REFERAT GANGGUAN AFEKTIF

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 17:03:32 2017 / +0000 GMT

REFERAT GANGGUAN AFEKTIF
LINK DOWNLOAD [192.83 KB]
REFERAT
GANGGUAN AFEKTIF
Pembimbing :
Dr. Rony Subagjo, SpKJ
Oleh :
MELIA YUNITA 2015.04.2.0097
MICHAEL PHRATAMA NUGHRAHA 2015.04.2.0098
MICHAELA CHRISTABEL 2015.04.2.0099
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HANG TUAH
SURABAYA
2015
DAFTAR ISI
Daftar Isi i
BAB 1 PENDAHULUAN 1
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2

2.1. Definisi 2
2.2. Epidemiologi 2
2.3 Etiologi 2
2.4 Manifestasi Klinis dan Diagnosa 5
2.5 Terapi 16
2.6 Prognosis 21
BAB 3 PENUTUP 23
DAFTAR PUSTAKA 24
BAB 1
PENDAHULUAN
Perasaan atau emosi merupakan reaksi spontan manusia yang bila tidak diaksikan atau diikuti prilaku maka tidak dapat dinilai baik
buruknya.Suasana alam perasaan (mood) bervariasi, bisa normal berupa perasaan positif (gembira, senang, bangga, cinta, kagum,
gembira, dan lain-lain) dan perasaan atau emosi negatif (takut, khawatir, curiga, sedih, marah, depresi, kecewa, jenuh, dan lain-lain).
Bila terjadi gangguan dalam alam perasaan, individu kehilangan kontrol terhadap perasaannya tersebut dan timbul penderitaan.
Gangguan mood atau afektif meliputi sekelompok besar gangguan, dengan mood patologis serta gangguan yang terkait mood yang
mendominasi gambaran klinisnya. Gangguan mood atau afektif terdiri atas sekelompok tanda dan gejala yang bertahan selama
berminggu-minggu hingga berbulan-bulan, yang menunjukkan penyimpangan nyata fungsi habitual seseorang serta kecenderungan
untuk kambuh, sering dalam bentuk periodik atau siklik.
Pasien dengan mood meningkat menunjukkan adanya ekspansivitas, flight of ideas, tidur berkurang, harga diri meningkat, serta
gagasan kebesaran. Pasien dengan mood menurun menunjukkan hilangnya energi dan minat, rasa bersalah, sulit berkonsentrasi,

hilang nafsu makan, serta pikiran mengenai kematian atau bunuh diri. Gejala atau tanda lain mencakup perubahan tingkat aktivitas,
kemampuan kognitif, pembicaraan, serta fungsi vegetatif. Gangguan ini hampir selalu menimbulkan gangguan fungsi interpersonal,
sosial, dan pekerjaan.
Pada referat ini yang berjudul ?'GANGGUAN AFEKTIF'' akan membahas mengenai macam- macam gangguan afektif dan juga
penatalaksanaannya.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Gangguan afektif adalah gangguan dengan gejala utama adanya perubahan suasana perasaan atau afek, biasanya ke arah depresi
dengan atau tanpa ansietas yang menyertainya, atau ke arah elasi (suasana perasaan meningkat). Pasien yang menderita episode
depresif berat dikatakan memiliki gangguan depresif berat atau depresi unipolar. Pasien dengan episode manik maupun depresif atau

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 1/9 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 17:03:32 2017 / +0000 GMT

pasien dengan episode manik saja dikatakan memiliki gangguan bipolar. Istilah mania unipolar, mania murni, atau mania euforik

kadang-kadang digunakan untuk pasien bipolar yang tidak memiliki episode depresif.
2.2. Epidemiologi
Gangguan afektif merupakan gangguan mental yang paling umum dalam populasi dewasa dengan beberapa bukti yang mengarah
pada peningkatan prevalensinya. Prevalensi depresi unipolar bervariasi antara 20-40%. Prevalensi sepanjang hidup dari
komorbiditas depresi dan siklotimia berkisar 1,5-2,5% pada populasi dewasa. Prevalensi epidemiologi gangguan bipolar sepanjang
hidup dilaporkan antara 0,5-1,6% dari berbagai penelitian. Sedangkan prevalensi spektrum gangguan bipolar diperkirakan 3-6%
pada berbagai negara dan kultur.
2.3. Etiologi
Etiologi gangguan afektif belum sepenuhnya dimengerti, namun ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan
afektif, yaitu:
a. Kelainan Genetik
Penelitian mengenai faktor genetik pada gangguan unipolar dan bipolar melibatkan keluarga dan anak kembar. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa sekitar 10-15% keluarga dari pasien yang mengalami gangguan bipolar pernah mengalami satu episode
gangguan mood (Gherson, 1990, dalam Davison, Neale, & Kring, 2004). Pada gangguan unipolar, meskipun faktor genetik
mempengaruhi, namun kurang menentukan dibandingkan gangguan bipolar. Resiko akan meningkat pada keluarga pasien yang
memiliki onset muda saat mengalami gangguan. Berdasarkan beberapa data diperoleh bahwa onset awal untuk depresi, munculnya
delusi, dan komorbiditas dengan gangguan kecemasan dan alkoholisme meningkatkan resiko pada keluarga (Goldstein, et al., 1994;
Lyons et al., 1998, dalam Davison, Neale, & Kring, 2004).
b. Mode Of Transmission and Linkage Studies
Studi mengenai keluarga kembar menunjukkan bahwa faktor genetik memainkan peran penting dalam perkembangan gangguan

