PERBANDINGAN PENYUSUNAN RKAU (RENCANA KERJA DAN ANGGARAN UNIT) DAN PENGENDALIAN PEMBEBANAN DI LAPORAN KEUANGAN (Studi Kasus : PT.PLN (Persero) Area Kotamobagu)PERBANDINGAN PENYUSUNAN RKAU (RENCANA KERJA DAN ANGGARAN UNIT) DAN PENGENDALIAN PEMBEBANAN DI LA

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Anggaran

2.1.1 Pengertian Anggaran

  Anggaran merupakan sesuatu hal yang mendasar bagi keberlangsungan sebuah perusahaan. Anggaran dapat menjadi tolak ukur apakah perusahaan mampu bertumbuh dengan rencana

  • – rencana kegiatan serta menjalankan strategi guna mencapai visi misinya. Perusahaan dapat menentukan keputusan juga dari anggaran tahun sebelumnya dimana perusahaan diharapkan dapat mencapai target dengan mengevaluasi kegiatan berdasarkan rencana anggaran sebelumnya. Pengertian anggaran dapat didefinisikan menurut beberapa ahli, yaitu : a.

  Menurut Mulyadi (2001 : 488) Anggaran merupakan suatu rencana kerja yang dinyatakan secara kuantitatif, yang diukur dalam satuan moneter standar dan satuan ukuran yang lain, yang mencakup jangka waktu satu tahun.

  b. Menururt M. Munanadar (2007:1) Anggaran adalah suatu rencana yang disusun secara sistematis, meliputi seluruh kegiatan perusahaan yang dinyatakan dalam unit (kesatuan) moneter dan berlaku untuk jangka (periode) tertentu yang akan datang.

  Dari beberapa pendapat tersebut maka pengertian anggaran dapat disimpulkan menjadi suatu rencana kerja yang telah disusun dengan aturan tertentu untuk kegiatan perusahaan dalam jangka waktu kurang lebih satu tahun dan akan datang. merencanakan adanya anggaran, bahkan hingga melakukan pengawasan. Anggaran memiliki beberapa fungsi yang menguntungkan bagi perusahaan, seperti menurut Nafarin (2007:27), anggaran memiliki tiga fungsi yaitu :

  1. Fungsi Perencanaan Anggaran merupakan alat perencanaan tertulis yang menuntut pemikiran teliti, karena anggaran memberikan gambaran yang lebih nyata /jelas dalam unit dan uang.

  2. Fungsi Pelaksanaan Anggaran merupakan pedoman dalam pelaksanaan pekerjaan, sehingga pekerjaan dapat dilaksanakan secara selaras dalam mencapai tujuan (laba).

  3. Fungsi Pengawasan Anggaran merupakan alat pengendalian/pengawasan ( controlling ).

  Pengawasan berarti mengevaluasi (menilai) terhadap pelaksanaan, dengan cara: a. Membandingkan realisasi dengan rencana (anggaran).

  b. Melakukan tindakan perbaikan bila dipandang perlu (atau bila terdapat penyimpangan yang merugikan).

  Dapat disimpulkan bahwa anggaran memiliki beberapa fungsi yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan yang menguntungkan untuk perusahaan apabila fungsi tersebut dijalankan dengan sesuai. Perusahaan dapat menjalankan pekerjaan sesuai dengan acuan dari perencanaan dan menghasilkan kegiatan yang sesuai ketika pelaksanaan, apabila dibandingkan maka akan terjadi

2.1.3 Manfaat Anggaran Anggaran memiliki beberapa manfaat yang berguna dalam perusahaan.

  Manfaat anggaran yang utama dikemukakan menurut Supriyono (2014:18) sebagai berikut : a.

  Anggaran dapat digunakan alat koordinasi berbagai kegiatan perusahaan, misalnya koordinasi antara kegiatan penjualan dengan kegiatan produksi.

  b.

  Penyusunan anggaran merupakan kekuatan manajemen dalam menyusun perencanaan, dimana manajemen melihat ke depan untuk menentukan tujuan perusahaan yang dinyatakan di dalam ukuran finansial c. Implementasi anggaran dapat menciptakan alat untuk pengawasan kegiatan perusahaan.

  d.

  Manajemen dapat memeriksa dengan seksama penggunaan sumber ekonomi yang dimiliki perusahaan apakah dapat berdaya guna atau berhasil guna.

  e.

  Pemakaian anggaran mengakibatkan timbulnya suasana yang bersemangat untuk memperoleh laba.

  f.

  Pemakaian anggaran dapat mendorong dipakainya standar sebagai alat pegukur prestasi suatu bagian atau individu di dalam organisasi perusahaan.

  g.

  Pemakaian anggaran dapat membantu manajemen di dalam pengambilan keputusan.

  Anggaran memiliki beberapa manfaat yang berguna bagi perusahaan. kegiatan perusahaan, apakah perusahaan dapat menggunakan anggaran secara efektif dan efisien atau tidak.

2.1.4 Proses Penyusunan Anggaran

  Dalam menentukan anggaran itu sendiri, memerlukan penyusunan anggaran dengan beberapa tahapan agar sesuai dengan teori. Teori penyusunan anggaran menurut Nafarin (2013:9), proses penyusunan anggaran dibagi kedalam beberapa tahapan antara lain:

  1. Penentuan Pedoman Anggaran Anggaran yang dibuat pada tahun yang akan datang sebaiknya disiapkan beberapa bulan sebelum tahun anggran berikutnya dimulai. Dengan demikian anggaran yang dibuat dapat digunakan pada awal tahun anggaran.

  2. Persiapan Anggaran Manajer pemasaran sebelum menyusun anggaran penjualan (sales budget) terlebih dahulu menyusun ramalan penjualan (sales forecast). Dalam tahap persiapan anggaran ini, biasanya diadakan rapat atas bagian terkait saja.

  3. Tahap Penentuan Anggaran Pada tahap ini, semua manajer dan direksi mengadakan rapat meliputi kegiatan : a. Perundingan untuk menyesuaikan rencana akhir setiap komponen anggaran.

  4. Pelaksanaan anggaran Untuk kepentingan pengawasan, setiap manajer membuat laporan realisasi anggaran. setelah dianalisis kemudian laporan realisasi anggaran disampaikan pada direksi.

  Proses penyusunan anggaran menurut teori dibagi menjadi empat, penentuan pedoman anggaran, persiapan anggaran, tahap penentuan anggaran, dan pelaksanaan anggaran. Dimana tahap persiapan anggaran dan tahap penentuan anggaran menjadi penentu untuk tahap selanjutnya yaitu pelaksaan anggaran.

