M01778

PROCEEDING
SEMINAR &CALL FOR PAPERS
ISBN 978-979-3775-57-9

Business Dynamics Toward
Indonesia Economic Revival

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
2015

ISBN: 978-979-3775-57-9

4rd Economics & Business Research Festival
19 November 2015

PEMBERDAYAAN UMKM DALAM RANGKA PENINGKATKAN
KEUNGGULAN KOMPETITIF MELALUI PROSES INOVASI
MENGGUNAKAN PENDEKATAN KNOWLEDGE MANAGEMENT
(STUDI PADA PENGUSAHA KERUPUK TUNTANG KAB.
SEMARANG)

Linda Ariany Mahastanti
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana
linda.ariany@staff.uksw.edu
Yeterina Widi Nugrahanti
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana
yeterina.nugrahanti@staff.uksw.edu
Sri Hartini
Fakultas Sains Matematika Universitas Kristen Satya Wacana

ABSTRACT
Product innovation capabilities urgently needed by SMEs (Micro, Small and Medium Enterprises) to
improve SMEs competitive advantage in the industry. This is important because a lot of SMEs that
could not survive or diminishing their income in this era of globalization because they are unable to
compete in product innovations. It also occurs in the cracker industry Tuntang Semarang District.
Good innovation process will be created if the craftsmen crackers have a good knowledge
management in managing information and knowledge from tacit knowledge that will be developed
into exsplisit knowledge to peak at a business purpose. Good product innovation needs to be done in a
way to have a good knowledge management. One of the things that will be done in the process of
knowledge management is how craftsmen crackers Tuntang willing and able to replace the
production process of using borax to the production process without the use of borax in making

dough crackers called NasDem techniques through sharing knowledge among the craftsmen crackers.
The method used in this research is the Research and Development (R & D). This method was chosen
because it contains elements of empowerment unutuk crackers artisans to create innovative products
of crackers through knowledge management models that tapat. In the research process craftsmen are
actively involved through their experience so far in FGD for knowledge management process in terms
of the production of crackers. The results showed that the process of knowledge management from
knowledge creation to knowledge dissemination has been done well by businessman crackers. To
expedite the process of knowledge management they also incorporate local knowledge of local
culture. This is done because the employers have a strong attachment to local wisdom.

Keywords: knowledge management, kearifan lokal SMEs

PENDAHULUAN

Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana

18

4rd Economics & Business Research Festival

19 November 2015

ISBN: 978-979-3775-57-9

Latar Belakang
Pertumbuhan Perekonomian di Indonesia sangat didukung oleh peran serta UMKM di
dalamnya. Berdasarkan data Dinas Koperasi dan UMKM 2011 UMKM mampu menyumbang 56%
dari PDB Indonesia. Selain itu UMKM juga mampu mnyerap tenaga kerja 97% terhadap keseluruhan
tenaga kerja yang ada di Indonesia. Sehingga pemberdayaan UMKM diharapakan mampu untuk
meningkatkan daya saing bangsa Indonesia ke depan karena pertumbuhan perekonomian di Indonesia
hampir 50% ditopang oleh UMKM(BPS, 2011).
Namun demikian saat ini banyak sekali UMKM yang mengalami tantangan khususnya masalah
rendahnya kemampuan inovasi. Usaha kecil yang mulai berkembang saat ini, sering kali banyak
mengalami hambatan dalam perkembangannya terkait dengan proses inovasi yang tidak bisa berjalan
dengan baik. Beberapa kendala yang dihadapi terkait dengan proses inovasi terkait dengan
kemampuan transfer knowledge yang masih rendah diantara para pengusaha UMKM. Berdasarkan
hasil penelitian Mahastanti dan Nugrahanti (2010) kondisi ini terjadi karena tingkat pendidikan yang
masih relatif rendah rata rata lulusan SD dan SMP. Hal ini sejalan dengan penelitian Menurut
Tambunan (2008) penyebab utama rendahnya produktivitas di UMKM di Indonesia (dan di negara
sedang berkembang pada umumnya) adalah keterbatasan teknologi dan SDM, dimana jumlah

pengusaha UKM yang memiliki gelar diploma dariuniversitas hanya berjumlah sekitar 2,20
persen.Hal ini menarik karena walupun tingkat pendidikan rendah tetapi pengalaman mereka dalam
melakukan usaha relatif cukup lama rata rata 15 tahun. Jika dilihat dari pengalaman yang dimiliki
kemampuan mereka dalam mengelola tacit knowledge sangat baik. Menurut Polanyi (1967) tacit
knowledge adalah sebuah pengetahuan yang dimiliki oleh invidu yang timbul karena proses akulturasi
dari observasi dan pengalaman yang sudah cukup lama, di dalamnya juga mengandung unsur nilai
nilai dan kepercayaan. Sehingga tacit knowledge ini terkadang akan sulit untuk di transferkan dari
satu individu ke individu yang lain. Semakin lemahnya proses transfer knowledge akan membuat
proses inovasi tidak bisa berjalan dengan baik, pada akhirnya hal ini akan menurunkan daya saing dari
usaha UKM. Padahal semakin ketatnya persaingan bisnis maka dibutuhkan kreatifitas dan inovasi
produk untuk meningkatkan competitive advantage, profitabilitas dan menunjang kelangsungan usaha
(Pimentel dan Campos,2008). Untuk menumbuhkan proses pembelajaran dalam menciptakan inovasi
produk dibutuhkan transfer knowledge yang bagus. Proses pembelajaran untuk mengembangan
inovasi dapat dilakukan secara individu, kelompok, organisasi ataupun di level industri
(Shrivastava,1993) dalam Sabestova dan Rylkova (2011).
Potret mengenai usaha kecil yang mengalami kesulitan dalam proses inovasi produk juga terjadi
di usaha kerupuk Tuntang Kabupaten Semarang. Berikut ini data data mengenai jumlah pengrajin
kerupuk di tuntang

Tabel 1

Jumlah Pengusaha Kerupuk Tuntang Kab. Semarang
TUNTANG
GADING

Pengusaha

PRAGUMAN

Kedelai

Singkong

Kedelai

Singkong

32

24


10

41

Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana

19

4rd Economics & Business Research Festival
19 November 2015

ISBN: 978-979-3775-57-9

JUMLAH

56

51


Sumber: data olahan Mahastanti dan Nugrahanti (2010)
Jenis usaha kerupuk yang dilakukan ada dua macam yaitu kerupuk dengan bahan baku kedelai
dan singkong. Hampir seluruh penduduk di kedua dukuh (Gading dan Praguman) adalah pengusaha
kerupuk. Mereka melakukan usaha yang sama karena termotivasi oleh tetangga lain yang sudah
memulai terlebih dahulu dan berhasil. Potensi usaha kerupuk ini sangat besar karena setiap bulan
pengusaha kerupuk ini mampu memproduksi dan menjual 800 pak ( 1 pak 5 kg) dengan harga perkilo
adalah Rp 7.200. Sehingga omset rata-rata perbulannya mencapai Rp28.000.000 dengan keuntungan
bersih rata-rata perbulan 3,6 juta rupiah.
Untuk memberikan pemahaman mengenai profil usaha kerupuk Tuntang, pada bagian ini akan
membahas karakteristik usaha kerupuk yang meliputi jumlah tenaga kerja, lama usaha, besarnya upah,
kapasitas produksi, pangsa pasar, asal pemasok dan prosedur pembayaran. Berdasarkan survey pada
sentra usaha kerupuk kedelai di desa Gading dan Praguman Kecamatan Tuntang, maka didapatkan
gambaran dari 30 usaha kerupuk kedelai sebagai berikut :

