun
daerah. Oleh
karena
itu, pemerintah kabupaten/kota perlu melakukan
optimalisasi kegiatan penyediaan infrastruktur permukiman dalam rangka
percepatan pencapaian target MDGs.
2.4.4. Agenda Pembangunan Pasca 2015
Pada Juli 2012, Sekjen PBB membentuk sebuah Panel Tingkat Tinggi untuk
memberi masukan kerangka kerja agenda pembangunan global pasca 2015.
Panel ini diketuai bersama oleh Presiden Indonesia, Bapak Susilo Bambang
Yudhoyono, Presiden Ellen Johnson Sirleaf dari Liberia, dan Perdana
Menteri David Cameron dari Inggris, dan beranggotakan 24 orang dari
berbagai negara. Pada Mei 2013, panel tersebut mempublikasikan
LAPORAN AKHIR
KABUPATEN MAROS TAHUN 2015-2019
fasilitas sanitasi dasar layak hingga tahun 2015. Di bidang air minum,
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM)
tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap sumber air minum layak dan
II-15
PEMERINTAH KABUPATEN MAROS
PENYUSUNAN RPI2-JM TAHUN 2014
laporannya kepada Sekretaris Jenderal PBB berjudul “A New Global
Partnership:
Eradicate
Poverty
and
Transform
Economies
Through
Sustainable Development”. Isinya adalah rekomendasi arahan kebijakan
pembangunan global pasca-2015 yang dirumuskan berdasarkan tantangan
pembangunan baru, sekaligus pelajaran yang diambil dari implementasi
MDGs.
Dalam dokumen tersebut, dijabarkan 12 sasaran indikatif pembangunan
global pasca 2015, sebagai berikut:
gender
c.
Menyediakan
pendidikan
yang
berkualitas
dan
pembelajaran
seumur hidup
d. Menjamin kehidupan yang sehat
e. Memastikan ketahanan pangan dan gizi yang baik
f.
Mencapai akses universal ke Air Minum dan Sanitasi
g. Menjamin energi yang berkelanjutan
h. Menciptakan lapangan kerja, mata pencaharian berkelanjutan, dan
pertumbuhan berkeadilan
i.
Mengelola aset sumber daya alam secara berkelanjutan
j.
Memastikan tata kelola yang baik dan kelembagaan yang efektif
k.
Memastikan masyarakat yang stabil dan damai
l.
Menciptakan sebuah lingkungan pemungkin global dan mendorong m.
pembiayaan jangka panjang
Dari sasaran indikatif tersebut, Ditjen Cipta karya berkepentingan dalam
pencapaian sasaran 6 yaitu mencapai akses universal ke air minum dan
sanitasi. Adapun target yang diusulkan dalam pencapaian sasaran tersebut
adalah:
a. Menyediakan akses universal terhadap air minum yang aman di rumah,
dan di sekolah, puskesmas, dan kamp pengungsi,
LAPORAN AKHIR
KABUPATEN MAROS TAHUN 2015-2019
b. Memberdayakan perempuan dan anak serta mencapai kesetaraan
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM)
a. Mengakhiri kemiskinan
II-16
PEMERINTAH KABUPATEN MAROS
PENYUSUNAN RPI2-JM TAHUN 2014
b. Mengakhiri buang air besar sembarangan dan memastikan akses
universal ke sanitasi di sekolah dan di tempat kerja, dan meningkatkan
akses sanitasi di rumah tangga sebanyak x%,
c.
Menyesuaikan kuantitas air baku (freshwater withdrawals) dengan
pasokan air minum,
serta meningkatkan efisiensi air untuk pertanian
sebanyak x%, industri sebanyak y% dan daerah-daerah perkotaan
sebanyak z%,
d. Mendaur ulang atau mengolah semua limbah cair dari daerah
tersebut juga
menekankan pentingnya kemitraan baik
secara global
maupun lokal antar pemangku kepentingan pembangunan. Kemitraan yang
dimaksud memiliki prinsip inklusif, terbuka, dan akuntabel dimana seluruh
pihak duduk bersama-sama untuk bekerja bukan tentang bantuan saja,
melainkan
juga
mendiskusikan
kerangka
kebijakan
untuk
mencapai
pembangunan berkelanjutan.
LAPORAN AKHIR
KABUPATEN MAROS TAHUN 2015-2019
Selain memperhatikan sasaran dan target indikatif, dokumen laporan
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM)
perkotaan dan dari industri sebelum dilepaskan.
II-17
PENYUSUNAN RPI2-JM TAHUN 2014
Dalam rangka mewujudkan kawasan permukiman yang layak huni dan
berkelanjutan, konsep perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta
Karya disusun dengan berlandaskan pada berbagai peraturan perundangan
dan amanat perencanaan pembangunan. Untuk mewujudkan keterpaduan
pembangunan
permukiman,
Pemerintah
Pusat,
Provinsi,
dan
Kabupaten/Kota perlu memahami arahan kebijakan tersebut, sebagai dasar
perencanaan, pemrograman, dan pembiayaan pembangunan Bidang Cipta
Karya.
