PENGGUNAAN AYAT-AYAT AL QURAN UNTUK PENGOBATAN MENURUT QURAISH SHIHAB DALAM TAFSIR AL MISHBAH.

PENGGUNAAN AYAT-AYAT AL-QUR’AN UNTUK
PENGOBATAN MENURUT QURAISH SHIHAB
DALAM TAFSIR AL-MISBAH

SKRIPSI
Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Strata Satu (S-1) dalam Ilmu Ushuluddi>n dan Filsafat

Oleh:
NIHLATUL MADANIAH
NIM: E03211076

JURUSAN AL-QUR’AN DAN HADIS
FAKULTAS USHULUDDI>N DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2015

PENGGUNAAN AYAT-AYAT AL-QUR’AN UNTUK
PENGOBATAN MENURUT QURAISH SHIHAB
DALAM TAFSIR AL-MISBAH


SKRIPSI

Di ajukan kepada
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu (S-1)
Ilmu Tafsir Hadith

Oleh:

NIHLATUL MADANIAH
NIM: E03211076

JURUSAN AL-QUR’AN DAN STUDI HADITH
FAKULTAS USHULUDDI>N DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2015


i

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

ABSTRAKSI
Nihlatul Madaniah, “Penggunaan Ayat-ayat Al-Qur‟an untuk Pengobatan”.
Masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah, 1) Bagaimana
pandangan Qurasih Shihab tentang konsep pengobatan melalui ayat-ayat alQur‟an untuk pengobatan dalam tafsir al-Misbah? 2) Bagaimana implikasi tentang
pengobatan penggunaan ayat-ayat al-Qur‟an untuk pengobatan menurut Qurasih
Shihab dalam tafsir al-Misbah?
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penafsiran para ulama
tentang ayat-ayat untuk pengobatan tersebut sehingga dapat ditemukan jawaban
tentang pengobatan menurut Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah.
Penelitian ini bersifat kepustakaan (library research) dengan
menggunakan metode penyajian data deskriptif dan analitis. Pengumpulan data
diperoleh beberapa kitab Tafsir terkait pembahasan ayat-ayat al-Qur‟an dalam
pengobatan. Dan beberapa karya tulis yang menyajikan uraian tentang pengobatan
qur‟ani. Serta karya tulis lainnya yang relevan dengan penelitian ini.
Penelitian ini dilakukan karena penulis melihat masyarakat di kampung
pribadi melakukan pengobatan seperti tersebut, dari jarak jauh pun bisa dilakukan

seperti menggunakan alat komunikasi. Ia pun berusaha untuk menghubungi orang
yang bisa melakukan pengobatan qur‟ani tersebut. Dan alasan memilih lima ayat
yang berkaitan dengan pengobatan ini karena sangat jelas keterangan tentang
pembahasan yang dibahas di atas, bahwa pengobatan qur‟ani yang paling ampuh
itu adalah hanya untuk orang-orang yang beriman kepada sang pencipta dan
memiliki hati yang salim.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa penafsiran ulama sebagian besar
mengatakan yang dimaksud dengan pengobatan menggunakan ayat-ayat al-Qur‟an
untuk pengobatan itu sangat berpengaruh kepada orang-orang yang beriman. Jika
kepada orang-orang yang tidak beriman itu tidak terpengaruh karena akibat
hatinya tertutup dengan sifat kemushrikannya.

Kata Kunci: Pengobatan

vii

DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM…………………………………………………………... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING………………………………………….. ii
PENGESAHAN SKRIPSI….………………………………………………. iii

PERNYATAAN KEASLIAN……..……………………………………...… iv
MOTTO……………………………………………………………………… v
PERSEMBAHAN…………………………………………………………… vi
ABSTRAKSI………………………………………………………………... vii
KATA PENGANTAR……………………………………………………… viii
DAFTAR ISI………………………………………………………………… x
PEDOMAN TRANSLITERASI…………………………………………… xiii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………… 1
B. Indentifikasi Masalah……………………………………….. 7
C. Rumusan Masalah…………………………………………... 8
D. Tujuan Penelitian…………………………………………… 8
E. Kegunaan Penelitian………………………………………... 9
F. Telaah Pustaka…………………………………………….... 9
G. Metodologi Penelitian……………………………………… 11
H. Sistematika Pembahasan…………………………………… 14

BAB II


PANDANGAN UMUM TENTANG PENGOBATAN
A. Pengobatan dalam Pandangan Medis………………...……. 16
B. Pengobatan dalam Pandangan Islam……………...………... 26

x

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

C. Pengobatan dalam Pandangan Ulama‟…………….……….. 35
BAB III

KAJIAN TENTANG TAFSIR AL-MISBAH
A. Biografi Quraish Shihab……………………………………. 40
B. Metodologi Penfasiran kitab Tafsir al-Misbah……………... 47

BAB IV

PENGGUNAAN


AYAT-AYAT

AL-QUR’AN

TENTANG

PENGOBATAN MENURUT TAFSIR AL-MISBAH
A. Ayat-ayat Al-Qur’an tentang Pengobatan
1. Surat Yu>nus ayat 57
a) Teks dan Terjemahan Ayat………………………………..... 59
b) Asba>b Nuzu>l Ayat………………………………………...… 59
c) Munasabah Ayat…………………………………………….. 60
d) Tafsir Ayat…………………………………………………... 61
2. Surat al-Inshira>h} ayat 1
a) Teks dan Terjemahan Ayat………………………………..... 63
b) Asba>b Nuzu>l Ayat………………………………………...… 63
c) Munasabah Ayat…………………………………………..... 64
d) Tafsir Ayat………………………………………………….. 64
3. Surat al-Shu‟ara>‟ ayat 80
a) Teks dan Terjemahan Ayat………………………………..... 68

b) Munasabah Ayat……………………………………………. 68
c) Tafsir Ayat………………………………………………….. 69
4. Surat al-Ma>idah ayat 110
a) Teks dan Terjemahan Ayat………………………………..... 71

xi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

b) Munasabah Ayat……………………………………………. 71
c) Tafsir Ayat………………………………………………….. 72
5. Surat al-S}affa>t ayat 83-84
a) Teks dan Terjemahan Ayat………………………………..... 73
b) Munasabah Ayat……………………………………………. 73
c) Tafsir Ayat…………………………………………………...74
B. Pandangan Quraish Shihab tentang Penggunaan Ayat-ayat alQur‟an untuk Pengobatan……………………………....…... 76
C. Analisis

terhadap


Pandangan

Quraish

Shihab

tentang

Penggunaan Ayat-ayat al-Qur‟an untuk Pengobatan…....…. 77
BAB V

PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………….. 95
B. Saran……………………………………………………… 96

