Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah: Studi Kasus Sengketa Ekonomi Syariah di Lembaga Keuangan Syariah Kota Jambi

PENYELESAIAN SENGKETA EKONOMI SYARIAH 317

Penyelesaian Sengketa Ekonom i Syar iah:
Studi Kasus Sengketa Ekonom i Syar iah
di Lem baga Keuangan Syar iah Kota
Jam bi
I lly Yanti & H abr iyanto
Fakultas Syariah I AI N Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

A bst r ak :
Per t u mbu h an l em baga keu an gan I sl am m engal am i
pen i n gkat an dal am beber apa t ahu n t er akh i r . Sel ai n
kehadi r an perbankan I sl am atau syar i ah yang memer oleh
respons sangat bai k dari masyarakat, asuransi syar i ah j uga
m en dapat sam but an yan g h angat . Sebagai m an a dal am
l em baga keu an gan um u m nya, dal am per j al an ann ya
t er kadan g t er j adi per masal ah an at au sen gket a an t ar a
i n st i t usi dan m asyar akat . Ar t i kel i ni m embahas t ent ang
penyel esai an sengket a ekonomi syar i ah yang t er dapat di
dua lembaga keuangan syar i ah di Kot a Jambi , yai t u Bank
Syariah M andi ri (BSM) Cabang Jambi dan Asuransi Takaful

Cabang Jambi .
K at a K un ci: Bank syar i ah, asur ansi , li t i gasi , non-l i ti gasi ,
negosi asi , medi asi , ar bi t rase.

Pendahuluan
Pr akti k bi snis Syariah di I ndonesia mulai ber kembang dengan
perkembangan keinginan dan harapan umat I slam yang menjadi
sebah agi an besar pen duduk I n don esi a. Kei n gi n an t er sebut
berkembang seiring dengan berkembangnya upaya pemahaman
terhadap kegiatan-kegiatan ekonomi yang berdasarkan Syariah Islam
pada awal t ahun 1990 -an. Per kembangan ekonomi Syar i ah di
M edi a Akademi ka, Vol. 27, No. 3, Juli 2012

318 ILLY YANTI & HABRIYANTO

I ndonesia dimulai dengan pembentukan perbankan Syariah.
Sejarah perbankan secara faktual telah mencatat bahwa dalam
kurun waktu antara tahun 1992 hingga mei 2004 telah mengalami
perkembangan yang sangat pesat. Secara kuantitatif jumlah bank
Syariah pada tahun 1992 hanya satu bank umum Syariah, yaitu Bank

Muamalat I ndonesia dan BPRS, tetapi saat ini ada beberapa bank
umum Syari ah dengan 114 kant or cabang dan kant or cabang
pembantu bank Syariah. Pada tahun 2006 jumlah bank Syariah telah
berkembang dua kali lipat dari jumlah dua tahun yang lalu.1 Tren
perbankan Syariah yang begitu cepat dengan memperoleh simpati
luas dari umat muslim dan juga dari non muslim.
Perluasan kelembagaan perbankan Syariah telah merambah
kepada aspek-aspek ekonomi Syariah sebagai bentuk-bentuk produk
perbankan Syariah. Dan perbankan Syariah sebagai suatu lembaga
dalam perbankan, menuntut adanya kepastian hukum, penegakan
hukum dan keadilan, serta antisipasi hukum apabila terjadi konflik
antara pihak nasabah dengan pihak bank. Undang-Undang No. 3
Tahun 2006 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun
1989 tentang Peradilan Agama yang diundangkan pada tanggal 20
Maret Tahun 2006 telah member amanat kepada lembaga peradilan
Agama sebagai salah satu lembaga pelaksana kekuasaan kehakiman
di I ndonesi a un t uk m en er i ma, mem er i ksa, m engadi l i ser t a
m en yel esai k an per k ar a-per k ar a t er t en t u t er m asuk per k ar a
perbankan dan ekonomi Syariah yang terjadi di I ndonesia.2
Perkembangan industri keuangan Syariah secara informal telah