Gambar 2.1 memaparkan konsep perencanaan pembangunan infrastruktur
Bidang Cipta Karya, yang membagi amanat pembangunan infrastruktur
Bidang Cipta Karya dalam 4 (empat) bagian, yaitu amanat penataan
ruang/spasial, amanat
amanat
pembangunan
pembangunan nasional
Bidang
Pekerjaan
dan
direktif presiden,
Umum,
serta amanat
internasional.
Dalam pelaksanaannya, pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya
dihadapkan pada beberapa isu strategis, antara lain bencana alam,
perubahan iklim, kemiskinan, reformasi birokrasi, kepadatan penduduk
perkotaan, pengarusutamaan gender, serta green economy. Disamping isu
umum, terdapat juga permasalahan dan potensi pada masing- masing
daerah, sehingga dukungan seluruh stakeholders pada penyusunan RPI2JM Bidang Cipta Karya sangat diperlukan.
LAPORAN AKHIR
KABUPATEN MAROS TAHUN 2015-2019
2.1. Konsep Perencanaan Bidang Cipta Karya
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM)
Bab II
II-1
PEMERINTAH KABUPATEN MAROS
PENYUSUNAN RPI2-JM TAHUN 2014
Gambar 2.1. Konsep Perencanaan Pembangunan Infrastruktur Bidang
2.2. Amanat Pembangunan Nasional Terkait Bidang Cipta Karya
Infrastruktur permukiman memiliki fungsi strategis dalam pembangunan
nasional karena turut berperan serta dalam mendorong pertumbuhan
ekonomi, mengurangi angka kemiskinan, maupun menjaga kelestarian
lingkungan. Oleh sebab itu, Ditjen Cipta Karya berperan penting dalam
implementasi amanat kebijakan pembangunan nasional.
2.2.1. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025
RPJPN 2005-2025 yang ditetapkan melalui UU No. 17 Tahun 2007,
merupakan dokumen perencanaan pembangunan jangka panjang sebagai
arah dan prioritas pembangunan secara menyeluruh yang akan dilakukan
secara bertahap dalam jangka waktu 2005-2025. Dalam dokumen tersebut,
ditetapkan bahwa Visi Indonesia pada tahun 2025 adalah “Indonesia yang
Mandiri,
Maju,
Adil
dan
Makmur”.
Dalam
penjabarannya
RPJPN
mengamanatkan beberapa hal sebagai berikut dalam pembangunan bidang
Cipta Karya, yaitu:
LAPORAN AKHIR
KABUPATEN MAROS TAHUN 2015-2019
Sumber: Direktorat Bina Program, 2014
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM)
Cipta Karya
II-2
PEMERINTAH KABUPATEN MAROS
PENYUSUNAN RPI2-JM TAHUN 2014
a. Dalam
mewujudkan
Indonesia
yang
berdaya
saing
maka
pembangunan dan penyediaan air minum dan sanitasi diarahkan untuk
mewujudkan terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat serta kebutuhan
sektor-sektor
terkait
lainnya,
transportasi,
pariwisata,
dan
seperti
jasa
industri, perdagangan,
sebagai
upaya
mendorong
pertumbuhan ekonomi. Pemenuhan kebutuhan tersebut dilakukan
melalui pendekatan tanggap kebutuhan (demand responsive approach)
dan
pendekatan
terpadu
dengan
sektor sumber daya alam dan
lingkungan hidup, sumber daya air, serta kesehatan.
pembangunan
yang
lebih
merata
dan
berkeadilan maka Pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat yang
berupa air minum dan sanitasi diarahkan pada (1) peningkatan kualitas
pengelolaan aset (asset management) dalam penyediaan air minum dan
sanitasi, (2) pemenuhan kebutuhan minimal air minum dan sanitasi dasar
bagi masyarakat, (3) penyelenggaraan pelayanan air minum dan sanitasi
yang kredibel dan profesional, dan (4) penyediaan sumber-sumber
pembiayaan murah dalam pelayanan air minum dan sanitasi bagi
masyarakat miskin.
c. Salah satu sasaran dalam mewujudkan pembangunan yang lebih merata
dan berkeadilan adalah terpenuhinya kebutuhan hunian yang dilengkapi
dengan
prasarana
dan
sarana
pendukungnya
bagi seluruh
masyarakat untuk mewujudkan kota tanpa permukiman kumuh. Peran
pemerintah
akan
lebih
difokuskan
pada
perumusan
kebijakan
pembangunan sarana dan prasarana, sementara peran swasta dalam
penyediaan sarana dan prasarana akan makin ditingkatkan terutama
untuk proyek-proyek yang bersifat komersial.
d. Upaya perwujudan kota tanpa permukiman kumuh dilakukan pada setiap
tahapan RPJMN, yaitu:
RPJMN ke 2 (2010-2014): Daya saing perekonomian
ditingkatkan melalui percepatan pembangunan infrastruktur dengan
lebih meningkatkan kerjasama antara pemerintah dan dunia usaha
dalam pengembangan perumahan dan permukiman.
