Modul 04 Pembiayaan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas

Pembiayaan Pembangkit Listrik
Tenaga Biogas

Pembiayaan Pembangkit Listrik
Tenaga Biogas
PAKET PELATIHAN
Keuangan Berkelanjutan dalam Pembiayaan Energi Bersih

DISCLAIMER:
PEMBUATAN NASKAH INI DIKOORDINASIKAN DENGAN OTORITAS JASA KEUANGAN (OJK).
SERANGKAIAN DISKUSI TELAH DILAKUKAN MELIBATKAN INSTITUSI TERKAIT, DAN PARA
AHLI YANG TELAH MEMBANTU MEMPERSIAPKAN NASKAH INI. MENJADI SUATU KEBANGGAAN BAGI KAMI UNTUK DAPAT MENYAMPAIKAN RASA TERIMAKASIH KEPADA SEMUA
PIHAK YANG TELAH TERLIBAT DALAM PENYUSUNAN NASKAH INI DARI AWAL HINGGA SELESAI.
PEDOMAN INI TIDAK BERSIFAT MENGIKAT BAGI LEMBAGA JASA KEUANGAN (LJK) NAMUN
DAPAT DIJADIKAN SEBAGAI SALAH SATU ACUAN BAGI LJK DALAM HAL BERINVESTASI DI SEKTOR ENERGI BARU TERBARUKAN.
PENYUSUNAN NASKAH INI MEMPEROLEH DUKUNGAN KONSULTASI DAN MASUKAN DARI
THE UNITED STATES AGENCY FOR INTERNATIONAL DEVELOPMENT – INDONESIA CLEAN
ENERGY DEVELOPMENT (ICED) ROJECT BEKERJA SAMA DENGAN LEMBAGA PENDIDIKAN
EKONOMI DAN MASYARAKAT FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS INDONESIA
(LPEM UI)


2

DAFTAR ISI
ANALISA DAN MONITORING KREDIT UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA BIOGAS (PLTBg) LIMBAH
CAIR KELAPA SAWIT 1
Tujuan Pembelajaran 1
Pendahuluan 1
Pentingnya Bank Terlibat dalam Pembiayaan Sektor Bisnis Berkelanjutan
2
Memahami Model Bisnis Proyek PLTBg Limbah Cair Kelapa Sawit
4
Keutamaan PLTBg POME
6
Unsur Penting Dalam Proyek PLTBg POME
11
Analisa Kredit PLTBg Yang Memasukkan Konsep ASRI
15
Penilaian Dan Mitigasi Risiko Kredit Pada Pembiayan Proyek PLTBg 24
Pentingnya Monitoring Kredit yang Memasukkan ASRI
28

Aspek Penting dalam Monitoring Kredit Proyek PLTBg
28
Penerapan Sistem Monitoring Kredit PLTBg Yang Memasukkan ASRI 30
Datar Referensi
33
LAMPIRAN
34

Tata Kelola Aspek Resiko Sosial & Lingkungan – Pembiayaan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas

3

DAFTAR GAMBAR
Datar Tabel
Tabel 1. Skenario Pemanfaatan Biogas POME 7
Tabel 2. Feed In Tarif (Permen ESDM No. 21 Tahun 2016)
12
Tabel 3. Perbandingan antara Sistem Digester CSTR dan CAL 19
Tabel 4. Perkiraan Biaya Investasi untuk Proyek PLTBg (US$, KW)
20

Tabel 5. Biaya Investasi dan O&M
22
Tabel 6. Ekspektasi IRR 23
Tabel 7. Dokumen PLTBg
24
Tabel 8. Penilaian Risiko Proyek PLTBg dan Mitigasinya 26
Tabel 9. Komponen yang dimasukkan dalam perencanaan monitoring kredit PLTBg

Datar Gambar
Gambar 1. Komponen dalam Analisa dan Monitoring Kredit PLTBg
1
Gambar 2. Proses Konversi dari TBS Menjadi Listrik
5
Gambar 3. Model Bisnis Build, Own, Operate (BOO)
8
Gambar 4. Model bisnis Build, Own, Transfer (BOT)
8
Gambar 5. Stakeholder PLTBg 9
Gambar 6. Tahap Pengembangan PLTBg
10

Gambar 7. Integrasi Equator Principle ke Dalam Proses Persetujuan Kredit
Gambar 8. Proses Pemberian Kredit
17

4

Modul Keuangan Berkelanjutan – Pembiayaan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas

16

29

TUJUAN PEMBELAJARAN
TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM
Setelah mempelajari modul ini, diharapkan peserta dapat:
1. Memahami pentingnya bank untuk terlibat dalam pembiayaan sektor bisnis berkelanjutan
2. Memahami model bisnis proyek PLTBg Limbah Cair Kelapa Sawit
3. Memahami aspek penting dalam proyek PLTBg Limbah Cair Kelapa Sawit
4. Menerapkan analisa kredit proyek PLTBg yang memasukkan konsep ASRI
(Analisis risiko sosial dan lingkungan)

5. Memahami penilaian dan mitigasi risiko kredit dalam pembiayaan proyek PLTBg
6. Memahami pentingnya bank untuk memasukkan ASRI dalam monitoring kredit
7. Memahami aspek penting dalam monitoring kredit PLTBg
8. Memahami penerapan sistem monitoring kredit PLTBg yang memasukkan ASRI

Tata Kelola Aspek Resiko Sosial & Lingkungan – Pembiayaan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas

5

PENDAHULUAN
Modul ini bertujuan memberikan panduan bagi bank dan institusi keuangan dalam memberikan pinjaman
untuk proyek PLTBg. Ruang lingkup pembahasan lebih menekankan pada aspek yang terkait dengan
risiko lingkungan dan sosial untuk mendukung pembiayaan sektor bisnis berkelanjutan. Sedangkan
aspek lainnya diluar isu lingkungan dan sosial tidak dibahas mendalam karena aspek-aspek tersebut
berlaku seperti pada umumnya pemberian pinjaman.

Sustainable Fi nance

POLICY
Capacity


Training

Procedures

Evaluating

Roles &

Monitoring

Responsibility

Aspek Teknis & Lingkungan
Aspek Keuangan
Aspek Hukum
Proses Bisnis PLTMH
PPA (Purchasing Power Agreement)
Dokumen - dokumen


Proses Bisnis PLTBg
Power Purchase Agreement (PPA)
Dokumen-dokumen

Gambar 1. Komponen dalam Analisa dan Monitoring Kredit PLTBg
6

Modul Keuangan Berkelanjutan – Pembiayaan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas

Modul ini bertujuan memberi referensi bagaimana aspek penilaian risiko lingkungan
dan sosial diintegrasikan ke dalam prosedur analisa dan monitoring kredit yang
selama ini berlaku. Gambar 1 menunjukkan komponen dalam analisa dan monitoring
kredit untuk PLTBg yang memasukan analisis lingkungan dan sosial yang akan
dibahas pada bagian-bagian selanjutnya dalam modul ini.
Di bagian pertama modul akan membahas mengapa bank perlu terlibat dalam
pembiayaan sektor bisnis berkelanjutan. Kesadaran akan keterlibatan bank dalam
sustainable inance, akan terwujud pada kebijakan bank untuk mengintegrasikan
aspek lingkungan dan sosial nya dalam pemberian pinjaman. Kebijakan (Policy) bank
tersebut perlu dituangkan dalam penentuan kapasitas dan prosedur pemberian
pinjaman.