Tabel 1.2 Statistik Deskriptif Usaha Kerupuk Kedelai Tuntang

Jumlah Tenaga Kerja Laki-Laki
Jumlah Tenaga Kerja Perempuan
Jumlah Total Tenaga Kerja
Lama Usaha

Upah Tetap / orang / hari
Upah Borongan / orang / hari
Kapasitas Produksi

Satuan
Orang
Orang
Orang
Tahun
Rp
Rp
Kg

Min
4
20,000
5,714
100

Rata-Rata

4
2
6
15
33,867
7,500
236

Max
7
8
13
30
70,000
13,231
430

Seluruh usaha kerupuk kedelai di Tuntang dimiliki oleh keluarga, yang kesemuanya belum
berbadan hukum. Usaha kerupuk tersebut ada yang hanya dikerjakan sendiri oleh anggota keluarga,
sehingga tidak memperkerjakan tenaga kerja yang diupah. Rata-rata usaha kerupuk di Tuntang

memperkerjakan 6 orang tenaga upahan (tenaga diluar keluarga inti), bahkan ada yang sampai
memiliki 13 karyawan. Tenaga laki-laki pada umumnya dipekerjakan untuk membuat adonan, yang
memang memerlukan kekuatan fisik. Sedangkan tenaga kerja perempuan lebih banyak digunakan
sebagai tenaga memotong adonan, menjemur, sampai mengemas. Tenaga kerja tersebut ada yang
dibayarkan upahnya secara harian (tenaga tetap), antara Rp 20.000 sampai Rp. 70.000, tergantung

Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana

20

ISBN: 978-979-3775-57-9

4rd Economics & Business Research Festival
19 November 2015

banyaknya tanggungjawab atau kapasitas produksi harian. Pada umumnya, tenaga kerja tetap ini
adalah tenaga kerja untuk membuat adonan. Untuk tenaga kerja potong, jemur, dan pengemasan pada
umumnya dilakukan oleh tenaga kerja borongan yang diupah per hari antara Rp. 5.714 sampai Rp.
13.231 per hari.

Usaha kerupuk kedelai di Tuntang sudah berjalan cukup lama dan turun-temurun, dimana ratarata sudah berpengalaman sekitar 15 tahun, bahkan ada yang sampai 30 tahun. Para pengusaha
tersebut dapat menghasilkan kerupuk rata-rata sebanyak 236 Kg/hari, bahkan ada yang dapat
berproduksi sampai 430 Kg/hari.
Fenomena yang menarik dari industri kecil di atas adalah mereka berhasil memasarkan produk
kerupuk mereka sampai di luar kota bahkan sampai di luar pulau seperti Jakarta, Surabaya, Jogjakarta,
Kalimantan, dan Sumatera. Berdasarkan hasil penelitian Mahastanti dkk (2013) beberapa hal yang
dapt dilihat dari fenomena industri kerupuk adalah inisiasi dari kegiatan memulai usaha ini turun
temurun 57% dan memulai sendiri karena ikut ikutan tetangga sekitar 43%. Proses transfer knowledge
yang terjadi di usaha turun temurun terjadi dari tacit knowledge ke tacit knowledge antara orang tua
dan anak hal ini terjadi karena tempat usaha dan rumah biasanya menjadi satu sehingga anak secara
tidak langsung melakukan observasi dari cara pembuatan kerupuk dalam proses jangka waktu yang
lama. Sedangkan untuk ikut ikutan tetangga biasanya mereka meniru apa yang dilakukan oleh pemilik
perusahaan sebelumnya disini terjadi transfer knowledge dari tacit knowledge ke eksplisit knowledge.
Hal ini terjadi karena pemilik perusahaan mampu untuk memprosedurkan bagaimana cara membuat
adonan kerupuk yang mudah dipahami oleh orang lain.
Selain itu para pengrajin kerupuk Tuntang juga sudah sering mengikuti pelatihan yang
dilakukan oleh Dinas 50%. Pelatihan biasanya diberikan oleh Dinas Koperasi dan UMKM ataupun
Perguruan Tinggi dengan materi seperti pemasaran dan produksi. Dari data di atas masih banyak
pengrajin kerupuk Tuntang yang belum tersentuh untuk mengikuti pelatihan dalam rangka
mengembangkan pengetahuan mereka. Sifat pelatihan yang diberikan oleh Dinas biasanya secara
berkelompok melalui Kelompok Usaha Bersama. Masalah lain yang muncul adalah setelah
mendapatkan pelatihan tidak ada kemauan dan motivasi yang dimiliki oleh Pengrajin kerupuk untuk
melatih sendiri pengetahuan yang didapatkan dari pelatihan pelatihan untuk diterapkan dalam usaha
mereka secara berkelanjutan yang pada akhirnya nanti menjadi sebuah tacit knowledge bagi mereka.
Masalah yang dihadapi dalam tahap ini adalah motivasi yang kurang dari para pengusaha untuk
berlatih sendiri dalam meyerap ilmu yang diterima selama pelatihan. Hal ini diduga terjadi karena
adanya budaya “nrimo” dikalangan orang Jawa. Budaya ini membuat seseorang enggan keluar dari
zona kenyamanan yang dimiliki selama ini. Pada tahapan ini dibutuhkan proses motivasi diri yang
kuat dari masing-masing pengusaha. Dalam proses terakhir ini lebih kepada individual learning
dibandingkan dengan organizational learning, Sedangkan tiga tahapan sebelumnya termasuk dalam
organizational learning (Bratianu, 2000).
Mahastanti dkk (2013) terhadap hasil laboraturium kerupuk tuntang kandungan gizi portein,
karbohidrat, dan serat terlarut dari kerupuk Tuntang tidak kalah dengan kerupuk Finna ( kerupuk
Finna menjadi kontrol dalam penelitian ini karena dari komposisi bahan hampir sama tapi proses
penjualan dan pemasaran lebih baik dari kerupuk Tuntang). Kendala utama yang dihadapi oleh
pengrajin kerupuk Tuntang adalah kandungan PH yang relatif tinggi dibandingkan dengan Finna. Hal
ini mempersulit pengrajin ketika meminta ijin PIRT (Perijinan Industri Rumah Tangga) kepada Dinas
Koperasi UMKM dan Dinas Kesehatan. Kandungan PH yang tinggi terjadi karena selama melakukan
proses produksi pengrajin menggunakan borak (bleng) dalam rangka untuk memperoleh kekenyalan

Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana

21

ISBN: 978-979-3775-57-9

4rd Economics & Business Research Festival
19 November 2015

adonan dan membuat kerupuk mereka menjadi renyah ketika digoreng. Ijin PIRT ini penting karena
ketika pengrajin akan memperluas pangsa pasar mereka di pasar modern salah satu persyaratan dalam
kemasan yang dibuat harus mencantumkan ijin PIRT dari Dinas. Hal ini dilakukan untuk memastikan
bahwa makanan tersbut secara kesehatan aman untuk dikonsumsi.
Kendala di atas dapat dipecahkan jika pengrajin mau untuk menggantikan komposisi borak
dengan bahan kimia lain yang diijinkan oleh pemerintah seperti STPP. Pada penelitian tahap pertama
tim peneliti melakukan beberapa ujicoba komposisi STPP sebagai pengganti Borak, kendala yang
muncul adalah ternyata tidak semua pengrajin mau menerima STPP sebagai pengganti Borak. Dengan
alasan bahwa resep borak adalah resep turun temurun dari orang tua, dan selama ini tidak ada masalah
penyakit yang muncul dari konsusmi borak tersebut. Disinilah pentingnya pendekatan budaya lokal
untuk memberikan pemahaman kepada pengrajin dalam memberikan pelatihan bahaya penggunaan
borak. Hal ini penting untuk dilakukan mengingat persaingan industri kerupuk saat ini semakin ketat,
oleh karena itu salah satu terobosan yang harus dilakukan pengrajin adalah memperluas pangsa pasar
di pasar modern dengan memperoleh PIRT terlebih dahulu. Berdasarkan hail penelitian Mahastanti
dkk (2014) menyatakan bahwa dengan menggunakan pendekatan budaya lokal “Slametan” proses
komunikasi dalam melakukan transfer knowledge menjadi lebih lancar, bahkan beberapa pengrajin
mampu untuk membuat tehnik pembuatan kerupuk tanpa menggunakan bahan kimia yang disebut
sebagai tehnik “nasdem” (panas adem atau panas dingin). Tehnik ini cukup sederhana hanya
menggunakan pergantian air panas dan air dingin dalam membuat adonan kerupuk sehingga
adonannya bisa mengembang. Penemuan tehnik ini didasarkan dari tacit knowledge yang sudah
terbentuk sejak lama dari pengrajin kerupuk dalam membuat adonan. Namun demikian dalam
penelitian ini mendapatkan hasil bahwa setelah kerupuk di tes dalam pengorengan hasil
penggorengannya tidak bisa mengembang dengan optimal dibandingkan dengan kerupuk yang
menggunakan bahan kimia. Dengan demikian proses knowledge management yang selama ini sudah
dimiliki oleh pengrajin kerupuk masih perlu untuk ditingkatkan dalam hal memperbaiki komposisi
adonan dengan menggunakan tehnik nasdem.
Untuk mnyelesaikan masalah inovasi pembuatan kerupung di Tuntang adalah dengan mengimplementasikan Knowledge Management dalam tubuh organisasi / perusahaan. Seperti yang telah
dijelaskan, bahwa Knowledge Management menurut merupakan proses suatu organisasi menciptakan
nilai yang bersumber dari asset organisasi yang berbasis pada pengetahuan dan intelektual. Asset
UKM yang berupa tacit knowledge seperti pengetahuan yang dimiliki oleh setiap individu atau staff
pada perusahaan merupakan modal berharga yang kemudian dapat dikembangkan menjadi
keunggulan perusahaan.Priambada dkk (2010) menyatakan bahwa bahwa 4 (empat) aspek yang
diperlukan dalam merancang suatu system Knowledge Management, yaitu (1) manusia, (2) proses, (3)
teknologi dan (4) isi (content). Aspek-aspek yang disyaratkan tersebut pada umumnya telah tersedia
dalam sebuah organisasi UKM, khususnya aspek manusia, proses dan teknologi. Namun, aspek isi
(content) dalam sebuah UKM masih berupa tacit knowledge yang harus digali dari setiap individu dan
kemudian didistribusikan.Aspek manusia yang dimaksud dalam sebuah organisasi UKM adalah
individu-individu yang terlibat dalam organisasi UKM, baik di lingkungan internal maupun eksternal
perusahaan.
Dalam internal perusahaan, individu dapat berarti seluruh staff atau karyawan dalam seluruh
level jabatan dan divisi yang secara aktif bekerja dalam sebuah UKM. Meliputi pemilik usaha,
manager, supervisor, kepala bagian, staff bagian, hingga karyawan honorer. Sedangkan dalam
ektsternal perusahaan meliputi pelanggan, supplier, distributor, dinas UKM kota / daerah, dan pihakpihak luar perusahaan yang terkait dengan aktivitas UKM. Aspek proses dalam sebuah organisasi

Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana

22

ISBN: 978-979-3775-57-9

4rd Economics & Business Research Festival
19 November 2015

UKM adalah proses-proses yang terjadi dalam aktivitas kerja. Aspek proses meliputi berbagai proses
yang terdapat pada UKM seperti pada bagian produksi, pelayanan, penjualan dan pemasaran,
administrasi, keuangan dan lain sebagainya. Aspek proses merupakan suatu kasus yang dapat
dijadikan dasar dalam penggalian tacit knowledge. Sedangkan teknologi adalah metode atau tools
yang digunakan untuk membantu agar proses-proses yang terjadi dalam UKM berjalan dengan lebih
mudah, lebih cepat dan lebih baik. Proses implementasi Knowledge Management dimulai dengan
mengumpulkan informasi, melakukan analisis kemudian perancangan dan dilanjutkan dengan
institusionalisasi dan evaluasi. Tahapan evaluasi dilakukan kembali pada saat mengumpulkan
informasi dan melakukan analisis. Proses ini terus berulang sehingga menjadikan implementasi
Knowledge Management terus berkembang. Oleh karena itu pengrajin kerupuk Tuntang harus mampu
menerapkan knowledge management dalam meningkatkan daya saing dengan mencipatakan inovasi
kerupuk dengan tehnik “nasdem”. Karena hal ini diharapkan mampu untuk menjadi terobosan baru
dalam industri kerupuk di Tuntang untuk menyatakan bahwa kerupuk yang dibuatnya sudah bebas
boraks. Inovasi ini perlu diperbaiki dalam rangka menghasilkan formula komposisi bumbu, bahan dan
tehnik untuk kerupuk menghasilkan kerupuk yang baik.
Perumusan masalah
Bagaimana proses knowledge management untuk inovasi produk kerupuk “nasdem” bebas
boraks? Dengan menggunakan pendekatan tacit knowledge yang selama ini sudah dimiliki oleh
pengrajin kerupuk.
Tujuan Khusus
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1.
Membuat inovasi produk kerupuk bebas borak dengan tehnik “nasdem” (bebas boraks) sampai
kepada pembuatan hak paten proses produksi “nasdem”
2.
Membuat model Model penerapan Knowledge Magament untuk UMKM (pengrajin kerupuk
Tuntang). Komponen-komponen model ini akan dipetakan sesuai dengan faktor-faktor yang
membuat model Knowledge Management dapat berjalan dengan baik, seperti (1) siapa pengirim
(sender) meliputi peneliti dalam hal teknologi inovasi kerupuk., (2) Penerima (receiver), yaitu
pengrajin kerupuk di Desa Praguman dan Desa Gading Tuntang Kabupaten Semarang, melalui
pendekatan model komunikasi. Pendekatan ini penting mengingat karakteristik pengrajin
kerupuk di daerah tersebut memiliki tingkat pendidikan rendah. Sehingga dibutuhkan
pendekatan sharing (komunikasi 2 arah ) antara pihak pengirim dan penerima. Dengan proses
sharing ini maka akan didapatkan umpan balik dari penerima yang nantinya akan memperbaiki
proses Knowledge Management (Gibson & Slimor, 1991 dalam Wahab et al, 2009)
3.
Dengan adanya Model knowledge Management yang baik dalam implementasi inovasi produk
kerupuk di Desa Praguman dan Desa Gading Tuntang Kabupaten Semarang. Hal ini
berdampak pada peningkatan daya saing dari pengusaha kerupuk karena mampu menjual
kerupuk dengan rasa, nilai gizi serta kemasan yang berbeda, sehingga mampu untuk
meningkatkan nilai tambah produk yang akan berdampak pada kenaikan harga jual kerupuk.

