J.D.I.H. - Dewan Perwakilan Rakyat

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 8 TAHUN 1981
TENTANG
HUKUM ACARA PIDANA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang :

a.

b.

c.

d.

e.

bahwa negara Republik Indonesia adalah negara hukum
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang
menj unj ung t inggi hak asasi manusia sert a yang menj amin

segala warganegara bersamaan kedudukannya di dalam
hukum dan pemerint ahan dan waj ib menj unj ung hukum dan
pemerint ahan it u dengan t idak ada kecualinya;
bahwa demi pembangunan di bidang hukum sebagaimana
t ermakt ub dalam Garis-garis Besar Haluan Negara
(Ket et apan Maj elis Permusyawarat an .Rakyat Republik
Indonesia Nomor IV/ MPR/ 1978) perlu mengadakan usaha
peningkat an dan penyempurnaan pembinaan hukum
nasional dengan mengadakan pembaharuan kodif ikasi sert a
unif ikasi hukum dalam rangkuman pelaksanaan secara nyat a
dari Wawasan Nusant ara;
bahwa pembangunan hukum nasional yang demikian it u di
bidang hukum acara pidana adalah agar masyarakat
menghayat i hak dan kewaj ibannya dan unt uk meningkat kan
pembinaan sikap para palaksana penegak hukum sesuai
dengan f ungai dan wewenang masing-masing ke arah
t egaknya hukum, keadilan dan perlindungan t erhadap
harkat dan mart abat manusia, ket ert iban sert a kepast ian
hukum demi t erselenggaranya negara hukum sesuai dengan
Undang-Undang Dasar 1945;

bahwa hukum acara pidana sebagai yang t ermuat dalam Het
Herziene Inlandsch Reglement (St aat sblad Tahun 1941
Nomor 44) dihubungkan dengan dan Undang-undang Nomor
1 Drt . Tahun 1951 (Lembaran Negara Tahun 1951 Nomor 9,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 81) sert a semua
perat uran pelaksanaannya dan ket ent uan yang diat ur dalam
perundang-undangan lainnya sepanj ang hal it u mengenai
hukum acara pidana, perlu dicabut , karena sudah t idak
sesuai dengan cit a-cit a hukum nasional;
bahwa - oleh karena it u perlu mengadakan undang-undang
t ent ang hukum acara pidana unt uk melaksanakan peradilan
bagi pengadilan dalam lingkungan peradilan umum dan
Mahkamah Agung dengan mengat ur hak sert a kewaj iban
bagi mereka yang ada dalam proses pidana, sehingga
dengan demikian dasar ut ama negara hukum dapat
dit egakkan.

www.djpp.kemenkumham.go.id

Mengingat :


1.
2.
3.

Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1) dan Pasal 27 ayat (1)
Undang-Undang Dasar 1945;
Ket et apan Maj elis Permusyawarat an Rakyat Republik
Indonesia Nomor IV/ MPR/ 1978;
Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970 t ent ang Ket ent uanket ent uan Pokok Kekuasaan Kehakiman (Lembaran Negara
Tahun 1970 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Nomor
2951).

Dengan perset uj uan
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
MEMUTUSKAN :
Dengan mencabut :
1.
Het Herziene Inlandsch Reglement (St aat sblad Tahun 1941 Nomor 44)
dihubungkan dengan dan Undang-undang Nomor 1 Drt . Tahun 1951

(Lembaran Negara Tahun 1951 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 81) besert a semua perat uran pelaksanaannya;
2.
Ket ent uan yang diat ur dalam perat uran perundang-undangan lain;
dengan ket ent uan bahwa yang t ersebut dalam angka 1 dan angka 2,
sepanj ang hal it u mengenai hukum acara pidana.
Menet apkan : UNDANG-UNDANG TENTANG HUKUM ACARA PIDANA.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Yang dimaksud dalam undang-undang ini dengan :
1.
Penyidik adalah pej abat polisi negara Republik Indonesia at au pej abat
pegawai negeri sipil t ert ent u yang diberi wewenang khusus oleh undangundang unt uk melakukan penyidikan.
2.
Penyidikan adalah serangkaian t indakan penyidik dalam hal dan menurut
cara yang diat ur dalam undang-undang ini unt uk mencari sert a
mengumpulkan bukt i yang dengan bukt i it u membuat t erang t ent ang
t indak pidana yang t erj adi dan guna menemukan t ersangkanya.
3.

Penyidik pembant u adalah pej abat kepolisian negara Republik Indonesia
yang karena diberi wewenang t ert ent u dapat melakukan t ugas
penyidikan yang diat ur dalam undang-undang ini.
4.
5.

6.

Penyelidik adalah pej abat polisi negara Republik Indonesia yang diberi
wewenang oleh undang-undang ini unt uk melakukan penyelidikan.
Penyelidikan adalah serangkaian t indakan penyelidik unt uk mencari dan
menemukan suat u perist iwa yang diduga sebagai t indak pidana guna
menent ukan dapat at au t idaknya dilakukan penyidikan menurut cara
yang diat ur dalam undang-undang ini.
a.
Jaksa adalah pej abat yang diberi wewenang oleh undang-undang
ini unt uk bert indak sebagai penunt ut umum sert a melaksanakan
put usan pengadilan yang t elah memperoleh kekuat an hukum
t et ap.


www.djpp.kemenkumham.go.id

b.

7.

8.
9.

10.

11.

12.

13.
14.
15.
16.


17.

18.

19.

Penunt ut umum adalah j aksa yang diberi wewenang oleh undangundang ini unt uk melakukan penunt ut an dan melaksanakan
penet apan hakim.
Penunt ut an adalah t indakan penunt ut umum unt uk melimpahkan perkara
pidana ke pengadilan negeri yang berwenang dalam hal dan menurut
cara yang diat ur dalam undang-undang ini dengan permint aan supaya
diperiksa dan diput us oleh hakim di sidang pengadilan.
Hakim adalah pej abat peradilan negara yang diberi wewenang oleh
undang-undang unt uk mengadili.
Mengadili adalah serangkaian t indakan hakim unt uk menerima,
memeriksa dan memut us perkara pidana berdasarkan asas bebas, j uj ur,
dan t idak memihak di sidang pengadilan dalam hal dan menurut cara
yang diat ur dalam undang-undang ini.
Praperadilan adalah wewenang pengadilan negeri unt uk memeriksa dan
memut us menurut cara yang diat ur dalam undang-undang ini, t ent ang:

a.
sah at au t idaknya suat u penangkapan dan at au penahanan at as
permint aan t ersangka at au keluarganya at au pihak lain at as kuasa
t ersangka;
b.
sah at au t idaknya penghent ian penyidikan at au penghent ian
penunt ut an at as permint aan demi t egaknya hukum dan keadilan;
c.
permint aan gant i kerugian at au rehabilit asi oleh t ersangka at au
keluarganya at au pihak lain at as kuasanya yang perkaranya t idak
diaj ukan ke pengadilan.
Put usan pengadilan adalah pernyat aan hakim yang diucapkan dalam
sidang pengadilan t erbuka, yang dapat berupa pemidanaan at au bebas
at au lepas dari segala t unt ut an hukum dalam hal sert a menurut cara
yang diat ur dalam undang-undang ini.
Upaya hukum adalah hak t erdakwa at au penunt ut umum unt uk t idak
menerima put usan pengadilan yang berupa perlawanan at au banding
at au kasasi at au hak t erpidana unt uk mengaj ukan permohonan
peninj auan kembali dalam hal sert a menurut cara yang diat ur-dalam
undang-undang ini.