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….. 97

xii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Al-Qur‟an merupakan penyembuh dan rahmat bagi orang hatinya dipenuhi
keimanan, al-Qur‟an senantiasa membuka hatinya sehingga nilai-nilai al-Qur‟an
bersinar di dalamnya (hati). Nilai-nilai al-Qur‟an akan melahirkan ketenangan,
kenyamanan dan rasa aman dalam hatinya. Sehingga ia merasakan kenikmatan
yang tidak pernah dan tidak akan bisa dirasakan oleh orang-orang yang lalai dari
mengingat Allah.1
Sesungguhnya al-Qur‟an yang mulia merupakan benteng bagi manusia
untuk melindungi dirinya dari segala marabahaya yang mengancam jiwa dan
raganya. Al-Qur‟an akan menjaganya dari segala yang mengancamnya, termasuk
semua penyakit yang melekati hatinya seperti nafsu, sifat tamak, hasud dan
dengki, juga melindunginya diri dari godaan setan, keburukan dan kebencian. AlQur‟an merupakan kitab dan jalan yang diturunkan oleh Allah penguasa alam
semesta ke dalam hati Muhammad Saw. Agar ia menjadi petunjuk bagi hambahamba-Nya serta menjadi peringatan dan penyembuh bagi segala penyakit yang
ada di hati.2


1

Jamal Elzaky, Buku Induk Mukjizat Kesehatan Ibadah, ter. Dedi Slamet Riyadi (Jakarta:
Zaman, 2011), 37.
2
Ibid., 404.
1

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

Al-Qur‟an mulia yang diturunkan oleh Allah Swt. Kepada Rasul-Nya,
Muhammad Saw. Bukanlah semata-mata kitab agama atau kitab fikih, melainkan
sebuah kitab yang komperehensif, yang menghimpun semua bidang ilmu
pengetahuan, semua aspek kehidupan dan segala bentuk kebijaksanaan, sekaligus
juga keagungan dan kemuliaan akhlak, serta keindahan dan kemegahan karya
sastra. Di antara bidang ilmu pengetahuan yang terkandung dalam al-Qur‟an
adalah kedokteran atau ilmu pengobatan. Tidak hanya bertutur tentang ilmu

kesehatan atau ilmu kedokteran, al-Qur‟an sendiri merupakan obat yang
menyembuhkan dan menyehatkan manusia. Al-Qur‟an juga merupakan petunjuk
dan rahmat bagi seluruh manusia, sebagaimana ditegaskan dalam firman Allah
Swt,:

          
3   

“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan
penyembuh penyakit (yang ada) dalam dada serta petunjuk dan rahmat bagi orang
yang beriman”. (QS.Yu>nus: 57).4

Sebagai mukjizat yang terpelihara dan dapat dibuktikan hingga hari
kiamat, kemukjizatan al-Qur‟an dapat merasakan oleh umat manusia. Salah satu
kemukjizatan al-Qur‟an yaitu memberikan pengaruh positif dan penyembuhan

3

Al-Qur‟an, 10:57.

Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, (Bandung: PT. Syaamil Cipta
Media, 2005), 215.

4

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

bagi orang yang tengah menderita sakit, baik fisiologis maupun psikolog. Hal ini
telah dibuktikan oleh ilmu kedokteran modern sekarang ini.5
Penegasan Rasulullah Saw bahwa tiap penyakit ada obatnya bisa jadi
penyemangat jiwa bagi orang yang sedang sakit untuk tetap kuat dan tegar.
Karena di dalam dirinya timbul keyakinan bahwa penyakit yang dideritanya pasti
ada obatnya, harapannya untuk sembuh tetap kuat dan semangatnya semakin
tinggi. Bayangan dan pikiran-pikiran negatif pun semakin terkikis dan lenyap.6
Sejak ribuan tahun, manusia mencari-cari obat di tempat dan dengan
segala cara. Sebagian mengira bahwa kesembuhan itu datangnya dengan
pemujaan dewa-dewa, bersujud kepada matahari, menyembah api atau
mendekatkan diri kepada berhala dan keyakinan-keyakinan salah lainnya. Akan
tetapi, ketika Rasulullah Saw datang untuk mengarahkan kepada umat Islam
tentang metode pengobatan yang benar. Karena Allah Swt telah menurunkan alQur‟an kepada umat Islam yang dijadikan sebagai obat bagi orang mukmin.7
Tidak heran lagi bahwa jika mukmin ketika hatinya berjalan menyusuri
taman-taman al-Qur‟an maka saat itulah akan merasakan saat yang paling bahagia
sepanjang umurnya. Seorang mukmin mendapatkan darinya pelita yang
menerangi di kegelapan shubhat dan shahwat, mendapatkan hiburan dengannya
dari segala kedukaannya, mendapatkan kemudahan dengannya dalam setiap
musibah yang menerpa, mendapatkan obat darinya pada setiap penyakit hati yang

Yusuf al-Hajj Ahmad, Mausu>‟ah al-I‟jaz al-„Ilmi>yy fi al-Qurm wa as-Sunnah
al-Mutahharah, ter. Masturi Irham dan Mujiburrohman (Jakarta: PT. Kharisma Ilmu), 58.
6
Ibid., 19.
7
Al-Kaheel Abdel Daem, Pengobatan Qur‟ani, ter. Muhammad Misbah (Jakarta: Amzah,
2012), 1.
5

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

diderita. Jadilah al-Qur‟an sebagai penghilang kesedihannya dan obat penyembuh
kesusahan dan dukacita.8
Shifa>‟ dalam pandangan Islam maupun pandangan ahli Barat, pada
dasarnya tidak hanya mengkaji dari dimensi psikologis, melainkan juga fsiologis,
sosiologis dan spiritual. Sudut pandang ini menjadikan al-Qur‟an sebagai sumber
utama, juga melahirkan sejumlah temuan yang berbeda dari para cendikiawan
muslim maupun pemerhati shifa>‟ lainnya dengan segala bentuk dan corak
beraneka ragam. Bahkan studi al-Qur‟an tersebut dalam kitab-kitab tafsir maupun
keilmuannya dewasa ini hampir-hampir tidak pernah mengabaikan tafsir Fakh aldi>n al-Ra>zi>, yang terkenal dengan Tafsi>r al-Ka>bir wa Mafa>tih} al-Ghaib. Di mana
karya ini dapat melahirkan sejumlah penilaian dari berbagai kalangan, baik yang
berhubungan

dengan

cakupan

ayat-ayat

al-Qur‟an

maupun

kerangka

metodologisnya.
Kajian holistik terhadap tafsir al-Qur‟an, termasuk di dalamnya dimensi
normativitas dan historitas, merupakan bidang yang belum tersentuh secara
maksimal oleh kalangan ilmuan, baik Barat maupun Muslim. Kajian holistik
dimaksud menunjuk adanya kombinasi ideal antara perspektif tekstual dan
kontekstual. Jika pendekatan tekstual sangat penting untuk mengkaji kandungan
ayat-ayat al-Qur‟an secara normatif, maka pendekatan kontekstual sangat penting

Jamaluddin Mahran, Abdul „Azi>m Hafna> Muba>syir, Al-Qur‟an Bertutur Tentang
Makanan dan Obat-obatan, ter. Irwan Raihan, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2005), 478481.

