Efek analgesik infusa bunga srigading [Nyctanthes arbor-tritis L.] pada mencit putih betina - USD Repository

  

EFEK ANALGESIK INFUSA BUNGA SRIGADING

(Nyctanthes arbor-tritis L.) PADA MENCIT PUTIH BETINA

SKRIPSI

Disusun untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S. Farm)

Program Studi Ilmu Farmasi

  

Oleh :

  Eunike Sandjaja NIM : 038114030

  

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2007

  EFEK ANALGESIK INFUSA BUNGA SRIGADING (Nyctanthes arbor-tritis L.) PADA MENCIT PUTIH BETINA SKRIPSI Disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S. Farm) Program Studi Ilmu Farmasi Oleh :

  Eunike Sandjaja NIM : 038114030

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2007

  

HALAMAN PERSEMBAHAN

Aku tid a k m e n d a p a t s e s u a tu p u n ya n g a ku m in ta

Te ta p i m e n d a p a t s e m u a ya n g a ku bu tu h ka n .

B e rte n ta n ga n d e n ga n ke in gin a n ku , d o a -d o a ku ya n g ta k te ru ca p ka n te rja w a b

Banyak perkara yang tak dapat kumengerti...

mengapakah harus terjadi di dalam dunia ini.

  

Satu perkara yang kusimpan dalam hati...

tiada sesuatu akan terjadi tanpa Allah perduli.

  

Allah mengerti..Allah perduli..

segala persoalan yang Nike hadapi..

Tak akan pernah dibiarkanNya kubergumul sendiri s’bab allah

mengerti..

  

DibukaNya jalanku.. s’bab Allah mengerti...

  Segala perkara dapat Nike tanggung di dalam Yesus yang memberi kekuatan kepada Eunike Rebecca Sandjaja Filipi 4:13 Kupersembahkan skripsi ini kepada Bapa di Sorga yang selalu mengasihiku...

  

Tuhan Yesus yang selalu memberi segalanya indah pada waktuNya…

Roh Kudus... penghiburku yang selalu setia menyertaiku… Keluargaku yang kucintai... Gi dan Ndari yang kusayangi… Almamaterku....

  

PRAKATA

  Penulis memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa oleh karena kasih setiaNya lah, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Efek Analgesik Infusa Bunga Srigading (Nyctanthes arbor-tritis L.) pada Mencit Putih Betina“ ini dengan baik.

  Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

  Penyelesaian skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Oleh karena itu penulis hendak mengucapkan terima kasih kepada : 1. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

  2. Yosef Wijoyo, M.Si., Apt selaku pembimbing akademik dan pembimbing utama skripsi ini atas segala dukungan, bimbingan, kritik dan masukkan kepada penulis demi kemajuan skripsi ini.

  3. Drs. Mulyono, Apt., selaku penguji skripsi atas bantuan dan masukkan kepada penulis demi kemajuan skripsi ini.

  4. Erna Tri Wulandari, M.Si., Apt. selaku penguji skripsi atas bantuan dan masukkan kepada penulis demi kemajuan skripsi ini.

  5. Ign. Kristio Budiasmoro, M.Si., Mas Sigit, dan Mas Andre, atas bantuan determinasi dan pembuatan herbarium tanaman srigading.

  6. Mas Parjiman, Mas Heru dan Mas Kayat selaku laboran bagian Farmakologi- Toksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian Farmakognosi- Fitokimia atas segala bantuan dan dinamika selama di laboratorium.

  7. Papa, Mama dan Ciciku yang selalu mendukung terutama dukungan moral, biaya, semangat dan kasih sayang selama ini.

  8. Gi yang selalu memberi kepercayaan, semangat dan bantuan selama ini, Nesz dan Ndari yang membantu selama penyusunan skripsi ini, serta Jenny atas persahabatan yang indah.

  9. Teman-teman Amakusa Family : Ayu, Tyas beru, Nova, Linda tomat, C’monchan, Cendutz, Dechi, Chipino, Inchan, Hennotz, Mira, Tata, Ita, Yemi, Dewi, Uut, Dian, dan Putri atas persahabatan dan kehebohan yang menyenangkan.

  10. Tokol Family dan seluruh PMK Apostolos Family atas persaudaraan dan persahabatan yang indah dalam Tuhan Yesus Kristus.

  11. Fen-Fen, Mike, Kezia, Fery, Owen, Ping, Shiang, dan Ricky atas dukungan moril, doa dan persahabatan yang luar biasa.

  12. Teman-teman seperjuangan di Laboratorium Farmakologi atas kebersamaan dan keceriaan bersama selama ini.

  13. Kelas kuliah A, terlebih kelompok Praktikum B angkatan 2003 atas kebersamaan, suka, dan duka selama ini.

  14. Pihak-pihak yang turut membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini dan tidak dapat disebutkan satu-persatu.

  Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi kemajuan di masa yang akan datang. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi masyarakat dan perkembangan ilmu pengetahuan.

  Penulis

  

INTISARI

  Srigading (Nyctanthes arbor-tritis L.) merupakan salah satu tanaman yang dikembangkan sebagai obat tradisional. Srigading sering digunakan masyarakat untuk mengobati batuk, wasir, encok, eksema, demam, demam nifas (demam sehabis bersalin), perawatan setelah bersalin, haid tidak lancar, rematik, ruam kulit, kusta, dan cacingan pada anak. Tujuan studi ini adalah untuk mengetahui efek analgesik dari infusa bunga srigading terhadap mencit putih betina.