mood. Kebanyakan peneliti menyatakan gangguan mood sebagai polygenic, bahwa mereka dipengaruhi oleh beberapa perbedaan
gen dan setiap gen tersebut hanya dapat merubah resiko gangguan oleh jumlah yang sedikit.
c. Faktor genetik dan kemampuan menghadapi tekanan
Terdapat dua alleles (panjang dan pendek) untuk bagian tertentu dari gen 5-HTT: alleles pendek(?s?) diasosisasikan dengan
mengurangi efisiensi transmisi saraf di jalur serotonin. Orang dengan homozigot alleles ?s? dari gen 5-HTT berada pada risiko tinggi
untuk menjadi depresi secara klinis jika mereka mengalami peristiwa kehidupan yang penuh stres. Efek dari faktor lingkungan dan
genetik tidak independen. Faktor genetik rupanya mengontrol sensitivitas seseorang terhadap peristiwa lingkungan.
d. Faktor neurokimia
Komunikasi dan koordinasi dalam informasi antara area di otak bergantung pada neurotransmiter. Dua neurotransmiter yang
berperan dalam gangguan mood adalah norepinephrine dan serotonin. Norepinephrine terkait dengan gangguan bipolar dimana
tingkat norephinephrine yang rendah menyebabkan depresi dan tingkat yang tinggi menyebabkan mania. Sedangkan untuk
serotonin, tingkatnya yang rendah juga menyebabkan depresi. Terdapat dua kelompok obat untuk depresi, yaitu tricyclics dan
monoamine oxidase (MAO) inhibitors. Tricyclics seperti imipramine (tofranil) adalah obat antidepresan yang berfungsi untuk
mencegah pengambilan kembali norephinephrine dan serotonin oleh presynaptic neuron setelah sebelumnya dilepaskan,
meninggalkan lebih banyak neurotransmiter pada sinaps sehingga transmisi pada impuls saraf berikutnya menjadi lebih mudah.
Monoamine oxidase (MAO) inhibitors merupakan obat antidepresan yang dapat meningkatkan serotonin dan norephineprhine.
Terdapat pula obat yang dapat secara efektif mengatasi gangguan unipolar, yaitu Selective Serotonin Reuptake Inhibitors, seperti
Prozac. Namun diperlukan penelitian lebih lanjut untuk melihat efek samping dari berbagai obat antidepresan tersebut sehingga
peningkatan dari norephineprhine dan serotonin tidak menimbulkan komplikasi lainnya.
e. Sistem Neuroendokrin

Sistem endokrin memainkan peran penting dan regulasi respon seseorang terhadap stress. Kelenjar endokrin, seperti pituitary, tiroid,
dan kelenjar adrenal, berlokasi pada seluruh bagian tubuh. Dalam merespon sinyal dari otak, kelenjar ini mengeluarkan hormone ke
dalam darah. Salah satu jalur penting dalam sistem endokrin yang mungkin terkait erat dengan etiologi gangguan mood disebut
dengan hypothalamic-pituitary-adrenal(HPA) axis. Ketika seseorang mendeteksi ancaman di lingkungan, sinyal hipotalamus
kelenjar pituitari untuk mengeluarkan hormon yang disebut ACTH, yang pada gilirannya memodulasi sekresi hormon, seperti
kortisol, dari kelenjar adrenal kedalam aliran darah. Peningkatan kadar kortisol membantu orang untuk mempersiapkan diri untuk
menanggapi ancaman dengan meningkatkan kewaspadaan dan memberikan lebih banyak bahan bakar untuk otot sementara juga
terjadi penurunan minat dalam kegiatan lain yang mungkin mengganggu perlindungan diri(seperti tidur dan makan). Asosiasi antara
HPA axis dan depresi diindikasikan oleh bukti tentang dexamethasone suppression test(DST), yang telah digunakan secara ekstensif