8

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

untuk menafsirkan norma-norma tersebut ke dalam wacana historis dan
metodologis.9
Meskipun al-Qur‟an sebagai shifa>‟ belum diketahui dapat menyembuhkan
keseluruhan yang ada di dalam dada manusia, namun ayat tersebut harus
diberlakukan secara mutlak, bahwa di dalam al-Qur‟an betul-betul menjelaskan
segala sesuatu, sehingga al-Qur‟an yang berkedudukan sebagai shifa>‟ itu benarbenar tetap memberi manfaat secara mutlak dan lebih sempurna cakupan
maknanya bagi siapa saja yang berpegang teguh pada al-Qur‟an, ia dapat
memberikan keselamatan bagi orang-orang yang mengikuti petunjuknya, tidak
menutup dan menyesatkannya, tetapi membuka, menunjukkan dan meluruskan
pada jalan yang benar.10
Dalam hal ini, al-Qur‟an sendiri telah mengajarkan kepada umat Islam
bahwa al-Qur‟an adalah obat, penyembuh, penghibur duka lara, petunjuk dan
seterusnya. Dengan kata lain, adalah sarana di alam ruhani bagi seluruh umat
manusia. Sungguh, Allah Swt telah menurunkannya dengan benar, termasuk
menjadi penyembuh bagi semua penyakit ruhani dan fisik manusia.11
Dengan kata lain, bagaimana mungkin orang sakit bisa disembuhkan
hanya dengan beberapa ayat al-Qur‟an? Proses apa sebenarnya yang terjadi di
tubuh orang sakit tersebut secara detail? Di sinilah bisa dipahami lebih jelas
dengan berusaha mengembangkan dasar-dasar ilmiah pengobatan dengan al-

Fakh al-di>n al-Ra>zi>, Tafsir Mafa>tih} wa al Ghaib, Konsep Shifa>‟ dalam Al-Qur‟an, ter.
Aswadi (Jakarta: Kementerian Agama Republik Indonesia, 2012), 1-2.
10
Ibid., 4-6.
11
Muhammad Reza Karimi, Pengobatan dengan al-Qur‟an, (Jakarta: Cahaya, 2006), 6.
9

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

Qur‟an supaya para dokter yakin dengan metode ini dalam mengobati penyakitpenyakit yang paling berbahaya.12
Dapat dilihat bahwa al-Qur‟an memiliki pengaruh yang sangat
menakjubkan terhadap semua organ tubuh. Dan yang paling penting adalah sistem
kekebalan. Karena akan membuktikan bahwa pembacaan ayat-ayat al-Qur‟an
dapat meningkatkan kekebalan tubuh dalam jumlah yang besar, juga dapat
mengembalikan keseimbangan sistem kerja sel-sel, terutama sel-sel otak dan
jantung.13
Bisa dikatakan bahwa penelitian ini adalah sebagai tanda dan bukti bahwa
kemukjizatan al-Qur‟an tidak hanya terbatas pada retorika (ilmu-ilmu balagah),
alam, dan tashriyah saja. Namun, ada pula kemukjizatan pengobatan. Dalam arti
ada ayat-ayat tertentu di dalam al-Qur‟an yang terdapat “informasi-informasi”
yang ketika sampai ke dalam otak pendengar bisa mengembalikan program sel-sel
serta memberinya nutrisi dengan informasi-informasi yang benar, supaya sel-sel
tersebut bisa bekerja secara maksimal.14
Muhammad Quraish Shihab berpandangan, ketika sedang mengomentari
pendapat para ulama yang memahami bahwa ayat-ayat al-Qur‟an itu tersebut,
dapat menyembuhkan dan mengobati segala sesuatu penyakit jasmani.
Menurutnya bukan penyakit jasmani, melainkan ia adalah penyakit ruhani (jiwa)
yang berdampak pada jasmani. Ia adalah psikosomatik. Menurutnya, tidak jarang

12

Ibid.,
Ibid.,
14
Al-Kaheel Abdel Daem, Pengobatan Qur‟ani, ter. Muhammad Misbah (Jakarta:
Amzah, 2012), 3.
13

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

seseorang merasa sesak nafas atau dada bagaikan tertekan karena adanya
ketidakseimbangan ruhani.15
Oleh karena itu, alasan pembahasan ini ditulis melalui dengan penulisan
skripsi ini; yaitu dapat mengajak kepada umat Islam untuk dapat memahami
ajaran agama yang dianut yaitu Islam yang bersumber al-Qur‟an dan al-Sunnah
sebagai ajaran Islam yang lengkap terhadap berbagai persoalan kehidupan.16
Sehingga, hal inilah yang telah mendorong untuk mengangkat dan menyusun
skripsi ini dengan judul: Penggunaan Ayat-ayat Al-Qur’an untuk Pengobatan,
Menurut Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah

B. Indentifikasi Masalah
Dari uraian permasalahan sebagaimana dijelaskan di atas maka muncul
persoalan-persoalan terkait dengan pengobatan melalui ayat-ayat al-Qur‟an dalam
pandangan ulama‟, persoalan-persoalan tersebut antara lain:
1. Bagaimana Konsep shifa>‟ dalam al-Qur‟an tentang pengobatan.
2. Etika pengobatan dalam Islam
3. Pandangan medis dalam pengobatan
4. Cara-cara pengobatan melalui ayat-ayat al-Qur‟an
5. Relevansi metode/cara pengobatan Qur‟ani dan medis.
6. Dan lain-lain

15

Muhammad Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah :Pesan, Kesan dan keserasian al-Qur‟an.
(Jakarta: Lentera Hati, 2002), 531.
16
Al-Kaheel Abdel Daem, Pengobatan Qur‟ani….. 3.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

Mengingat terbatasnya penelitian ini maka semua persoalan-persoalan
tidak akan dibahas dalam penelitian ini, persoalan yang akan dibahas dalam
penelitian ini hanyalah persoalan yang dirumuskan dalam rumusan masalah
penelitian ini.