2.1.5 Metode Penyusunan Anggaran

  Penyusunan anggaran dikelompokkan dalam beberapa metode. Dalam pemilihan metode tergantung dengan kebijakan manajemen perusahaan dimana setiap perusahaan memiliki metode-metode penyusunan yang disesuaikan dengan keadaan managemen sehingga dapat memilih metode yang paling efektif untuk diterapkan. Menurut Harahap (2008:20), metode yang dapat dipergunakan dalam penyususnan anggaran adalah sebagai berikut:

1. Otoriter atau Top Down

  keterlibatan bawahan dan penyusunannya. Metode ini ada baiknya digunakan bila karyawan tidak mampu menyusun anggaran atau dianggap terlalu lama dan tidak tepat jika diserahkan kepada bawahannya. Hal ini bisa terjadi dalam perusahaan yang karyawannya tidak memiliki cukup keahlian untuk menyusun anggaran. Atasan bisa saja menggunakan jasa konsultan atau tim khusus untuk melaksanakan.

  2. Demokrasi atau Bottom Up Dalam metode ini, anggaran disusun berdasarkan hasil keputusan karyawan. Anggaran disusun mulai dari bawahan sampai atasan. Dimana diserahkan sepenuhnya menyusun anggarann yang ditargetkan pada masa yang akan datang. Metode ini digunakan jika karyawan sudah memiliki kemampuan dalam menyusun anggaran dan tidak dikhawatirkan akan menimbulkan proses yang lama dan berlarut.

  3. Campuran antara Top Down dan Bottom Up Metode terakhir ini merupakan campuran dari kedua metode diatas, penyusunan anggaran dimulai dari atas dan selanjutntya diserahkan untuk dilengkapi dan dilanjutkan oleh karyawan bawahan. Jadi pedoman dari atasan atau pimpinan dan kemudian dijabarkan oleh bawahan sesuai dengan arahan dari atasan.

  Metode penyusunan anggaran, dapat berupa top down, bottom up atau keduanya. Metode tersebut dapat disesuaikan dengan keadaan sebuah perusahaan.

2.1.6 Tahap Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran

  1 . Penentuan pedoman anggaran

  Anggaran yang akan dibuat pada tahun akan datang sebaiknya disiapkan disiapkan bebrapa bulan sebelum tahun anggaran berikutnya dimulai.

  Sebelum penyusunan anggaran, terlebih dahulu manajemen puncak melakukan dua hal yaitu: a. Menetapkan rencana besar perusahaan, seperti tujuan, kebaikan dan asumsi sebagai dasar penyusunan anggaran.

  b. Membentuk panitia penyusun anggaran

  2. Persiapan anggaran Dalam persiapan anggaran bagian-bagian yang terkait dengan anggaran mengadakan rapat untuk membuat suatu anggaran, dalam pembuatan suatu anggaran ditentukan juga ramalan penjualan setelah penyusunan ramalan penjualan bagian pemasaran bekerja sama dengan manajer umum dan manajer keuangan untuk menyusun anggaran :

  a. Anggaran Penjualan

  b. Anggaran beban penjualan

  Setelah itu manajer produksi bekerja sama dengan manajer keuangan dan umum untuk menyusun : a. Anggaran produksi

  b. Anggaran biaya pabrik

  c. Anggaran persediaan

  d. Anggaran piutang usaha Anggaran tersebut dibuat berdasarkan anggaran penjualan yang dibuat ole manajer pemasaran. Manajer umum bekerja sama dengan manajer keuangan menyusun : Anggaran beban administrasi umum Setelah itu manajer keuangan bekerja sama dengan manajer lainnya menyusun: a. Anggaran laba rugi

  b. Anggaran neraca

  c. Anggaran kas

  3. Penentuan anggaran Pada tahap penentuan anggaran semua manajer beserta direksi mengadakan rapat kegiatan: a. Perundingan untuk menyesuaikan rencana akhir setiap komponen anggaran

  4. Pelaksanaan anggaran Untuk kepentingan pengawasan setiap manajer membuat laporan realisasi aggaran setelah dianalisis kemudian laporan realisasi anggaran disampaikan pada direksi. Tahapan penyusunan anggaran dapat disimpulkan dengan penentuan pedoman anggaran,persiapan anggaran, penentuan anggaran, pelaksanaan anggaran.

2.1.7 Jenis-Jenis Anggaran

  Nafarin (2013:31) berpendapat bawa anggaran dapat dikelompokkan beberapa sudut pandang sebagai berikut :

  1. Dilihat dari segi dasar penyusunan, anggara terdiri dari:

  a. Anggaran variable (variable budget), yaitu anggran yang disusun berdasarkan interval (kisar) kapasitas (aktivitas) tertentu dan pada intinya merupakan suatu seri anggran yang dapat disesuaikan pada tingkat aktivitas (kegiatan) yang berbeda.

  b. Anggaran tetap (fixed badget), yaitu anggaran yang disusun berdasarkan suatu tingkat kapasitas tertentu.

  2. Dilihat dari segi penyusunan, anggaran terdiri dari:

  a. Anggaran periodik (periodic budget) adalah anggran yang disusun b. Anggaran kontinu (continuous budget) adalah anggaran yang dibuat untuk mengadakan perbaikan sehingga anggaran yang dibuat dalam setahun mengalami perubahan.

  3. Dilihat dari segi jangka waktu, anggaran terdiri dari:

  a. Anggaran jangka pendek (short-range budget) adalah anggaran yang dibuat dengan jangka waktu lebih dari satu tahun. Anggaran jangka panjang tidak mesti berupa anggaran modal. Anggaran jangka panjang diperlukan sebagai dasar penyususnan anggaran jangka pendek.

  b. Anggaran jangka panjang (long-range budget) adalah anggaran yang dibuat dengan jangka waktu lebih dari satu tahun. Anggaran jangka panjang tidak mesti berupa anggaran modal. Anggaran jangka panjang diperlukan sebagai dasar penyusunan anggaran jangka pendek.

