ANALISIS SOSIAL, EKONOMI dan LINGKUNGAN

  Kabupaten Manggar ai Timur

BAB IV ANALISIS SOSIAL, EKONOMI dan LINGKUNGAN RPIJM bidang Cipta Karya membutuhkan kajian pendukung dalam hal sosial, ekonomi dan lingkungan

  

untuk meminimalisir pengaruh negatif pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya terhadap lingkungan

permukiman baik di perkotaan maupun di perdesaan. Kajian aspek sosial, ekonomi dan lingkungan meliputi

acuan peraturan perundang-undangan, kondisi eksisting lingkungan dan sosial, analisis dengan instrumen, serta

pemetaan antisipasi dan rekomendasi perlindungan lingkungan dan sosial yang dibutuhkan.

4.1. Analisis Sosial

  Aspek sosial terkait dengan pengaruh pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya kepada

masyarakat pada taraf perencanaan, pembangunan, maupun pasca pembangunan/ pengelolaan. Pada

taraf perencanaan, pembangunan infrastruktur permukiman menyentuh aspek-aspek sosial yang terkait dan

sesuai dengan isu-isu yang marak saat ini, seperti pengentasan kemiskinan serta pengarusutamaan gender.

Sedangkan pada saat pembangunan kemungkinan masyarakat terkena dampak sehingga diperlukan proses

konsultasi, pemindahan penduduk dan pemberian kompensasi, maupun permukiman kembali.

Kemudianpada pasca pembangunan atau pengelolaan perlu diidentifikasi apakah keberadaan infrastruktur

bidang Cipta Karya tersebut membawa manfaat atau peningkatan taraf hidup bagi kondisi sosial ekonomi

masyarakat sekitarnya.

Dasar peraturan perundang-undangan yang menyatakan perlunya memperhatikan aspek sosial adalah sebagai

berikut:

1. UU No.17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional:

   Dalam rangka pembangunan berkeadilan, pembangunan sosial juga dilakukan dengan memberi perhatian yang lebih besar pada kelompok masyarakat yang kurang beruntung, termasuk masyarakat miskin dan masyarakat yang tinggal di wilayah terpencil, tertinggal, dan wilayah bencana.

   Penguatan kelembagaan dan jaringan pengarusutamaan gender dan anak di tingkat nasional dan daerah, termasuk ketersediaan data dan statistik gender.

  2. UUNo.2/2012 tentang Pengadaan UU No.2/2012 tentang Pengadaan Lahan bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum:  Pasal 3 : Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum bertujuan menyediakan tanah bagi pelaksanaan pembangunan guna meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran bangsa, negara, dan masyarakat dengan tetap menjamin kepentingan hukum Pihak yang Berhak.

  Kabupaten Manggar ai Timur

  3. Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014:  Perbaikan kesejahteraan rakyat dapat diwujudkan melalui sejumlah program pembangunan untuk penanggulangan kemiskinan dan penciptaan kesempatan kerja, termasuk peningkatan program di bidang pendidikan, kesehatan, dan percepatan pembangunan infrastruktur dasar.

   Untuk mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender, peningkatan akses dan partisipasi perempuan dalam pembangunan harus dilanjutkan.

  4. Peraturan Presiden No.15/2010 tentang Percepatan penanggulangan Kemiskinan  Pasal 1 : Program penanggulangan kemiskinan adalah kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dunia usaha, serta masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecil, serta program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi.

  5. Instruksi Presiden No.9 Tahun 2000 tentang Pengarus utamaan Gender dalam Pembangunan Nasional  Menginstruksikan kepada Menteri untuk melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional yang berperspektif gender sesuai dengan bidang tugas dan fungsi, serta kewenangan masing-masing.

  

Tugas dan wewenang pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota terkait aspek

sosial bidang Cipta Karya adalah:

  1. Pemerintah Pusat:

  a. Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum yang bersifat strategis nasional ataupun bersifat lintas provinsi.

  b. Menjamin tersedianyapendanaan untuk kepentingan umum yangbersifat strategisnasional ataupunbersifatlintasprovinsi.

  c. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha mikro dan kecil, serta program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi di tingkatpusat.

  d. Melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional berperspektif gender, khususnya untuk bidang Cipta Karya.

2. Pemerintah Provinsi:

  a. Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum yang bersifat regional ataupun bersifat lintas kabupaten/kota.

  b. Menjamin tersedianya pendanaan untuk kepentingan umum yang bersifat regional ataupun bersifat

  Kabupaten Manggar ai Timur lintas kabupaten/kota.

  c. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha mikro dan kecil, serta program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi di tingkat provinsi.

  d. Melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan ditingkat provinsi berperspektif gender, khususnya untuk bidang Cipta Karya.

3. Pemerintah Kabupaten/Kota: a. Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum di kabupaten/kota.

b. Menjamin tersedianya pendanaan untuk kepentingan umum di kabupaten/kota.

  c. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha mikro dan kecil, serta program lain dalam rangka peningkatan ekonomi di tingkat kabupaten/kota.

  d. Melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan di tingkat kabupaten / kota berperspektif gender, khususnya untuk bidang Cipta Karya.

  4.1.1. Pengarusutamaan Gender Selain itu aspek yang perlu diperhatikan adalah responsivitas kegiatan pembangunan bidang Cipta

Karya terhadap gender. Saat ini telah kegiatan responsive gender bidang Cipta Karya meliputi Program

  

Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan (P2KP), Neighborhood Upgrading and Shelter

Sector Project (NUSSP), Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS), Program

Pembangunan Infrastruktur Perdesaan (PPIP), Sanitasi Berbasis Masyarakat (SANIMAS), Rencana Tata

Bangunan dan Lingkungan (RTBL), dan Studi Evaluasi Kinerja Program Pemberdayaan Masyarakat bidang

Cipta Karya.