  Penelitian ini dilakukan secara eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola searah. Subyek penelitian sejumlah 36 ekor mencit putih betina dikelompokkan dalam 6 kelompok. Kelompok I adalah kontrol negatif menggunakan akuades. Kelompok II adalah kontrol positif menggunakan suspensi asetosal dalam natrium carboksimetilselulose 1% dengan dosis 91 mg/KgBB. Kelompok III-VI adalah subyek infusa bunga srigading dengan dosis 1333,33 mg/KgBB; 2000 mg/KgBB; 2666,67 mg/KgBB; and 3333,33 mg/KgBB. Senyawa uji dan kontrol diberikan secara peroral. Setelah 10 menit, subyek diberi rangsang asam asetat sebesar 1%v/v secara intraperitonial, kemudian respon geliat mencit diamati dan dicatat setiap 5 menit selama 1 jam. Jumlah respon geliat dianalisis menggunakan Anova satu arah dengan taraf kepercayaan 95% dan dilanjutkan dengan uji Schefe.

  Hasil studi ini menunjukkan bahwa infusa bunga srigading memiliki efek analgesik terhadap mencit putih betina. Efek analgesik yang dihasilkan infusa bunga srigading dosis 1333,33 mg/KgBB; 2000 mg/KgBB; 2666,67 mg/KgBB; and 3333,33 mg/KgBB adalah 45,033%; 49,413%; 65,158%; dan 60,642%.

  Kata kunci : efek analgesik, infusa bunga srigading, rangsang kimia, mencit putih betina.

  

ABSTRACT

  Coral jasmine (Nyctanthes arbor-tritis L.) is one of plants that used to be developed as a traditional medicine. Coral jasmine is often used by people to cure cough, haemorrhoids, eczema, fever, unfluent menstruation, and rheumatic. the purpose of this study was to know the analgesic effect of coral jasmine infusion forward white female mice.

  The research was done including research on pure experiment with complete randomize one divided one way statistic. The subject of the research were 36 white female mices divided into 6 groups. Group I was the negative control used aquadest. Group II was the positif control used asetosal suspension in 1% natrium carboksimetilselulose with dose of 91 mg/KgBW. Group III-VI were the the subjects of the coral jasmine flower infusion with dose of 1333,33 mg/KgBW; 2000 mg/KgBW; 2666,67 mg/KgBW; and 3333,33 mg/KgBW. The testing substances and the control’s were given peroral. After 10 minutes, the subject were given acetic acid stimulation about 1% v/v in a intraperitonial way, then the mice’s writhing responses were observed and recorded every 5 minutes in 1 hour. The quantity of writhing responses were analyzed using one way Anova with 95% significance level and were continued with Schefe method.

  The result of the study shown that the coral jasmine flower infusion have an analgesic effect on white female mice. The analgesic effect produced by 1333,33 mg/KgBW; 2000 mg/KgBW; 2666,67 mg/KgBW; and 3333,33 mg/KgBW of coral jasmine flower infusion were 45,033%; 49,413%; 65,158%; dan 60,642%.

  Keyword : analgesic effect, coral jasmine infusion, chemical stimulation, female white mice.

  

DAFTAR ISI

  Halaman HALAMAN JUDUL..................................................................................... ii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................... iii HALAMAN PENGESAHAN....................................................................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... v PRAKATA.................................................................................................... vi PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ....................................................... ix

  INTISARI...................................................................................................... x

  

ABSTRACT .................................................................................................... xi

  DAFTAR ISI................................................................................................. xii DAFTAR TABEL......................................................................................... xv DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xviii DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. xx BAB I. PENGANTAR ..................................................................................

  1 A. Latar Belakang ........................................................................................

  1 B. Permasalahan .......................................................................................... 3 C. Keaslian Penelitian..................................................................................

  3 D. Manfaat Penelitian ..................................................................................

  3 E. Tujuan Penelitian ....................................................................................

  4 BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA...........................................................

  5 A. Tanaman Srigading .................................................................................

  5 B. Infusa....................................................................................................... 6

  C. Nyeri........................................................................................................ 8

  D. Analgetika ............................................................................................... 17

  E. Asetosal ................................................................................................... 18 F. Metode Pengujian Efek Analgesik..........................................................

  19 G. Keterangan Empiris.................................................................................

  25 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ....................................................

  26 A. Jenis dan Rancangan Penelitian ..............................................................

  26 B. Metode Penelitian ...................................................................................

  26 C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional .........................................

  27 1. Variabel Penelitian ............................................................................

  27 2. Definisi Operasional .........................................................................

  28 D. Bahan dan Alat Penelitian.......................................................................

  28 1. Bahan Penelitian................................................................................

  28 2. Alat Penelitian...................................................................................

  29 E. Tata Cara Penelitian ................................................................................

  30 1. Determinasi Tanaman .......................................................................

  30 2. Pengumpulan Bahan .........................................................................

  30 3. Pembuatan simplisia bunga srigading...............................................

  30 4. Penyiapan Hewan Uji........................................................................

  31 5. Pembuatan Sediaan ...........................................................................

  31 6. Penentuan Kriteria Geliat Mencit......................................................

  32 7. Penentuan Dosis Infusa Bunga Srigading .........................................

  32 8. Penentuan Dosis Asam Asetat ..........................................................

  33

  9. Penentuan Selang Waktu Pemberian Asam Asetat...........................

  33 10. Penentuan Dosis Asetosal .................................................................