C. Rumusan Masalah
Agar lebih jelas dan memudahkan operasional penelitian, maka perlu
diformulasikan beberapa rumusan permasalahan pokok sebagai berikut:
1. Bagaimana pandangan Qurasih Shihab tentang konsep pengobatan melalui
ayat-ayat al-Qur‟an dalam tafsir al-Misbah?
2. Bagaimana implikasi tentang pengobatan terhadap penggunaan ayat-ayat alQur‟an menurut Qurasih Shihab dalam tafsir al-Misbah?
D. Tujuan Penelitian
Bertolak dari rumusan masalah di atas, maka tujuan diadakannya
penelitian ini meliputi dua aspek yaitu:
1. Untuk menjabarkan seperti apa pandangan Quraish Shihab tentang konsep
pengobatan terhadap ayat-ayat al-Qur‟an dalam tafsir al-Misbah.
2. Ingin lebih memahami tentang pengobatan terhadap penggunaan ayat-ayat alQur‟an menurut Quraish Shihab dalam tafsir al-Misbah.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

E. Kegunaan Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini meliputi beberapa hal yaitu:
1. Secara teoritis, penelitian ini dapat memperkaya wawasan khazanah keilmuan
tafsir dan pengembangan penelitian sejenis.
2. Secara praktis, penelitian ini dapat menambah wawasan dan pemahaman
kepada masyarakat Islam dan segenap pembaca tentang kegunaan ayat-ayat alQur‟an untuk pengobatan dan pelajaran urgen bagi individu, sosial dan
hubungan dengan Tuhan.

F. Telaah Pustaka
Penelitian yang membahas penafsiran

ayat-ayat al-Qur‟an untuk

pengobatan, sejauh ini belum ditemukan karya tulis yang telah membahas
mengenai penelitian ini. Beberapa karya penafsiran bercorak ilmiah baik dalam
bentuk buku maupun penelitian ilmiah juga belum ditemukan adanya pembahasan
yang mirip dengan penelitian ini, ada beberapa karya yang membahas tentang
makna shifa>‟ yakni obat atau penawar.
1. Makna atau Definisi Shifa>‟ dalam perspektif Al-Qur‟an yang ditulis oleh Nurul
Hikmah, 2010, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. Hal ini dapat dipahami
bagaikan menyatakan bahwa pengaruh al-Qur‟an tidaklah berkisar pada bahasa
yang telah digunakannya, melainkan pada seseorang manusia yang telah
mendengarkannya. Mereka terbagi dua golongan, yakni; ada yang beriman dan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

telah berhasil dalam memperoleh suatu manfaat, dan ada juga yang tidak
beriman.17
2. Al-Qur‟an sebagai al-Shifa>‟ yang ditulis Nur Hasanuddin, 1999, UIN Sunan
Ampel, Surabaya. Hal ini dapat disimpulkan bahwa ayat al-Qur‟an akan
menjadi obat ruhani bagi orang yang beriman, dan yang memikirkan isi
kandungan al-Qur‟an, serta obat jasmani bagi yang mengambil pelajaran dari
al-Qur‟an.18
3. Makna al-Shifa‟ dalam al-Qur‟an yang ditulis oleh Rohmat, 2008, UIN Sunan
Ampel, Surabaya. Hal ini dapat disimpulkan bahwa ayat al-Qur‟an akan
menjadi obat ruhani bagi orang yang beriman, dan yang memikirkan isi
kandungan al-Qur‟an, serta obat jasmani bagi yang mengambil pelajaran dari
al-Qur‟an.19
4. Makna Pengobatan dalam al-Qur‟an, surat al-Isra‟> ayat 82 yang ditulis oleh
Ramdhon bin Sebeli, 2014, UIN Sunan Ampel, Surabaya. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa rugilah orang-orang yang tidak beriman ketika mengalami
penyakit karena dengan al-Qur‟an akan dapat menawarkan penyakit tersebut
jika ia benar-benar beriman kepada Allah dan ia tidak termasuk orang-orang
yang merugi.20

Nurul Hikmah, “Shifa>‟ dalam Perspektif Al-Qur‟an”, Skripsi Strata 1 (Jakarta:
Universitas Islam Syarif Hidayatullah, 2010).
18
Nur Hasanuddin, “Al-Qur‟an sebagai al-Shifa>‟”, Skripsi Strata 1, (Surabaya: Universitas
Islam Negeri Sunan Ampel, 1999).
19
Rohmat, “Makna al-Shifa>‟ dalam Al-Qur‟an”, Skripsi Strata 1, (Surabaya: Universitas
Islam Negeri Sunan Ampel, 2008).
20
Ramdhon bin Sebeli, “Makna Pengobatan dalam Al-Qur‟an, surat al-Isra>‟ ayat 82”,
Skripsi Strata 1, (Surabaya: Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, 2014).
17

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

Sedangkan dalam pembahasan ini ingin meneliti dan menelusuri tentang
ayat-ayat al-Qur‟an yang berkaitan dengan pengobatan, dalam penafsiran menurut
Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah, juga mencakup penyembuhan al-Qur‟an
itu seperti apa dan pengobatan medis itu seperti apa. Dengan pengkajian terhadap
ayat-ayat al-Qur‟an untuk pengobatan dengan metode penafsiran ayat-ayat
tersebut kemudian dibahas dan dianalisis tentang ayat-ayat di atas dan
relevansinya dengan ilmu medis menurut penafsiran Quraish Shihab dalam Tafsir
Al-Misbah. Maksud dan tujuan memilih judul ini adalah untuk menambah
wawasan, khususnya dalam memahami lebih dalam tentang pengobatan dalam
Tafsir Al-Misbah karya Quraish Shihab. Dan dalam pembahasan ini mengambil
dari ayat-ayat al-Qur‟an yang berkaitan untuk pengobatan.
G. Metodologi Penelitian
1. Model Penelitian
Penelitian ini menggunakan model metode penelitian kualitatif, sebuah
metode penelitian ini berlandaskan inkuiri naturalistik atau alamiah, perspektif
ke dalam dan interpretasi,21 penelitian kualitatif adalah penelitian yang
menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang
terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada.22
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang mengahasilkan prosedur analisis
yang tidak menggunakan prosedur analisis statistik atau cara kuantifikasi