Menindaklanjuti hal tersebut maka diperlukan suatu pemetaan awal untuk mengetahui bentuk responsif gender

dari masing-masing kegiatan, manfaat, hingga permasalahan yang timbul sebegai pembelajaran dimasa datang

di daerah.

  4.1.2. Aspek Sosial pada Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya Aspek sosial pada perencanaan pembangunan bidang Cipta Karya diharapkan mampu melengkapi

kajian perencanaan teknis sektoral. Salah satu aspek yang perlu ditindak- lanjuti adalah isu kemiskinan. Kajian

aspek sosial lebih menekankan pada manusianya sehingga yang disasar adalah kajian mengenai penduduk

miskin, mencakup data eksisting, persebaran, karakteristik, sehingga kebutuhan penanganannya, seperti

tertuang pada tabel berikut.

Tabel 4.1. Analisis Kebutuhan Penanganan Penduduk Miskin Kabupaten Manggar ai Timur Kabupaten Sabu Raijua Jumlah

  Bentuk

No. Lokasi Penduduk KondisiUmum Permasalahan Penanganan yang Kebutuhan

Miskin Sudah Dilakukan Penanganan

1. Menyebar di 7 29.703  MataPencaharian: Terjadi wabah Lanjutan

  • Program/ Kegiatan PPIP nelayan, pedagang, kecamatan penyakit akibat peningkatan petani perilaku Hidup infrastruktur dan BLST, raskin,  Kondisi lingkungan: tidak sehat sosialisasi Tidak terawat, desa mandiri tentang PHBS kumuh anggur merah  Kondisi hunian

  umum: rumah tidak layak huni  Status kepemilikan hunian milik sendiri, dan bersama

Menurut standar BPS terdapat 14 kriteria yang dipergunakan untuk menentukan keluarga/rumah tangga

dikategorikan miskin, yaitu: 1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m² per orang.

  2. Jenis lantai tempat tinggal terbuatdari tanah/bambu/kayu murahan.

  

3. Jenis dinding tempat tinggal dari bambu/rumbia/kayu berkualitas rendah/tembok tanpa diplester.

  4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama-sama dengan rumah tangga lain.

  5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.

  6. Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak terlindung/sungai/air hujan.

  7. Bahanbakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/arang/minyak tanah.

  8. Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam seminggu.

  9. Hanya membeli satustel pakaianbarudalam setahun.

  10. Hanya sanggup makan sebanyak satu/dua kali dalam sehari.

  11. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/poliklinik.

  12. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah : petani dengan luas lahan 500 m², buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan dan atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan dibawah Rp.600.000,- per bulan.

  13. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga : tidak sekolah/tidak tamat SD/hanya SD.

  14. Tidak memiliki tabungan / barang yang mudah dijual dengan minimal Rp. 500.000,- seperti sepeda motor kredit/nonkredit, emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya.

Jika minimal 9 variabel terpenuhi maka suatu rumah tangga dikategorikan sebagai rumah tangga miskin.

  Kabupaten Manggar ai Timur

Menanggapi isu kemiskinan maka perencanaan pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya dalam rangka

mengentaskan kemiskinan, sedapat mungkin melibatkan masyaraat miskin. Selain untuk menyerap aspirasi

masyrakat, juga diharapkan meningaktkan harga diri dan kepercayaan diri masyarakat miskin serta meningkatkan

rasa memiliki dan tanggungjawab pemeliharaan.

  

Perencanaan pembangunan infrastruktur juga terkadang berdampak pada pengadaan/pembebasan lahan yang

mungkin berdampak pada terjadinya keresahan masyarakat. Untuk itu perlu dilakukan dengan pendekatan sosial

yang baik sehingga tidak menimbulkan sesistensi sosial.

4.1.3. Aspek Sosial pada Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya

  Pelaksanaan pembangunan bidang Cipta Karya secara lokasi, besaran kegiatan, dan durasi berdampak

terhadap masyarakat. Untuk meminimalisir terjadinya konflik dengan masyarakat penerima dampak maka perlu

dilakukan beberapa langkah antisipasi, seperti konsultasi, pengadaan lahan dan pemberian kompensasi untuk

tanah dan bangunan, serta permukiman kembali.

  1. Konsultasi masyarakat Konsultasi masyarakat diperlukan untuk memberikan informasi kepada masyarakat, terutama kelompok masyarakat yang mungkinterkena dampak akibat pembangunan bidang Cipta Karya di wilayahnya. Hal ini sangat penting untuk menampung aspirasi mereka berupa pendapat, usulan serta saran-saran untuk bahan pertimbangan dalam proses perencanaan. Konsultasi masyarakat perlu dilakukan pada saat persiapan program bidang Cipta Karya, persiapan AMDAL dan pembebasan lahan.

  2. Pengadaan lahan dan pemberian kompensasi untuk tanah dan bangunan Kegiatan pengadaan tanah dan kewajiban pemberian kompensasi atas tanah dan bangunan terjadi jika kegiatan pembangunan bidang cipta karya berlokasi diatas tanah yang bukan milik pemerintah atau telah ditempati oleh swasta/masyarakat selama lebih dari satu tahun. Prinsip utama pengadaan tanah adalah bahwa semua langkah yang diambil harus dilakukan untuk meningkatkan, atau memperbaiki, pendapatan dan standar kehidupan warga yang terkena dampak akibat kegiatan pengadaan tanah ini.