  34 11. Penentuan Kontrol Negatif................................................................

  34 12. Perlakuan Hewan Uji ........................................................................

  35 13. Pengujian Efek Analgesik .................................................................

  35 14. Tatacara Analisis Hasil .....................................................................

  36 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN .............................

  37 A. Determinasi Tanaman .............................................................................

  37 B. Uji Pendahuluan ......................................................................................

  38 1. Penentuan Dosis Asam Asetat ..........................................................

  38 2. Penentuan Selang Waktu Pemberian Asam Asetat...........................

  41 3. Penentuan Dosis Asetosal .................................................................

  44 4. Penentuan Kontrol Negatif................................................................

  47 C. Pengujian Efek Analgesik .......................................................................

  49 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................

  59 A. Kesimpulan ............................................................................................. 59

  B. Saran........................................................................................................ 59 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................

  60 LAMPIRAN.................................................................................................. 62 BIOGRAFI PENULIS ..................................................................................

  87

  

DAFTAR TABEL

  Halaman Tabel I. Rata-rata jumlah kumulatif geliat mencit pada penentuan dosis asam asetat ...................................................................

  38 Tabel II. Hasil analisis variansi satu arah rata-rata jumlah kumulatif geliat penentuan dosis asam asetat........................................

  39 Tabel

  III. Hasil uji Scheffe rata-rata jumlah kumulatif geliat penentuan dosis asam asetat..................................................

  40 Tabel IV. Rata-rata jumlah kumulatif geliat mencit pada penentuan selang waktu pemberian asam asetat dengan dosis 50 mg/kgBB ............................................................................... 41

  Tabel V. Hasil analisis variansi satu arah rata-rata jumlah kumulatif geliat pada penentuan selang waktu pemberian asam asetat.

  42 Tabel

  VI. Hasil uji Scheffe rata-rata jumlah kumulatif geliat penentuan selang waktu pemberian asam asetat ...................

  43 Tabel VII. Rata-rata jumlah kumulatif geliat mencit dan persen proteksi pada penentuan dosis asetosal .................................

  45 Tabel VIII. Hasil analisis variansi satu arah persen proteksi pada penentuan dosis asetosal .......................................................

  46 Tabel IX. Hasil uji Scheffe persen proteksi pada penentuan dosis asetosal .................................................................................. 46 Tabel X. Rata-rata jumlah kumulatif geliat mencit pada penentuan kontrol negatif .......................................................................

  48

  Tabel XI. Data rata-rata jumlah kumulatif geliat mencit dan persen proteksi pada pengujian efek analgesik seluruh kelompok...

  49 Tabel XII. Analisis variansi satu arah persen proteksi pada pengujian efek analgesik seluruh kelompok ..........................................

  51 Tabel XIII. Hasil uji Scheffe persen persen proteksi pada pengujian efek analgesik seluruh kelompok ..........................................

  51 Tabel XIV. Data rata-rata persen perubahan efek analgesik kelompok perlakuan terhadap kontrol positif (asetosal 91 mg/KgBB) pada pengujian efek analgesik seluruh kelompok.................

  54 Tabel XV. Ringkasan analisis variansi satu arah rata-rata persen perubahan efek analgesik terhadap kontrol positif (asetosal dosis 91 mg/kgBB) pada pengujian efek analgesik seluruh kelompok............................................................................... 55

  Tabel XVI. Hasil uji Scheffe persen perubahan efek analgesik terhadap kontrol positif (asetosal dosis 91 mg/kgBB) pada pengujian efek analgesik seluruh kelompok ..........................................

  56 Tabel XVII. Data jumlah geliat mencit pada penentuan dosis asam asetat

  65 Tabel XVIII. Data jumlah geliat mencit pada penentuan selang waktu pemberian asam asetat...........................................................

  67 Tabel XIX. Data jumlah geliat mencit pada penentuan dosis asetosal ....

  69 Tabel XX. Data persen proteksi pada penentuan dosis asetosal .............

  71 Tabel XXI. Data jumlah geliat mencit pada penentuan kontrol negatif...

  73

  Tabel XXII. Data jumlah geliat mencit pada pengujian efek analgesik seluruh kelompok ..................................................................

  74 Tabel XXIII. Data rata-rata jumlah kumulatif geliat mencit dan persen proteksi pada pengujian efek analgesik seluruh kelompok...

  75 Tabel XXIV. Data persen proteksi pada pengujian efek analgesik seluruh kelompok............................................................................... 79 Tabel XXV. Data rata-rata persen perubahan efek analgesik kelompok perlakuan terhadap kontrol positif (asetosal 91 mg/KgBB) pada pengujian efek analgesik seluruh kelompok.................

  83

  DAFTAR GAMBAR

  Halaman Gambar 1. Pembentukkan mediator-mediator nyeri ...............................

  10 Gambar 2. Tempat berakhirnya serabut aferen pada 6 lapisan dari sumsum tulang belakang .......................................................

  12 Gambar 3. Mekanisme Nyeri ..................................................................

  14 Gambar 4. Skema diagram dari gate control system .............................. 15 Gambar 5. Struktur molekul Asetosal.....................................................

  18 Gambar 6. Diagram batang rata-rata jumlah kumulatif geliat pada penentuan dosis asam asetat.................................................

  39 Gambar 7. Grafik rata-rata jumlah kumulatif geliat mencit selama 1 jam pada penentuan selang waktu pemberian asam asetat....

