J.D.I.H. - Dewan Perwakilan Rakyat

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 6 TAHUN 1984
TENTANG
POS
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang :

a.

b.

c.

d.

Mengingat :

1.
2.


3.

bahwa penyelenggaraan pos pent ing unt uk kelancaran
berkomunikasi bagi manusia sebagai insan sosial, kegiat an
masyarakat , dan penyelenggar aan pemer int ahan;
bahwa penyelenggar aan pos dij alankan oleh Negara demi
kepent ingan umum dan ber t uj uan menunj ang pembangunan
nasional dalam mengisi Wawasan Nusant ara;
bahwa unt uk it u per lu meningkat kan dan memperluas j asa
pos sehingga dapat
lebih mendukung t ahap-t ahap
pembangunan nasional di seluruh wilayah Indonesia;
bahwa Undang-undang Nomor 4 Tahun 1959 t ent ang Pos
(Lembaran Negara Tahun 1959 Nomor 12, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 1747) t idak sesuai lagi dengan
perkembangan keadaan, sehingga per lu digant i dengan
Undang-undang
Pos
yang
mengat ur

pembinaan,
penyelenggaraan, dan pengusahaan pos;
Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1), dan Pasal 33 ayat (2)
Undang-Undang Dasar 1945;
Undang-undang Nomor 4 Pnps. Tahun 1963
t ent ang
Pengamanan Terhadap Barang-Barang Cet akan yang Isinya
Dapat Mengganggu Ket ert iban Umum (Lembaran Negar a
Tahun 1963 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Nomor
2533);
Undang-undang Nomor 13 Tahun 1969 t ent ang Konst it usi
Perhimpunan Pos Sedunia di Wina Tahun 1964 (Lembaran
Negara Tahun 1969 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 2911);

www.djpp.kemenkumham.go.id

4. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok
Pemerintahan di Daerah (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 38,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3037);

Dengan perset uj uan
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
MEMUTUSKAN :
dengan mencabut Undang-undang Nomor 4 Tahun 1959 t ent ang Pos (Lembaran
Negara Tahun 1959 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1747);
Menet apkan : UNDANG-UNDANG TENTANG POS.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Undang-undang ini yang dimaksudkan dengan:
1.
Pos adalah pelayanan lalu lint as surat pos, uang, barang, dan pelayanan
j asa lainnya yang dit et apkan oleh Ment eri, yang diselenggarakan oleh
badan yang dit ugasi menyelenggarakan pos dan gir o.
2.
Surat adalah berit a at au pemberit ahuan secara t ert ulis at au t erekam yang
dikirim dalam sampul t ert ut up.
3.
War kat pos adalah surat yang memenuhi persyarat an t ert ent u.
4.

Kart upos adalah surat yang dit ulis di at as kar t u dengan bent uk dan ukuran
t ert ent u.
5.
Surat pos adalah nama himpunan unt uk surat , warkat pos, kar t upos,
barang-cet akan, surat -kabar, sekogram, dan bungkusan kecil.
6.
Paket pos adalah kemasan yang berisi barang dengan bent uk dan ukuran
t ert ent u.
7.
Kiriman adalah sat uan surat pos at au paket pos dalam pr oses per t ukar an.
8.
Kiriman-pos adalah kant ong at au wadah lain yang ber isi himpunan surat pos dan/ at au paket pos unt uk dipert ukar kan.
9.
Weselpos adalah sarana pelayanan pengiriman uang melalui pos.
10. Giropos adalah sarana pelayanan lalu-lint as uang dengan pemindahbukuan
melalui pos.
11. Cekpos adalah sarana pelayanan lalu-lint as uang unt uk pembayaran
dengan cek melalui pos.
12. Kuit ansi-pos adalah sarana pelayanan penagihan uang melalui pos.
13. Ment er i

adalah
ment eri
yang ber t anggung j awab
di
bidang
penyelenggaraan pos.

www.djpp.kemenkumham.go.id

BAB II
PEMBINAAN POS

(1)

(2)

(1)
(2)

(3)


(1)

(2)

(3)
(4)

(5)

(1)
(2)

Pasal 2
Pos diselenggarakan guna mendukung pembangunan ser t a memperkuat
persat uan, kesat uan dan keut uhan kehidupan bangsa dan negara dengan
memberikan pelayanan yang sebaik mungkin ke seluruh wilayah Indonesia
dan dalam hubungan ant ar bangsa.
Pos diselenggarakan dengan member ikan perlakuan yang sama kepada
masyar akat t anpa perbedaan.