dimulai sebelum dikeluarkannya kerangka hukum formal sebagai
landasan operasional perbankan Syariah di I ndonesia. Sebelum tahun
1992, telah didirikan beberapa badan usaha pembiayaan nonbank
yang telah menerapkan konsep bagi hasil (mudhar abah) dalam
kegiatan operasionalnya.3 H al ini menunjukkan kebutuhan warga
masyarakat tentang kehadiran institusi-institusi keuangan yang dapat
memberikan jasa keuangan yang sesuai dengan ajaran I slam bagi
pemeluknya. 4 Apal agi dengan hadi rnya perat uran per undangundangan yang terbaru yaitu Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008
M edi a Akademi ka, Vol. 27, No. 3, Juli 2012

PENYELESAIAN SENGKETA EKONOMI SYARIAH 319

tentang Perbankan Syariah yang memberikan angin segar bagi
perkembangan industri perbankan Syariah di I ndonesia.5 Artinya
m un cul n ya Un dan g-Un dan g i n i m em ber i k an pel uan g bagi
pertumbuhan industri perbankan Syariah yang sesuai dengan prinsip
hukum I slam.
Prinsip-prinsip yang diterapkan dalam perbankan Syariah adalah
prinsip yang menghindari riba, gharar, maisir dan segala bentuk
kegiatan yang bertentangan dengan rasa keadilan dalam kegiatan

perekonomian Syariah terutama dalam sistem lembaga keuangan
Syariah.
Dalam Undang-Undang No. 3 Tahun 2006 pasal 49 dijelaskan
bahwa kewenangan peradilan Agama adalah bertugas dan berwenang
memeriksa, memutus dan menyelesaikan perkara di tingkat pertama
antara orang-orang yang beragama I slam di bidang: a. perkawinan, b.
Waris, c. Wasiat, d. hibah. E. wakaf, f. Zakat, g. I nfaq, h. Shadaqah
dan i. Ekonomi Syariah. Dalam Undang-Undang ini ditegaskan bahwa
masalah sengketa ekonomi Syariah merupakan salah satu perkara
yang menjadi kewenangan Peradilan Agama.

Fakt or -f ak tor yan g D il ak uk an t er hadap Pem biayaan
Ber m asalah
Dalam hal ada pembiayaan bermasalah pada perbankan Syariah,
maka ada beberapa faktor-yang menyebabkan terjadi kemacetan
dalam pembiayaan tersebut. Analisa sebab kemacetan. Analisa sebabsebab kemacetan pembiayaan dapat dilakukan pada aspek internal
dan eksternal berikut: 6
a. Aspek internal
1) Peminjam kurang cakap dalam usaha tersebut
2) Manajemen tidak baik atau kurang rapih

3) Laporan keuangan tidak lengkap
4) Penggunaan dana yang tidak sesuai dengan perencanaan
5) Perencanaan yang kurang matang
6) Dana yang di beri kan t i dak cukup menj al ankan usaha
M edi a Akademi ka, Vol. 27, No. 3, Juli 2012

320 ILLY YANTI & HABRIYANTO

b.

tersebut.
Aspek Eksternal
1) Aspek Pasar kurang mendukung
2) Kemampuan daya beli masyarakat kurang
3) Kebijakan pemerintah
4) Pengaruh lain di luar usaha
5) Kenakalan peminjam

M engga li Potensi Pem inja m
Anggota yang mengalami kemacetan dalam memenuhi kewajiban