Kapasitas (Capacity) bank maksudnya adalah bank harus menetapkan peran dan
tanggung jawab untuk menjalankan kebijakan tersebut dan memberi pemahaman
kepada pada personilnya mengenai aspek risiko lingkungan dan sosial dalam
pemberian pinjaman. Sedangkan prosedur (Procedure), mencakup evaluasi dan
monitoring kredit seperti biasa namun memasukkan aspek risiko lingkungan dan
sosial kedalam alur proses pemberian pinjaman dan monitoring pinjaman.
Untuk dapat melakukan prosedur pemberian pinjaman PLTBg yang memperhatikan
aspek lingkungan dan sosial, maka kapasitas personil perlu ditingkatkan melalui
pemahaman mengenai aspek teknis dan lingkungan, aspek hukum dan tidak lupa
juga tentang aspek keuangan terkait PLTBg. Selain itu, personil bank perlu memahami
proses bisnis PLTBg dan dokumen-dokumen kunci yang digunakan dalam analisa
kerdit, termasuk dokumen kunci seperti PPA (Power Purchase Agreement).

Tata Kelola Aspek Resiko Sosial & Lingkungan – Pembiayaan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas

7

8

Modul Keuangan Berkelanjutan – Pembiayaan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas


POINT 1

Pentingnya Bank Terlibat
dalam Pembiayaan
Sektor Bisnis Berkelanjutan

L

embaga keuangan memiliki peran
penting dalam masyarakat. Melalui
produk dan layanan yang diberikannya,
lembaga keuangan berada pada tempat
yang strategis untuk mempengaruhi arah
dan langkah pembangunan perekonomian
suatu negara, termasuk langkah dalam
pembangunan berkelanjutan jangka panjang.
Pertama kali membaca konsep keuangan
berkelanjutan (sustainable inance) untuk sektor
keuangan mungkin terasa aneh, karena sektor ini

tidak menghasilkan produk berwujud isik yang
berkaitan dengan lingkungan, sektor keuangan
hanya menyediakan jasa keuangan. Namun,
pada kenyataannya, paling tidak terdapat dua
channel bagaimana bank dapat berdampak ke
masyarakat, yaitu lingkungan dan perekonomian:
dampak langsung melalui aktivitas operasinya
sehari-hari, misal penggunaan barang-barang
daur ulang dan dampak tidak langsung melalui
produk dan jasa keuangan yang disediakan
kepada masyarakat.
Namun demikian, dampak melalui aktivitas
langsung kegiatan sehari-hari bank sangat
kecil. Dampak riil datang dari sisi aset bank,
yaitu melalui proyek pilihan yang akan didanai
oleh bank. Sebagai lembaga yang memiliki
peran signiikan dalam perekonomian dan
menggerakkan pertumbuhan GDP, bank
berpotensi menjadi agen yang merubah prinsip
dan prioritasnya dalam pemberian jasa. Bank

dapat memilih, apakah akan menciptakan insentif
untuk “business as usual” atau pada bisnis yang

lebih ramah lingkungan, berorientasi sosial dan
mendukung pembangunan berkelanjutan.
Saat ini orang mulai memberi perhatian lebih
pada kualitas hidup dan kualitas pembangunan
ekonomi. Pembangunan ekonomi berfokus
pada pembangunan berkelanjutan (sustainable
development). Area yang besar salah satunya
adalah mengenai energi terbarukan. Orang
mulai banyak terlibat pada bisnis-bisnis yang
menghasilkan energi baru dan terbarukan.
Sektor energi baru dan terbarukan adalah
industri masa depan. Semua negara beranjak
menuju ke sana, termasuk Indonesia. Indonesia
memiliki potensi yang besar bagi pengembangan
dan pembangunan energi terbarukan.
Potensi yang besar ini perlu didukung pendanaan
dari Bank. Sudah terdapat beberapa bank yang
berminat untuk masuk ke dalam sektor energi
baru dan terbarukan ini. Sebagian besar masuk
pada proyek energi listrik dari air atau dari
panas bumi. Namun masih banyak bank yang
enggan untuk masuk ke sektor pembiayaan ini.
Penyebabnya adalah bank merasa tidak terbiasa
untuk pembiayaan energi yang kental akan risiko
lingkungan alam, belum memahami seluk beluk
bisnis energi dan sering dipandang sektor ini
adalah bisnis yang berisiko tinggi. Persepsi bahwa
industri ini berisiko tinggi lebih disebabkan
karena ketidak pahaman bank mengenai
bisnis ini. Padahal imbal hasil dari sektor energi
baru dan terbarukan merupakan bisnis jangka
panjang yang memberi keuntungan yang tidak
bisa dibilang sedikit.

Tata Kelola Aspek Resiko Sosial & Lingkungan – Pembiayaan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas

9

Kewajiban Bank untuk memperhatikan isu lingkungan dan sosial sudah diatur melalui Undang-Undang,
Peraturan Bank Indonesia (sekarang OJK). Berikut adalah beberapa peraturan pada Bank terkait aspek
lingkungan yang harus diperhatikan oleh Bank, sebagaimana terangkum dalam Dokumen Lingkungan
Hidup Sektor Energi Bersih, suatu Pedoman untuk LJK yang dipublikasikan oleh OJK:

1. UU No. 7/1992 tentang Perbankan
Perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan
menggunakan prinsip kehati-hatian

2. UU No. 10/1998 (perubahan UU No. 7/1992)
Prinsip kehati-hatian harus dipegang teguh, sedangkan ketentuan mengenai kegiatan usaha bank
perlu disempurnakan terutama yang berkaitan dengan penyaluran dana, termasuk di dalamnya
peningkatan peranan AMDAL bagi perusahaan berskala besar dan atau berisiko tinggi

3. UU No. 21/1998 tentang Perbankan Syariah
Bank syariah menjalankan usahanya berdasarkan prinsip syariah, demokrasi ekonomi dan prinsip
kehati-hatian. Salah satu prinsip syariah adalah melakukan kegiatan yang berkesinambungan dan
berkeseimbangan. Salah satu prinsip keseimbangan adalah pendekatan kelestarian alam

4. PBI No. 14/15/PBI/2012 tentang Penilaian Kualitas Aset Bank Umum
Dalam melaksanakan prinsip kehati-hatian, Direksi wajib menilai, memantau, mengambil langkahlangkah yang diperlukan agar kualitas aset senantiasa baik. Bank melakukan analisa kualitas kredit
berdasarkan prospek usaha, kinerja debitur dan kemampuan membayar. Salah satu penilaian prospek
usaha adalah upaya debitur dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup sesuai peraturan berlaku.

5. SE BI No. 15/28/DPNP, 2013 tentang Bank Umum Konvensional dan SE BI No.13/10/DPBS,
2011 tentang Bank Umum Syariah
Mewajibkan Bank untuk melakukan evaluasi terhadap usaha pengelolaan lingkungan hidup dari
debitur atau calon debitur, dalam rangka penilaian kualitas aset (kredit) yang diberikan. Salah satu
komponen penilaian prospek usaha adalah memastikan adanya AMDAL. Bank harus memperhatikan
jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi AMDAL. Bank juga harus memperhatikan
hasil penilaian Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup yang dikeluarkan oleh
Kementrian Lingkungan Hidup.
Dengan terlibat pada pembiayaan sektor energi baru dan terbarukan yang mendukung pembangunan
berkelanjutan, Bank juga mendapat manfaat dari sisi reputasi. Reputasi bank akan meningkat dan positif.
Tentunya hal ini akan membawa dampak lanjutan bagi berkembangnya bisnis bank di sektor lain.