Pasal 3
Pos diselenggarakan oleh negara.
Ment er i ber t indak sebagai penyelenggara Administ rasi Pos Indonesia yang
pelaksanaannya dilakukan oleh pej abat at au badan yang dit unj uk unt uk
it u.
Ment er i melimpahkan t ugas dan wewenang pengusahaan pos kepada badan
yang oleh negara dit ugasi mengelola pos dan giro yang dibent uk sesuai
dengan perat uran perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 4
Badan sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 3 ayat (3) adalah sat usat unya badan yang ber t ugas menerima,
membawa dan/ at au
menyampaikan surat , warkat pos, sert a kart upos dengan memungut biaya.
Set iap perusahaan angkut an dan media t elekomunikasi unt uk umum,
t ermasuk perwakilan at au pegawainya, yang mener ima, membawa
dan/ at au menyampaikan surat , warkat pos, dan kart upos unt uk pihak
ket iga, dianggap t elah melakukannya dengan memungut biaya.
Ket ent uan ayat (2) t idak ber laku, apabila pengir iman surat t ersebut
dilakukan unt uk keper luan perusahaan yang bersangkut an.
Perusahaan yang melakukan usaha pengir iman surat pos j enis t er t ent u,
paket , dan uang harus mendapat izin berdasarkan persyarat an yang diat ur

oleh Ment er i.
Pengecualian t erhadap ket ent uan sebagaimana dimaksudkan dalam ayat
(1) diat ur dengan Perat uran Pemerint ah.
Pasal 5
Rahasia surat yang dikir im melalui pos dij amin oleh negara.
Pembukaan, pemer iksaan, dan penyit aan at as surat ser t a kir iman
dilakukan ber dasarkan undang-undang.

Pasal 6
Pemeriksaan at as kir iman-pos waj ib didahulukan oleh inst ansi yang berwenang,
berdasarkan perat uran perundang-undangan yang berlaku.

www.djpp.kemenkumham.go.id

Pasal 7
Kiriman masih t et ap merupakan milik pengir im selama belum diser ahkan
kepada pener ima.
Pasal 8
Ment er i dapat melakukan pembat asan penyelenggaraan pos j ika t erj adi
bencana alam, keadaan darurat , at au hal-hal lain di luar kemampuan manusia,

sebagaimana yang dit ent ukan oleh yang ber wenang.

(1)
(2)

(1)

(2)

(3)

(4)

Pasal 9
Susunan t arif pos diat ur dengan Perat uran Pemer int ah.
Ment er i menet apkan :
a. t arif pos yang sej alan dengan peningkat an dan pengembangan pos;
b. klasif ikasi surat pos dan paket pos unt uk menent ukan pr iorit as
pengiriman dan penyampaiannya.
Pasal 10

Set iap perusahaan angkut an darat , laut , udara, dan media t elekomunikasi
unt uk umum, waj ib mengangkut kir iman-pos yang diserahkan kepadanya
oleh badan sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 3 ayat (3).
Unt uk keper luan sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (1) set iap
perusahaan angkut an umum waj ib menyampaikan j adwal per j alanannya
dan media t elekomunikasi unt uk umum waj ib menyampaikan j adwal
hubungannya kepada Ment er i at au badan yang dit unj uknya.
Kewaj iban mengangkut kiriman-pos sebagaimana dimaksudkan dalam ayat
(1) dapat berlaku j uga bagi semua pihak yang menyelenggarakan angkut an
darat , laut , udar a, dan t elekomunikasi bukan unt uk umum dengan
menerima imbalan sesuai dengan ket ent uan yang berlaku.
Pengangkut ber t anggung j awab at as keamanan dan keselamat an kirimanpos yang diser ahkan kepadanya unt uk diangkut .
BAB III
PENYELENGGARAAN POS

Pasal 11
Dengan Perat ur an Pemerint ah dit et apkan ket ent uan-ket ent uan t ent ang:
1.
perincian penyelenggaraan pos;
2.