harus dimotivasi untuk memulai kembali atau membenahi dan
mengantisipasi penyebab kemacetan usaha atau angsuran. Untuk itu
perlu digali potensi yang ada pada peminjam agar dana yang telah
digunakan lebih efektif digunakan.
a. Melihat apakah ada kecakapan lain.
b. Melihat apakah memiliki usaha lain.
c. Melihat apakah ada penghasilan lain dari nasabah.
d. Melakukan perbaikan akad (r emedial)
e. M ember i k an pi n j am an ual an g, mun gki n dal am ben t uk :
pembiayaan al-Qar dhul Hasan; Mur abahah atau Mudhar abah.
f. Penundaan pembayaran.
g. Rescheduling (Memperkecil angsuran dengan memperpanjang
waktu atau akad dan margin baru).
h. M em per k eci l m ar gi n k eun t un gan at au bagi h asi l
(r econditioning).7
Bila terjadi kemacetan pada nasabah perseorangan ataupun
dalam bentuk badan usaha, maka Setiap debitur yang mempunyai
dugaan bahwa ia tidak akan dapat membayar lunas utang-utang yang
dapat di t agi h, di per bol ehkan unt uk m emohon pen angguh an
pembayaran .

PKPU tidak dimaksudkan untuk kepentingan debi tur saja,
melainkan juga untuk kepentingan para krediturnya, khususnya
kreditur konkuren, PKPU bertujuan menjaga jangan sampai seorang

M edi a Akademi ka, Vol. 27, No. 3, Juli 2012

PENYELESAIAN SENGKETA EKONOMI SYARIAH 321

debitur, yang karena suatu keadaan dinyatakan pailit, sedangkan bila
debitur diberi waktu, maka besar harapan ia dapat melunasi utangutangnya. Karena dengan memberikan waktu dan kesempatan kepada
debitur, dihar apkan ia melalui reorganisasi usahanya dan atau
restrukturisasi utang-utangnya, dapat melanjutkan usahanya dan
dengan demikian dapat membayar lunas utang-utangnya. Adapun
langkah-langkah yang ditempuh sebagai berikut:
1. Pemberian Mor ator ium kepada debitur, artinya debitur tidak
perlu membayar baik bunga maupun utang pokoknya selama
jangka waktu tertentu;
2. M el ak uk an pen j adwal an kem bal i pel un asan k r edi t
(r escheduling)
3. M el ak uk an per syar at an kem bal i per j an j i an k r edi t

(r econditioning)
4 . Melakukan restrukturisasi kredit (r estr uctur ing)
5. Melakukan konversi kredit menjadi modal perseroan
6. M emasukan modal bar u oleh pemegang saham lama atau
pemegang saham baru
7. Menjual aktiva yang tidak produktif atau yang tidak langsung
diperlukan untuk kegiatan usaha perusahaan debitur.
8. Melakukan hal-hal lain yang tidak bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

Beber apa Pi l i h an Pen yel esai an Sen gk et a Ek on om i
Syar iah di I ndon esia
Pen y el esa i a n Sen gk et a L em b a ga K eu a n ga n Sy a r i a h
M ela lui Ja lur N on-Litiga si
Di I ndonesia, penyelesaian sengketa melalui jalur non litigasi diatur
dal am pasal (6) UU No. 30 Tahun 1999 tent ang Arbit rase dan
Alternatif Penyelesaian Sengketa. Pasal 1 angka 10 UU No. 30 Tahun
1999 mendefenisikan “alternative penyelesaian sengketa adalah
lembaga penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui prosedur
yang disepakati para pihak, yakni penyelesaian di luar pengadilan

M edi a Akademi ka, Vol. 27, No. 3, Juli 2012

322 ILLY YANTI & HABRIYANTO

dengan cara konsultasi, negosiasi, konsiliasi, atau penilaian ahli.” 8
Jadi alternative penyelesaian sengketa diluar pengadilan ada tiga cara
yaitu: 1. Negosiasi, 2. Mediasi, 3. Arbitrase.

Peny elesa ia n Sengketa Per ba nka n Sy a r ia h M ela lui Ja lur
Litigasi
Lahirnya Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006, telah membawa
sejumlah perubahan mendasar bagi lingkungan peradilan agama,
terutama menyangkut kewenangan atau kompetensinya. Atas dasar
undang-undang tersebut, ruang lingkup kewenangan lingkungan
peradilan Agama menjadi lebih luas disbanding sebelumnya. Setelah
lahirnya UU No. 3 Tahun 2006, kewenangan lingkungan Peradilan
Agama selain meliputi perkara-perkara dalam bidang perkawinan,
kewarisan, wasiat, hibah, wakaf, dan sedekah, ditambah lagi dengan
perkara-perkara dalam bidang zakat, infak dan bidang ekonomi
Syariah.9 Dalam Undang-Undang ini ditegaskan bahwa masalah

sengket a ekonomi Syariah merupakan salah satu perkara yang
menjadi kewenangan Peradilan Agama.