  3. Permukimankembali penduduk(resettlement) Seluruh proyek yang memerlukan pengadaan lahan harus mempertimbangkan adanya kemungkinan pemukiman kembali penduduk sejak tahap awal proyek. Bilamana pemindahan penduduk tidak dapat dihindarkan, rencana pemukiman kembali harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga penduduk yang terpindahkan mendapat peluang ikut menikmati manfaat proyek. Hal ini termasuk mendapat kompensasi yang wajar atas kerugiannya, serta bantuan dalam pemindahan dan pembangunan kembali kehidupannya di lokasi yang baru. Penyediaan lahan, perumahan, prasarana dan kompensasi

  Kabupaten Manggar ai Timur lain bagi penduduk yang dimukimkan jika diperlukan dan sesuai persyaratan.

  

Di kabupaten Manggarai Timur, belum terdata kegiatan pembangunan Cipta Karya yang menyangkut

pemindahan penduduk dan pemberian kompensasi serta permukiman kembali.

Output kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya memberi manfaat bagi masyarakat. Manfaat tersebut dapat

terlihat secara kasat mata dan secara sederhana dapat terukur, seperti kemudahan mencapai lokasi pelayanan

infrastruktur, waktu tempuh yang menjadi lebih singkat, hingga pengurangan biaya yang harus dikeluarkan oleh

penduduk untuk mendapatkan akses pelayanan tersebut.

  

Penangan aspek sosial pasca pelaksanaan pembangunan bidang Cipta Karya di Kabupaten manggarai Timur

sudah terlihat, terasa dan terukur sejak pembangunannya pada tahun-tahun sebelumnya. Seperti

pembangunan jalan lingkungan, pembangunan SPAM pedesaan, perluasan jaringan perpipaan dan

sebagainya, namun data mengenai identifikasi pembangunan ini belum terdata secara lengkap.

  

Kegiatan Pembangunan Cipta Karya yang membutuhkan Konsultansi, Pemindahan Penduduk dan Pemberian

Kompensasi serta Permukiman Kembali meliputi :

  1. Pengembangan Permukiman 1). Infrastruktur Kawasan Permukiman Perkotaan 2). Rusunawa Beserta Infrastruktur Pendukungnya 3). Ifrastruktur Kawasan Permukiman Perdesaan 4). Infrastruktur Pendukung Kegiatan Ekonomi dan Sosial (RISE) 5). Infrastruktur Perdesaan (PPIP)

  2. Penataan Bangunan dan Lingkungan 1). Bangunan Gedung dan Fasilitasnya 2). Sarana dan Prasarana Lingkungan Permukiman 3).Keswadayaan Masyarakat

  3. Pengembangan Air Minum 1). SPAM di Kawasan MBR 2). SPAM di IKK 3). SPAM Perdesaan

  4). SPAM Kawasan Khusus

  4. Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman 1). Infrastruktur Air Limbah 2). Infrastruktur Drainase Perkotaan 3). Infrastruktur Tempat Pemrosesan Akhir Sampah 4). Infrastruktur Tempat Pengolah Sampah Terpadu/ 3R

  Kabupaten Manggar ai Timur

4.1.4. Aspek Sosial pada Pasca Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya Output kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya seharusnya memberi manfaat bagi masyarakat.

  

Manfaat tersebut diharapkan minimal dapat terlihat secara kasat mata dan secara sederhana dapat terukur,

seperti kemudahan mencapai lokasi pelayanan infrastruktur, waktu tempuh yang menjadi lebih singkat,

hingga pengurangan biaya yang harus dikeluarkan oleh penduduk untuk mendapatkan akses pelayanan

tersebut.

  Penangan aspek sosial pasca pelaksanaan pembangunan bidang Cipta Karya di Kabupaten Manggarai

Timur sudah terlihat, terasa dan terukur sejak pembangunannya pada tahun-tahun sebelumnya. Seperti

pembangunan jalan lingkungan, pembangunan SPAM pedesaan, perluasan jaringan perpipaan dan sebagainya,

namun data mengenai identifikasi pembangunan ini belum tersedia secara lengkap

4.2. Analisis Lingkungan

  Kajian lingkungan dibutuhkan untuk memastikan bahwa dalam penyusunan RPIJM bidang Cipta Karya telah mengakomodasi prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Adapun amanat perlindungan dan pengelolaan lingkungan adalah sebagai berikut:

  

1. UU No.32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup : “Instrumen pencegahan

pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup terdiri atas antara lain Kajian Lingkungan Hidup

Strategis (KLHS), Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), dan Upaya Pengelolaan

Lingkungan-Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL) dan Surat Pernyataan kesanggupan

Pengelolaan danPemantauanLingkungan Hidup (SPPLH)”

  

2. UU No.17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional: “Dalam rangka

meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang baik perlu penerapan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan secara konsisten di segala bidang”

  

3. Peraturan Presiden No.5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun

2010-2014:

“Dalam bidang lingkungan hidup, sasaran yang hendak dicapai adalah perbaikan mutu lingkungan hidup

dan pengelolaan sumber daya alam di perkotaan dan pedesaan, penahanan laju kerusakan lingkungan dengan

peningkatan daya dukung dan daya tampung lingkungan; peningkatan kapasitas adaptasi dan mitigasi

perubahan iklim”

  4. Permen LHNo. 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Kajian Lingkungan Hidup Strategis:

Dalam penyusunan kebijakan, rencana dan/atau program, KLHS digunakan untuk penyiapan alternative

penyempurnaan kebijakan, rencana dan/atau program agar dampak dan/atau risiko lingkungan yang

tidak diharapkan dapat diminimalkan.