Penasihat hukum adalah seorang yang memenuhi syarat yang dit ent ukan
oleh at au berdasar undang-undang unt uk memberi bant uan hukum.
Tersangka adalah seorang yang karena perbuat annya at au keadaannya,
berdasarkan bukt i permulaan pat ut diduga sebagai pelaku t indak pidana.
Terdakwa adalah seorang t ersangka yang dit unt ut , diperiksa dan diadili
di sidang pengadilan.
Penyit aan adalah serangkaian t indakan penyidik unt uk mengambil alih
dan at au menyimpan di bawah penguasaannya benda bergerak at au t idak
bergerak, berwuj ud at au t idak berwuj ud unt uk kepent ingan pembukt ian
dalam penyidikan, penunt ut an dan peradilan.
Penggeledahan rumah adalah t indakan penyidik unt uk memasuki rumah
t empat t inggal dan t empat t ert ut up lainnya unt uk melakukan t indakan
pemeriksaan dan at au penyit aan dan at au penangkapan dalam hal dan
menurut cara yang diat ur dalam undang-undang ini.
Penggeledahan badan adalah t indakan penyidik unt uk mengadakan
pemeriksaan badan dan at au pakaian t ersangka unt uk mencari benda
yang didup keras ada pada badannya at au dibawanya sert a, unt uk disit a.
Tert angkap t angan adalah t ert angkapnya seorang pada wakt u sedang
melakukan t indak pidana, at au dengan segera sesudah beberapa saat
t indak pidana it u dilakukan, at au sesaat kemudian diserukan oleh

khalayak ramai sebagai orang yang melakukannya, at au apabila sesaat
kemudian padanya dit emukan benda yang diduga keras t elah

www.djpp.kemenkumham.go.id

20.

21.

22.

23.

24.

25.

26.

27.


28.

29.

30.

31.
32.

dipergunakan unt uk melakukan t indak pidana it u yang menunj ukkan
bahwa ia adalah pelakunya at au t urut melakukan at au membant u
melakukan t indak pidana it u.
Penangkapan adalah suat u t indakan penyidik berupa pengekangan
sement ara wakt u kebebasan t ersangka at au t erdakwa apabila t erdapat
cukup bukt i guna kepent ingan penyidikan at au penunt ut an dan at au
peradilan dalam hal sert a menurut cara yang diat ur dalam undangundang ini.
Penahanan adalah penempat an t ersangka at au t erdakwa di t empat
t ert ent u oleh penyidik, at au penunt ut umum at au hakim dengan
penet apannya, dalam hal sert a menurut cara yang diat ur dalam undangundang ini.
Gant i kerugian adalah hak seorang unt uk mendapat pemenuhan at as
t unt ut annya yang berupa imbalan sej umlah uang karena dit angkap,
dit ahan, dit unt ut at aupun diadili t anpa alasan yang berdasarkan undangundang at au karena kekeliruan mengenai orangnya at au hukum yang
dit erapkan menurut cara yang diat ur dalam undang-undang ini.
Rehabilit asi adalah hak seorang unt uk mendapat pemulihan haknya
dalam kemampuan, kedudukan dan harkat sert a mart abat nya yang
diberikan pada t ingkat penyidikan, penunt ut an at au peradilan karena
dit angkap, dit ahan, dit unt ut at aupun diadili t anpa alasan yang
berdasarkan undang-undang at au karena kekeliruan mengenai orangnya
at au hukum yang dit erapkan menurut cara yang diat ur dalam undangundang ini.
Laporan adalah pemberit ahuan yang disampaikan oleh seorang karena
hak at au kewaj iban berdasarkan undang-undang kepada pej abat yang
berwenang t ent ang t elah at au sedang at au diduga akan t erj adinya
perist iwa pidana.
Pengaduan adalah pemberit ahuan disert ai permint aan oleh pihak yang
berkepent ingan kepada pej abat yang berwenang unt uk menindak
menurut hukum seorang yang t elah melakukan t indak pidana aduan yang
merugikannya.
Saksi adalah orang yang dapat memberikan ket erangan guna kepent ingan
penyidikan, penunt ut an dan peradilan t ent ang suat u perkara pidana yang
ia dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri.
Ket erangan saksi adalah salah sat u alat bukt i dalam perkara pidana yang
berupa ket erangan dari saksi mengenai suat u perist iwa pidana yang ia
dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri dengan menyebut
alasan dari penget ahuannya it u.
Ket erangan ahli adalah ket erangan yang diberikan oleh seorang yang
memiliki keahlian khusus t ent ang hal yang diperlukan unt uk membuat
t erang suat u perkara pidana guna kepent ingan pemeriksaan.
Ket erangan anak adalah ket erangan yang diberikan oleh seorang anak
t ent ang hal yang diperlukan unt uk membuat t erang suat u perkara pidana
guna kepent ingan pemeriksaan dalam hal sert a menurut cara yang diat ur
dalam undang-undang ini.
Keluarga adalah mereka yang mempunyai hubungan darah sampai
deraj at t ert ent u at au hubungan perkawinan dengan mereka yang t erlibat
dalam suat u proses pidana sebagaimana diat ur dalam undang-undang ini.
Sat u hari adalah dua puluh empat j am dan sat u bulan adalah wakt u t iga
puluh hari.
Terpidana adalah seorang yang dipidana berdasarkan put usan pengadilan
yang t elah memperoleh kekuat an hukum t et ap.

www.djpp.kemenkumham.go.id

BAB II
RUANG LINGKUP BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG
Pasal 2
Undang-undang ini berlaku unt uk melaksanakan t at acara peradilan dalam
lingkungan peradilan umum pada semua t ingkat peradilan.
BAB III
DASAR PERADILAN
Pasal 3
Peradilan dilakukan menurut cara yang diat ur dalam undang-undang ini.
BAB IV
PENYIDIK DAN PENUNTUT UMUM
Bagian Kesat u
Penyelidik dan Penyidik
Pasal 4
Penyelidik adalah set iap pej abat polisi negara Republik Indonesia.

(1)

(2)

Pasal 5
Penyelidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 :
a.
karena kewaj ibannya mempunyai wewenang :
1.
menerima laporan at au pengaduan dari seorang t ent ang
adanya t indak pidana;
2.
mencari ket erangan dan barang bukt i;
3.
menyuruh berhent i seorang yang dicurigai dan menanyakan
sert a memeriksa t anda pengenal diri;
4.
mengadakan
t indakan
lain
menurut
hukum
yang
bert anggung-j awab.
b.
at as perint ah penyidik dapat melakukan t indakan berupa:
1.
penangkapan,
larangan
meninggalkan
t empat ,
penggeledahan dan penahanan;
2.
pemeriksaan dan penyit aan surat ;
3.
mengambil sidik j ari dan memot ret seorang;
4.
membawa dan menghadapkan seorang pada penyidik.
Penyelidik membuat dan menyampaikan laporan hasil pelaksanaan
t indakan sebagaimana t ersebut pada ayat (1) huruf a dan huruf b kepada
penyidik.
Pasal 6

(1)

(2)

(1)

Penyidik adalah :
a.
pej abat polisi negara Republik Indonesia;
b.
pej abat pegawai negeri sipil t ert ent u yang diberi wewenang
khusus oleh undang-undang.
Syarat kepangkat an pej abat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) akan
diat ur lebih lanj ut dalam perat uran pemerint ah.
Pasal 7
Penyidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a karena
kewaj ibannya mempunyai wewenang :

www.djpp.kemenkumham.go.id

a.