Per kar a Sen gketa Ekonom i I slam Bank Syar iah M an dir i
Cabang Jam bi
Pada tataran teoritis, agama memuat segala sesuatu yang terbaik yang
diperlukan manusia untuk mengolah tujuan-tujuan hidupnya. Agama
menyedi akan ci t a-ci t a kebahagian dan, mor al i t as, et os ker j a,
manajemen keadilan serta apa saja yang dibutuhkan manusia dalam
pergaulan dengan sesamanya dan seluruh unsure alam. Hanya saja,
dal am t at ar an r eal i t asn ya, agama ser i n gk al i di r edusi r ol eh
kepentingan subyektif manusia, dihinakan oleh kebodohan manusia,
dipersempit menjadi ritus dan simbol formalistic, dan bankan diubah
wajahnya menjadi faktor sejarah yang di anggap mereporkan.
Bagi muslim, I slam adalah jalan hidup yang mengatur seluruh
aspek kehi dupan, sejalan dengan per intah, “ H ai or ang-or ang
ber iman, masuklah kamu ke dalam I slam secar a keselur uhan….. “
M edi a Akademi ka, Vol. 27, No. 3, Juli 2012

PENYELESAIAN SENGKETA EKONOMI SYARIAH 323


(Qs Al Baqarah 208)
Dengan demi ki an, t idak seper t i sekular i sme, I sl am t idak
menghendaki adanya pemisahan antara agama dan ekonomi ataupun
aspek kehidupan yang lainnnya.
Lingkup “ekonomi syari’ah” sangat luas. Pada perbincangan
tentang ekonomi syari’ah akan terdapat di dalamnya permasalahan
tanggung jawab sosial terhadap peningkatan ekonomi umat melalui
berfungsinya lembaga zakat, wakaf dan kegiatan-kegiatan ekonomi
syari’ah lainnya yang bertujuan untuk meningkatkan ekonomi umat.
Sementara itu “bisnis syari’ah” lebih ditujukan kepada kegiatan yang
berkaitan dengan perniagaan atau kegiatan niaga yang berkembang
di masyarakat dengan menggunakan prinsip syari’ah.
Praktik bisnis syari’ah di I ndonesia mulai berkembang dengan
perkembangan keinginan dan harapan umat I slam yang menjadi
sebah agi an besar pen duduk I n don esi a. Kei n gi n an t er sebut
berkembang seiring dengan berkembangnya upaya pemahaman
terhadap kegiatan-kegiatan ekonomi yang berdasarkan syari’ah I slam
pada awal tahun 1990 -an. Per kembangan ekonomi syar i’ah di
I ndonesia dimulai dengan pembentukan perbankan syari’ah. Dalam
perkembangan selanjutnya, praktik ekonomi syari’ah tidak hanya
terbatas kepada praktik pendirian dan operasional perbankan saja,
tetapi lebih meluas kepada kegiatan niaga lainnya, seperti pembiayaan
dan lembaga keuangan non bank lainnya. Bidang-bidang usaha yang
dikembangkan tersebut antara lain adalah Asuransi Syari’ah, Reksa
Dana Syari’ah dan Obligasi Syari’ah, dan lain-lain.
Semakin berkembangnya kegiatan ekonomi syari’ah terutama
di bidang keuangan dan perbankan syariah, akhir-akhir ini, mengajak
kita terutama para pakar, praktisi dan hakim Pengadilan Agama untuk
mempersiapkan jika terjadi persengkataan baik sesama muslim
maupun antara muslim dengan non muslim terkait dengan transaksi
di bidang ekonomi dan keuangan syari’ah, seiring dengan amandemen
Undang-Undang Nomor 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama yang
kewenangannya diperluas selain perkara perkawinan, waris, wasiat,
hibah, waqaf, zakat, infaqdan sadaqah, termasuk juga bidang ekonomi
M edi a Akademi ka, Vol. 27, No. 3, Juli 2012