10

Modul Keuangan Berkelanjutan – Pembiayaan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas

Tata Kelola Aspek Resiko Sosial & Lingkungan – Pembiayaan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas

11

POINT 2

Memahami Model Bisnis
Proyek PLTBg
Limbah Cair Kelapa Sawit
Modul ini berfokus pada pembiayaan proyek
energi terbarukan pada pembangkit listrik
tenaga biogas (PLTBg) yang berasal dari limbah
cair kelapa sawit. Limbah cair kelapa sawit
dikenal dengan POME (palm oil mill eluent).
Membuang POME langsung ke sungai adalah
pelanggaran karena dapat menimbulkan akibat
yang merugikan.
Melalui Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor 51/1995, Pemerintah mengatur
tingkat
kandungan
yang
diperbolehkan
dalam POME yang telah diolah untuk dibuang
langsung ke sungai. POME tidak beracun tapi
dapat mencemari lingkungan karena dapat
menurunkan kandungan oksigen terlarut
di dalam air. Untuk memenuhi standar
peraturan, operator pabrik harus mengolah
POME sebelum dibuang ke perairan. Proses
pengolahan yang paling konvensional adalah
dengan mendiamkan POME tersebut di kolam
agar terurai oleh mikroba secara alami. Namun
proses ini menghasilkan produk sampingan
berupa biogas, yang jika dilepas begitu saja
ke udara akan berkontribusi signiikan bagi
pencemaran udara dan penambahan gas rumah
kaca. Oleh karena itu, ide dasar PLTBg adalah
memanfaatkan biogas dari pengolahan POME ini
untuk kepentingan pembangkitan listrik; selain
mengurangi pelepasan biogas ke udara juga
menghasilkan listrik sebagai sumber energi yang
dapat dimanfaatkan.
Biogas adalah campuran dari bermacam gas yang
terbentuk selama proses pencernaan anaerobik
dari bahan organik. Unsur pokoknya adalah
12

metana (CH4), karbon dioksida (CO2), oksigen
(O2), nitrogen (N2), hidrogensulida (H2S), air
(H2O) dan persenyawaan organik lainnya.
Masing-masing memiliki konsentrasi yang
bervariasi tergantung dari jenis material
yang sedang dicerna. Proses produksi biogas
memanfaatkan kemampuan alami mikroba
untuk menguraikan limbah organik. Sektor
utama penghasil biogas adalah:
1. Pertanian, misalnya limbah dari produksi
ternak seperti babi dan sapi, limbah dari agro
industri seperti pabrik pengolahan kelapa sawit,
pabrik pengolahan tepung tapioka, fasilitas
pengolahan susu, penyulingan dan rumah
potong hewan.
2. Limbah Cair, misalnya limbah cair perkotaan
(septic tank).
3. Limbah Padat, misalnya sampah.
Setiap zat organik yang bisa didegradasi secara
biologis dapat berfungsi sebagai bahan yang
menghasilkan biogas. Proses penguraiannya
dapat melalui proses Anaerobik atau Aerobik.
Proses anaerobik terjadi dalam kondisi tanpa
oksigen, sedangkan proses aerobik berlangsung
apabila terdapat oksigen. Aplikasi pengolahan
POME menggunakan proses anaerobik.
Setiap pabrik kelapa sawit memproses Tandan
Buah Segar (TBS) dan menghasilkan limbah cair
POME. Limbah cair ini perlu diproses terlebih
dahulu sebelum dibuang ke aliran sungai atau
dijadikan pupuk. Dalam prosesnya, dihasilkan
biogas (terutama gas metana) yang dapat
dimanfaatkan sebagai bahan dasar untuk PLTBg.

Modul Keuangan Berkelanjutan – Pembiayaan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas

Kapasitas PLTBg umumnya sekitar 1 - 2 MW untuk kapasitas perkebunan kelapa sawit yang menghasilkan
45 ton TBS per jam. Biogas termasuk sumber energi terbarukan dan energi ramah lingkungan karena
sedianya, biogas yang dihasilkan dari pengolahan POME akan dilepas begitu saja ke udara (atau dibakar/
laring) sehingga mencemari lingkungan. Namun dengan PLTBg maka biogas tersebut diubah menjadi
listrik yang dibutuhkan masyarakat.
Keterlibatan Bank dalam pembiayaan proyek PLTBg merupakan peluang bagi bank dalam program
tanggung jawab sosial yang juga sekaligus berkontribusi pada pengembangan portfolio kreditnya.
Proyek PLTBg bermanfaat untuk membangun ketersediaan listrik di kawasan-kawasan yang terpencil
yang belum terjangkau baik oleh distribusi jaringan PLN. Lebih dari itu, keberadaan PLTBg dari limbah
cair kelapa sawit.
Dalam perencanaan pembangunan suatu PLTBg, diperlukan pengetahuan tentang:
1. Teknologi Biogas
2. Kelistrikan, dan
3. Ekonomi dan keuangan untuk studi kelayakan
Berikut adalah proses konversi dari TBS menjadi listrik:
Gambar 2. Proses Konversi dari TBS Menjadi Listrik

TBS yang diproses di pabrik akan menghasilkan limbah cair POME. Secara alami gas metana dihasilkan
pada kolam-kolam pengolahan limbah cair POME. Limbah cair yang ditampung di dalam kolam-kolam
terbuka akan melepaskan gas metana (CH4) dan karbon dioksida (CO2). Kedua gas ini merupakan gas
penyebab efek rumah kaca yang berbahaya bagi lingkungan. Selama ini kedua gas tersebut dibiarkan
saja menguap ke udara. Secara alami proses pembentukan gas metana ini sangat lambat dan gas yang
dihasilkan juga sedikit. Untuk dapat merombak limbah cair pabrik kelapa sawit menjadi biogas dalam
jumlah besar, diperlukan sedikit rekayasa. Limbah cair ditempatkan pada tempat khusus yang disebut
bioreaktor. Bioreaktor dapat diatur sedemikian rupa sehingga kondisinya optimum untuk memproduksi
biogas. Dapat pula ditambahkan mikroba-mikroba yang akan mempercepat pembentukan gas metana.
Bioreaktor ditutup rapat sehingga memastikan gas metana yang dihasilkan tidak keluar dari bioreaktor.
Gas metana lalu dialirkan atau dipompa ke tangki penampungan. Gas yang sudah tertampung dapat
dikonversi menjadi listrik.

Tata Kelola Aspek Resiko Sosial & Lingkungan – Pembiayaan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas

13

14

Modul Keuangan Berkelanjutan – Pembiayaan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas

POINT 3

Keutamaan
PLTg POME
Keutamaan dari PLTBg POME adalah sebagai
berikut:

mengolah plimbah organik yang sangat tinggi
kadar pencemarannya.

1. Sumber energi bersih
PLTBg tidak menghasilkan emisi gas rumah kaca,
yang merupakan penyebab utama keprihatinan
internasional tentang masalah lingkungan. Justru
PLTBg merubah limbah pencemar lingkungan
menjadi energi listrik yang bermanfaat. Limbah
cair POME menghasilan gas karbon dioksida dan
gas metana yang jika dibiarkan lepas ke udara
akan memiliki efek gas rumah kaca. PLTBg POME
menangkap gas ini dan merubahnya menjadi
listrik. PLTBg merupakan sumber energi bersih
karena tidak menghasilkan limbah di sungai atau
polusi udara, bahkan mengurangi pencemaran
udara dan tanah. Dengan demikian, PLTBg POME
akan meningkatkan produksi energi bersih dalam
negeri dan membantu perpindahan energy mix
nasional ke sumber energi terbarukan.

4. Sudut pandang ekonomi
Indonesia
merupakan
negara
dengan
perkebunan kelapa sawit yang cukup besar.
Potensi pembangkit PLTBg dari POME masih
terbuka lebar. Input POME cukup dapat
diandalkan karena tidak terlalu dipengaruhi
cuaca, misalnya dibanding input PLTMH yang
dipengaruhi debit air karena musim.