  42 Gambar 8. (a) Diagram batang rata-rata jumlah kumulatif geliat........

  45 (b) Diagram batang rata-rata persen proteksi pada penentuan dosis asetosal .......................................................

  45 Gambar 9. Diagram batang rata-rata jumlah kumulatif geliat mencit pada penentuan kontrol negatif .............................................

  48 Gambar 10. (a) Diagram batang rata-rata jumlah kumulatif geliat pada pengujian efek analgesik ......................................................

  50 (b) Diagram batang rata-rata persen proteksi pada pengujian efek analgesik ......................................................

  50

  Gambar 11 Diagram batang rata-rata persen perubahan efek analgesik terhadap kontrol positif (asetosal dosis 91 mg/kgBB) pada pengujian efek analgesik seluruh kelompok .........................

  55 Gambar 12. Foto Tanaman Srigading .......................................................

  63 Gambar 13. Foto Bunga Srigading ...........................................................

  63 Gambar 14. Foto Serbuk Simplisia ...........................................................

  64 Gambar 15. Foto Infusa Bunga Srigading ................................................

  64 Gambar 16. Foto Geliat mencit.................................................................

  64

  

DAFTAR LAMPIRAN

  Halaman Lampiran 1. Surat Pengesahan Determinasi..............................................

  62 Lampiran 2. Foto Tanaman Srigading, Bunga Srigading, Serbuk Simplisia, Infusa Bunga Srigading, dan Geliat mencit .........

  62 Lampiran 3. Data jumlah kumulatif geliat mencit dan hasil analisis statistik pada penentuan dosis asam asetat............................

  65 Lampiran 4. Data jumlah kumulatif geliat mencit dan hasil analisis statistik pada penentuan selang waktu pemberian asam asetat...................................................................................... 67

  Lampiran 5. Data jumlah kumulatif geliat mencit dan hasil analisis statistik pada penentuan dosis asetosal .................................

  69 Lampiran 6. Data persen proteksi dan hasil analisis statistik pada penentuan dosis asetosal .......................................................

  71 Lampiran 7. Data jumlah kumulatif geliat mencit dan hasil analisis statistik pada penentuan kontrol negatif................................

  73 Lampiran 8. Data rata-rata jumlah kumulatif geliat mencit dan hasil analisis statistik pada pengujian efek analgesik seluruh kelompok............................................................................... 74

  Lampiran 9. Data persen proteksi dan hasil analisis statistik pada pengujian efek analgesik seluruh kelompok .........................

  79 Lampiran 10. Data persen proteksi dan hasil analisis statistik pada pengujian efek analgesik seluruh kelompok .........................

  83

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia telah mengenal dan menggunakan obat tradisional

  sejak dahulu kala. Obat tradisional digunakan sebagai sarana perawatan kesehatan dan untuk menanggulangi berbagai macam penyakit. Budaya bangsa Indonesia yang berkaitan dengan pemanfaatan alam, khususnya untuk pemeliharaan kesehatan dan pengobatan penyakit dilaksanakan berdasarkan pengalaman secara turun-temurun. Dari pengalaman tersebut ternyata banyak tumbuhan di alam sekitar memberi manfaat kesehatan bagi penggunanya. Pengalaman tersebut secara turun-temurun dikembangkan dan diwariskan, sehingga obat tradisional dapat dimanfaatkan sampai sekarang sebagai salah satu sarana perawatan kesehatan masyarakat (Soedibyo, 1998).

  Nyeri merupakan salah satu masalah kesehatan yang masih perlu ditanggulangi karena nyeri merupakan gejala dari hampir semua penyakit yang keberadaannya kadang-kadang sangat menyiksa. Hal ini menyebabkan penderitanya berusaha untuk bebas dari rasa nyeri tersebut. Walaupun kadang- kadang sangat menyiksa, nyeri sangat berharga sebagai petunjuk dan peringatan tentang adanya sesuatu yang tidak beres dalam tubuh. Salah satu solusi untuk mengatasi rasa nyeri tersebut dengan mengembangkan berbagai upaya pengobatan. (Soedibyo, 1998).

  Salah satu bahan alam yang berguna sebagai obat tradisional dan dimanfaatkan oleh masyarakat untuk mengobati rasa nyeri adalah srigading (Soedibyo, 1998). Bagian yang sering dimanfaatkan adalah bunga, daun, kulit kayu, dan bijinya. Bunga srigading biasanya digunakan untuk demam habis bersalin, haid tidak teratur, rematik, radang kulit bernanah, dan tonik (Soedibyo, 1998). Masyarakat di daerah Cirebon ternyata juga biasa memanfaatkan bunga srigading untuk mengobati nyeri haid dimana bunga srigading segar atau yang telah dikeringkan tersebut diseduh dengan air panas seperti halnya pada pembuatan teh. Akan tetapi, efek analgesik bunga srigading belum diteliti sehingga melalui penelitian ini diharapkan dapat diperoleh informasi tentang efek analgesik bunga srigading.

  Pengujian efek analgesik yang dilakukan terhadap bunga srigading ini menggunakan metode uji rangsang kimia. Hal ini dikarenakan metode rangsang kimia dapat digunakan sebagai langkah pengujian awal untuk mengetahui apakah suatu senyawa memiliki efek analgesik atau tidak, selain itu metode ini sederhana dan mudah dilakukan. Hewan uji yang digunakan dalam metode uji rangsang kimia adalah mencit sebagaimana tercantum dalam acuan (Turner, 1965). Mencit yang dapat digunakan adalah Swiss Webster dan BAPSI. Pada penelitian ini digunakan mencit dengan galur Swiss Webster karena karakternya yang lebih mudah beradaptasi dan tidak mudah stress dibandingkan dengan BAPSI. Selain itu dipilih jenis kelamin betina dengan asumsi lebih peka terhadap rangsang nyeri dibandingkan jenis kelamin jantan.