324 ILLY YANTI & HABRIYANTO

Syari’ah.
Undang-Undang Nomor 3 tahun 2006 tentang amandemen atas
Undang-Undang Nomor 7tahun 1989 tentang Peradilan Agama,
memperluas kewenangan Pengadilan Agama sebagai salah satu badan
per adi l an yang m el ak san ak an kek uasaan keh ak i man unt uk
menegakkan hukum dan keadilan bagi orang-orang yang beragama
I slam, yang sebelumnya berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 tahun
1989, hanya berwenang menyelesaikan perkara perkawinan,waris,
wasiat, hibah, waqaf, zakat, infaq dan sadaqah. Berdasarkan UndangUndang Nomor 3t ahun 20 0 6 pasal 49, hur uf i , kewenan gan
Pengadilan Agama diperluas, termasuk bidang Ekonomi Syari’ah.
Dengan kewenangan dan peneguhan kewenangan Pengadilan Agama
dimaksudkan memberikan dasar hukum bagi Pengadilan Agama
dalam menyelesaikan perkara Ekonomi Syari’ah.
Perkembangan perbankan syariah di propinsi Jambi begitu pesat.
Hal ini ditandai dengan bermunculan beberapa bank antara lain: bank
muamalat, bank syariah mandiri, BRI syariah dan BNI syariah.
Perkembangan ini mengindikasikan bahwa minat dan kepercayaan
masyarakat kepada prinsip syariah yang berkaitan dengan transaksi
keuangan cukup tinggi. H al menjadi tantangan kedepan lembaga
keuangan syariah untuk lebih berbenah diri melakukan pelayanpel ayan terbaik bagi nasabahnya memberikan konstribusi bagi
kemakmuran dan peningkatan ekonomi umat.
Sengketa dalam operasional perbankan syariah tentunya bisa
saja terjadi mengingat segala sesuatu kegiatan operasional perbankan
syariah terikat dengan segala peraturan dan akad yang harus di taati
dan dipatuhi oleh pihak yang melakukan kegiatan investasi dan
transaksi keuangan. Tentunya jika ada pelanggaran yang dilakukan
oleh salah satu pihak yang mengikat perjanjian dan akad akan
diberikan sanksi berdasarkan peraturan yang berlaku. Akan tetapi
penyelesaikan dari sengeketa tersebut bisa saja diselesaikan dengan
jalan kekeluarga (atbitrase) atau melalui pengadilan hukum perdata.
Berdasarkan wawancara dengan pihak Bank Syariah Mandiri
yang di wakili oleh Bapak I mam Fanzuri menjelaskan bahwa kasus
M edi a Akademi ka, Vol. 27, No. 3, Juli 2012

PENYELESAIAN SENGKETA EKONOMI SYARIAH 325

sengketa yang terjadi di bank syariah mandiri berkaitan dengan
wanprestasi dimana nasabah tidak mampu mengembalikan tagihan
bank syariah mandiri seperti kasus pada tahun 2008 beberapa KUD
tidak bisa mengembalikan tagihan akibat turunnya harga sawit dan
kar et . Sengketa ter sebut di sel esai kan dengan jal an medi asi .
Sedangkan jalur litigasi (peradilan) baru tahap pengajuan somasi lewat
pengadilan dan pengadilan mengeluarkan somasi dengan memanggil
pihak-pihak terkait. Jalur ini baru tahap proses belum putusan
pengadilan.10
Jadi secara umum sengketa di bank syariah mandiri cabang
Jambi hanya sebatas wanprestasi saja dan penyelesaian dilakukan
dengan jalan mediasi.