  4. Dilihat dari segi bidangnya, anggaran terdiri dari anggaran operasional dan anggaran keuangan. Kedua anggaran ini bila dipadukan disebut anggaran induk (master budget).

  a. Anggaran operasional (operasional budget) adalah anggaran untuk menyususn anggaran laba rugi. Anggaran operasionalnya anatar

  1. Anggaran penjualan

  2. Anggaran baiaya pabrik

  3. Anggaran biaya bahan baku

  4. Anggaran biaya tenaga kerja langsung

  5. Anggaran biaya overhead pabrik

  6. Anggaran beban usaha

  b. Anggaran keuangan (financial budget) adalah anggaran untuk menyususn anggaran neraca. Anggaran keuangan terdiri dari:

  1. Anggaran kas

  2. Anggaran piutang

  3. Anggaran persediaan

  4. Anggaran utang

  5. Anggaran neraca

  5. Dilihat dari segi kemampuan menyusun, anggaran terdiri dari: a. Anggaran komprehensif (comprehensive budget) adalah rangkaian . dari berbagai jenis anggaran yang disusun secara lengkap. Anggaran ini merupakan perpaduan dari anggaran operasional dan anggaran keuangan yang disusun secara lengkap.

  b. Anggaran parsial (partially budget) adalah anggaran yang disusun secara tidak lengkap atau anggaran yang hanya menyususn bagian

  6. Dilihat dari segi fungsinya, anggaran terdiri dari:

  a. Anggaran tertentu (appropriation budget) adalah anggaran yang diperuntukkan bagitujuan tertentu dan tidak boleh digunakan untuk manfaat lain.

  b. Anggaran kinerja (performance budget) adalah anggaran yang disusun berdasarkan fungsi kegiatan yang dilakukan dalam organisasi (perusahaan), misalnya untuk menilai apakah biaya (beban) yang dikeluarakan oleh masing-masing aktiva

2.2 Pengertian Beban

  Berhubungan dengan perencanaan anggaran, maka beban menjadi tolok ukur penting dan harus ada pengendalian disetip bebannya. Beberapa pengertian beban antara lain :

  a. Menururt Soemarso (2013:29) beban adalah aliran keluar terukur dari barang atau jasa yang kemudian ditandingkan dengan pendapatan untuk menentukan laba atau sebagai penurunan dalam aktiva bersih sebagai akibat dari penggunaan jasa ekonomis dalam menciptakan pendapatan atau pengenaan pajak oleh badan pemerintah.

  b. Menururt IAI (2007:19) beban adalah penurunan manfaat ekonomi selasa suatu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal. Kesimpulan definisi beban adalah aliran keluar yang berupa penurunan manfaat ekonomi yang berupa arus keluar yang mengakibatkan penurunan ekuitas.

2.2.1 Jenis-Jenis Beban

  Beban dikelompokan menjadi beberapa jenis beban. Berdasarkan pendapat yang dikemukakan Soemarso (2013:226) beban dapat dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu : 1.

  Beban Penjualan (Selling expenses) Beban penjualan adalah semua beban yang terjadi dalam hubungannya dengan kegiatan menjual dan memasarkan barang seperti kegiatan promosi, penjualan, dan pengangkutan barang-barang yang dijual.

  2. Beban Administrasi dan Umum ( General and administrative expenses)

  Beban yang bersifat umum dalam perusahaan misalnya beban gaji, beban pemeliharaan

  3. Beban lain-lain (Other Expense) Beban-beban yang tidak dapat dihubungkan secara langsung dan pasti dengan kegiatan utama perusahaan. Contohnya adalah beban bunga

  Kesimpulannya, jenis beban dapat dibedakan menjadi tiga yaitu beban penjualan, administrasi dan umum, dan beban lain-lain

2.3 Pengertian Monitoring (pengawasan)

  Pengendalian terhadap beban dapat dilakukan dengan monitoring atau pengawasan pada setiap pos beban. Definisi beban menurut beberapa ahli antara lain : a.

  Geoge R. Tery (2006:395) berpendapat bahwa pengawasan yaitu mendeterminasi apa yang telah dilaksanakan, mengevaluasi prestasi kerja dan apabila perlu menerapkan tindakan korektif sehingga hasil b.

  Menurut WHO, monitoring adalah suatu proses pengumpulan dan menganalisis informasi dari penerapan suatu program termasuk mengecek secara reguler untuk melihat apakah kegiatan/program itu berjalan sesuai dengan rencana sehingga masalah yang dilihat/ditemui dapat diatasi. Kesimpulan yang didapat dari pengertin monitoring adalah suatu proses guna mengevaluasi, menganalisis untuk melihat suatu kegiatan perusahaan apakah sesuai dengan rencana atau tidak dan melihat suatu permasalahan di dalamnya.

2.3.1 Fungsi Monitoring

  Proses dasar dalam monitoring ini meliputi tiga tahap yaitu: (1) menetapkan standar pelaksanaan; (2) pengukuran pelaksanaan; (3) menentukan kesenjangan (deviasi) antara pelaksanaan dengan standar dan rencana. Menurut Dunn (2003), monitoring mempunya empat fungsi, yaitu:

  a. Ketaatan (compliance). Monitoring menentukan apakah tindakan administrator, staf, dan semua yang terlibat mengikuti standar dan prosedur yang telah ditetapkan.

  b. Pemeriksaan (auditing). Monitoring menetapkan apakah sumber dan layanan yang diperuntukkan bagi pihak tertentu bagi pihak tertentu (target) telah mencapai mereka.

  c. Laporan (accounting). Monitoring menghasilkan informasi yang membantu “menghitung” hasil perubahan sosial dan masyarakat sebagai akibat implementasi kebijaksanaan sesudah periode waktu tertentu. d. Penjelasan (explanation). Monitoring menghasilkan informasi yang membantu menjelaskan bagaimana akibat kebijaksanaan dan mengapa antara perencanaan dan pelaksanaannya tidak cocok. Fungsi monitoring terdapat empat macam yaitu ketaatan tentang standar prosedur yang diterapkan, pemeriksaan, laporan untuk menghitung perubahan dari implementasi dan penjelasan berisikan informasi.

  2.4 Pengertian Laporan Keuangan

  Menurut Kasmir (2010, h.66) analisis laporan keuangan adalah Kegiatan yang dilakukan dengan cara menentukan dan mengukur antara pos-pos yang ada pada laporan keuangan dalam satu periode.

  Menurut Kasmir (2010, h.104) Analisis rasio keuangan merupakan kegiatan memandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka lainnya. Untuk itu, analisis kinerja keuangan sangat perlu untuk mengerahui dan membandingkan kondisi keuangan berdasarkan laporan keuangan yang akan membantu melihat kemungkinan manajemen membuat kebijakan baru atau memperbaiki kebijakan yang ada.

  Kesimpulan pengertian laporan keuangan adalah kumpulan hasil pos perusahaan guna melihat kebijakan manajemen untuk masa datang.