B. Permasalahan

  Berdasarkan latar belakang tersebut maka permasalahan yang timbul antara lain adalah sebagai berikut : a. Apakah infusa bunga srigading memiliki efek analgesik terhadap mencit putih betina melalui metode rangsang kimia? b. Berapa besar efek analgesik infusa bunga srigading terhadap mencit putih betina melalui metode rangsang kimia?

  C.

  

Keaslian

  Penelitian yang pernah dilakukan terhadap tanaman srigading diantaranya adalah penelitian Saikhu Akhmad Husen (1987) tentang pengaruh infus daun srigading 5% dan 10% serta infus bunga srigading 0,5% dan 1% terhadap amplitudo kontraksi otot rahim kelinci terpisah. Akan tetapi sejauh pengetahuan penulis, penelitian efek analgesik infusa bunga srigading belum pernah dilakukan.

  D.

  

Manfaat penelitian

  Penelitian ini memiliki beberapa manfaat, yaitu sebagai berikut :

  a. Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmiah bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya bidang obat tradisional dalam hal obat analgesik. b. Manfaat praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang manfaat bunga srigading sebagai obat analgesik.

E. Tujuan Penelitian

  Penelitian ini memiliki beberapa tujuan, yaitu sebagai berikut :

  1. Tujuan umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang tanaman obat yang dapat dimanfaatkan sebagai obat analgesik.

  2. Tujuan khusus

  a. Untuk mengetahui kemampuan bunga srigading sebagai analgetika terhadap mencit putih betina.

  b. Untuk mengetahui besar efek analgesik bunga srigading terhadap mencit putih betina.

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Tanaman Srigading

  1. Sistematika

  Divisio : Spermatophyta Sub divisio : Angiospermae Classis : Dicotyledonae Ordo : Contortae Familia : Oleaceae Subfamilia : Oleoideae Genus : Nyctanthes Spesies : Nyctanthes arbor-tritis L. (Backer dan Bakhuizen, 1965)

  (Lawrence, 1951) 2. Sinonim : Nyctanthes arbodica-charantia L.; Nyctanthes dentate, BI.

  (Anonim, 2006) 3.

   Nama daerah

  Srigading, suruh gading, sarigading, sirih gading, kembang pengantin, daun karangan (Jawa); coral jasmine, sorrowful tree (Inggris); harsinghar, patijataka (India/Pakistan) (Anonim, 2006 ).

  4. Morfologi

  Perdu atau pohon kecil, tinggi ± 9 m. Batang berkayu, bulat, bercabang, berambut, kasap, putih kotor. Daun tunggal, bulat telur, pangkal membulat, ujung runcing, tepi rata, permukaan kasap, tulang menyirip, panjang 4-11cm, lebar 2-8 cm, duduk berhadapan, hijau. Bunga majemuk bentuk malai, harum, kelopak bentuk corong, berambut, panjang ± 7mm, tabung mahkota silindris, jingga, mahkota 3-5, putih, mekar waktu malam hari dan berjatuhan pada pagi hari. Buah kotak, bulat telur, pipih, panjang ± 1,5m, cokelat. Biji keras, cokelat (Anonim, 2006)

  5. Kandungan kimia

  Bunga srigading mengandung minyak atsiri, dan alkaloid niktantina (Anonim, 2006). Selain itu, bunga srigading juga memiliki kandungan sterol/terpen, dan flavonoid (Anonim, 1995a).

  6. Kegunaan

  Bunga srigading berguna untuk mengatasi demam, demam nifas (demam sehabis bersalin), haid tidak lancar, rematik, dan cacingan pada anak (Anonim, 2006). Selain itu, bunga srigading juga berguna untuk mengobati batuk, wasir, dan eksema (Anonim, 1995a).

  B.

  

Infusa

  Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia nabati dengan air pada suhu 90 ˚C selama 15 menit. Penyarian dengan cara infundasi menghasilkan sari yang tidak stabil dan mudah tercemar oleh kuman dan kapang. Oleh sebab itu sari yang diperoleh tidak bisa disimpan lebih dari 24 jam (Anonim, 1995b).

  Pembuatan infusa sebagai berikut :

  1. Simplisia dengan derajat halus yang sesuai (diayak menggunakan ayakan dengan jumlah lubang tiap inchi adalah 35) dicampur dengan air secukupnya, panaskan diatas tangas air selama 15 menit terhitung mulai suhu mencapai

  90 ˚C, sambil sesekali diaduk.

  2. Pada saat masih panas campuran tersebut diserkai melalui kain katun.

  Selanjutnya ditambahkan air panas secukupnya melalui ampas sampai diperoleh volume infus yang dikehendaki. Apabila simplisia mengandung minyak atsiri maka campuran tersebut diserkai dalam keadaan dingin (Anonim, 1995b).

  3. Kecuali dinyatakan lain, dan kecuali untuk simplisia yang tertera dibawah, infus yang mengandung bukan bahan berkhasiat keras dibuat dengan menggunakan 10% simplisia. Untuk pembuatan 100 bagian infus berikut digunakan sejumlah yang tertera : a. Kulit kina : 6 bagian.

  b. Daun digitalis : ½ bagian.

  c. Akar ipeka : ½ bagian.

  d. Daun kumis kucing : ½ bagian.

  e. Sekale kornutum : 3 bagian.

  f. Daun sena : 4 bagian.

  g. Rimpang temulawak : 4 bagian.

