Efek vitamin e terhadap jumlah spermatozoa mencit yang diinduksi gentamisin

(1)

i

EFEK VITAMIN E TERHADAP JUMLAH SPERMATOZOA MENCIT YANG DIINDUKSI GENTAMISIN

LAPORAN PENELITIAN

Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN

OLEH :

Nadisha Refira NIM : 1111103000043

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2014 M / 1435 H


(2)

(3)

(4)

(5)

v

KATA PENGANTAR Assalamualaikum wr. wb.

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penelitian ini dapat diselesaikan tepat waktu. Salawat serta salam peneliti sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya.

Penelitian ini berjudul “Efek Vitamin E Terhadap Jumlah Spermatozoa Mencit yang Diinduksi Gentamisin.”

Peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. (hc). dr. M. K. Tadjudin, SpAnd. selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. dr. Witri Ardini, M.Gizi, SpGK. selaku Kepala Program Studi Pendidikan

Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. dr. Nouval Shahab, SpU, Ph.D, FICS, FACS. dan dr.Nurmila Sari, M.Kes. selaku dosen pembimbing yang selalu membantu, memotivasi, dan mengayomi peneliti sepanjang penelitian berlangsung.

4. dr. Ahmad Azwar, M.Biomed. dan Bapak Chris Adhyanto, M.Biomed, Ph.D. selaku penguji sidang laporan penelitian ini.

5. dr. Flori Ratna Sari, Ph.D. selaku penanggung jawab modul riset PSPD 2011 yang selalu mengingatkan dan menyemangati peneliti untuk segera menyelesaikan penelitian ini.

6. Ibu Suryani, S.Si. selaku laboran biologi yang selalu meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan semangat kepada peneliti sepanjang penelitian berlangsung.

7. Seluruh staf keamanan dan OB yang membantu peneliti selama penelitian berlangsung, terutama pada hari libur.

8. Ayahanda Firman Rasyid, SE. dan ibunda Regia Septiana yang selalu memberikan dukungan, baik secara moral dan material terhadap peneliti.

9. Adik-adik peneliti, yaitu Adzhana Aprilla, Adzhani Aprilla, dan Diandra Shafa Sakinah yang selalu memberikan semangat kepada peneliti.


(6)

vi

10.Teman-teman kelompok peneliti, yaitu Herlina Rahmah dan Hania Asmarani Rahmanita yang bersama-sama selalu berjuang untuk menyelesaikan penelitian ini secara baik dan tepat waktu.

11.Teman-teman kost peneliti, Yofara Maulidia Muslihah, Tiara Putri Methas, Madinatul Munawwaroh, Cut Neubi Getha, Leily Badria, Raeiza Olyvia, dan Muflikha Mayazi yang selalu mendukung dan menyemangati peneliti untuk menyelesaikan penelitian ini.

12.Avissa Mada Vashti, Hanindyo Riezky Beksono, dan Evan Pramudito Mulyadi yang selalu memberi semangat dan membantu peneliti selama proses penelitian berlangsung.

13.Teman-teman PSPD 2011 yang selalu membantu dan memberi semangat kepada peneliti selama menjalani masa pendidikan preklinik.

14.Kakak-kakak dan Adik-adik PSPD 2010, 2012, dan 2013 yang selalu mendukung peneliti.

15.Seluruh civitas akademika FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu.

Peneliti mengharapkan adanya saran dan kritik yang membangun terhadap penelitian ini. Semoga penelitian ini bermanfaat.

Ciputat, 9 September 2014


(7)

vii ABSTRAK

Nadisha Refira. Program Studi Pendidikan Dokter. Efek Vitamin E Terhadap Jumlah Spermatozoa Mencit yang Diinduksi Gentamisin. 2014

Vitamin E merupakan vitamin yang larut dalam lipid dan memiliki fungsi sebagai antioksidan untuk mencegah terjadinya peroksidasi lipid. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek vitamin E terdapat jumlah spermatozoa mencit yang diinduksi gentamisin. Penelitian dilakukan menggunakan 15 mencit jantan strain DDY yang dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu K1 (normal), K2 (induksi gentamisin 5 mg/kgBB/hari selama 10 hari), dan K3 (induksi gentamisin 5 mg/kgBB/hari selama 10 hari dan dilanjutkan dengan pemberian vitamin E 100 mg/kgBB/hari selama 14 hari). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa gentamisin menurunkan jumlah sperma mencit secara bermakna (p <0,05) dan pemberian vitamin E pada mencit yang diinduksi gentamisin meningkatkan jumlah spermatozoa secara signifikan. Vitamin E meningkatkan jumlah spermatozoa mencit yang diinduksi gentamisin secara signifikan dan mungkin berguna untuk pengobatan infertilitas pada pria. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui mekanisme yang mendasarinya.

Kata Kunci : Vitamin E, antioksidan, infertilitas pria, spermatozoa, gentamisin.

ABSTRACT

Nadisha Refira. Medical Education Program. Effect of Vitamin E on The Number of Spermatozoa of Mice that had been Induced by Gentamicin. 2014

Vitamin E is a lipid-soluble vitamin that functions as an antioxidant to prevent lipid peroxidation. The aim of this study was to determine the effect of vitamin E on the number of spermatozoa of mice. Fifteen DDY strain male mice were used in this study. They were divided into three groups, K1 (normal), K2 (administration of 5 mg/kgBW/day gentamicin for 10 days), and K3 (administration of 5 mg/kgBW/day gentamicin for 10 days, followed by administration of vitamin E 100 mg/kgBW/day for 14 days). The results of this study demonstrated that gentamycin decreased the number of spermatozoa and vitamin E increased the number of gentamicin induced mice spermatozoa significantly (p<0.05). Vitamin E increases the number of gentamicin induced mice spermatozoa and it might be useful for the treatment of male infertility. Further study is required in order to elucidate the underlying mechanisms.


(8)

viii DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Hipotesis ... 2

1.4 Tujuan Penelitian ... 2

1.5 Manfaat Penelitian ... 2

1.5.1 Untuk Peneliti ... 2

1.5.2 Untuk Institusi ... 3

1.5.3 Untuk Masyarakat... 3

BAB II ... 4

TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Anatomi Sistem Reproduksi Pria ... 4