  2.2 Tinjauan Pustaka

  Berapa penelitian sebelumnya memiliki kaitan dengan penyusunan anggaran dan pengendalian anggaran, antara lain :

  Tabel 2.1 Penelitian Berkaitan dengan Penyusunan dan Pengendalian Anggaran

  Judul Penulis Variabel Hasil

  Evaluasi Proses Laurensisus Anggaran, Membandingkan Penyusunan Lusiano Michael, Pemasaran, Biaya penysusunan Anggaran dan Universitas anggaran dengan Pengendalian Sanata Dharma teorinya. Pada Biaya Pemasaran penelitian pada Studi Kasus tersebut terlihat

  PT.Indolakto bahwa terdapat selisih anggaran yang tidak menguntungkan sebesar Rp 220.926.573 atau 3,31% yang disebabkan oleh realisasi anggaran yang lebih besar dibandingkan dengan penjualan perusahaan tersebut

  Evaluasi Stella Insan Kuangan Daerah, Proses Penyusunan dan Hutami, Penganggaran penyusunan Pelaksanaan Universitas Sektor Publik, anggaran Anggaran Sanata Dharma Anggaran disesuaikan Pendapatan dan Pendapatan dan dengan

  2013 pada Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan, dan Energi Sumber Daya Mineral Daerah Istimewa Yogyakarta

  2011 namun pada dasarnya peneliti memiliki kelemahan bahwa tidak ada tahapan yang rinci pada awal rencana kerja disusun.

  Peranan Anggaran Sebagai Salah Satu Alat Perencanaan dan Pengendalian Pembangunan Daerah

  Farida Ulfa, Universitas Islam Negeri (UIN) Malang

  Anggaran, Fungsi Anggaran, Klasifikasi dan Model Anggaran, Struktur Anggaran, Perencanaan, Siklus Perencaan dan Pengendalian

  Proses penyusunan anggaran menggunakan pendekatan

  Bottom Up , yaitu

  dengan dimulai dari struktural pemerintah yang paling rendah

  Sumber : Skripsi

  Tabel 2.2 Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor : KEP-101/MBU/2002

  Tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan Badan Usaha Milik Negara

  Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor : KEP-101/MBU/2002 Tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan Badan Usaha Milik Negara

   BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam keputusan ini yang dimaksud dengan : 1. Menteri adalah Menteri yang lingkup tugas dan

  kewenangannya meliputi bidang usaha PERUM dan PERJAN.

  2. Badan Usaha Milik Negara, yang selanjutnya dalam Keputusan ini disingkat BUMN, adalah: a) Perusahaan Perseroan (PERSERO) sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 1998; b) Perusahaan Umum (PERUM) sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1998; c) Perusahaan Jawatan (PERJAN) sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2000.

  3. Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) adalah penjabaran tahunan dari Rencana Jangka Panjang (RJP) BUMN.

  4. PUKK adalah Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN.

  5. RKAPUKK adalah Rencana Kerja Anggaran PUKK tahunan.

Pasal 2 (1) Setiap BUMN wajib menyusun RKAP dan RKAPUKK.

  (2) RKAPUKK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan satu kesatuan dengan RKAP

  Pasal 3 RKAP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, sekurang- kurangnya memuat: a)

  Rencana Kerja Perusahaan; b) Anggaran Perusahaan; c) Proyeksi Keuangan Pokok Perusahaan; d) Proyeksi Keuangan Pokok Anak Perusahaan; e) Hal-hal lain yang memerlukan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

  Pasal 4 (1)

  (2) Program Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e, memuat penjelasan secara kualitatif dan kuantitatif tentang: Pemasaran dan Penjualan; Pengadaan; Produksi dan Kualitas Produk; Teknik dan Teknologi; Keuangan dan Akuntasi; Sistem dan Organisasi; Pengembangan Sumber Daya Manusia; Penelitian dan Pengembangan; Pelestarian Lingkungan; Investasi.

  (3) Program kegiatan investasi sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 huruf j, meliputi : Program kegiatan investasi didalam Perusahaan.Program penyertaan pada perusahaan lain.

  Pasal 5 (1) Anggaran Perusahaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b memuat: a) Anggaran Pendapatan Usaha; b) Anggaran Biaya Usaha; c) Anggaran Pendapatan dan Biaya Lainnya; d) Anggaran Pengadaan; e) Anggaran Teknik dan Teknologi; f) Anggaran Penelitian dan Pengembangan; g) Anggaran Pengembangan Sumber Daya Manusia; h) Anggaran Pelestarian Lingkungan; i) Anggaran Investasi.

  (2) Dalam Anggaran Biaya Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, termasuk juga anggaran biaya yang diperlukan bagi penyelenggaraan PUKK.

  (3) Anggaran Investasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf i meliputi: Anggaran Investasi di dalam Perusahaan.

  Anggaran Penyertaan pada perusahaan lain.

  Pasal 6 Proyeksi Keuangan Pokok Perusahaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf c, memuat: A) Proyeksi Neraca; B) Proyeksi Laba/Rugi; C) Proyeksi Arus Kas; D) Sumber dan Penggunaan Dana.

  Pasal 7 Proyeksi Keuangan Pokok Anak Perusahaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf d, terdiri dari : A) Proyeksi Neraca; B) Proyeksi Laba/Rugi.

  Pasal 8 Hal-hal lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf e antara lain mengenai: A) Penghapusan Piutang; B) Penghapusan Persediaan; C) Penghapusan Aktiva Tetap; D) Penghapusan Aktiva Tetap Lainnya; E)Penarikan Kredit; F) Pengagunan Aset; G) Pemberian Pinjaman; H) Kerjasama Jangka Menengah/Panjang dengan Pihak Ketiga; I)Perubahan Modal; J) Penunjukan Direksi dan Komisaris anak perusahaan; K) Penghasilan Direksi dan Komisaris/Dewan Pengawas; L)Pembagian tugas Direksi.

Pasal 9 (1) Rencana Kerja PUKK sebagaimana dimaksud dalam Pasal

  2, meliputi Program Kegiatan untuk melakukan pembinaan usaha kecil dan koperasi, dirinci menurut wilayah binaan yang diberikan dalam bentuk hibah, pinjaman dan penyertaan pada usaha kecil dan koperasi.

  (2) Rencana Anggaran PUKK, memuat : a) Sumber dana yang tersedia; b) Rencana penggunaan dana sesuai dengan program kegiatan; c) Pengembalian pokok pinjaman dan bunga yang diterima dalam tahun anggaran.