(2)

(3)

(1)

(2)
(3)

menerima-laporan at au pengaduan dari seorang t ent ang adanya
t indak pidana;
b.
melakukan t indakan pert ama pada saat di t empat kej adian;
c.
menyuruh berhent i seorang t ersangka dan memeriksa t anda
pengenal diri t ersangka ;
d.
melakukan penangkapan,
penahanan,
penggeledahan dan
penyit aan;
e.
melakukan pemeriksaan dan penyit aan surat ;
f.
mengambil sidik j ari dan memot ret seorang;
g.
memanggil orang unt uk didengar dan diperiksa sebagai t ersangka
at au saksi;
h.
mendat angkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya
dengan pemeriksaan perkara;
i.
mengadakan penghent ian penyidikan;
j.
mengadakan t indakan hlain menurut hukum yang bert anggung
j awab.
Penyidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf b
mempunyai wewenang sesuai dengan undang-undang yang menj adi dasar
hukumnya masing-masing dan dalam pelaksanaan t ugasnya berada
dibawah koordinasi dan pengawasan penyidik t ersebut dalam Pasal 6
ayat (1) huruf a.
Dalam melakukan t ugasnya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan
ayat (2), penyidik waj ib menj unj ung t inggi hukum yang berlaku.
Pasal 8
Penyidik membuat berit a acara t ent ang pelaksanaan t indakan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 dengan t idak mengurangi
ket ent uan lain dalam undang-undang ini.
Penyidik menyerahkan berkas perkara kepada penunt ut umum.
Penyerahan berkas perkara sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
dilakukan:
a.
pada t ahap pert ama penyidik hanya menyerahkan berkas perkara;
b.
dalam hal penyidikan sudah dianggap selesai, penyidik
menyerahkan t anggung j awab at as t ersangka dan barang bukt i
kepada penunt ut umum.

Pasal 9
Penyelidik dan penyidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a
mempunyai wewenang melakukan t ugas masing-masing pada umumnya di
seluruh wilayah Indonesia, khususnya di daerah hukum masing-masing di mana
ia diangkat sesuai dengan ket ent uan undang-undang.
Bagian Kedua
Penyidik Pembant u

(1)

(2)

Pasal 10
Penyidik pembant u adalah pej abat kepolisian negara Republik Indonesia
yang diangkat oleh Kepala Kepolisian negara Republik Indonesia
berdasarkan syarat kepangkat an dalam ayat (2) pasal ini.
Syarat kepangkat an sebagaimana t ersebut pada ayat (1) diat ur dengan
perat uran pemerint ah.

www.djpp.kemenkumham.go.id

Pasal 11
Penyidik pembant u mempunyai wewenang sepert i t ersebut dalam Pasal 7 ayat
(1), kecuali mengenai penahanan yang waj ib diberikan dengan pelimpahan
wewenang dari penyidik.
Pasal 12
Penyidik pembant u membuat berit a acara dan, menyerahkan berkas perkara
kepada penyidik, kecuali perkara dengan acara pemeriksaan singkat yang
dapat langsung diserahkan kepada penunt ut umum.
Bagian Ket iga
Penunt ut Umum
Pasal 13
Penunt ut umum adalah j aksa yang diberi wewenang oleh undang-undang ini
unt uk melakukan penunt ut an dan melaksanakan penet apan hakim.
Pasal 14
Penunt ut umum mempunyai wewenang :
a.
menerima dan memeriksa berkas perkara penyidikan dari penyidik at au
penyidik pembant u;
b.
mengadakan prapenunt ut an apabila ada kekurangan pada penyidikan
dengan memperhat ikan ket ent uan Pasal 110 ayat (3) dan ayat (4),
dengan memberi pet unj uk dalam rangka penyempurnaan penyidikan dari
penyidik;
c.
memberikan perpanj angan penahanan, melakukan penahanan at au
penahanan lanj ut an dan at au mengubah st at us t ahanan set elah
perkaranya dilimpahkan oleh penyidik;
d.
membuat surat dakwaan;
e.
melimpahkan perkara ke pengadilan;
f.
menyampaikan pemberit ahuan kepada t erdakwa t ent ang ket ent uan hari
dan wakt u perkara disidangkan yang disert ai surat panggilan, baik
kepada t erdakwa maupun kepada saksi, unt uk dat ang pada sidang yang
t elah dit ent ukan;
g.
melakukan penunt ut an;
h.
menut up perkara demi kepent ingan hukum;
i.
mengadakan t indakan lain dalam lingkup t ugas dan t anggung j awab
sebagai penunt ut umum menurut ket ent uan undang-undang ini;
j.
melaksanakan penet apan hakim.
Pasal 15
Penunt ut umum menunt ut perkara t indak pidana yang t erj adi dalam daerah
hukumnya menurut ket ent uan undang-undang.
BAB V
PENANGKAPAN, PENAHANAN, PENGGELEDAHAN BADAN, PEMASUKAN RUMAH,
PENYITAAN DAN PEMERIKSAAN SURAT
Bagian Kesat u
Penangkapan

(1)

Pasal 16
Unt uk kepent ingan penyelidikan, penyelidik at as perint ah penyidik
berwenang melakukan penangkapan.

www.djpp.kemenkumham.go.id

(2)

Unt uk kepent ingan penyidikan, penyidik
berwenang melakukan penangkapan.

dan

penyidik

pembant u

Pasal 17
Perint ah penangkapan dilakukan t erhadap seorang yang diduga
melakukan t indak pidana berdasarkan bukt i permulaan yang cukup.

(1)

(2)

(3)

(1)
(2)

keras

Pasal 18
Pelaksanaan t ugas penangkapan. dilakukan oleh pet ugas kepolisian
negara Republik Indonesia dengan memperlihat kan surat t ugas sert a
memberikan kepada t ersangka surat perint ah penangkapan yang
mencant umkan
ident it as
t ersangka
dan
menyebut kan
alasan
penangkapan
sert a
uraian
singkat
perkara
kej ahat an
yang
dipersangkakan sert a t empat ia diperiksa.
Dalam hal t ert angkap t angan penangkapan-dilakukan t anpa surat
perint ah,
dengan ket ent uan bahwa penangkap harus segera
menyerahkan t ert angkap besert a barang bukt i yang ada kepada penyidik
at au penyidik pembant u yang t erdekat .
Tembusan surat perint ah penangkapan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) harus diberikan
kepada keluarganya segera set elah
penangkapan dilakukan.