2.1.1 Testis ... 4

2.1.2 Sistem Duktus ... 5

2.1.3 Kelenjar Aksesorius ... 6

2.1.4 Skrotum ... 6


(9)

ix

2.2 Anatomi Sistem Reproduksi Mencit Jantan ... 8

2.3 Fisiologi Sistem Reproduksi Pria... 9

2.3.1 Spermatogenesis ... 9

2.3.2 Spermatozoa ... 10

2.3.3 Semen ... 11

2.4 Infertilitas ... 11

2.5 Vitamin E ... 12

2.6 Gentamisin ... 14

2.6.1 Efek Gentamisin terhadap Fertilitas ... 16

2.7 Kerangka Teori ... 16

2.8 Kerangka Konsep ... 17

2.9 Definisi Operasional ... 18

BAB III ... 19

METODE PENELITIAN... 19

3.1 Desain Penelitian ... 19

3.2 Waktu dan Tempat ... 19

3.2.2 Tempat Penelitian ... 19

3.3 Alat dan Bahan ... 19

3.3.1 Bahan Penelitian ... 19

3.3.2 Alat Penelitian ... 19

3.4 Besar Sampel ... 20

3.5 Identifikasi Variabel... 21

3.5.1 Variabel Bebas ... 21

3.5.2 Variabel Terikat ... 21

3.6 Alur Penelitian ... 21

3.7 Cara Kerja Penelitian ... 21

3.7.1 Pemilihan Vitamin E ... 21

3.7.2 Adaptasi Mencit ... 22

3.7.3 Tahap Intervensi ... 22

3.7.4 Analisa Jumlah Spermatozoa... 22


(10)

x

BAB IV... 24

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 24

4.1 Hasil ... 24

4.2 Pembahasan... 27

BAB V ... 30

KESIMPULAN DAN SARAN ... 30

5.1 Kesimpulan ... 30

5.2 Saran ... 30

DAFTAR PUSTAKA ... 31

LAMPIRAN ... 34


(11)

xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Potongan sagital sistem reproduksi pria ……….4

Gambar 2.2 Potongan sagital testis………..5

Gambar 2.3 Skrotum dan lapisannya………...7

Gambar 2.4 Potongan frontal penis……….8

Gambar 2.5 Proses spermatogenesis………...9

Gambar 2.6 Morfologi sperma………...10

Gambar 2.7 Mekanisme vitamin E dalam mengikat ROS………..12

Gambar 2.8 Mekanisme vitamin E dalam menetralisir ROS………..13

Gambar 2.9 Struktur formula gentamisin………13


(12)

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Jumlah Spermatozoa Mencit Normal………..22

Tabel 4.2 Jumlah Spermatozoa Mencit yang Diinduksi Gentamisin……….22 Tabel 4.3 Jumlah Spermatozoa Mencit yang Diinduksi Gentamisin

dan Vitamin E………..23

Tabel 4.4 Rerata Jumlah Sperma ………23


(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Surat keterangan sehat mencit ………...28

Lampiran 2 Surat izin peminjaman laboratorium biologi………...29

Lampiran 3 Surat izin peminjaman animal house………...30

Lampiran 4 Gambaran proses penelitian……….32


(14)

1

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Infertilitas didefinisikan sebagai ketidakmampuan memperoleh keturunan dalam jangka waktu lebih dari 12 bulan pada pasangan suami istri yang telah rutin melakukan hubungan seksual, minimal dua kali dalam seminggu, tanpa menggunakan alat kontrasepsi.1 Penelitian Rakesh pada tahun 2009 mengatakan bahwa 20% dari kasus infertilitas murni disebabkan oleh infertilitas pada pria, sedangkan 30% hingga 40% kasus tambahan lainnya disebabkan oleh faktor infertilitas pria dan wanita.2 Namun penelitian terbaru yang dilakukan oleh Edmundh pada tahun 2012 melaporkan bahwa 50% kasus infertlitias disebabkan oleh infertilitas pada pria.Hal ini membuktikan bahwa terdapat peningkatan jumlah kasus infertilitas pada pria.3

Terdapat banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya infertilitas pada pria. Diantara sekian banyak faktor tersebut, stress oksidatif diketahui sebagai salah satu penyebab yang dapat memengaruhi status fertilitas.2 Stress oksidatif dapat disebabkan oleh terjadinya peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS). Terjadinya stress oksidatif dapat menyebabkan kerusakan selular. Stress oksidatif telah dinyatakan sebagai penyebab mayor dari infertilitas pada pria. Hal ini dibuktikan dengan hasil studi yang menunjukkan sebagian besar proporsi pria dengan infertilitas mengalami peningkatan kadar ROS pada vesikula seminalis.4 Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Zahedi (2012), gentamisin dikatakan dapat meningkatkan kadar ROS sehingga menginduksi terjadinya status stress oksidatif pada testis.5

Gentamisin merupakan antibiotik golongan aminoglikosida yang diproduksi oleh Micromonospora Purpurae. Gentamisin umumnya digunakan untuk melawan infeksi bakteri Gram negatif. Gentamisin memang efektif dalam melawan infeksi, namun hasil studi menyatakan bahwa gentamisin memiliki efek lain, yaitu dapat menginduksi status stress oksidatif dengan meningkatkan pembentukan radikal bebas dan peroksidasi lipid, serta menurunkan cadangan antioksidan. Hal ini menyebabkan perubahan struktural dan sitotoksik pada testis yang dapat


(15)

2

memengaruhi jumlah, motilitas, dan morfologi spermatozoa.6 Untuk menurunkan status stress oksidatif dibutuhkan antioksidan. Salah satu zat yang memiliki efek antioksidan adalah vitamin E.7

Vitamin E memiliki fungsi penting dalam melindungi tubuh dalam melawan kerusakan akibat efek ROS. Substansi biologi aktif yang terdapat dalam vitamin E diklasifikasikan menjadi dua, yaitu tocopherols dan tocotrienols.8

Meskipun penelitian mengenai efek antioksidan yang dimiliki oleh vitamin E telah dilakukan, namun belum ada penelitian yang membahas tentang efek vitamin E terhadap jumlah spermatozoa mencit yang diinduksi dengan gentamisin. Oleh karena itu, kami melakukan penelitian mengenai efek vitamin E terhadap jumlah spermatozoa mencit yang diinduksi dengan gentamisin.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah vitamin E dapat meningkatkan jumlah spermatozoa mencit yang diinduksi gentamisin?

1.3 Hipotesis

Vitamin E dapat meningkatkan jumlah spermatozoa mencit yang diinduksi gentamisin.

1.4 Tujuan Penelitian

Mengetahui efek vitamin E terhadap jumlah spermatozoa mencit yang diinduksi gentamisin.

1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Untuk Peneliti

1.1.1.1Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai efek vitamin E terhadap jumlah spermatozoa mencit yang diinduksi gentamisin 1.1.1.2Sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar sarjana kedokteran di

Fakultas Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.


(16)

1.5.2 Untuk Institusi

Menambah referensi terkait penggunaan vitamin E sebagai terapi alternatif dalam mengatasi infertilitas pada pria.

1.5.3 Untuk Masyarakat

Menjadi bahan acuan dalam pemilihan vitamin E sebagai terapi alternatif terhadap infertilitas pada pria.