LAPORAN AKHIR
KABUPATEN MAROS TAHUN 2015-2019
mewujudkan
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM)
b. Dalam
II-3
PEMERINTAH KABUPATEN MAROS
PENYUSUNAN RPI2-JM TAHUN 2014
RPJMN ke 3 (2015-2019): Pemenuhan kebutuhan hunian bagi
seluruh masyarakat terus meningkat karena didukung oleh sistem
pembiayaan perumahan jangka panjang dan berkelanjutan, efisien,
dan akuntabel. Kondisi itu semakin mendorong terwujudnya kota
tanpa permukiman kumuh.
RPJMN ke 4 (2020-2024): terpenuhinya kebutuhan hunian yang
dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung sehingga
terwujud kota tanpa permukiman kumuh.
2010 menyebutkan bahwa infrastruktur merupakan salah satu prioritas
pembangunan nasional untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan sosial
yang berkeadilan dengan mendorong partisipasi masyarakat Dalam rangka
pemenuhan hak dasar untuk tempat tinggal dan lingkungan yang layak
sesuai dengan UUD
1945
Pasal 28H, pemerintah
memfasilitasi
penyediaan perumahan bagi masyarakat berpendapatan rendah serta
memberikan
dukungan
penyediaan
prasarana
dan
sarana
dasar
permukiman, seperti air minum, air limbah, persampahan dan drainase.
Dokumen RPJMN juga menetapkan sasaran pembangunan infrastruktur
permukiman pada periode 2010-2014, yaitu:
a. Tersedianya akses air minum bagi 70 % penduduk pada akhir tahun
2014, dengan perincian akses air minum perpipaan 32 persen dan
akses air minum non-perpipaan terlindungi 38 %.
b. Terwujudnya kondisi Stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS) hingga
akhir tahun 2014, yang ditandai dengan tersedianya akses terhadap
sistem pengelolaan air limbah terpusat (off-site) bagi 10% total
penduduk, baik melalui sistem pengelolaan air limbah terpusat skala kota
sebesar 5% maupun sistem pengelolaan air limbah
komunal
sebesar
5
%
serta
terpusat
skala
penyediaan akses dan peningkatan
kualitas sistem pengelolaan air limbah setempat (on-site) yang layak bagi
90 % total penduduk.
LAPORAN AKHIR
KABUPATEN MAROS TAHUN 2015-2019
RPJMN 2010-2014 yang ditetapkan melalui Peraturan Presiden No. 5 Tahun
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM)
2.2.2. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-2014
II-4
PEMERINTAH KABUPATEN MAROS
PENYUSUNAN RPI2-JM TAHUN 2014
c.
Tersedianya akses terhadap pengelolaan sampah bagi 80 % rumah
tangga di daerah perkotaan.
d. Menurunnya luas genangan sebesar 22.500 Ha di 100 kawasan strategis
perkotaan.
Untuk mencapai sasaran tersebut maka kebijakan pembangunan diarahkan
untuk meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap layanan air minum
dan sanitasi yang memadai, melalui:
a. menyediakan perangkat peraturan di tingkat Pusat dan/atau Daerah,
meningkatkan
prioritas
pembangunan
prasarana
dan
sarana
air
minum,
permukiman,
d. meningkatkan
kinerja
manajemen
penyelenggaraan
penanganan air limbah, dan pengelolaan persampahan,
e. meningkatkan sistem perencanaan pembangunan air minum dan
sanitasi,
f.
meningkatkan cakupan pelayanan prasarana permukiman,
g. Meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai pentingnya perilaku
hidup bersih dan sehat (PHBS),
h. Mengembangkan alternatif sumber pendanaan bagi pembangunan
infrastruktur,
i.
meningkatkan keterlibatan masyarakat dan swasta,
j.
mengurangi
volume
air
limpasan,
melalui
penyediaan
bidang
resapan.
2.2.3. Masterplan
Percepatan
dan
Perluasan
Pembangunan
Ekonomi Indonesia
Dalam
rangka
transformasi
ekonomi
menuju
negara
maju
dengan
pertumbuhan ekonomi 7-9 persen per tahun, Pemerintah menyusun MP3EI
LAPORAN AKHIR
KABUPATEN MAROS TAHUN 2015-2019
c.
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM)
b. memastikan ketersediaan air baku air minum,
II-5
PEMERINTAH KABUPATEN MAROS
PENYUSUNAN RPI2-JM TAHUN 2014
yang ditetapkan melalui Perpres No. 32 Tahun 2011. Dalam dokumen
tersebut pembangunan setiap koridor ekonomi dilakukan sesuai tema
pembangunan masing-masing dengan prioritas pada kawasan
investasi
(KPI
MP3EI).
