BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar Berdasarkan KTSP - UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI DENGAN KALIMAT EFEKTIF MELALUI MEDIA GAMBAR BERSERI DI KELAS IIB SD MUHAMMADIYAH JENANG MAJEN

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar Berdasarkan KTSP Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SD Muhammadiyah Jenang mencakup komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan

  sastra yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut :

  a. Keterampilan Menyimak

  b. Keterampilan Berbicara

  c. Keterampilan Membaca

  d. Keterampilan Menulis Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di SD bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: a. Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulisan.

  b. Menghargai dan bangga menggunakan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Persatuan dan Negara.

  c. Memahami Bahasa Indonesia dan menggunakan dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan.

  d. Menggunakan Bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual serta kematangan emosional dan sosial.

  6 e. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperluas budi pekerti serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa.

  f. Menghargai dan mambanggakan sastra Indonesia sebagai khasanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.

2. Kemampuan Menulis

a. Pengertian Menulis

  Menurut Tarigan (1994:3), menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsungdengan orang lain. Menulis merupakan kegiatan yang produktif dan ekspresif.Pada kegiatan menulis sang penulis harus trampil memanfaatkan struktur bahasa, dan kosa kata.

  Keterampilan menulis ini tidak akan datang sendiri secara otomatis melainkan harus melalui latihan dan praktek yang banyak dan teratur.

  Menulis seperti halnya ketiga keterampilan berbahasa yang lainnya, merupakan suatu proses perkembangan. Menulis menuntut pengalaman, waktu, kesempatan, latihan, keterampilan-keterampilan khusus, dan pengajaran langsung. Kesimpulannya bahwa menulis adalah sebuah keterampilan berbahasa yang dapat dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung.

b. Tujuan dan Manfaat Menulis 1) Tujuan Menulis

  Menurut Syafie’ie (1988:51-52), tujuan menulis dapat diklasifikasikan sebagai berikut: a) Mengubah keyakinan pembaca.

  b) Menanamkan pemahaman sesuatu terhadap pembaca.

  c) Merangsang proses berpikir pembaca.

  d) Menyenangkan atau menghibur pembaca.

  e) Memberitahu pembaca, dan f) Memotivasi pembaca.

  Pendapat lain dikemukakan oleh Tarigan (1994:24-25) mengklasifikasikan bahwa tujuan penulisan, antara lain: a) Tujuan Penugasan (assingnment purpose)

  b) Tujuan Altruistik (altruistik purpose)

  c) Tujuan Persuasi atau meyakinkan atau mendesak disebut wacana persuasif (Persuasi discourse) d) Tujuan Memberitahukan atau mengajar disebut wacana informatif(informational discourse) e) Tujuan Pernyataan (self-expressive discourse)

  f) Tujuan Pernyaan diri (self discourse)

  g) Tujuan Kreatif (Creatif discourse)

  h) Tujuan untuk memecahkan masalah (problem-solving

  discourse)

  Dari pendapat tersebut dapat diuraikan tujuan dari menulis yaitu:

  a) Untuk memberikan informasi. Penulis dapat menyebarkan informasi melalui tulisannya seperti wartawan di koran, tabloid, majalah atau media massa cetak yang lain. Tulisan yang ada pada media cetak tersebut seringkali memuat informasi tentang kejadian atau peristiwa.

  b) Untuk memberikan keyakinan kepada pembaca.Penulis dapat mempengaruhi keyakinan pembacanya. Seseorang yang membaca informasi di koran mengenai anak terlantar dapat tergerak hatinya untuk memberikan bantuan. Hal tersebut karena penulis melalui tulisannya berhasil meyakinkan pembaca.

  c) Untuk sarana pendidikan.Guru dan siswa tidak akan pernah jauh dari kegiatan menulis seperti: mencatat di buku, merangkum, menulis soal, mengerjakan soal.

  d) Untuk memberikan keterangan. Tulisan tersebut berfungsi untuk menjelaskan bentuk, ciri-ciri, warna, bahan, dan berbagai hal yang perlu disebutkan dari objek tersebut.

2) Manfaat Menulis

  Manfaat menulis menurut Horiston dalam Darmaji (1996:3- 4), yaitu:

  a) Kegiatan menulis adalah untuk menemukan sesuatu, dalam artian dapat mengangkat ide dan informasi yang ada di alam bawah sadar pemikiran kita.

  b) Kegiatan menulis dapat memunculkan ide baru.

  c) Kegiatan menulis dapat melatih kemampuan mengorganisasi dan menjernihkan berbagai konsep atau ide yang kita miliki. d) Kegiatan menulis dapat melatih sikap obyektif yang ada pada diri seseorang.

  e) Kegiatan menulis dapat membantu diri kita untuk berlatih memecahkan beberapa masalah sekaligus.

  f) Kegiatan menulis dalam sebuah bidang ilmu akan memungkinkan kita untuk menjadi aktif dan tidak hanya menjadi penerima informasi. Dapat disimpulkan bahwa dengan menulis siswa diajak untuk berpikir lebih runtut dan logis. Dengan menulis siswa dapat memunculkan ide- ide yang kreatif. Dengan mengetahui cara menulis yang baik, siswa akan dapat menulis karangan narasi dengan kalimat efektif karena dengan mengetahui teori menulis yang baik siswa dapat menulis karangan narasi dengan cara menuangkan ide- ide yang kreatif dan menuangkannya secara runtut dan logis.

  c.Kemampuan Menulis

  Setiap individu yang hidup tentu memiliki kemampuan yang bervariasi. Kemampuan itu dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kondisi fisik, kecerdasan, kekuatan, kecakapan, keterampilan. Tanpa adanya faktor-faktor tersebut maka seseorang tidak dapat melakukannya dengan baik.

