IMPETIGO BULOSA (BAHAN REFRAT)

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 17:20:48 2017 / +0000 GMT

IMPETIGO BULOSA (BAHAN REFRAT)
A. PendahuluanPioderma merupakan penyakit yang sering dijumpai. Pioderma juga merupakan infeksi purulen pada kulit yang
disebabkan oleh Staphylococcus dan Streptococcus atau keduanya. Pioderma memiliki banyak bentuk diantaranya impetigo,
folikulitis, furunkel, eritrasma, erysipelas, selulitis, abses, dan lain-lain. Namun dalam presentasi kasus ini hanya akan dibahas
tentang impetigo, karena impetigo merupakan bentuk pioderma yang paling sering dijumpai disamping folikulitis.1B.
DefinisiPyoderma atau dikenal dengan hot spot adalah infeksi kulit akibat bakteri. Infeksi kulit terjadi saat integritas permukaan
kulit telah rusak. Istilah impetigo berasal dari bahasa Latin yang berarti serangan, dan telah digunakan untuk menjelaskan gambaran
seperti letusan berkeropeng yang biasa nampak pada daerah permukaan kulit.2Impetigo mengenai kulit bagian atas ( epidermis
superfisial).dengan dua macam gambaran klinis, impetigo krustosa ( tnpa gelembung, cairan dengan krusta, keropeng, koreng) dan
impetigo bulosa ( dengan gelembung berisi cairan).3C. SinonimImpetigo vesiko-bulosa, cacar monyet4D. InsidensiInsiden impetigo
ini terjadi hampir di seluruh dunia dan pada umumnya menyebar melalui kontak langsung. Paling sering menyerang anak-anak usia
2-5 tahun, namun tidak menutup kemungkinan untuk semua umur dimana frekuensi laki-laki dan wanita sama. Sebuah penelitian di
Inggris menyebutkan bahwa insiden tahunan dari impetigo adalah 2.8 % terjadi pada anak-anak usia di bawah 4 tahun dan 1.6 persen
pada anak-anak usia 5 sampai 15 tahun.2E. PenyebabMikroorganisme penyebab impetigo adalah Staphylococcus aureus dan
Streptococcus B hemoliticus. Untuk impetigo bulosa sebabnya lebih sering karena Staphylococcus aureus.1.2.3.4F. Gejala
klinisKeadaan umum tidak dipengaruhi. Tempat predileksi di ketiak, dada, punggung. Sering bersama-sama miliaria. Terdapat pada
anak dan orang dewasa. Kelainan kulit berupa eritema, bula, dan bula hipopion.4Impetigo dapat timbul sendiri (primer) atau
komplikasi dari kelainan (sekunder) baik penyakit kulit( gigitan serangga, varicella, infeksi herpes simpleks, dermatitis atopi) atau

penyakit sistemik yang menurunkan kekebalan tubuh ( Diabetes melitus, HIV)Gambaran khas dari impetigo bulosa seperti:? Vesikel
( gelembung berisi cairan dengan diameter < 0,5 cm) yang timbul sampai bulla ( gelembung berisi cairan dengan diameter >0,5 cm)
kurang dari 1 cm pada kulit yang utuh, dengan kulit sekitar normal atau kemerahan. Pada awlnya vesikel berisi cairan yang jernih
yang berubah menjadi vesikel berisi cairan yang jernih yang berubah menjadi warna keruh.? Bulla yang utuh jarang ditemukan
karena sangat rapuh? Bila impetigo menyertai kelainan kulit lainnya, maka kelainan itu dapat menyertai dermatitis atopi, varisela,
gigitan binatang dan lain-lain.? Lesi dapat lokal atau tersebar, sering kali di wajah atau tempat lain, seperti tempat yag lembab,
lipatan kulit, ketiak atau lipatan leher.? Atap dari bula pecah dan meninggalkan gambaran ?collarette? pada pinggirnya. Krusta
?varnishlike? terbentuk pada bagian tengah yang jika disingkirkan memperlihatkan dasar yang merah dan basah.? Tidak ada
pembengkakan kelenjar getah bening di dekat lesi.? Pada bayi, lesi yang luas dapat disertai dengan gejala demam, lemah, diare.
Jarang sekali disertai dengan radang paru, infeksi sendi atau tulang.3G. Pemeriksaan penunjang- Laboratorium rutinPada
pemeriksaan darah rutin, lekositosis ringan hanya ditemukan pada 50% kasus pasien dengan impetigo.2- Pemeriksaan
imunologisPada impetigo yang disebabkan oleh streptococcus dapat ditemukan peningkatan kadar anti deoksiribonuklease (anti
DNAse) B antibody.- Pemeriksaan mikrobiologisEksudat yang diambil di bagian bawah krusta dan cairan yang berasal dari bulla
dapat dikultur dan dilakukan tes sensititas. Hasil kultur bisa memperlihatkan S. pyogenes, S. aureus atau keduanya. Tes sensitivitas
antibiotic dilakukan untuk mengisolasi metisilin resistar. S. aureus (MRSA) serta membantu dalam pemberian antibiotic yang sesuai.
Pewarnaan gram pada eksudat memberikan hasil gram positif.Pada blood agar koloni kuman mengalami hemolisis dan
memperlihatkan daerah yang hemolisis di sekitarnya meskipun dengan blood agar telah cukup untuk isolasi kuman, manitol salt agar
atau medium Baierd-Parker egg Yolk-tellurite direkomendasikan jika lesi juga terkontaminasi oleh organism lain. Kemampuan
untuk mengkoagulasi plasma adalah tes paling penting dalam mengidentifikasi S. aureus. Pada sheep blood agar, S. pyogenes
membentuk koloni kecil dengan daerah hemolisis disekelilingnya. Streptococcus dapat dibedakan dari Staphylokokkus dengan tes