2. Sudut pandang sosial
PLTBg berpotensi menghasilkan pendapatan
dalam bentuk eisiensi atau pengurangan
biaya melalui penggunaan biogas untuk pabrik
kelapa sawit. Lebih jauh lagi, PLTBg berpotensi
menghasilkan pendapatan dari penjualan kredit
karbon. POME yang telah ditangkap gas nya
akan dilepas ke alam dan dapat dimanfaatkan
sebagai pupuk organik.
3. Sudut pandang lingkungan
PLTBg merubah limbah menjadi listrik, sehingga
menyediakan manfaat bagi lingkungan dan
kebersihan, mengurangi pencemaran dengan

5. Memenuhi kebutuhan listrik untuk negaranegara berkembang
Karena leksibel, murah dan berumur panjang,
negara-negara berkembang dapat memproduksi
dan menerapkan teknologi ini untuk membangun
pasokan listrik sangat dibutuhkan untuk
masyarakat kecil dan desa-desa terpencil.
Dalam pengembangan PLTBg dari POME, secara
umum terdapat dua kondisi yang berbeda yang
menentukan kelayakan pengembangannya
secara aspek inansial, yaitu:
1. Pabrik kelapa sawit dapat mengembangkan
PLTBg untuk menghasilkan listrik yang dijual
ke PLN. Pabrik kelapa sawit dapat menunjuk
pihak lain untuk mengembangkan atau dapat
mengembangkannya sendiri. Dalam kondisi ini
maka kontrak dengan PLN adalah menggunakan
Power Purchase Agreement (PPA) dan pabrik
kelapa sawit atau pihak lain yang ditunjuk
berperan sebagai independent power producer
(IPP).

Tata Kelola Aspek Resiko Sosial & Lingkungan – Pembiayaan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas

15

2. Pabrik kelapa sawit dapat mengembangkan PLTBg untuk menggantikan atau menghemat
penggunaan solar dan jika ada kelebihan output listrik yang dihasilkan maka dapat dijual kepada PLN.
Dalam kondisi ini, kontrak dengan PLN akan menggunakan kontrak jual beli kelebihan tenaga listrik
(excess power).
Sebenarnya, skenario pemanfaatan biogas yang dihasilkan dari POME bermacam-macam bukan hanya
dapat dikonversi menjadi listrik, namun dapat juga menjadi gas panas dan bahan bakar. Selengkapnya
pada tabel 1:

Tabel 1. Skenario Pemanfaatan Biogas POME
No.
1.
2.
3.
4.
5.

Skenario
Manfaat
Tenaga listrik terkoneksi dengan jaringan Penjualan listrik ke PLN
PLN
Penggunaan listrik sendiri
Penghematan solar
Boiler (thermal energy)
Menggantikan limbah cangkang atau
limbah solid lainnya
Biogas untuk masak
Penjualan biogas untuk rumah tangga
Biogas untuk transportasi
Menggantikan bahan bakar kendaraan

Modul ini berfokus pada analisis pembiayaan pengembangan PLTBg dengan posisi pabrik kelapa sawit
atau pihak lain yang ditunjuk sebagai IPP yang mengadakan kontrak PPA dengan PLN.
Pada umumnya terdapat dua bentuk model bisnis pengembangan PLTBg. Model bisnis yang dipilih akan
mempengaruhi bagaimana proyek didanai dan mungkin berdampak terhadap proitabilitas kepada
pihak-pihak yang terlibat. Model bisnisnya adalah sebagai berikut:
1. Build, Own, Operate (BOO)
Dengan model BOO ini, pemilik pabrik kelapa sawit membangun PLTBg dan mengoperasikannya sebagai
bagian dari operasi pabrik. Model ini melibatkan pihak eksternal seperti investor atau bank, kontraktor,
operator proyek, namun demikian semua tanggung jawab dan kepemilikan PLTBg ada di pabrik kelapa
sawit. Gambar 3 di bawah menunjukkan model bisnis BOO.
Keuntungan dari menggunakan model bisnis BOO adalah bahwa pemilik memiliki kendali penuh atas
proyek tersebut. Jika karyawan pabrik kurang pengalaman untuk mengoperasikan PLTBg, maka bisa ada
kelalaian, penundaan, atau kelebihan biaya. Dalam salah satu variasi model BOO, pabrik kelapa sawit
terlibat kerjasama bisnis dengan pengembang pihak ketiga dan menetapkan perusahaan berbentuk
badan hukum terpisah (SPV) untuk menjalankan proyek biogas. Dalam pengaturan ini, pabrik bertindak
sebagai pemegang saham minoritas, sedangkan pihak ketiga bertindak pemegang saham utama dan
mengelola proyek secara keseluruhan.

16

Modul Keuangan Berkelanjutan – Pembiayaan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas

Gambar 3. Model Bisnis Build, Own, Operate (BOO)

2. Build, Operate, Transfer (BOT)
Model BOT menggunakan pembiayaan eksternal untuk mendanai proyek tersebut. Dalam proyek-proyek
berbasis BOT, pihak ketiga menerima konsesi untuk membangun dan mengoperasikan proyek biogas.
Dalam skema ini, pihak ketiga mengembangkan dan mengoperasikan proyek biogas sepanjang periode
masa konsesi yang disepakati, umumnya 10 sampai 15 tahun. Pada akhir periode perjanjian, pihak ketiga
mentransfer operasi dan kepemilikan pembangkit. Gambar seperti pada gambar 4.

Tata Kelola Aspek Resiko Sosial & Lingkungan – Pembiayaan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas

17

Gambar 4. Model bisnis Build, Own, Transfer (BOT)

Keutamaan menggunakan skema BOT adalah tidak terjadi kemunduran atau kemungkinan kecil terjadi
pembatalan proyek. Eisiensi dan kompetensi pengembang proyek dan kepentingan ekonomi dalam
proyek tersebut (ingin mendapat keuntugan yang tinggi) akan menghasilkan eisiensi biaya untuk pabrik
pada akhir masa perjanjian. Kelemahannya adalah struktur ini cukup rumit, memerlukan perencanaan
rinci, waktu, dan uang selama periode konsesi. Selain itu, pengembang proyek harus memiliki komitmen
dan kepentingan untuk menjaga proyek.

18

Modul Keuangan Berkelanjutan – Pembiayaan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas

Gambar 5. Stakeholder PLTBg

Stakeholder utama pada proyek PLTBg adalah sebagai berikut:
a. Pengembang proyek atau Independent Power Producer (IPP)
IPP adalah badan usaha yang berinisiatif melaksanakan pembangunan proyek PLTBg. Dalam
pembangunan PLTBg POME, maka pihak IPP adalah pabrik kelapa sawit atau SPV nya (jika menggunakan
model BOO) atau project developer (jika menggunakan model BOT).
b. Perusahaan Listrik Negara (PLN).
PLN merupakan pihak yang membeli listrik dari IPP dengan mengeluarkan Power purchase agreement
(PPA) sebagai jaminan kepada pihak IPP untuk membeli listrik tersebut.
c. Pemasok sumber energi
Pemasok sumber energi pada PLTBg adalah pabrik kelapa sawit yang menghasilkan limbah cair POME.
d. Sponsor Proyek
Sponsor proyek adalah pihak yang menyediakan modal untuk PLTBg minimal sebesar 20 – 35% dari total
biaya investasi. IPP juga dapat berperan sebagai sponsor proyek apabila menggunakan modal sendiri.