Pasal 19
Penangkapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17, dapat dilakukan
unt uk paling lama sat u hari.
Terhadap t ersangka pelaku pelanggaran t idak diadakan penangkapan
kecuali dalam hal ia t elah dipanggil secara sah dua kali bert urut -t urut
t idak memenuhi panggilan it u t anpa alasan yang sah.
Bagian Kedua
Penahanan

(1)

(2)
(3)

(1)

(2)

Pasal 20
unt uk kepent ingan penyidikan, penyidik at au penyidik pembant u at as
perint ah penyidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 berwenang
melakukan penahanan.
Unt uk kepent ingan penunt ut an, penunt ut umum berwenang melakukan
penahanan at au penahanan lanj ut an.
Unt uk kepent ingan pemeriksaan hakim di sidang pengadilan dengan
penet apannya berwenang melakukan penahanan.
Pasal 21
Perint ah penahanan at au penahanan lanj ut an dilakukan t erhadap
seorang t ersangka at au t erdakwa yang diduga keras melakukan t indak
pidana berdasarkan bukt i yang cukup, dalam hal adanya keadaan yang
menimbulkan kekhawat iran bahwa t ersangka at au t erdakwa akan
melarikan diri, merusak at au menghilangkan barang bukt i dan at au
mengulangi t indak pidana.
Penahanan at au penahanan lanj ut an dilakukan oleh penyidik at au
penunt ut umum t erhadap t ersangka at au t erdakwa dengan memberikan
surat perint ah penahanan at au penet apan hakim yang mencat umkan
ident it as t ersangka at au t erdakwa dan menyebut kan alasan penahanan
sert a uraian singkat perkara kej ahat an yang dipersangkakan at au

www.djpp.kemenkumham.go.id

(3)

(4)

(1)

(2)

(3)

(4)
(5)

(1)

(2)

(1)

didakwakan sert a t empat ia dit ahan.
Tembusan surat perint ah penahanan at au penahanan lanj ut an at au
penet apan hakim sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) harus diberikan
kepada keluarganya.
Penahanan t ersebut hanya dapat dikenakan t erhadap t ersangka at au
t erdakwa yang melakukan t indak pidana dan at au percobaan maupun
pemberian bant uan dalam t indak pidana t ersebut dalam hal :
a.
t indak pidana it u diancam dengan pidana penj ara lima t ahun at au
lebih;
b.
t indak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 282 ayat (3),
Pasal 296, Pasal 335 ayat (1), Pasal 351 ayat (1), Pasal 353 ayat
(1), Pasal 372, Pasal 378, Pasal 379 a, Pasal 453, Pasal 454, Pasal
455, Pasal 459, Pasal 480 dan Pasal 506 Kit ab Undang-undang
Hukum Pidana, Pasal 25 dan Pasal 26 Recht enordonnant ie
(pelanggaran t erhadap Ordonansi Bea dan Cukai, t erakhir diubah
dengan St aat sblad Tahun 1931 Nomor 471), Pasal 1, Pasal 2 dan
Pasal 4 Undang-undang Tindak Pidana Imigrasi (Undang-undang
Nomor 8 Drt . Tahun 1955, Lembaran Negara Tahun 1955 Nomor 8),
Pasal 36 ayat (7), Pasal 41, Pasal 42, Pasal 43, Pasal 47 dan Pasal
48 Undang-undang Nomor 9 Tahun 1976 t ent ang Narkot ika
(Lembaran Negara Tahun 1976 Nomor 37, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3086).
Pasal 22
Jenis penahanan dapat berupa :
a.
penahanan rumah t ahanan negara;
b.
penahanan rumah;
c.
penahanan kot a.
Penahanan rumah dilaksanakan di rumah t empat t inggal at au rumah
kediaman t ersangka at au t erdakwa dengan mengadakan pengawasan
t erhadapnya unt uk menghindarkan segala sesuat u yang dapat
menimbulkan kesulit an dalam penyidikan, penunt ut an at au pemeriksaan
di sidang pengadilan.
Penahanan kot a dilaksanakan di kot a t empat t inggal at au t empat
kediaman t ersangka at au t erdakwa, dengan kewaj iban bagi t ersangka
at au t erdakwa melapor diri pada wakt u yang dit ent ukan.
Masa penangkapan dan at au penahanan dikurangkan seluruhnya dari
pidana yang dij at uhkan.
Unt uk penahanan kot a pengurangan t ersebut seperlima dari j umlah
lamanya wakt u penahanan sedangkan unt uk penahanan rumah sepert iga
dari j umlah lamanya wakt u penahanan.
Pasal 23
Penyidik at au penunt ut umum at au hakim berwenang unt uk meng
alihkan j enis penahanan yang sat u kepada j enis penahanan yang lain
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22.
Pengalihan j enis penahanan dinyat akan secara t ersendiri dengan surat
perint ah dari penyidik at au penunt ut umum at au penet apan hakim yang
t embusannya diberikan kepada t ersangka at au t erdakwa sert a
keluarganya dan kepada inst ansi yang berkepent ingan.
Pasal 24
Perint ah penahanan yang diberikan oleh penyidik sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 20, hanya berlaku paling lama dua puluh hari.

www.djpp.kemenkumham.go.id

(2)

(3)

(4)

(1)
(2)

(3)

(4)

(1)

(2)

(3)

(4)

(1)

(2)

(3)

Jangka wakt u sebagaimana t ersebut pada ayat (1) apabila diperlukan
guna kepent ingan pemeriksaan yang belum selesai, dapat diperpanj ang
oleh penunt ut umum yang berwenang unt uk paling lama empat puluh
hari.
Ket ent uan sebagaimana t ersebut pada ayat (1) dan ayat (2) t idak
menut up kemungkinan dikeluarkannya t ersangka dari t ahanan sebelum
berakhir wakt u penahanan t ersebut , j ika kepent ingan pemeriksaan sudah
t erpenuhi.
Set elah wakt u enam puluh hari t ersebut , penyidik harus sudah
mengeluarkan t ersangka dari t ahanan demi hukum.
Pasal 25
Perint ah penahanan yang diberikan oleh penunt ut umum sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 20, hanya berlaku paling lama dua puluh hari.
Jangka wakt u sebagaimana t ersebut pada ayat (1) apabila diperlukan
guna kepent ingan pemeriksaan yang belum selesai, dapat diperpanj ang
oleh ket ua pengadilan negeri yang berwenang unt uk paling lama t iga
puluh hari.
Ket ent uan sebagaimana t ersebut pada ayat (1) dan ayat (2) t idak
menut up kemungkinan dikeluarkannya t ersangka dari t ahanan sebelum
berakhir wakt u penahanan t ersebut , j ika kepent ingan pemeriksaan sudah
t erpenuhi.
Set elah wakt u hma puluh hari t ersebut , penunt ut umum harus sudah
mengeluarkan t ersangka dari t ahanan demi hukum.
Pasal 26
Hakim pengadilan negeri yang mengadili perkara sebagaimana dimaksud
dalam
Pasal
84,
guna
kepent ingan
pemeriksaan
berwenang
mengeluarkan surat perint ah penahanan unt uk paling lama t iga puluh
hari.
Jangka wakt u sebagaimana t ersebut pada ayat (1) apabila diperlukan
guna kepent ingan pemeriksaan yang belum selesai, dapat diperpanj ang
oleh ket ua pengadilan negeri yang bersangkut an unt uk paling lama enam
puluh hari.
Ket ent uan sebagaimana t ersebut pada ayat (1) dan ayat (2) t idak
menut up kemungkinan dikeluarkannya t erdakwa dari t ahanan sebelum
berakhir wakt u penahanan t ersebut , j ika kepent ingan pemeriksaan sudah
t erpenuhi,
Set elah wakt u sembilan puluh hari walaupun perkara t ersebut belum
diput us, t erdakwa harus sudah dikeluarkan dari t ahanan demi hukum.
Pasal 27
Hakim pengadilan t inggi yang mengadili perkara sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 87, guna kepent ingan pemeriksaan banding berwenang
mengeluarkan surat perint ah penahanan unt uk paling lama t iga puluh
hari.
Jangka wakt u sebagaimana t ersebut pada ayat (1) apabila diperlukan
guna kepent ingan pemeriksaan yang belum selesai, dapat diperpanj ang
oleh ket ua pengadilan t inggi yang bersangkut an unt uk paling lama enam
puluh hari.
Ket ent uan sebagaimana t ersebut pada ayat (1) dan ayat (2) t idak
menut up kemungkinan dikeluarkannya t erdakwa dari t ahanan sebelum
berakhir wakt u penahanan t ersebut , j ika kepent ingan pemeriksaan sudah
t erpenuhi.