  (3) Sumber dana yang tersedia sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, terdiri dari : a) Saldo dana awal tahun anggaran; b) Alokasi dana PUKK tahun anggaran; c) Pengembalian pokok pinjaman dan bunga yang diterima dalam tahun anggaran.

  BAB II PENYUSUNAN RKAP DAN RKAPUKK Pasal 10 Penyusunan RKAP serta RKAPUKK secara lebih rinci

  dilakukan berdasarkan Pedoman sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini.

  BAB III PENYAMPAIAN DAN PENGESAHAN RKAP DAN RKAPUKK Pasal 11

  (1) Permohonan persetujuan atas RKAP dan RKAPUKK

  Perusahaan Perseroan (PERSERO) disampaikan oleh Direksi kepada RUPS selambat-lambatnya dalam waktu 60 (enam puluh) hari sebelum memasuki tahun anggaran perusahaan. (2)

  Permohonan persetujuan atas RKAP dan RKAPUKK bagi kepada Menteri BUMN melalui Menteri yang bersangkutan selambat-lambatnya dalam waktu 60 (enam puluh) hari sebelum memasuki tahun anggaran perusahaan. (3)

  Permohonan persetujuan atas RKAP Perusahaan Jawatan (PERJAN) disampaikan oleh Direksi kepada Menteri yang bersangkutan dan Menteri BUMN selambat-lambatnya dalam waktu 60 (enam puluh) hari sebelum memasuki tahun anggaran perusahaan.

  (4) Pengesahan atas RKAP dan RKAPUKK bagi Perusahaan

  Perseroan (PERSERO) ditetapkan dalam RUPS dengan ketentuan RUPS melimpahkan kewenangan pengesahan RKAP dan RKAPUKK dimaksud kepada Komisaris dalam hal PERSERO selama 2 (dua) tahun berturut-turut dinyatakan sehat. (5)

  RKAP dan RKAPUKK Perusahaan Umum (PERUM) disahkan oleh Menteri BUMN dengan ketentuan kewenangan untuk mengesahkan RKAP dan RKAPUKK dimaksud dapat dilimpahkan kepada Menteri yang bersangkutan. (6)

  RKAP Perusahaan Jawatan (PERJAN) disahkan oleh Menteri setelah mendapat persetujuan Menteri BUMN. (7)

  Pengesahan atas RKAP dan RKAPUKK diberikan selambat-lambatnya 30 hari setelah tahun anggaran berjalan. (8)

  Dalam hal permohonan persetujuan RKAP dan RKAPUKK belum memperoleh pengesahan sampai dengan batas waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (7), maka RKAP dan RKAPUKK tersebut dianggap sah untuk dilaksanakan sepanjang telah memenuhi ketentuan mengenai bentuk, isi dan tata cara penyusunannya.

  BAB V KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 12 (1) Dalam hal Pemerintah ingin memberikan penugasan

  kepada BUMN dalam rangka pelaksanaan sebagian tugas Pemerintah, maka penugasan tersebut wajib terlebih dahulu dikaji oleh Direksi BUMN.

  (2) Dalam hal Penugasan dimaksud akan mengakibatkan kerugian bagi perusahaan, maka penugasan tersebut tidak dimasukkan sebagai kegiatan usaha BUMN. (3)

  Seluruh biaya yang harus dikeluarkan dalam rangka pelaksanaan penugasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), sepenuhnya menjadi beban Pemerintah sebagai pemberi penugasan.

  Pasal 13 (1) BUMN yang melaksanakan penugasan Pemerintah, harus secara tegas melakukan pemisahan dalam RKAP mengenai rencana kerja untuk melaksanakan penugasan Pemerintah dengan rencana kerja untuk pencapaian sasaran usaha perusahaan.

  (2) Setiap penugasan Pemerintah harus memperoleh persetujuan Menteri BUMN terlebih dahulu sebelum dituangkan dalam RKAP.

  Pasal 14 Penyampaian dan pengesahan RKAP dan RKAPUKK BUMN yang didirikan dengan undang-undang tersendiri, dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur BUMN tersebut.

  Pasal 15 Keputusan ini tidak berlaku bagi Perusahaan Perseroan (PERSERO) yang menjual sahamnya melalui Pasar Modal. BAB VI PENUTUP Pasal 16 Dengan ditetapkannya Keputusan ini, maka : 1. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 196/KMK.016/1998 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan Badan Usaha Milik Negara; 2. Kep. 210/M-PBUMN/1999 tentang Penyusunan Rencana

  Kerja dan Anggaran Perusahaan Badan Usaha Milik Negara, dinyatakan tidak berlaku.

  Pasal 17 Keputusan ini mulai berlaku untuk penyusunan RKAP dan RKAPUKK tahun 2003 PEDOMAN PENYUSUNAN RKAP DAN RKAPUKK A. RENCANA KERJA : 1. Dalam menyusun Rencana Kerja harus secara tegas dipisahkan antara Rencana Kerja untuk melaksanakan

  Penugasan Pemerintah dengan Rencana Kerja untuk Pencapaian Misi Perusahaan. Hal ini harus terlihat dalam menyusun dan menguraikan Penugasan Pemerintah, Misi, Sasaran Usaha, Strategi, Kebijakan dan Program Kegiatan.

2. Penugasan Pemerintah, Misi, Sasaran Usaha, Strategi dan

  Kebijakan : a. Penugasan Pemerintah mencakup seluruh kegiatan operasional BUMN yang ditugaskan oleh Pemerintah dalam rangka menunjang sebagian atau seluruh program Pemerintah; b. Misi adalah tujuan jangka panjang Perusahaan yang menjadi alasan didirikannya Perusahaan. Misi Perusahaan mencakup produk/jasa yang diusahakan, sasaran pasar yang dituju dan kesanggupan untuk meningkatkan kemanfaatan kepada semua pihak terkait; c. Sasaran Usaha adalah tujuan Jangka pendek Perusahaan yang mengarah kepada dan mendukung tercapainya tujuan jangka panjang Perusahaan. Sasaran Usaha harus dinyatakan spesifik, dapat diukur, jelas jangka waktunya serta secara rasional dapat dilaksanakan/dicapai; d. Strategi Usaha adalah berbagai cara yang akan ditempuh perusahaan untuk mencapai sasaran usaha Perusahaan; e.

  Kebijakan adalah ketentuan-ketentuan yang ditetapkan menjadi pegangan manajemen dalam melaksanakan kegiatan usaha Perusahaan.

