Refrat Radiologi TB Paru Pada Anak

BAB I
Pendahuluan
Tuberkulosis adalah penyakit akibat infeksi kuman Mycobakterium
tuberkulosis yang bersifat sistemik sehingga dapat mengenai hampir semua organ
tubuh dengan lokasi terbanyak di paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi
primer. Pada tahun 1992 WHO telah mencanangkan tuberkulosis sebagai Global
Emergency. Laporan WHO tahun 2004 menyatakan bahwa terdapat 8,8 juta kasus
baru tuberkulosis pada tahun 2002, sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi
kuman tuberkulosis dan menurut regional WHO jumlah terbesar kasus ini terjadi
di Asia Tenggara yaitu 33% dari seluruh kasus di dunia.1
Indonesia berada dalam peringkat ketiga terburuk di dunia untuk jumlah
penderita TB. Setiap tahun muncul 500 ribu kasus baru dan lebih dari 140 ribu
lainnya meninggal. Seratus tahun yang lalu, satu dari lima kematian di Amerika
Serikat disebabkan oleh tuberkulosis.1
Berdasarkan data dari dinas provinsi Sumatra Selatan, diketahui kejadian
tuberkulosis paru tahun 2010 jumlah BTA (Basil Tahan Asam) positif 5.181 orang
penderita, kemudian pada tahun 2011 jumlah BTA (Basil tahan Asam) positif
5.416 orang penderita. Tahun 2012 jumlah BTA (Basil Tahan Asam) positif 5.393.
dipalembang sendiri juga memiliki angka yang tinggi untuk penderita TB paru,
berdasarkan data yang diperoleh dari dinas kesehatan kota Palembang, tercatat
pada tahun 2010 sebanyak 1.117 penderita, kemudian pada tahun 2011 meningkat

menjadi 1.365 penderita sedangkan tahun 2012 jumlahnya yaitu 2.324 penderita. 7
Penyakit tuberkulosis pada anak merupakan penyakit yang bersifat
sistemik,
yang
dapat
bermanif estasi
pada
berbagai
organ, terutama paru.
Sifat sistemik
telah
terjadi
infeksi
Mycobacterium tuberculosis. Data insidens dan prevalens tuberkulosis
anak tidak mudah. Dengan penelitian indeks tuberkulin dapat
diperkirakan angka kejadian prevalens tuberkulosis anak. Kriteria masalah
tuberkulosisdi suatu negara adalah kasus BTA positif per satu juta penduduk. Jadi
sampai saat ini belumada satu negara pun yang bebas tuberkulosis.1
Pengobatan Tuberkulosis berlangsung cukup lama yaitu setidaknya 6 bulan
pengobatan dan selanjutnya dievaluasi oleh dokter apakah perlu dilanjutkan atau

berhenti, karena pengobatan yang cukup lama seringkali membuat pasien putus
berobat atau menjalankan pengobatan secara tidak teratur, kedua hal ini ini fatal
akibatnya yaitu pengobatan tidak berhasil dan kuman menjadi kebal disebut MDR
( multi drugs resistance ), kasus ini memerlukan biaya berlipat dan lebih sulit
dalam pengobatannya sehingga diharapkan pasien disiplin dalam berobat setiap
waktu demi pengentasan tuberkulosis di Indonesia.8,9
Tanggal 24 Maret diperingati dunia sebagai “Hari TBC” oleh sebab pada 24
Maret 1882 di Berlin, Jerman, Robert Koch mempresentasikan hasil studi
mengenai penyebab tuberkulosis yang ditemukannya.8,9

DEFINISI
Tuberkulosis adalah penyakit akibat infeksi kuman
Mycobacterium tuberculosis Sistemis sehingga dapat mengenai hampir semua
organ tubuh, dengan lokasi terbanyak di paru yang biasanya merupakan lokasi
infeksi primer.6
EPIDEMIOLOGI
Berdasarkan data dari dinas provinsi Sumatra Selatan, diketahui kejadian
tuberkulosis paru tahun 2010 jumlah BTA (Basil Tahan Asam) positif 5.181 orang
penderita, kemudian pada tahun 2011 jumlah BTA (Basil tahan Asam) positif
5.416 orang penderita. Tahun 2012 jumlah BTA (Basil Tahan Asam) positif 5.393.