  Alwi (2003: 1023) menyatakan; “kemampuan adalah kecakapan, kesanggupan, kekuatan untuk menyelesaikan tugas.” Sama halnya dengandua pendapat di atas, Depdiknas (2005: 707) menyatakan; “kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan dan kekuatan”. Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah kesanggupan atau kecakapan dalam menghasilkan atau melakukan sesuatu untuk mencapai tujuannnya sesuai dengan kondisi yang diharapkan.

  Menulis mempunyai peranan yang sangat penting bagi manusia. Menulis merupakan salah satu sarana komunikasi seperti halnya berbicara. Dalam prakteknya penggunaan bahasa dalam menulis tidaklah sama dengan komunikasi lisan. Hal ini karena bahasa digunakan secara fungsional yaitu pemakaian bahasa sebagai media interaksi dan transaksi. Dengan demikian, kegiatan menulis menuntut kecakapan dan kemahiran dalam mengatur menggunakan bahasa, bekerja dengan langkah-langkah terorganisir, gagasan secara sistematis serta mengungkapkan secara tersurat.

  Gie (2002:3) menyatakan; “menulis adalah segenap rangkaian seseorang mengungkapkan buah pikirannya melalui bahasa tulis kepada masyarakat pembaca untuk dipahami.” Senada dengan pendapat di atas, Depdiknas (2005:1219) menyatakan; “ menulis adalah melahirkan pikiran atau perasaan dengan tulisan.

  Yunus (2007: 13) menyatakan; “menulis adalah suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya.” Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa menulis adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseoarang untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan dengan menggali pengetahuan dan pengalaman melalui bahasa tulis.

  Menulis sendiri bukanlah sesuatu hal yang asing bagi kita. Ada banyak manfaat yang dapat diambil dari menulis. Manfaat itu diantaranya dalam hal peningkatana kecerdasan, pengembangan daya inisiatif dan kreativitas, penumbuh keberanian serta pendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi.

  Namun, aktivitas menulis terutama pada materi mengarangbanyak orang yang tidak menyukainya.

  Graves dalam Yunus (2007: 14) menyatakan; “Seseorang enggan menulis karena tidak tahu untuk apa dia menulis, merasa tidak berbakat menulis dan merasa tidak tahu bagaimana harus menulis. Ketidaksukaan tak lepas dari pengaruh lingkungan keluarga dan masyarakat serta pengalaman pembelajaran menulis atau mengarang disekolah yang kurang memotivasi dan merangsang minat.”

  Berbicara tentang pengaruh lingkungan di sekolah terkadang masih banyak guru bidang studi bahasa Indonessia yang tidak mampu dalam menulis sebuah karangan sehingga dia kurang memotivasi dan merangsang minat siswa. Smith (2007: 14) menyatakan; “pengalaman belajar menulis yang dialami siswa di sekolah tidak terlepas dari kondisi gurunya sendiri. Umumnya gurunya tidak dipersiapkan untuk terampil menulis dan mengajarkannya”. Untuk menggulangi masalah tersebutmaka guru dituntut untuk lebih mendalami dan menguasai materi yang akan disampaikan kepada peserta didik.

  Menurut peneliti walaupun guru SD adalah guru kelas tetap harus menguasai semua bidang studi, guru harus lebih kreatif menggali semua materi pelajaran yang akan disampaikan kepada siswa sehingga guru dapat lebih mempersiapkan metode dan alat peraga yang sesesuai dan dapat mempermudah siswa menerima materi pelajaran yang disampaikan.

3. Pembelajaran Menulis Di Sekolah Dasar

  Pada pembelajaran menulis mengarang cerita atau narasi di kelas

  IIB SD Muhammadiyah Jenang terdapat acuan sebagai berikut:

  a. Standar Kompetensi Menulis karangan pendek dengan menceritakan kembali apa yangdisampaikan atau dilihatnya.

  b. Kompetensi Dasar Menceritakan kembali cerita anak yang didengar atau dilihat dengan menggunakan kata-kata sendiri.

  c. Indikator 1) Menyusun kerangka karangan

  2) Menyusun karangan tentang kegiatan siswa sehari-hari dengan memperhatikan ejaan (huruf besar, tanda titik, koma, dan lain- lain) dan penggunakan kalimat yang tidak berulang-ulang. Santosa (2008:20-21) mengungkapkan bahwa pembelajaran menulis di Sekolah Dasar terdiri atas dua bagian layaknya pembelajaran membaca, yakni menulis pemulaan dan menulis lanjut (pendalaman). Menulis permulaan diawali dari melatih siswa memegang alat tulis, menarik garis, menulis huruf, suku kata, kata dan kalimat sesuai gambar, menulis paragraf sederhana, menulis karangan pendek dengan bantuan berbagai media dengan ejaan yang benar.