peker j aan lain yang diserahkan kepada badan sebagaimana dimaksudkan
dalam Pasal 3 ayat (3);
3.
pelaksanaan t ugas pelayanan dan penyampaian surat pos unt uk daerah
kecamat an dan pedesaan;
4.
bat as ukuran, berat , dan isi kiriman;
5.
pener bit an dan penj ualan prangko;

www.djpp.kemenkumham.go.id

6.

j enis benda yang dilarang pengirimannya melalui badan sebagaimana
dimaksudkan dalam Pasal 3 ayat (3);
7.
t at a cara memint a kembali kiriman at au mengubah alamat nya oleh
pengirim;
8.
pengiriman dengan perhit ungan kemudian melalui badan sebagaimana
dimaksudkan dalam Pasal 3 ayat (3);
9.
pembebasan t arif pos;
10. cara menangani kiriman yang dit olak oleh pener ima yang dit uj u dan yang
t idak dapat dikembalikan kepada pengir im, at au yang bunt u karena
sesuat u sebab;
11. persyarat an dan biaya yang berhubungan dengan angkut an kiriman-pos
sert a t anggung j awab pengangkut annya; dan
12. hal-hal lain yang per lu guna menj amin kelancaran penyelenggaraan pos.

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

Pasal 12
Badan sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 3 ayat (3) bert anggung
j awab kepada pengir im apabila t erj adi:
a.
kehilangan at au kerusakan isi surat at au isi paket pos yang dikirim
dengan harga t anggungan;
b.
kehilangan surat pos t ercat at at au paket pos t anpa harga t anggungan;
c.
kerusakan isi paket pos t anpa harga t anggungan.
Gant i rugi yang diberikan oleh badan sebagaimana dimaksudkan dalam
Pasal 3 ayat (3):
a.
unt uk perist iwa menurut ket ent uan ayat (1) huruf a adalah sebesar
j umlah yang dipert anggungkan dengan ket ent uan bahwa j ika isi
kiriman it u hanya sebagian yang hilang, maka gant i rugi diberikan
unt uk bagian yang hilang it u;
b.
unt uk perist iwa menurut ket ent uan ayat (1) huruf b dit et apkan oleh
Ment er i;
c.
unt uk perist iwa menurut ket ent uan ayat (1) huruf c adalah sebanding
dengan ker usakan yang dider it a dengan memperhat ikan j umlah
maksimum yang dit et apkan.
Gant i rugi sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (2) t idak diber ikan j ika:
a.
kerusakan t er j adi karena sifat at au keadaan barang yang dikir imkan;
b.
kerusakan t erj adi karena pengepakan yang kurang memadai at au
yang disebabkan oleh kesalahan at au kelalaian pengir im;
c.
surat at au paket pos t ernyat a diper t anggungkan dengan harga
t anggungan yang melebihi harga sebenarnya.
Tunt ut an gant i rugi t idak berlaku j ika per ist iwa kehilangan at au kerusakan
t erj adi karena bencana alam, keadaan darurat , at au hal lain di luar
kemampuan manusia, sebagaimana yang dit ent ukan oleh yang berwenang.
Tenggang wakt u dan persyarat an yang harus dipenuhi unt uk memper oleh
gant i rugi sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (1) dan ket ent uan

www.djpp.kemenkumham.go.id

(6)
(7)

t ent ang bar ang yang hilang dan yang dit emukan kembali, dit et apkan oleh
Ment er i.
Tunt ut an gant i rugi t er hadap kir iman hanya dapat diaj ukan berdasarkan
ket ent uan Undang-undang ini.
Gant i rugi t idak diber ikan unt uk kerugian yang t idak langsung at au unt uk
keunt ungan yang t idak j adi diperoleh, yang disebabkan oleh kekeliruan
dalam penyelenggaraan pos.