www.djpp.kemenkumham.go.id

(4)

(1)

(2)

(3)

(4)

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

Set elah wakt u sembilan puluh hari walaupun perkara t ersebut belum
diput us, t erdakwa harus sudah dikeluarkan dari t ahanan demi hukum.
Pasal 28
Hakim Mahkamah Agung yang mengadili perkara sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 88, guna kepent ingan pemeriksaan kasasi berwenang
mengeluarkan surat perint ah penahanan unt uk paling lama puluh hari.
Jangka wakt u sebagaimana t ersebut pada ayat (1) apabila diperlukan
guna kepent ingan pemeriksaan yang belum selesai, dapat diperpanj ang
oleh Ket ua Mahkamah Agung unt uk paling lama enam puluh hari.
Ket ent uan sebagaimana t ersebut pada ayat (1) dan ayat (2) t idak
menut up kemungkinan dikeluarkannya t erdakwa dari t ahanan sebelum
berakhir wakt u penahanan t ersebut , j ika kepent ingan pemeriksaan sudah
t erpenuhi.
Set elah wakt u serat us sepuluh hari walaupun perkara t ersebut belum
diput us, t erdakwa harus sudah dikeluarkan dari t ahanan demi hukum.
Pasal 29
Dikecualikan dari j angka wakt u penahanan sebagaimana t ersebut pada
Pasal 24, Pasal 25, Pasal 26, Pasal 27 dan Pasal 28, guna kepent ingan
pemeriksaan, penahanan t erhadap t ersangka at au t erdakwa dapat
diperpanj ang berdasar alasan yang pat ut dan t idak dapat dihindarkan
karena:
a.
t ersangka at au t erdakwa menderit a gangguan f isik at au ment al
yang berat , yang dibukt ikan dengan surat ket erangan dokt er, at au
b.
perkara yang sedang diperiksa diancam dengan pidana penj ara
sembilan t ahun at au lebih.
Perpanj angan t ersebut pada ayat (1) diberikan unt uk paling lama t iga
puluh hari dan dalam hal penahanan t ersebut masih diperlukan, dapat
diperpanj ang lagi unt uk paling lama t iga puluh hari.
Perpanj angan penahanan t ersebut at as dasar permint aan dan laporan
pemeriksaan dalam t ingkat :
a.
penyidikan dan penunt ut an diberikan oleh ket ua pengadilan
negeri;
b.
pemeriksaan di pengadilan negari diberikan oleh ket ua pengadilan
t inggi;
c.
pemeriksaan banding-diberikan oleh Mahkamah Agung;
d.
pemeriksaan kasasi diberikan oleh Ket ua Mahkamah Agung.
Penggunaan kewenangan perpanj angan penahanan oleh pej abat t ersebut
pada ayat (3) dilakukan secara bert ahap dan dengan penuh t anggung
j awab.
Ket ent uan sebagaimana t ersebut pada ayat (2) t idak menut up
kemungkinan dikeluarkannya t ersangka at au t erdakwa dari t ahanan
sebelum berakhir wakt u penahanan t ersebut , j ika kepent ingan
pemeriksaan sudah dipenuhi.
Set elah wakt u enam puluh hari, walaupun perkara t ersebut belum
selesai diperiksa at au belum diput us, t ersangka at au t erdakwa harus
sudah dikeluarkan dari t ahanan demi hukum.
Terhadap perpanj angan penahanan t ersebut pada ayat (2) t ersangka
at au t erdakwa dapat mengaj ukan keberat an dalam t ingkat :
a.
penyidikan dan penunt ut an kepada ket ua pengadilan t inggi;
b.
pemeriksaan pengadilan negeri dan pemeriksaan banding kepada
Ket ua Mahkamah Agung.

www.djpp.kemenkumham.go.id

Pasal 30
Apabila t enggang wakt u penahanan sebagaimana t ersebut pada Pasal 24, Pasal
25, Pasal 26, Pasal 27 dan Pasal 28 at au perpanj angan penahanan sebagaimana
t ersebut pada Pasal 29 t ernyat a t idak sah, t ersangka at au t erdakwa berhak
mint a gant i kerugian sesuai dengan ket ent uan yang dimaksud dalam Pasal 95
dan Pasal 96.

(1)

(2)

Pasal 31
At as permint aan t ersangka at au t erdakwa, penyidik at au penunt ut umum
at au hakim, sesuai dengan kewenangan masing-masing, dapat
mengadakan penangguhan penahanan dengan at au t anpa j aminan uang
at au j aminan orang, berdasarkan syarat yang dit ent ukan.
Karena j abat annya penyidik at au penunt ut umum at au hakim sewakt uwakt u dapat mencabut penangguhan penahanan dalam hal t ersangka
at au t erdakwa melanggar syarat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).

Bagian Ket iga
Penggeledahan
Pasal 32
Unt uk kepent ingan penyidikan, penyidik dapat melakukan penggeledahan
rumah at au penggeledahan pakaian at au penggeledahan badan menurut
t at acara yang dit ent ukan dalam undang-undang ini.

(1)

(2)
(3)

(4)

(5)

(1)

(2)

Pasal 33
Dengan surat izin ket ua pengadilan negeri set empat penyidik dalam
melakukan penyidikan dapat
mengadakan penggeledahan yang
diperlukan.
Dalam hal yang diperlukan at as perint ah t ert ulis dari penyidik, pet ugas
kepolisian negara Republik Indonesia dapat memasuki rumah.
Set iap kali memasuki rumah harus disaksikan oleh dua orang saksi dalam
hal t ersangka at au penghuni menyet uj uinya.
Set iap kali memasuki nunah harus disaksikan oleh kepala desa at au ket ua
lingkungan dengan dua orang saksi, dalam hal t ersangka at au penghuni
menolak at au t idak hadir.
Dalam wakt u dua hari set elah memasuki dan at au -menggeledah rumah,
harus dibuat suat u berit a acara dan t urunannya disampaikan kepada
pemilik at au penghuni rumah yang bersangkut an.
Pasal 34
Dalam keadaan yang sangat perlu dan mendesak bilamana penyidik harus
segera bert indak dan t idak mungkin unt uk mendapat kan surat izin
t erlebih dahulu, dengan t idak mengurangi ket ent uan Pasal 33 ayat (5)
penyidik dapat melakukan penggeledahan :
a.
pada halaman rumah t ersangka bert empat t inggal, berdiam at au
ada dan yang ada di at asnya;
b.
pada set iap t empat lain t ersangka bert empat t inggal, berdiam
at au ada;
c.
di t empat t indak pidana dilakukan at au t erdapat bekasnya;
d.
di t empat penginapan dan t empat umum lainnya.
Dalam hal penyidik melakukan penggeledahan sepert i dimaksud dalam

www.djpp.kemenkumham.go.id

ayat (1) penyidik t idak diperkenankan memeriksa at au menyit a surat ,
buku dan t ulisan lain yang t idak merupakan benda yang berhubungan
dengan t indak pidana yang bersangkut an, kecuali benda yang
berhubungan dengan t indak pidana yang bersangkut an at au yang diduga
t elah dipergunakan unt uk melakukan t indak pidana t ersebut dan unt uk
it u waj ib segera melaporkan kepada ket ua pengadilan negeri set empat
guna memperoleh perset uj uannya.
Pasal 35
Kecuali dalam hal t ert angkap t angan, penyidik t idak diperkenankan memasuki :
a.
ruang di mana sedang berlangsung sidang Maj elis Permusyawarat an
Rakyat , Dewan Perwakilan Rakyat at au Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah;
b.
t empat di mana sedang berlangsung ibadah dan at au upacara
keagamaan;
c.
ruang dimana sedang berlangsung sidang pengadilan.
Pasal 36
Dalam hal penyidik harus melakukan penggeledahan rumah di luar daerah
hukumnya, dengan t idak mengurangi ket ent uan t ersebut dalarn Pasal 33, maka
penggeledahan t ersebut harus diket ahui oleh ket ua pengadilan negeri dan
didampingi oleh penyidik dari daerah hukum di mana penggeledahan it u
dilakukan.