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 2/9 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 17:03:32 2017 / +0000 GMT

untuk mempelajari disfungsi endokrin pada pasien dengan gangguan mood.
f. Faktor Psikososial
Onset dan maintenance dari clinical depression jelas terkait dengan sebuah gangguan atau kegagalan dari mekanisme normal yang

meregulasi emosi negatif yang mengikuti kerugian besar. Pada masa awal abad ke 20, teori psikodinamik menitikberatkan peran
sentral dari hubungan interpersonal dan loss of significant others dalam pengaturan tingkat depresi yang juga membawa suatu
episode depresif.
g. Stressful Life Events and Unipolar Disorders
Hal ini terkait dengan sebuah kemungkinan yang meningkat akan seseorang untuk menjadi depresi. Stressful life events berguna
untuk memprediksi subsequent onset dari unipolar depression. Severe events khususnya yang mengancam dan memiliki konsekuensi
jangka panjang untuk penyesuaian seorang wanita meningkatkan kemungkinan seorang wanita akan menjadi depresi. Beberapa
orang yang depresi membuat situasi sulit yang meningkatkan level stress dalam hidup mereka. Fenomena ini dikenal dengan stress
generation.
2.4. Manifestasi Klinis dan Diagnosa
Acuan diagnosa pada gangguan afektif ini didasarkan pada PPDGJ-III, yakni:
F30. EPISODE MANIK
Terutama ditandai dengan suasana perasaan yang meningkat, ekspansif, dan iritabel. Peningkatan mood biasanya eforik dan
seringkali menular sehingga menimbulkan penyangkalan sakit secara kontra-tranferensi dari dokter yang kurang berpengalaman.
Sering pula ditandai dengan mood yang iritabel, terutama bila rencana yang sangat ambisius menemui kegagalan.
F30.0 Hipomania
Manifestasi klinis :
Peningkatan suasana perasaan ringan yang menetap sekurang-kurangnya beberapa hari berturut-turut dan menonjol. Individu
mengalami peningkatan energi dan aktivitas, biasanya perasaan sejahtera yang mencolok dan efisiensi baik fisik maupun mental.
Lebih sering bersifat pergaulan sosial yang bersifat eforik, kadang-kadang mudah marah, terkesan sombong serta perilaku yang tidak

sopan dan mengesalkan. Tidak disertai halusinasi dan waham.
a. Derajat gangguan yang lebih ringan dari mania (F30.1), afek yang meninggi atau berubah disertai peningkatan aktivitas, menetap
selama sekurang-kurangnya beberapa hari berturut-turut, pada suatu derajat intensitas dan yang bertahan melebihi apa yang
digambarkan bagi siklotimia (F34.0), dan tidak disertai halusinasi atau waham.
b. Pengaruh nyata atas kelancaran pekerjaan dan aktivitas sosial memang sesuai dengan diagnosis hipomania, akan tetapi bila
kekacauan itu berat atau menyeluruh, maka diagnosis mania (F30.1 atau F30.2) harus ditegakkan.
F30.1 Mania Tanpa Gejala Psikotik
Manifestasi klinis :
Mood: meninggi, bervariasi antara keriangan sampai ekstasi yang tidak terkendali, tidak sesuai dengan keadaan individu. Pada
beberapa episode lebih banyak tampil sebagai rasa curiga dan mudah tersinggung.
Energi meningkat : aktivitas berlebihan, percepatan dan banyak bicara, kebutuhan tidur berkurang.
Perhatian : mudah teralihkan
Harga diri : meningkat, pemikiran serba hebat, optimis, dan dinyatakan dengan bebas.
Persepsi : mungkin terjadi gangguan
a. Episode harus berlangsung sekurang-kurangnya 1 minggu, dan cukup berat sampai mengacaukan seluruh atau hampir seluruh
pekerjaan dan aktivitas sosial yang biasa dilakukan.
b. Perubahan afek harus disertai dengan energi yang bertambah sehingga terjadi aktivitas berlebihan, percepatan dan kebanyakan
bicara, kebutuhan tidur yang berkurang, ide-ide perihal kebesaran dan terlalu optimistik.
F30.2 Mania Dengan Gejala Psikotik
Manifestasi klinis :

Gambaran klinis lebih berat daripada mania tanpa gejala psikotik. Iritabilitas dan kecurigaan menjadi waham kejar, waham
kebesaran atau religius. Waham dan halusinasi bisa serasi atau tidak serasi dengan suasana alam perasaan. Peningkatan aktivitas dan
eksitasi fisik yang hebat dan terus menerus dapat menjurus kepada agresi dan kekerasan, pengabaian keselamatan dan kesehatan diri.
a. Gambaran klinis merupakan bentuk mania yang lebih berat dari F30.1 (mania tanpa gejala psikotik).
b. Harga diri yang membumbung dan gagasan kebesaran dapat berkembang menjadi waham kebesaran (delusion of grandeur),
iritabilitas dan kecurigaan menjadi waham kejar (delusion of persecution). Waham dan halusinasi sesuai dengan keadaan afek
tersebut (mood-congruent).