  Pembelajaran menulis di Sekolah Dasar memiliki beberapa bagian serta tahapan-tahapan dalam pengaplikasiannya. Bagian-bagian tersebut perlu diaplikasikan sesuai dengan jenjang tingkatan kelas agar nantinya proses pelaksanaan lebih terkonsep. Begitupun dengan tahap- tahap aktivitas menulis, agar lebih memaksimalkan hasil pembelajaran menulis ini sendiri, maka guru harus mampu mambagi tahapan yang satu dengan tahapan yang lain agar sesuai dengan kapasitas kemampuan siswa.

4. Karangan Narasi a. Pengertian Karangan

  Karangan merupakan karya tulis hasil dari kegiatan seseorang untuk mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami.Finoza (2004:192) mengemukakan bahwa karangan merupakan hasil akhir dari pekerjaan merangkai kata, kalimat dan alinea untuk menjabarkan dan mengulas topik dan tema tertentu.Pendapat lain dikemukakan oleh syaf ie’ie (1988:78), mengemukakan bahwa menulis atau mengarang pada hakekatnya menuangkan gagasan, pendapat, perasaan keinginan, dan kemauan, serta informasi kedalam tulisan dan “mengirimkannya” kepada orang lain. Menurut Tarigan (1986:21) menulis atau mengarang adalah proses menggambarkan suatu bahasa sehingga pesan yang disampaikan penulis dapat dipahami pembaca.

b. Jenis-jenis Karangan

  “Karangan merupakan pengutaraan sesuatu secara tersusun dengan mempergunakan bahasa” (Hasani,2005:1). Karangan merupakan suatu hasil proses berpikir. Karangan dapat disajikan dalam lima bentuk atau ragam wacana. Lima macam ragam wacana karangan sebagai berikut: (1) Deskripsi,(2) Narasi, (3) Eksposisi, (4) Argumentasi, dan (5) Persuasi.

c. Narasi 1) Pengertian Narasi

  Secara sederhana narasi dikenal sebagai cerita. Pada narasi terdapat peristiwa atau kejadian dalam satu urutan waktu. Tokoh yang menghadapi suatu konflik juga ada. Ketiga unsur berupa kejadian, tokoh, dan konflik merupakan unsur pokok sebuah narasi. Jika ketiga unsur itu bersatu, ketiga unsur- unsur itu disebut plot dan alur.Jadi, narasi adalah cerita yang dipaparkan berdasarkan plot dan alur.

  Narasi merupakan bentuk percakapan atau tulisan yang bertujuan menyampaikan atau menceritakan rangkaian peristiwa atau pengalaman manusia berdasarkan perkembangan dari waktu ke waktu secara runtut (Semi, 2003:29).

  Narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca tentang suatu peristiwa yang telah terjadi (Keraf, 2010:136). Dari dua pengertian yang diungkapkan oleh Atarsemi dan Kerafbahwa narasi berusaha menjawab sebuah proses yang terjadi tentang pengalaman atau peristiwa manusia dan dijelaskan dengan rinci berdasarkan perkembangan dari waktu ke waktu.

  Narasi adalah suatukarangan yang biasanya dihubung- hubungkan dengan cerita. Oleh sebab itu sebuah karangan narasi atau paragraf narasinya hanya kita temukan dalam novel. Cerpen, atau hikayat (Zaenal Arifin dan Amran Tasai, 2002:130).

  Narasi adalah karangan kisahan yang memaparkan terjadinya sesuatu peristiwa, baik peristiwa kenyataan, maupun peristiwa rekaan (Rusyana, 1982:2).

  Dari pendapat- pendapat di atas, dapat diketahui ada beberapa halyang berkaitan dengan narasi. Hal tersebut meliputi: 1.) berbentuk cerita atau kisahan, 2.) menonjolkan pelaku, 3.) menurut perkembangan dari waktu ke waktu, 4.) disusun secara sistematis.

  Menulis narasi untuk anak-anak akan sangat berbeda dengan menulis narasi untuk remaja. Narasi untuk orang dewasa umum akan berbeda dengan menulis narasi untuk kalangan ilmuwan. Penetapan tujuan juga sangat penting sebelum menulis narasi yaitu apakah tulisan tersebut mempunyai tujuan menceritakan kehidupan sehari-hari, atau mempunyai tujuan untuk menceritakan sejarah, ataukah bertujuan untuk menghibur pembaca.

  Pendapat dari para ahli akan memudahkan penulis dalam menulis narasi sehingga akan menghasilkan sebuah karangan narasi yang berkualitas. Untuk menghasilkan tulisan narasi yang berkualitas dan bermutu, menulis narasi adalah menulis kronologi, artinya sangat memperhatikan dimana cerita itu terjadi dan kapan kejadian itu terjadi. Menulis karangan narasi dikalangan anak-anak bahasanya masih sederhana dan struktur kalimatnyapun belun runtut,maka dengan mempelajari teori tentang menulis karangan narasi diharapkan peserta ddidk dapat membuat karangan narasi dengan kalimat efektif dengan baik dan benar, yaitu menulis karangan narasi dengan menggunakan kalimat yang efektif, kalimat baku, baik dan benar sesuai dengan EYD dan aturan yang baku.