(1)

(2)

Pasal 37
Pada wakt u menangkap t ersangka, penyelidik hanya berwenang
menggeledah pakaian t ermasuk benda yang dibawanya sert a, apabila
t erdapat dugaan keras dengan alasan yang cukup bahwa pada t ersangka
t ersebut t erdapat benda yang dapat disit a.
Pada wakt u menangkap t ersangka at au dalam hal t ersangka sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dibawa kepada penyidik, penyidik berwenang
menggeledah pakaian dan at au menggeledah badan t ersangka.
Bagian Keempat
Penyit aan

(1)

(2)

(1)

Pasal 38
Penyit aan hanya dapat dilakukan oleh penyidik dengan surat izin ket ua
pengadilan negeri set empat .
Dalam keadaan yang sangat perlu dan mendesak bilamana penyidik
harus segera bert indak dan t idak mungkin unt uk mendapat kan surat
izin t erlebih dahulu, t anpa mengurangi ket ent uan ayat (1) penyidik
dapat melakukan penyit aan hanya at as benda bergerak dan unt uk it u
waj ib segera melaporkan kepada ket ua pengadilan negeri set empat guna
memperoleh perset uj uannya.
Pasal 39
Yang dapat dikenakan penyit aan adalah :
a.
benda at au t agihan t ersangka at au t erdakwa yang seluruh at au
sebagian diduga diperoleh dari t indakan pidana at au sebagai hasil
dari t indak pidana;

www.djpp.kemenkumham.go.id

b.
c.
d.
e.

(2)

benda yang t elah dipergunakan secara langsung unt uk melakukan
t indak pidana at au unt uk mempersiapkannya;
benda yang dipergunakan unt uk menghalang-halangi penyidikan
t indak pidana;
benda yang khusus dibuat at au diperunt ukkan melakukan t indak
pidana;
benda lain yang mempunyai hubungan lansung dengan t indak
pidana yang dilakukan.

Benda yang berada dalam sit aan karena perkara perdat a' at au karena
pailit dapat j uga disit a unt uk kepent ingan penyidikan, penunt ut an dan
mengadili perkara pidana, sepanj ang memenuhi ket ent uan ayat (1).

Pasal 40
Dalam hal t ert angkap t angan penyidik dapat menyit a benda dan alat yang
t ernyat a at au yang pat ut diduga t elah dipergunakan unt uk melakukan t indak
pidana at au benda lain yang dapat dipakai sebagai barang bukt i.
Pasal 41
Dalam hal t ert angkap t angan penyidik berwenang menyit a paket at au surat
at au benda yang pengangkut annya at au pengirimannya dilakukan oleh kant or
pos dan t elekomunikasi, j awat an at au perusahaan komunikasi at au
pengangkut an, sepanj ang paket , surat at au benda t ersebut diperunt ukkan bagi
t ersangka at au yang berasal daripadanya dan unt uk it u kepada t ersangka dan
at au kepada pej abat kant or pos dan t elekomunikasi, j awat an at au perusahaan
komunikasi at au pengangkut an yang bersangkut an, harus diberikan surat t anda
penerimaan.

(1)

(2)

Pasal 42
Penyidik berwenang memerint ahkan kepada orang yang menguasai benda
yang dapat disit a, menyerahkan benda t ersebut kepadanya unt uk
kepent ingan pemeriksaan dan kepada yang menyerahkan benda it u harus
diberikan surat t anda penerimaan.
Surat at au t ulisan lain hanya dapat diperint ahkan unt uk diserahkan
kepada penyidik j ika surat at au t ulisan it u berasal dari t ersangka at au
t erdakwa at au dit uj ukan kepadanya at au kepunyaannya at au
diperunt ukkan baginya at au j ikalau benda t ersebut merupakan alat
unt uk melakukan t indak pidana.

Pasal 43
Penyit aan surat at au t ulisan lain dari mereka yang berkewaj iban menurut
undang-undang unt uk merahasiakannya, sepanj ang t idak menyangkut rahasia
negara, hanya dapat dilakukan at as perset uj uan mereka at au at as izin khusus
ket ua pengadilan negeri set empat kecuali undang-undang menent ukan lain.

(1)
(2)

Pasal 44
Benda sit aan disimpan dalam rumah penyimpanan benda sit aan negara.
Penyimpanan benda sit aan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan
t anggung j awab at asnya ada pada pej abat yang berwenang sesuai
dengan t ingkat pemeriksaan dalam proses peradilan dan benda t ersebut
di larang unt uk dipergunakan oleh-siapapun j uga.

www.djpp.kemenkumham.go.id

(1)

(2)
(3)
(4)

(1)

(2)

Pasal 45
Dalam hal benda sit aan t erdiri at as benda yang dapat lekas rusak at au
yang membahayakan, sehingga t idak mungkin unt uk disimpan sampai
put usan pengadilan t erhadap perkara yang bersangkut an memperoleh
kekuat an hukum t et ap at au j ika biaya penyimpanan benda t ersebut akan
menj adi t erlalu t inggi, sej auh mungkin dengan perset uj uan t ersangka
at au kuasanya dapat diambil t indakan sebagai berikut :
a.
apabila perkara masih ada dit angan penyidik at au penunt ut
umum, . benda t ersebut dapat dij ual lelang at au dapat diamankan
oleh penyidik at au penunt ut umum, dengan disaksikan oleh
t ersangka at au kuasanya;
b.
apabila perkara sudah ada dit angan pengadilan, maka benda
t ersebut dapat diamankan at au dij ual lelang oleh penunt ut umum
at as izin hakim yang menyidangkan perkaranya dan disaksikan
oleh t erdakwa at au kuasanya.
Hasil pelelangan benda yang bersangkut an yang berupa uang dipakai
sebagai barang bukt i.
Guna kepent ingan pembukt ian sedapat mungkin disisihkan sebagian dari
benda sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).
Benda sit aan yang bersif at t erlarang at au dilarang unt uk diedarkan, t idak
t ermasuk ket ent uan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dirampas
unt uk dipergunakan bagi kepent ingan negara at au unt uk dimusnahkan.

Pasal 46
Benda yang dikenakan penyit aan dikembalikan kepada orang at au
kepada mereka dari siapa benda it u disit a, at au kepada orang at au
kepada mereka yang paling berhak apabila :
a.
kepent ingan penyidikan dan penunt ut an t idak memerlukan lagi;
b.
perkara t ersebut t idak j adi dit unt ut karena t idak cukup bukt i at au
t ernyat a t idak merupakan t indak pidana;
c.
perkara t ersebut dikesampingkan unt uk kepent ingan umum at au
perkara t ersebut dit ut up demi hukum, kecuali apabila benda it u
diperoleh dari suat u t indak pidana at au yang dipergunakan unt uk
melakukan suat u t indak pidana.
Apabila perkara sudah diput us, maka benda yang dikenakan penyit aan
dikembalikan kepada orang at au kepada mereka yang disebut dalam
put usan t ersebut , kecuali j ika menurut put usan hakim benda it u
dirampas unt uk negara, unt uk dimusnahkan at au unt uk dirusakkan
sampai t idak dapat dipergunakan lagi at au, j ika benda t ersebut masih
diperlukan sebagai barang bukt i dalam perkara lain.