dipalembang sendiri juga memiliki angka yang tinggi untuk penderita TB paru,
berdasarkan data yang diperoleh dari dinas kesehatan kota Palembang, tercatat
pada tahun 2010 sebanyak 1.117 penderita, kemudian pada tahun 2011 meningkat
menjadi 1.365 penderita sedangkan tahun 2012 jumlahnya yaitu 2.324 penderita. 7
KLASIFIKASI






Tuberkulosis paru terkonfirmasi secara bakteriologis dan histologis
Tuberkulosis paru tidak terkonfirmasi secara bakteriologis dan histologis
Tuberkulosis pada sistem saraf
Tuberkulosis pada organ-organ lainnya
Tuberkulosis millier.4

PATOFISIOLOGI
Penyebab penyakit ini adalah bakteri kompleks Mycobacterium
tuberculosis. Mycobacteria termasuk dalam famili Mycobacteriaceae dan

termasuk dalam ordo Actinomycetales. Kompleks
Mycobacterium
tuberculosis meliputi M. Tuberculosis , M. bovis, M. africanum, M. microti,
dan M. canettii. Dari beberapa kompleks tersebut, M. tuberculosis merupakan
jenis yang terpenting dan paling sering dijumpai. M. tuberculosis berbentuk
batang, berukuran panjang 5µ dan lebar 3µ, tidak membentuk spora, dan
termasuk bakteri aerob. Mycobacteria dapat diberi pewarnaan seperti bakteri
lainnya, misalnya dengan pewarnaan Gram. Namun, sekali mycobacteria diberi
warna oleh pewarnaan gram, maka warna tersebut tidak dapat dihilangkan dengan
asam. Oleh karena itu, maka mycobacteria disebut sebagai Basil Tahan Asam
atau BTA. Beberapa mikroorganisme lain yang juga memiliki sifat tahan asam,
yaitu
spesies
Nocardia,Rhodococcus, Legionella
micdadei,
dan
protozoa Isospora dan Cryptosporidium.
Pada dinding sel mycobacteria, lemak berhubungan dengan
arabinogalaktan dan peptidoglikan di bawahnya. Struktur ini menurunkan
permeabilitas dinding sel, sehingga mengurangi efektivitas dari antibiotik.


Lipoarabinomannan, suatu molekul lain dalam dinding sel mycobacteria, berperan
dalam interaksi antara inang dan patogen, menjadikan M. tuberculosis dapat
bertahan hidup di dalam makrofaga.
Penularan TBC terjadi karena menghirup udara yang mengandung
Mikobakterium tuberkulosis (M.Tb), di alveolus M.Tb akan difagositosis oleh
makrofag alveolus dan dibunuh. Tetapi bila M.Tb yang dihirup virulen dan
makrofag alveolus lemah maka M.Tb akan berkembang biak dan menghancurkan
makrofag. Monosit dan makrofag dari darah akan ditarik secara kemotaksis ke
arah M.Tb berada, kemudian memfagositosis M.Tb tetapi tidak dapat
membunuhnya. Makrofag dan M.Tb membentuk tuberkel yang mengandung selsel epiteloid, makrofag yang menyatu (sel raksasa Langhans) dan limfosit.
Tuberkel akan menjadi tuberkuloma dengan nekrosis dan fibrosis di dalamnya dan
mungkin juga terjadi kalsifikasi. Lesi pertama di alveolus (fokus primer) menjalar
ke kelenjar limfe hilus dan terjadi infeksi kelenjar limfe, yang bersama-sama
dengan limfangitis akan membentuk kompleks primer. Dari kelenjar limfe M.Tb
dapat langsung menyebabkan penyakit di organ-organ tersebut atau hidup dorman
dalam makrofag jaringan dan dapat aktif kembali bertahun-tahun kemudian.
Tuberkel dapat hilang dengan resolusi atau terjadi kalsifikasi atau terjadi nekrosis
dengan masa keju yang dibentuk oleh makrofag. Masa keju dapat mencair dan
M.Tb dapat berkembang biak ekstra selular sehingga dapat meluas di jaringan