(17)

4 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Sistem Reproduksi Pria

Organ reproduksi pria seperti yang dijelaskan pada gambar 2.1 terdiri dari testis, sistem duktus (epididimis, duktus deferens, duktus ejakulatorius, dan uretra), kelenjar seks aksesorius (vesikula seminalis, prostat, dan kelenjar bulbouretra), dan struktur penunjang lainnya, yaitu skrotum dan penis.9

Gambar 2.1 Potongan Sagital Sistem Reproduksi Pria Organ reproduksi pria terdiri atas testis, sistem

duktus, kelenjar seks aksesorius, dan struktur penunjang lainnya.9

2.1.1 Testis

Testis merupakan kelenjar oval berpasangan yang terdapat di dalam skrotum. Testis memiliki ukuran panjang sekitar 5 cm dan diameter sekitar 2,5 cm. Sesuai yang ditampilkan pada gambar 2.2, testis dilapisi oleh membran serosa yang dinamakan tunica vaginalis. Cairan serosa yang terdapat di dalam tunica vaginalis dinamakan hydrocele. Dibagian dalam tunica vaginalis terdapat jaringan ikat iregular yang dinamakan


(18)

membagi bagian dalam testis menjadi beberapa kompartemen internal yang dinamakan lobulus. Setiap lobulus memiliki satu hingga tiga tubulus seminiferus, dimana spermatozoa diproduksi.9

Tubulus seminiferus terdiri dari dua jenis sel, yaitu sel spermatogenik dan sel sertoli. Sel spermatogenik memiliki fungsi sebagai sel penghasil spermatozoa, sedangkan sel sertoli berfungsi membantu proses spermatogenesis. Di ruang antara tubulus seminiferus terdapat kumpulan sel yang disebut sel Leydig. Sel Leydig berfungsi untuk menghasilkan hormon testosteron, umumnya androgen. Hormon androgen berfungsi membantu perkembangan maskulin. Selain itu, hormon androgen juga berfungsi menghasilkan libido pada pria.10

Gambar 2.2 Potongan sagital testis

Testis memiliki septum sehingga membentuk lobulus-lobulus yang tersusun atas tubulus seminiferus.9 2.1.2 Sistem Duktus

Sistem duktus pada saluran reproduksi pria memiliki fungsi untuk membawa sperma matur dari testis ke bagian eksterior tubuh. Sperma yang terdapat pada testis akan disalurkan menuju duktus eferen, lalu masuk ke dalam epididimis untuk mengalami proses pematangan dan


(19)

6

penyimpanan sperma. Setelah itu, spermatozoa akan disalurkan menuju duktus deferen hingga akhirnya memasuki duktus ejakulatorius. Spermatozoa dialirkan keluar tubuh melalui uretra dalam bentuk semen.11

2.1.3 Kelenjar Aksesorius

Kelenjar aksesorius memiliki fungsi untuk menutrisi dan melindungi sperma. Kelenjar aksesorius pada saluran reproduksi pria terdiri atas 3 kelenjar berikut :

 Vesikula seminalis

Vesikula seminalis merupakan kantong berkelok-kelok yang berakhir ke dalam duktus ejakulatorius. Sekret yang dihasilkan berkonsistensi kental dan mengandung basa. Sekret tersebut juga kaya akan fruktosa yang mampu menutrisi dan melindungi sperma.11

 Kelenjar prostat

Prostat mensekresi cairan basa yang berfungsi untuk menetralisir keadaan asam dalam vagina. Selain itu, cairan ini juga dapat meningkatkan motilitas sperma yang akan mencapai kemampuan optimal dalam pH 6,0 sampai 6,5.11

 Kelenjar bulbouretral

Kelenjar ini dikenal juga dengan sebutan kelenjar Cowper. Kelenjar ini berukuran kecil dan berbentuk menyerupai kacang polong. Fungsi dari kelenjar bulbouretral adalah untuk menghasilkan cairan basa yang mengandung mukus ke dalam uretra penis untuk melumasi dan melindungi sperma.11

2.1.4 Skrotum

Kulit skrotum merupakan kulit yang berpigmen, tersusun atas lipid dan kaya akan kelenjar keringat dan sebasea. Pada bagian dalam, skrotum tersusun atas dua kompartemen yang dipisahkan oleh septum. Pada gambar 2.3 dijelaskan bahwa pada lapisan subkutan skrotum dapat diidentifikasi M.dartos. Selain itu, masing-masing testis dihubungkan dengan skrotum oleh M.cremaster.12


(20)

Skrotum berfungsi sebagai kantong penyangga testis. Selain itu, skrotum juga berfungsi mengatur suhu testis. Terdapat beberapa mekanisme untuk meregulasi suhu testis. Lokasi skrotum dan kontraksi serat otot dapat meregulasi suhu dalam testis. Produksi sperma normal memerlukan suhu 2°-3°C lebih rendah dari suhu inti tubuh. Pada temperatur yang lebih rendah, M.cremaster dan M.dartos akan berkontraksi. Kontraksi M.cremaster akan menyebabkan posisi testis mendekat ke inti tubuh sehingga dapat menyerap panas tubuh, sedangkan kontraksi M.dartos menyebabkan kulit skrotum berkerut hingga mengurangi pelepasan panas pada skrotum.9

Gambar 2.3 Skrotum dan lapisannya

Lapisan skrotum dari luar ke dalam tersusun atas kulit dan lapisan subkutan. Lapisan subkutan tersusun atas M. Dartos dan M. Cremaster.12

2.1.5 Penis

Penis memiliki uretra sebagai saluran ejakulasi semen dan eksresi urin pada pria, hal ini dapat dilihat pada gambar 2.4. Penis memiliki bentuk silindris dan terbagi menjadi 3 bagian, yaitu body, glans penis, dan root. Pada bagian body terdapat jaringan fibrosa yang disebut tunika albugenia. Diantara corpora cavernosum penis dan corpus spongiosum penis terdapat jaringan erektil yang kaya akan pembuluh darah.9


(21)

8

Gambar 2.4 Potongan frontal penis

Uretra pada penis memiliki fungsi sebagai saluran ejakulasi semen dan eksresi urin pada pria.9

2.2 Anatomi Sistem Reproduksi Mencit Jantan

Saluran reproduksi mencit jantan, seperti yang dijelaskan pada gambar 2.10, terdiri atas sepasang testes dengan epididimis, vesikula seminalis, prostat, kelenjar bulbouretra, kandung kemih, dan penis. Testes dapat terletak di dalam abdomen atau skrotum, hal ini disebabkan oleh karena hewan pengerat memiliki kanal ingunalis yang terbuka. Prostat pada mencit terbagi menjadi empat lobus, yaitu lobus anterior, lateral, dorsal, dan ventral.17


(22)

Gambar 2.10 Saluran reproduksi mencit

Saluran reproduksi mencit jantan terdiri atas testes, epididimis, veikula seminalis, prostat, kelenjar bulbouretra, kandung kemih, dan penis.17

2.3 Fisiologi Sistem Reproduksi Pria 2.3.1 Spermatogenesis

Pada manusia, proses spermatogenesis berlangsung selama 65 – 75 hari. Proses spermatogenesis diawali dengan terbentuknya spermatogonia dengan jumlah kromosom diploid (2n). Spermatogonia merupakan stem cell yang terdapat di membran basal tubulus seminiferus. Spermatogonia yang memasuki

blood-barrier testes akan mengawali proses spermatogenesis. Spermatogonia

berdiferensiasi menjadi spermatosit primer. Spermatosit primer memiliki jumlah kromosom diploid (2n) dengan total jumlah 46 kromosom sama dengan spermatogonia.9