TINJAUAN PUSTAKA
Knowledge Management

Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana

23

ISBN: 978-979-3775-57-9

4rd Economics & Business Research Festival
19 November 2015

Maimunah dkk (2008) berpandangan bahwa Knowledge Managementmerupakan aktifitas
merencanakan, mengumpulkan dan mengorganisir, memimpin dan mengendalikan data dan informasi
yang telah dimiliki oleh sebuah perusahaan yangkemudian digabungkan dengan berbagai pemikiran
dan analisa dari berbagai macamsumber yang kompeten. Knowledge Management dapat dilihat
sebagai sebuahpendekatan yang menyeluruh dalam mencapai tujuan perusahaan dengan
memfokuskan pada pengetahuan (Bornemann dkk, 2003).Secara sederhana, Uriarte (2008)
mendefinisikan Knowledge Management sebagai suatuproses konversi tacit knowledge menjadi
explicit knowledge yang kemudian dibagikankepada anggota dalam sebuah organisasi. Lebih lanjut,
Uriarte menjelaskan bahwaKnowledge Management merupakan proses suatu organisasi menciptakan
nilai yangbersumber dari asset organisasi yang berbasis pada pengetahuan dan intelektual

Knowledge Management Sebagai Keunggulan Kompetitif
Menurut Bornemann et al (2003), keuntungan utama penerapan KnowledgeManagement bagi
organisasi adalah (1) adanya informasi pengetahuan yang lebihtransparan (2) terdapatnya proses
penciptaan nilai tambah berbasis pengetahuan (3)meningkatkan motivasi staff (4) meningkatkan daya
saing, serta (5) keamanan danketahanan organisasi untuk jangka panjang. Sedangkan Fajar (2009)
berpendapatanbahwa Knowledge Management bertujuan untuk meningkatkan keuntungan
perusahaanmelalui
komunikasi
dan meningkatkan
penguasaan pengetahuan melalui
transferpengetahuan (knowledge sharing).Tujuan Knowledge Management adalah untuk
meningkatkan dan memperbaikipengoperasian perusahaan dalam meraih keuntungan kompetitif dan
meningkatkan laba.Konsep Knowledge Managemet pada sebuah perusahaan juga bertujuan
untukmeningkatkan kinerja dengan cara menumbuhkan budaya berbagi pengetahuan,
dimanapengetahuan merupakan asset yang dapat dikelola sehingga dapat dikomunikasikan
dandigunakan secara bersama (Priambada et al, 2010). Disamping itu, penerapanknowledge
management juga dapat memberikan manfaat nyata bagi kinerja perusahaan(Kosasih dan Budiani,
2007 ). Jika perusahaan mampu memanfaatkanknowledge yang dimilikinya dengan baik, maka
perusahaan tersebut akan memilikikompetitive advantage yang akan mendukung pencapaian tujuan
perusahaan yang telahditetapkan (Ramzy, 2009).

Aktvitas-aktivitas dalam Pengelolaan Pengetahuan
Dalam pengelolaan pengetahuan setiap organisasi memiliki aktivitas yang berbeda-beda. Ada 8
(delapan) aktivitas yang dilakukan organisasi dalam mengelola pengetahuannya, yaitu: nowledge
creation, knowledge sharing, knowledge acquisition, knowledge documentation, knowledge
application, knowledge transfer, responsiveness to knowledge dan knowledge dissemination
(Sangkala, 2007; Seleim dan Khalil, 2007; Chen, 2007; Munir, 2008; Ellitan dan Anatan, 2009).
1.
Knowledge Creation
Menurut Hendrik (2003) knowledge creation merupakan tahap memasukkan segala
pengetahuan yang baru ke dalam sistem, termasuk juga pengembangan dan penemuan
pengetahuan. Zuhal (2010) menyatakan bahwa proses dalam knowledge creation, sebagai
berikut: pengetahuan tentang apa yang diinginkan oleh pelanggan (tacit knowledge) dapat kita
konversikan menjadi suatu konsep produk baru (explicit knowledge) melalui proses sosialisasi
dan eksternalisasi. Dari kajian pustaka di atas dapat disimpulkan bahwa knowledge creation
merupakan proses penciptaan pengetahuan yang terjadi di dalam organisasi. Pada makalah ini

Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana

24

ISBN: 978-979-3775-57-9

2.

3.

4.

5.