2) Ciri-ciri Karangan Narasi

  Narasi dibangun oleh sebuah alur cerita. Alur ini tidak akan menarik bila tidak ada konflik. Selain alur cerita, konflik dan susunan kronologis,, ciri-ciri narasi lebih lengkap diungkapkan oleh Atar Semi (2003:31) sebagai berikut: a) Berupa cerita tentang peristiwa atau pengalaman penulis

  b) Kejadian atau peristiwa yang disampaikan berupa peristiwa yang benar-benar terjadi, dapat berupa semata-mata imajinasi atau gabungan keduanya.

  c) Berdasarkan konfliks, karena tanpa konfliks biasanya narasi tidak menarik d) Memiliki nilai estetika.

  e) Menekankan susunan secara kronologis.

  Menurut Keraf (2000:136) ciri-ciri karangan narasi adalah sebagai berikut: a) Menonjolkan unsur perbuatan

  b) Dirangkai dalam urutan waktu

  c) Berusaha menjawab pertanyaan, apa yang terjadi?

  d) Ada konflik Ciri yang dikemukakan Keraf memiliki persamaan dengan

  Atar Semi, bahwa narasi memiliki ciri berisi suatu cerita, menekankan susunan kronologis atau waktu ke waktu dan memiliki konflik. Perbedaannya, Keraf lebih memilih menonjolkan pelaku.Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan ciri-ciri karangan narasi yaitu:

  a) Berupa rangkaian kejadian atau peristiwa b) Latar yang berupa latar waktu dan tempat terjadinya peristiwa

  c) Alasan atau latar belakang pelaku mengalami peristiwa

  d) Ada pelaku atau tokoh

  e) Menekankan susunan kronologis Berdasarkan latar belakang yang peneliti ajukan, narasi yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah karangan narasi anak- anak berdasarkan pengalaman yang benar-benar terjadi dan dialami sendiri. Karangan narasi yang dibuat harus menggunkan kalimat efektif yaitu kalimat yang sesuai dengan aturan baku, dalam menulis karangan narasi tidak boleh menggunakan kalimat yang berulang- ulang, kalimat dan gaya bahasanyanya juga harus sesuai dengan gaya bahasa anak- anak. Karangan narasi di SD berbeda dengan narasi yang dibuat oleh orang dewasa, narasi anak SD lebih sederhana dan ide- idenyapun masih belum luas.Untuk lebih mengenal tentang jenis- jenis narasi maka peneliti akan menyampaikan jenis-jenis narasi.

3) Jenis-jenis Karangan Narasi

  Secara garis besar besar narasi dapat dibagi menjadi dua yaitu narasi ekspositorik dan narasi sugestif.

a) Narasi Ekspositorik

  Narasi Ekspositorik adalah narasi yang memiliki sasaran penyampaian informasi secara tepat tentang suatu peristiwa dengan tujuan memperluas pengetahuan orang tentang kisah seseorang.Dalam narasi Ekspositorik, penulis menceritakan suatu peristiwa berdasarkan data yang sebenarnya. Pelaku yang di tonjolkan biasanya satu orang. Pelaku diceritakan mulai dari kecil sampai saat dia atau sampai terakhir kehidupannya.Karangan narasi ini diwarnai oleh eksposisi, maka ketentuan eksposisi juga berlaku pada penulisan narasi ekspositorik. Ketentuan ini berkaitan dengan penggunaan bahasa yang logis, berdasarkan fakta yang ada, tidak memasukan unsur sugestif atau sifat obyektif.

  b)Narasi Sugestik

  Narasi Sugestik adalah narasi yang berusaha untuk memberikan suatu maksud tertentu, menyampaikan suatu amanat terselubung kepada para pembaca atau pendengar sehingga tampak seolah-olah melihat. Narasi sugestik atau imajinatif merupakan suatu rangkaian peristiwa yang disajikan sedemikian rupa sehingga merangsang daya khayal para pembaca. Pada narasi sugestik kita dapat menyampaikan peristiwa pada suatu waktu dengan makna yang tersirat atau tersurat dengan bahasa yang lebih condong ke bahasa figuratif dengan meniti beratkan penggunaan kata-kata konotatif.Narasi sugestif berupa wacana fiktif seperti dongeng, cerpen, novel dan roman. Dongeng, cerpen, novel dan roman merupakan bentuk narasi fiktif dengan ciri khas yang dimilikinya yaitu adanya alur dan suspensi, latar dan waktu, tokoh an karakter, sudut pandang dan makna yang terkandung di dalamnya.Berikut ciri karangan narasi sugestif mernurut Keraf (1982:138-139) yaitu: a) Menyampaikan suatu makna atau suatu amanat yang tersirat.

  b) Menimbulkan daya khayal.