paru dan terjadi pneumonia, lesi endobronkial, pleuritis atau Tb milier. Juga dapat
menyebar secara bertahap menyebabkan lesi di organ-organ lainnya.5
PENULARAN
Penularan penyakit ini karena kontak dengan dahak atau menghirup titiktitik air dari bersin atau batuk dari orang yang terinfeksi kuman tuberkulosis, anak
anak sering mendapatkan penularan dari orang dewasa di sekitar rumah maupun
saat berada di fasilitas umum seperti kendaraan umum, rumah sakit dan dari
lingkungan sekitar rumah. Oleh sebab ini masyarakat di Indonesia perlu sadar
bila dirinya terdiagnosis tuberkulosis maka hati hati saat berinteraksi dengan
orang lain agar tidak batuk sembarangan , tidak membuang ludah sembarangan
dan sangat dianjurkan untuk bersedia memakai masker atau setidaknya sapu
tangan atau tissue.8
Dalam memerangi penyebaran Tuberkulosis terutama pada anak anak
yang masih rentan daya tahan tubuhnya maka pemerintah Indonesia telah
memasukkan Imunisasi Tuberkulosis pada anak anak yang disebut sebagai
Imunisasi BCG sebagai salah satu program prioritas imunisasi wajib nasonal
beserta dengan 4 jenis imunisasi wajib lainnya yaitu hepatitis B, Polio, DPT dan
campak, jadwalnya ada di Jadwal imunisasi.9
MANIFESTASI KLINIS



Diagnosa tuberkulosis dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis,
pemeriksaan jasmani, pemeriksaan bakteriologi, radiologi dan pemeriksaan
penunjang lainnya





Gejala klinis tuberkulosis dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala
lokal dan gejala sistemik, bila organ yang terkena adalah paru maka gejala
lokal ialah gejala respiratori atau gejala gejala yang erat hubungannya dengan
organ pernapasan ( sedang gejala lokal lain sesuai akan sesuai dengan organ
yang terlibat )
Gejala respiratori ialah batuk lebih dari 2 minggu, batuk bercampur darah.
Bisa juga nyeri dada dan sesak napas. Selanjutnya ada gejala yang disebut
sebagai Gejala sistemis antara lain Demam , badan lemah yang disebut
sebagai malaise, keringat malam, anoreksia dan berat badan menurun menjadi
semakin kurus. Gejala respiratori sangat bervariasi, dari mulai tidak ada gejala
sampai gejala yang cukup berat tergantung dari luas lesi, sehingga pada
kondisi yang gejalanya tidak jelas sehingga terkadang pasien baru mengetahui

dirinya terdiagnosis Tuberkulosis saat medical check u.5,6

DIAGNOSIS
Diagnosis paling tepat adalah ditemukannya basil Tb dari bahan yang
diambil dari pasien misalnya sputum, bilasan lambung, biopsi dll. Tetapi pada
anak hal ini sulit dan jarang didapat, sehingga sebagian besar diagnosis Tb anak
didasarkan gambaran klinis, gambaran radiologis, dan uji tuberkulin.
Untuk itu penting memikirkan adanya Tb pada anak kalau terdapat
keadaan atau tanda-tanda yang mencurigakan seperti dibawah ini :
Pada anak harus dicurigai menderita Tb kalau :

Kontak erat (serumah) dengan penderita Tb dengan sputum BTA (+)

Terdapat reaksi kemerahan cepat setelah penyuntikan BCG dalam 3-7 hari.

Terdapat gejala umum.5
Gejala-gejala yang harus dicurigai Tb
Gejala umum/tidak spesifik






Berat badan turun atau malnutrisi tanpa sebab yang jelas atau tidak naik
dalam 1 bulan dengan penanganan gizi.
Nafsu makan tidak ada (anoreksia) dengan gagal tumbuh dan berat badan
tidak naik (failure to thrive) dengan adekuat.
Demam lama/berulang tanpa sebab yang jelas (bukan tifus, malaria atau
infeksi saluran nafas akut), dapat disertai keringat malam.
Pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang tidak sakit, biasanya
multiple, paling sering di daerah leher, axilla dan inguinal.4,5,6

Gejala-gejala respiratorik :

batuk lama lebih dari 3 minggu

tanda cairan di dada, nyeri dada.4,5
Gejala gastrointestinal






diare persisten yang tidak sembuh dengan pengobatan diare
benjolan/massa di abdomen
tanda-tanda cairan dalam abdomen.4

Gejala Spesifik
1.
Tb kulit/skrofuloderma
2.
Tb tulang dan sendi
 Tulang punggung (spondilitis) : gibbus
 Tulang panggul (koksitis)
: pincang
 Tulang lutut : pincang dan/atau bengkak
 Tulang kaki dan tangan
3. Tb Otak dan Saraf
 Meningitis dengan gejala iritabel, kaku kuduk, muntah-muntah dan
kesadaran menurun