5. Permen LH No. 16 Tahun 2012 tentang Penyusunan Dokumen Lingkungan.

  Kabupaten Manggar ai Timur Sebagai persyaratan untuk mengajukan ijin lingkungan maka perlu disusun dokumen Amdal, UKL dan UPL atau Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan Lingkungan Hidup atau disebut dengan SPPL bagi kegiatan atau UKL danUPL.

Tugas dan wewenang pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kotadalam aspek

lingkungan terkait bidang Cipta Karya mengacu pada UU No.32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup yaitu :

1. Pemerintah Pusat a. Menetapkan kebijakan nasional.

  b. Menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria.

  c. Menetapkan dan melaksan akan kebijakan mengenai KLHS.

  d. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.

  e. Melaksanakan pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup.

  f. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai pengendalian dampak perubahan iklim dan perlindungan lapisan ozon.

  g. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan nasional, peraturan daerah, dan peraturan kepala daerah.

  h. Mengembangkan dan menerapkan instrument lingkungan hidup.

i. Mengembangkan dan melaksanakan kebijakan pengaduan masyarakat.

  j. Menetapkan standar pelayanan minimal.

2. Pemerintah Provinsi a. Menetapkan kebijakan tingkat provinsi.

  b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat provinsi.

  c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.

  d. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan, peraturan daerah, dan peraturan kepala daerah kabupaten/kota.

  e. Mengembangkan dan menerapkan instrument lingkungan hidup.

  f. Melakukan pembinaan, bantuan teknis, dan pengawasan kepada kabupaten/kota di bidang program dan kegiatan.

  g. Melaksanakan standar pelayanan minimal.

3. Pemerintah Kabupaten

a. Menetapkan kebijakan tingkat kabupaten b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat kabupaten/kota.

  Kabupaten Manggar ai Timur c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.

  d. Mengembangkan dan menerapkan instrument lingkungan hidup.

  e. Melaksanakan standar pelayanan minimal.

A. Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)

  Menurut UUNo.32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Kajian Lingkungan Hidup Strategis, yang selanjutnya disingkat KLHS, adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar danterintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program. KLHS perlu diterapkan didalam RPIJM karena: 1.

  RPIJM membutuhkan kajian aspek lingkungan dalam perencanaan pembangunan infrastruktur.

2. KLHS dijadikan sebagai alat kajian lingkungan karena RPI2JM berada pada tataran

  Kebijakan/Rencana/Program. Dalam hal ini, KLHS menerapkan prinsip-prinsip kehati-hatian, dimana kebijakan, rencana dan/atau program menjadi garda depan dalam menyaring kegiatan

pembangunan yang berpotensi mengakibatkan dampak negatifter hadap lingkungan hidup.

Koordinasi penyusunan KLHS antar instansi sangat diperlukan untuk mentransfer pemahaman mengenai pentingnya penerapan prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup untuk mendorong terjadinya pembangunan berkelanjutan.

  Tahapan Pelaksanaan KLHS Tahapan pelaksanaan KLHS diawali dengan penapisan usulan rencana/program dalam RPIJM per sektor dengan mempertimbangkan isu-isu pokok seperti : 1) perubahan iklim, 2) kerusakan, kemerosotan, dan/atau kepunahan keanekaragaman hayati, 3) peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan, 4) penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam, 5) peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan, 6) peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan penghidupan sekelompok masyarakat; dan/atau 7) peningkatan risiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia. Isu-isu tersebut menjadi kriteria apakah rencana/program yang disusun teridentifikasi menimbulkan resiko atau dampak terhadap isu-isu tersebut.

  Tahap 1 dilakukan dengan penapisan (screening) dengan menyusun tabel 4.2.

  Kabupaten Manggar ai Timur Tabel 4.2.

   Kriteria Penapisan Usulan Program/Kegiatan Bidang Cipta Karya Di kabupaten Manggarai Timur Penilaian Kesimpulan: No. Kriteria Penapisan Uraian (Signifikan/ Pertimbangan TidakSignifikan)

  1. Perubahan Iklim Perubahan iklim berdampak pada Tidak signifikan (kenaikan temperatur, peubahan pola Penurunan Ketersediaan Air, curah hujan, kenaikan permukaan air Kekeringan, Gangguan laut serta kenaikan frekwensi dan Keseimbangan air, Penurunan intensitas iklim ekstrim) kualitas air, banjir , longsor, interusi air laut, kerusakan pantai. Sejauh ini masih dalam batas aman namun perlu diantisipasi

  2. Kerusakan, kemerosotan,dan/atau Kerusakan hutan bakau di pesir Tidak signifikan kepunahan keanekaragaman hayati pantai Borong yang berakibat pada kemerosotan habitat plasma nutfah. Namun sejauh ini masih dalam batas aman

  3. Peningkatan intensitas dan cakupan Kabakaran lahan sering terjadi Tidak signifikan wilayah bencana banjir,longsor, sebagai akibat kekeringan dan kekeringan, dan/atau kebakaran hutan kebiasaan membakar untuk pakan dan lahan, ternak, sebagai akibat perubahan iklim, dan kebiasaan membakar, tapi masih terpantau

  4. Peningkatan alih fungsi kawasan hutan Alih fungsi lahan hutan/semak dan/atau lahan, belukar menjadi hunian di pinggir kota dan alih fungsi lahan hunian menjadi perdagangan pada jalur

  Tidak signifikan jalan utama pusat kota Borong. Sejauh ini masih aman namun perlu diantisipasi

  5. Peningkatan jumlah penduduk miskin Pesatnya pertumbuhan penduduk Tidak signifikan atau terancamnya keberlanjutan perdesaan ke kota dengan penghidupan sekelompok masyarakat keterampilan yang terbatas mengakibatkan peningatan jumlah penduduk miskin perkotaan dan terbantuknya kampung kumuh dan Sqoter setlemen pada beberapa kawasan di Borong.