Tata Kelola Aspek Resiko Sosial & Lingkungan – Pembiayaan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas

19

Kesanggupan pendanaan dari sponsor proyek sangat penting ketika IPP mengajukan permohonan
kredit ke Bank.
e. Kontraktor Proyek
Kontraktor proyek direkrut oleh IPP untuk menyediakan jasa pembangunan pembangkit, termasuk sipil
dan mekanikal/elektrikal. Kontrak dikenal dengan istilah Engineering Procurement Construction (EPC).
f. Pemasok Peralatan
Pihak yang berperan sebagai pemasok peralatan, diantaranya yaitu generator.
g. Bank
Pihak yang menyediakan pendanaan kredit yang umumnya berkisar antara 65% - 75% dari total biaya
investasi.
h. Lembaga Penjaminan Kredit
Lembaga yang digunakan bank untuk mitigasi risiko proyek PLTBg, misalnya Askrindo.
i. Masyarakat dan Lingkungan Sekitar
Terlibat dalam penyediaan lapangan kerja dan pemelihaan lingkungan.
Tahapan pengembangan PLTBg dapat dilihat seperti pada Gambar 6.

Gambar 4. Model bisnis Build, Own, Transfer (BOT)

Tahap pembangunan yang diuraikan pada Gambar 6 mengacu kepada Permen ESDM No. 21 Tahun 2016
tentang Pembelian Tenaga Listrik dari Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa dan pembakit Listrik Tenaga
Biogas oleh PT PLN.

20

Modul Keuangan Berkelanjutan – Pembiayaan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas

Penjelasan tahapan umum
PLTBg adalah sebagai berikut:

pengembangan

1. Inisiasi Proyek
IPP menentukan lokasi pembangunan PLTBg.
Jika lahan pabrik masih memungkinkan maka
ini tahap yang mudah, namun jika memerlukan
lahan tambahan dekat pabrik, maka IPP terlebih
dahulu mempersiapkan lokasi pembangkit. Tahap
ini juga ditandai dengan pengajuan permohonan
izin pembangunan PLTBg kepada pemerintah
daerah setempat atau instansi terkait.
2. Studi Kelayakan
Sebelum dilakukan studi kelayakan, biasanya
terlebih dahulu dilakukan pra-studi kelayakan
dan kajian interkoneksi dengan PLN. IPP
melakukan studi kelayakan, yang di dalamnya
mencakup analisa risiko lingkungan hidup dan
sosial. Penyusunan Studi Kelayakan termasuk
pra-studi kelayakan memerlukan waktu minimal
6 bulan.
3. Pengajuan Proposal Pembangunan PLTBg
a. IPP mengajukan proposal pembangunan
PLTBg kepada PLN untuk mendapat persetujuan.
Jika hasil evaluasi disetujui oleh PLN maka PLN
dapat melakukan penunjukan langsung tanpa
lelang.
b. IPP dapat mengajukan proposal ke Bank
untuk memperoleh pendanaan. Bank akan
mengeluarkan letter of intent jika Bank berminat
mendanai proposal tersebut
c. Hasil penilaian terhadap proposal diberikan
dalam waktu 30 hari.
d. Jika hasil veriikasi proposal bahwa proposal
sudah diterima, maka IPP dapat mengurus
penetapan IPP sebagai pengembang PLTBg
kepada Kementrian ESDM.

4. Perolehan PPA
Setelah semua izin dilengkapi dan penetapan
pengembang sudah diterima, IPP mengajukan
ke PLN untuk diterbitkan PPA (Power purchase
agreement). Proses dari pengajuan sampai
dengan keluarnya PPA memerlukan waktu 30
hari.
5. Financial Closure
IPP melakukan negosiasi pinjaman kepada bank.
Jika Bank menyetujui proses pemberian kredit,
maka IPP akan menandatangani akad kredit.
Proses ini memerlukan waktu sekitar 3-4 bulan.
6. Proses Konstruksi
Proses konstruksi dimulai dengan dana bank dan
atau dana sendiri. Proses ini memerlukan waktu
sampai 12 bulan
7. Operasi dan Pemeliharaan
Ketika proses konstruksi selesai dan telah
menghasilkan listrik, maka IPP melakukan
proses komisioning. PLTBg harus memenuhi
kelayakan teknis. Untuk mendapatkan sertiikat
komisioning dan Berita Acara COD (commercial
operation date) PLTBg harus dapat menyalurkan
listrik ke jaringan PLN secara stabil dalam
beberapa periode waktu tertentu. Proses jual
beli dilakukan sejak COD, sehingga listrik selama
masa komisioning tidak diperhitungkan dalam
jual beli.

Tata Kelola Aspek Resiko Sosial & Lingkungan – Pembiayaan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas

21

POINT 3.2

Unsur Penting
dalam Proyek PLTBg POME
Unsur penting yang perlu diperhatikan oleh Bank dalam pertimbangan pembiayaan proyek PLTBg POME
adalah sebagai berikut:
1. Pasokan Bahan Baku
Ada 2 aspek dalam memastikan pasokan bahan baku, yaitu:
a. Kuantitas bahan baku
Ketersediaan kuantitas bahan baku sepanjang waktu sangat menentukan jalannya suatu proyek. Mengapa
ini penting, karena sumber pengembalian pinjaman adalah berasal dari arus kas proyek. Jika pasokan
bahan baku kurang kontinyu maka terdapat risiko arus kas tersendat dan tidak dapat mengembalikan
pinjaman. Dalam kasus PLTBg POME, ketersediaan pasokan bahan baku kemungkinan besar tersedia
kontinyu karena produksi POME yang terus menerus selama pabrik kelapa sawit beroperasi. Namun
demikian tetap perlu diperhatikan perencanaan kuantitas bahan baku yang diperlukan. Penentuan
kuantitas ini dibuat berdasarkan informasi historis dan rencana-rencana produksi di masa depan.
b. Kualitas bahan baku
Kualitas bahan baku akan menentukan jenis teknologi dan peralatan yang dipilih. Perbedaan kondisikondisi biologis, kimiawi dan isik akan menentukan tingkat produksi biogas yang berbeda. Terkait
POME, kandungan nutrisi (bagi mikroba) dan tingkat alkalinitas dalam POME akan memberi dampak
tertinggi terhadap rancangan digester anaerobik dan kinerja ekonomis proyek. Pabrik kelapa sawit
dalam persiapan pengembangan PLTBg harus menentukan penggolongan karateristik POME setiap
bulan, lalu diamati dan dilihat konsistensinya. Ini juga dilakukan untuk mendapatkan tingkat akurasi
produksi POME berdasarkan TBS yang diolah. Tahapan ini penting dilakukan karena kepala sawit juga
dipengaruhi musim, walaupun pengaruhnya mungkin tidak sebesar pengaruh musim terhadap debit air
pada pembangkit listrik tenaga air.
2. Perjanjian Pembelian
Power Purchase Agreement (PPA) merupakan dokumen penting karena menyangkut sumber pendapatan
utama dari pembangunan proyek PLTBg POME. Harga jual listrik sudah ditetapkan melalui kebijakan
pemerintah (feed in tarif). Berikut ini adalah tarif sesuai Permen yang berlaku saat ini, yaitu Permen
ESDM No. 21/2016.