Pasal 13
Pengiriman benda yang dapat membahayakan kir iman, kir iman-pos, at au
keselamat an or ang, dilarang.
Pasal 14
Badan sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 3 ayat (3) member ikan pelayanan
lalu lint as uang unt uk:
1.
menerima set or an dan melakukan pembayaran uang melalui wesel-pos;
2.
menerima set oran dan simpanan ser t a melakukan pembayaran uang
t abungan; dan
3.
melakukan penagihan dan pembayaran uang melalui kuit ansipos.
Pasal 15
Badan sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 3 ayat (3) member ikan pelayanan
giropos unt uk:
1.
menerima set oran, melakukan pembayaran dengan pemindahbukuan at au
dengan cekpos; dan
2.
menerima dan melakukan pembayaran dengan cara-cara lain.
Pasal 16
Pemanf aat an uang yang t idak segera diper lukan, selain uang Kant or
Perbendaharaan Negara, diat ur oleh Ment eri bersama-sama dengan Ment eri
Keuangan dengan mengindahkan perat ur an perundang-undangan yang ber laku.
Pasal 17
Penyelenggaraan pos unt uk Angkat an Bersenj at a Republik Indonesia diat ur oleh
Ment er i bersama-sama dengan Ment eri Pert ahanan Keamanan.
Pasal 18
Penyelenggaraan hubungan pos int ernasional dit et apkan dengan Perat uran
Pemerint ah dengan memperhat ikan ket ent uan-ket ent uan dalam "Akt a t ent ang
Pos Int ernasional" yang ber laku.

www.djpp.kemenkumham.go.id

BAB IV
KETENTUAN PIDANA

(1)

(2)

(3)

(4)

Pasal 19
Barangsiapa yang melanggar ket ent uan Pasal 4 ayat (2), dan ayat (4),
dipidana dengan pidana penj ara selama-lamanya 2 (dua) t ahun at au denda
set inggi-t ingginya Rp 20.000. 000,- (dua puluh j ut a rupiah).
Barangsiapa yang melanggar ket ent uan Pasal 10 ayat (1) dan Pasal 13
dipidana dengan pidana kurungan selama-lamanya 1 (sat u) t ahun at au
denda set inggi-t ingginya Rp 1.000.000, - (sat u j ut a rupiah).
Jika t indak pidana yang disebut dalam ayat (1) dan ayat (2) dilakukan
oleh, at au at as nama, suat u badan hukum, perseroan, perser ikat an orang
lain, at au yayasan, maka t unt ut an pidana dilakukan dan pidana sert a
t indakan t at a t ert ib dij at uhkan, baik t erhadap badan hukum, perser oan,
perserikat an, at au yayasan t ersebut , maupun t erhadap orang yang
memberi per int ah melakukan t indak pidana sebagai pimpinan at au
penanggung j awab dalam perbuat an at au kelalaian yang bersangkut an,
at aupun t erhadap kedua-duanya.
Perbuat an sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (1) adalah kej ahat an dan
perbuat an sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (2) adalah pelanggaran.

Pasal 20
Barangsiapa yang melanggar ket ent uan Pasal 13, selain dipidana dengan pidana
sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 19 ayat (2), diwaj ibkan pula membayar
gant i rugi kepada badan sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 3 ayat (3).
BAB V
KETENTUAN-KETENTUAN LAIN
Pasal 21
Perat ur an Pemer int ah sebagai pelaksanaan Undang-undang ini dapat
menet apkan pidana yang t idak melebihi pidana yang dit et apkan dalam Undangundang ini.

(1)

(2)

Pasal 22
Selain pej abat penyidik umum yang bert ugas menyidik t indak pidana,
penyidikan at as t indak pidana yang dimaksudkan dalam Undang-undang ini
sert a per at uran pelaksanaannya dapat j uga dilakukan oleh pej abat
pegawai neger i sipil t er t ent u, sesuai dengan perat uran perundangundangan yang ber laku.
Dalam melaksanakan t ugas penyidikan, para pej abat sebagaimana
dimaksudkan dalam ayat (1) ber wenang memer iksa sarana angkut an dan
t empat yang diduga dipergunakan dalam penyelenggaraan it u sert a

www.djpp.kemenkumham.go.id

memer iksa dan menyit a kir iman yang bersangkut an, sesuai dengan
perat ur an perundang-undangan yang ber iaku.
BAB VI
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 23
Dengan berlakunya Undang-undang ini segala perat uran pelaksanaan yang t elah
dit et apkan at au berlaku berdasarkan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1959,
sepanj ang t idak bert ent angan dengan Undang-undang ini, t et ap berlaku selama
belum dicabut at au digant i berdasarkan Undang-undang ini.
BAB VII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 24
Undang-undang ini mulai ber laku pada t anggal diundangkan.
Agar set iap orang menget ahuinya, memerint ahkan pengundangan
Undang-undang ini dengan penempat annya dalam Lembaran Negar a Republik
Indonesia.