  (Anonim, 1995b).

C. Nyeri

  Nyeri merupakan respon langsung terhadap kejadian/peristiwa yang tidak menyenangkan yang berhubungan dengan kerusakan jaringan, seperti, luka, inflamasi, atau kanker (Rang, Dale, Ritter, dan Moore, 2003).

  Nyeri dapat dibedakan berdasarkan waktu timbulnya nyeri yaitu: nyeri akut dan nyeri kronik (Anonim, 2001). Nyeri akut dengan kecepatan penjalaran antara 6-30 meter per detik biasanya memiliki sebuah penyebab yang dapat ditegaskan dan sering kali berfungsi sebagai perlindungan yang bertindak sebagai peringatan dari ancaman luar atau kegagalan dalam tubuh. Nyeri kronik dengan kecepatan penjalaran antara 0,5-2 meter per detik sering kali tidak menandakan bahaya yang segera menimbulkan pencegahan dan pasien mungkin tidak mengartikan nyeri tersebut sebagai penyakit serius (Greene dan Harris, 2000).

  Nyeri berdasarkan sumbernya dapat dikategorikan menjadi nyeri somatik dan nyeri viseral. Jika nyeri somatik muncul dari kulit, dinamakan nyeri superfisial. Jika nyeri itu berasal dari otot, sendi, atau jaringan connective, disebut nyeri dalam. Nyeri viseral muncul dari organ dalam dan berbeda bermakna dengan nyeri somatik (Anonim, 2001).

  Dalam kondisi normal, nyeri berkaitan dengan aktivitas listrik pada serabut saraf aferen utama dengan diameter kecil sari saraf perifer. Ujung saraf sensoris pada jaringan perifer diaktifkan oleh berbagai macam rangsangan (mekanik, suhu, kimia). Berdasarkan rekaman aktivitas pada serabut aferen menun jukkan bahwa rangsang yang cukup untuk merangsang serabut aferen tersebut menumbulkan sensasi nyeri. Banyak dari serabut ini adalah serabut C tak bemielin dengan kecepatan konduksi yang rendah dimana grup ini dikenal sebagai nosiseptor C-polimodal. Lainnya adalah serabut bermielin (A δ) yang mengonduksi lebih cepat tetapi merespon rangsang perifer yang hampir sama.

  Nosiseptor polimodal (PMN) merupakan saraf sensorik utama di perifer yang memberikan respon terhadap rangsang bahaya. Sebagian besar adalah serabut C tak bermielin dengan ujung-ujungnya yang merespon terhadap rangsang suhu, mekanik, dan kimia. Zat-zat kimia yang memiliki aksi di PMN dan menimbulkan nyeri meliputi bradikinin, proton, adenosin tripfosfat (ATP) dan vanilloid. Polimoidal nosiseptor (PMN) sendiri disensitisasi oleh prostaglandin, dimana hal ini dapat menjelaskan mengenai aktivitas analgesik dari obat-obat mirip aspirin (Rang dkk, 2003).

  Berbagai metabolit dan senyawa dilepaskan dari sel-sel yang terluka, atau terinflamasi, termasuk 5-HT, histamin, asam laktat, ATP dan K+ dimana banyak yang mempengaruhi terminal-terminal saraf nosiseptik. Eikosanoid merupakan hasil pembentukkan dari fosfolipid. Mereka termasuk dalam kontrol dari berbagai proses fisiologis serta merupakan mediator dan modulator utama dari reaksi inflamasi. Asam arakidonat ditemukan teresterifikasi dalam fosfolipid. Eikosanoid yang terpenting adalah prostaglandin, tromboksan, dan leukotrien, walau derivat lain seperti lipoksin juga dihasilkan (Rang dkk., 2003). Pembentukkan mediator derivat fosfolipid dapat dilihat pada Gambar 1.

  Prostaglandin merupakan mediator yang dihasilkan dari perombakan asam arakidonat melalui jalur siklooksigenase. Prostaglandin tidak menyebabkan nyeri secara langsung tetapi meningkatkan efek penyebab nyeri dari agen lain secara kuat seperti bradikinin atau 5-HT. Bradikinin merupakan senyawa penyebab nyeri yang poten, beraksi sebagian dikarenakan lepasnya prostaglandin yang sangat kuat meningkatkan aksi langsung bradikinin pada terminal-terminal saraf (Rang dkk., 2003).

  Rangsangan Gangguan membran sel Fosfolipida Glukokortikoid

  (menginduksi terbentuknya Lyso-glyseril lipocortin) Fosfolipase A 2 fosforilkolin

  Asam arakhidonat Antagonis PAF PAF

  Contoh: siklooksigenase

  NSAID lexipafant Vasodilatasi,

  Penghambat kemotaksis lipoksigenase

  Lipooksigenase Contoh: zileutin leukotrien

prostaglandin

tromboksan prostasiklin

mediator nyeri

nyeri

  Gambar 1. Pembentukkan mediator-mediator nyeri (Rang dkk, 2003) Keterangan : = menghambat

  = membentuk NSAID = Non Steroid Anti Inflammatory Drug PAF = Platelet Activating Factor Badan sel dari serabut aferen nosiseptik berada di belakang serabut ganglia. Serabut ini memasuki sumsum tulang belakang melalui serabut ganglia dan berakhir di daerah abu-abu pada dorsal horn. Kebanyakan dari serabut aferen nosiseptik berakhir pada permukaan dari tulang belakang. Serabut C dan beberapa serabut A masuk ke dalam badan sel pada lamina I dan II. Sementara serabut A lainnya masuk lebih dalam ke dalam tulang (lamina V). Serabut saraf aferen tak bermielin mengandung beberapa neuropeptida terutama substansi P dan

  

Calcitonin gene-related peptide (CGRP). Zat-zat ini dilepaskan sebagai mediator

  di pusat dan perifer dan berperan penting dalam mekanisme nyeri (Rang dkk., 2003).