  6. Peningkatan risiko terhadap kesehatan Terjadi pencemaran sumber air Tidak signifikan dan keselamatan manusia permukaan dan sumur dangkal oleh bakteri Ecoly tapi belum sampai pada tingkat yang mengkwatirkan

  Kabupaten Manggar ai Timur

  7. Peningkatan risiko terhadap kesehatan Gangguan lingkungan akibat limbah Signifikan dan keselamatan manusia air kotor dan sampah

  Tahap ke-2 setelah penapisan terdapat dua kegiatan. Jika melalui proses penapisan di atas tidak teridentifikasi bahwa rencana/program dalam RPIJM tidak berpengaruh terhadap kriteria penapisan di atas maka berdasarkan Permen Lingkungan Hidup No. 9/2011 tentang Pedoman Umum KLHS, Tim Satgas RPIJM Kabupaten/Kota dapat menyertakan Surat Pernyataan bahwa KLHS tidak perlu dilaksanakan, dengan ditandatangani oleh Ketua Satgas RPIJM dengan persetujuan BPLHD, dan dijadikan lampiran dalam dokumen RPIJM.

  Namun, jika teridentifikasi bahwa rencana/program dalam RPIJM berpengaruh terhadap kriteria penapisan di atas maka Satgas RPIJM didukung dinas lingkungan hidup (BPLHD) dapat menyusun KLHS dengan tahapan sebagai berikut :

  1. Pengkajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di Wilayah Perencanaan, dilaksanakan melalui 4 (empat) tahapansebagai berikut: a) Identifikasi Masyarakatdan Pemangku Kepentingan Lainnya Tujuan identifikasi masyarakat dan pemangku kepenting anadalah :

  • Menentukan secara tepat pihak-pihak yang akan dilibatkan dalam pelaksanaan KLHS;
  • Menjamin diterapkannya azas partisipasi yang diamanatkan UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;
  • Menjamin bahwa hasil perencanaan dan evaluasi kebijakan, rencana dan/atau program memperoleh legitimasi atau penerimaan oleh publik;
  • Agar masyarakat dan pemangku kepentingan mendapatkan akses untuk menyampaikan informasi, saran, pendapat, dan pertimbangan tentang pembangunan berkelanjutan melalui proses penyelenggaraan KLHS.

Tabel 4.3. Proses Identifikasi Pemangku Kepentingan dan Masyarakat dalam penyusunan KLHS Bidang Cipta Karya Masyarakat dan Pemangku Lembaga Kepentingan

  a.Bupati/Walikota Pembuat keputusan b.DPRD

  Penyusun kebijakan,rencana dan/atau program DinasPU-CiptaKarya, BPLHD

  Kabupaten Manggar ai Timur

  a.DinasPU-CiptaKarya Instansi b.BPLHD a.Perguruan tinggi ataulembaga penelitian lainnya b.Asosiasi profesi c.Forum-forum pembangunan berkelanjutan dan lingkungan hidup

  Masyarakat yang memilik Informasi dan/atau keahlian(perorangan/tokoh/kelompok) d.LSM/Pemerhati Lingkungan hidup e.Perorangan/tokoh f.kelompok yang memiliki data dan informasi berkaitan dengan SDA a.Lembaga Adat b.Asosiasi Pengusaha

  Masyarakat terkena Dampak

  c. Tokoh masyarakat

  d. Organisasi masyarakat e.Kelompok masyarakat tertentu(nelayan,petani dll)

  b) Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan Tujuanidentifikasi isupembangunan berkelanjutan: 1) penetapan isu-isu pembangunan berkelanjutan yang meliputi aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan hidup atau keterkaitan antar ketiga aspek tersebut; 2) pembahasan fokus terhadap isu signifikan; dan 3) membantu penentuan capaian tujuan pembangunan berkelanjutan.

  Tabel. 4.4 Proses Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan Bidang Cipta Karya Pengelompokan Isu-isu Pembangunan Penjelasan Singkat Berkelanjutan Bidang CiptaKarya Lingkungan Hidup Permukiman

  Isu 1: kecukupan air baku untuk air minum Contoh: Peningkatan pembangunan infrastruktur yang Kekeringan, menurunnya kualitas air berdampak kepada menurunnya kuantitas dan kualitas sumber daya alam Isu 2: Pencemaran lingkungan oleh infrastruktur yang Gangguan ligkungan akibat pencemaran tidak berfungsi maksimal Contoh: pencemaran tanah pembuangan air kotor dan limbah sampah oleh septictank yang bocor, pencemaran badan air oleh air limbah permukiman Isu 3: dampak kawasan kumuh terhadap kualitas Peningkatan luas kawasan kumuh berdampak lingkungan kepada penurunan kualitas kesehatan

  Contoh: kawasan kumuh menyebabkan penurunan masyarakat dan lingkungan kualitas lingkungan

  Ekonomi

  Kabupaten Manggar ai Timur

  Isu 4: kemiskinan berkorelasi dengan kerusakan lingkungan Contoh: pencemaran air mengurangi kesejahteraan nelayan di pesisir