22

Modul Keuangan Berkelanjutan – Pembiayaan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas

Tabel 2. Feed In Tarif (Permen ESDM No. 21 Tahun 2016)

Tegangan
Jaringan Listrik
(Kapasitas
Pembangkit)

Tegangan Rendah

Harga Pembelian
(cent USD/kwh)
Kapasitas
sd 20 MW

Kapasitas
antara
20 – 50 MW

13,14 x F

-

Lokasi / Wilayah dan Faktor (F)

Kapasitas
> 50 MW
-

Jawa (1,00)
Sumatera (1,15)
Sulawesi (1,25)
Kalimantan (1,3)
Bali, Bangka Belitung dan Lombok (1,5)
Kepulauan Riau, Nusa Tenggara dan
pulau lain (1,6)
Maluku dan Papua (1,70)

T e g a n g a n 10,64 x F
Menengah
atau
Tinggi

Jawa (1,00)
Sumatera (1,15)
Sulawesi (1,25)
Kalimantan (1,3)
Bali, Bangka Belitung dan Lombok (1,5)
Kepulauan Riau, Nusa Tenggara dan
pulau lain (1,6)
Maluku dan Papua (1,70)

Tegangan Tinggi

Jawa (1,00)
Sumatera (1,15)
Sulawesi (1,25)
Kalimantan (1,3)
Bali, Bangka Belitung dan Lombok (1,5)
Kepulauan Riau, Nusa Tenggara dan
pulau lain (1,6)
Maluku dan Papua (1,70)

9,05 x F
8,51 x F

Tata Kelola Aspek Resiko Sosial & Lingkungan – Pembiayaan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas

23

Harga pembelian listrik yang diatur dalam Permen ESDM mengalami kecenderungan untuk naik dari
waktu ke waktu. Namun demikian untuk setiap PPA yang diterbitkan, maka harganya tetap tanpa
eskalasi selama jangka waktu PPA yaitu 20 tahun. Terhadap kenaikan tarif dalam peraturan baru tersebut,
maka ketentuannya adalah untuk setiap PPA yang sudah diterbitkan namun belum beroperasi, maka
akan mengikuti tarif terbaru. Sedangkan untuk PPA yang sudah beroperasi, hanya dapat mengajukan
perubahan/kenaikan harga sebesar maksimum 85% dari tarif baru.
Berikut adalah 5 (lima) alasan mengapa Perjanjian Pembelian Tenaga Listrik (PPA) PLN penting:
a. PPA merupakan dasar untuk menentukan aliran pendapatan untuk proyek energi terbarukan skala
kecil dalam hal penjualan (kWh), harga (Rp / kWh), aliran pembayaran, dan durasi (tahun).
b. PLN adalah satu-satunya pembeli keluaran proyek tenaga listrik swasta energi terbarukan.
c. Penandatanganan PPA merupakan tonggak penting dalam proses pembangunan. PPA menentukan
jadwal pelaksanaan proyek (pembiayaan, konstruksi, uji fungsi, tanggal tenggat waktu operasi
komersial), kondisi operasi, dan tanggung jawab.
d. PPA akan mewajibkan semua izin dan persetujuan yang berlaku sebagai “syarat tangguh” untuk PPA
agar berlaku.
e. Dengan menandatangani PPA, PLN tidak bertanggung jawab untuk kelayakan teknis dan keuangan
proyek. Oleh karena itu, sponsor dan penyandang danalah yang menanggung semua risiko yang
terkait dengan desain, konstruksi dan operasi proyek
Berikut adalah hal-hal yang diatur dalam PPA:
a.

Harga beli sesuai dengan Feed in tarif (FIT)

b. Financial close harus terjadi dalam waktu 12 bulan sejak tanda tangan PPA; Jika tidak tercapai maka
penetapan sebagai pengembang PLTBg dicabut
c.

Pelaksanaan pembangunan/konstruksi wajib mencapai COD dalam jangka waktu maksimal 36 bulan
sejak ditanda tanganinya PPA

d. Sanksi FIT jika construction milestone tidak terpenuhi
• 3 bulan keterlambatan = 3% pengurangan dari harga
• 3-6 bulan keterlambatan = 5% pengurangan dari harga
• > 6-12 bulan keterlambatan = 8% pengurangan dari harga
• Jika tidak tercapai COD sampai 48 bulan sejak PPA ditanda tangan, maka penetapan sebagai
pengembang PLTBg dicabut.
e.

Jangka Waktu PPA
• 20 tahun sejak tanggal commissioning
• Dapat negosiasi ulang untuk perpanjangan setelah 20 tahun

24

Modul Keuangan Berkelanjutan – Pembiayaan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas

f.

PLN membeli dengan “Take and Pay” basis.
Perjanjian ini berbeda dengan “Take or Pay” yang mewajibkan pembeli untuk mengambil produk
yang ditawarkan (dan membayar harga pembelian tunai) atau membayar jumlah tertentu. “Take
and Pay” artinya mewajibkan pembeli wajib membayar sesuai dengan produk yang dibeli.
g. PLN bertanggung jawab untuk menjaga keandalan dan memelihara fasilitas jaringan milik PLN untuk
menerima dan menyalurkan energi listrik dari IPP
h. IPP bertanggung jawab untuk melaksanakan tanggung jawab sosial (Corporate Social Responsibility
/ CSR) atas lingkungan Proyek
i. IPP bertanggung jawab atas pembiayaan, pembangunan, pengembangan, kepemilikan dan
pengoperasian serta pemeliharaan pembangkit dan sistem pengukuran
j. IPP menyerahkan Jaminan Pelaksanaan dalam bentuk bank garansi
• Tahap 1
: sejak PPA ditanda tangani sampai inancial close
• Tahap 2
: sejak inancial close sampai 1 bulan setelah COD (commercial operating date)
k. IPP wajib menutup asuransi semua peralatan dan fasilitas khusus
l. Kegagalan yang dapat menyebabkan pemutusan kontrak PPA

2. Penetapan Lokasi dan Interkoneksi
Jarak ke lokasi interkoneksi perlu diperhatikan. Akses yang mudah dan dekat ke interkoneksi jaringan
listrik akan menjadi pembeda potensial antara proyek satu dengan yang lainnya. Selain itu, dalam
mempertimbangkan lokasi pembangkit perlu memperhatikan akses yang mudah dan cepat untuk
aktivitas pemeliharaan dan perbaikan. Pada masa operasi diperlukan aktivitas perawatan dan perbaikan.
Kemudahan akses bagi penyedia jasa perawatan dan perbaikan untuk menjangkau lokasi peralatan akan
menentukan kelayakan proyek.
Pada PLTBg POME, biasanya tidak ada masalah dengan akses bahan baku ke lokasi PLTBg. Penetapan
lokasi biasanya mudah diatasi karena bahan baku POME dekat dengan pabrik dan dapat dipindahkan
dengan sistem pipa dan pemompaan. Penentuan lokasi untuk PLTBg POME tidak memerlukan kendaraan
untuk membawa bahan baku.

Tata Kelola Aspek Resiko Sosial & Lingkungan – Pembiayaan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas

25

26

Modul Keuangan Berkelanjutan – Pembiayaan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas

POINT 4

Analisa Kredit PLTBg
Yang Memasukkan
Konsep ASRI
Dalam analisa kredit perbankan biasa dikenal
Prinsip 5C, yang terdiri dari Capacity, Collateral,
Capital, Conditions, dan Character. Analisa kredit
untuk PLTBg tetap berada dalam kerangka
seperti biasa yang menggunakan prinsip 5C.
Aspek ASRI yang diintegrasikan kedalam proses
analisa kredit dapat dijelaskan ke dalam prinsip 5
C sebagai berikut:
1. Capacity
Merupakan kemampuan proyek membayar
pinjaman. Integrasi ASRI ke dalam prinsip ini,
dilakukan dalam analisa keuangan PLTBg,
dengan cara memperhatikan asumsi-asumsi
keuangan dan non-keuangan (misal availability
factor produksi listrik) yang digunakan dalam
mengestimasi arus kas masa depan untuk menilai
kemampuan proyek membayar pinjaman dan
bunga.
2. Collateral
Jaminan kredit PLTBg umumnya merupakan
proyek PLTBg itu sendiri. Dengan demikian,
konsep ASRI sangat penting dievaluasi karena
arus kas dan aset proyek digunakan sebagai
collateral yang digunakan untuk pembayaran
pinjaman ini, merupakan aset yang memiliki risiko
terkait lingkungan dan sosial. Jika suatu kondisi
mengharuskan bank mengambil alih collateral,
maka Bank juga dapat secara langsung terkena
dampak risiko lingkungan dan sosial.
3. Capital
Merupakan kekuatan modal sponsor proyek.
Analisa kredit untuk PLTBg juga harus