4. Gejala mata
 Conjungtivitis phlyctenularis, Tuberkel koroid (hanya terlihat dengan
funduskopi)






Uji tuberculin (Mantoux)
Uji tuberkulin dilakukan dengan cara Mantoux (penyuntikan intrakutan).
Tuberkulin yang dipakai adalah tuberkulin PPD RT 23 kekuatan 2 TU atau
PPD-S kekuatan 5 TU. Pembacaan dilakukan 48-72 jam setelah penyuntikan.
Diukur diameter tranversal dari indurasi yang terjadi. Ukuran dinyatakan
dalam mm, dikatakan positif bila indurasi : > 10 mm.
Reaksi cepat BCG
Bila dalam penyuntikan BCG terjadi reaksi cepat berupa kemerahan dan
indurasi > 5
mm
(dalam
3-7
hari)
maka
dicurigai
telah
terinfeksiMycobacterium tuberculosis.
Foto Rontgen Paru
Kelainan pada foto toraks bisa sebagai usul tetapi bukan sebagai diagnosa
utama pada TB.Namun, Foto toraks bisa digunakan untuk menyingkirkan
kemungkinan TB paru pada orang-orang yang dengan hasil tes tuberkulin ( +)
dan tanpa menunjukkan gejala.
1. Bila klinis ditemukan gejala tuberkulosis paru, hampir selalu ditemukan
kelainan padafoto roentgen.
2. Bila klinis ada dugaan terhadap penyakit tuberkulosis paru, tetapi pada
foto roentgentidak terlihat kelainan, maka ini merupakan tanda yang kuat
bukan tuberkulosis.
3. Sebaliknya, bila tidak ada kelainan pada foto toraks belum berarti tidak
ada tuberkulosis,sebab kelainan pertama pada foto toraks baru terlihat
sekurang -kurangnya 10 minggusetelah infeksi oleh basil tuberkulosis.
4. Sesudah sputum positif pada pemeriksaan bakteriologi, tanda tuberkulosis
yangterpenting adalah bila ada kelainan pada foto toraks.

5. Ditemukannya kelainan pada foto toraks belum berarti bahwa penyakit
tersebut aktif.
6. Dari bentuk kelainan pada foto roentgen memang dapat diperoleh kesan
tentang aktivitaspenyakit, namun kepastian diagnosis hanya dapat
diperoleh melalui kombinasi denganhasil pemeriksaan klinis/laboraturis.
7. Pemeriksaan roentgen penting untuk dokumentasi, menentukan lokalisasi,
proses dantanda perbaikan ataupun perburukan dengan melakukan
perbandingan dengan foto-foto terdahulu.
8. Pemeriksaan roentgen juga penting untuk penilaian hasil tindakan terapi
sepertiPneumotoraks torakoplastik, torakoplastik dsb
9. Pemeriksaan roentgen tuberculosis paru saja tidak cukup dan dewasa ini
bahkan tidak boleh dilakukan hanya dengan fluoroskopi. Pembuatan foto
roentgen adalah suatukeharusan, yaitu foto posterior anterior (PA), bila
perlu disertai proyeksi-proyeksitambahan seperti foto lateral, foto khusus
puncak AP-lordotik dan tekhnik-tekhnik khususlainnya.10
Ada 3 macam proyeksi pemotretan pada foto toraks pasien yang dicurigai
TB, yaitu :
1. Proyeksi Postero-Anterior (PA)Pada posisi PA, pengambilaii foto dilakukan
pada saat pasien dalam posisi berdiri,tahan nafas pada akhir inspirasi dalam.
Bila terlihat suatu kelainan pada proyeksi PA, perlu ditambah proyeksi lateral.
2. Proyeksi LateralPada proyeksi lateral, posisi berdiri dengan tangan disilangkan
di belakang kepala. Pengambilan foto dilakukan pada saat pasien tahan napas
dan akhir inspirasi dalam.
3. Proyeksi Top Lordotik Proyeksi Top Lordotik dibuat bila foto PA menunjukkan
kemungkinan adanyakelainan pada daerah apeks kedua paru. Proyeksi
tambahan ini hendaknya dibuatsetelah foto rutin diperiksa dan bila terdapat
kesulitan dalam menginterpretasikansuatu lesi di apeks. Pengambilan foto
dilakukan pada posisi berdiri dengan arah sinarmenyudut 35-45 derajat arah
caudocranial, agar gambaran apeks paru tidak berhimpitan dengan klavikula.10