Ditjen
Cipta
perhatian
Karya diharapkan dapat
mendukung penyediaan infrastruktur permukiman pada KPI Prioritas untuk
menunjang kegiatan ekonomi di kawasan tersebut. Kawasan Perhatian
Investasi atau KPI dalam MP3EI adalah adalah satu atau lebih kegiatan
ekonomi atau sentra produksi yang terikat atau terhubung dengan satu atau
lebih faktor konektivitas dan SDM IPTEK. Pendekatan KPI dilakukan untuk
yang sama.
2.2.4. Masterplan
Percepatan
dan
Perluasan
Pengentasan
Kemiskinan Indonesia
Sesuai dengan agenda RPJMN 2010-2014, pertumbuhan ekonomi perlu
diimbangi
dengan
upaya
pembangunan
yang
inklusif
dan
berkeadilan. Untuk itu, telah ditetapkan MP3KI dimana semua upaya
penanggulangan kemiskinan diarahkan untuk mempercepat laju penurunan
LAPORAN AKHIR
KABUPATEN MAROS TAHUN 2015-2019
atau sentra produksi yang terikat dengan faktor konektivitas dan SDM IPTEK
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM)
mempermudah identifikasi, pemantauan, dan evaluasi atas kegiatan ekonomi
II-6
PEMERINTAH KABUPATEN MAROS
PENYUSUNAN RPI2-JM TAHUN 2014
angka kemiskinan dan memperluas jangkauan penurunan tingkat kemiskinan
di semua daerah dan di semua kelompok masyarakat. Dalam mencapai misi
penanggulangan kemiskinan pada tahun 2025, MP3KI bertumpu pada
sinergi dari tiga strategi utama, yaitu:
a. Mewujudkan sistem perlindungan sosial nasional yang menyeluruh,
terintegrasi,dan mampu melindungi masyarakat dari kerentanan dan
goncangan,
b. Meningkatkan pelayanan dasar bagi penduduk miskin dan rentan
terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan dasar
dan
meningkatkan kualitas sumberdaya manusia di masa mendatang,
c.
Mengembangkan penghidupan berkelanjutan (sustainable livelihood)
masyarakat miskin dan rentan melalui berbagai kebijakan dan dukungan
di tingkat lokal dan regional dengan memperhatikan aspek.
Kementerian Pekerjaan Umum, khususnya Ditjen Cipta Karya, berperan
penting dalam pelaksanaan MP3KI, terutama terkait dengan pelaksanaan
program pemberdayaan masyarakat (PNPM- Perkotaan/P2KP, PPIP,
Pamsimas, Sanimas dsb) serta Program Pro Rakyat.
2.2.5. Kawasan Ekonomi Khusus
UU No. 39 Tahun 2009 menjelaskan bahwa Kawasan Ekonomi Khusus
adalah kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan
fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu. KEK dikembangkan
melalui penyiapan kawasan yang memiliki keunggulan geoekonomi dan
geostrategi dan berfungsi untuk menampung kegiatan industri, ekspor,
impor, dan kegiatan ekonomi lain yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan daya
saing internasional. Di samping zona ekonomi, KEK juga dilengkapi zona
fasilitas pendukung dan perumahan bagi pekerja. Ditjen Cipta Karya dalam
hal ini diharapkan dapat mendukung infrastruktur permukiman pada kawasan
tersebut sehingga menunjang kegiatan ekonomi di KEK.
LAPORAN AKHIR
KABUPATEN MAROS TAHUN 2015-2019
dapat
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM)
sehingga
II-7
PEMERINTAH KABUPATEN MAROS
PENYUSUNAN RPI2-JM TAHUN 2014
2.2.6. Direktif Presiden Program Pembangunan Berkeadilan
Dalam Inpres No. 3 Tahun 2010, Presiden RI mengarahkan seluruh
Kementerian, Gubernur, Walikota/Bupati, untuk menjalankan program
pembangunan berkeadilan yang meliputi Program pro rakyat, Keadilan untuk
semua, dan Program Pencapaian MDGs. Ditjen Cipta Karya memiliki
peranan penting dalam pelaksanaan Program Pro Rakyat terutama program
air bersih untuk rakyat dan program peningkatak\n kehidupan
masyarakat
perkotaan. Sedangkan dalam pencapaian MDGs, Ditjen Cipta Karya
peningkatan
akses pelayanan air minum dan sanitasi
yang layak serta pengurangan permukiman kumuh.
2.3. Peraturan Perundangan Bidang PU/Cipta Karya
Ditjen Cipta Karya dalam melakukan tugas dan fungsinya selalu dilandasi
peraturan perundangan yang terkait dengan bidang Cipta Karya, antara lain
UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman,
UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, UU No. 7 tahun 2008
tentang Sumber Daya Air, dan UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Persampahan.
2.3.1. UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman
UU Perumahan dan Kawasan Permukiman membagi tugas dan kewenangan
Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota.