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 3/9 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 17:03:32 2017 / +0000 GMT

F30.8 Episode Manik lainnya
F30.9 Episode Manik YTT
F31 GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR
Manifestasi klinis :
Gangguan ini bersifat episode berulang (Sekurang-kurangnya dua episode) dimana afek pasien dan tingkat aktivitasnya jelas

terganggu, pada waktu tertentu terdiri dari peningkatan afek disertai penambahan energi dan aktivitas (mania atau hipomania), dan
pada waktu lain berupa penurunan afek disertai pengurangan energi dan aktivitas (depresi).
Yang khas adalah biasanya ada penyembuhan sempurna antar episode. Episode mania biasanya mulai dengan tiba-tiba dan
berlangsung antara 2 minggu sampai 4-5 bulan, episode depresi cenderung berlangsung lama (rata-rata sekitar 6 bulan) meskipun
jarang melebihi 1 tahun kecuali pada orang usia lanjut. Kedua macam episode ini seringkali terjadi setelah peristiwa hidup yang
penuh stres atau trauma mental lain.
F31.0 Gangguan afektif bipolar, Episode Kini Hipomanik
a. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk hipomania (F30.0); dan
b. harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik, depresif, atau campuran) dimasa lampau.
F31.1 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik tanpa Gejala Psikotik
a. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania tanpa gejala psikotik (F30.1); dan
b. harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik, depresif, atau campuran) dimasa lampau.
F31.2 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik dengan Gejala Psikotik
a. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania dengan gejala psikotik (F30.2); dan
b. harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik, depresif, atau campuran) dimasa lampau.
F31.3 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Ringan atau Sedang
a. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif ringan (F32.0); dan
b. harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik, depresif, atau campuran dimasa lampau.
F31.4 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Berat tanpa Gejala Psikotik
a. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat tanpa gejala psikotik (F32.2); dan

b. harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik, depresif, atau campuran dimasa lampau.
F31.5 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Berat dengan Gejala Psikotik
a. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat dengan gejala psikotik (F32.3); dan
b. harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik, depresif, atau campuran dimasa lampau.
F31.6 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Campuran
a. Episode yang sekarang menunjukkan gejala-gejala manik, hipomanik, dan depresif yang tercampur atau bergantian dengan cepat
(gejala mania/hipomania dan depresi sama-sama mencolok selama masa terbesar dari episode penyakit yang sekarang, dan telah
berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu); dan
b. harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik, depresif, atau campuran dimasa lampau.
F31.7 Gangguan Afektif Bipolar, Kini dan Remisi
Sekarang tidak menderita gangguan afektif yang nyata selama beberapa bulan terakhir ini, tetapi pernah mengalami
sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik, depresif, atau campuran dimasa lampau dan ditambah
sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik, depresif, atau campuran).
F31.8 Gangguan Afektif Bipolar Lainnya
F31.9 Gangguan Afektif Bipolar YTT
F32 EPISODE DEPRESIF
Manifestasi klinis :
1. Gejala utama
a) Afek depresif
b) Kehilangan minat dan kegembiraan, dan

c) Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan
menurunnya aktivitas.
Mood yang menurun bervariasi pada tiap individu. Pada beberapa kasus, kegelisahan, ansietas dan agitasi motorik lebih menonjol
pada waktu tertentu, afek iritabel, perilaku histrionik, minum alkohol berlebihan, eksaserbasi gejala fobik atau obsesif yang sudah
ada sebelumnya atau preokupasi hipokondrik. Lama episode sekurangnya dua minggu atau lebih pendek bila gejalanya luar biasa

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 4/9 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 17:03:32 2017 / +0000 GMT