Disahkan di Jakar t a
pada t anggal 21 Juli 1984
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

SOEHARTO
Diundangkan di Jakart a
pada t anggal 21 Juli 1984
MENTERI/ SEKRETARIS NEGARA
REPUBLIK INDONESIA

SUDHARMONO, S. H.

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1984 NOMOR 28

www.djpp.kemenkumham.go.id

PENJELASAN
ATAS
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 6 TAHUN 1984
TENTANG
POS

I.

UMUM.

Dalam kehidupan bangsa dan negara kebut uhan berkomunikasi perlu
dilayani dengan penyelenggaraan pos yang baik. Unt uk mencapai t uj uan
t ersebut dan unt uk melindungi kepent ingan masyarakat , per lu dimant apkan
landasan hukum yang menj amin perkembangan pos.
Dengan meningkat nya perkembangan nasional dan meluasnya mobilit as
masyar akat , pos sebagai prasarana komunikasi dalam bidang polit ik, ekonomi,
sosial, budaya, per t ahanan dan keamanan nasional pada hakikat nya harus
mampu :
a. memperkokoh kesat uan dan persat uan bangsa dan negara sert a
mempererat hubungan ant arbangsa;
b. melancarkan hubungan aparat pemerint ah dengan masyar akat dan di
ant ara anggot a masyarakat ;
c. menghilangkan isolasi daerah t erpencil dan daerah yang baru dibuka.
Unt uk it u pos diselenggarakan oleh negara demi kepent ingan umum, dan
guna mencapai t uj uan it u ber laku ket ent uan waj ib angkut pos bagi sarana
angkut an umum darat , laut , dan udara sert a media t elekomunikasi.
Dalam mengisi Wawasan Nusant ara diperlukan penyelenggar aan pos yang
mampu mempererat hubungan ant ara warga masyarakat dan inst ansi
Pemerint ah unt uk mengelola t ugas-t ugas pemer int ahan dalam mengat ur ,
mengawasi, membina, dan mengarahkan ber macam-macam kegiat an oleh dan
unt uk masyarakat . Demikian pula penyelenggaraan pos mendekat kan anggot a
dan lapisan masyarakat dengan Pemer int ah secara t imbal balik guna
menyampaikan dan menyelesaikan kepent ingan dan ur usan lainnya. Unt uk
mempererat hubungan dan kerj a sama ant arbangsa dan ant ar negara, pos
mempunyai peranan pent ing. Dalam usaha menj angkau seluruh wilayah t anah
air, perluasan penyelenggaraan pos akan membant u meningkat kan t araf hidup
masyar akat . Pembangunan Indonesia sebagai kesat uan ekonomi pada masa
lampau penuh dengan t ant angan yang t elah diat asi dengan landasan-landasan
seper t i t ercant um dalam Gar is-Garis Besar Haluan Negara.
Sekt or-sekt or
pembangunan maj u pesat
dengan meluas dan
menyebarnya kegiat an-kegiat an usaha di seluruh wilayah t anah air. Dalam
hubungan ini, penyelenggaraan pos merupakan penunj ang pengiriman dan

www.djpp.kemenkumham.go.id

penyampaian berit a, barang, dan uang bagi penyelesaian macam-macam
t r ansaksi perset uj uan sert a kesepakat an yang lazim dalam bidang usaha.
Dengan
mempergunakan
prasarana
pos,
kalangan
produsen
mempersingkat wakt u dan j arak dalam hubungan t imbal balik dengan konsumen
sert a memper luas pemasaran. Lalu lint as uang unt uk berbagai keperluan usaha
dan kewaj iban sosial dipermudah dengan penyelenggar aan pos yang merat a ke
seluruh daerah. Dalam usaha memaj ukan t ingkat hidup masyarakat ,
penyelenggaraan pos mempermudah perkembangan dan penyebaran pendidikan
sert a ilmu penget ahuan. Hubungan di ant ara anggot a masyarakat dipermudah
dengan penyelenggaraan pos, sehingga pembinaan dalam bidang sosial dan
budaya dapat dit ingkat kan. Dengan dikait kannya penyelenggaraan pos pada
pola pembangunan nasional unt uk mencapai t uj uan nasional, yang melindungi
segenap bangsa Indonesia dan selur uh t umpah darah Indonesia dan unt uk
memaj ukan kesej aht eraan umum, mencer daskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ket er t iban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial, diiht iarkan suat u landasan konsepsional t ent ang
kedudukan, t ugas dan fungsi pos seper t i yang diat ur dalam Undang-undang ini.