Setelah itu, DNA dalam masing-masing kromosom spermatosit primer bereplikasi secara meiosis. Pada proses meiosis I terbentuk spermatosit sekunder. Setiap meiosis sekunder mengandung 23 kromosom dan bertipe haploid (n). Pada proses meiosis II terbentuk spermatid.9


(23)

10

Gambar 2.5 Proses spermatogenesis

Spermatogenesis terjadi di tubulus seminiferus testis. Spermatogenesis akan menghasilkan spermatid.9 2.3.2 Spermatozoa

Terdapat 300 sperma yang telah melewati proses spermatogenesis lengkap setiap harinya. Sperma memiliki panjang 60 µm dan terdiri dari beberapa struktur yang telah diadaptasi untuk melakukan penetrasi pada oosit sekunder. Seperti yang dijelaskan pada gambar 2.5, bagian mayor dari sperma dibagi menjadi dua, yaitu bagian kepala dan ekor. Pada bagian kepala dikandung sebuah nukleus dengan 23 kromosom. Pada dua pertiga bagian nukleus dilapisi dengan akrosom yang mengandung enzim hyaluronidase dan protease yang memudahkan sperma untuk melakukan penetrasi pada oosit sekunder. Bagian ekor dibagi menjadi empat bagian, yaitu neck, middle piece, principal piece, dan end piece. Dalam sekali ejakulasi, sperma tidak dapat hidup lebih dari 48 jam di dalam saluran reproduksi wanita.9


(24)

Gambar 2.6 Morfologi sperma

Sperma terdiri dari dua bagian, yaitu kepala dan ekor.9

2.3.3 Semen

Semen merupakan campuran dari sperma dan cairan seminal. Cairan seminal merupakan cairan yang diseksresi oleh tubulus seminiferus, vesikula seminalis, prostat, dan kelenjar bulbouretra. Volume semen yang disekresikan tiap sekali ejakulasi pada umumnya sekitar 2,5 – 5 mL dengan jumlah sperma sekitar 50-150 juta per mL semen. Semen memiliki pH yang basa, yaitu sekitar 7,2 – 7,7. Konsistensi semen lengket dan kental, sedangkan penampakannya berwarna putih susu.10

2.4 Infertilitas

Infertilitas didefinisikan sebagai ketidakmampuan memperoleh keturunan dalam jangka waktu lebih dari 12 bulan pada pasangan suami istri yang telah rutin melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan alat kontrasepsi.9 Infertilitas pada pria dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain gangguan hormon, faktor genetik, faktor imunologi, faktor sistemik, dan faktor eksogen. Salah satu faktor eksogen yang dapat menyebabkan infertilitas adalah stress oksidatif.13


(25)

12

Terdapat 15% kasus infertilitas pada pasangan suami di dunia. Pada 30-40% kasus infertilitas pada pasangan suami istri disebabkan oleh infertilitas pada pria yang tidak diketahui penyebabnya atau bersifat idiopatik. Pada pasien pria dengan infertilitas idiopatik, tidak terdapat riwayat masalah fertilitas dan gangguan hormon. Selain itu, pemeriksaan fisik pada pasien tersebut menunjukkan hasil yang normal. Namun, pada analisa semen akan didapatkan penurunan jumlah sperma (oligozoospermia), penurunan motilitas sperma (asthenozoospermia), dan morfologi sperma abnormal (teratozoospermia).14

Infertilitas pada pria yang bersifat idiopatik cenderung dikaitkan dengan status stress oksidatif akibat peningkatan kadar ROS.15 Infertilitas pada pria lebih sering terjadi dibandingkan dengan infertilitas pada wanita. Hal ini disebabkan oleh sel germinal pria yang memiliki sensitivitas tinggi terhadap stress oksidatif. Sel sperma secara rutin terpapar oleh ROS, hal ini disebabkan oleh sperma dapat menghasilkan ROS melalui fosforilasi oksidatif yang terjadi pada mitokondria sperma. Selain itu, sel sperma terdiri atas banyak polyunsaturated fat, sehingga menjadi target utama terjadinya peroksidasi lipid.16

2.5 Vitamin E

Vitamin E merupakan vitamin yang larut dalam lipid. Vitamin E memiliki dua substansi biologis yang aktif, yaitu tocopherol dan tocotrienols. Vitamin E merupakan antioksidan terpenting yang dapat larut dalam lipid pada membran sel. Vitamin E melindungi fosfolipid yang tak tersaturasi pada membran dari degradasi oksidatif akibat Reactive Oxygen Species (ROS) dan radikal bebas lainnya. Pada gambar 2.7 dilampirkan mekanisme vitamin E, terutama α


(26)

Gambar 2.7 Mekanisme vitamin E dalam mengikat ROS α-tocopherol pada vitamin E berikatan dengan carbon- centered free radical sehingga tidak terbentuk ROS.15

Efektivitas vitamin E dalam mengurangi peroksidasi lipid memang jarang dan sulit dinilai. Namun, sebuah studi telah membuktikan bahwa pentana, sebuah produksi minor dari peroksidari lipid polyunsaturated, berkurang pada nafas manusia yang diberi suplementasi vitamin E. Hal tersebut cukup menjadi bukti bahwa vitamin E dapat mengurangi peroksidasi lipid polyunsaturated secara in vivo.13

Dapat dilihat pada gambar 2.8 bahwa pada awalnya terbentuk radikal bebas dengan berupa carbon-centered free radical, kemudian radikal bebas tersebut berikatan dengan oksigen bebas sehingga membentuk ROS. ROS dapat dinetralisir oleh lipid (polyunsaturated fat) menjadi Hydroperoxide. Vitamin E, terutama α-tocopherol dapat membantu lipid untuk menetralisir ROS, bahkan kemampuan α-tocopherol dalam menetralisir ROS lebih cepat dibandingkan dengan lipid.13 Vitamin E tentunya dapat mengurangi dan mencegah terjadinya peroksidasi lipid pada membran sel. Berikut dilampirkan bagan yang menjelaskan mekanisme vitamin E menetralisir ROS.


(27)

14

Gambar 2.8 Mekanisme vitamin E dalam menetralisir ROS.