berat dan berlangsung cepat.
2. Gejala lainnya :
a) Konsentrasi dan perhatian berkurang;
b) Harga diri dan kepercayaan diri berkurang;
c) Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna;
d) Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis;
e) Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
f) Tidur terganggu;
g) Nafsu makan berkurang
F32.0 Episode Depresif Ringan
a. Sekurang-kurangnya harus ada 2 atau 3 gejala utama depresi seperti disebut diatas;
b. Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya
c. Tidak boleh ada gejala berat diantaranya
d. Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya sekitar 2 minggu
e. Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa dilakukannya.
F32.1 Episode Depresif Sedang
a. Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti pada episode depresi ringan (F30.0);
b. Ditambah sekurang-kurangnya 3 (dan sebaiknya 4) dari gejala lainnya;
c. Lamanya seluruh episode berlangsung minimum sekitar 2 minggu
d. Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan dan urusan rumah tangga.
F32.2 Episode Depresif /berat tanpa Gejala Psikotik
a. Semua 3 gejala utama depresi harus ada.
b. Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya, dan beberapa diantaranya harus berintensitas berat.
c. Bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi psikomotor) yang mencolok, maka pasien mungkin tidak mau atau tidak
mampu untuk melaporkan banyak gejalanya secara rinci. Dalam hal demikian, penilaian secara menyeluruh terhadap episode
depresif berat masih dapat dibenarkan.
d. Episode depresif biasanya harus berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu, akan tetapi jika gejala amat berat dan beronset
sangat cepat, maka masih dibenarkan untuk menegakkan diagnosis dalam kurun waktu kurang dari 2 minggu.
e. Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf
yang sangat terbatas.
F32.3 Episode Depresif Berat dengan Gejala Psikotik
a. Episode depresif berat yang memnuhi kriteria menurut F32.2 tersebut diatas;
b. Disertai waham halusinasi atau stupor depresif. Waham biasanya melibatkan ide tentang dosa, kemiskinan, atau malapetaka yang
mengancam, dan pasien merasa bertanggung jawab atas hal itu.Halusinasi auditorik atau olfaktorik biasanya berupa suara yang
menghina atau menuduh, atau bau kotoran atau daging membusuk. Retardasi psikomotor yang berat dapat menuju pada stupor. Jika
diperlukan, waham atau halusinasi dapat ditentukan sebagai serasi atau tidak serasi dengan afek.
F32.8 Episode Depresif lainnya
F32.9 Episode Depresif YTT
F33 GANGGUAN DEPRESIF BERULANG
? Gangguan ini tersifat dengan episode berulang dari :
- Episode depresi ringan (F32.0)
- Episode depresi sedang (F32.1)
- Episode depresi berat (F32.2 dan F32.3);
Episode masing-masing rata-rata lamanya sekitar 6 bulan, akan tetapi frekuensinya lebih jarang dibandingkan dengan gangguan
bipolar.
? Tanpa riwayat adanya episode tersendiri dari peninggian afek dan hiperaktivitas yang memenuhi kriteria mania (F30.1 dan F30.2).
Namun kategori ini tetap harus digunakan jika ternyata ada episode singkat dari peningian afek dan hiperaktivitas ringan yang
memenuhi kriteria hipomania (F30.0) segera sesudah suatu episode depresif.
? Pemulihan keadaan biasanya sempurna diantara episode, namun sebagian kecil pasien mungkin mendapat depresi yang akhirnya
menetap, terutama pada usia lanjut.

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 5/9 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 17:03:32 2017 / +0000 GMT

? Episode masing-masing dalam berbagai tingkat keparahan, seringkali dicetuskan oleh peristiwa kehidupan yang penuh stres atau
trauma mental lain.
F33.0 Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini Ringan
a. Kriteria untuk gangguan depresif berulang harus dipenuhi, dan episode sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif
ringan (F33.0); dan
b. Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung selama minimal dua minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa
gangguan afektif yang bermakna
F33.00 = Tanpa gejala somatik
F33.01 = Dengan gejala somatik
F33.1 Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini Sedang
a. Kriteria untuk gangguan depresif berulang harus dipenuhi, dan episode sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif
sedang (F33.1); dan
b. Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung selama minimal dua minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa
gangguan afektif yang bermakna
F33.10 = Tanpa gejala somatik
F33.11 = Dengan gejala somatik
F33.2 Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini Berat tanpa Gejala Psikotik
a. Kriteria untuk gangguan depresif berulang harus dipenuhi, dan episode sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif
berat tanpa gejala psikotik (F33.2); dan
b. Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung selama minimal dua minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa
gangguan afektif yang bermakna.
F33.3 Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini Berat dengan Gejala Psikotik
a. Kriteria untuk gangguan depresif berulang harus dipenuhi, dan episode sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif
berat dengan gejala psikotik (F33.3); dan
b. Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung selama minimal dua minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa
gangguan afektif yang bermakna
F33.4 Gangguan Depresif Berulang, Kini dalam Remisi
a. Kriteria untuk gangguan depresif berulang harus pernah dipenuhi di masa lampau, tetapi keadaan sekarang seharusnya tidak
memenuhi kriteria untuk episode depresif dengan derajat keparahan apapun atau gangguan lain apapun dalam F30-F39; dan
b. Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung selama minimal dua minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa
gangguan afektif yang bermakna
F33.8 Gangguan Depresif Berulang Lainnya
F33.9 Gangguan Depresif Berulang YTT
F34 GANGGUAN SUASANA PERASAAN MENETAP
F34.0 Siklotimia
? Ciri esensial : ketidakstabilan suasana perasaan menetap, meliputi banyak periode depresi ringan dan elasi ringan, tidak ada yang
cukup parah/lama untuk memenuhi kriteria gangguan afektif bipolar atau depresi berulang.
? Setiap gangguan suasana perasaan tersebut tidak memenuhi kriteria untuk kategori manapun dari episode manik atau episode
depresif.
F34.1 Distimia
? Ciri esensial : depresi yang berlangsung sangat lama atau jarang sekali atau cukup parah untuk memenuhi kriteria gangguan
depresif berulang ringan atau sedang.
? Biasanya mulai pada usia dini dari masa dewasa dan berlangsung sekurang-kurangnya beberapa tahun, kadang-kadang untuk
jangka waktu yang tak terbatas. Jika onsetnya pada usia lanjut, gangguan ini sering kali merupakan kelanjutan suatu depresi
tersendiri dan berhubungan dengan masa berkabung atau stres lainnya.
F34.8 Gangguan Afektif Menetap Lainnya
? Kategori sisa untuk gangguan afektif menetap yang tidak cukup parah atau tidak berlangsung cukup lama untuk memenuhi kriteria
siklotimia atau distimia, namun secara klinis bermakna.
F34.9 Gangguan Afektif Menetap YTT
F38 GANGGUAN SUASANA PERASAAN LAINNYA