4rd Economics & Business Research Festival
19 November 2015

knowledge creation merupakan aktivitas yang bertujuan untuk menciptakan pengetahuan baru
dengan cara engkombinasikan pengetahuan internal dan eksternal.
Knowledge Sharing
Menurut Setiarso (2009) knowledge sharing merupakan salah satu aktivitas dalam pengetahuan
management yang digunakan untuk memberikan kesempatan kepada anggota suatu organisasi,
instansi atau perusahaan untuk berbagi ilmu pengetahuan, teknik, pengalaman dan ide yang
mereka miliki kepada anggota lainnya. Munir (2008) menyatakan bahwa sasaran knowledge
sharing adalah menyebarkan pengetahuan yang dikuasai oleh satu orang ke sebanyak mungkin
orang di organisasi. Penyebaran pengetahuan dari satu orang ke orang lain, atau dari satu unit
kerja ke unit kerja yang lain diharapkan akan meningkatkan kualitas pengetahuan yang dimiliki
oleh individu, unit kerja dan akhirnya organisasi. Dari kajian pustaka di atas disimpulkan bahwa
knowledge sharing merupakan metode yang digunakan untuk membagi pengetahuan. Pada
makalah ini knowledge sharing merupakan aktivitas yang dilakukan untuk membagi
pengetahuan yang dimiliki karyawan di dalam perusahaan baik yang berupa tacit maupun
eksplisit sehingga membantu penyelesaian pekerjaan di perusahaan.
Knowledge Acquisition
Menurut Sangkala (2007) knowledge acquisition pada dasarnya adalah aktivitas yang
berorientasi pada penambahan pengetahuan yang sudah ada di dalam organisasi. Knowledge
acquisition dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu dengan mengakuisisi pengetahuan
yang bersumber dari luar maupun dari dalam organisasi. Munir (2008) menyatakan bahwa
sasaran aktivitas dalam proses knowledge acquisition adalah untuk memperoleh pengetahuan
yang dibutuhkan oleh organisasi. Dari kajian pustaka di atas disimpulkan bahwa knowledge
acquisition merupakan aktivitas yang dilakukan untuk mengakuisisi atau menambah
pengetahuan. Pada makalah ini knowledge acquisition merupakan aktivitas untuk menambah
atau mengakuisisi pengetahuan yang sudah dimiliki perusahaan dengan cara memperolehnya
dari internal maupun eksternal perusahaan.
Knowledge Documentation
Menurut Seleim dan Khalil (2007) knowledge documentation melibatkan aktivitas yang
menginstitusionalkan pengetahuan dalam bentuk memori organisasi yang selanjutnya dapat
ditransfer dan digunakan kembali di masa yang akan datang. Munir (2008) menyatakan bahwa
knowledge documentation merupakan aktivitasyang ditujukan untuk memastikan bahwa
pengetahuan yang ada di organisasi terpelihara dan tersimpan dalam bentuk yang mudah
diakses oleh yang membutuhkan. Dari kajian pustaka di atas disimpulkan bahwa knowledge
documentation merupakan aktivitasyang dilakukan untuk menyimpan dan memelihara
pengetahuan organisasi. Pada makalah ini knowledge documentation merupakan aktivitas yang
dilakukan untuk menyimpan atau mendokumentasikan pengetahuan di dalam organisasi
sehingga terpelihara dengan baik dan dapat diakses dengan mudah saat dibutuhkan.
Knowledge Application
Menurut Seleim dan Khalil (2007) knowledge application mengacu pada aktivitas organisasi
untuk menggunakan pengetahuan yang tersedia untuk memperbaiki proses, produk, dan
pelayanan juga kinerja organisasi. Ellitan dan Anatan (2009) menyatakan bahwa knowledge
application mencakup aplikasi pengetahuan dalam skenario yang baru dan belajar dari skenario
tersebut yang mencakup analisis dan evaluasi kritis. Knowledge application menekankan bahwa
pengetahuan harus diterapkan dalam produk, proses dan jasa. Dari kajian pustaka diatas
disimpulkan bahwa knowledge application merupakan aktivitas yang dilakukan organisasi
untuk menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh. Pada makalah ini knowledge application
merupakan aktivitasyang dilakukan untuk menerapkan pengetahuan yang ada agar bisa

Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana

25

ISBN: 978-979-3775-57-9

6.

7.

8.

4rd Economics & Business Research Festival
19 November 2015

memperbaiki proses, produk maupun pelayanan yang diberikan sehingga menjadi lebih efektif
dan efisien.
Knowledge Transfer
Menurut Hendrik (2003) knowledge transfer menyangkut aktifitas pemindahan pengetahuan
dari satu pihak ke pihak lain. Seleim dan Khalil (2007) menyatakan bahwa knowledge transfer
termasuk kegiatan-aktivitasyang mendukung pertukaran pengetahuan antar individu, kelompok,
unit-unit di dalam organisasi dan di tingkat organisasi yang berbeda. Transfer pengetahuan yang
eksplisit lebih banyak terjadi dari pada transfer pengetahuan yang tidak eksplisit (tacit
pengetahuan). Seorang ahli mengatakan bahwa 80% know how ada pada area yang tidak mudah
atau tidak dapat dikodifikasi. Dari kajian pustaka di atas disimpulkan bahwa knowledge transfer
merupakan aktivitas memindahkan atau mentransfer pengetahuan dari satu orang atau unit ke
orang atau unit lain. Pada makalah ini knowledge transfer merupakan aktivitasyang berkaitan
pertukaran pengetahuan tacit dan eksplisit yang dimiliki, dilakukan di tingkat individu, unitunit, dan perusahaan dengan cara formal maupun informal.
Responsiveness To Knowledge
Menurut Darroch (2003) responsiveness to knowledge merupakan aktivitas organisasi yang
memberi respon terhadap berbagai tipe pengetahuan yang diakses, contoh: respon terhadap
pengetahuan tentang teknologi dan pemasaran. Chen (2007) menyatakan responsiveness to
knowledge fokus pada mengukur lingkungan bisnis internal dan eksternal, mengidentifikasi dan
memperoleh pengetahuan yang menantang menjadi sesuatu yang jelas, mengartikulasikan
tujuan dan strategi. Dari kajian pustaka di atas disimpulkan bahwa responsiveness to knowledge
merupakan respon organisasi dalam mengantisipasi perkembangan bisnis. Pada makalah ini
responsiveness to knowledge adalah aktivitasyang dilakukan sebagai wujud respon atau reaksi
terhadap saran, kritik, dan komplain dari pegawai dan pelanggan untuk memperbaiki produk,
pelayanan dan proses pekerjaan.
Knowledge Dissemination
Menurut Echols dan Shadily (2000) knowledge dissemination adalah penyebaran pengetahuan
(informasi). Ellitan dan Anatan (2009) menyatakan bahwa diseminasi pengetahuan melibatkan
siapa saja yang mendapatkan pengetahuan (personalisasi) dan bagaimana (distribusi). Dalam
fase ini, tidak semua informasi dan pengetahuan yang dikumpulkan berguna bagi semua orang.
Oleh karena itu pengetahuan harus dipersonalisasikan dan didistribusikan untuk memenuhi
kebutuhan spesifik pengguna. Dari kajian pustaka di atas disimpulkan bahwa knowledge
dissemination merupakan penyebaran pengetahuan di dalam organisasi, karena itu informasi
atau pengetahuan yang akan disebarkan harus dipilih dan diseleksi dengan baik. Pada makalah
ini knowledge dissemination merupakan kegiatan-aktivitasyang bertujuan untuk menyebarkan
pengetahuan yang dimiliki di dalam perusahaan

METODE PENELITIAN
Research and Development ( Penelitian dan Pengembangan)
Penelitian dan Pengembangan adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan
suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada. Karakteristik Research and
Development adalah penelitian ini berbentuk “siklus” , yang diawali dengan adanya kebutuhan,
permasalahan yang membutuhkan pemecahan dengan suatu produk tertentu ( Danang, 2010). Siklus
tersebut terdiri dari perencanaan, membuat tindakan dari perencanaan, melakukan observasi,

Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana

26

ISBN: 978-979-3775-57-9

4rd Economics & Business Research Festival
19 November 2015

melakukan evaluasi (termasul Self evaluation) dan juga analisis kritis untuk kembali ke tahap awal
yaitu perencanaan (O'Brien, 2001; McNiff, 2002). Semua siklus tersebut diikuti dengan partisipasi
langsung dari objek penelitian dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan praktis dari objek
peneliti dan juga mampu memberdayakan kemampuan komunitas lokal (Dick, 2002). Sedangkan
Menurut Borg and Gall (1989:782) dalam (Danang, 2010)., yang dimaksud dengan model penelitian
dan pengembangan adalah “a process used develop and validate educational product.
Research and Development juga bertujuan untuk menemukan pengetahuan-pengetahuan baru
melalui ‘basic research’, atau untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan khusus tentang masalahmasalah yang bersifat praktis melalui ‘applied research’, yang digunakan untuk meningkatkan
praktik-praktik pemberdayaan UMKM. Dalam penelitian ini Research and Development
dimanfaatkan untuk menghasilkan model transfer knowledge sebagai upaya pemberdayaan, sehingga
kemampuan pengusaha kerupuk dapat berkembang.
Dalam penelitian ini, tahapan penelitian dengan metode research and development adalah
sebagai berikut: 1) meneliti dan mengumpulkan informasi tentang kebutuhan pengembangan, inovasi
produk kerupuk 2) merencanakan prototipe komponen yang akan dikembangkan termasuk
mendefinisikan jenis kerupuk yang akan dikembangkan, merumuskan tujuan, menentukan urutan
kegiatan dan membuat skala pengukuran (instrumen penelitian), 3) mengembangkan prototipe awal
untuk dijadikan model pengkomunikasian (transfer knowledge dari hasil inovasi kerupuk kepada
pengusaha kerupuk), 4) melakukan validasi model konseptual kepada para ahli atau praktisi. 5)
melakukan ujicoba terbatas (tahap I) terhadap model awal, 6) merevisi model awal, berdasarkan hasil
ujicoba dan analisis data, 7) melakukan ujicoba secara luas (tahap II), 8) melakukan revisi akhir atau
penghalusan model, apabila peneliti dan pihak terkait menilai proses dan produk yang dihasilkan
model belum memuaskan, dan 9) membuat laporan penelitian dan melakukan diseminasi kepada
berbagai pihak.
Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di daerah Tuntang Kabupaten Semarang, Propinsi Jawa Tengah dengan
populasi pengusaha kecil yang bergerak dalam industri kerupuk. Pemilihan lokasi ini didasarkan pada
kondisi sosial dan perekonomian pengusaha kecil kerupuk yang bisa menggambarkan situasi
penelitian. Pertimbangan lainnya adalah dari aspek kemudahan mengakses informasi (manageable).
Pemilihan lokasi ini diharapkan bisa menggambarkan masalah penelitian yang telah dirumuskan.
Teknik Pengumpulan Data
Data terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan
langsung dilapangan dengan pedoman pada instrumen penelitian menggunakan kuisoner, sedangkan
data sekunder diperoleh dari berbagai laporan dan publikasi yang relevan dari penelitian. Pengisian
kuisoner dilakukan dengan teknik interview langsung kepada responden melalui proses FGD.
Disamping itu, akan diteliti juga secara mendalam (depth interview) kepada beberapa orang kunci
untuk menggambarkan peranan pengrajin di sana dalam melakukan proses knowledge management.
Teknik Pengambilan Sampel
Populasi dari penelitian ini adalah pengusaha kecil kerupuk. Unit analisis dari penelitian ini
adalah pengusaha krupuk yang melibatkan istri dalam mengelola usahanya. Sampel yang akan
digunakan sebagai unit analisis akan diambil dengan menggunakan tehnik purposivesampling yang

Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana

27

ISBN: 978-979-3775-57-9

4rd Economics & Business Research Festival
19 November 2015

bertipe judgementsampling. Menurut Emory dan Cooper (1991), tehnik ini digunakan ketika peneliti
secara teliti ingin memilih anggota sampel untuk memenuhi beberapa kriteria sesuai dengan tujuan
penelitian yang hendak dicapai dan untuk memenuhi kriteria gambaran populasi.
Rancangan Kuesioner
Untuk memperoleh data yang dapat mendukung penelitian ini, maka instrumen penelitian yang
berupa kuesioner ini dirancang terdiri dari 2 (dua) bagian, yaitu: 1) data profil kontraktor dan
responden berisi data perusahan yang berkaitan dengan kualifikasi kontraktor, pengalaman bidang
konstruksi, pekerjaan konstruksi yang dilaksanakan, dan data profil responden yang berkaitan
mengenai umur, tingkat pendidikan, pengalaman bekerja dan tingkat manajer. 2) pandangan
kontraktor terhadap aktivitas-aktivitas pengetahuan management. Bagian ini menyangkut pernyataan
responden mengenai pandangannya terhadap aktivitas pengetahuan management
Analisis Data
Setelah data selesai dikumpulkan dengan lengkap dari lapangan, tahap berikutnya adalah tahap
analisis data. Pada tahap ini, data dikerjakan dan dimanfaatkan sedemikian rupa sehingga dapat
dipakai untuk menjawab tujuan penelitian. Analisis yang dilakukan, yaitu: analisis statistik deskriptif
dan menentukan tingkat pengelolaan pengetahuan atau knowledge management dalam perusahaan.

ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Responden
Berikut ini data mengenai karakteristik demografi pengusaha kerupuk Tuntang yang akan digali
lebih jauh penerapan knowledge management yang dilakukan:
Tabel 4.1 Usia dan lama usaha Pengusaha Kerupuk

Sumber: data olahan 2015

Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa pengusaha kerupuk rata-rata usianya ada pada
kisaran 30 tahun sampai dengan 40 tahun. Pada usia tersebut secara psikologis para pengusaha sudah
memiliki pengalaman usaha yang cukup lama untuk mengembangakn usaha mereka.

Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana

28

ISBN: 978-979-3775-57-9

4rd Economics & Business Research Festival
19 November 2015

Selain itu pengusaha memiliki lama usaha berkisar 10 tahun (70%) sedangkan yang memiliki
usaha hampir 20 tahun berkisar 24%. Hal ini menunjukkan bahwa pengusaha kerupuk sudah lama
menggeluti usaha ini, sehingga mereka paham benar bagaimana menjalankan usaha kerupuk dan juga
melakukan pengembangan serta inovasi dalam menjalankan usahanya.
Selanjutnya akan dibahas tingkat pendidikan pengusaha kerupuk Tuntang. Berikut ini diagram
tingkat pendidikan pengusaha kerupuk Tuntang.