Pemerintah
Kabupaten/Kota
dalam
penyelenggaraan
permukiman
mempunyai tugas:
a. Menyusun dan melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat
kabupaten/kota di bidang perumahan dan kawasan permukiman dengan
berpedoman pada kebijakan dan strategi nasional dan provinsi.
b. Menyusun
dan
rencana
pembangunan
dan
pengembangan
perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
LAPORAN AKHIR
KABUPATEN MAROS TAHUN 2015-2019
dalam
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM)
berperan
II-8
PEMERINTAH KABUPATEN MAROS
PENYUSUNAN RPI2-JM TAHUN 2014
c.
Menyelenggarakan
fungsi
operasionalisasi
dan
koordinasi
terhadap pelaksanaan kebijakan kabupaten/kota dalam penyediaan
rumah, perumahan, permukiman, lingkungan hunian, dan kawasan
permukiman.
d. Melaksanakan
pengawasan
dan
pengendalian
terhadap
pelaksanaan peraturan perundang-undangan, kebijakan, strategi, serta
program di bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat
kabupaten/kota.
Melaksanakan
melaksanakan
peraturan
perundang-undangan serta
kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan
permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
g. Melaksanakan peningkatan kualitas perumahan dan permukiman.
h. Melaksanakan
kebijakan
dan
strategi
provinsi
dalam
penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman berpedoman
pada kebijakan nasional.
i.
Melaksanakan pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum
perumahan dan kawasan permukiman.
j.
Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional dan provinsi
di
bidang
perumahan
dan
kawasan
permukiman pada tingkat
kabupaten/kota.
k.
Menetapkan lokasi Kasiba dan Lisiba.
Adapun
wewenang
Pemerintah
Kabupaten/Kota
dalam
menjalankan
tugasnya yaitu:
a. Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan
permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
b. Menyusun
bidang
dan
menyempurnakan
perumahan
dan
peraturan
kawasan
perundang-undangan
permukiman
pada
tingkat
kabupaten/kota.
LAPORAN AKHIR
KABUPATEN MAROS TAHUN 2015-2019
f.
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM)
e. Melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat kabupaten/kota.
II-9
PEMERINTAH KABUPATEN MAROS
PENYUSUNAN RPI2-JM TAHUN 2014
c.
Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan dan
kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
d. Melaksanakan
sinkronisasi
dan
sosialisasi
peraturan
perundang-
undangan serta kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan dan
kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
e. Mencadangkan
atau
menyediakan
tanah
untuk
pembangunan
perumahan dan permukiman bagi MBR.
f.
Menyediakan prasarana dan sarana pembangunan perumahan bagi
MBR pada tingkat kabupaten/kota.
sama
pada
tingkat
kabupaten/kota
antara
pemerintah kabupaten/kota dan badan hukum dalam penyelenggaraan
perumahan dan kawasan permukiman.
h. Menetapkan
lokasi
perumahan
dan
permukiman
sebagai
perumahan kumuh dan permukiman kumuh pada tingkat kabupaten/kota.
i.
Memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan
permukiman kumuh pada tingkat kabupaten/kota.
Di samping mengatur tugas dan wewenang, UU ini juga mengatur
penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman, pemeliharaan dan
perbaikan, pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan
kumuh dan permukiman kumuh, penyediaan tanah pendanaan dan
pembiayaan, hak kewajiban dan peran masyarakat.
UU ini mendefinisikan permukiman kumuh sebagai permukiman yang tidak
layak huni karena ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan
yang tinggi, dan kualitas bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak
memenuhi syarat. Untuk itu perlu dilakukan upaya pencegahan, terdiri dari
pengawasan, pengendalian, dan pemberdayaan masyarakat, serta upaya
peningkatan kualitas permukiman, yaitu pemugaran, peremajaan, dan
permukiman kembali.
2.3.2. UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
Undang-Undang Bangunan Gedung menjelaskan bahwa penyelenggaraan
bangunan gedung adalah kegiatan pembangunan yang meliputi proses
perencanaan
teknis
dan
pelaksanaan
konstruksi,
serta
kegiatan
LAPORAN AKHIR
KABUPATEN MAROS TAHUN 2015-2019
kerja
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM)
g. Memfasilitasi
II-10
PEMERINTAH KABUPATEN MAROS
PENYUSUNAN RPI2-JM TAHUN 2014
pemanfaatan, pelestarian, dan pembongkaran. Setiap bangunan gedung
harus memenuhi persyaratan administratif dan persyaratan teknis sesuai
dengan
fungsi
bangunan
gedung. Persyaratan administratif meliputi
persyaratan status hak atas tanah, status kepemilikan bangunan gedung,
dan izin mendirikan bangunan. Sedangkan persyaratan teknis meliputi
persyaratan tata bangunan dan persyaratan keandalan bangunan gedung.