  Gangguan ligkungan akibat pencemaran pembuangan air kotor dan limbah sampah

  Sosial

  Isu 5: Pencemaran menyebabkan berkembangnya wabah penyakit Contoh: menyebarnya penyakit diare di permukiman kumuh

  Menurunnya kualitas kesehatan masyarakat dan lingkungan

c) Identifikasi Kebijakan/Rencana/Program (KRP)

  1. Pengembangan Permukiman 1). Infrastruktur Kawasan

  Manggarai Timur

  Manggarai Timur

  Sampah Terpadu/3R 1) Pembangunan MCK 2) Septiktank komunal 3) Pembangunan IPLT 4) Jaringan Drainase 5) Pembangunan TPA 6) Pembangunan TPS 7) Pembangunan fasilitas 3R

  Akhir Sampah 4). Infrastruktur Tempat Pengolah

  4. Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman 1). Infrastruktur Air Limbah 2). Infrastruktur Drainase Perkotaan 3). Infrastruktur Tempat Pemrosesan

  Manggarai Timur

  1) Air bersih perpipaan 2) Perluasan jaringan air bersih 3) Pemeliharaan jaringan pipa 4) Sumur bor

  3. Pengembangan Air Minum 1). SPAM di Kawasan MBR 2). SPAM di IKK 3). SPAM Perdesaan 4). SPAM Kawasan Khusus

  1) Pembangunan RTH 2) Proteksi Kebakaran 3) Jalan akses ke bangunan

  Permukiman Perkotaan 2). Rusunawa Beserta Infrastruktur

  Lingkungan Permukiman 3). Keswadayaan Masyarakat

  Fasilitasnya 2). Sarana dan Prasarana

  2. Penataan Bangunan dan Lingkungan 1). Bangunan Gedung dan

Tabel 4.5. Identifikasi KRP Kabupaten Manggarai Timur No. Komponen kebijakan, rencana / program Kegiatan Lokasi

  1). Pembangunan Jalan lingkungan 2). Peningkatan Jalan Lingkungan 3) Pembangunan Gedung Rusunawa (belu terbangun di Kabupaten Belu) 4) Pembanguna Rumah MBR

  Ekonomi dan Sosial (RISE) 5). Infrastruktur Perdesaan (PPIP)

  Perdesaan 4). Infrastruktur Pendukung Kegiatan

  Pendukungnya 3). Ifrastruktur Kawasan Permukiman

  Manggarai Timur Kabupaten Manggar ai Timur

  2. Perumusan Alternatif Penyempurnaan KRP Tujuan perumusan alternative penyempurnaan kebijakan, rencana, dan/atau program untuk mengembangkan berbagai alternatif perbaikan muatan kebijakan, rencana, dan/atau program dan menjamin pembangunan berkelanjutan. Setelah dilakukan kajian, dan disepakati bahwa kebijakan, rencana dan/atau program yang dikaji potensial memberikan dampak negatif pada pembangunan berkelanjutan, maka dilakukan pengembangan beberapa alternatif untuk menyempurnakan rancangan atau merubah kebijakan, rencana dan/atau program yang ada. Beberapa alternatif untuk menyempurnakan dan atau mengubah rancangan kebijakan, rencana dan/atau program ini dengan mempertimbangkan antara lain : a. Memberikan arahan atau rambu-rambu mitigasi terkait dengan kebijakan, rencana, dan/atau program yang diperkirakan akan menimbulkan dampak lingkungan atau bertentangan dengan kaidah pembangunan berkelanjutan.

  b. Menyesuaikan ukuran, skala, dan lokasi usulan kebijakan, rencana, dan/atau program.

  c. Mengubah kebijaka, rencana, dan/atau program

  d. Menunda, memperbaiki urutan, atau mengubah prioritas pelaksanaan kebijakan, rencana, dan/atau program. KHLS merupakan instrumen lingkungan yang diterapkan pada tataran rencana program. Sedangkan pada tataran kegiatan atau keproyekan, instrumen yang lebih tepat diterapkan adalah AMDAL, UKL- UPL dan SPPLH. Penjelasan perbendaan antara KHLS dan AMDAL di sajikan pada tabel berikut ini.

Tabel 4.6. Perbedaan Instrumen KLHS dan AMDAL Deskripsi Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal)

  Rujukan Peraturan Perundangan

  UU 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Permen LH 09/2011 tentang Pedoman umum KLHS

  UU 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Permen PPU 10/PRT/M/2008 tentang jenis kegiatan bidang PU wajib UKLUPL Permen LH 5/2012 tentang jenis rencana usaha dan/atau kegiatanWajib AMDAL

  Pengertian Umum Rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/ atau program.

  Kajian mengenai dampak penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan. Usaha dan/atau Kegiatan adalah segala bentuk aktivitas yang dapat menimbulkan perubahan terhadap rona lingkungan hidup serta menyebabkan dampak terhadap lingkungan.

  Kewajiban pelaksanaan Pemerintah dan Pemerintah Daerah Pemrakarsa rencana usaha dan/atau kegiatan yang masuk kriteria sebagai wajib AMDAL

  Pemerintah/swasta) Kabupaten Manggar ai Timur Deskripsi Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal)

  Keterkaitan studi lingkungan dengan: Penyusunan atau evaluasi RTRW, RPJP dan RPIM Kebijakan, rencana dan/atau program yang berpotensi menimbulkan dampak dan/atau resiko lingkungan

  Tahap perencanaan suatu usaha dan atau kegiatan Mekanisme pelaksanaan pengkajian pengaruh kebijakan, rencana, dan/ atau program terhadap kondisi lingkungan hidup di suatu wilayah; perumusan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana, dan/atau program; dan rekomendasi perbaikan untuk pengambilan keputusan kebijakan rencana, dan/atau program yang mengintegrasikan prinsip pembangunan berkelanjutan.