Bagian Kelima
Pemeriksaan Surat

(1)

(2)

Pasal 47
Penyidik berhak membuka, memeriksa dan menyit a surat lain yang
dikirim melalui kant or pos dan. t elekemunikasi, j awat an at au
perusahaan komunikasi at au pengangkut an j ika benda t ersebut dicurigai
dengan alasan yang kuat mempunyai hubungan dengan perkara pidana
yang sedang diperiksa, dengan izin khusus yang diberikan unt uk it u dari
ket ua pengadilan negeri.
Unt uk kepent ingan t ersebut penyidik dapat memint a kepada kepala

www.djpp.kemenkumham.go.id

(3)

(1)

(2)

(3)

(1)

(2)

kant or pos dan t elekomunikasi, kepala j awat an at au perusahaan
komunikasi at au pengangkut an lain unt uk menyerahkan kepadanya surat
yang dimaksud dan unt uk it u harus diberikan surat t anda penerimaan.
Hal sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) pasal ini, dapat
dilakukan pada semua t ingkat pemeriksaan dalam proses peradilan
menurut ket ent uan yang diat ur dalam ayat t ersebut .

Pasal 48
Apabila sesudah dibuka dan diperiksa, t ernyat a bahwa surat it u ada
hubungannya dengan perkara yang sedang diperiksa, surat t ersebut
dilampirkan pada berkas perkara.
Apabila sesudah diperiksa t ernyat a surat it u t idak ada hubungannya
dengan perkara t ersebut , surat it u dit ut up rapi dan segera diserahkan
kembali kepada kant or pos dan t elekomunikasi, j awat an at au
perusahaan komunikasi at au pengangkut an lain set elah dibubuhi cap
yang berbunyi "t elah dibuka oleh penyidik" dengan dibubuhi t anggal,
t andat angan besert a ident it as penyidik.
Penyidik dan para pej abat pada semua t ingkat pemeriksaan dalam proses
peradilan waj ib merahasiakan dengan sungguh-sungguh at as kekuat an
sumpah j abat an isi surat yang dikembalikan it u.

Pasal 49
Penyidik membuat berit a acara t ent ang t indakan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 48 dan Pasal 75.
Turunan berit a acara t ersebut oleh penyidik dikirimkan kepada kepala
kant or pos dan t elekomunikasi, kepala j awat an at au perusahaan
komunikasi at au pengangkut an yang bersangkut an.
BAB VI
TERSANGKA DAN TERDAKWA

(1)
(2)
(3)

Pasal 50
Tersangka berhak segera mendapat pemeriksaan oleh penyidik dan
selanj ut nya dapat diaj ukan kepada penunt ut umum.
Tersangka berhak perkaranya segera dimaj ukan ke pengadilan oleh
penunt ut umum.
Terdakwa berhak segera diadili oleh pengadilan.
Pasal 51

Unt uk mempersiapkan pembelaan :
a.
t ersangka berhak unt uk diberit ahukan dengan j elas dalam bahasa yang
dimengert i olehnya t ent ang apa yang disangkakan kepadanya pada wakt u
pemeriksaan dimulai;
b.
t erdakwa berhak unt uk diberit ahukan dengan j elas dalam bahasa yang
dimengert i olehnya t ent ang apa yang didakwakan kepadanya.
Pasal 52
Dalam pemeriksaan pada t ingkat penyidikan dan pengadilan, t ersangka at au
t erdakwa berhak memberikan ket erangan secara bebas keapada penyidik at au
hakim.

www.djpp.kemenkumham.go.id

(1)

(2)

Pasal 53
Dalam pemeriksaan pada t ingkat penyidikan dan pengadilan, t ersangka
at au t erdakwa berhak unt uk set iap wakt u mendapat bant uan j uru bahasa
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 177.
Dalam hal t ersangka at au t erdakwa bisu dan at au t uli diberlakukan
ket ent uan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 178.

Pasal 54
Guna kepent ingan pembelaan, t ersangka at au t erdakwa berhak mendapat
bant uan hukum dari seorang at au lebih penasihat hukum selama dalam wakt u
dan pada set iap t ingkat pemeriksaan, menurut t at acara yang dit ent ukan dalam
undang-undang ini.
Pasal 55
Unt uk mendapat kan penasihat hukum t ersebut dalam Pasal 54, t ersangka at au
t erdakwa berhak memilih sendiri penasihat hukumnya.

(1)

(2)

(1)

(2)

Pasal 56
Dalam hal t ersangka at au t erdakwa disangka at au didakwa melakukan
t indak pidana yang diancam dengan pidana mat i at au ancaman pidana
lima belas t ahun at au lebih at au bagi mereka yang t idak mampu yang
diancam dengan pidana lima t ahun at au lebih yang t idak mempunyai
penasihat hukum sendiri, pej abat yang bersangkut an pada semua t ingkat
pemeriksaan dalam proses peradilan waj ib menunj uk penasihat hukum
bagi mereka.
Set iap penasihat hukum yang dit unj uk unt uk bert indak sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), memberikan bant uannya dengan cuma-cuma.
Pasal 57
Tersangka at au t erdakwa yang dikenakan penahanan berhak
menghubungi penasihat hukumnya sesuai dengan ket ent uan undangundang ini.
Tersangka at au t erdakwa yang berkebangsaan asing yang dikenakan
penahanan berhak menghubungi dan berbicara dengan perwakilan
negaranya dalam menghadapi proses perkaranya.

Pasal 58
Tersangka at au t erdakwa yang dikenakan penahanan berhak menghubungi dan
menerima kunj ungan dokt er pribadinya unt uk kepent ingan kesehat an baik yang
ada hubungannya dengan proses perkara maupun t idak.
Pasal 59
Tersangka at au t erdakwa yang dikenakan penahanan berhak diberit ahukan
t ent ang penahanan at as dirinya oleh pej abat yang berwenang, pada semua
t ingkat pemeriksaan dalam proses peradilan, kepada keluarganya at au orang
lain yang serumah dengan t ersangka at au t erdakwa at aupun orang lain yang
bant uannya dibut uhkan oleh t ersangka at au t erdakwa unt uk mendapat kan
bant uan hukum at au j aminan bagi penangguhannya.
Pasal 60
Tersangka at au t erdakwa berhak menghubungi dan menerima kunj ungan dari
pihak yang mempunyai hubungan kekeluargaan at au lainnya dengan t ersangka
at au t erdakwa guna mendapat kan j aminan bagi penangguhan penahanan
at aupun unt uk usaha mendapat kan bant uan hukum.

www.djpp.kemenkumham.go.id

Pasal 61
Tersangka at au t erdakwa berhak secara langsung at au dengan perant araan
penasihat hukumnya menghubungi dan menerima kunj ungan sanak keluarganya
dalam hal yang t idak ada hubungannya dengan perkara t ersangka at au
t erdakwa unt uk kepent ingan pekerj aan at au unt uk kepent ingan kekeluargaan.