Persyaratan tata bangunan meliputi persyaratan peruntukan dan intensitas
bangunan
gedung,
arsitektur
bangunan
gedung,
dan
persyaratan
pengendalian dampak lingkungan, yang ditetapkan melalui Rencana Tata
berikut:
a. keseimbangan,
keserasian,
dengan lingkungannya harus
dan
keselarasan
bangunan
gedung
mempertimbangkan terciptanya ruang
luar bangunan gedung, ruang terbuka hijau yang seimbang, serasi, dan
selaras dengan lingkungannya. Di samping itu, sistem penghawaan,
pencahayaan,
dan
mempertimbangkan
pengkondisian
prinsip-prinsip
udara
dilakukan
penghematan
dengan
energi
dalam
bangunan gedung (amanat green building).
b. Bangunan gedung dan lingkungannya yang ditetapkan sebagai cagar
budaya
dilindungi
sesuai
dengan
dan
dilestarikan.
perlindungan,
serta
peraturan
perundang-undangan harus
Pelaksanaan
pemeliharaan
atas
perbaikan,
bangunan
pemugaran,
gedung
dan
lingkungannya hanya dapat dilakukan sepanjang tidak mengubah nilai
dan/atau karakter cagar budaya yang dikandungnya.
c.
Penyediaan fasilitas dan aksesibilitas bagi penyandang cacat dan lanjut
usia merupakan keharusan bagi semua bangunan gedung.
2.3.3. UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
UU Sumber Daya Air pada dasarnya mengatur pengelolaan sumber daya air,
termasuk didalamnya pemanfaatan untuk air minum. Dalam hal ini, negara
menjamin hak setiap orang untuk mendapatkan air bagi kebutuhan pokok
minimal sehari-hari guna memenuhi kehidupannya yang sehat, bersih, dan
produktif.
LAPORAN AKHIR
KABUPATEN MAROS TAHUN 2015-2019
Disamping itu, peraturan tersebut juga mengatur beberapa hal sebagai
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM)
Bangunan dan Lingkungan (RTBL).
II-11
PEMERINTAH KABUPATEN MAROS
PENYUSUNAN RPI2-JM TAHUN 2014
Pemenuhan kebutuhan air baku untuk air minum rumah tangga dilakukan
dengan pengembangan sistem penyediaan air minum dimana Badan usaha
milik negara dan/atau badan usaha milik daerah menjadi penyelenggaranya.
Air minum rumah tangga tersebut merupakan air dengan standar dapat
langsung diminum tanpa harus dimasak terlebih dahulu dan dinyatakan
sehat
menurut
hasil
pengujian
mikrobiologi Selain itu, diamanatkan
pengembangan sistem penyediaan air minum diselenggarakan secara
terpadu dengan pengembangan prasarana dan sarana sanitasi.
bertujuan
untuk
meningkatkan
kesehatan
masyarakat
dan
kualitas
lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya. Pengelolaan
sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga dilakukan
dengan
pengurangan
sampah,
dan
pengurangan sampah dilakukan dengan
penanganan
sampah.
Upaya
pembatasan timbulan sampah,
pendauran ulang sampah, dan pemanfaatan kembali sampah. Sedangkan
kegiatan penanganan sampah meliputi:
a. pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai
dengan jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah,
b. pengumpulan
dalam
bentuk
pengambilan
dan
pemindahan
sampah dari sumber sampah ke tempat penampungan sementara atau
tempat pengolahan sampah terpadu,
c.
pengangkutan
dalam
bentuk
membawa
sampah
dari
sumber
dan/atau dari tempat penampungan sampah sementara atau dari tempat
pengolahan
sampah
terpadu
menuju
ke
tempat pemrosesan
akhir,
d. pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik,komposisi, dan jumlah
sampah,
e. pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah
dan/atau residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan
secara aman.
LAPORAN AKHIR
KABUPATEN MAROS TAHUN 2015-2019
UU No. 18 Tahun 2008 menyebutkan bahwa pengelolaan sampah
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM)
2.3.4. UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah
II-12
PEMERINTAH KABUPATEN MAROS
PENYUSUNAN RPI2-JM TAHUN 2014
Undang-undang tersebut juga melarang pembuangan sampah secara
terbuka di tempat pemrosesan akhir. Oleh karena itu, Pemerintah
daerah
harus
menutup
tempat
pemrosesan
akhir
sampah
yang
menggunakan sistem pembuangan terbuka dan mengembangkan TPA
dengan sistem controlled landfill ataupun sanitary landfill.
2.3.5. UU No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun
Dalam memenuhi kebutuhan hunian yang layak, Ditjen Cipta Karya turut
serta dalam pembangunan Rusunawa yang dilakukan berdasarkan UU No.
20 Tahun 2011. Dalam undang-undang tersebut Rumah susun didefinisikan
gedung
bertingkat
yang
dibangun dalam suatu
lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara
fungsional, baik
dalam
arah horizontal maupun vertikal dan merupakan
satuan-satuan yang masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara
terpisah, terutama untuk tempat hunian yang dilengkapi dengan bagian
bersama, benda bersama, dan tanah bersama. Peraturan ini juga mengatur
perihal pembinaan, perencanaan, pembangunan, penguasaan, pemilikan,
dan
pemanfaatan,
pengelolaan,
peningkatan
kualitas,
pengendalian,
kelembagaan, tugas dan wewenang, hak dan kewajiban, pendanaan dan
sistem pembiayaan, dan peran masyarakat.