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 6/9 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 17:03:32 2017 / +0000 GMT

F38.0 Gangguan Afektif Tunggal Lainnya
? F38.00 = Episode afektif campuran
Episode afektif yang berlangsung sekurang-kurangnya selama 2 minggu yang bersifat campuran atau pergantian cepat (biasanya
dalam beberapa jam) antara gejala hipomanik, manik, dan depresif.
F38.1 Gangguan Afektif Berulang Lainnya
? F38.10 = Gangguan depresif singkat berulang
Episode depresif singkat yang berulang, muncul kira-kira sekali sebulan selama satu tahun yang lampau. Semua episode depresif
masing-masing berlangsung kurang dari 2 minggu (yang khas ialah 2-3 hari, dengan pemulihan sempurna) tetapi memenuhi kriteria
simtomatik untuk episode depresif ringan, sedang, dan berat.
F38.8 Gangguan Afektif Lainnya YDT
? Merupakan kategori sisa untuk gangguan afektif yang tidak memenuhi kriteria untuk kategor manapun dari F30-F38.1 tersebut
diatas.
F38.9 Gangguan Afektif YTT
? Untuk dipakai hanya sebagai langkah terakhir, jika tak ada istilah lain yang dapat digunakan
? Termasuk : Psikosis afektif YTT
2.5 Terapi
1. Perawatan
Pada umumnya penderita tidak datang pada terapis dengan kemauan sendiri. Indikasi yang pasti untuk perawatan di rumah sakit
adalah :
- Prosedur diagnostik
- Risiko bunuh diri atau pembunuhan
- Kemunduran yang parah dalam kemampuan memenuhi kebutuhan makan dan perlindungan
- Memburuknya gejala secara cepat
- Hilangnya sistem dukungan yang biasa didapatnya
Indikasi rawat jalan ialah bila gejala depresi ringan atau hipomania, dengan syarat tidak terjadi gangguan penilaian yang parah,
penurunan berat badan dan insomnia berat.
2. Terapi Psikososial
a) Terapi kognitif (Cognitif Behaviour Therapy)
Tujuannya adalah untuk menghilangkan atau meringankan episode depresi dan mencegah timbulnya episode tersebut dengan
mengenali pola berpikir irasional, mengembangkan alternatif pola berpikir rasional dan kemudian melatih kembali pola berpikir
serta respon prilaku yang baru.
b) Terapi interpersonal (Inter Personal Therapy)
Diasumsikan bahwa problem interpersonal yang ada saat ini merupakan akar ternjadinya disfungsi hubungan interpersonal dan
problem interpersonal ini berperan dalam terjadinya depresi. Tidak ditujukan pada fenomena intrapsikis seperti mekanisme defensi
dan konflik internal. Keterbatasan asertif, gangguan kemampuan sosial, serta penyimpangan pola berpikir hanya ditujukan bila
memang mempunyai efek pada hubungan interpersonal.
c) Terapi perilaku
Berdasarkan pada hipotesa bahwa pola perilaku maladaptif menghasilkan umpan balik positif yang sedikit serta penolakan dari
lingkungan sosial.
d) Terapi berorientasi psikoanalitik
Lebih ditujukan pada psikoterapi yang menimbulkan perubahan struktur kepribadian atau karakter, tidak semata menghilangkan
gejala depresi.Tujuan terapi antara lain mencapai kepercayaan dalam hubungan interpersonal, keintiman, mekanisme penyesuaian,
kapasitas dalam merasakan kesedihan, serta kemampuan dalam merasakan perubahan emosional secara luas.
e) Terapi keluarga
Terapi ini dilakukan bila gangguan mood yang dideritanya dapat membahayakan hubungan perkawinannya atau fungsinya dalam
keluarga.
3. Farmakoterapi
Terapi obat dapat meliputi : Mood Stabilizers, Atyphical anti psychotic dan Anti-depressant.
a. Mood Stabilizers
Mood stabilizers merupakan pilihan pertama untuk mengobati gangguan bipolar. Secara umum, mood stabilizer digunakan selama 1