21

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2002), 4.
22
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2008), 5.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

lainnya.23 Inkuiri naturalistik adalah pernyataan dari diri penulis terkait
persoalan yang sedang diteliti, yaitu tentang indikasi adanya pemahaman
terhadap Ayat-ayat al-Qur‟an untuk pengobatan.
Perspektif ke dalam merupakan sebuah kaidah dalam menemukan
kesimpulan khusus yang semulanya didapatkan dari pembahasan umum yang
pada penelitian ini berupa pengobatan dalam al-Qur‟an. Sedangkan interpretasi
adalah penterjemahan atau penafsiran yang dilakukan untuk mengartikan
maksud dari suatu kalimat, ayat atau pernyataan, dengan kata lain
penterjemahan terhadap obyek bahasa, yang dalam penelitian ini berupa uraian
dari Mufassir Quraish Shihab tentang ayat-ayat al-Qur‟an untuk pengobatan.
2. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam penelitian non-empirik yang menggunakan
jenis penelitian dengan metode library research (penelitian kepustakaan) serta
kajiannya disajikan secara deskriptif analitis, oleh karna itu berbagai sumber
data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari bahan-bahan tertulis baik
berupa literatur berbahasa Indonesia, Inggris maupun Arab yang dimungkinkan
mempunyai relevansi yang dapat mendukung penelitian ini.
3. Sumber Data
Data yang diambil dalam penelitian ini bersumber dari dokumen
perpustakaan yang terdiri dari dua jenis sumber yaitu primer dan skunder:
Sumber primer adalah rujukan utama yang akan dipakai yaitu kitab Tafsir
al-Misbah

23

Ibid., 6.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

Sumber skunder sebagai rujukan pelengkap, antara lain:
a. Fakh al-di>n al-Ra>zi>, Tafsir Mafa>tih} al-Ghaib, Konsep Shifa>‟ dalam AlQur‟an, ter. Aswadi Jakarta: Kementerian Agama Republik Indonesia, 2012
b. Al-Kaheel Abdel Daem, Pengobatan Qur‟ani, terj: Muhammad Misbah
(Jakarta: Amzah, 2012)
4. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode
dokumentasi, yaitu mencari dan mengumpulkan data berbagai data berupa
catatan, buku, kitab dan lain sebagainya, yang berhubungan dengan hal-hal
atau variabel terkait penelitian berdasarkan konsep-konsep kerangka penulisan
yang sebelumnya telah dipersiapkan. Data variabel tergolong menjadi dua:
variabel A yang berkaitan dengan tafsir-tafsir, dan variabel B yang berkaitan
dengan buku tentang kedokteran.
5. Metode Analisis Data
Semua data yang telah terkumpul, baik primer maupun skunder
diklasifikasikan sesuai dengan sub bahasan masing-masing. Setelah itu
dilakukan telaah mendalam atas karya-karya yang memuat objek penelitian
dengan menggunakan analisis isi, yaitu suatu teknik sistematik untuk
menganalisis isi pesan dan mengelolahnya dengan tujuan menangkap pesan
yang tersirat dari satu atau beberapa pernyataan. Selain itu, analisis isi dapat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

juga berarti mengkaji bahan dengan tujuan spesifik yang ada dalam benak
peneliti.24
Pada dasarnya analisis data merupakan penguraian data melalui tahapan:
kategorisasi dan klasifikasi, perbandingan dan pencarian hubungan antar data
yang secara spesifik tentang hubungan antar perubah.
Untuk memudahkan analisis data, maka rujukan yang digunakan adalah
kerangka beripikir yang telah dipilih dan dirumuskan sebelumnya. Rangkaian
pernyataan yang dikemukakan dalam kerangka berpikir menjadi pedoman
dalam cara kerja analisis data, yang tahapannya telah dikemukakan di atas.
Dengan cara demikian, peneliti bertindak konsisten dapat menempatkan
kerangka berpikir sebagai rujukan dalam analisis dan penafsiran data yang
diperoleh.25 Dalam pembahasan ini dapat dideskripsikan pada ayat-ayat yang
bekaitan dengan pengobatan al-Qur‟an menurut Quraish Shihab.

H. Sistematika Pembahasan
Untuk memudahkan pembahasan skripsi ini ditulis untuk menyusunnya
dengan menggunakan dalam 5 bab, yaitu:
BAB I: Pendahuluan yang merupakan gambaran umum berupa Latar
belakang masalah, Indentifikasi masalah, Rumusan masalah, Tujuan penelitian,
Kegunaan penelitian, Telaah pustaka, Metodologi penelitian dan Sistematika
pembahasan.

24

Noeng Muhadjir, Metodologi Peneltian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1993),
77.
25
Hasan Bisri, Penuntun Penyusun Rencana Penelitian dan Penulisan Skripsi (Bidang
Ilmu Agama Islam, (Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 1998), 61-62.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

BAB II: Pandangan umum tentang pengobatan yang meliputi Pengobatan
dalam pandangan medis, Pengobatan dalam pandangan Islam dan Pengobatan
dalam Pandangan Ulama‟.
BAB III: Kajian tentang tafsir al-Misbah yang mecantumkan Biografi
Quraish Shihab dan Metodologi penafsiran kitab tafsir al-Misbah.
BAB IV: Penggunaan ayat-ayat al-Qur‟an tentang Pengobatan menurut
Tafsir al-Misbah, Teks dan Terjemahan ayat, Asba>b nuzu>l ayat, Muna>sabah ayat,
Tafsir ayat dan juga membahas bagaiamana Pandangan Quraish Shihab tentang
penggunaan ayat-ayat al-Qur‟an untuk pengobatan, serta Analisis terhadap
pandangan Quraish Shihab tentang penggunaan ayat-ayat al-Qur‟an untuk
pengobatan.
BAB V: Berisi penutup pembahasan meliputi kesimpulan dan saran.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

BAB II
PANDANGAN UMUM TENTANG PENGOBATAN

A. Pengobatan dalam Pandangan Medis
Setiap penyakit dipastikan ada penyebabnya dan setiap penyakit juga pasti
ada obatnya. Pernyataan itu sebagaimana telah diketahui dan diungkapkan dalam
kitab suci al-Qur‟an. Bahwasanya dapat mencegah atau mengobati penyakit
dengan cara yang bijaksana dan smart, hanya kalau jika memahami sebabmusababnya.
Dalam kehidupan sehari-hari, banyak pasien yang memeriksakan diri pada
dokter karena menderita suatu penyakit. Repotnya, banyak di antara dokter tidak
peduli tentang sebab-musabab penyakit pasien. Penderita yang memeriksakan diri
ke tempat praktik dokter tersebut umumnya menginginkan kesembuhan yang
spotan (cepat). Seharusnya, sebelum dokter memberikan resep obat atau obatobatan. Ia melakukan pemeriksaan teliti terhadap sebab-musabab sakit yang
diderita oleh pasien.26
Obat merupakan semua zat baik kimiwai, hewani, maupun nabati yang
dalam dosis layak dapat menyembuhkan, meringankan atau mencegah penyakit
serta gejalanya. Senyawa atau bahan kimia ini berasal dari luar tubuh dan akan

26

Tuhana Taufiq Andrianto, Ampuhnya Terapi Herbal Berantas Berbagai Penyakit Berat,
(Yogyakarta: Najah, 2011), 14-15.
16