2.4. Amanat Internasional
Pemerintah Indonesia secara aktif terlibat dalam dialog internasional dan
perumusan
kesepakatan
bersama
di
bidang
permukiman. Beberapa
amanat internasional yang perlu diperhatikan dalam pengembangan
kebijakan dan program bidang Cipta Karya meliputi Agenda Habitat,
Konferensi
Rio+20,
Millenium
Development
Goals, serta Agenda
Pembangunan Pasca 2015.
2.4.1. Agenda Habitat
Pada tahun 1996, di Kota Istanbul Turki diselenggarakan Konferensi Habitat
II sebagai kelanjutan dari Konferensi Habitat I di Vancouver tahun 1976.
Konferensi
tersebut
menghasilkan
Agenda
Habitat,
yaitu
dokumen
kesepakatan prinsip dan sasaran pembangunan permukiman yang menjadi
panduan bagi negara-negara dunia dalam menciptakan permukiman yang
layak dan berkelanjutan.
LAPORAN AKHIR
KABUPATEN MAROS TAHUN 2015-2019
bangunan
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM)
sebagai
II-13
PEMERINTAH KABUPATEN MAROS
PENYUSUNAN RPI2-JM TAHUN 2014
Salah satu pesan inti yang menjadi komitmen negara-negara dunia,
termasuk Indonesia, adalah penyediaan tempat hunian yang layak bagi
seluruh masyarakat tanpa terkecuali, serta meningkatkan akses air minum,
sanitasi, dan pelayanan dasar terutama bagi masyarakat berpenghasilan
rendah dan kelompok rentan.
2.4.2. Konferensi Rio+20
Pada Juni 2012, di Kota Rio de Janeiro, Brazil, diselenggarakan KTT
Pembangunan Berkelanjutan atau lebih dikenal dengan KTT Rio+20.
global, regional, dan nasional. Dokumen memuat kesepahaman pandangan
terhadap masa depan yang diharapkan oleh dunia (common vision)
penguatan
komitmen
untuk
menuju
dan
pembangunan berkelanjutan
dengan memperkuat penerapan Rio Declaration 1992 dan Johannesburg
Plan of Implementation 2002.
Dalam dokumen The Future We Want, terdapat 3 (tiga) isu utama bagi
pelaksanaan pembangunan berkelanjutan, yaitu: (i) Ekonomi Hijau dalam
konteks pembangunan berkelanjutan dan pengentasan kemiskinan, (ii)
pengembangan kerangka kelembagaan pembangunan berkelanjutan tingkat
global, serta (iii) kerangka aksi dan instrumen pelaksanaan pembangunan
berkelanjutan. Kerangka aksi tersebut termasuk penyusunan Sustainable
Development Goals (SDGs) post-2015
pembangunan
berkelanjutan
yang
mencakup
3
pilar
secara inklusif, yang terinspirasi dari
penerapan Millennium Development Goals (MDGs). Bagi Indonesia,
dokumen
ini
pembangunan
akan
menjadi
nasional
rujukan
secara
konkrit,
dalam
pelaksanaan
termasuk
dalam
rencana
Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2014-2019, dan Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (2005-2025).
2.4.3. Millenium Development Goals
Pada tahun 2000, Indonesia bersama 189 negara lain menyepakati Deklarasi
Millenium sebagai bagian dari komitmen untuk
memenuhi tujuan dan
LAPORAN AKHIR
KABUPATEN MAROS TAHUN 2015-2019
menjadi arahan bagi pelaksanaan pembangunan berkelanjutan di tingkat
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM)
Konferensi tersebut menyepakati dokumen The Future We Want yang
II-14
PEMERINTAH KABUPATEN MAROS
PENYUSUNAN RPI2-JM TAHUN 2014
sasaran
pembangunan
millennium
(Millenium
Development
Goals).
Konsisten dengan itu, Pemerintah Indonesia telah mengarusutamakan
MDGs
dalam
pembangunan
sejak
tahap
perencanaan
sampai
pelaksanaannya sebagaimana dinyatakan dalam Rencana Pembangunan
Jangka Panjang 2005-2025, Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional 2010-2014 serta Rencana Kerja Tahunan berikut dokumen
penganggarannya.
Sesuai tugas dan fungsinya, Ditjen Cipta Karya memiliki kepentingan dalam
pemenuhan target 7C yaitu menurunkan hingga setengahnya proporsi rumah
cakupan pelayan air minum saat ini (2013) adalah 61,83%, sedangkan target
cakupan pelayanan adalah 68,87% yang perlu dicapai pada tahun 2015. Di
samping itu, akses sanitasi yang layak saat ini baru mencapai 58,60%, masih
kurang dibandingkan target 2015 yaitu 62,41%. Selain itu, Ditjen Cipta Karya
juga turut berperan serta dalam pemenuhan target 7D yaitu mencapai
peningkatan yang signifikan dalam
permukiman kumuh (minimal 100
kehidupan penduduk miskin di
juta) pada
tahun 2020. Pemerintah
Indonesia menargetkan luas permukiman kumuh 6%, padahal data terakhir
(2009) proporsi penduduk kumuh mencapai 12,57%.