  c) Penalaran hanya berfungsi sebagai alat untuk menyampikan makna, sehingga penalaran dapat dilanggar.

  d) Bahasanya lebih condong ke bahasa figuratif dengan meniti beratkan penggunaan kata-kata konotatif, dan e) Banyak menggunakan majas/gaya bahasa. Dari uraian pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa narasi sugestif lebih condong menjadi sebuah karangan narasi fiktif dan narasi ekpositorik lebih menekankan kepada karangan berdasarkan kejadian nyata atau pengalaman sendiri.

c). Langkah-langkah Karangan Narasi

  Didalam menulis karangan narasi ada langkah-langkah tertentu yang harus diikuti agar hasilnya tersusun secara sistematis. Sebelum menulis karangan narasi, terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan seperti: 1) menentukan tema, 2) mengumpulkan bahan, 3) membuat kerangka karangan,

  4) melakukan revisi, dan 5) menulis naskah.

  Dalam menentukan tema harus memilih tema yang memang sudah dikuasai atau dipahami agar dalam menyusun garis besar mudah.

  Langkah selanjutnya yaitu membuat judul-judul pengembangan cerita. Judul yang dibuat bisa lebih dari satu agar cerita yang dibuat dapat berkembang dan tidak monoton. Tahap terakhir yaitu menyusun cerita menurut judul yang telah dipilih.

  Beberapa langkah yang harus ditempuh dalam menulis karangan narasi secara garis besarnya yaitu sebagai berikut:

  

Pertama, menentukan topik, sebelum mengarang kita harus

menentukan topik.

  

Kedua, menentukan tujuan, tujuan menulis adalah sesuatu yang

ingin dicapai penulis melalui karangan yang ditulisnya.

  

Ketiga, mengumpulkan bahan, data sangat diperlukan sebagai

  bahan untuk mengembangkan gagasan yang ada dalam sebuah karangan.

  

Keempat, menyusun kerangka, kerangka karangan merupakan

sebuah rancangan karangan yang akan ditulis.

  

Kelima, menyusun kerangka, mengembangkan kerangka adalah

menguraikan menguraikan sebuah rancangan karangan.

  Dalam langkah ini, menjabarkan uraian permasalahan, sehingga bagian-bagian tersebut menjadi lebih jelas.

  

Keenam, koreksi dan revisi, naskah yang telah ditulis hendaknya

  dikoreksi lagi. Ketujuh, menulis naskah yang telah direvisi.

  Menulis karangan narasi tidak sekadar menulis karangan pada umumnya. Dalam menulis karangan narasi perlu memperhatikan langkah-langkah penulisan, sehingga akan lebih mudah menulis dan cerita tersebut akan lebih terarah, karena karangan narasi merupakan jenis karangan yang bersifat menceritakan.Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah menulis karangan narasi adalah menentukan topik, menentukan tujuan, mengumpulkan bahan, menyusun kerangka, mengembangkan kerangka, koreksi dan revisi, dan menulis naskah yang telah direvisi.

5. Menulis Kalimat Efektif 1) Pengertian Kalimat Efektif

  Menurut Ida Bagus P (2007: 47), bahwa kalimat dikatakan efektif jika memenuhi dua syarat utama; yaitu (1) struktur kalimat efektif dan (2) ciri kalimat efektif.

a. Kalimat efektif syarat-syarat sebagai berikut: a) secara tepat mewakili pikiran pembicara atau penulisnya.

  b) mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran pendengar atau pembaca dengan yang dipikirkan pembaca atau penulisnya.

b. Ciri-ciri Kalimat Efektif

  Menurut Ida Bagus P (2007: 54-66) bahwa kalimat alimat efektif memiliki empat sifat atau ciri, yaitu:

  a)Kesepadanan

  Suatu kalimat efektif harus memenuhi unsur gramatikal yaitu unsur subjek (S), predikat (P), objek (O), keterangan (K). Di dalam kalimat efektif harus memiliki keseimbangan dalam pemakaian stuktur bahasa.

  Contoh: Budi (S) pergi (P) ke kampus (KT).

  Tidak Menjamakkan Subjek Contoh: Tomi pergi ke kampus, kemudian Tomi pergi ke perpustakaan

  (tidak efektif) Tomi pergi ke kampus, kemudian ke perpustakaan (efektif)

b) Kecermatan Dalam Pemilihan dan Penggunaan Kata

  Dalam membuat kalimat efektif jangan sampai menjadi kalimat yang ambigu (menimbulkan tafsiran ganda). Contoh:

  Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu mendapatkan hadiah (ambigu dan tidak efektif).

  Mahasiswa yang kuliah di perguruan tinggi yang terkenal itu mendapatkan hadiah (efektif).

c. Kehematan

  Kehematan dalam kalimat efektif maksudnya adalah hemat dalam mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu, tetapi tidak menyalahi kaidah tata bahasa.Hal ini dikarenakan, penggunaan kata yang berlebih akan mengaburkan maksud kalimat. Untuk itu, ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan untuk dapat melakukan penghematan, yaitu: a) Menghilangkan pengulangan subjek.

  b) Menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata.

  c) Menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat.

  d) Tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak.