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

mengakibatkan perubahan fungsi biologis ringan atau organ jika masuk ke dalam
tubuh manusia.
Sebagai bahan kimia, obat dapat mempengaruhi organisme hidup dan
dipergunakan untuk keperluan diagnosis, pencegahan dan pengobatan suatu
penyakit. Menurut pengertian umum, obat dapat didefinisikan sebagai bahan yang
menyebabkan perubahan dalam fungsi biologis melalui proses kimia.
Adapun menurut Undang-undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992, obat
merupakan bahan atau campuran bahan untuk dipergunakan dalam menentukan
diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan dan menyembuhkan penyakit
atau gejala penyakit, luka, kelainan fisik atau kejiwaan pada manusia atau hewan
termasuk untuk memperelok tubuh atau bagian tubuh manusia.
Dewasa ini, obat-obat telah banyak diproduksi secara sintesis, semisintesis
dan biosintesis. Obat sebagai bahan kimia ada yang senyawa organik dan ada pula
berupa senyawa anorganik. Ada yang mempunyai struktur kimia sederhana dan
ada yang kompleks. Dari sekian banyak obat yang kini telah dikenal, ada yang
mempunyai fungsi yang sama dan ada pula yang mempunyai fungsi yang berbeda.
Demikian pula mengenai efek samping atau pengaruh yang merugikan kesehatan.
Nyatalah bahwa obat-obatan telah memperbaiki kualitas manusia saat ini.
Obat-obatan memberikan konstribusi terhadap pemberantasan beberapa penyakit
serius yang sudah tersebar luas seperti penyakit lumpuh dan cacar. Manusia pun
terus selalu melakukan percobaan demi percobaan untuk mendapat substansi atau

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

kandungan mineral, tumbuhan dan bagian dari hewan guna mengobati rasa sakit,
penyakit dan memperbaiki kesehatan.27
Setiap makanan yang masuk ke dalam perut adalah sesuatu yang berguna
bagi kesehatan tubuh. Artinya makanan tidak saja dipakai sebagai sumber
kenyang, tetapi juga bermanfaat sebagai “obat”. Seiring dengan adanya gerakan
kembali ke alam atau back to nature, akhir-akhir ini dimulai dilakukan penelitianpenelitian yang bertujuan untuk mengungkap senyawa-senyawa berkhasiat yang
terdapat dalam makanan. Makanan dipilih tidak hanya karena harga dan cita rasa,
tetapi juga karena kandungan gizi di dalamnya. Makanan yang dipilih karena
memiliki efek yang baik bagi kesehatan atau kebugaran tubuh dikenal dengan
nama makanan fungsional. Makanan fungsional ini bermanfaat bagi penyembuhan
dan pencegahan suatu penyakit, dengan cara meningkatkan daya tahan,
memulihkan dan mengembalikan kondisi fit, mencegah penyakit denegartif dan
memperlambat proses penuaan.
Umumnya makanan fungsional didapatkan pada tumbuh-tumbuhan,
seperti umbi-umbian, biji-bijian, sayuran, buah-buahan serta rempah-rempah.
Beberapa makanan fungsional yang didapat pada hewan, di antaranya adalah
cakar ayam, lemak ikan laut serta telur dan daging ayam kampung.
Makanan fungsional ini tidak berarti dapat menggantikan peranan obat
yang dipakai pada pengobatan medis konvensional. Makanan fungsional ini lebih
berperan sebagai “obat” pelengkap yang mendukung proses kesembuhan penyakit
tertentu pasien yang sedang dalam proses pengobatan. Jadi pengkonsumsian
Iqra‟ al-Firdaus, Menjadi Dokter di Rumah Sendiri, (Jogjakarta: Flash Book, 2011), 7173.

27

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19

makanan fungsional ini bukan karena untuk mendapatkan rasa kenyang atau
karena cita rasa yang memenuhi selera, tapi karena khasiat yang berefek positif
pada kesehatan dan kebugaran tubuh.28
Pengobatan herbal menjadi alternatif pengobatan yang tidak membutuhkan
biaya besar jika dibandingkan dengan obat-obat kimiawi. Keputusan memilih
pengobatan ini bisa dikatakan jalan keluar yang paling tepat. Dengan
menggunakan pengobatan herbal, memang tidak penting dalam kehidupan ini.
Setidaknya, pengobatan herbal mampu meringankan sakit yang diderita selama ini
jika dilakukan secara benar.29

1. Prinsip Pengobatan Penyakit Menggunakan Herbal
Dokter kemudian akan memberikan resep obat-obatan kimia, meskipun di
era sekarang, dapat ditemui juga beberapa tempat praktik dokter yang
menawarkan obat herbal yang diramu dari tumbuh-tumbuhan tertentu. Obatobatan herbal khasiatnya tidak kalah dengan obat-obatan kimia dalam
menyembuhkan penyakit. Bahkan, obat-obatan herbal memiliki efek samping,
berbeda dengan pemakaian obat-obatan kimia yang selalu memiliki efek
samping tertentu jika pemakaiannya tidak sesuai dosis yang dianjurkan atau
alasan lainnya.
Menyadari akan efek samping yang tidak diinginkan akibat penggunaan
obat-obatan kimia, maka inilah alasan obat-obatan herbal mulai naik daun.

28
29

Rimawati, Kesehatan Keluarga, (Jakarta: Tugu, 2012), 33-36.
Taufiq Andrianto, Ampuhnya Terapi….., 6.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20

Selain tidak memiliki efek samping, bahan-bahannya pun mudah ditemukan
dan dibudidayakan di lingkungan sekitar.
Penggunaan

bahan-bahan

herbal

sebagai

obat

suatu

penyakit,

sesungguhnya telah dilakukan sejak zaman dahulu. Banyak literatur yang
membutuhkan hal ini. Cina adalah salah satu bangsa yang amat piawai meracik
obat-obatan dari bahan tumbuh-tumbuhan dan hewan. Bahkan kepiawaiannya
masih bertahan sampai saat ini. Dulu, jamu dan obat herbal dimanfaatkan
sebagai metode perawatan kesehatan yang sifatnya preventif dan kuratif.
Sehingga, ada jamu yang dikonsumsi sehabis melahirkan, untuk menjaga
stamina, menambah nafsu makan dan masih banyak lagi manfaatnya.
Dengan berkembangnya pengetahuan tentang herbal, mulailah jamu dan
obat herbal Cina digunakan untuk mengatasi berbagai penyakit berat. Dalam
kehidupan sehari-hari, mudah ditemui orang yang menderita suatu penyakit,
mulai yang ringan hingga yang berat, menggunakan obat herbal untuk
penyembuhan, seperti pegal linu, hepatitis, hipertensi, asam urat, batu ginjal
dan lain-lain. Obat-obat herbal untuk pencegahan (preventif) maupun
pengobatan (kuratif), dapat ditemukan di pasaran bebas, dalam bentuk kemasan
(kapsul) atau yang lain.
Di Indonesia, kemasan obat herbal terdapat dalam bentuk suplemen
makanan, obat herbal standar, sampai fitofarmaka. Sedangkan di luar negeri,
obat herbal ada yang berbentuk suplemen makanan dan ada pula yang masih
berbentuk racikan tradisional.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21