Proses netralisasi ROS oleh vitamin E terdiri atas tiga tahap, yaitu tahap inisiasi, propagasi, dan terminasi ROS via antioksidan.16

2.6 Gentamisin

Gentamisin merupakan antibiotik golongan aminoglikosida. Gentamisin merupakan antibiotik yang memiliki kemampuan baik dalam melawan bakteri Gram negatif termasuk bakteri yang mengalami multi drug resistant. Gentamisin diproduksi oleh fermentasi Micromonospura purpurae. Gambar 2.9 menjelaskan mengenai struktur formula pada gentamisin.14


(28)

Gambar 2.9 Struktur formula gentamisin Gentamisin tersusun atas atom C, R, dan H.17

Gentamisin dapat diberikan melalui berbagai rute, antara lain parenteral, ophthalmic, dan topikal. Pemberian parenteral diberikan melalui intramuskular dan intravena. Dosis gentamisin untuk dewasa diawali dengan dosis inisiasi 2 mg/kgBB per hari, lalu ditingkatkan menjadi 3 mg/kgBB – 5 mg/kgBB per hari diberikan setiap 8 jam.9 Gentamisin injeksi diindikasikan untuk terapi infeksi serius yang disebabkan oleh mikroorganisme antara lain, Pseudomonas aeruginosa, Proteus sp, Escherichia coli, Klebsiella-Enterobacter-Serratia, Citrobacter sp, dan Staphylococcus sp.10 Infeksi serius yang dapat disebabkan oleh mikroorganisme diatas antara lain, infeksi saluran kemih, pneumonia, meningitis, endokarditis bakterial, dan sepsis.9

Gentamisin memang efektif sebagai terapi infeksi bakteri Gram negatif, namun penggunaan gentamisin injeksi dalam jangka waktu panjang dapat menimbulkan efek toksisitas dari gentamisin. Menurut studi sebelumnya, seluruh antibiotik golongan aminoglikosida memang memiliki efek toksisitas. Efek toksisitas yang ditimbulkan antara lain nefrotoksisitas, ototoksisitas, dan vestibular toksisitas.9


(29)

16

2.6.1 Efek Gentamisin terhadap Fertilitas

Selain memiliki efek terapi, gentamisin juga memiliki efek samping terhadap tubuh manusia. Diantara efek samping tersebut salah satunya mengenai fungsi fertilitas pada manusia. Pada studi sebelumnya, gentamisin disinyalir dapat meningkatkan status stress oksidatif terkait peningkatan kadar ROS dalam tubuh manusia.6

Peningkatan kadar ROS dalam tubuh manusia dapat mengakibatkan terjadinya peroksidasi lipid pada membran sel, termasuk membran sel sperma. Selain itu, kadar ROS yang berlebih dapat menimbulkan keadaan stress oksidatif. Stress oksidatif dapat merusak DNA mitokondria sehingga menyebabkan menurunnya produksi ATP. Penurunan produksi ATP menimbulkan efek negatif pada proses spermatogenesis sehingga menyebabkan penurunan jumlah sperma dan abnormalitas pada morfologi sperma.2,4

2.7 Kerangka Teori

Vitamin E Gentamisin

α-tocopherol

Radical Oxygen Species Antioksidan

larut lipid

Stress oksidatif

Peroksidasi lipid membran sel sperma

Kerusakan DNA sel sperma Abnormalitas motilitas sperma Abnormalitas morfologi sperma Penurunan jumlah sperma Infertilitas


(30)

2.8 Kerangka Konsep

Keterangan : : Variabel yang diteliti

:Variabel yang tidak diteliti

Induksi gentamisin 5 mg/kgBB (i.p)

Kualitas dan kuantitas sperma

vitamin E 100 mg/kgBB (i.p)

Menurun

Menetap

Meningkat Jumlah

Spermatozoa

Motilitas Spematozoa

Morfologi Spermatozoa


(31)

18

2.9 Definisi Operasional

No Variabel Definisi

Operasional

Alat ukur Hasil ukur Skala ukur

1. Vitamin E Vitamin yang bersifat larut lipid dan memiliki delapan senyawa antioksidan, terutama alpha tocopherol. Pemberian vitamin E (+) atau (-)

Kategorik

2. Spermatozoa Sel germinal pria yang telah matur yang diproduksi oleh tubulus seminiferus. Memiliki morfologi yang terdiri atas kepala dan ekor.

Hemosito-meter, mikroskop cahaya, dan counter. Jumlah sperma mencit dalam juta/mL Numerik

3 Gentamisin Antibiotik golongan aminoglikosida hasil fermentasi Micromonospura purpurae yang efektif dalam melawan infeksi bakteri Gram negatif. Pemberian gentamisin (+) atau (-) Kategorik


(32)

19

METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian

Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah desain eksperimental laboratorium.

3.2 Waktu dan Tempat 3.2.1 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan selama bulan April - Agustus 2014.

3.2.2 Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Ruang Laboratorium Animal House dan Laboratorium Biologi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah, jalan Kertamukti No. 05, Pisangan, Ciputat 15419, Tangerang Selatan.

3.3 Alat dan Bahan

3.3.1 Bahan Penelitian

Bahan utama yang digunakan adalah vitamin E. Hewan yang akan digunakan sebagai bahan percobaan adalah mencit jantan strain DDY yang memenuhi kriteria inklusi, yaitu berumur 4 – 6 minggu, berat badan 30 - 35 gram, dan dalam kondisi sehat. Mencit jantan strain DDY diperoleh dari Departemen Patologi Institut Pertanian Bogor (IPB). Bahan kimia yang digunakan untuk menginduksi mencit agar menjadi infertil adalah gentamisin. Bahan lain yang digunakan, yaitu pakan mencit standar, NaCl 0,9%, alkohol 70%, larutan George, dan larutan Giemsa.

3.3.2 Alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah timbangan untuk mengukur berat badan mencit, object glass, cover glass, bilik hitung NI, pipet, klem, gunting, spuit 1 cc, mikroskop cahaya, kandang mencit, botol minuman dan tempat makan mencit.


(33)

20

3.4 Besar Sampel

Penentuan besar sampel pada penelitian ini menggunakan rumus IMead’s resource equation formula, yaitu

Dengan keterangan sebagai berikut :  E : Error component ( 10 – 20 )

 N : Jumlah sampel dalam semua kelompok dikurangi 1 ( N – 1 )  B : Blocking component ( B = 0 )

 T : Jumlah kelompok uji dikurang 1 ( T – 1 ) E = N - 0 - T

≥10 = (N-1) – (T-1) ≥10 = (N-1) – 2

≥10 = N – 3 N≥ 13

E = N - 0 - T ≤20 = (N-1) – (T-1)

≤20 = (N-1) – 2 ≤20 = N – 3

N≤ 23 N = 13 – 23

Dibagi menjadi 3 kelompok dengan jumlah yang sama. Didapatkan jumlah sampel terkecil tiap kelompok adalah 5

Dalam penelitian ini terdapat 3 kelompok sampel, antara lain :

 Kelompok 1 (K1) : Kontrol mencit jantan strain DDY

 Kelompok 2 (K2) : Mencit jantan strain DDY yang diinduksi gentamisin dengan dosis 5 mg/kgBB i.p

 Kelompok 3 (K3) : Mencit jantan strain DDY yang diinduksi gentamisin dengan dosis 5 mg/kgBB i.p dan diberikan vitamin E dengan dosis 100 mg/kgBB i.p


(34)

3.5 Identifikasi Variabel 3.5.1 Variabel Bebas

Variabel bebas pada penelitian ini adalah vitamin E dengan dosis 100 mg/kgBB.

3.5.2 Variabel Terikat

Variabel terikat pada penelitian ini adalah jumlah spermatozoa mencit jantan strain DDY.

3.6 Alur Penelitian

3.7 Cara Kerja Penelitian

3.7.1 Pemilihan Vitamin E

Bahan yang akan diuji pada penelitian ini adalah vitamin E dengan dosis 100 mg/kgBB. Peneliti mendapatkan vitamin E dari apotek.