katalase. Streptococcus memberikan hasil yang negative.H. PenatalaksanaanPerawatan Umum :1. Memperbaiki higien dengan
membiasakan membersihkan tubuh dengan sabun, memotong kuku dan senantiasa mengganti pakaian.2. Perawatan luka3. Titak
saling tukar menukar dalam menggunakan peralatan pribadi (handuk, pakaian, dan alat cukur)SistemikPengobatan sistemik di
indikasikan jika terdapat factor yang memperberat impetigo seperti eczema. Untuk mencegah infeksi sampai ke ginjal maka di
anjurkan untuk melakukan pemeriksaan urine. Bakteri pun di uji untuk mengetahui ada tidaknya resistensi antibiotic. Pada impetigo
superficial yang disebabkan streptococcus kelompok A, penisilin adalah drug of choice. Penisilin oral yang digunakan adalah
potassium Phemmoxymethylpenicilin. Bila resisten bias digunakan oxacilin dengan dosis 2,5 gr/ hari dan dosis untuk anak-anak
disesuaikan dengan umur. Dapat juga digunakan eritromisin dosis 1,5 ? 2,0 g yang diberikan 4 kali sehari.Penisilin V oral (250mg
per oral) efektif untuk streptokokkus atau staphylokokkus aureus non-penisilin. Penisilin semi sentetis, methicin, atau oxacilin
(500mg setiap 4-6 jam) diberikan untuk staphylokokkus yang resisten terhadap penisilin eritromisin (250mg 4 kali sehari) lebih
efektif dan aman, di gunakan pada pasien yang sensitive terhadap penisilin. Antibiotic oral diberikan bila :a. Erupsi memberat dan

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 1/2 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 17:20:48 2017 / +0000 GMT

semakin meluasb. Anak lain yang terpapar infeksic. Bila bentuk nephritogenik telah berlebihand. Bila pengobatan topical

meragukane. Pada kasus yang disertai folliculitisTopikalPengobatan topikal dilakukan apabila krusta dan sisa impetigo telah
dibersihkan dengan cara mencucinya menggunakan sabun antiseptic dan air bersih. Untuk krusta yang lebih luas dan berpotensi
menjadi lesi sebaiknya menggunakan larutan antiseptic atau pun bubuk kanji. Dapat menggunakan asam salisil 3-6% untuk
menghilankan krusta. Bila krusta hilang maka penyebaranya akan terhenti. Pustule dan bula didrainase. Bila dasar lesi sudah terlihat,
sebaiknya diberikan preparat antibiotic pada lesi tersebut dengan hati-hati sebanyak 4 kali sehari. Preparat antibiotic juga dapat
digunakan untuk daerah yang erosive. Misalnya menggunakan krim neomycin yang mengandung clioquinol 0,5%-1% atau asam
salisil 3%-5%I. KomplikasiInfeksi dari penyakit ini dapt tersebar keseluruh tubuh utamanya pada anak-anak. Jika tidak di obati
secara teratur, maka penyakit ini dapat berlanjut menjadi glomerulonefritis (2-5%) akut yang biasanya terjadi 10 hari setelah lesi
impetigo pertama muncul, namun bias juga terjadi setelah 1-5 minggu kemudian.J. PrognosisSecara umum prognosis dari penyakit
ini adalah baik jika dilakukan pengobatan yang teratur, meskipun dapat pula komplikasi sistemik seperti glomerulonefritis dan
lain-lain. Lesi mengalami perbaikan setelah 7-10 hari pengobatan. DAFTAR PUSTAKA1.
http://secondking.wordpress.com/2009/04/15/impetigo/2.
http://awhik.blogspot.com/2009/12/impetigo-krustosa.html3.
http://www.sehatgroup.web.id/?p=1524.
Djuanda, Adhi.dkk. 2005. ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN. FK UI:
Jakarta.

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 2/2 |