Khasiat obat herbal yang bekerja sebagai antioksidan, antiradang,
analgesik dan lain-lain, mengarah pada pemberantasan suatu penyakit. Hal itu
tidak terlepas dari adanya kandungan bahan kimia tumbuhan obat (fitokimia)
yang berasal dari metabolisme skunder. Setiap tumbuhan menghasilkan
bermacam-macam senyawa kimia atau zat metabolit yang merupakan bagian
dari proses kehidupan normal tumbuhan itu sendiri.
Penggunaan herbal sebagai obat, ditinjau dari persyaratan medis, memiliki
sejumlah prasyarat yang harus dipenuhi hingga aman dikonsumsi. Aman dan
tidaknya suatu produk ditentukan oleh banyak hal, mulai dari simplisia,
dikumpulkan dari tanaman liar atau sudah dibudidayakan. Apabila tanaman
sudah dibudidayakan, yang selanjutnya perlu diketahui apakah tanaman
tersebut dibuat atau diperbanyak dari benih unggul dan perkembangbiakannya
melalui kultur jaringan atau cara lain. Perlu juga diketahui apakah tanaman
tersebut tidak terpapar polusi, tidak berasal dari perkarangan pabrik yang
limbahnya beracun, bagaimana cara pemanenan, pencucian, pengeringan,
sampai penyimpanan dan distribusinya. Tidak jarang, simplisia herbal yang
dikirim ke pabrik untuk diekstraksi, sudah mengalami kerusakan atau cacat,
seperti berbau apek, berjamur, mengandung serangga dan lain-lain sehingga
menjadi kurang higenis. Simplisia yang rusak bisa jadi karena proses
pengeringan, penyimpanan dan distribusi yang tidak memadai.30

30

Ibid., 15-18.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

2. Prinsip Pengobatan Penyakit dengan Herbal
Sebelum memutuskan penggunaan berbagai tanaman untuk mengobati
suatu penyakit, harus dipahami persyaratan-persyaratan tertentu agar
pengobatan yang dilakukan bisa berhasil. Adapun beberapa persyaratan yang
dimaksud adalah memahami penyakit yang akan diobati, memahami kondisi
pasien, memahami tanaman atau tumbuhan obat dan memahami penggunaan
tanaman obat untuk setiap kasus pasien atau penderita yang dihadapi.
Selain mengetahui hal tersebut, perlu dilakukan pendekatan kuratif
fungsional, rekonstruktif dan holistik. Pendekatan kuratif fungsional yaitu
mengobati penyakit dan gejalanya melalui perbaikan fungsi organ dan sistem
metabolisme tubuh.
Pendekatan rekonstruktif dilakukan dengan memberikan tanaman obat
untuk memperbaiki organ-organ yang rusak. Pemberian tanaman obat dalam
jangka panjang untuk memulihkan fungsi organ dan sebagai upaya
pencegahan. Sedangkan pendekatan holistik merupakan pengobatan pasien
dengan memperhatikan seluruh aspek kesehatan sehingga mengikutsertakan
dukungan pengobatan yang lain.
Jenis tanaman atau tumbuhan yang tepat digunakan untuk pengobatan
secara kuratif adalah bermacam-macam tumbuhan atau tanaman obat dengan
fungsi, antara lain antiinflamasi, antiracun, analgesik, antipiretik, hemostatik,
antibiotik, membersihkan darah, perangsang ginjal dan lain-lain.
Jenis tanaman atau tumbuh-tumbuhan yang memiliki daya rekonstruktif
umumnya mempunyai fungsi immuno stimulator atau immuno modulator,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

revitalisasi organ, masuk meridian organ tertentu dan memperbaiki fungsi
organ, stimulan organ, stimulan sirkulasi, antikogulasi dan lain-lain.
Jenis tanaman atau tumbuh-tumbuhan yang mempunyai efek holistik
berfungsi atau dapat digunakan sebagai terapi jus, terapi air, fisio terapi,
akupuntur, akupresur, pengaturan aktivitas fisik, olahraga dan pengaturan gizi.
Berbagai contoh tanaman yang mempunyai karakteristik atau sifat-sifat seperti
ini akan dikemukakan selengkapnya.31

3. Langkah Pengobatan Penyakit dengan Herbal
Langkah-langkah pengobatan cara herbal didasarkan kepada pendekatanpendekatan secara umum sebagaimana yang telah dipaparkan. Mengenai
langkah-langkah pengobatan herbal, berikut uraian selengkapnya.
a) Diagnosis
Langkah yang dilakukan untuk menemukan jenis penyakit, terjadinya
komplikasi, serta kondisi perkembangannya. Kemudian, memahami terapi
dengan tanaman obat.
b) Terapi Utama
Melakukan

langkah-langkah

merancang

program

pengobatan

menyangkut kuratif fungsional dengan tekanan utama pengobatan
simptomatik. Selanjutnya dilakukan langkah konstruktif dengan tekanan
utama memperbaiki organ yang rusak.

31

Ibid., 19-21.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

c) Terapi Pendukung
Langkah

terapi

pendukung

dilakukan

untuk

memaksimalkan

penyembuhan, yaitu menyangkut gizi, terapi juz, terapi air, pengaturan
aktivitas fisik, olahraga, istirahat dan lain sebagainya.32
Pengobatan obat sangat penting untuk diketahui. Menurut undang-undang
kesehatan, penggolongan obat bertujuan untuk meningkatkan keamanan dan
ketetapan penggunaan serta pengamanan distribusi. Dengan demikian, obat dapat
digolongkan berdasar beberapa kriteria, yaitu kegunaan, cara penggunaan, cara
kerja, undang-undang, sumber, bentuk sediaan (kapsul, larutan atau gas), serta
proses fisiologis biokimia dalam tubuh.
Penggolongan obat berdasarkan kegunaannya pada tubuh adalah:
1. Untuk menyembuhkan (terapeutik),
2. Untuk mencegah (profilaktik) dan
3. Untuk diagnosis (diagnostik).
Menurut cara penggunaannya, obat dibagi menjadi lima, yaitu:
1. Melalui mulut (oral),
2. Suntikan (parental),
3. Dihirup (inhalasi),
4. Selaput lendir (membran mukosa) dan
5. Topikal (permukaan kulit),
Penggolongan obat berdasarkan cara kerja dalam tubuh adalah sebagai
berikut:

32

Ibid., 23-24.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

1. Lokal, yaitu obat kerja pada jaringan setempat, contoh pemakaian topikal pada
kulit.
2. Sistemik, yaitu obat didistribusikan ke seluruh tubuh, seperti tablet analgetik.33
Penggunaan obat akan dapat merugikan jika penggunaannya secara tidak
tepat. Untuk menggunakan obat secara umum maka ketahui aturan pakainya,
dosis yang harus diminum dan frekuensi minum dalam sehari (24 jam), serta
jangka minum obat. Untuk pengobatan sendiri, dibatasi tidak lebih dari 2x24 jam.
Jika gejala tidak berkurang maka hendaknya segera ke dokter.
Maka, penggunaan obat secara rasional memerlukan beberapa kriteria, di
antaranya indikasi yang tepat, pemilihan obat yang tepat, dosis dan cara
pemakaian yang tepat dan penilaian terhadap kondisi pasien yang tepat.34
Ada berbagai cara dalam pemberian obat-obatan. Pemilihan penggunaan
obat itu tergantung pada tujuan pengobatan, sifat obat yang digunakan dan situasikondisi penderita. Oleh karena itu perlu memperhatikan beberapa hal sebagai
berikut:
1. Tujuan terapi atau pemberian obat, lokal atau sistemik.
2. Kerja obat, cepat atau lambat.
3. Keamanan relatif.
4. Pemberian obat yang tepat dan menyenangkan bagi penderita.
5. Kemampuan penderita menelan obat melalui mulut.
Jika tujuan pemberian pengobatan adalah untuk memperoleh efek sistemik
maka efek tersebut dapat diperoleh dengan cara oral melalui saluran gas
Iqra‟ al-Firdaus, Menjadi Dokter….., 76-77.
Ibid., 84-85.

33
34

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

trointestinal atau rectal; parental secara interavena (iv); intramuskular (im);
subkutan (sc) atau inhalasi; dan dihantarkan melalui aerosol langsung ke dalam
paru-paru. Efek lokal dapat diperoleh dengan cara sebagai berikut:
1. Intraocular melalui mata, intranasal melalui hidung dan intrautal melalui
telinga, misalnya, tetes mata, tetes hidung dan tetes telinga.
2. Intrarespiratoral berupa gas yang masuk ke paru-paru, mislanya, inhalasi dan
aerosol.
3. Rektal melalui anus (supositoria), uretral melalui saluran kemih (bacilla) dan
vaginal melalui vagina.35

B. Pengobatan dalam Pandangan Islam
Islam adalah agama yang lengkap. Islam tidak hanya menjelaskan tentang
cara bertauhid dan bersosial belaka, tetapi lebih dari itu, juga memperhatikan
aspek-aspek kesehatan dan pengobatan. Pada dasarnya al-Qur‟an yang merupakan
sumber segala hukum dan pengetahuan dalam Islam, sebenarnya adalah obat
segala macam penyakit.36
Islam telah menetapkan etika dalam dunia kedokteran. Di antaranya:
dokter harus menguasai penyebab penyakit dan jenis-jenisnya, memperhatikan
kondisi pasien, tidak hanya menghilangkan penyakit si pasien, mencegah penyakit
si pasien, juga mencegah penyakit lain yang muncul karena pengobatan,

35

Ibid., 90-91.
M. Sanusi, Terapi Kesehatan Warisan Kedokteran Islam Klasik, (Yogyakarta: Najah,
2012), 33.
36

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

mengobati dengan cara yang lebih ringan terlebih dahulu, memperhatikan tingkat
kekuatan obat dan sebagainya.
Menurut pandangan shariat Islam, seorang dokter harus memiliki sifatsifat tertentu agar ia benar-benar layak untuk menunaikan tugas medisnya secara
maksimal. Meskipun misi tugas medis fard}u kifayah, para ulama memasukkannya
ke dalam kategori profesi yang sangat mulia karena berkaitan erat dengan
melindungi jiwa (nyawa) dan peran manusia dalam menjalankan misi khilafah di
muka bumi ini, karena jika orang sakit, ia tidak bisa menjalankan perannya dalam
kehidupan di muka bumi. Dalam hal ini, para ulama memberikan dua syarat yang
benar-benar harus diperhatikan. Profesi ini harus dilakukan dengan penuh
kesungguhan dan keikhlasan. Menjaga akhlak Islam dalam semua tindakan dan
perbuatan yang dilakukan.37
Rasulullah Saw adalah orang pertama dalam sejarah yang menyeru
melakukan penelitian ilmiah. Ini dapat dilihat dari banyaknya hadith Rasulullah
yang meletakkan dasar-dasar penting bagi ilmu kedokteran modern. Rasulullah
Saw bersabda:

ِ
ِ ‫َما أَنْ َز َل اللَهُ َد‬
‫اء‬
ً ‫اء إ ََ أَنْ َز َل لَهُ ش َف‬
ً
Tidaklah Allah menurunkan penyakit, melainkan Dia pula yang menurunkan
obatnya. (HR. al-Bukhari)38

Hadith ini menegaskan adanya obat bagi setiap macam penyakit. Ini
berarti bahwa manusia apabila ingin mencari pengobatan, pasti akan menemukan.

Yusuf al-Hajj Ahmad, Mausu>„ah al-I’ja>z al-„Ilmi>yy fi al-Qur‟an al-Kari>m wa asSunnah al-Mutahharah, Ensklopedi Kemukijzatan Ilmiah dalam Al-Qur‟an dan Sunnah,
ter. Masturi Irham, Mujibburrohman, (Jakarta: PT Kharisma Ilmu, 2009), 45.
38
S}ohih} Bukhari, No 5246.
37

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

28

Dalam hadith lain, Rasulullah menegaskan perlunya ilmu kedokteran,
mempelajari, serta mencari obat.
Hadith ini mengajak untuk melakukan penelitian medis, sebagaimana yang
terdapat dalam sabdanya. Selain itu, Rasulullah Saw menegaskan bahwa obat
tersebut ada, namun dibutuhkan orang yang mencarinya dan bersungguh-sungguh
dalam melakukan penelitian serta menemukannya.39
Dengan demikian, umat Islam telah benar-benar mencapai puncak
kejayaannya dalam bidang kedokteran, yang kemudian disebarkan ke seluruh
penjuru dunia. Dari berbagai ilmuan muslim yang pernah dilahirkan tersebut,
pastilah terdapat berbagai yang sampai saat ini masih bertahan dan dapat
dilestarikan sebagai alternatif pengobatan yang sangat penting.40
Dewasa ini perkembangan ilmu pengobatan atau kedokteran sangat
menakjubkan. Berbagai teknologi kedokteran telah ditemukan, seiring dengan itu
bermunculan pula berbagai penyakit baru yang sebelumnya belum