Per kar a Sengketa Ekonom i I slam Pada Asur ansi Takaful
Cabang Jam bi
Berdasarkan wawancara dengan pihak Asuransi Takaful Cabang
Jambi, yang di wakili oleh I bu Laila SH., menjelaskan bahwa kasus
sengketa yang terjadi di Asuransi Takaful berkaitan dengan klaim
asuransi dimana nasabah tidak menjalankan isi akad yang dibuat
dalam polis, seperti yang terjadi pada anggota DPR Tanjung Jabung
Ti m ur , yan g m en yal ah i dal am m en gcover pr emi yang t el ah
dibayarkan, seperti dalam asuransi kesehatan rawat inap mereka
meminta pelayanan super VI P tetapi premi, yang dibayar lebih kecil
dari apa yang seharusnya mereka diterima. Kenyataan dilapangan
bahwa nasabah mengklaim asuransi takaful tidak memberikan fasilitas
yang seharusnya mereka terima. Dalam hal ini terkadang pihak
nasabah yang tidak memahami akad yang ada menyampaikan rasa
tidak senang terhadap manfaat yang diberikan oleh asuransi Takaful.
Dan mereka mempertanyakan bahkan ada yang sampai membawa
kasus ini lewat pengadilan Negeri. 11 Diantara kasus-kasus yang terjadi
dapat diselesaikan dengan cara negosiasi pada asuransi Takaful. Dan
tidak ada yang melewati sampai pada jalur arbitrase.

M edi a Akademi ka, Vol. 27, No. 3, Juli 2012

326 ILLY YANTI & HABRIYANTO

Penutup
Berdasarkan hasil penelitian tentang penyelesaian sengketa ekonomi
I slam pada lembaga keuangan syariah di propinsi Jambi dapat di
tarik kesimpulannya sebagai berikut:
1. Fak t or -fakt or yan g menyebabkan t er j adi nya pem bi ayaan
bermasalah ada aspek internal seperti peminjaman kurang cakap,
atau manajemen tidak baik dan perencanaan yang kurang matang.
Sedangkan aspek eksternal aspek pasar kurang mendukung dan
termasuk adanya kebijakan pemerintah. faktor-faktor ini dapat
di at as, um pam an ya den gan pen angguh an pem bayar an ,
Rescheduling (memperkecil angsuran dengan memperpanjang
wak t u at au ak ad dan m ar gi n bar u, at au den gan car a
r econditioning (M emperkecil margin keuntungan atau bagi
hasil).
2. Sengketa Ekonomi I slam di Bank Syariah Mandiri Cabang Jambi
pada umum terjadi pada kasus wanprestasi dimana nasabah tidak
mampu memenuhi kewajibannya pada Bank Syariah Mandiri
Cabang Jambi. Dan secara umum diselesaikan melalui mediasi.
Sedang pada Asuransi Takaful klaim Asuransi menjadi kasus yang
paling banyak terjadi dengan penyelesaiannya menggunakan
jalur mediasi.
3. Pr osedur penyelesaian sengket a ekonomi I slam pada Bank
Syariah M andiri Cabang Jambi dan Asuransi Takaful cabang
Jambi dilakukan dengan jalur non litigasi terlebih dahulu, jika
jalur non litigasi tidak berhasil maka penyelesaian sengketa
tersebut baru dilakukan dengan jalur litigasi (peradilan).
Catatan :
1. Ahm ad K ami l & M . Fauzan , K i t ab U ndan g- U n dan g H ukum
Per bankan dan Ekonomi Syar iah, (Jakarta : Kencana, 2007), hlm.
Vi .
2 . Abdul Ghofur Anshori , Per adi lan Agama di I ndonesi a Pasca UU
N o. 3 Tahun 20 0 6 ( Sej ar ah, Kedudukan & K ew en angan ) ,
(Yogyakarta : UI I Pr ess, 2007), hlm. 48.
3 . Rach m adi Usm an, Pr oduk dan Akad Per bankan Sy ar i ah di
I ndonesi a I mpel emnt asi dan Aspek H ukum, ( Bandung : Ci t r a
M edi a Akademi ka, Vol. 27, No. 3, Juli 2012

