BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Tresno Budi Anggoro BAB I
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan kegiatan investasi saat ini telah mengalami berbagai
macam kemajuan tidak terkecuali dengan Indonesia. Perekonomian Indonesia mengalami pertumbuhan yang cukup pesat dari waktu ke waktu. Sebagai negara yang sedang berkembang, Indonesia merupakan salah satu negara yang menjadi sasaran bagi para pengusaha dalam negeri maupun luar negeri untuk melakukan investasi. Pertumbuhan perusahaan ini memberikan harapan bagi kesejahteraan masyarakat yang lebih baik. Masyarakat kini memiliki keinginan untuk menginvestasikan dananya, baik dalam bentuk saham, deposito, atau bentuk investasi lainnya (Novitasari dan Widyawati, 2015).
Investasi merupakan penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan pada produksi yang efisien selama periode waktu tertentu (Jogiyanto, 2003).
Investor menginvestasikan dananya ke dalam pasar modal dengan mengharapkan adanya capital gain ataupun adanya deviden yang besar.
Meskipun investor mengharapkan adanya capital gain ataupun adanya deviden akan tatapi kenyataan membuktikan bahwa pengembalian dari investasi adalah tidak pasti. Ketidakpastian dari inilah yang dinamakan risiko (Susanto dan Nurliana, 2013). Investor harus mempertimbangkan faktor- faktor seperti harga saham, laba, hutang, dan aset dalam memutuskan investasinya. Salah satu yang menjadi perhatian investor dalam memutuskan investasinya adalah nilai perusahaan yang dapat diketahui dari harga saham perusahaan yang akan dilakukan investasi. Hal ini dikarenakan harga saham merupakan cerminan dari kondisi perusahaan secara umum (Firmansyah dan Masril, 2017).
Setiap perusahaan dituntut untuk meningkatkan nilai perusahaannya karena nilai perusahaan merupakan pertimbangan investor untuk menanamkan modalnya. Nilai perusahaan merupakan indikator kinerja keuangan bagi perusahaan yang go public dan nilai perusahaan yang tinggi dapat tercermin dari harga pasar yang tinggi (Sukirni, 2012). Pertumbuhan perusahaan merupakan suatu masalah penting dan sering dihadapi para investor. Dalam melakukan investasi di pasar modal diperlukan pengetahuan yang cukup, pengalaman, serta naluri bisnis untuk menganalisis saham mana yang akan dibeli, dijual, dan dimiliki (Halim, 2003). Pertumbuhan perusahaan sangat diharapkan oleh beberapa pihak, baik pihak internal maupun eksternal perusahaan. Bertumbuhnya perusahaan diharapkan dapat memberikan naiknya nilai perusahaan di mata investor (Firmansyah dan Masril, 2017).
Melihat fenomena di atas, kinerja manajer keuangan dalam mengambil keputusan untuk keluar dari suatu permasalahan itu sangat dibutuhkan.
Dimana tugas manajer keuangan dalam memutuskan langkah untuk menggunakan dana dan mencari pendanaan itu sangat penting karena menyangkut bagaimana keadaan perusahaan kedepannya dan bagaimana pandangan para investor terhadap perusahaan itu sendiri (Husnan dan Pudjiastuti, 1998). Maka dari itu, kinerja manajemen keuangan yang efektif sangat penting untuk kelangsungan dan pertumbuhan perusahaan (Attari dan Kashif, 2012).
Dapat diketahui dalam situs resmi BEI bahwa, setelah sempat menembus level tertingginya sepanjang masa di level 6.025,43 poin pada penutupan perdagangan rabu (25/10) investor banyak melakukan aksi ambil untung sehingga Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup perdagangan di akhir pekan ini di level 5.975,28 poin. Meski demikian secara mingguan, IHSG masih tercatat menguat 0,77 persen dibandingkan penutupan perdagangan akhir pekan lalu di level 5.929,54 poin.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ini mencatat pergerakan saham dari semua sekuritas yang tercatat di BEI. Sehingga Indeks Harga Saham Gabungan menjadi perhatian bagi para investor apakah akan membeli, menahan atau menjual saham nya. Kondisi tersebut akan berpengaruh terhadap naik turunnya nilai tukar valuta asing yang berdampak langsung pada harga saham (Mie dan Agustina, 2014).