  3. Dalam RKAP melalui tahapan sebagai berikut:

  a. Usulan Rencana Penugasan Pemerintah dari Menteri menguraikan secara jelas mengenai ruang lingkup, jangka waktu, sasaran serta anggaran pendapatan dan biaya;

  b. Usulan Rencana Penugasan Pemerintah yang telah disetujui oleh Menteri BUMN menjadi dasar penyusunan Rencana Kerja Perusahaan untuk melaksanakan Penugasan Pemerintah; c. Direksi wajib mempunyai kajian atas penugasan Pemerintah tersebut.

  Program Kerja disusun sebagai berikut: a. Sasaran Operasional dalam melaksanakan Penugasan

  Pemerintah dan Sasaran Operasional untuk Pencapaian Misi Perusahaan dijabarkan secara kuantitatif dalam tolok ukur keuangan, operasional dan administratif; b.

  Strategi dan Kebijaksanaan dalam melaksanakan Penugasan Pemerintah dan dalam melaksanakan Pencapaian Misi Perusahaan dijabarkan secara kualitatif menurut bidang kegiatan usaha; c.

  Program Kegiatan dalam melaksanakan Penugasan Pemerintah dan melaksanakan kegiatan untuk Pencapaian Misi Perusahaan dijabarkan secara kualitatif dan kuantitatif menurut bidang kegiatan.

  Yang dimaksud dengan bidang kegiatan sekurang- kurangnya meliputi bidang-bidang: Pemasaran dan penjualan; Pengadaan; Produksi dan Kualitas Produk; Teknik dan Teknologi; Keuangan dan Akuntansi; Sistem dan Organisasi; Sumber Daya Manusia; Penelitian dan Pengembangan; Pelestarian Lingkungan; Investasi.

  B.

  1. Anggaran Perusahaan merupakan penjabaran program ANGGARAN kegiatan usaha dalam satuan uang berdasarkan PERUSAHAAN penerimaan/ pengeluaran secara tunai dari program kegiatan untuk melaksanakan Penugasan Pemerintah/Pemegang Saham dan kegiatan komersil.

  2. Anggaran Perusahaan sekurang-kurangnya meliputi: a) Anggaran Pendapatan Usaha; b) Anggaran Biaya Usaha; c) Anggaran Pendapatan dan Biaya Lainnya; d) Anggaran Pengadaan; e) Anggaran Teknik dan Teknologi; f) Anggaran Penelitian dan Pengembangan;

  g) Anggaran Pengembangan Sumber Daya Manusia; h) Anggaran Pelestarian Lingkungan; i) Anggaran Investasi di dalam Perusahaan; j) Anggaran Penyertaan.

  3. Anggaran pendapatan usaha disajikan terinci menurut jenis produk, wilayah usaha dan satuan usaha strategis.

  Pada Anggaran Pendapatan disajikan pula menurut satuan valuta yang diterima. penyelenggaraan PUKK, disajikan terinci menurut jenis biaya sesuai dengan jenis produknya, wilayahnya dan satuan usaha strategisnya.

  5. Anggaran pendapatan lainnya meliputi penerimaan dari: a) Hasil deviden; b) Bunga; c) Royalti; d) Pelepasan asset; e) Penerimaan piutang yang telah dihapusbukukan; Hasil lainnya di luar kegiatan usaha pokok

  6. Anggaran biaya lainnya meliputi pengeluaran dari: a) Bunga yang dibayarkan; b) Biaya lainnya di luar kegiatan usaha pokok.

  7. Anggaran pengadaan disajikan terinci menurut bahan baku, bahan penolong, suku cadang, bahan lainnya dan barang yang diperdagangkan. Dalam anggaran pengadaan ini termasuk pula anggaran kegiatan yang dilakukan secara sewa dan sub-kontrak. Dalam anggaran pengadaan disajikan pula menurut satuan valuta yang digunakan.

  8. Anggaran sumber daya manusia disajikan terinci menurut gaji, tunjangan, fasilitas lainnya dan pendidikan/latihan. Dalam anggaran ini disajikan pula menurut golongan kepegawaian dan jumlah pegawai pada golongan yang bersangkutan.

  9. Anggaran pelestarian lingkungan adalah anggaran yang diperlukan untuk memelihara lingkungan, menghindari atau memperbaiki kerusakan lingkungan, yang timbul atau mungkin timbul sebagai akibat proses kegiatan Perusahaan.

  10. Anggaran investasi di dalam Perusahaan adalah anggaran yang diperlukan untuk program investasi yang dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan usaha. Dalam hal program investasi yang akan dilaksanakan lebih dari satu tahun anggaran, maka dalam anggaran harus di sajikan: a) Anggaran seluruh investasi sampai selesai; b) Anggaran investasi untuk tahun yang bersangkutan; c) Realisasi investasi sampai dengan awal tahun anggaran; d) ketiga hal di atas dilengkapi pula dengan realisasi dan rencana presentase (%).

  11. Anggaran penyertaan adalah anggaran untuk penyertaan modal pada anak perusahaan maupun perusahaan patungan yang disajikan menurut unit Perusahaan dimana dilakukan penyertaan. Dalam anggaran ini termasuk pula rencana penerimaan dari hasil pelepasan penyertaan pada anak perusahaan dan perusahaan patungan.

  Tabel 2.3 Peraturan Direksi PT PLN (Persero) Nomor : 0036.P/DIR/2016 Tentang Pedoman

  Perencanaan dan Pengendalian Anggaran di Lingkungan PT.PLN (Persero)

  

Peraturan Direksi PT PLN (Persero) Nomor : 0036.P/DIR/2016 Tentang

Pedoman Perencanaan dan Pengendalian Anggaran di Lingkungan PT.PLN

(Persero)

BAB I Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP)

  1.1.RKAP disusun untuk masa 1 (satu) tahun buku, sekurang

  • – kurangnya memuat Visi dan Misi Perusahaan, Sasaran Utama, Strategi dan Program, Rencana Program Manajemen, Anggaran Perusahaan, Proyeksi Keuangan Perusahaan, Proyeksi Keuangan Anak Perusahaan, Rencana Kerja Program Kemitraan dan Partisipasi Pemberdayaan Lingkungan, Profil Risiko Perusahaan dan hal-hal lain yang memerlukan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)

  1.2.Divisi Anggaran menyusun draf RKAP berdasarkan usulan RKA Unit Induk, RKA Kantor Pusat dan RKAP Anak Perusahaan dengan memperhatikan Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) dan Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP).