  Pemrakarsa dibantu oleh pihak lain yang berkompeten sebagaipenyusun AMDAL Dokumen AMDAL dinilai oleh komisi penilai AMDAL yang dibentuk oleh Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai kewenangannya dan dibantu olehTim Teknis. Komisi penilai AMDAL menyampaikan rekomendasi berupa kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan kepada Menteri, gubernur, dan bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.

  Menteri, gubernur, dan bupati/walikota berdasarkan rekomendasi komisi penilai AMDAL menerbitkan Keputusan Kelayakan atau Ketidaklayakan lingkungan

  Muatan Studi Lingkungan

   Isu Strategis terkait Pembangunan Berkelanjutan Kajian pengaruh rencana/program dengan isu- isu strategis terkait pembangunan berkelanjutan.

  Alternatif rekomendasi untuk rencana/program i. Kerangkaacuan; ii. Andal; iii. RKL-RPL.

  Kerangka acuan menjadi dasar penyusunan Andal dan RKL - RPL. Kerangka acuan wajib sesuai dengan rencana tata ruang wilayah dan/atau rencana tata ruang kawasan.

  Output Dasar bagi kebijakan, rencana, dan/atau program pembangunan dalam suatu wilayah.

  Keputusan Menteri, gubernur dan bupati/walikota sesuai kewenangan tentang kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan.

  Outcome Rekomendasi KLHS digunakan sebagai alat untuk melakukan perbaikan kebijakan, rencana, dan/atau program pembangunan yang melampaui daya dukung dan daya tamping lingkungan.

  Segala usaha dan/atau kegiatan yang telah melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup sesuai hasil KLHS tidak diperbolehkanlagi.

   Dasar pertimbangan penetapan kelayakan atau ketidak layakan lingkungan  Jumlah dan jenis izin perlindungan hidup yang diwajibkan  Persyaratan dan kewajiban pemrakarsa sesuai yang tercantum dalam RKLRPL. Kabupaten Manggar ai Timur Deskripsi Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal)

  Pendanaan APBD Kabupaten/Kota  Kegiatan penyusunan AMDAL (KA, ANDAL,

  Luas dan tidak rinci sebagai landasan untuk Mengarahkan visi dan kerangka umum

  Pengelompokan atau kategorisasi proyek mengikuti ketentuan yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 tahun 2012 tentang jenis rencana usaha dan/atau kegiatan Wajib

   Sumber:: Hasil analisa

  Diperlukan institusi yang berwenang memberikan penilaian dan persetujuan AMDAL

  Tidak diperlukan institusi yang berwenang memberikan penilaian dan persetujuan KLHS

  Institusi Penilai

  Fokus pada agenda pembangunan berkelanjutan Menangani gejala kerusakan lingkungan

  Proses di deskripsikan dengan jelas, mempunyai awal dan Akhir Fokus pengendali andampak

  Proses multi pihak, tumpang tindih komponen, KRP Merupakan proses interatkif dan kontinu

  Sempit, dalam dan rinci Deskripsi Proses

  Alternatif Banyak alternative Alternatif terbatas jumlahnya Kedalaman

  RKL-RPL) didanai oleh pemrakarsa,  Kegiatan Komisi Penilai AMDAL,

  Memelihara keseimbangan alam, pembangunan Berkelanjutan Mengendalikan dan meminimalkan dampak negative

  Amat terbatas Titikberat telaahan

  Dampak kumulatif Peringatan dini atas adanya dampak komulatif

  Evaluasi implikasi lingkungan dan pembangunan berkelanjutan Identifikasi, prakiraan dan evaluasi dampak lingkungan

  Hulu siklus pengambilan keputusan Akhir skilus pengambilan keputusan Pendekatan Cenderung proaktif Cenderung bersifat reaktif Fokus analisis

  Atribut Lainnya : Posisi

  Masyarakatyangdilibatkanadalah: i. Yangterkenadampak; ii. Pemerhatilingkunganhidup;dan/atau iii. Yang terpengaruh atas segala bentuk keputusan dalam prosesAMDAL

  Masyarakat adalah salah satu komponen dalam kabupaten/kota yang dapat mengakses dokumen pelaksanaanKLHS

   Dana pembinaan dan pengawasan dibebankan pada anggaran instansi lingkungan hidup pusat, provinsi dan kabupaten/kota Partisipasi Masyarakat

  Tim Teknis dan secretariat Penilai AMDAL dibebankan pada APBN/APBD  Jasa penilaian KA, AMDAL dan RKL-RPL oleh komisi AMDAL dan tim teknis dibiayai oleh pemrakarsa.