PENYELESAIAN SENGKETA EKONOMI SYARIAH 327

Adi tya Bakti , 20 09), hl m. 11.
4 . Zainuddin Ali, H ukum Per bankan Syar iah, (Jakarta : Sinar Grafi ka,
20 08), hl m. 12.
5 . Zubai r i H asan, Undang-Undang Per bankan Syar i ah Ti ti k Temu
H ukum I sl am dan H ukum N asi onal , (Jakar t a : Raj awal i Per s,
200 9), hl m. 27.
6 . M uhammad, M anaj emen Pembi ayaan Bank Syar iah, (Yogyakarta
: Akademi M anaj emen Perusahaan YKPN, 2002 ), hlm. 168-169.
7 . M uhammad, M anaj emen Pembi ayaan Bank Syar iah, (Yogyakarta
: Akademi M anaj emen Perusahaan YKPN, 2 ), hlm. 168-169.
8 . Ji mmy Joses Sembi ri ng, Car a M enyelesai kan Sengket a di Luar
Pengadi lan (Negosi asi , Medi asi , Konsi liasi & Ar bi tr ase), (Jakarta
: Vi si medi a, 2011), hlm. 10.
9 . Su har t ono, Pr ospek Legi sl asi Fi ki h M uam al ah Dal am Si st em
H ukum N asi onal , www. Badi l aq net., t anggal akses, 31 Oktober
2 0 0 7.
10 . H asi l wawancara mengenai perkara sengketa ekonomi I slam pada
Bank Syari ah Cabang Jambi 25 Oktober 2011
11. Wawancara dengan Lai la SH ., tanggal 4 November 2011. Adapun
kasus yang pernah di bawa ke Pengadi lan Negeri di menangkan oleh
Pi hak asuransi Takaful.

M edi a Akademi ka, Vol. 27, No. 3, Juli 2012

328 ILLY YANTI & HABRIYANTO

DAFTAR PUSTAKA
Ali, Zainuddin., Hukum Per bankan Syar iah, Jakarta: Sinar Grafika,
2008.
Anonim, Himpunan Undang-Undang Dan Per atur an Pemer intah
Tentang Ekonomi Syar iah, Yogyakarta: Pustaka Zeedny, 2009.
Anshori, Abdul Ghofur., Per adilan Agama di I ndonesia Pasca UU
No. 3 Tahun 2006 (Sejar ah, Kedudukan & Kew enangan) ,
Yogyakarta: UI I Press, 2007.
Bank I ndonesia, Kodifikasi Pr oduk Per bankan Syariah, Jakarta: Bank
I ndonesia, 2007.
Cik Basir, Penyelesaian Sengketa Per bankan Syar iah di Pengadilan
Agama & M ahkamah Agung, Jakarta: Kencana Prenada M edia
Group, 2009.
CST. Kansil, Pokok-pokok Pengetahuan Hukum Dagang I ndonesia,
cet. 1 Jakarta: Sinar Grafika, 1996.
Dewi , Gemal a , Aspek-aspek H ukum dal am Per ban kan dan
Per asur ansian Syar iah di I ndonesia, Jakarta: Prenada Media,
20 04.
Hasan, Zubairi., Undang-Undang Per bankan Syar iah Titik Temu
Hukum I slam dan Hukum Nasional, Jakarta: Rajawali Pers,
2009.
Hikmah, Mutiara., Aspek-aspek Hukum Perdata I nternasional Dalam
Perkara-perkara Kepailitan. Bandung: Refika Aditama, 2007.
I smanto, Kuat, Asur ansi Syar iah Tinjauan Asas-asas Hukum I slam,
Yogyakarta:, Pustaka Pelajar, 2009.
Kami l , Ahmad & M . Fauzan, Ki t ab Undang-Undang H ukum
Per bankan dan Ekonomi Syar iah, Jakarta: Kencana, 2007).
Karim, Adiwarman, Bank I slam: Analisis Fiqih dan Keuangan ,
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006.
M aft ukhat ussoli khah dan M . Rusydi , Ri ba dan Peny el esai an
Sengketa Dalam Per bankan Syar iah, (Yogyakarta: Politea Press,
2008.
Manan, Abdul. Beber apa Masalah Hukum dalam Pr aktek Ekonomi
Syar iah, M akalah Diklat Calon Hakim Angkatan-2 di Banten,
20 07.
Manan, Bagir M anan., “Perlindungan Debitur dan Kreditur Dalam
Undang-Undang Kepai l i t an,” M akal ah di sampai kan pada
M edi a Akademi ka, Vol. 27, No. 3, Juli 2012