Terkait dengan masalah naik turunnya harga saham, BEI telah memiliki aturan dan menerapkan auto reject dengan maksud agar transaksi yang terjadi di bursa efek benar-benar berlangsung menurut mekanisme pasar yang sehat, wajar dan teratur. PT. Bursa Efek Indonesia (BEI) mengeluarkan keputusan mengenai batas harga penolakan otomatis atau auto rejection yang baru saja dikeluarkan dan efektif berlaku tanggal 3 januari 2017. Hal itu tercatat dalam surat keputusan direksi BEI dengan nomor : kep-00113/BEI/12-2016 perihal Peraturan Nomor II-A tentang perdagangan efek bersifat ekuitas.
Dampak dikeluarkannya keputusan BEI itu maka batasan auto rejection akan menjadi simetris. Harga penawaran jual atau permintaan beli saham yang dimasukkan ke sistem perdagangan BEI dengan rentan harga saham Rp.50-Rp.200 akan sama batas atas dan bawah nya yaitu sebesar 35 persen.
Kemudian, harga saham Rp. 200
- – Rp.5.000 memiliki batas atas dan bawah 25 persen, sedangkan harga saham Rp.5.000 ke atas memiliki batas atas dan bawah 20 persen (idx, 2017).
Saham sendiri secara sederhana dapat di definisikan sebagai aset berupa surat berharga yang menjadi bukti penyertaan kepemilikan individu atau institusi dalam suatu perusahaan dan dapat di perdagangkan perusahaan di pasar modal (Rusli dan Tarsan, 2014). Perusahaan sendiri didirikan dengan tujuan meningkatkan nilai perusahaan tentunya dengan memperhatikan kemakmuran pemilik atau pemegang saham. Semakin tinggi nilai perusahaan menggambarkan semakin sejahtera pula pemiliknya (Nuraina, 2012)
Dalam hal ini perusahaan akan menerbitkan sahamnya sebagai kebijakan untuk pendanaan perusahaan. Setiap perusahaan yang go public tentunya ingin memperlihatkan kepada investor bahwa perusahaan mereka adalah salah satu alternatif yang tepat bagi para investor (Putra dan Lestari, 2016).
Salah satu tujuan dalam berinvestasi yaitu pemegang saham ingin mendapatkan deviden yang tinggi, namun terkadang pengelola perusahaan atau manajer memiliki kepentingan lain untuk meningkatkan nilai perusahaan. Hal ini akan menimbulkan konflik karena manajer perusahaan mempunyai tujuan dan kepentingan lain yang bertentangan dengan tujuan utama perusahaan dan sering mengabaikan kepentingan pemegang saham (Susanti dan Mildawati, 2014). Namun di sisi lain kebijakan deviden sangat penting karena dapat mempengaruhi kesempatan investasi perusahaan, harga saham, struktur finansial, arus pendanaan, dan posisi likuiditas (Novitasari dan Widyawati, 2015).
Kebijakan deviden ini sangat penting artinya bagi manajer keuangan karena seorang manajer harus memperhatikan kepentingan perusahaan, pemegang saham, masyarakat dan pemerintah. Semakin besar kebutuhan dana perusahaan berarti semakin kecil kemampuan untuk membayar dividen karena penghasilan perusahaan akan digunakan terlebih dahulu untuk memenuhi kebutuhan perusahaan yang baru. Sisanya digunakan untuk pembayaran dividen. Sedangkan jika deviden yang dibagikan besar, maka hal tersebut akan meningkatkan harga saham yang juga berakibat pada peningkatan perusahaan (Hardiyanti, 2012).