II.

PASAL DEMI PASAL

Pasal 1
Cukup j elas.
Pasal 2
Cukup j elas.
Pasal 3
Ayat (1)
Penyelenggaraan pos sebagai salah sat u dukungan esensial bagi
kehidupan polit ik, ekonomi dan sosial budaya, merupakan suat u
j embat an yang berharga dalam hubungan ant ar kelompok
masyar akat . Dalam kait an ini, pos t ur ut menunj ang Wawasan
Nusant ara sert a memant apkan ket ahanan nasional dengan t uj uan
meningkat kan t araf hidup dan kesej aht eraan seluruh rakyat .
Ayat (2)
Ist ilah "Administ rasi Pos Indonesia" dipergunakan dalam lingkungan
negara-negar a anggot a UPU (Univer sal Post al Union = Perhimpunan
Pos Sedunia) unt uk menyebut kan nama negara dalam hubungan
penyelenggaraan pos.
Ayat (3)
Yang dimaksudkan dengan badan yang oleh negara diserahi t ugas
mengelola pos dan giro adalah Perusahaan Umum Pos dan Giro yang
dibent uk dengan Perat uran Pemerint ah Nomor 9 Tahun 1978.

www.djpp.kemenkumham.go.id

Pasal 4
Ayat (1)
Negara-negara
pada
umumnya
menganut
pr insip
bahwa
penyelenggaraan pos, khususnya pelayanan lalu lint as surat ,
dilakukan oleh negara dengan t uj uan ant ara lain menj amin rahasia
surat dan pelayanan sampai ke pelosok-pelosok dan daerah t er pencil
dengan biaya seragam dan yang t er j angkau oleh masyarakat .
Penyelenggaraan pos t erdiri dari kegiat an menerima, membawa,
dan/ at au menyampaikan surat . Ket iga kegiat an t ersebut merupakan
suat u kesat uan yang t idak dapat dipisah-pisahkan.
Ayat (2)
Ket ent uan ini dimaksudkan unt uk mencegah penyalahgunaan dalam
kegiat an usaha dalam bidang ini yang dilakukan oleh pihak lain selain
badan yang dimaksudkan dalam pasal 3 ayat (3).
Ayat (3)
Cukup j elas.
Ayat (4)
Yang dimaksudkan dengan surat pos j enis t ert ent u, adalah barang
cet akan, surat kabar , sekogram, dan bungkusan kecil. Pengir iman
uang dalam ayat ini t idak meliput i yang diselenggarakan oleh
lembaga perbankan.
Perusahaan sebagaimana dimaksudkan dalam ayat ini diwaj ibkan
unt uk mendapat izin berdasar kan syarat yang dit et apkan oleh
Ment er i, agar dicapai keserasian ant ara j asa yang diusahakan oleh
badan sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 3 ayat (3), dan j asa
pelayanan, yang diusahakan oleh swast a, dengan memperhat ikan
ket ent uan dalam perat uran perundang-undangan mengenai barang
yang dilar ang peredarannya di Indonesia dan barang yang dikenakan
pemer iksaan pabean, dapat dit aat i semest inya.
Ayat (5)
Cukup j elas.
Pasal 5
Ayat (1)
Yang dimaksudkan dengan rahasia surat adalah bebasnya isi surat
sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 1 angka 2 dar i pemer iksaan
oleh pihak yang t idak ber wenang. Yang melanggar hal ini dapat
dit unt ut sesuai dengan ket ent uan hukum yang ber laku.
Ayat (2)
Undang-undang yang dapat dij adikan dasar hukum unt uk melanggar
rahasia surat adalah ant ara lain
a. Undang-undang Nomor 15 Tahun 1961 t ent ang Ket ent uanKet ent uan Pokok Kej aksaan Republik Indonesia;

www.djpp.kemenkumham.go.id

b.
c.