  Tiga kelompok utama reseptor kulit yang telah diidentifikasi adalah :

  1. Mekanoreseptor (mendeteksi sentuhan ringan)

  2. Termoreseptor (mendeteksi panas) 3. Nosiseptor (mendeteksi luka dan rangsang bahaya) (Greene dan Harris, 2000).

  Sebagian besar reseptor pada kulit memiliki struktur khusus yang merupakan ujung saraf bebas yang sederhana di perifer. Tiga tipe serabut saraf yang terlibat dalam transmisi nyeri :

  1. Serabut A- β : berukuran besar, bermielin, cepat dalam menyalurkan impuls

  (30-100 m/detik), memiliki ambang nyeri yang rendah dan merespon terhadap sentuhan ringan.

  2. Serabut A- δ : berukuran kecil, bermielin tipis, dan memiliki kecapatan konduksi yang lebih rendah (6-30 m/detik). Serabut ini merespon terhadap tekanan, panas, zat kimia, dan memberi reaksi terhadap nyeri yang tajam, serta menimbulkan refleks penarikan diri atau gerakan cepat lainnya.

  3. Serabut C : berukuran kecil, tidak bermielin, dan memiliki kecepatan konduksi yang lambat (1-1,25 m/detik). Serabut ini merespon terhadap seluruh jenis rangsang bahaya dan mentransmisikan nyeri yang lambat dan tumpul (Greene dan Harris, 2000).

  Mechanoreceptor Mechanoreceptor Nociceptor Nociceptor

  Thermoreceptor Mechanoreceptor

  Gambar 2. Tempat berakhirnya serabut aferen pada 6 lapisan dari sumsum tulang belakang (Rang dkk, 2003) Langkah pertama untuk mencapai sensasi nyeri adalah rangsangan pada ujung-ujung saraf bebas yang dikenal sebagai nosiseptor. Mekanisme rangsang

  • tersebut melepaskan bradikinin, K , prostaglandin, histamin, leukotrien, serotonin, dan substansi P (diantara yang lainnya) yang mensensitisasi/mengaktivasi nosiseptor. Aktivasi reseptor menimbulkan aksi potensial yang ditransmisikan sepanjang serabut saraf aferen menuju sumsum tulang belakang. Transmisi

  nociceptive terjadi pada serabut saraf A

  δ dan C aferen. Rangsangan pada serabut A

  δ yang bermielin dan berdiameter luas membawa nyeri yang tajam dan terlokalisasi, sebagaimana rangsang pada serabut yang tidak bermielin dan berdiameter kecil menghasilkan nyeri yang lemah dan tidak terlokalisasi (Dipiro, Tabert, Yee, Matzke, Wells, and Posey, 2005).

  Pada inflamasi yang akut, sebagai respon terhadap terjadinya kerusakan jaringan maka terjadi proteksi terhadap jaringan yang luka dan meningkatkan penyembuhannya. Sejumlah mediator inflamasi dilepaskan, seperti bradikinin, prostaglandin, serotonin, histamin, sitokin, eikosanoid, neuropeptida dan proton.

  Bradikinin di percaya sebagai mediator pertama yang menyebabkan aktivasi

  

second messenger, menghasilkan peningkatan konduktansi dan sensitisasi channel

  natrium. Prostaglandin meningkatkan aktivitas bradikinin; oleh sebab itu keduanya berpengaruh besar pada proses inflamasi dan perlu waktu lama sebagai target pada penggunaan terapi farmakologis (Galler, Bradley, Gammaitoni, Arnold, dan Alvarez, 2003).

  Noksius atau rangsang bahaya yang melewati ambang batas nyeri menimbulkan aktivasi dalam serabut nosiseptor. Nosiseptor banyak terdapat dalam serabut C. Aktivitas yang berupa impuls diteruskan menuju sistem saraf pusat dan menyebabkan eksitasi neuron sehingga menimbulkan nyeri. Aktivasi serabut C memicu pelepasan Calcitonin gene-related peptide (CGRP). Pada jaringan inflamasi akan dilepaskan Neuron Growth Factor (NGF) dan mediator lain seperti bradikinin, serotonin, prostaglandin, dan lain-lain. Penghambatan pada tahap eksitasi oleh analgetika opioid, enkefalin, GABA, aktivasi jalur penghambatan menurun menyebabkan aktivitas analgesik pusat. Analgetika perifer dan NSAID bekerja menghambat pada pelepasan mediator (Rang dkk., 2003).

  Faktor pertumbuhan neuron atau neuron growth factor (NGF) merupakan mediator mirip sitokinin yang dihasilkan oleh jaringan di perifer terutama pada jaringan yang mengalami peradangan dan beraksi secara spesifik pada serabut saraf aferen serta meningkatkan kemosensitifitas dan kandungan senyawa peptida.