PENYELESAIAN SENGKETA EKONOMI SYARIAH 329

Seminar Perlindungan Debitur dan Kreditur Dalam Kepailitan
Menghadapi Era Globalisasi, Universitas Padjadjaran 17 Oktober
1998.
Margono, Suyud., ADR (Alter native Dispute Resolution & Ar bitr ase:
Pr oses Pel em bagaan dan Aspek H ukum , Bogor : Gh al i a
I ndonesia, 2004
Moleong, Lexy J. , Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2009.
Muhammad, Abdulkadir M uhammad, Hukum Asur ansi I ndonesia,
Bandung: Citra Aditya Bakti, 2006.
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syar iah, Yogyakarta:
Akademi M anajemen Perusahaan YKPN, 2
Mukhtar, Latif., Bimbingan Skr ipsi, Tesis dan Ar tikel Ilmiah, (Jambi:
Sulthan Thaha Press, 2007
NJ. Coulson, a Histor y of I slamic Law, Edinburg: University Press,
1991.
Perwaatmaja, Karnaen, dkk., Bank dan Asur ansi I slam di I ndonesia,
Jakarta:Prenada Media, 2005.
Rosyadi, Rahmat., Ar bitr ase dalam Per spektif I slam dan Hukum
Positif, Bandung:Citra Aditya Bakti, 2002.
Sembiring, Jimmy Joses., Car a M enyelesaikan Sengketa di Luar
Pengadilan (Negosiasi, Mediasi, Konsiliasi & Arbitr ase), Jakarta:
Visimedia, 2011.
Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syar iah. Yogyakarta,
20 04.
Sudarsono, Heri , Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Yogyakarta:
Ekonisia, 2004.
Suhartono, Prospek Legislasi Fikih Muamalah Dalam Sistem Hukum
Nasional, www. Badilaq net, tanggal akses, 31-10-2007.
Suhrawardi K. Lubis, Hukum Ekonomi I slam, (Jakarta: Sinar Grafika,
2000
Sul a, M . Syak i r Sul a, Asur ansi Sy ar i ah Kon sep dan Si st em
Oper asional, (Jakarta: Penerbit Gema I nsan, 2004.
Syahdeni, Sutan Remy.i, “Perlindungan Debitur dan Kreditur dan
Dampak Undang-Undang.Kepai li tan Terhadap Perbankan,
Teaching Mater ials H ukum Per bankan,.
Tim Pengembangan Perbankan Syariah I nstitut Bankir I ndonesia,
2003.
M edi a Akademi ka, Vol. 27, No. 3, Juli 2012

330 ILLY YANTI & HABRIYANTO

Tim Pengembangan Perbankan Syariah I nstitut Bankir I ndonesia,
2003.
Usman, Rachmadi., Produk dan Akad Perbankan Syar iah di Indonesia
I mplementasi dan Aspek Hukum, Bandung: Citra Aditya Bakti,
2009,
Warkum Sumitro, Asas-Asas Perbankan Islam & Lembaga-lembaga
Ter kai t (BAM UI , Takaf ul dan Pasar M odal Sy ar i ah di
I ndonesia), Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2004.

M edi a Akademi ka, Vol. 27, No. 3, Juli 2012