  1.3.Dalam menjalankan proses penyusunan dan konsolidasi RKAP, Kepala Divisi Anggaran dapat dibantu oleh Tim RKAP yang ditunjuk dan ditetapkan berdasarkan Keputusan Direksi PLN.

  1.4. RKA Unit Induk, RKA Kantor Pusat dan RKAP Anak Perusahaan disusun berdasarkan asumsi-asumsi yang diterbitkan oleh Direktur Keuangan

  1.5.Masing-masing Unit Induk dan Divisi Umum Kantor Pusat menyusun RKA yang terdiri dari Rekapitulasi LKAO (sesuai Formulir 1), Perincian LKAO (sesuai Formulir 2), Rekapitulasi LKAI (sesuai Formulir 3), Perincian LKAI (sesuai Formulir 4), Proyeksi Posisi Keuangan (sesuai Formulir 5), Proyeksi Perhitungan Laba Rugi (sesuai Formulir 6) dan Proyeksi Arus Kas (sesuai Formulir 7).

  1.6. Usulan RKA Unit Induk dan RKA Kantor Pusat diajukan oleh Unit Induk dan Divisi Umum kepada Direktur dan Kepala Divisi Pembina Unit sesuai Tabel 2 dengan ketentuan sebagai berikut : 1.6.1.

  General Manajer PLN Pembangkitan, PLN Transmisi, PLN Pusat Penyaluran dan Pengatur Beban (P3B), PLN Distribusi, PLN Wilayah

  1.6.2. General Manager PLN Pusat Pengatur Beban (P2B) menyusun dan mengajukan RKA unitnya kepada Direktur Perencanaan Korporat, dengan tembusan kepada Kepala Divisi Perencanaan Sistem.

  1.6.3. General Manajer PLN Pusat Penelittian dan Pengembangan dan PLN Pusat Enjiniring Ketenagalistrikan menyusun dan mengajukan RKA unitnya kepada Direktur Perencanaan Korporat, dengan tembusan kepada Kepala Divisi Enjiniring dan Perencanaan Pengadaan.

  1.6.4. General Manajer PLN Pusat Manajemen Konstruksi, PLN Pusat Pemeliharaan Ketenagalistrikan dan PLN Pusat Sertifikasi menyusun dan mengajukan RKA unitnya kepada Direktur Pengadaan, dengan tembusan kepada Kepala Divisi Administrasi Konstruksi 1.6.5.

  General Manajer PLN Pusat Pendidikan dan Pelatihan mengajukan RKA unitnya kepada Direktur Human Capital Management, dengan tembusan kepada Divisi Pengembangan Talenta.

  1.6.6. Kepala Divisi Umum mengajukan RKA masing-masing Divisi dan Satuan Kantor Pusat kepada Direktur Human Capital Management, untuk dikonsolidasikan menjadi RKA Kantor Pusat.

  1.7. Prosedur verifikasi, validasi dan rekomendasi terhadap usulan RKA Unit Induk dan RKA Kantor Pusat dilaksanakan dengan ketntuan sebagai berikut : 1.7.1.

  RKA PLN Pembangkitan, PLN Pusat Penyaluran dan Pengatur Beban (P3B), PLN Transmisi, PLN Distribusi, PLN Wilayah dan PLN Unit Induk Pembangunan diverifikasi dan divalidasi oleh Kepala Divisi Pengembangan Regional terkait untuk selanjutnya direkomendasi oleh Direktur Bisnis Regional terkait kepada Direktur Keuangan.

  1.7.2. RKA PLN Pusat Pengatur Beban (P2B) diverifikasi dan divalidasi oleh Kepala Divisi Perencanaan Sistem untuk selanjutnya direkomendasikan oleh Direktur Perencanaan Korporat kepada Direktur Keuangan.

  1.7.3. RKA PLN Pusat Penelitian & Pengembangan dan PLN Pusat Enjiniring Ketenagalistrikan diverifikasi dan divalidasi oleh Kepala Divisi Enjiniring dan Perencanaan Pengadaan untuk selanjutnya direkomendasikan oleh Direktur Perencanaan Korporat kepada Direktur Keuangan.

  1.7.4. RKA PLN Pusat Manajemen Konstruksi, PLN Pusat Pemeliharaan

  1.7.5. RKA PLN Pusat Pendidikan & Pelatihan diverifikasi dan divalidasi oleh Kepala Divisi Pengembangan Talenta untuk selanjutnya direkomendasikan oleh Direktur Human Capital Management kepada Direktur Keuangan.

  1.7.6. RKA Kantor Pusat diverifikasi dan divalidasi oleh Kepala Divisi Umum untuk selanjutnya direkomendasikan oleh Direktur Human Capital Management kepada Direktur Keuangan.

  1.7.7. Dalam pelaksanaan verifikasi dan validasi sebagaimana dimaksud pada butir 1.7.1. sampai dengan butir 1.7.6., Kepala Divisi Pembina berkoordinasi dengan Kepala Divisi atau Satuan Teknis terkait sesuai Tabel 3, guna melakukan klarifikasi dan meminta pertimbangan atas program kerja maupun nilai anggaran yang akan direkomendasikan dalam RKA Unit Induk dan Kantor Pusat.

  1.8. Proses pengusulan, verifikasi, validasi, sinkronisasi dan pengesahan RKAP Anak Perusahaan adalah sebagai berikut:

  1.8.1. Direksi Anak Perusahaan menyusun usulan RKAP Anak Perusahaan yang merupakan konsolidasi dari program dan anggaran semua entitas yang berada di bawah kendali Perseroan dan/atau laporan keuangannya terkonsolidasi ke dalam laporan keuangan Anak Perusahaan.

  1.8.2. Usulan RKAP Anak Perusahaan diusulkan oleh Direksi Anak Perusahaan yang telah disetujui oleh Dewan Komisaris Anak Perusahaan dan ditujukan kepada Direksi PLN selaku Pemegang Saham Anak Perusahaan melalui Direktur Perencanaan.

  1.8.3. Usulan RKAP Anak Perusahaan diverifikasi dan divalidasi oleh Kepala Divisi Transaksi Tenaga Listrik dan Kemitraan Bisnis bersama dengan Kepala Divisi lain yang ditugaskan oleh Direksi untuk melakukan proses verifikasi dan validasi tersebut.

  1.8.4. Usulan RKAP Anak Perusahaan yang sudah diverifikasi dan divalidasi selanjutnya direkomendasikan oleh Direktur Perencanaan Korporat kepada Direktur Keuangan.