B. Amdal, UKL-UPL, dan SPPLH

  • luas landfill, atau
  • KapasitasTotal
  • Kapasitas
  • Kapasitas
  • Kapasitas

  • Kapasitas
  • Kapasitas
  • Luas, atau Kapasitasnya
  • Luas,atau
  • Kapasitasnya
  • Luas layanan, atau
  • Debit air limbah

  a. Kotabesar/metropolitan,panjang:

  Pembangunan Saluran Drainase (Primer dan/atau sekunder) dipermukiman

  D AirLimbahDomestik a.Pembangunan IPLT, termasuk fasilitas penunjang:

  3 /hari

  >3ha >2,4ton/hari >500ha >16.000m

  3 /hari

  >2ha >11m

  c. Pembangunansistem perpipaanair limbah:

  b. Pembangunan IPAL limbah domestik, termasuk fasilitas penunjangnya:

  a. Pembangunan IPLT, termasuk fasilitas penunjang :

  C. Air Limbah Domestik

  d. keperluan settlement transmigrasi >25ha >50ha > 100ha >2000ha

  c. Kota sedang dan kecil, luas

  b. Kota besar, luas

  B. Pembangunan Perumahan/Permukiman:

  a. Kotametropolitan, luas

  >10ha >100.000ton semua kapasitas/besaran > 500ton/hari >500ton/hari Semua kapasitas >500ton/hari >500ton/hari

  g. Transportasi sampahdengankeretaapi:

  f. CompostingPlant:

  e. Pengolahandengan insinerator:

  d. PembangunanInstalasi PengolahanSampah terpadu:

  c. Pembangunan transfer station

  b. TPA didaerah pasang surut:

  a. Pembangunan TPA Sampah Domestik dg sistem Control landfill/sanitary landfill:

  A. Persampahan:

  Penapisan Rencana Kegiatan Wajib AMDAL No. JenisKegiatan Skala/Besaran

  3. Proyek tidak wajib UKL-UPL tapi SPPLH Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya dan batasan kapasitasnya yang wajib dilengkapi dokumen AMDAL adalah sebagai berikut: Tabel 4.7.

  2. Proyek tidak wajib AMDAL tapi wajib UKL-UPL

  1. Proyek wajib AMDAL

  Kabupaten Manggar ai Timur AMDAL dan Peraturan MenteriPekerjaan Umum No.10 Tahun 2008 Tentang Penetapan Jenis Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan Bidang Pekerjaan Umum yang Wajib Dilengkapi dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidupdan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup, yaitu:

  b. Kotasedang,panjang: >5km >10km Kabupaten Manggar ai Timur

  e. Jaringan Air Bersih Di Kota Besar/Metropolitan

  a. Pembangunan jaringan distribusi

  • Luas layanan >500ha

  b. Pembangunanjaringantrasmisi

  • panjang

  >10km

  Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya yang kapasitasnya masih di bawah batas wajib dilengkapi dokumen AMDAL menjadikannya tidak wajib dilengkapi dokumen AMDAL tetapi wajib dilengkapi dengan dokumen UKL-UPL. Jenis kegiatan bidang Cipta karya dan batasan kapasitasnya yang wajib dilengkapi dokumen UKL-UPL tercermin dalam tabel berikut

  : Tabel 4.8.

   Penapisan Rencana Kegiatan Tidak Wajib AMDAL tapi Wajib UKL-UPL SektorTeknisCK Kegiatandan BatasanKapasitasnya

  i. Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dengan system controlled landfill atau sanitary landfill termasuk instansi penunjang

  • Luaskawasan,atau<10Ha
  • Kapasitas total<10.000ton ii. TPAdaerahpasangsurut
  • Luaslandfill,atau< 5Ha
  • Kapasitas total<5.000 ton iii. PembangunanTransfer Station

a. Persampahan • Kapasitas< 1.000ton/hari

  iv. PembangunanInstalasi/PengolahanSampahTerpadu

  • Kapasitas&lt; 500ton v. PembangunanIncenerator
  • Kapasitas&lt; 500ton/hari vi. PembangunanInstansiPembuatan Kompos • Kapasitas&gt; 50s.d. &lt;100 ton/ha

  i. Pembangunan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) termasuk fasilitas penunjang

  • Luas &lt;2ha

  3

  • Atau kapasitas&lt;11m /hari ii. PembangunanInstalasiPengolahanAir Limbah(IPAL)

b. Air Limbah Domestik/

  • Luas &lt;3ha

  Permukiman

  • Ataubahanorganik&lt;2,4 ton/hari iii. Pembangunan sistem perpipaan air limbah (sewerage/off- site sanitation system) diperkotaan/permukiman
  • Luas &lt;500ha

  3

  • Ataudebit airlimbah&lt;16.000m /hari i. Pembangunan saluran primer dan sekunder

  c.Drainase Permukaan • Panjang&lt;5km perkotaan ii. Pembangunan kolam retensi/polder diarea/kawasan pemukiman

  • Luas kolam retensi/polder(1–5) ha
Kabupaten Manggar ai Timur SektorTeknisCK Kegiatandan BatasanKapasitasnya

  i. Pembangunan jaringan distribusi: luas layanan:100has.d. &lt;500ha • ii. Pembangunan aringa npipa transmisi

  • Metropolitan/besar,Panjang:5s.d&lt;10km
  • Sedang/kecil, Panjang: 8s.d.M10km
  • Pedesaan,Panjang: - iii. Pengambilan air baku dari sungai, danau sumber air permukaan lainnya

d. Air Minum (debit)

  • Sungai danau: 50 lpss.d. &lt;250 lps

  Mat aair : 2,5lpss.d. &lt;250 lps • iv. Pembangunan Instalas iPengolahan air lengkap Debit : &gt;50 lpss.d. &lt;100 lps • v. Pengambilan air tanah dalam(debit) untuk kebutuhan:

  Pelayanan masyarakat oleh penyelenggara SPAM:2,5 lps- &lt;50 lps • Kegiatan lain dengan tujuan komersil:1,0lps-&lt;50lps • Kabupaten Manggar ai Timur SektorTeknisCK Kegiatandan BatasanKapasitasnya