Tabel 4.2 Tingkat Pendidikan Pengusaha Kerupuk

Sumber : data olahan, 2015
Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan pengusaha rata rata ada pada
kisaran SD (38%) dan juga SMU (35%), dengan demikian banyak pengusaha yang memiliki tingkat
pendidikan yang relatif lebih rendah yaitu lulusan SD. Namun demikian walaupaun tingkat
pendidikan mereka relatif rendah, tapi mereka memiliki cukup banyak pengalaman dari menjalankan
usaha yang dilihat dari lama usaha mereka yang berada pada kisaran 10 sampai 20 tahun.
Knowledge Management
Setelah melihat data mengenai karakteristik demografik responden pengusaha kerupuk, beikut
ini akan dilihat aktivitas knowledge management yang dilakukan oleh pengusaha kerupuk selama ini.
Tabel 4.3 Aktivitas Knowledge Management yang dilakukan pengusaha kerupuk

Aktivitas Knowledge Management
Knowledge_Creation
Knowledge_Sharing
Knowledge_Aquisition
Knowledge_Documentation
Knowledge_Application
Knowledge_Transfer
Responsiveness_to_Knowledge
Knowledge_Dissemination
Budaya_Kearifan_Lokal

Skor
4.496
4.215
4.431
4.186
4.194
3.826
4.213
3.832
3.824

Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana

29

ISBN: 978-979-3775-57-9

4rd Economics & Business Research Festival
19 November 2015

Sumber : data olahan, 2015
Knowledge Creation
Menurut Hendrik (2003) knowledge creation merupakan tahap memasukkan segala
pengetahuan yang baru ke dalam sistem, termasuk juga pengembangan dan penemuan pengetahuan.
Zuhal (2010) menyatakan bahwa proses dalam knowledge creation, sebagai berikut: pengetahuan
tentang apa yang diinginkan oleh pelanggan (tacit knowledge) dapat kita konversikan menjadi suatu
konsep produk baru (explicit knowledge) melalui proses sosialisasi dan eksternalisasi. Dari kajian
pustaka di atas dapat disimpulkan bahwa knowledge creation merupakan proses penciptaan
pengetahuan yang terjadi di dalam organisasi. Deangan demikian knowledge creation merupakan
aktivitas yang bertujuan untuk menciptakan pengetahuan baru dengan cara mengkombinasikan
pengetahuan internaldan eksternal. Berdasarkan informasi di atas knowledge creation yang dimiliki
oleh pengusaha kerupuk memiliki nilai yang cukup tinggi 4,5 yang artinya hampir semua responden
pernah melakukan knowledge creation. Tingginya nilai knowledge creation di pengusaha kerupuk
Tuntang terjadi karena adanya tuntutan dari pelanggan untuk menghasilkan kerupuk bebas borak, hal
ini terjadi karena konsumen sudah mulai sadar akan pentingnya kesehatan, terutama untuk makanan
yang mereka konsumsi. Selain itu pengusaha kerupuk selama ini juga mendaptkan pendampingan
baik dari Dinas pemerintahan terkait (Dinas Koperasi dan UMKM serta dinas Kesehatan) dan juga
mendapatkan pendampingan dari beberapa Perguruan Tinggi untuk menghasilkan kerupuk sehat
bebas borak. Lingkungan yang mendukung inilah yang membuat pengusaha kerupuk bersemangat
untuk menciptakan penegtahuan baru dalam membuat kerupuk sehat berdasarkan masukan dan
pendampingan dari beberapa pihak terkait.
Knowledge Sharing
Menurut Setiarso (2009) knowledge sharing merupakan salah satu aktivitas dalam pengetahuan
management yang digunakan untuk memberikan kesempatan kepada anggota suatu organisasi,
instansi atau perusahaan untuk berbagi ilmu pengetahuan, teknik, pengalaman dan ide yang mereka
miliki kepada anggota lainnya. Munir (2008) menyatakan bahwa sasaran knowledge sharing adalah
menyebarkan pengetahuan yang dikuasai oleh satu orang ke sebanyak mungkin orang di organisasi.
Penyebaran pengetahuan dari satu orang ke orang lain, atau dari satu unit kerja ke unit kerja yang lain
diharapkan akan meningkatkan kualitas pengetahuan yang dimiliki oleh individu, unit kerja dan
akhirnya organisasi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa knowledge sharing merupakan metode yang
digunakan untuk membagi pengetahuan. Knowledge sharing merupakan aktivitas yang dilakukan
untuk membagi pengetahuan yang dimiliki karyawan di dalam perusahaan baik yang berupa tacit
maupun eksplisit sehingga membantu penyelesaian pekerjaan di perusahaan.
Pengusaha kerupuk di daerah Tuntang meiliki skor cukup tinggi di knowledge sharing yaitu
sebesar 4.2. Tingginya skor pada knowledge sharing terjadi karena adanya kesadaran yang dimiliki
oleh masing-masing pengusaha kerupuk untuk membagi ilmu yang dimilikinya baik kepada karyawan
ataupun kepada sesama pengusaha dalam rangka mengembangkan bisnis. Hal ini didukung dengan
adanya Kelompok Usaha Tuntang Jaya yang rutin melakukan pertemuan setiap bulannya untuk
membahas masalah yang dihadapi pengusaha kerupuk dan mencari solusi terhadap masalah tersebut
secara bersama-sama.
Knowledge Acquisition

Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana

30

ISBN: 978-979-3775-57-9

4rd Economics & Business Research Festival
19 November 2015

Menurut Sangkala (2007) knowledge acquisition pada dasarnya adalah aktivitas yang
berorientasi pada penambahan pengetahuan yang sudah ada di dalam organisasi. Knowledge
acquisition dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu dengan mengakuisisi pengetahuan yang
bersumber dari luar maupun dari dalam organisasi. Munir (2008) menyatakan bahwa sasaran aktivitas
dalam proses knowledge acquisition adalah untuk memperoleh pengetahuan yang dibutuhkan oleh
organisasi. Dari kajian pustaka di atas disimpulkan bahwa knowledge acquisition merupakan aktivitas
yang dilakukan untuk mengakuisisi atau menambah pengetahuan. Pada penelitian ini knowledge
acquisition merupakan aktivitas untuk menambah atau mengakuisisi pengetahuan yang sudah dimiliki
perusahaan dengan cara memperolehnya dari internal maupun eksternal perusahaan.
Skor knowledge aquisition yang dimiliki oleh pengusaha kerupuk cukup tinggi yaitu 4.3.
Artinya banyak pengusaha kerupuk yang melakukan proses akuisisi pengetahuan dari pihak lain
seperti (Dinas terkait, Perguruan Tinggi) yang selama ini melakukan pendampingan di industri
kerupuk tersebut. Para pengusaha kerupuk sering menghadiri seminar ataupun pelatihan yang
diselenggarakan oleh Perguruan Tinggi ataupun Dinas terkait. Dengan mengikuti seminar ataupun
pelatihan mereka mampu untuk mengakuisisi pengetahuan dari pihak lain yang selama ini mereka
belum pahami.
Knowledge Documentation
Menurut Seleim dan Khalil (2007) knowledge documentation melibatkan aktivitas yang
menginstitusionalkan pengetahuan dalam bentuk memori organisasi yang selanjutnya dapat ditransfer
dan digunakan kembali di masa yang akan datang. Munir (2008) menyatakan bahwa knowledge
documentation merupakan aktivitasyang ditujukan untuk memastikan bahwa pengetahuan yang ada di
organisasi terpelihara dan tersimpan dalam bentuk yang mudah diakses oleh yang membutuhkan. Dari
hasil penetian di atas disimpulkan bahwa knowledge documentation merupakan aktivitasyang
dilakukan untuk menyimpan dan memelihara pengetahuan organisasi. Pada penelitian ini knowledge
documentation merupakan aktivitas yang dilakukan untuk menyimpan atau mendokumentasikan
pengetahuan di dalam organisasi sehingga terpelihara dengan baik dan dapat diakses dengan mudah
saat dibutuhkan.
Para pengusaha kerupuk di daerah Tuntang sudah sangat sadar dengan adanya knowledge
documentation. Hal ini dapat dilihat pada skor knowledge documentation sebesar 4.2. Para pengurus
Kelompok Usaha Bersama Tuntang Jaya memiliki peran yang sangat penting dalam rangka
mendokumentasikan seluruh pengetahuan yang ada misalanya mendokumentasikan materi pelatihan,
ataupun mendokumentasikan cara simulasi pembuatan kerupuk bebas borak. Dengan adanya
dokumentasi yang baik akan memepermudah akses anggota kelompok yang lain ketika mereka
membutuhkannya.
Knowledge Application
Menurut Seleim dan Khalil (2007) knowledge application mengacu pada aktivitas organisasi
untuk menggunakan pengetahuan yang tersedia untuk memperbaiki proses, produk, dan pelayanan
juga kinerja organisasi. Ellitan dan Anatan (2009) menyatakan bahwa knowledge application
mencakup aplikasi pengetahuan dalam skenario yang baru dan belajar dari skenario tersebut yang
mencakup analisis dan evaluasi kritis. Knowledge application menekankan bahwa pengetahuan harus
diterapkan dalam produk, proses dan jasa. Dari kajian pustaka di atas disimpulkan bahwa knowledge
application merupakan aktivitas yang dilakukan organisasi untuk menerapkan pengetahuan yang telah
diperoleh. Pada makalah ini knowledge application merupakan aktivitas yang dilakukan untuk

Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana

31

ISBN: 978-979-3775-57-9

4rd Economics & Business Research Festival
19 November 2015

menerapkan pengetahuan yang ada agar bisa memperbaiki proses, produk maupun pelayanan yang
diberikan sehingga menjadi lebih efektif dan efisien.
Pengusaha kerupuk Tuntang tidak hanya mendokumentasikan pengetahuan yang dimiliki saat
ini, mereka juga sudah menerapkan pengetahuan mereka untuk mengembangakan usaha kerupuk. Hal
ini dapat dilihat dari skor knowledge aplication sebesar 4.2. Pengetahuan baru yang mereka miliki
dari hasil pelatihan ataupun seminar, mereka coba terapkan khususnya untuk membuat kerupuk bebas
borak dengan menggunakan beberapa bahan kimia yang aman seperti STPP (sodium tripolyphospat)
dengan adanya penerapan ilmu baru dalam memproduksi kerupuk diharapkan mampu untuk
memberikan pelayanan kepada konsumen yang elbih baik terutama untuk memenui kebutuhan
kerupuk sehat bebas borak.
Knowledge Transfer
Menurut Hendrik (2003) knowledge transfer menyangkut aktifitas pemindahan pengetahuan
dari satu pihak ke pihak lain. Seleim dan Khalil (2007) menyatakan bahwa knowledge transfer
termasuk kegiatan-aktivitas yang mendukung pertukaran pengetahuan antar individu, kelompok, unitunit di dalam organisasi dan di tingkat organisasi yang berbeda. Transfer pengetahuan yang eksplisit
lebih banyak terjadi dari pada transfer pengetahuan yang tidak eksplisit (tacit pengetahuan). Seorang
ahli mengatakan bahwa 80% know how ada pada area yang tidak mudah atau tidak dapat dikodifikasi.
Dari hal di atas disimpulkan bahwa knowledge transfer merupakan aktivitas memindahkan atau
mentransfer pengetahuan dari satu orang atau unit ke orang atau unit lain. Knowledge transfer
merupakan aktivitasyang berkaitan pertukaran pengetahuan tacit dan eksplisit yang dimiliki,
dilakukan di tingkat individu, unit-unit, dan perusahaan dengan cara formal maupun informal.
Pengusaha kerupuk Tuntang sudah melakukan transfer knowledge baik secara tacit ataupun
eksplisit knowledge. Tacit knowledge didapatkan dari orang tua mereka. Kebanyakan pengusaha
kerupuk di Tuntang adalah usaha turun temurun, dari kecil mereka diajak oleh orang tua untuk
membantu mebuat kerupuk dirumah hal inilah yang membuat tacit knowledge mereka berkembang.
Sedangkan untuk eksplisit knowledge mereka juga melalukan proses transfer knowledge ke sesama
pengusaha ataupun ke karyawan yang dimiliki melalui forum pertemuan di kelompok usaha ataupun
seminar dan pelatihan yang diikuti. Proses transfer knowledge yang baik dapat dilihat dari skor
komponen ini sebesar 3.8.
Responsiveness To Knowledge
Menurut Darroch (2003) responsiveness to knowledge merupakan aktivitas organisasi yang
memberi respon terhadap berbagai tipe pengetahuan yang diakses, contoh: respon terhadap
pengetahuan tentang teknologi dan pemasaran. Chen (2007) menyatakan responsiveness to knowledge
fokus pada mengukur lingkungan bisnis internal dan eksternal, mengidentifikasi dan memperoleh
pengetahuan yang menantang menjadi sesuatu yang jelas, mengartikulasikan tujuan dan strategi. Dari
kajian pustaka di atas disimpulkan bahwa responsiveness to knowledge merupakan respon organisasi
dalam mengantisipasi perkembangan bisnis. Pada makalah ini responsiveness to knowledge adalah
aktivitasyang dilakukan sebagai wujud respon atau reaksi terhadap saran, kritik, dan komplain dari
pegawai dan pelanggan untuk memperbaiki produk, pelayanan dan proses pekerjaan.
Pengusaha kerupuk Tuntang paham bahwa untuk mengembangkan usaha dibutuhkan saran dan
msukan dari beberapa pihak terkait seperti pelanggan, pegawai, dan juga Dinas dari pemerintahan.
Hal ini dapat dilihat dari skor responsiveness to knowledge yang tinggi sebesar 4.2. Masukan dari

Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana

32

ISBN: 978-979-3775-57-9

4rd Economics & Business Research Festival
19 November 2015

pelanggan dan juga karyawan untuk membuat kerupuk yang sehat serta berprodusksi secara efektif
dan efisien dijadikan bahan pertimbangan bagi pengusaha kerupuk untuk melakukan perbaikan usaha
membauat kerupuk sehat. Hal ini penting dilakukan untuk merespon perkembangan bisnis yang ada.

Knowledge Dissemination
Menurut Echols dan Shadily (2000) knowledge dissemination adalah penyebaran pengetahuan
(informasi). Ellitan dan Anatan (2009) menyatakan bahwa diseminasi pengetahuan melibatkan siapa
saja yang mendapatkan pengetahuan (personalisasi) dan bagaimana (distribusi). Dalam fase ini, tidak
semua informasi dan pengetahuan yang dikumpulkan berguna bagi semua orang. Oleh karena itu
pengetahuan harus dipersonalisasikan dan didistribusikan untuk memenuhi kebutuhan s

Dokumen yang terkait

M01778

0 0 21