Pemeriksaan mikrobiologi
Ppemeriksaan langsung BTA (mikroskopis) dan kultur dari sputum (pada
anak bilasan lambung karena sputum sulit didapat ).
Pemeriksaan serologi (ELISA, PAP, Mycodot, dll) masih memerlukan
penelitian lebih lanjut.
Pemeriksaan patologi anatomi.
Respon terhadap pengobatan OAT.
Kalau dalam 2 bulan terdapat perbaikan klinis nyata, akan menunjang atau
memperkuat diagnosis TBC.4,5,6

TATALAKSANA



Obat harus diminum teratur, setiap hari, dan dalam waktu yang cukup
lama. Dosis obat harus disesuaikan dengan berat badan.
Secara garis besar dapat dibagi menjadi tata laksana untuk :

1.

TBC paru tidak berat
Pada TBC paru yang tidak berat cukup diberikan 3 jenis obat anti
tuberkulosis (OAT) dengan jangka waktu terapi 6 bulan. Tahap intensif
terdiri dari isoniazid (H), Rifampisin (R) dan Pyraninamid (Z) selama 2
bulan diberikan setiap hari (2HRZ). Tahap lanjutan terdiri dari Isoniazid
(H) dan Rifampisin (R) selama 4 bulan diberikan setiap hari (4HR).
2.
TBC paru berat atau TBC ekstrapulmonal
Pada TBC berat (TBC milier, meningitis, dan TBC tulang) maka juga
diberikan Streptomisin atau Etambutol pada permulaan pengobatan. Jadi
pada TBC berat biasanya pengobatan dimulai dengan kombinasi 4-5 obat
selama 2 bulan, kemudian dilanjutkan dengan Isoniazid dan Rifampisin
selama 10 bulan lagi atau lebih, sesuai dengan perkembangan klinisnya.
Kalau ada kegagalan karena resistensi obat, maka obat diganti sesuai
dengan hasil uji resistensi, atau tambah dan ubah kombinasi OAT.5,6,7
Obat anti tuberkulosis yang digunakan adalah :

Isoniazid (INH) : selama 6-12 bulan
1. Dosis terapi
5-10 mg/kgBB/hari diberikan sekali sehari.
2.
Dosis profilaksis
5-10 mg/kgBB/hari diberikan sekali sehari.
3.
Dosis maksimum
300 mg/hari.

1.
2.

1.
2.

1.
2.

1.
2.

Rifampisin ( R ) : selama 6-12 bulan
Dosis
10-20 mg/kgBB/hari sekali sehari.
Dosis maksimum
600 mg/hari.
Pirazinamid (Z) : selama 2-3 bulan pertama
Dosis
25-35 mg/kgBB/hari diberikan 2 kali sehari.
Dosis maksimum
2 gram/hari.
Etambutol (E) : selama 2-3 bulan pertama
Dosis
15-20 mg/kgBB/hari diberikan sekali atau 2 kali sehari.
Dosis maksimum
.1250 mg/hari
Streptomisin (S) : selama 1-2 bulan pertama
Dosis
15-40 mg/kg/hari diberikan sekali sehari intra muskular.
Dosis maksimum
1 gram/hari.




Kortikosteroid diberikan pada keadaan khusus seperti : Tb milier,
meningitis Tb,endobronkial Tb, pleuritis Tb, perikarditis Tb, peritonitis Tb.
Boleh diberikan prednison 1-2 mg/kg BB/hari selama 1-2 bulan

Penghentian Pengobatan
Bila setelah 6 bulan evaluasi membaik : batuk menghilang, klinis
membaik, anak menjadi lebih aktif, berat badan meningkat, foto thorax
membaik, penurunan LED

Bila setelah 6 bulan tidak ada perbaikan, kemungkinan :
1.
Kepatuhan minum obat yang kurang
2.
MDR (Multi Drug Resisten)
3.
Diagnosis bukan TBC


OBAT PENCEGAHAN DENGAN INH : 5-10 mg/kg BB/hari diberikan pada
:

Profilaksis primer : anak yang kontak erat dengan penderita TB menular
(BTA positip, tetapi belum terinfeksi).