Beberapa penelitian sebelumnya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham telah dilakukan, diantaranya oleh Novitasari dan Widyawati (2015) yang meneliti pengaruh profitabilitas, pertumbuhan penjualan dan kebijakan deviden terhadap harga saham, hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kebijakan deviden yang di dalamnya terdapat
deviden dayout ratio (DPR) tidak mempunyai pengaruh positif terhadap
harga saham. Hasil penelitian ini berbeda dengan yang dilakukan oleh Christian dan Ratnawati (2013) yang meneliti pengaruh profitabilitas, likuiditas, solvabilitas, dan kebijakan deviden terhadap harga saham, hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa kebijakan deviden berpengaruh positif terhadap harga saham, dalam hal ini tinggi rendahnya deviden yang dibagikan akan mempengaruhi harga saham.
Hasil penelitian ini sama dengan yang dilakukan Murhadi (2008) yang menguji kebijakan deviden : antaseden dan dampaknya terhadap harga saham, hasil dari studi tersebut menunjukan bahwa kebijakan deviden berpengaruh positif terhadap harga saham. Dari penelitian ini dapat di simpulkan bahwa perusahaan yang memiliki kesempatan investasi yang tinggi, akan membatasi pembayaran devidennya. Pembatasan pembayaran deviden akan berdampak pada penurunan harga saham. Temuan ini mendukung pada teori signaling, dimana penurunan pembayaran deviden berpengaruh dalam penurunan harga saham.
Selain kebijakan deviden, pihak manajemen perusahaan bisa menghasilkan berbagai keputusan untuk memperoleh sumber pendanaan baik yang bersifat internal maupun eksternal, salah satunya dengan meningkatkan ukuran perusahaan. Ukuran perusahaan yang mempunyai skala besar cenderung akan menarik minat investor untuk menanamkan modalnya. Perusahaan yang besar cenderung akan memiliki lebih banyak aktiva dan beroperasi pada tingkat yang maksimal lalu, perusahan itu akan menunjukan daya saing perusahaan yang lebih tinggi dibanding pesaing utama nya (Soebiantoro, 2007).
Ukuran perusahaan sendiri merupakan cerminan total dari aset yang dimiliki perusahaan yang menggambarkan besar kecil nya suatu perusahaan.
Perusahaan yang berukuran besar memiliki basis pemegang kepentingan yang lebih luas, sehingga berbagai kebijakan perusahaan besar akan berdampak lebih besar terhadap kepentingan publik. Hal ini yang akan meningkatkan harga saham di pasar modal serta akan diikuti juga dengan meningkatnya nilai perusahaan (Gunarso, 2014).
Penelitian yang dilakukan oleh Nuraina (2012) menguji pengaruh kepemilikan institusional dan ukuran perusahaan terhadap kebijakan hutang dan nilai perusahaan. Hasil penelitian ini menunjukkan ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan terutama mencakup harga saham. Hasil penelitian tersebut sama dengan hasil penelitian yang dilakukan Prasetia dkk (2014) yang menguji struktur modal, ukuran perusahaan, dan risiko perusahaan terhadap nilai perusahaan yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan yang nantinya akan berdampak pada harga saham.
Sedangkan pen elitian yang di lakukan Sa’adah dan Kadarusman (2014)
menguji pengaruh laba akuntansi, komponen arus kas, ukuran perusahaan terhadap harga saham. Hasil penelitian ini menunjukan ukuran perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham.
Perusahaan yang terus tumbuh bisa menggambarkan tingkat profit di masa mendatang. Kemudahan pembiayaan ini bisa mempengaruhi nilai perusahaan dan menjadi informasi yang baik bagi para investor. Dalam menghadapi risiko tentunya perusahan yang besar akan memiliki strategi yang lebih matang dan lebih baik dibandingkan perusahaan yang skalanya lebih kecil (Prasetia dkk, 2014).