memperhatikan persyaratan inansial yang
disyaratkan PLN atau Kementerian ESDM kepada
sponsor proyek.
4. Conditions
Karakteristik PLTBg yang menghasilkan listrik
dengan memanfaatkan limbah cair pabrik kelapa
sawit yang biasanya dekat dengan masyarakat,
mengharuskan analis kredit menyadari bahwa
keberhasilan PLTBg sangat kental dengan aspek
risiko sosial dan lingkungan. Oleh karena itu,
dalam analisa kredit perlu diperhatikan risikorisiko sosial dan lingkungan, termasuk regulasi
yang mencakupi PLTBg serta perubahan atau
dinamika dari regulasi tersebut.
5. Character
Ini merupakan aspek karakter dan perilaku
debitur. Untuk integrasi aspek ASRI, analis kredit
perlu memperhatikan rekam jejak pemohon
kredit apakah pernah terlibat dalam pelanggaran
lingkungan dan sosial.
Adapun penjelasan tahapan analisa kredit yang
mengintegrasikan ASRI adalah sebagai berikut:
1. Tahapan analisa kredit
Tahapan analisa kredit untuk proyek PLTBg
sebenarnya secara garis besar sama seperti analisa
kredit lainnya, namun demikian, pertimbangan
mengenai ASRI pada tahapan analisa kredit tidak
dapat diabaikan. Banyak lembaga keuangan dan
perbankan yang sudah mengintegrasikan konsep
ASRI ke dalam prosedur analisa kreditnya.
Beberapa bank memiliki peringkat dalam hal
penilaian ASRI dalam suatu pembiayaan proyek.

Tata Kelola Aspek Resiko Sosial & Lingkungan – Pembiayaan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas

27

Salah satu acuan kerangka yang dapat digunakan oleh lembaga keuangan dalam menganalisa pengajuan
kredit adalah Equator Principle. Equator Principle adalah kerangkan manajemen risiko kredit untuk
menentukan, menilai dan mengelola risiko lingkungan dan sosial pada pembiayaan proyek. Lembaga
yang mengadopsi equator principle akan mengintegrasikan kebijakan sosial dan lingkungan, peraturan
dan prosedur internal ke dalam pembiayaan proyek.
Berikut ini adalah contoh adopsi Equator principle ke dalam prosedur persetujuan kredit di Standard
Bank, Afrika Selatan.

Gambar 7. Integrasi Equator Principle ke Dalam Proses Persetujuan Kredit

28

Modul Keuangan Berkelanjutan – Pembiayaan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas

Di Indonesia, belum terdapat regulasi atau acuan yang secara khusus mengintegrasikan konsep ASRI ke
dalam analisa kredit. Namun demikian Bank seharusnya mulai dapat mengembangkan sendiri proses
analisa kredit yang memasukkan ASRI.
Berikut adalah integrasi ASRI ke dalam proses pemberian kredit proyek PLTBg yang mungkin dapat
dilakukan oleh Bank.

Gambar 8. Proses Pemberian Kredit

Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh Bank adalah misalnya sebagai berikut:
a. Screening awal
Dalam tahapan penerimaan calon debitur, bank dapat menerapkan screening awal untuk melihat apakah
proyek PLTBg masuk ke dalam kategori proyek yang dapat dibiayai oleh bank. Screening awal juga dapat
mempertimbangkan apakah perusahaan tidak sedang menghadapi isu-isu lingkungan, tuntutan hukum
dari pihak ketiga, pemogokan karyawan, permasalahan dengan masyarakat, serta isu lingkungan dan
sosial lainnya yang dapat berdampak signiikan pada kinerja keuangan perusahaan. Screening awal juga
melibatkan prosedur untuk melihat apakah perusahaan tidak sedang berada dalam datar merah atau
hitam dari datar PROPER.
b. Due diligence
Prosedur due diligence yang dilakukan dapat memasukkan aspek teknis dan lingkungan. Butir penting
due dilligence terkait dengan proyek energi bersih dapat mengacu ke “Pedoman Energi Bersih” untuk
lembaga jasa keuangan yang dipublikasikan OJK. Beberapa poin uji tuntas terkait lingkungan, yaitu:
• Kajian UKL UPL

Tata Kelola Aspek Resiko Sosial & Lingkungan – Pembiayaan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas

29

• Kajian deskripsi fasilitas proyek
• Kajian prosedur konsultasi publik dan kegiatan
• Kajian dukungan dari masyarakat setempat
Dalam mengkaji UKL UPL, OJK juga sudah mempublikasikan “Dokumen Lingkungan Hidup” yang
memberikan panduan untuk mengkaji UKL UPL bagi staf Bank. Berikut ini adalah hal-hal yang dapat
menjadi fokus untuk direviu oleh Bank:
• Besaran proyek, pada energi bersih tercermin dalam kapasitas pembangkitan;
• Lokasi proyek, bisa digali informasi dari peta lokasi projek;
• Ukuran pembangkit yang akan dibangun
• Dampak-dampak lingkungan dan sosial yang teridentiikasi dari dokumen UKL/UPL, misalnya pada
tahap konstruksi yaitu gangguan akses jalan; atau tahap operasi misal hasil akhir limbah Biogas yang
sudah ditangkap gas nya dan siap dibuang ke air atau tanah, ternyata kandungan polutannya masih
tinggi
• Aktivitas atau upaya pengelolaan lingkungan hidup
• Tolok ukur (parameter) besaran dampak
• Kelengkapan rencana mitigasi terhadap dampak yang teridentiikasi
• Komponen/parameter lingkungan yang harus dipantau, misalnya pemantauan kualitas udara,
dampak kualitas tanah dan air di lingkungan pembangkit, pengaduan kesehatan masyarakat, dll.
• Tata cara / metode pemantauan termasuk tata cara pelaporannya;
• Lokasi, waktu, dan institusi yang harus melaksanakan pemantauan;
c. Peringkat Internal
Bank dapat mengembangkan sistem pemeringkatan internal, atau Bank juga bisa memasukkan unsur
kepatuhan terhadap regulasi pemerintah di bidang lingkungan, peringkat PROPER, dan penalti bagi
perusahaan yang pernah masuk datar merah atau hitam dalam PROPER.
Pertanyaan-pertanyaan seperti ini mungkin dapat dijadikan contoh pertanyaan dalam membuat rating
internal:
• Sejauh mana komitmen perusahaan terhadap ASRI dan bisnis keberlanjutan?
• Sejauh mana kemungkinan bahwa kolateral akan terkontaminasi?
• Sejauh mana kemungkinan perusahaan tidak akan memenuhi kewajiban pembayaran utang karena
penyebab lingkungan?
d. Perjanjian Kredit (covenant)
Bank dapat memasukkan kriteria atau persyaratan terkait isu lingkungan yang harus dipenuhi selama
perjanjian kredit. Misalnya:
• Persyaratan untuk mematuhi regulasi dan hukum yang berlaku
• Persyaratan untuk memenuhi action plan terkait lingkungan dan sosial
• persyaratan pelaporan berkala mengenai aspek pengelolaan lingkungan selama dalam masa
perjanjian kredit bank. Laporan dimaksud dapat diminta untuk dibuat oleh pihak ahli atau pihak ketiga.
• Persyaratan untuk melaporkan segera jika ada kejadian atau isu terkait lingkungan dan sosial tanpa
harus menunggu jadwal penyampaian laporan berkala