Profilaksis sekunder : anak dengan infeksi TB yaitu tuberkulin positip dan
klinis baik, dengan faktor resiko yang memungkinkan menjadi TB aktif.
1.
umur dibawah 5 tahun
2.
menderita penyakit infeksi (morbili, varicella)
3.
mendapat obat imunosupresif (sitostatik, steroid, dll)
4.
umur akil balik
5.
kalau ada infeksi HIV.5,6,7
KOMPLIKASI
Pada anak komplikasi biasanya terjadi pada 5 tahun pertama setelah infeksi
terutama 1 tahun pertama. Penyebaran limfohematogen menjadi Tb milier atau
meningitis Tb atau efusi pleura biasanya terjadi 3-6 bulan setelah infeksi primer.
Tb tulang dan sendi terbanyak terjadi dalam 3 tahun pertama, dan Tb ginjal dan
kulit terbanyak setelah 5 tahun dari infeksi primer.3,4
SISTEM SKORING DIAGNOSIS TUBERKULOSIS ANAK.4
Parameter

0

1
2
3
Laporan Kavitas
keluarga, (+),
Tidak
BTA
Kontak Tb
BTA (-) BTA
jelas
(+)
atau tidak tidak
tahu
jelas
Uji
Negati
Positif
Tuberkulin f
( ≥ 10

mm
atau ≥
5 mm
pada
keada
an
imuno
supres
i)

Berat
badan/kead
aan gizi

Klinis
gizi
buruk
BB/TB <
atau
90% atau
BB/TB
BB/U <
<
80%
70%ata
u BB/U
< 60%

Demam
tanpa sebab
jelas

≥2
minggu

Batuk

≥3
minggu

Pembesara
≥ 1cm,
n kelenjar
jumlah
limfe kolli,
>1, tidak
aksila,
nyeri
inguinal
Pembengka
kan
Ada
tulang/send
pembeng
i panggul,
kakan
lutut,
falang
Foto
Norm 
In
Rontgen
al/tida filtrat
toraks
k jelas 
P
embesara
n
kelenjar

K
onsolidas
i
segmenta

l/
lobar

at
elektasis
o
kalsifikas
i+
infiltrat
o
pembesar
an
kelenjar
+ infiltrat

Catatan :

Diagnosis dengan sistem skoring ditegakkan oleh dokter

Jika dijumpai skrofuloderma, langsung didiagnosis tuberkulosis

Berat badan dinilai saat datang (moment opname)

Demam dan batuk tidak ada respons terhadap terapi sesuai baku

Foto rontgen toraks bukan alat diagnostik utama pada Tb anak

Semua anak dengan reaksi cepat BCG harus dievaluasi dengan sistem
skoring Tb anak

Didiagnosis Tb jika skor ≥ 6 (skor maksimal 14). Cut off point ini masih
bersifat tentatif/sementara, nilai definitif menunggu hasil penelitian yang
sedang dilaksanakan.

DAFTAR PUSTAKA

1

Tuberculosis Coalition for Technical Assistance. International Standards for
Tuberculosis Care (ISTC). 2nd ed. The Hague: Tuberculosis Coalition for Technical
Assistance, 2009.

2
3

Depkes RI. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Edisi 2. Jakarta:
Depkes RI; 2010.
WHO. Indonesia Profil [serial online].WHO; 2013. [Semarang 2013 Mei 12].
Available

from:

URL:

HIPERLINK.

http://www.stoptb.org/assets/documents/countries/partnerships/Indonesia
%20Introduction-rev%2003012012.pdf
4

Core Curriculum on Tuberculosis: What the Clinician Should Know, 6th edition
(2010). Division of Tuberculosis Elimination, Centers for Disease Control and
Prevention (CDC).

5

Kim C Smith, MD, MPH, Susan, D. John: Pediatric TB Radiology For Clinician at
the University of Texas Health Science Center at Houston Medical School. 2000; 20 :
449-470.

6

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.2006. Tuberkulosis, Pedoman Diagnosis dan
Penatalaksanaan di Indonesia Citra Grafika, Jakarta

7

Dinas Kesehatan Kota Palembang. 2012. Profil Kesehatan Kota Palembang 2012.
Palembang

8

World Health Organization. 2011. Global Tuberculosis Control 2011, Geneva,hal.1-3.

9

World Health Organization. 2006. Indonesian Strategic Plan To Stop TB 2006-2010.
Hal : 2-11

10 Rasad, Sjahriar. Radiologi Diagnostik. Edisi 2. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 2005

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

FENOMENA INDUSTRI JASA (JASA SEKS) TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL ( Study Pada Masyarakat Gang Dolly Surabaya)

63 375 2

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI PUBLIC RELATIONS DALAM MENANGANI KELUHAN PELANGGAN SPEEDY ( Studi Pada Public Relations PT Telkom Madiun)

32 284 52

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65