Setiap perusahaan berusaha mencapai pertumbuhan yang tinggi setiap tahunnya, karena pertumbuhan perusahaan memberikan gambaran perkembangan perusahaan yang terjadi. Pertumbuhan perusahaan yang sangat cepat dan pesat tentunya akan mendapatkan perhatian dan citra yang positif dari pangsa pasar terutama para investor (Fauzi dan Suhadak, 2015). Pertumbuhan secara cepat juga memaksa sumber daya manusia yang dimiliki untuk secara optimal memberikan kontribusinya, dengan terus bertumbuhnya suatu perusahaan maka akan meningkatkan harga suatu saham di pasar modal (Firmansyah dan Masril, 2017 ). Penelitian yang dilakukan Sriwardany (2006) yaitu menguji pengaruh pertumbuhan perusahaan terhadap kebijaksanaan struktur modal dan dampaknya terhadap perubahan harga saham. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif terhadap harga saham. Hasil penelitian tersebut sama dengan penelitian yang dilakukan Ely dan Aniek (2017) yang menguji struktur modal dan pertumbuhan perusahaan terhadap harga saham, hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif terhadap harga saham.
Secara teori hampir semua manajer keuangan setuju dengan tujuan memaksimalkan kemakmuran pemilik perusahaan dan meningkatkan nilai perusahaan. Namun dalam kenyataannya manajer juga memiliki kepentingan terhadap kemakmuran dirinya sendiri dan fasilitas kantor yang harus diperbaiki. Selain itu dengan tersebarnya kepemilikan saham, pemegang saham secara individual tidak dapat mengendalikan manajemen. Dari perbedaan di atas maka akan menimbulkan konflik antara pemilik perusahaan dengan manajer sebagai pengelola perusahaan yang disebut agency conflict (Nuraina, 2012)
Hal tersebut terjadi karena manajer mengutamakan kepentingan pribadi dibandingkan dengan kepentingan perusahaan dan pemegang saham.
Sedangkan kepentingan pribadi tersebut bisa menimbulkan menambahnya biaya bagi perusahaan dan menyebabkan menurunnya keuntungan perusahaan yang berimbas langsung pada harga saham suatu perusahaan itu sendiri (Kurniawati dkk, 2015).
Kepemilikan institusional dapat digunakan sebagai cara untuk mengurangi konflik keagenan antara pemegang saham dan manajer karena struktur kepemilikan perusahaan akan mempengaruhi keputusan keuangan yang terdiri dari keputusan investasi, pendanaan dan kebijakan deviden.
Struktur perusahaan dapat mempengaruhi pencapaian tujuan perusahaan (Haruman, 2008)
Peningkatan kepemilikan institusional menyebabkan manajer diawasi secara optimal terhadap kinerja manajemen dan terhindar dari perilaku yang mementingkan diri sendiri (Kurniawati dkk, 2015). Dengan adanya konsentrasi kepemilikan seperti kepemilikan institusional maka kinerja dari para tim manajer dapat di awasi secara efektif dan nantinya akan dapat meningkatkan harga saham.
Semakin tinggi kepemilikan institusional maka semakin kuat kontrol eksternal terhadap perusahaan dan mengurangi agency cost (Susanti dan Mildawati, 2014). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Kurniawati dkk (2015) yang menguji tentang pengaruh kepemilikan institusional terhadap kebijakan deviden, dan harga saham menunjukan terdapat hubungan yang positif antara kepemilikan institusional dan harga saham. Hasil penelitian tersebut sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sukirni (2012) yang menguji pengaruh kepemilikan manajerial, kepemilikan Institudional, kebijakan deviden, dan kebijakan hutang terhadap nilai perusahaan, hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan yang berdampak pada perubahan harga saham.