Untuk memenuhi target MDGs di bidang permukiman, diperlukan perhatian
khusus dari seluruh pemangku kepentingan, baik di tingkat pusat maupun
daerah. Oleh
karena
itu, pemerintah kabupaten/kota perlu melakukan
optimalisasi kegiatan penyediaan infrastruktur permukiman dalam rangka
percepatan pencapaian target MDGs.
2.4.4. Agenda Pembangunan Pasca 2015
Pada Juli 2012, Sekjen PBB membentuk sebuah Panel Tingkat Tinggi untuk
memberi masukan kerangka kerja agenda pembangunan global pasca 2015.
Panel ini diketuai bersama oleh Presiden Indonesia, Bapak Susilo Bambang
Yudhoyono, Presiden Ellen Johnson Sirleaf dari Liberia, dan Perdana
Menteri David Cameron dari Inggris, dan beranggotakan 24 orang dari
berbagai negara. Pada Mei 2013, panel tersebut mempublikasikan
LAPORAN AKHIR
KABUPATEN MAROS TAHUN 2015-2019
fasilitas sanitasi dasar layak hingga tahun 2015. Di bidang air minum,
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM)
tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap sumber air minum layak dan
II-15
PEMERINTAH KABUPATEN MAROS
PENYUSUNAN RPI2-JM TAHUN 2014
laporannya kepada Sekretaris Jenderal PBB berjudul “A New Global
Partnership:
Eradicate
Poverty
and
Transform
Economies
Through
Sustainable Development”. Isinya adalah rekomendasi arahan kebijakan
pembangunan global pasca-2015 yang dirumuskan berdasarkan tantangan
pembangunan baru, sekaligus pelajaran yang diambil dari implementasi
MDGs.
Dalam dokumen tersebut, dijabarkan 12 sasaran indikatif pembangunan
global pasca 2015, sebagai berikut:
gender
c.
Menyediakan
pendidikan
yang
berkualitas
dan
pembelajaran
seumur hidup
d. Menjamin kehidupan yang sehat
e. Memastikan ketahanan pangan dan gizi yang baik
f.
Mencapai akses universal ke Air Minum dan Sanitasi
g. Menjamin energi yang berkelanjutan
h. Menciptakan lapangan kerja, mata pencaharian berkelanjutan, dan
pertumbuhan berkeadilan
i.
Mengelola aset sumber daya alam secara berkelanjutan
j.
Memastikan tata kelola yang baik dan kelembagaan yang efektif
k.
Memastikan masyarakat yang stabil dan damai
l.
Menciptakan sebuah lingkungan pemungkin global dan mendorong m.
pembiayaan jangka panjang
Dari sasaran indikatif tersebut, Ditjen Cipta karya berkepentingan dalam
pencapaian sasaran 6 yaitu mencapai akses universal ke air minum dan
sanitasi. Adapun target yang diusulkan dalam pencapaian sasaran tersebut
adalah:
a. Menyediakan akses universal terhadap air minum yang aman di rumah,
dan di sekolah, puskesmas, dan kamp pengungsi,
LAPORAN AKHIR
KABUPATEN MAROS TAHUN 2015-2019
b. Memberdayakan perempuan dan anak serta mencapai kesetaraan
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM)
a. Mengakhiri kemiskinan
II-16
PEMERINTAH KABUPATEN MAROS
PENYUSUNAN RPI2-JM TAHUN 2014
b. Mengakhiri buang air besar sembarangan dan memastikan akses
universal ke sanitasi di sekolah dan di tempat kerja, dan meningkatkan
akses sanitasi di rumah tangga sebanyak x%,
c.
Menyesuaikan kuantitas air baku (freshwater withdrawals) dengan
pasokan air minum,
serta meningkatkan efisiensi air untuk pertanian
sebanyak x%, industri sebanyak y% dan daerah-daerah perkotaan
sebanyak z%,
d. Mendaur ulang atau mengolah semua limbah cair dari daerah
tersebut juga
menekankan pentingnya kemitraan baik
secara global
maupun lokal antar pemangku kepentingan pembangunan. Kemitraan yang
dimaksud memiliki prinsip inklusif, terbuka, dan akuntabel dimana seluruh
pihak duduk bersama-sama untuk bekerja bukan tentang bantuan saja,
melainkan
juga
mendiskusikan
kerangka
kebijakan
untuk
mencapai
pembangunan berkelanjutan.
LAPORAN AKHIR
KABUPATEN MAROS TAHUN 2015-2019
Selain memperhatikan sasaran dan target indikatif, dokumen laporan
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM)
perkotaan dan dari industri sebelum dilepaskan.
II-17