  Contoh:

  Karena ia tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku. (tidak efektif) Karena tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku.

  (efektif) Dia sudah menunggumu sejak dari pagi. (tidak efektif)

  Dia sudah menunggumu sejak pagi. (efektif)

d. Kelogisan

  Kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat dengan mudah dipahami dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku.Hubungan unsur-unsur dalam kalimat harus memiliki hubungan yang logis/masuk akal.

  Contoh: Untuk mempersingkat waktu, kami teruskan acara ini. (tidak efektif)

  Untuk menghemat waktu, kami teruskan acara ini. (efektif) e.

   Kesatuan atau Kepaduan

  Kesatuan atau kepaduan di sini maksudnya adalah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu, sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menciptakan kepaduan kalimat, yaitu: a) Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir yang tidak simetris.

  b) Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib dalam kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona.

  c) Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti

  

daripada atau tentang antara predikat kata kerja dan objek

penderita.

  Contoh:

  Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang- orang kota yang telah terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu. (tidak efektif)

  Kita harus mengembalikan kepribadian orang-orang kota yang sudah menigkatkan rasa kemanusiaan (efektif).

  Makalah ini membahas tentang teknologi fiber optik. (tidak efektif) Makalah ini membahas teknologi fiber optik. (efektif) f.

   Keparalelan atau Kesajajaran

  Keparalelan atau kesejajaran adalah kesamaan bentuk kata atau imbuhan yang digunakan dalam kalimat itu. Jika pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba.Jika kalimat pertama menggunakan kata kerja berimbuhan me-, maka kalimat berikutnya harus menggunakan kata kerja berimbuhan me- juga.

  Contoh:  Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (tidak efektif)  Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan. (efektif)  Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (efektif)  Harga sembako dibekukan atau kenaikan secara luwes.

  (tidak efektif)

   Harga sembako dibekukan atau dinaikkan secara luwes.

  (efektif) g.

   Ketegasan

  Ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan terhadap ide pokok dari kalimat. Untuk membentuk penekanan dalam suatu kalimat, ada beberapa cara, yaitu:

  a) Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).

  Contoh:  Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan lain.

   Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal ini. (ketegasan)  Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan kemampuan yang ada pada dirinya.

   Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya. (ketegasan)

  b) Membuat urutan kata yang bertahap Contoh:  Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar. (salah  Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar.

  (benar)

  c) Melakukan pengulangan kata (repetisi) Contoh: Cerita itu begitu menarik, cerita itu sangat mengharukan.

  d) Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan.

  Contoh: Anak itu bodoh, tetapi pintar.

  e) Mempergunakan partikel penekanan (penegasan), seperti: partikel

  • –lah, -pun, dan –kah. Contoh: Dapatkah mereka mengerti maksud perkataanku? Dialah yang harus bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas ini.

  6. Media Gambar Berseri 1) Pengertian Media

  Media adalah alat (Sarana) untuk menyebarluaskan informasi (Poerwadarmita, 2006: 756). Secara harfiah kata media memiliki arti “perantara” atau “pengantar”. Association for Education and

  Communication Teknologi (AECT) mendefinisikan media sebagai

  segala bentuk yang dipergunakan untuk suatu proses penyaluran informasi. Sedangkan National Education Association (NEC) dalam Arsyad (2007:5) mendefinisikan sebagai benda yang dapat dimanipulasi, dilihat, didengar, dibaca, atau dibicarakan beserta intrumen yang di pergunakan dengan baik dalam kegiatan belajar mengajar, dapat mempengaruhi efektifitas program intuktional (Asnawir dan Usman, 2002: 10).

  Media pembelajaran adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang mereka untuk belajar (Arsyad (2007: 5). Media pembelajaran adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar menurut Briggs (dalam Sartono, 2003: 4) Pendapat lain di ungkapkan oleh Ali (1984: 69) yang menyatakan bahwa media pembelajaran diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (message), merangsang fikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar.

  Arsyad (2007:6) mengemukakan beberapa ciri-ciri umum dari media, antara lain: 1) Media pendidikan memiliki pengertian fisik yang dewasa ini disebut dengan hardware (perangkat keras).

  2) Media pendidikan memiliki pengertian nonfisik yang dikenal dengan software (perangkat lunak).

  3) Penekanan media pendidikan terdapat pada visual dan audi visual. 4) Media pendidikan memiliki pengertain alat bantu pada proses belajar baik di dalam maupun di luar kelas.

  5) Media pendidikan digunakan dalam rangka komunikasi dan interaksi guru dan siswa dalam proses pembelajaran.

  6) Media pendidikan dapat digunakan secara massal, kelompok besar, kelompok kecil atau perorangan.

  7) Sikap, perbuatan, organisasi, strategi, dan manajemen yang berhubungan dengan penerapan suatu ilmu.

  Dari berbagai pengertian media pembelajaran tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan pembelajaran dari pengirim ke penerima, sehingga dapat proses belajar dapat berlangsung

2) Urgensi Penggunaan Media Pada hakikatnya proses belajar mengajar adalah proses komunikasi.