Walaupun dalam kepemilikan perusahaan terdapat adanya kepemilikan institusional, seorang investor tetap harus memiliki pengetahuan tentang risiko bisnis yang akan dia hadapi ketika dia menanamkan modalnya di perusahaan tersebut. Pengetahuan tentang risiko merupakan suatu hal yang penting untuk dimiliki oleh setiap investor maupun calon investor. Seorang investor yang rasional sebelum mengambil keputusan investasi harus mempertimbangkan 2 hal yaitu pendapatan yang diharapkan dan risiko yang tergantung pada jenis investasinya (Susanto dan Nurliana, 2013)
Risiko menjadi bagian yang melekat pada setiap investasi yang dilakukan investor. Seorang investor akan berusaha bagaimana membuat portofolio investasinya dapat menghasilkan return yang optimal dengan tingkat risiko tertentu (Haryanto, 2011).
Tingkat risiko bisnis perusahaan juga mempengaruhi minat pemodal untuk menanamkan dana pada perusahaan yang mengakibatkan menurunnya harga saham dan mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk memperoleh dana dalam menjalankan kegiatan oprasionalnya (Firsariana, 2014). Risiko yang semakin tinggi cenderung menurunkan harga saham, tetapi meningkatnya tingkat pengembalian (Brigham dan Houston, 2001).
Penelitian terdahulu yang dilakukan Haryanto (2011) dengan judul karakteristik perusahaan dan risiko bisnis terhadap harga saham pada industri otomotif di BEI dan hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa risiko bisnis berpengaruh negatif terhadap harga saham.
Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Nuraina (2012) yang menguji pengaruh kepemilikan institusional, dan ukuran perusahaan terhadap kebijakan hutang dan nilai perusahaan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya 1) menambahkan variabel baru yaitu Kebijakan Deviden, Pertumbuhan Perusahaan, dan Risiko Bisnis. 2) penelitian sebelumnya menggunakan variabel dependen yaitu kebijakan hutang dan nilai perusahaan, sedangkan penelitian ini menggunakan variabel dependen yaitu harga saham. 3) dalam penelitian ini menggunakan sampel perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII) sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Alasan penggantian variable tersebut dikarenakan banyaknya hasil yang sama dari berbagai penelitian terdahulu dan tujuan di tambahkannya variabel diatas dalam penelitian ini untuk mendapatkan hasil yang nantinya akan mempertegas dan memperkuat teori yang ada.
Penelitian ini mengambil sampel perusahaan yang terdaftar di Jakarta (JII) pada periode 2012-2016. Indexs ini mensyaratkan saham
Islamic Index
dengan jenis usaha utama dan ratio keuangan yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan diharapkan menjadi tolak ukur kinerja saham-saham yang berbasis syariah serta untuk lebih mengembangkan pasar modal syariah. Saham-saham yang masuk dalam JII adalah emiten yang kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan syariah islam (Halim, 2003).
B. Perumusan Masalah Penelitian
1. Apakah kebijakan deviden berpengaruh positif terhadap harga saham ?
2. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap harga saham ?
3. Apakah pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif terhadap harga saham ?
4. Apakah kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap harga saham ?
5. Apakah risiko bisnis berpengaruh negatif terhadap harga saham ?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mendapatkan bukti empiris bahwa kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap harga saham.
2. Untuk mendapatkan bukti empiris bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap harga saham.
3. Untuk mendapatkan bukti empiris bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif terhadap harga saham.
4. Untuk mendapatkan bukti empiris bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap harga saham.
5. Untuk mendapatkan bukti empiris bahwa risiko bisnis berpengaruh negatif terhadap harga saham.
D. Manfaat Penilitian
1. Manfaat Praktis Bagi manajemen perusahaan, hasil penelitian ini nantinya dapat dijadikan pertimbangan keputusan untuk meningkatkan harga saham melalui strategi kebijakan deviden, ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan, dan kepemilikan institusional.
2. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini nanti dapat diharapkan bisa mengembangkan penelitian sebelumnya yaitu teori-teori mengenai beberapa faktor yang