(35)

22

3.7.2 Adaptasi Mencit

Dalam masa adaptasi yang berlangsung pada hari 0-7, mencit hanya diberi pakan dan minuman mencit standar. Pemberian makanan dan minuman disamakan untuk semua hewan sampel.

3.7.3 Tahap Intervensi

Mencit strain DDY sebagai hewan sampel berjumlah 15 dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok I sebagai kontrol. Kelompok I diberi perlakuan dengan pemberian pakan standar ad libitum. Kelompok II diberi perlakuan dengan pemberian pakan standar ad libitum dan induksi gentamisin dengan dosis 5 mg/kgBB/hari secara intraperitoneal selama 10 hari. Kelompok III diberi perlakuan dengan pemberian pakan standar ad libitum, induksi gentamisin dengan dosis 5 mg/kgBB/hari secara intraperitoneal, dan vitamin E dengan dosis 100 mg/kgBB/hari secara intraperitoneal selama 14 hari. Setelah 14 hari tahap intervensi selesai, maka mencit akan diterminasi lalu diambil vesikula seminalisnya untuk dilakukan analisa sperma.

3.7.4 Analisa Jumlah Spermatozoa

Potongan vesikula seminalis diletakkan di kaca arloji yang telah diberikan cairan NaCl 0,9%. Vesikula seminalis akan diurut sehingga cairan semen yang berada di dalamnya akan keluar dan bercampur dengan cairan NaCl 0,9%. Setelah itu, cairan semen yang telah bercampur dengan NaCl 0,9% diambil sebanyak 20 µL dengan menggunakan mikropipet dan dicampurkan dengan larutan George sebanyak 980 µL di dalam tube. Dengan demikian, didapatkan pengenceran sebesar 50 kali. Setelah itu, dilakukan penghitungan sperma dengan menggunakan bilik hitung NI. Penghitungan jumlah sperma dilakukan dengan menggunakan rumus yang telah ditetapkan WHO, yaitu :

Keterangan : N = Jumlah Sperma dalam 5 kamar hitung Jumlah Sperma = N x Pengenceran (50) x 104 x 5


(36)

3.7.4 Pengolahan Data

Pada penelitian ini, pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program SPSS 16.0 for Windows. Uji yang digunakan adalah uji parametrik One Way Anova karena data pada penelitian ini memiliki jenis variabel kategorik-numerik yang terdiri lebih dari dua kelompok tidak berpasangan. Syarat yang harus dipenuhi untuk menggunakan uji One Way Anova adalah varian data homogen dan distribusi data normal. Oleh sebab itu, hal yang pertama dilakukan adalah menilai distribusi data dengan menggunakan uji Saphiro Wilk. Berdasarkan hasil uji statistik, data penelitian ini terdistribusi normal dengan nilai p>0,05. Setelah itu dilakukan uji varian data dengan menggunakan uji Levene. Uji Levene menunjukkan bahwa varian data penelitian ini tidak homogen nilai p<0,05, sehingga perlu dilakukan transformasi data. Setelah transformasi data dilakukan maka didapatkan data dengan varian homogen.

Analisa data dilanjutkan dengan menggunakan uji One Way Anova. Hasil uji tersebut menunjukkan hasil penelitian ini bermakna dengan nilai p<0,05. Setelah itu dilakukan uji Post Hoc untuk membandingkan hasi

l penelitian pada masing-masing kelompok uji. Hasil uji Post Hoc menunjukkan hasil penelitian pada setiap kelompok uji bermakna secara signifikan dengan nilai p<0,05.


(37)

24

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan hewan coba berupa mencit jantan strain

DDY dengan kisaran berat badan 30 – 35 gram.

4.1 Hasil

Suspensi sperma yang telah dicampur larutan George dengan pengenceran sebesar 50 kali kemudian diamati dalam bilik hitung NI dibawah mikroskop cahaya dengan pembesaran 400 kali. Gambar 4.1 menunjukkan gambaran spermatozoa mencit dibawah mikroskop cahaya.

Gambar 4.1 Spermatozoa Mencit Sumber : dokumentasi pribadi, diambil Menggunakan kamera Samsung 5 MP Dengan resolusi 72 dpi.

Berdasarkan hasil pengamatan jumlah spermatozoa mencit dibawah mikroskop cahaya dengan menggunakan bilik hitung NI, maka didapatkan jumlah spermatozoa mencit sebagai berikut


(38)

Tabel 4.1 Jumlah Spermatozoa Mencit Normal

Tabel 4.2 Jumlah Spermatozoa Mencit dengan Induksi Gentamisin

He wan Sampel I II III IV V Jumlah Total Jumlah

Spermatozoa

1a 4 1 1 1 0 7 7,5 18,75 x 106

1b 3 2 1 1 1 8

2a 1 3 0 2 3 4 6 15 x 106

2b 0 2 1 3 0 8

3a 0 2 1 0 1 7 7 17,5 x 106

3b 2 2 1 3 0 7

4a 3 1 2 0 1 2 3 7,5 x 106

4b 0 3 2 2 0 4

5a 0 1 1 0 0 9 7,5 18,75 x 106

5b 2 0 0 1 1 6

Tabel 4.3 Jumlah Spermatozoa Mencit dengan Induksi Gentamisin dan Vitamin E

Hewan Sampel I II III IV V Jumlah Total Jumlah

Spermatozoa

1a 3 3 2 1 2 11 11,5 28,5 x 106

1b 2 4 2 2 2 12

2a 2 2 3 1 2 10 10,5 26,5 x 106

2b 0 1 3 4 0 11

3a 1 2 2 1 2 8 9 23, x 106

3b 2 3 4 1 0 10

4a 1 2 1 1 1 6 8 20 x 106

4b 2 2 4 1 1 10

5a 1 1 1 1 3 7 9,5 24 x 106

5b 2 4 4 1 1 12

Hewan Sampel I II III IV V Jumlah Total Jumlah

Spermatozoa

1a 1

1

5 4 6 3 29 29,5 73,75 x 106

1b 7 5 7 6 5 30

2a 2 7 4 5 4 22 23,5 58,75 x 106

2b 7 5 5 5 3 25

3a 3 6 7 4 5 25 23,5 58,75 x 106

3b 5 4 4 4 5 22

4a 2 4 4 3 3 19 19 47,5 x 106

4b 5 3 4 3 4 19

5a 4 7 5 4 4 24 22,5 56,25 x 106


(39)

26

Setelah mendapatkan hasil perhitungan jumlah spermatozoa pada masing kelompok uji, maka dilakukan penghitungan rerata jumlah sperma pada masing-masing kelompok uji. Rerata jumlah spermatozoa mencit pada masing-masing-masing-masing kelompok uji disajikan pada tabel 4.4 berikut