  Senyawa peptida dilepaskan di pusat dan di perifer sebagai mediator yang berperan penting dalam terjadinya nyeri (Rang dkk, 2003).

  Gambar 3. Mekanisme Nyeri (Rang dkk, 2003) Keterangan : = menginduksi

  • __

  = menghambat BK = Bradikinin

  5-HT = 5-Hidroksi triptamin (serotonin) SP = Substansi P PG = Prostaglandin NGF = Neuron Growth Factor (faktor pertumbuhan neuron)

  CGRP = Calcitonin gene-related peptide

  NA = Nor Adrenalin GABA = asam

  γ-aminobutirat Serabut aferen yang disebut serabut nyeri nosiseptik membentuk sinapsis dalam dorsal horn dari sumsum tulang belakang bersama banyak neuron non-pain

  

transmitting atau neuron non-nociceptive. Sinapsis terjadi pada pain transmission

neurons (PTN) atau interconnecting neurons (ICN) yang mengeksitasi PTN.

  Sebagai tambahan, serabut non-nosiseptik berdiameter besar pada perifer atau neuron yang menurun dari sumsum tulang belakang dapat menghambat baik PTN maupun ICN dalam dorsal horn. Ketika serabut bermielin berdiameter besar terangsang maka mereka memiliki efek menghambat transmisi nyeri. Secara fungsional, pentingnya peristiwa antara serabut-serabut yang berbeda tersebut merupakan suatu bukti respon analgesik yang dihasilkan oleh pengobatan yang merangsang neuron non-nosiseptik berdiameter besar, sebagai contoh, iritasi topikal, dan akupuntur. Teori ini disebut sebagai gate control theory dari transmisi nyeri (Dipiro, Tabert, Yee, Matzke, Wells, and Posey, 1997).

  Small- Pain transmission neurons diameter afferents

  Descending inhibitory Interconnecting neurons systems

  Gambar 4. Skema diagram dari gate control system (Dipiro dkk, 1997)

  Penghilangan rasa nyeri dapat berpengaruh dimana saja sepanjang jalur nyeri, yaitu pad jalur yang melibatkan persepsi atau reaksi terhadap nyeri.

  Persepsi merupakan kesadaran terhadap adanya nyeri. Hal ini tidak tergantung pada kondisi kesadaran tetapi tergantung pada jalur aferen yang sempurna pada reseptor, saraf sensori yang menghantarkan impuls ke otak dan talamus dimana persepsi terjadi. Jika sebuah obat bertindak pada poin manapun sepanjang jalur ini dan menghambat tranfer informasi ke otak maka nyeri tidak teramati. Reaksi terhadap nyeri merupakan pengalaman nyeri dan merupakan fenomena yang lebih kompleks yang membutuhkan kesadaran dan kejadian tingkat tinggi pada otak yaitu korteks. Obat dapat menghilangkan nyeri dengan mengubah respon terhadap nyeri. Penggunaan agen-agen penghilang kegelisahan, disebut obat penenang, dapat menurunkan tingkat reaksi terhadap nyeri (Levine, 1978).

  Banyak cara yang dapat dilakukan untuk menghilangkan rasa nyeri, diantaranya :

  1. Menghilangkan penyebabnya : perbaikan atau pencabutan gigi yang sakit, netralisasi asam lambung pada peptic ulcer.

  2. Menggunakan pengukuran fisik : penggunaan panas, dingin, atau tekanan pada bagian yang sakit.

  3. Mengalihkan perhatian dari rangsangan nyeri : penggunaan rangsang audiovisual seperti musik, suara aliran air terjun pada proses operasi gigi.

  4. Hipnotis.

  5. Menggunakan obat-obatan termasuk senyawa farmakologi inaktif seperti plasebo (Levine, 1978).

D. Analgetika

  Analgetika adalah obat atau senyawa yang bertujuan untuk mengurangi atau melenyapkan rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Secara umum analgetika dibagi menjadi 2 golongan besar yaitu analgetika opioid (narkotik) dan analgetika non-opioid (non-narkotik) (Anonim, 2000).

  Obat-obat non-opioid seperti parasetamol dan asetosal (dan NSAID lainnya), khususnya cocok untuk nyeri musculoskeletal, sedangkan analgetika

  

opioid lebih cocok untuk nyeri visceral yang berat (Anonim, 2000). Efek

  analgesik dari NSAID merupakan hasil penghambatan dari sintesis prostaglandin (Rang dkk., 2003).

  Analgetika narkotik

  Efek farmakologi analgetika narkotik relatif selektif, dan pada konsentrasi terapi yang normal, agen-agen ini tidak mempengaruhi indera sensori seperti sensitifitas sentuhan, penglihatan dan pendengaran: tetapi seiring bertambahnya dosis maka meningkat pula efek sampingnya (Dipiro dkk, 2005).

  Analgetika non narkotika

  Obat ini merupakan analgetika yang paling efektif dengan efek samping paling sedikit. Asetaminofen dan NSAID sering dipilih untuk mengobati nyeri akut yang ringan sampai sedang. Obat-obat ini (kecuali asetaminofen) mencegah pembentukkan prostaglandin yang muncul akibat rangsang nyeri, sehingga mengurangi jumlah impuls nyeri yang diterima oleh SSP (Dipiro dkk, 2005).

E. Asetosal (Asam Asetilsalisilat)

  COOH OCOCH 3 Gambar 5. Struktur molekul Asetosal (Asam Asetilsalisilat)