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 7/9 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 17:03:32 2017 / +0000 GMT

tahun dan dievaluasi. Lithium (Eskalith atau Lithobid) adalah mood stabilizers yang sangat efektif, dan merupakan mood stabilizer
pertama yang disahkan oleh FDA pada tahun 1970-an untuk menangani kedua episode (manik dan depresi).
Antikonvulsan juga bisa digunakan sebagai mood stabilizers. Antikonvulsan digunakan untuk menangani kejang, akan tetapi juga
membantu mengkontrol mood sehingga bisa digunakan pada gangguan bipolar. Antikonvulsan yang digunakan sebagai mood
stabilizers adalah:
? Valproic acid atau divalproex sodium (Depakote).
Terutama lebih efektif untuk mengatasi gejala mania. Merupakan alternative utama dari lithium, akan tetapi wanita muda harus
berhati-hati dalam penggunaanya.
? Lamotrigine (Lamictal).
Terutama lebih efektif untuk mengatasi gejala depresi bipolar.
Antikonvulsan lain termasuk gabapentin (Neurontin), topiramate (Topamax), dan oxcarbazepine (Trileptal).
Efek samping dari pemberian Lithium meliputi: Restlessness, Dry mouth, Bloating or indigestion, Acne, Unsual discomfort to cold
temperatures, Joint or muscle pain, Brittle nails or hair, serta hati-hati terhadap organ ginjal dan Thyroid (Hypothyroid).
Efek samping umum dari pemberian obat mood stabilizing lainnya seperti: Drowsiness, Dizziness, Headache, Diarrhea,
Constipation, Heartburn, Mood swing, Stuffed or runny nose, or other cold-like symptoms.
a) Atypical Anti-psychotics
Atypical Anti-psychotics biasanya dapat diberikan bersamaan dengan antidepressant. Indikasi utama diberikan antipsychotic jika
gangguan bipolar tersebut disertai dengan gejala psikosa seperti halusinasi atau delusi. Preparat yang digunakan meliputi:
? Olanzapine (Zyprexa)
Diberikan bersama obat antidepressant, bisa meringankan gejala mania berat ataupun psikosis. Olanzapine bisa diberikan dalam
bentuk tablet atau injeksi. Injeksi digunakan dalam kasus urgent yang berhubungan dengan agitasi saat episode mania atau mixed
state. Olazapine juga bisa diberikan sebagai terapi maintenance meskipun gejala psikotik sedang tidak timbul.
? Aripiprazole (Abilify)
Digunakan untuk mengatasi episode mania atau mixed state. Aripiprazole juga bisa digunakan sebagai terapi maintenance. Seperti
olanzapine, aripiprazole bisa diberikan dalam bentuk tablet atau injeksi, dimana injeksi digunakan pada kasus-kasus berat.
? Quetiapine (Seroquel), risperidone (Risperidal), dan ziprasidone (Geodon) juga bisa diberikan untuk meringankan gejala dari
episode mania.
Efek samping dari pemberian obat antipsychotic seperti: Drowsiness, Dizziness when changing positions, Blurred visions, Rpid
heartbeat, Sensitivity to the sun, Skin rashes, Menstrual problem for women, Major weight gain and changes in metabolism ?
diabetes, high cholesterol level.
Long term use of atypical antipsychotic drugs may lead to a condition called tardive dyskinesia (TD). The condition causes
uncontrollable muscle movements, frequently around the mouth. TD can range from mild to severe. Some people with TD recover
partially or fully after they stop taking the drug, but other do not.
b. Antidepressant
Antidepressant dapat digunakan untuk mengobati gangguan bipolar pada saat episode depresi. Preparatnya seperti : Fluoxetine
(Prozac), paroxetine (Paxil), sertraline (Zoloft), dan bupropion (Wellbutrin).
Pemberian antidepressant ini biasanya diberikan bersama mood stabilizer karena jika hanya antidepressant dapat mengubah episode
depresi menjadi hipomania atau bahkan mania.
Efek samping antidepressant meliputi : Headcahe, Nausea (feeling sick to your stomach), Agitation (feeling jittery), Sexual problem,
bisa mempengaruhi laki-laki ataupun perempuan. Gejalanya seperti : penurunan kemauan untuk berhubungan dan merasa kurang
enjoy dalam berhubungan seksual.
4. Terapi lain
Electroconvulsive Therapy (ECT)
ECT dapat dilakukan apabila terapi obat dan terapi psikis tidak dapat berjalan dengan baik.
Penderita diberikan muscle relaxant dan anestesi ringan, lalu diberikan impuls elektrik selama 30-90 detik dan kondisi akan
membaik dalam 5-15. Efek samping ECT bisa meliputi kebingungan, disorientasi, dan hilang ingatan.
Sleep medication, biasanya penderita gangguan afektif akan merasa ngantuk setelah obat penekan mania diadministrasikan, jika
masih belum mengantuk atau tidak bisa tidur diberikan obat sedatif.
2.6 Prognosis
Depresi