  

Kegiatan belajar mengajar merupakan komunikasi antara pengajar dengan

peserta didik. Supaya komunikasi tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan

dalam proses pembelajaran, digunakan media dalam pembelajaran tersebut.

  Penggunaan media dalam proses belajar mengajar mempunyai nilai- nilai praktis (Asnawir dan Usman, 2002:14-15) sebagai berikut:

a. Media dapat mengatasi berbagai keterbatasan pengalaman yang dimiliki

siswa atau mahasiswa. Karena setiap orang mempunyai pengalaman yang berbeda-beda dan beragam.

  

b. Media dapat mengatasi ruang kelas. Misalnya benda yang terlalu besar tak

mungkin bisa dibawa ke dalam kelas. Dengan adanya media, kesulitan itu bisa diatasi.

c. Media memungkinkan adanya adanya interaksi langsung antara siswa dengan lingkungan.

  

d. Media menghasilkan keseragaman pengamatan. Pengamatan yang

dilakukan siswa dapat secara bersama-sama diarahkan kepada hal-hal

yang dianggap penting sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

  

e. Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit dan realistis.

  f. Media dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru.

  

g. Media dapat membangkitkan motivasi dan merangsang siswa untuk

belajar.

  

h. Media dapat memberikan pengalaman yang integral dari suatu yang

konkret sampai kepada yang abstrak.

3) Manfaat Media

  Penggunaan media dalam pengajaran berfungsi untuk mempercepat proses belajar mengajar di dalam kelas, dan juga sebagai alat bantu dalam mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif. Sejalan dengan hal tersebut,Sadiman (2002: 16) menyebutkan empat fungsi media antara lain sebagai berikut: (1) memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistik (dalam bentuk kata-kat tertulis atau lisan belaka).

  (2) mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera. (3) penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak didik.

  (4) mempermudah guru dalam memberikan rangsangan dan menyamakan persepsi serta pengalaman kepada siswa.

  Levie dan Lentz dalam Azhar (2007:16) mengemukan empat fungsi media pembelajaran, khususnya audio visual yaitu:

  (a) Fungsi atensi Media berfungsi untuk menarik perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran.

  (b) Fungsi afektif Media dapat menggugah emosi dan sikap siswa, sehingga membantu guru dalam menerangkan tentang masalah sosial.

  (c) Fungsi kognitif Media memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang tekandung dalam gambar.

  (d) Fungsi kompensatoris Media memberikan konteks untuk memahami teks sehingga membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali.

  Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa media yang dipergunakan dalam pembelajaran adalah media yang dapat memperjelas penyajian materi pendidikan yang akan disampaikan. Media yang disajikan harus bervariasi agar peserta didik tidak merasa bosan tetapi dapat membuat peserta didik lebih nyaman dan termotivasi untuk berkonsentrasi mengikuti pelajaran, sehingga dapat memperlancar tujuan proses belajar mengajar.

4) Kriteria Pemilihan Media

  Media merupakan sarana untuk meningkatkan kegiatan proses belajar mengajar. Seorang guru harus dapat mempertimbangkan dan memilih media yang akan digunakan supaya tepat guna. Oleh sebab itu, beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan (Asnawir dan Usman, 2002: 15-16) antara lain:

  a) Media yang dipilih hendaknya selaras dan menunjang tujuan

pembelajaran yang telah ditetapkan. Agar tujuan yang ditetapkan bisa

tercapai.

  b) Kondisi audiens (siswa) dari subjek belajar menjadi perhatian yang

serius bagi guru yang memilih media yang sesuai dengan kondisi anak.

  c) Media yang dipilih seharusnya dapat menjelaskan apa yang akan disampaikan kepada audiens (siswa) secara tepat dan berhasil guna.

  d) Biaya yang dikeluarkan dalam pemanfaatan media harus seimbang dengan hasil yang akan dicapai.

  Media pembelajaran digunakan untuk mempermudah proses belajar mengajar. Oleh sebab itu, media pengajaran hendaknya dipandang sebagai sumber belajar yang digunakan dalam usaha memecahkan masalah yang dihadapi dalam proses belajar mengajar (Asnawir dan Usman,2002: 19).Media pembelajaran yang diharapkan adalah media pembelajaran yang mudah difahami dan dapat menarik peserta didik dalam mengikuti pembelajaran yang disajikan, sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai.Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam pemanfaatan media pengajaran dalam proses belajar mengajar (Asnawir dan Usman, 2002: 20) yaitu:

  

a) Media pengajaran harus sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah

ditetapkan.

  

b) Media pengajaran tersebut merupakan media yang dapat dilihat atau

didengar.

  c) Media pengajaran yang digunakan dapat merespon siswa belajar.

  d) Media pengajaran juga harus sesuai dengan kondisi individu siswa.

  

e) Media pengajaran tersebut merupakan perantara (medium) dalam proses

pembelajaran siswa.