Undang-undang Nomor 3 Tahun 1971 t ent ang Pemberant asan
Tindak Pidana Korupsi; dan
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 t ent ang Hukum Acar a
Pidana.

Pasal 6
Yang dimaksudkan dalam pasal ini ialah pemeriksaan oleh inst ansi lain,
misalnya pemeriksaan kar ant ina dan pelalubeaan perlu dilakukan
secepat nya unt uk menj amin agar kiriman dapat sampai secepat mungkin
kepada penerima yang ant ara lain sesuai dengan ket ent uan- ket ent uan
dalam "Akt a Perhimpunan Pos Sedunia".
Pasal 7
Yang dimaksudkan dengan penerima adalah pihak yang dimaksud- kan oleh
pengirim menerima kirimannya sesuai dengan alamat nya.
Pasal 8
a.
b.

Yang dimaksudkan dengan bencana alam adalah ant ara lain banj ir ,
gunung melet us;
Yang dimaksudkan dengan keadaan darurat adalah ant ara lain perang;

Pasal 9
Ayat (1)
Susunan t ar if meliput i t arif dasar dan bea t ambahan.
Ayat (2)
Hur uf a
Ment eri menet apkan t ar if pos dalam bat as-bat as yang waj ar
dengan mengingat
daya beli masyarakat
dan dengan
memperhat ikan ket ent uan-ket ent uan dalam "Akt a Perhimpunan
Pos Sedunia".
Hur uf b
Cukup j elas.
Pasal 10
Ayat (1) dan (2)
Angkut an yang diselenggarakan unt uk umum pat ut dimanfaat kan
sebesar-besarnya
unt uk
pengangkut an
kir iman
pos
guna
memper lancar penyelenggar aan pos unt uk kepent ingan umum. Art i
pengangkut an meliput i pula t ransmisi dengan media t elekomunikasi.
Angkut an merupakan sarana pokok unt uk menj amin t erselenggar anya
pos secar a lancar dan t er at ur. Unt uk keperluan t er sebut , perlu
dit et apkan kewaj iban bagi perusahaan yang bersangkut an unt uk
mengangkut kiriman pos yang diser ahkan kepadanya oleh badan
sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 3 ayat (3). Sebagai

www.djpp.kemenkumham.go.id

konsekuensi dari waj ib angkut pos, maka perusahaan angkut an umum
waj ib melaporkan keberangkat an dan kedat angan alat angkut annya.
Ayat (3)
Cukup j elas.
Ayat (4)
Cukup j elas.
Pasal 11
Pasal ini menet apkan ket ent uan mengenai t ugas ut ama badan
sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 3 ayat (3) dan ket ent uan lain yang
dipergunakan sebagai pedoman unt uk kelancaran penyelenggaraan pos,
yang diat ur lebih lanj ut dengan Per at uran Pemer int ah.
Angka 1
Cukup j elas.
Angka 2
Cukup j elas.
Angka 3
Badan sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 3 ayat (3)
melaksanakan penyelenggaraan pos di seluruh Indonesia. Unt uk
menj angkau masyarakat di pelbagai kecamat an dan pedesaan yang
belum dilayani kant or pos at au sarana pos lainnya, maka pelayanan
dan penyampaian surat pos kepada masyarakat dilakukan oleh
pet ugas kecamat an dan/ at au kepala desa at au lurah.
Angka 4
Cukup j elas.
Angka 5
Cukup j elas.
Angka 6
Benda yang dilarang pengir imannya meliput i ant ara lain:
1. barang yang karena sifat nya menimbulkan bahaya bagi umum,
misalnya bahan peledak.
2. barang yang memer lukan persyarat an khusus, misalnya benda
r adio akt if, bibit t anaman, dan obat -obat an.
Angka 7
Cukup j elas.
Angka 8
Ket ent uan ini memberikan kemungkinan kepada inst ansi pemer int ah,
perusahaan, badan, dan perorangan, mengirimkan kiriman melalui
badan sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 3 ayat (3), dengan
pembayaran kemudian.
Angka 9
Ket ent uan ini memberikan pembebasan t arif pos kepada pihak
t ert ent u sepert i orang but a dan t awanan perang.