(1)

(2)

(3)

Pasal 62
Tersangka at au t erdakwa berhak mengirim surat kepada penasihat
hukumnya, dan menerima surat dari penasihat hukumnya dan sanak
keluarga set iap kali yang diperlukan olehnya, unt uk keperluan it u bagi
t ersangka at au t erdakwa disediakan alat t ulis menulis.
Surat menyurat ant ara t ersangka at au t erdakwa dengan penasihat
hukumnya at au sanak keluarganya t idak diperiksa oleh penyidik,
penunt ut umum, hakim at au pej abat rumah t ahanan negara kecuali j ika
t erdapat cukup alasan unt uk diduga bahwa surat menyurat it u
disalahgunakan.
Dalam hal surat unt uk t ersangka at au t edakwa it u dit ilik at au diperiksa
oleh penyidik, penunt ut umum, hakim at au pej abat rumah t ahanan
negara, hal it u diberit ahukan kepada t ersangka at au t erdakwa dan surat
t ersebut dikirim kembali kepada pengirimnya set elah dibubuhi cap yang
berbunyi "t elah dit ilik".

Pasal 63
Tersangka at au t erdakwa berhak menghubungi dan menerima kunj ungan dari
rohaniwan.
Pasal 64
Terdakwa berhak unt uk diadi! i di sidang pengadilan yang t erbuka unt uk umum.
Pasal 65
Tersangka at au t erdakwa berhak unt uk mengusahakan dan mengaj ukan saksi
dan at au seseorang yang memiliki keahlian khusus guna memberikan
ket erangan yang mengunt ungkan bagi dirinya.
Pasal 66
Tersangka at au t erdakwa t idak dibebani kewaj iban pembukt ian.
Pasal 67
Terdakwa at au penunt ut umum berhak unt uk mint a banding t erhadap put usan
pengadilan t ingkat pert ama kecuali t erhadap put usan bebas, lepas dari segala
t unt ut an hukum yang menyangkut masalah kurang t epat nya penerapan hukum
dan put usan pengadilan dalam acara cepat .
Pasal 68
Tersangka at au t erdakwa berhak menunt ut gant i kerugian dan rehabilit asi
sebagaimana diat ur dalam Pasal 95 dan selanj ut nya.

BAB VII
BANTUAN HUKUM
Pasal 69
Penasihat hukum berhak menghubungi t ersangka sej ak saat dit angkap at au
dit ahan pada semua t ingkat pemeriksaan menurut t at acara yang dit ent ukan

www.djpp.kemenkumham.go.id

dalam undang-undang ini.

(1)

(2)

(3)
(4)

(1)

(2)

Pasal 70
Penasihat hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 berhak
menghubungi dan berbicara dengan t ersangka pada set iap t ingkat
pemeriksaan dan set iap wakt u unt uk kepent ingan pembelaan
perkaranya.
Jika t erdapat bukt i bahwa penasihat hukum t ersebut menyalahgunakan
haknya dalam pembicaraan dengan t ersangka maka sesuai dengan
t ingkat pemeriksaan, penyidik, penunt ut umum at au pet ugas lembaga
pemasyarakat an membeii peringat an kepada penasihat hukum.
Apabila peringat an t ersebut t idak diindahkan, maka hubungan t ersebut
diawasi oleh pej abat yang t ersebut pada ayat (2).
Apabila set elah diawasi, haknya masih disalahgunakan, maka hubungan
t ersebut disaksikan oleh pej abat t ersebut pada ayat (2) dan apabila
set elah it u t et ap dilanggar maka hubungan selanj ut nya dilarang.
Pasal 71
Penasihat hukum, sesuai dengan t ingkat
pemeriksaan, dalam
berhubungan dengan t ersangka diawasi oleh penyidik, penunt ut umum
at au pet ugas lembaga
pemasyarakat an t anpa mendengar isi
pembicaraan.
Dalam hal kej ahat an t erhadap keamanan negara, pej abat t ersebut pada
ayat (1) dapat mendengar isi pembicaraan.

Pasal 72
At as permint aan t ersangka at au penasihat hukumnya pej abat yang
bersangkut an memberikan t urunan berit a acara pemeriksaan unt uk kepent ingan
pembelaannya.
Pasal 73
Penasihat hukum berhak mengirim dan menerima surat dari t ersangka set iap
kali dikehendaki olehnya.
Pasal 74
Pengurangan kebebasan hubungan ant ara penasihat hukum dan t ersangka
sebagaimana t ersebut pada Pasal 70 ayat (2), ayat (3), ayat (4) dan Pasal 71
dilarang, set elah perkara dilimpahkan oleh penunt ut umum kepada pengadilan
negeri unt uk disidangkan, yang t embusan surat nya disampaikan kepada
t ersangka at au penasihat hukumnya sert a pihak lain dalam proses.
BAB VIII
BERITA ACARA

(1)

Berit a
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

Pasal 75
acara dibuat unt uk set iap t indakan t ent ang :
pemeriksaan t ersangka;
penangkapan;
penahanan;
penggeledahan;
pemasukan rumah;
penyit aan benda;
pemeriksaan surat ;
pemeriksaan saksi;

www.djpp.kemenkumham.go.id

i.
j.
k.

(2)

(3)

pemeriksaan di t empat kej adian;
pelaksanaan penet apan dan put usan pengadilan;
pelaksanaan t indakan lain sesuai dengan ket ent uan dalam undangundang ini.
Berit a acara dibuat oleh pej abat yang bersangkut an dalam melakukan
t indakan t ersebut pada ayat (1) dan dibuat at as kekuat an sumpah
j abat an.
Berit a acara t ersebut selain dit andat angani oleh pej abat t ersebut pada
ayat (2) dit andat angani pula oleh semua pihak yang t erlibat dalam
t indakan t ersebut pada ayat (1).
BAB IX
SUMPAH ATAU JANJI

(1)

(2)

Pasal 76
Dalam hal yang berdasarkan ket ent uan dalam undang-undang ini
diharuskan adanya pengambilan sumpah at au j anj i, maka unt uk
keperluan t ersebut dipakai perat uran perundang-undangan t ent ang
sumpah at au j anj i yang berlaku, baik mengenai isinya maupun mengenai
t at acaranya.
Apabila ket ent uan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) t idak dipenuhi,
maka sumpah at au j anj i t ersebut bat al menurut hukum.

BAB X
WEWENANG PENGADILAN UNTUK MENGADILI
Bagian Kesat u
Praperadilan
Pasal 77
Pengadilan negeri berwenang unt uk memeriksa dan memut us, sesuai dengan
ket ent uan yang diat ur dalam undang-undang ini t ent ang :
a.
sah at au t idaknya penangkapan, penahanan, penghent ian penyidikan
at au penghent ian penunt ut an;
b.
gant i kerugian dan at au rehabilit asi bagi seorang yang perkara pidananya
dihent ikan pada t ingkat penyidikan at au penunt ut an.

(1)
(2)

Pasal 78
Yang melaksanakan wewenang pengadilan negeri sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 77 adalah praperadilan.
Pra Peradilan dipimpin oleh hakim t unggal yang dit unj uk oleh ket ua
pengadilan negeri dan dibant u oleh seorang panit era.

Pasal 79
Permint aan pemeriksaan t ent ang sah at au t idaknya suat u penangkapan at au
penahanan diaj ukan oleh t ersangka, keluarga at au kuasanya kepada ket ua
pengadilan negeri dengan menyebut kan alasannya.
Pasal 80
Permint aan unt uk memeriksa sah at au t idaknya suat u penghent ian penyidikan
at au penunt ut an dapat diaj ukan oleh penyidik at au penunt ut umum at au pihak
ket iga yang berkepent ingan kepada ket ua pengadilan negeri