  5) Media Gambar Berseri

  a) Pengertian Media gambar berseri

  Kata media berasal dari bahasa Latin, yang merupakan bentuk jamak dari kata medium. Secara harfiah media berarti perantara, yaitu perantara antara sumber pesan dengan penerima pesan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Miarso (Indriana 2011:43) bahwa “media merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan yang dapat merangsang pikiran, perasaan, kemauan dan perhatian siswa untuk belajar”.Beberapa hal yang termasuk dalam ke dalam media yaitu film, televisi, diagram, media cetak, komputer dan juga media gambar.

  Penggunaan media gambar dalam pembelajaran sebisa mungkin penyajiannya efektif. Gambar-gambar yang digunakan dapat merupakan gambar yang terpilih, besar, dapat dilihat oleh semua peserta didik yang ada di dalam kelas, dapat ditempel, digantung ataupun diproyeksikan.Menurut Rahmawatiningsih (2010: 5) “media gambar berseri merupakan suatu media visual yang berisi yakni urutan gambar, antara gambar yang satu dengan gambar yang lain saling berhubungan dan menyatakan suatu peristiwa”. Pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa gambar berseri adalah gambar yang mempunyai urutan kejadian yang memiliki satu kesatuan cerita. Gambar berseri juga dapat melatih siswa mempertajam imajinasi yang kemudian dituangkan dalam bentuk tulisan. Semakin tajam daya imajinasi siswa, semakin berkembang pula siswa dalam melihat kemudian membahasakan sebuah benda

  b) b Langkah-langkah Penggunaan Gambar Berseri

  Langkah-langkah penggunaan gambar berseri adalah sebagai berikut a) Guru menempelkan gambar berseri dipapan tulis

  b) Siswa secara berkelompok menyimak gambar yang ditempelkan guru dipapan tulis c) Guru melakukan tanya jawab dengan siswa untuk membantu siswa memdapatkan ide cerita dan memberikan penguatan terhadap pembelajaran hari ini B.

   Hasil Penelitian Yang Relevan Upaya yang dilakukan peneliti terkait dengan menulis karangan narasi

dengan menggunakan kalimat efektif melalui media gambar berseri, pernah

diteliti oleh Windi Widiastuti mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia yang

  

berada di Bandung pada tahun 2013 pernah meneliti di jenjang Sekolah Dasar

yaitu diKelas V SD Negeri Pangulah Baru 1 Kecamatan Kotabaru Karawang.

Hasil menulis karangan narasi dengan penerapan pendekatan kooperatif tipe

think-pair-share ini terlihat adanya peningkatan secara signifikan, walaupun

belum sepenuhnya meningkat dari kriteria penentuan belajar yang terlihat dari

data akhir. Hal ini dapat dilihat dari hasil rata-rata evaluasi pada setiap siklus.

  

Hasil evaluasi pada pra siklus sebesar 52, pada siklus pertama cukup meningkat

menjadi sebesar 63, dan pada siklus ketiga meningkat lagi menjadi 72. Pada pra

siklus hanya 14 orang siswa, pada siklus pertama meningkat menjadi 17 orang

siswa (55%) dinyatakan lulus, dan pada siklus kedua menjadi 25 orang siswa

(80%) dinyatakan lulus dengan hasil yang cukup memuaskan.

C. Kerangka Pikir

  KONDISI AWAL KONDISI AKHIR TINDAKAN Diduga dengan pemanfaatan media gambarberseri dapat meningkatkan kemampuan menulis narasi pada siswa Dalam pembelajaran guru menggunakan media pembelajaran gambar berseri yang sesuai dengan subtopik Guru:

  Belum menggunakan media pembelajaran gambar berseri dalam proses pembelajaran

  Sirklus II : Jika Siklus II belum berhasil dalam pembelajaran menulis narasi guru memperbaiki lagi proses pembelajaran dengan pemanfaatan media gambar berseri Siklus I :

  Dalam pembelajaran menulis narasi guru memperbaiki proses pembelajaran dengan menggunakan media gambar berseari

  Siswa : Kemampuan menulis narasi pada siswa rendah. Pada gambar bagan diatas tampak di dalamnya terdapat dua perangkat komponen yang dapat dikatakan dua siklus.Bagan diatas menerangkan pada awal guru menyampaikan pembelajaran tentang merulis karangan narasi anak masih mendapatkan hasil yang kurang memuaskan. Melihat kondisi seperti itu maka guru memperbaiki proses pembelajaran pada siklus I menggunakan metode gambar berseri setelah siklus II diduga baru usaha memperbaiki pembelajaran menulis karangan narasi dengan menggunakan metode gambar berseri baru berhasil mendapatkan nilai yang memuaskan, pada siklus II baru mengalami kemajuan, siswa sudah dapat menuangkan imajinasinya pada karangan narasi dengan bantuan metode gambar berseri.

D. Hipotesa Tindakan

  Berdasarkan pada landasan teori yang telah diterapkan maka dapat dirumuskan hipotesa pada penelitian ini yaitu : “Apabila pembelajaran menulis karangan narasi dengan menggunakan kalimat efektif dengan metode gambar berseri dilaksanakan dengan sungguh-sungguh maka kemampuan menulis karangan narasi siswa kelas 2B SD Muhammadiyah Jenang tahun ajaran 2014-2015 akan meni ngkat”.