www.djpp.kemenkumham.go.id

Angka 10
Cukup j elas.
Angka 11
Cukup j elas.
Angka 12
Cukup j elas.
Pasal 12
Semua hak dan kewaj iban yang ber laku bagi badan yang dit ugasi negara
unt uk menyelenggarakan pos yang t er dapat dalam pasal ini ber laku j uga
bagi per usahaan yang diberi izin sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 4
ayat (4).
Ayat (1)
Cukup j elas.
Ayat (2)
Cukup j elas.
Ayat (3)
Hur uf a
Termasuk kerusakan barang yang dimaksudkan ialah yang
disebabkan oleh sif at at au keadaan barang it u sendir i, misalnya
karena proses kimia at au karena barang it u t idak dapat at au
t idak boleh diperiksa karena bersifat rahasia at au kar ena berupa
zat r adio akt if dalam t abung.
Hur uf b
Ment eri menet apkan persyarat an dan t at a car a pengepakan
kir iman unt uk pengir iman di dalam neger i maupun ke luar
negeri.
Hur uf c
Cukup j elas.
Ayat (4)
Cukup j elas.
Ayat (5)
Cukup j elas.
Ayat (6)
Tat a cara penunt ut an gant i rugi sebagaimana dimaksudkan dalam
ayat ini diat ur dalam Perat uran Pemer int ah.
Ayat (7)
Cukup j elas.
Pasal 13
Cukup j elas.

www.djpp.kemenkumham.go.id

Pasal 14
Cukup j elas.
Pasal 15
Angka 1
Cukup j elas.
Angka 2
Menerima dan melakukan pembayaran dengan cara-cara lain
diant aranya :
a. melaksanakan pekerj aan rekening koran Pemerint ah Daer ah;
b. melaksanakan pembayaran pensiun dan gaj i pegawai;
c. mener ima set or an rekening list erik-,
d. mener ima pembayaran paj ak, iuran radio, t elevisi.
Pasal 16
Cukup j elas.
Pasal 17
Cukup j elas.
Pasal 18
Indonesia sebagai anggot a Perhimpunan Pos Sedunia t erikat pada
ket ent uan-ket ent uan "Akt a t ent ang Pos Int ernasional" yang mengat ur
penyelenggaraan hubungan pos int er nasional.
Pasal 19
Ket ent uan pidana dalam pasal ini merupakan pelengkap dari ket ent uan
pidana yang diat ur dalam Kit ab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dan
perat uran perundang-undangan lainnya.
Ayat (1)
Cukup j elas.
Ayat (2)
Jika pelanggar an t erhadap ket ent uan Pasal 13 Undang-undang ini,
dalam penyelidikan t erbukt i merupakan pelanggar an pula t erhadap
Undang-undang lain, maka t idak t er t ut up kemungkinan unt uk
menunt ut pengir im ber dasar kan Undang-undang yang bersangkut an.
Ayat (3)
Cukup j elas.
Ayat (4)
Cukup j elas.
Pasal 20
Tat a car a pengaj uan t unt ut an gant i rugi dilakukan berdasarkan perat uran
perundang-undangan yang ber laku.

www.djpp.kemenkumham.go.id

Pasal 21
Tindak pidana yang diat ur di dalam Perat uran Pemerint ah adalah
perbuat an yang oleh Undang-undang ini digolongkan ke dalam j enis
pelanggaran yang dikenakan pidana.
Pasal 22
Ayat (1)
Penyidikan pelanggar an t er hadap Undang-Undang Pos memerlukan
keahlian dalam bidang pos sehingga perlu adanya pet ugas khusus
unt uk melakukan penyidikan di samping pegawai yang biasanya
bert ugas menyidik t indak pidana. Pet ugas yang dimaksudkan adalah
ant ara lain pegawai Direkt orat Jenderal Pos dan Telekomunikasi.
Ayat (2)
Cukup j elas.
Pasal 23
Cukup j elas.
Pasal 24
Cukup j elas.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3276

www.djpp.kemenkumham.go.id