  1.8.5. Usulan RKAP Anak Perusahaan sebagaimana dimaksud pada butir 1.8.4. selanjutnya dibahas bersama oleh Kepala Divisi Transaksi Tenaga Listrik dan Kemitraan Bisnis dengan Kepala Divisi Anggaran dan Tim RKAP untuk sinkronisasi program dan anggaran dengan target-target PLN.

  1.8.6. RKAP Anak Perusahaan selanjutnya disahkan melalui mekanisme RUPS Anak Perusahaan berdasarkan Anggaran Dasar masing-masing Anak Perusahaan target-target PLN.

  1.10. Hasil pembahasan sebagaimana dimaksud pada butir 1.9. di atas dituangkan ke dalam Berita Acara Verifikasi & Validasi RKA Unit Induk, RKA Kantor Pusat dan RKAP Anak Perusahaan sebagai dasar usulan RKAP.

  1.11. Kepala Divisi Anggaran melakukan konsolidasi terhadap semua usulan RKA Unit Induk, RKA Kantor Pusat dan RKAP Anak Perusahaan menjadi draf RKAP.

  1.12. Draf RKAP sebagaimana dimaksud pada butir 1.11. di datas diajukan kepada Direksi Perusahaan untuk mendapat Persetujuan Direksi.

  1.13. Draf RKAP yang telah mendapatkan persetujuan dari Direksi selanjutnya disampaikan kepada Dewan Komisaris guna mendapatkan rekomendasi dan persetujuan.

  1.14. Apabila draf RKAP tidak mendapat persetujuan dari Direksi, selanjutnya Kepala Divisi Anggaran akan melakukan pembahasan kembali sesuai ketentuan sebagaimana dimaksud pada butir 1.9. di atas.

  1.15. Draf RKAP yang sudah mendapatkan rekomendasi dan persetujuan dari Dewan Komisaris selanjutnya diajukan kepada Kementerian BUMN guna mendapatkan pengesahan sebagai RKAP.

  1.16. Apabila draf RKAP tidak mendapat rekomendasi dan persetujuan dari Dewan Komisaris, selanjutnya Kepala Divisi Anggaran dapat melakukan pembahasan kembali sesuai ketentuan sebagaimana dimaksud pada butir 1.9. di atas.

  1.17. Mendahului pengesahan RKAP, Direktur Keuangan dapat menerbitkan pagu indikatif AO/AKO dan AI/AKI dari masing-masing Unit Induk dan Kantor Pusat sesuai Berita Acara Verifikasi & Validasi sebagaimana dimaksud pada butir 1.10. di atas.

  1.18. Berdasarkan alokasi pagu indikatif AO/AKO dan AI/AKI sebagaimana dimaksud pada butir 1.17. di atas, Unit Induk dan Kantor Pusat menyesuaikan kembali RKA Unit Induk dan RKA Kantor Pusat, selanjutnya diusulkan kembali sesuai tahapan sebagaimana dimaksud pada butir 1.6. serta butir 1.7. di atas.

  1.19. Direktur Keuangan menetapkan RKA Unit dan Kantor Pusat dalam bentuk SKAO (AO/AKO) dan SKAI (AI/AKI), Proyeksi Laporan Keuangan, Proyeksi Neraca Unit setelah RKAP disahkan oleh RUPS.

  1.20. Direktur Keuangan dapat menetapkan nilai SKAO/SKAI yang lebih rendah dari usulan RKA Unit sebagaimana dimaksud pada butir 1.18. baik nilai AO/AKO maupun nilai AI/AKI dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan PLN. dan Kantor Pusat, proses verifikasi dan validasi RKA Unit dan Kantor Pusat oleh Divisi Pembina, Divisi Anggaran dan Tim RKAP, penyusunan draft RKAP dan penerbitan SKAO dan SKAI oleh Divisi Anggaran dilakukan melalui Aplikasi SIP2A.

  1.23. Prosedur dan tata cara pengoperasian Aplikasi SIP2A mengacu pada panduan yang terdapat pada porta

BAB II PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN ANGGARAN 2.1. Anggaran Operasi.

  2.1.1. LKAO merupakan bagian dari RKA Unit dan Kantor Pusat disusun dengan memperhatikan: a) Proyeksi penjualan Perusahaan.b) Skala prioritas Perusahaan. C)Kemampuan pendanaan Perusahaan. D)

  Efektifitas dan efisiensi program.e)Rasio-rasio dan/atau benchmarking dengan perusahaan peers.

  2.1.2. Penyusunan LKAO harus berorientasi pada pencapaian target Key

  Performance Indicator (KPI) dalam rangka peningkatan pendapatan,

  penurunan Biaya Pokok Penyediaan (BPP) tenaga listrik dan peningkatan profitabilitas Perusahaan.

  2.1.3. LKAO setidaknya meliputi komponen:

  2.1.3.1.Pendapatan usaha yang meliputi:

  2.1.3.1.1.Pendapatan penjualan tenaga listrik yang dituangkan dalam format sesuai Formulir 8, disusun berdasarkan proyeksi volume penjualan pada masing-masing golongan tarif, dikalikan dengan tarif tenaga listrik yang berlaku, dan jumlah pendapatan dalam satuan Rupiah penuh. Bersamaan dengan perencanaan pendapatan penjualan tenaga listrik juga disajikan rencana penambahan pelanggan dan pertambahan daya tersambung yang dituangkan dalam format sesuai Formulir 9.

  Di samping pengelompokan pendapatan penjualan tenaga listrik berdasarkan golongan pelanggan, pendapatan penjualan tenaga listrik juga dikelompokkan berdasarkan Unit Induk dan Anak Perusahaan yang melakukan transaksi penjualan tenaga listrik. Total pendapatan penjualan tenaga listrik dari kedua jenis pengelompokan ini harus sama.

  Rencana penjualan agar mempertimbangkan estimasi saldo piutang usaha pada awal tahun, aging schedule dan target piutang usaha pada akhir tahun. mendapatkan subsidi listrik dan dituangkan ke dalam format sesuai Formulir 10. Rencana pendapatan subsidi listrik agar mempertimbangkan estimasi saldo piutang subsidi pada awal tahun, perhitungan subsidi listrik dalam APBN tahun berjalan dan estimasi piutang subsidi listrik pada akhir tahun.

  2.1.3.2.Beban operasi meliputi : 2.1.3.2.1.Neraca energi.

  RKA Unit Induk menyajikan neraca energi yang menggambarkan sumber perolehan energi listrik dalam satuan MWh dan meliputi : a.