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 8/9 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 17:03:32 2017 / +0000 GMT

Gangguan depresi dapat menjadi kronis dan terjadi dalam episode yang sering berulang. Terdapat indikator prognosis baik dari
depresi, yaitu gejala ringan, berkurangnya gejala psikotik, pada masa remaja sosialisasi baik, keluarga stabil, fungsi sosial 5 tahun
sebelum sakit baik, berkurangnya gangguan psikiatrik lain, menurunnya gangguan kepribadian, dan perawatan untuk gangguan
depresi kurang atau sama dengan 1 kali.
Bipolar
Gangguan bipolar dapat menjadi kronis dan dalam jangka waktu panjang (episode berulang) atau ringan dengan episode yang
jarang. Pasien dengan gangguan bipolar umumnya memiliki tingkat kematian yang lebih tinggi akibat bunuh diri, masalah jantung,
dan kematian karena semua penyebab. Pasien yang mendapatkan pengobatan, bagaimanapun, mengalami peningkatan besar dalam
tingkat kelangsungan hidup. Prognosis buruk pada laki-laki biasanya riwayat kerja buruk, penyalahgunaan zat, ada gejala psikotik,
ada gejala depresi, dan ada gejala depresi pada antar episode.
Dalam kebanyakan kasus gangguan bipolar, depresi lebih banyak terjadi daripada fase manik, dan siklus mania dan depresi yang
tidak teratur atau tidak diprediksi. Banyak pasien mengalami mania campuran, atau keadaan campuran, di mana kedua mania dan
depresi hidup berdampingan selama setidaknya 7 hari.
Sekitar 15 % pasien dengan gangguan rapid cyclic memiliki fase yang rumit. Dengan tahap yaitu manik dan depresi episode
alternatif setidaknya empat kali setahun. Dalam kasus yang parah , bahkan dapat berkembang menjadi beberapa siklus sehari. Rapid
cyclic cenderung terjadi lebih sering pada wanita dan pada mereka dengan bipolar II. Biasanya , gangguan ini dimulai pada fase
depresi , dan episode sering dan parah dari depresi mungkin menjadi ciri khas. Fase ini sulit untuk diobati , terutama karena
antidepresan dapat memicu beralih ke mania dan mengatur pola siklus.
Penelitian menunjukkan bahwa gejala gangguan bipolar pada anak-anak dan remaja berbeda dengan orang dewasa . Sementara
orang dewasa dengan gangguan bipolar biasanya memiliki periode manik dan depresi yang berbeda, anak-anak dengan gangguan
bipolar berfluktuasi cepat dalam suasana hati dan perilaku mereka . Mania pada anak ditandai dengan mudah marah dan agresif
sedangkan orang dewasa cenderung mengalami euforia . Anak-anak dengan depresi bipolar sering marah dan gelisah , dan mungkin
memiliki suasana hati tambahan dan gangguan perilaku seperti kecemasan, gangguan perhatian defisit hiperaktif, gangguan perilaku
, dan masalah penyalahgunaan zat .
BAB 3
PENUTUP
Dari penjelasan di atas, bisa disimpulkan beberapa hal :
1. Gangguan afektif merupakan gangguan mental yang paling umum dalam populasi dewasa dengan beberapa bukti yang mengarah
pada peningkatan prevalensinya.
2. Perbedaan antara gangguan mood dan variasi normal dari mood dipengaruhi oleh faktor kultur, sosial, dan ekonomi.
3. Penyebab terjadinya gangguan afektif dipengaruhi oleh faktor biologis dan faktor psikososial.
4. Subtipe gangguan afektif adalah gangguan bipolar, gangguan depresi mayor, depresi atipikal, gangguan distimia, gangguan
siklotimia, dan depresi psikotik.
5. Penanganan gangguan afektif dapat dilakukan dengan terapi perawatan, terapi psikososial, farmakoterapi, dan terapi lain seperti
terapi ECT.
Demikian apa yang bisa penulis sampaikan, mohon maaf apabila ada hal yang kurang tepat dalam penyampaian materi ini. Penulis
terbuka akan kritik dan saran yang membantu penyempurnaan referat ini. Terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kaplan H. I, Sadock B.J, Grabb J.A. 2003. Buku Ajar Psikiatri Klinis. Edisi Dua. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta
2. Elvira S.D, Hadisukanto G. 2010. Buku Ajar Psikiatri. Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta
3. Maramis, Willy F. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi Dua. Airlangga University Press. Surabaya
4. Rusdi Maslim. 2003. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ III. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika
Atma Jaya.
5. Rusdi Maslim. 2014. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya.

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 9/9 |