Tabel 4.4 Rerata Jumlah Sperma

Kelompok Uji N Rerata Jumlah Sperma

(Juta/mL) X ± SD

K1 (Normal) 5 59 ± 9,4

K2 (Gentamisin) 5 15,5 ± 4,7

K3 (Gentamisin + Vitamin E) 5 24,5 ± 3,2

Berdasarkan tabel 4.1, dapat dilihat bahwa rerata jumlah sperma kelompok mencit normal, yang hanya diberi pakan standar (K1) adalah 59 juta dengan standar deviasi 9,4 juta. Pada kelompok mencit yang diinduksi gentamisin 5 mg/kgBB i.p selama 10 hari (K2), rerata jumlah spermanya adalah 15,5 juta dengan standar deviasi 4,7 juta. Sedangkan pada kelompok mencit yang diinduksi gentamisin 5 mg/kgBB i.p selama 10 hari dan diberi vitamin E 100 mg/kgBB i.p selama 14 hari (K3), rerata jumlah spermanya adalah 24,5 juta dengan standar deviasi 3,2 juta. Analisis data selanjutnya dilakukan dengan menggunakan program SPSS 16.00 for Windows. Dilakukan uji normalitas data menggunakan uji Saphiro Wilk. Hasil uji normalitas data menunjukkan hasil uji signifikan (p value > 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi normal. Namun, uji varians data pun menunjukkan hasil varians data yang tidak homogen (p value < 0,05 ), sehingga dilakukan transformasi data dan dihasilkan varians data yang homogen dengan nilai p = 0,193.

Selanjutnya dilakukan analisis data menggunakan oneway ANOVA. Hasil analisis didapatkan p = 0,000, berarti dapat disimpulkan ada perbedaan jumlah sperma diantara ketiga kelompok perlakuan mencit. Analisis lebih lanjut menggunakan Post Hoc membuktikan bahwa kelompok yang memiliki perbedaan signifikan adalah K1 dan K2, K2 dan K3, serta K1 dan K3.


(40)

Tabel 4.5 Analisa Post Hoc

Kelompok Uji K1 K2 K3

K1 (Normal) - 0.000 0.000

K2 (Gentamisin) 0.000 - 0.026

K3 (Gentamisin + Vitamin E) 0.000 0.026 -

4.2 Pembahasan

Gentamisin merupakan antibiotik golongan aminoglikosida yang sering dikonsumsi masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian ini, terbukti bahwa pemberian gentamisin dengan dosis 5 mg/kgBB/hari i.p selama 10 hari dapat menyebabkan penurunan jumlah sperma pada mencit strain DDY. Terdapat perbedaan bermakna antara jumlah sperma mencit yang diinduksi dengan gentamisin dibandingkan dengan jumlah sperma mencit normal yang tidak diinduksi dengan gentamisin.

Penurunan jumlah sperma mencit dapat disebabkan oleh peningkatan ROS akibat induksi gentamisin. Berdasarkan penelitian yang dilakukan sebelumnya terkait efek gentamisin terhadap kuantitas dan kualitas sperma, diketahui bahwa gentamisin dapat meningkatkan peroksidasi lipid pada membran sel, sehingga terjadi peningkatan kadar ROS. Kadar ROS yang tinggi dapat menimbulkan stress oksidatif yang dapat memengaruhi proses spermatogenesis dengan berbagai cara, antara lain merusak membran sel sperma dan apoptosis sel sperma.19

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil studi yang dilakukan oleh Kilakarje pada tahun 2008. Studi tersebut meneliti tentang efek protektif pemberian jahe terhadap apoptosis sel testis tikus yang telah diinduksi oleh gentamisin. Penelitian tersebut membuktikan bahwa pemberian gentamisin sebesar 50 mg/kgBB/hari secara intraperitoneal selama 30 hari mampu meningkatkan apoptosis sel testis tikus sehingga dapat menyebabkan penurunan jumlah sperma tikus. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat dipahami bahwa penurunan jumlah sperma tikus terjadi akibat meningkatnya apoptosis sel testis yang disebabkan oleh stress oksidatif akibat induksi gentamisin. Testis tersusun atas


(41)

28

tubulus seminiferus, tempat dimana terjadinya spermatogenesis, sehingga jika terjadi peningkatan apoptosis pada sel testis maka akan menganggu proses spermatogenesis yang dapat menyebabkan terjadinya penurunan jumlah sperma tikus.19

Selain itu, pada tahun 2009 telah dilakukan penelitian oleh Khaki mengenai efek pemberian antibiotik aminoglikosida gentamisin terhadap spermatogenesis tikus Wistar. Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa pemberian gentamisin dengan dosis 5 mg/kgBB/hari selama 10 hari mampu menurunkan berat testis, jumlah produksi sperma harian, dan berat vesikula seminalis tikus. Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Khaki sesuai dengan hasil penelitian ini. Pada penelitian tersebut, dijelaskan bahwa penurunan produksi sperma harian disebabkan oleh rusaknya sel-sel tubulus seminiferus pada testis akibat peningkatan kadar radikal bebas intra-testikular. Kadar radikal bebas yang telah diukur pada penelitian tersebut, seperti antioxidant-superoxide dismutase,

catalase, dan glutathione peroxidase mengalami peningkatan yang signifikan.20

Vitamin E memiliki 2 substansi antioksidan, yaitu tocopherol dan tocotrienol. Sifat vitamin E larut lipid berperan dalam melindungi membran fosfolipid yang tidak jenuh pada membran sel dari degradasi oksidatif pada membran sel. Berdasarkan hasil penelitian ini, terbukti bahwa jumlah sperma mencit yang diinduksi gentamisin dan vitamin E (K3) lebih tinggi dibandingkan jumlah sperma mencit yang hanya diinduksi gentamisin (K2). Hal tersebut membuktikan bahwa vitamin E memberikan efek protektif pada membran sel sperma terhadap kerusakan akibat kondisi stress oksidatif yang disebabkan oleh peningkatan kadar ROS.21

Hasil penelitian ini sesuai dengan studi yang telah dilakukan oleh Amrit dan Gurmail pada tahun 2008. Studi tersebut menjelaskan tentang efek pemberian vitamin E terhadap motilitas, viabilitas, dan peroksidasi lipid pada sperma sapi jantan yang mengalami stress oksidatif. Hasil studi tersebut menjelaskan bahwa pemberian vitamin E dengan dosis 2 mM memiliki efek optimal dalam meningkatkan motilitas dan viabilitas sperma serta mengurangi peroksidasi lipid yang disebabkan oleh induksi ferrous ascorbate.21 Hal ini dapat dijelaskan berdasarkan hasil studi yang telah dilakukan oleh Yousef pada tahun 2003.


(42)

Dalam studi tersebut dijelaskan bahwa vitamin E merupakan komponen primer pada sistem antioksidan yang dimiliki oleh spermatozoa. Vitamin E merupakan pelindung mayor pada membran sperma terhadap ROS dan peroksidasi lipid.23 Vitamin E dapat dijadikan lini utama dalam melindungi membran sel sperma dari kerusakan akibat ROS dan peroksidasi lipid. Hal ini disebabkan oleh membran seluler dan subseluler fosfolipid tersusun atas polyunsaturated fatty acid, sedangkan vitamin E bersifat larut lipid.23


(43)

30 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa vitamin E dapat meningkatkan jumlah spermatozoa mencit yang diinduksi gentamisin secara signifikan.