30

Modul Keuangan Berkelanjutan – Pembiayaan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas

Berikut ini adalah contoh klausul yang dapat dicantumkan dalam perjanjian kredit:
“ ...memastikan bahwa proyek tersebut dilakukan sesuai dengan ketentuan Pengelolaan Lingkungan,
Pembebasan Lahan dan Pemukiman, Rencana Aksi, dan setiap addendum yang terkait aspek khusus
di lapangan dalam Rencana Pengelolaan Lingkungan (Envinronmental Management Plan), dan tanpa
hak atau kewenangan, kecuali sebagai Peminjam dan Bank dinyatakan akan setuju, untuk menetapkan,
mengubah, membatalkan, atau mengabaikan, atau mengizinkan yang akan ditugaskan, mengubah,
membatalkan, atau membebaskan, yang disebutkan di atas, atau ketentuan yang ada...”
2. Aspek penting dalam evaluasi kredit proyek PLTBg
Buku Pedoman Energi Bersih untuk lembaga jasa keuangan yang diterbitkan OJK menjelaskan secara
rinci dan menyediakan butir-butir yang akan diperiksa dalam due diligence. Secara umum, terdapat 3
(tiga) aspek penting dalam mereviu kelayakan pembiayaan proyek PLTBg.
a. Aspek teknis dan lingkungan
Mencakup kualitas pembangkit, mesin, peralatan, dan data-data pendukung proyek PLTBg agar bisa
berjalan secara berkelanjutan. Kualitas data sangat mempengaruhi aspek ini. Untuk itu perlu diperhatikan
kredibilitas konsultan yang menyusun studi kelayakan (FS) dan juga validitas FS apakah mencerminkan
kondisi terkini. Perlu ditelaah pertimbangan dalam memilih sistem teknologi (digester).
Terdapat 2 jenis sistem digester:
• Covered Anaerobic Lagoon (CAL)
CAL atau kolam anaerobik tertutup pada prinsipnya adalah kolam dengan mekanisme pengadukan
yang ditutup dengan penutup plastik berbahan HDPE. Desain ini biasanya digunakan untuk menangani
limbah dengan kandungan padatan kurang dari 3% dan beroperasi pada kisaran suhu mesoilik.
• Completely Stirred Tank Reactor (CSTR)
CSTR umumnya berbentuk silinder yang terbuat dari bahan beton atau logam dengan rasio tinggi
terhadap diameter yang kecil. Sistem ini dapat beroperasi baik pada suhu sedang maupun tinggi dan
dengan sistem pengadukan mekanik, hidrolik, maupun injeksi gas.
Kedua teknologi ini dapat digunakan untuk mengkonversi POME menjadi biogas, tergantung pada
kebutuhan dan kondisi dari pabrik kelapa sawit. Tabel di bawah ini menyajikan perbandingan antara
sistem CSTR dan CAL.

Tata Kelola Aspek Resiko Sosial & Lingkungan – Pembiayaan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas

31

Tabel 3. Perbandingan antara Sistem Digester CSTR dan CAL
Teknologi

Jenis Limbah

HRT (hari) P r o d u k s i Biaya
Modal Yang perlu dipertimbangkan
Energi
(USD/KW)

CAL

Cairan kental 20 - 90

Kurang baik

Sedang

Membutuhkan
lebih
banyak lahan
- Penutup plastik HDPE
seringkali tidak tersedia
secara lokal
- Pemeliharaan penutup
plastik HDPE

CSTR

Cair & Padat

Baik

Tinggi

Modal
dan
biaya
pengoperasian yang mahal

20 - 40

Sumber: Handbook, Winrock, 2015

Aspek terkait yang perlu dipertimbangkan termasuk aspek lingkungan. Bank mungkin tidak memiliki
kapasitas untuk menelaah masalah teknis dan lingkungan, oleh karena itu Bank dapat menyewa
konsultan independen untuk memperoleh pendapat obyektif.
Aspek organisasi proyek juga perlu ditelaah untuk memastikan apakah posisi manajemen kunci diisi oleh
orang-orang yang kompeten.
b. Aspek keuangan
Secara umum, komponen biaya untuk proyek PLTBg mencakup kelompok sebagai berikut:
• Biaya pra investasi
Ini sepenuhnya menjadi beban IPP, mencakup biaya studi kelayakan, biaya manajemen proyek, desain
dan engineering dan perizinan
• Biaya investasi
Meliputi biaya EPC dan biaya non EPC. Biaya EPC terdiri dari biaya biodigester, sistem manajemen biogas,
dan biaya konversi biogas. Biaya non EPC terdiri dari biaya pengadaan lahan, biaya untuk memperoleh
pendanaan, biaya modal kerja untuk 3 bulan pertama operasi sebelum menghasilkan arus kas. Biaya
lingkungan perlu mendapat perhatian apakah IPP sudah mengantisipasi biaya terkait aspek lingkungan
dan sosial, misalnya biaya pengecekan limbah akhir biogas sebelum dibuang ke air dan tanah menjadi
pupuk.
• Biaya operasi dan pemeliharaan
Merupakan biaya yang dikeluarkan selama PLTBg beroperasi, terdiri dari biaya tetap dan variabel
• Biaya bunga pinjaman
Ini biaya pinjaman yang dikenakan oleh Bank atas pinjaman untuk pembangunan PLTBg
Tabel berikut ini menunjukkan kisaran komponen biaya dari total investasi PLTBg:

32

Modul Keuangan Berkelanjutan – Pembiayaan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas

Tabel 4. Perkiraan Biaya Investasi untuk Proyek PLTBg (US$, KW)

Sumber: Buku Pedoman Energi Bersih, OJK, 2014
Bank umumnya menyediakan pendanaan sebesar 70% dari biaya investasi. Bagian 30% disediakan
oleh sponsor proyek. Tools yang dapat digunakan sama seperti analisa keuangan pada umumnya
menggunakan NPV dan IRR.
Adapun dalam analisis keuangan perlu diperhatikan:
• Asumsi yang digunakan, jika asumsi yang digunakan tidak tepat, maka akan menghasilkan proyeksi
keuangan menjadi salah. Misalnya kandungan metana dalam biogas.
• Kelengkapan struktur biaya dan pendapatan untuk mempredikasi arus kas masuk dan keluar dalam
proyeksi keuangan
• Potensi pembengkakan biaya
• Analisis sensitivitas untuk menguji asumsi yang digunakan dan untuk melihat sejauh mana proyek
masih bisa berjalan apabila terdapat gangguan, misalnya penurunan produksi yang berakibat pada
penurunan pendapatan.
Asumsi-asumsi parameter (rule of thumb) untuk perhitungan konversi dari TBS ke POME selanjutnya
biogas dan listrik serta desain kapasitas pembangkit, adalah sebagai berikut:

Tata Kelola Aspek Resiko Sosial & Lingkungan – Pembiayaan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas

33

Sumber: ICED, 2016

Berikut adalah acuan komposisi biaya untuk analisa keuangan:
Capital Expenditures:
Project Development Cost
2%
Site Preparation & Civil Work 5%
Digester System, Piping & Flaring
34%
Gas Cleaning & Pumps System 11%
Gas-Engines & Generator
17%
Controller & Electrical System 10%
Balance of Plants
11%
Grid Interconnection System 5%
Other cost (Contingency & Insurance) 5%
100%
Operational & Maintenance:
Operating labor
25%
General administration & others
Insurance
5%
Digester Service & Maintenance
Gas Engine Service & Maintenance
100%

34

14%
17%
39%

Modul Keuangan Berkelanjutan – Pembiayaan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas

Sumber