5.2 Saran

Diperlukan penelitian lanjutan yang antara lain bertujuan untuk :

 Mengevaluasi kualitas sperma dengan parameter yang lebih beragam, antara lain jumlah sperma, morfologi sperma, dan motilitas sperma.  Mengetahui dosis optimal vitamin E yang memiliki efek protektif

terhadap penurunan kualitas dan kuantitas sperma.

 Mengevaluasi kualitas dan kuantitas sperma secara in vivo, sehingga dapat dilakukan penilaian kualitas dan kuantitas sperma sebelum dan setelah dilakukan induksi serta setelah pemberian vitamin E sehingga tingkat kepercayaan dalam penelitian dapat meningkat.

 Menemukan mekanisme yang mendasari efek vitamin E dalam meningkatkan jumlah maupun kualitas spermatozoa.

 Mengevaluasi keadaan stress oksidatif pada hewan coba dengan menggunakan tes malondialdehide (MDA).


(44)

DAFTAR PUSTAKA

1. Seno DH, Birowo P, Rasyid N, Taher A. Etiologies of male infertility in dr. Cipto Mangunkusumo Hospital Jakarta. Indones J Obstes Gyneco 2011; 35(3). p. 5-8.

2. Makker K, Agarwal A, Sharma R. Oxidative stress and male infertility. Indian J Med Res 2009. p. 129.

3. Sabanegh E, Agarwal A. Campbell-Walsh Urologi. 10th ed. Sabanegh E, Agarwal A, editors. USA: Elsevier Saunders; 2012. p. 33-38.

4. Agarwal A, Said TM. Oxidative stress, DNA damage, and apoptosis in male infertility. BJU International 2005. p. 95.

5. Zahedi A, Fathiazad F, Khaki A, Ahmadnejad B. Protective effect of ginger on gentamisin-induced apoptosis in testis of rats. Advanced Pharmateutical Bulletin. 2012: p. 197-200.

6. Narayana K. An aminoglycoside antibiotic gentamicin induced oxidatives stress reduces antioxidant reserve and impairs spermatogenesis in rats. J Toxicol Sci 2008; p. 85-96.

7. Traber MG, Packer L. Vitamin E beyond antioxidant function. American J Clin Nutr 1995: p. 15015-15095.

8. Galagher ML. Krause’s food and nutrients therapy. 12th ed. USA: Elsevier Saunders; 2008. p. 67-71.

9. Tortora GJ. Principles of anatomy and physiology. 12th ed. USA: John Willey and Son; 2009. p. 113-118.

10. Sherwood L. Human’s physiology from cells to system. 7th ed. Philadelphia : Cengange learning; 2010.


(45)

32

2004.

12. Alan W. Campbell walsh urology international edition. 10th ed. USA: Elsevier Saunders; 2012.

13. Jungwirth A, Diemer T, Giwercman A, Kopa Z, Krausz C. Guidelines for the investigation and treatment of male infertility. Eur Urol 2004; 46(5). p. 3-8.

14. Jungwirth A, Diemer T, Dohle GR, Giwercman A. Guidelines on male infertility. In European association of urology 2012. p. 5-6.

15. Wen C, Joanne, Geffen, David. The role of vitamin E in the treatment of male infertility. Nutrition bytes. 2006; 11(1. p. 45-48.

16. Almbro, Maria, Dowling, Dalmian K, Simmons, Leigh W. Effects of vitamin E and beta-carotene on sperm competitiveness. Ecology letters. 2011; 10(11). p. 11-14.

17. Burton GW, Traber MG. Vitamin E antioxidant activity, biokinetics, and bioavailability. Annual reviews nutrition. 1990: p. 357-382.

18. Cuerpo L. Gentamicin. J veterenarias drugs. 1994: p. 41-47.

19. Kilakarje. An aminoglycoside antibiotic gentamycin induces oxidative stress, reduces antioxidant reserve and impairs spermatogenesis in rats. J Toxicol Sci 2008; 33(1). p. 58-67.

20. Khaki A, Ghaffari MN, Fathiazad F, Hossinchi J. Ultra structural study of gentamicin and ofloxacin effect on testis tissue in rats: light and transmission electron microscopy. Afr J Pharm Pharmaco. 2009; 3(4). p. 12-34.

21. Bansal, Amrit K, Bilaspuri, Gurmail S. Antioxidant effect of vitamin E on motility, viability, and lipid peroxidation of cattle spermatozoa under oxidative stress. Animal science papers and reports. Poland: Institute of genetics and animal breeding, Department of animal reproduction, gynaecology and obstetrics 2009. p. 3-15.


(46)

semen quality and biochemical parameters of male rabbits. Animal Repr Sci 2003. p. 76.

23. Horton, Moran, Rawn. Principles of biochemistry. 3rd ed. Upper saddle river: Prentice hall 2002. p. 67-79.


(47)

34

LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Keterangan Sehat Mencit


(48)

Lampiran 2 Surat Izin Peminjaman Laboratorium Biologi


(49)

36

Lampiran 3 Surat Izin Peminjaman Animal House


(50)

Lampiran 4 Gambar Proses Penelitian

Induksi Gentamisin 5 mg/kgBB/hari i.p

Pemberian vitamin E 100 mg/kgBB/hari i.p Adaptasi hewan sampel hari ke 0-7

Terminasi hewan sampel dengan tehnik frakturisasi


(51)

38


(52)

Lampiran 5 Riwayat Penulis Identitas

Nama : Nadisha Refira

Jenis kelamin : Perempuan

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 26 April 1993

Agama : Islam

Alamat : Jl. Tanah Merdeka no.16 RT 001/ RW 03, Ciracas Jakarta Timur

Email : Nasha25des@gmail.com

Riwayat Pendidikan

 1999 - 2005 : Sekolah Dasar Swasta Kartika IX-I

 2005 - 2008 : Sekolah Menengah Pertama Negeri 103 Jakarta

 2008 – 2011 : Sekolah Menengah Atas Negeri 39 Jakarta

 2011 – sekarang : Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


(1)

Lampiran 1 Surat Keterangan Sehat Mencit


(2)

Lampiran 2 Surat Izin Peminjaman Laboratorium Biologi


(3)

(4)

Lampiran 4 Gambar Proses Penelitian

Induksi Gentamisin 5 mg/kgBB/hari i.p

Pemberian vitamin E 100 mg/kgBB/hari i.p Adaptasi hewan sampel hari ke 0-7

Terminasi hewan sampel dengan tehnik frakturisasi


(5)

(6)

Lampiran 5 Riwayat Penulis Identitas

Nama : Nadisha Refira Jenis kelamin : Perempuan

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 26 April 1993

Agama : Islam

Alamat : Jl. Tanah Merdeka no.16 RT 001/ RW 03, Ciracas Jakarta Timur

Email : Nasha25des@gmail.com

Riwayat Pendidikan

 1999 - 2005 : Sekolah Dasar Swasta Kartika IX-I

 2005 - 2008 : Sekolah Menengah Pertama Negeri 103 Jakarta  2008 – 2011 : Sekolah Menengah Atas Negeri 39 Jakarta  2011 – sekarang : Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN