Perda Kota Tual Nomor 06 Tahun 2014
WALIKOTA TUAL
PROVINSI MALUKU
PERATURAN DAERAH KOTA TUAL
NOMOR 06 TAHUN 2014
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 03 TAHUN 2009 TENTANG
POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
WALIKOTA TUAL,
Menimbang :
a.
b.
c.
Mengingat :
1.
bahwa berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005
tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, Peraturan Pemerintah Nomor
71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah, Peraturan
Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah, Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 25 Tahun
2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri
Dalam
Negeri Nomor 13 Tahun 2006; dan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial
yang bersumber dari APBD serta Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 64 Tahun 2013 tentang Penerapan Standar Akuntansi
Pemerintah Berbasis Akural pada Pemerintah Daerah, perlu
dilakukan penyempurnaan Pengelolaan Keuangan Daerah;
bahwa ketentuan pada Bab I Pasal 1; Bab III Pasal 14, Pasal 15 ayat
(5) dan ayat (6); Bab IV Pasal 34 ayat (2) huruf k, huruf n, huruf r,
huruf t dan huruf u; Pasal 47; Bab V Pasal 73 ayat (3); Pasal 74 ayat
(1), ayat (2) dan ayat (3); Pasal 75 ayat (2) huruf a, huruf d, dan huruf
e; Pasal 85 ayat (2); Pasal 90 ayat (2); Pasal 94 ayat (2) huruf b; Bab
VIII Pasal 114 ayat (1) dan ayat (2); Pasal 137 dan Pasal 138, Pasal
153, Pasal 154 s/d Pasal 165, Pasal 166; Bab XII Pasal 192, Pasal 193,
Pasal 195, Pasal 196, Pasal 206 danPasal 207; Bab IV Pasal 213 dan
Bab XV Pasal 215, Pasal 218 Peraturan Daerah Kota Tual Nomor 03
Tahun 2009 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah,
perlu ditinjau kembali;
bahwa untuk maksud sebagaimana tersebut pada huruf a dan huruf
b, perlu ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 1958 tentang
Pembentukan Daerah-Daerah Swatantra Tingkat II Dalam Wilayah
Daerah Swatantra Tingkat I Maluku (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1958 Nomor 111, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 1645);
2.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1997 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3685); sebagaimana telah diubah yang
terakhir dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28
Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5049);
3.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi
dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999
Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3851);
4.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun
2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4286);
5.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4355);
6.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan, Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 66,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);
7.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
8.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali
terakhir dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12
Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
9.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
10. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2007 tentang
Pembentukan Kota Tual di Provinsi Maluku (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 97, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4747);
11. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5234);
12. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 104 Tahun 2000
tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2000 Nomor 201, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4021) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 84 Tahun 2001 (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 157, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4165);
13.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 109 Tahun 2000
tentang Kedudukan Keuangan Walikota dan Wakil Walikota
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 210,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4028);
14.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001
tentang Pembinaan dan Pengawasan atas Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2001 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4090);
15.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2004
tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 90, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4416) sebagaimana
telah diubah yang terakhir dengan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 21 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2004
tentang Kedudukan protokoler dan Keuangan Pimpinan dan anggota
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Anggota (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 47, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4712);
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2005
tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 48, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4502);
16.
17.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2005
tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia
Nomor 4575);
18.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2005
tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 65
Tahun 2010 tentang Perubahan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010
Nomor
110, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5155);
19.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 2005
tentang Hibah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2005
20.
21.
Nomor 139, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4577);
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2005
tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan
Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor
150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4585);
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2006
tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38
tentang 2008 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah;
22.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2006
tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614);
23.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2009
tentang Bantuan kepada Partai Politik (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 18, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia
Nomor 4972);
24.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2010
tentang Pedoman Penyusunan Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah tentang Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 22,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5104);
25.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010
tentang Standar Akuntansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5165);
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2011
tentang Pinjaman Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2005 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5219);
26.
27.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2014
tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah;
28.
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010
tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
29.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 13 Tahun
2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana
telah diubah yang terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua
atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 13
Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
30.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 17 Tahun
2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah;
31.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 21 Tahun
2007 tentang Pengelompokan kemampuan keuangan daerah,
32.
33.
34.
35.
36.
37.
penganggaran dan pertanggungjawaban penggunaan belanja
penunjang Operasional pimpinan DPRD serta tata cara pengembalian
tunjangan komunikasi intensif dan dana operasional;
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 24 Tahun
2009 tentang Pedoman Tata Cara Perhitungan, Penganggaran dalam
APBD, Pengajuan, Penyaluran dan Laporan Pertanggungjawaban
Penggunaan Bantuan Keuangan Partai Politik;
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 13 Tahun
2010 tentang Pedoman Pelaksanaan Fungsi Pengawasan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Terhadap Tindak Lanjut Hasil
Pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan;
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 32 Tahun
2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial Yang
Bersumber Dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 64 Tahun
2013 tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah Berbasis
Akural pada Pemerintah Daerah;
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 1 Tahun
2014 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara
Republik Indonesia Nomor 32);
Peraturan Daerah Kota Tual Nomor 1 Tahun 2008 tentang
Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah dan
Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Tual (Lembaran
Daerah Kota Tual
Nomor 01 Tahun 2008, Seri D);
Peraturan Daerah Kota Tual Nomor 2 Tahun 2008 tentang
Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Kecamatan dan Kelurahan
(Lembaran Daerah Kota Tual Nomor 02 Tahun 2008, Seri D);
38.
Peraturan Daerah Kota Tual Nomor 3 Tahun 2008 tentang
pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah
(Lembaran Daerah Kota Tual Nomor 03 Tahun 2008, Seri D);
39.
Peraturan Daerah Kota Tual Nomor 07 Tahun 2010 tentang
Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengelola Keuangan
dan Aset Daerah (Lembaran Daerah Kota Tual Nomor 04 Tahun 2008,
Seri D).
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA TUAL
DAN
WALIKOTA TUAL,
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH
NOMOR 03 TAHUN 2009 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN
KEUANGAN DAERAH.
Beberapa ketentuan dalam Peraturan Daerah Nomor 03 Tahun 2009 tentang Pokok-Pokok
Pengelolaan Keuangan Daerah, diubah sebagai berikut:
1. Ketentuan BAB I Pasal 1 diubah sehingga BAB I pasal 1 seluruhnya menjadi sebagai
berikut
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:
1. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah
daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) menurut asas otonomi dan
tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip
Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
2. Daerah Otonom, selanjutnya disebut Daerah, adalah Kesatuan Masyarakat Hukum
yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus
urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa
sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik
Indonesia;
3. Otonomi Daerah adalah Hak, wewenang dan tanggung jawab Daerah Otonom untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat sesuai dengan peraturan perundangan;
4. Kota adalah Kota Tual;
5. Pemerintah Daerah adalah Walikota Tual dan Perangkat Daerah sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Daerah;
6. Walikota adalah Walikota Tual;
7. Wakil Walikota adalah Wakil Walikota Tual;
8. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Kota Tual;
9. Perangkat Daerah adalah orang/lembaga pada Pemerintah Daerah yang
bertanggungjawab kepada Walikota dan membantu Walikota dalam ponyelenggaraan
Pemerintahan yang terdiri atas Sekretariat Daerah, Dinas Daerah dan Lembaga Teknis
Daerah, Kecamatan dan Kelurahan sesuai dengan kebutuhan daerah;
10. Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban Daerah dalam rangka
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk
didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban
daerah tersebut dalam kerangka Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;
11. Peraturan Daerah adalah Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk oleh DPRD
dengan persetujuan bersama Walikota;
12. Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan
pengawasan keuangan daerah;
13. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat APBD adalah
rencana keuangan tahunan pemerintahan Daerah yang disetujui bersama oleh
Pemerintah Daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah;
14. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah perangkat
daerah pada pemerintah daerah selaku pengguna anggaran/pengguna barang;
15. Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnya disingkat SKPKD adalah
perangkat daerah pada pemerintah daerah selaku pengguna anggaran/pengguna
barang, yang juga melaksanakan pengelolaan keuangan daerah;
16. Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah adalah Walikota yang karena
jabatannya mempunyai kewenangan menyelenggarakan keseluruhan pengelolaan
Keuangan Daerah dan mempunyai kewajiban menyampaikan pertanggungjawaban
atas pelaksanaan kewenangan tersebut kepada DPRD;
17. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnya disingkat PPKD adalah Kepala
Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnya disebut dengan Kepala
SKPKD yang mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan APBD dan bertindak
sebagai Bendahara Umum Daerah;
18. Bendahara Umum Daerah yang selanjutnya disingkat BUD adalah PPKD yang
bertindak dalam kapasitas sebagai Bendahara Umum Daerah;
19. Pengguna Anggaran adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan anggaran
untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi SKPD yang dipimpinnya;
20. Pengguna Barang adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan barang milik
daerah;
21. Kuasa Bendahara Umum Daerah yang selanjutnya disingkat Kuasa BUD adalah
pejabat yang diberi kuasa untuk melaksanakan sebagian tugas BUD;
22. Kuasa Pengguna Anggaran adalah pejabat yang diberi kuasa untuk melaksanakan
sebagian kewenangan pengguna anggaran dalam melaksanakan sebagian tugas dan
fungsi SKPD;
23. Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD yang selanjutnya disingkat PPK-SKPD adalah
pejabat yang melaksanakan fungsi tata usaha keuangan pada SKPD;
24. Satuan kerja perangkat daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah perangkat
daerah pada pemerintah daerah selaku pengguna anggaran atau barang;
25. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan yang selanjutnya disingkat PPTK adalah Pejabat
pada unit kerja SKPD yang melaksanakan satu atau beberapa kegiatan dari suatu
program sesuai dengan bidang tugasnya;
26. Bendahara Penerimaan adalah pejabat fungsional yang ditunjuk untuk menerima,
menyimpan, menyetorkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uang
pendapatan daerah dalam rangka pelaksanaan APBD pada SKPD;
27. Bendahara Pengeluaran adalah pejabat fungsional yang
ditunjuk menerima,
menyimpan, membayarkan, menatausahakan dan mempertanggungjawabkan uang
untuk keperluan belanja daerah dalam rangka pelaksanaan APBD pada SKPD;
28. Entitas pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri atas satu atau lebih entitas
akuntansi yang menurut ketentuan
peraturan perundang-undangan wajib
menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan;
29. Entitas akuntansi adalah unit pemerintahan pengguna anggaran/pengguna barang
dan oleh karenanya wajib menyelenggarakan akuntansi dan menyusun laporan
keuangan untuk digabungkan pada entitas pelaporan;
30. Unit Kerja adalah bagian SKPD yang melaksanakan satu atau beberapa program;
31. Kas Umum Daerah adalah tempat penyimpanan uang Daerah yang ditentukan oleh
Walikota untuk menampung seluruh penerimaan daerah dan membayar seluruh
pengeluaran daerah;
32. Rekening Kas Umum Daerah adalah rekening tempat penyimpanan Uang Daerah yang
ditentukan oleh Walikota untuk menampung seluruh penerimaan daerah dan
membayar seluruh pengeluaran daerah pada bank yang ditetapkan;
33. Penerimaan Daerah adalah uang yang masuk ke kas daerah;
34. Pengeluaran Daerah adalah uang yang keluar dari kas daerah;
35. Pendapatan Daerah adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah
nilai kekayaan bersih;
36. Belanja Daerah adalah kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang
nilai kekayaan bersih;
37. Surplus Anggaran Daerah adalah selisih lebih antara pendapatan daerah dan belanja
daerah;
38. Defisit Anggaran daerah adalah selisih kurang antara pendapatan Daerah dan belanja
daerah;
39. Pembiayaan Daerah adalah semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan atau
pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang
bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya;
40. Sisa Lebih Perhitungan APBD yang selanjutnya disingkat SILPA adalah selisih lebih
realisasi penerimaan dan pengeluaran anggaran selama satu periode anggaran;
41. Pinjaman Daerah adalah semua transaksi yang mengakibatkan Daerah menerima dari
pihak lain sejumlah uang atau manfaat bernilai uang sehingga Daerah tersebut
dibebani kewajiban untuk membayar kembali;
42. Piutang Daerah adalah jumlah uang yang menjadi hak daerah atau kewajiban pihak
lain kepada Daerah sebagai akibat penyerahan uang, barang, dan atau jasa oleh
Daerah atau akibat lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku;
43. Utang Daerah adalah jumlah uang yang wajib dibayar Daerah sebagai akibat
penyerahan uang, barang, dan atau jasa kepada Daerah atau akibat lainnya
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
44. Dana Cadangan adalah dana yang disisihkan guna mendanai kegiatan yang
memerlukan dana relatif cukup besar yang tidak dapat dipenuhi dalam satu tahun
anggaran;
45. Prakiraan Maju (Forwad Estimate) adalah perhitungan kebutuhan dana untuk Tahun
Anggaran berikutnya dari tahun yang direncanakan guna memastikan kesinambungan
program dan kegiatan yang telah disetujui dan menjadi penyusunan anggaran tahun
berikutnya.
46. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang selanjutnya disingkat RPJMD
adalah Dokumen Perencanaan untuk periode 5 (lima) tahun;
47. Rencana Pembangunan Tahunan Daerah yang selanjutnya disebut Rencana Kerja
Pemerintahan Daerah (RKPD), adalah Dokumen Perencanaan Daerah untuk periode 1
(satu) Tahun;
48. Kebijakan Umum APBD yang selanjutnya disingkat KUA adalah Dokumen yang
memuat kebijakan bidang pendapatan, belanja, dan pembiayaan serta asumsi yang
mendasarinya untuk periode 1 (satu) tahun;
49. Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara yang selanjutnya disingkat PPAS adalah
rancangan program prioritas dan patokan batas maksimal anggaran yang diberikan
kepada SKPD untuk setiap program sebagai acuan dalam penyusunan RKA-SKPD
sebelum disepakati dengan DPRD;
50. Rencana Kerja dan Anggaran SKPD yang selanjutnya disingkat RKA-SKPD adalah
dokumen perencanaan dan penganggaran yang berisi rencana pendapatan dan
rencana belanja program dan kegiatan SKPD sebagai dasar penyusunan APBD;
51. Rencana Kerja dan Anggaran Pejabat Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnya
disingkat RKA-PPKD adalah rencana kerja dan anggaran SKPKD selaku BUD;
52. Dokumen Pelaksanaan Anggaran SKPD yang selanjutnya disingkat DPA-SKPD adalah
dokumen yang memuat pendapatan dan belanja yang digunakan sebagai dasar
pelaksanaan oleh pengguna anggaran;
53. Dokumen Pelaksanaan Anggaran Pejabat Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnya
disingkat DPA-PPKD adalah dokumen pelaksanaan anggaran SKPKD selaku BUD;
54. Dokumen Pelaksanaan Perubahan Anggaran SKPD yang selanjutnya disingkat DPPASKPD adalah dokumen yang memuat perubahan pendapatan dan belanja yang
digunakan sebagai dasar pelaksanaan perubahan anggaran oleh pengguna anggaran;
55. Dokumen Pelaksanaan Anggaran Lanjutan yang selanjutnya disingkat DPA-L adalah
dokumen yang memuat sisa belanja tahun sebelumnya sebagai dasar pelaksanaan
anggaran tahun berikutnya;
56. Surat Penyediaan Dana yang selanjutnya disingkat SPD adalah dokumen yang
menyatakan tersedianya dana untuk melaksanakan kegiatan sebagai dasar penerbitan
SPP;
57. Surat Permintaan Pembayaran yang selanjutnya disingkat SPP adalah dokumen yang
diterbitkan oleh pejabat yang bertanggung jawab atas pelaskanaan kegiatan atau
bendahara pengeluaran untuk mengajukan permintaan pembayaran;
58. SPP Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat SPP-UP adalah dokumen yang
diajukan oleh bendahara pengeluaran untuk permintaan uang muka kerja yang
bersifat pengisian kembali (Revolving) yang tidak dapat dilakukan dengan pembayaran
langsung;
59. SPP Ganti Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat SPP-GU adalah dokumen yang
diajukan oleh bendahara pengeluaran untuk permintaan pengganti uang persediaan
yang tidak dapat dilakukan dengan pembayaran langsung;
60. SPP Tambahan Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat
SPP-TU adalah
dokumen yang diajukan oleh bendahara pengeluaran untuk tambahan uang
persediaan guna melaksanakan kegiatan SKPD yang bersifat mendesak sedangkan
kebutuhan dananya melebihi dari jumlah batas pagu uang persediaan yang telah
ditetapkan sesuai dengan ketentuan atau karena kegiatan harus segera dilaksanakan
sementara sisa dana UP di Bendahara Pengeluaran tidak mencukupi untuk mendanai
kegiatan tersebut dan tidak dapat digunakan untuk pembayaran langsung dan uang
persediaan;
61. SPP Langsung yang selanjutnya disingkat SPP-LS adalah dokumen yang diwajibkan
oleh bendahara pengeluaran untuk permintaan pembayaran langsung kepada pihak
ketiga atas dasar perjanjian kontrak kerja atau surat perintah kerja lainnya dan
pembayaran gaji dengan jumlah, penerima, peruntukan, dan waktu pembayaran
tertentu yang dokumennya disiapkan oleh PPTK;
62. Surat Perintah Membayar yang selanjutnya disingkat SPM adalah Dokumen yang
digunakan/diterbitkan oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran untuk
penerbitan SP2D atas beban pengeluaran DPA-SKPD;
63. SPM Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat SPM-UP adalah dokumen yang
diterbitkan oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran untuk penerbitan
SP2D atas beban pengeluaran DPA-SKPD yang dipergunakan sebagai uang persediaan
untuk mendanai kegiatan;
64. SPM Ganti Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat SPM-GU adalah dokumen
yang diterbitkan oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran untuk penerbitan
SP2D atas beban pengeluaran DPA-SKPD yang dananya dipergunakan untuk
mengganti uang persediaan yang telah dibelanjakan;
65. SPM Tambahan Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat
SPM-TU adalah
dokumen yang diterbitkan oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran untuk
penerbitan SP2D atas beban pengeluaran DPA-SKPD karena kebutuhan dananya
melebihi dari jumlah batas pagu uang persediaan yang telah ditetapkan sesuai dengan
ketentuan atau karena kegiatan harus segera dilaksanakan sementara sisa dana UP di
Bendahara Pengeluaran tidak mencukupi untuk mendanai kegiatan tersebut;
66. SPM Langsung yang selanjutnya disingkat SPM-LS adalah dokumen yang diterbitkan
oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran untuk penerbita SP2D atas beban
pengeluaran DPA-SKPD kepada pihak ketiga atas dasar perjanjian kontrak kerja atau
surat perintah kerja lainnya dan
pembayaran gaji;
67. Surat Perintah Pencairan Dana yang selanjutnya disingkat SP2D adalah dokumen
yang digunakan sebagai dasar pencairan dana yang diterbitkan oleh BUD berdasarkan
SPM;
68. Surat Pertanggungjawaban yang selanjutnya disingkat SPJ adalah Dokumen
pertanggungjawaban keuangan;
69. Barang Milik Daerah yang selanjutnya disingkat BMD adalah semua barang
yang
berasal dari pembelian dengan dana yang bersumber sebagian atau seluruhnya dari
APBD dan/atau berasal dari perolehan lainnya yang sah;
70. Badan Layanan Umum Daerah yang selanjutnya disingkat BLUD adalah SKPD/unit
kerja pada SKPD di lingkungan pemerintah daerah yang dibentuk untuk memberikan
pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual
tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya
didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas;
71. Kegiatan Tahun Jamak adalah kegiatan yang dianggarkan dan dilaksanakan untuk
masa lebih dari 1 (satu) tahun anggaran yang pekerjaannya dilakukan melalui kontrak
tahun jamak;
72. Ketentuan Pasal 14 ayat (5) diubah sehingga pasal 14 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 14
(1) PPKD mempunyai tugas sebagai berikut :
a. menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan keuangan daerah;
b. menyusun rancangan APBD dan rancangan Perubahan APBD;
c. melaksanakan pemungutan pendapatan daerah yang telah ditetapkan dengan
Peraturan Daerah;
d. melaksanakan fungsi Bendahara Umum Daerah (BUD);
e. menyusun laporan keuangan daerah dalam rangka pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD; dan
f. melaksanakan tugas lainnya berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh Walikota.
(2) PPKD dalam melaksanakan fungsinya selaku BUD berwenang :
a. menyusun kebijakan dan pedoman pelaksanaan APBD;
b. mengesahkan DPA-SKPD/DPPA-SKPD;
c. melakukan pengendalian pelaksanaan APBD;
d. memberikan petunjuk teknis pelaksanaan sistem penerimaan dan pengeluaraan
kas daerah;
e. menetapkan SPD;
f. menyiapkan pelaksanaan pinjaman daerah dan pemberian pinjaman atas nama
pemerintah daerah yang ditetapkan dengan Keputusan Walikota;
g. melaksanakan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan daerah;
h. menyajikan informasi keuangan daerah; dan
i.
melaksanakan kebijakan dan pedoman pengelolaan serta penghapusan barang
milik daerah.
(3) PPKD bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada Kepala Daerah melalui
Sekretaris Daerah.
(4) Pelaksanaan pemungutan pendapatan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat 1
huruf c, khususnya pajak dan retribusi daerah dilaksanakan oleh Dinas Pengelola
Penerimaan Daerah.
(5) Pelaksanaan kebijakan dan pedoman pengelolaan serta penghapusan barang milik
daerah sebagaimana dimaksud pada ayat 2 huruf i dilaksanakan oleh Badan Pengelola
Keuangan dan Aset Daerah.
(6) Ketentuan pada ayat (4) dan ayat (5) di atas disesuaikan dengan perkembangan
Peraturan Daerah dan Peraturan Walikota yang berlaku di lingkungan Pemerintah
Kota Tual.
73. Ketentuan pasal 15 ayat (4) diubah dan pasal 15 ayat (5) dihapus sehingga pasal 15
berbunyi sebagai berikut:
Pasal 15
(1) Pendapatan yang berasal dari Dana Perimbangan dan Lain-Lain Pendapatan Daerah
yang sah dianggarkan dalam RKA-PPKD.
(2) Belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja bagi
hasil, belanja bantuan keuangan dan belanja tidak terduga dianggarkan dalam
RKA-PPKD.
(3) Penerimaan pembiayaan dan Pengeluaran pembiayaan daerah dianggarkan dalam
RKA-PPKD.
(4) PPKD adalah Kepala Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah.
(5) Dihapus.
74. Ketentuan Pasal 16 dihapus
75. Ketentuan pasal 34 ayat (2) huruf k, huruf n, huruf r, huruf t dan huruf u diubah
sehingga pasal 34 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 34
(1) Klasifikasi belanja menurut urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 33 ayat (1) terdiri dari belanja urusan wajib dan belanja urusan pilihan.
(2) Klasifikasi belanja menurut urusan wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mencakup:
a. pendidikan;
b. kesehatan;
c. pekerjaan umum;
d. perumahan rakyat;
e. penataan ruang;
f. perencanaan pembangunan;
g. perhubungan;
h. lingkungan hidup;
i. pertanahan;
j. kependudukan dan catatan sipil;
k. pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak;
I. keluarga berencana dan keluarga sejahtera;
m. sosial;
n. ketenagakerjaan;
o. koperasi dan usaha kecil dan menengah;
p. penanaman modal;
q. kebudayaan;
r. kepemudaan dan olah raga;
s. kesatuan bangsa dan politik dalam negeri;
t. otonomi daerah, pemerintahan umum, administrasi keuangan daerah,
perangkat daerah, kepegawaian dan persandian;
u. ketahanan pangan;
v. pemberdayaan masyarakat dan desa;
w. statistik;
x. kearsipan;
y. komunikasi dan informatika; dan
z. perpustakaan
(3) Klasifikasi belanja menurut urusan pilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mencakup:
a. pertanian;
b. kehutanan;
c. energi dan sumber daya mineral;
d. pariwisata;
e. kelautan dan perikanan;
f. perdagangan;
g. industri; dan
h. ketransmigrasian.
(4) Belanja menurut urusan pemerintahan yang penanganannya dalam bagian atau
bidang tertentu yang dapat dilaksanakan bersama antara pemerintah dan
pemerintah daerah yang ditetapkan dengan ketentuan perundang-undangan
dijabarkan dalam bentuk program dan kegiatan yang diklasifikasikan menurut
urusan wajib dan urusan pilihan.
76. Ketentuan pasal 47 ayat (4) diubah sehingga pasal 47 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 47
(1) Bantuan sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 huruf e digunakan untuk
menganggarkan pemberian bantuan dalam bentuk uang dan/atau barang kepada
masyarakat yang bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat.
(2) Bantuan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan tidak secara terus
menerus/tidak berulang setiap tahun anggaran, selektif dan memiliki kejelasan
peruntukan penggunaannya.
(3) Untuk memenuhi fungsi APBD sebagai instrumen keadilan dan pemerataan dalam
upaya peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat, bantuan dalam
bentuk uang dapat dianggarkan apabila pemerintah daerah telah memenuhi
seluruh kebutuhan belanja urusan wajib guna terpenuhinya standar pelayanan
minimum yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.
(4) Bantuan kepada partai politik diberikan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dianggarkan dalam jenis bantuan keuangan.
77. Ketentuan pasal 73 ayat (3) diubah sehingga pasal 73 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 73
(1) Rancangan KUA dan rancangan PPAS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 72 ayat
(2) disampaikan Kepala Daerah kepada DPRD paling lambat pertengahan bulan
Juni tahun anggaran berjalan untuk dibahas dalam pembicaraan pendahuluan
RAPBD tahun anggaran berikutnya.
(2) Pembahasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh TAPD bersama
panitia anggaran DPRD.
(3) Rancangan KUA dan PPAS yang telah dibahas sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
selanjutnya disepakati menjadi KUA dan PPAS paling lambat akhir bulan Juli
tahun anggaran berjalan.
(4) Ketentuan pasal 74 ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) diubah sehingga pasal 74
berbunyi sebagai berikut:
Pasal 74
(1) KUA serta PPAS yang telah disepakati sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73 ayat
(3) masing-masing dituangkan ke dalam nota kesepakatan yang ditandatangani
bersama antara kepala daerah dengan pimpinan DPRD dalam waktu bersamaan
(2) Dalam hal Kepala Daerah berhalangan, yang bersangkutan dapat menunjuk pejabat
yang diberi wewenang untuk menandatangani nota kepakatan KUA dan PPAS.
(3) Dalam hal Kepala Daerah berhalangan tetap, penandatanganan nota kepakatan
KUA dan PPAS dilakukan oleh penjabat yang ditunjuk oleh pejabat yang berwenang.
(4) Berdasarkan nota kesepakatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 74 ayat (1),
TAPD menyiapkan rancangan surat edaran Walikota tentang pedoman penyusunan
RKA-SKPD sebagai acuan kepala SKPD dalam menyusun RKA-SKPD.
(5) Rancangan surat edaran Walikota tentang Pedoman Penyusunan RKA-SKPD
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup:
a. Prioritas pembangunan daerah dan program/kegiatan terkait
b. Alokasi plafon anggaran sementara untuk setiap program/kegiatan SKPD
c. Batas waktu penyampaian RKA-SKPD kepada PPKD
(6) Surat edaran Walikota perihal pedoman penyusunan RKA-SKPD sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) diterbitkan paling lambat awal bulan Agustus tahun
anggaran berjalan.
78. Ketentuan pasal 75 ayat (2) huruf a dan huruf e diubah, serta
sehingga pasal 75 berbunyi sebagai berikut:
huruf d dihapus
Pasal 75
(1) Berdasarkan nota kesepakatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 74 ayat 1,
TAPD menyiapkan rancangan surat edaran Walikota tentang pedoman
penyusunan RKA-SKPD/RKA-PPKD sebagai acuan kepala SKPD/PPKD dalam
menyusun
RKA-SKPD/RKA-PPKD.
(2) Rancangan surat edaran Walikota tentang pedoman penyusunan RKA-SKPD/RKAPPKD mencakup :
a. PPAS yang dialokasikan untuk setiap program SKPD berikut rencana
pendapatan SKPD/PPKD dan pembiayaan PPKD;
b. sinkronisasi program dan kegiatan antar SKPD dengan kinerja SKPD
berkenaan sesuai dengan standar pelayanan minimal yang ditetapkan;
c. batas waktu penyampaian RKA-SKPD/RKA-PPKD kepada PPKD;
d. dihapus; dan
e. dokumen sebagai lampiran meliputi KUA, PPAS, kode rekening APBD, format
RKA-SKPD/RKA-PPKD, analisis standar belanja dan standar satuan harga.
(3) Surat edaran Walikota perihal pedoman penyusunan RKA-SKPD/RKA-PPKD
diterbitkan paling lambat awal bulan agustus tahun anggaran berjalan.
79. Ketentuan pasal 85 ayat (2) diubah sehingga pasal 85 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 85
(1) RKA-SKPD/RKA-PPKD yang telah disusun oleh SKPD/PPKD disampaikan kepada
PPKD untuk dibahas lebih lanjut oleh TAPD.
(2) Pembahasan oleh TAPD dilakukan untuk menelaah kesesuaian antara RKASKPD/RKA-PPKD dengan KUA, PPAS, prakiraan maju yang telah disetujui tahun
anggaran sebelumnya dan dokumen perencanaan lainnya, serta capaian kinerja,
indikator kinerja, kelompok sasaran kegiatan, standar analisis belanja, standar
satuan harga, standar pelayanan minimal serta sinkronisasi program dan kegiatan
antar SKPD.
(3) Dalam hal pembahasan RKA-SKPD/RKA-PPKD terdapat ketidaksesuaian kepala
SKPD/PPKD melakukan penyempurnaan.
80. Ketentuan pasal 90 ayat (2) diubah sehingga pasal 90 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 90
(1) Penetapan agenda pembahasan peraturan daerah tentang APBD untuk
mendapatkan persetujuan bersama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 89 ayat
(1) disesuaikan dengan Tata Tertib DPRD Kota Tual.
(2) Pembahasan peraturan daerah berpedoman pada KUA, serta PPAS yang telah
disepakati bersama antara Pemerintah Daerah dan DPRD.
(3) Dalam hal DPRD memerlukan tambahan penjelasan terkait dengan pembahasan
program dan kegiatan tertentu, dapat meminta RKA-SKPD berkenaan kepada
Kepala Daerah.
81. Ketentuan pasal 94 ayat (2) huruf b diubah sehingga pasal 94 berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 94
(1) Rancangan peraturan daerah tentang APBD yang telah disetujui bersama DPRD
dan peraturan Walikota tentang penjabaran APBD sebelum ditetapkan oleh
Walikota paling lama 3 (tiga) hari kerja disampaikan terlebih dahulu kepada
Gubernur untuk dievaluasi.
(2) Penyampaian rancangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai dengan:
a. persetujuan bersama antara pemerintah daerah dan DPRD terhadap
rancangan peraturan daerah tentang APBD;
b. KUA dan PPAS yang disepakati antara kepala daerah dan pimpinan DPRD;
c. risalah sidang jalannya pembahasan terhadap rancangan peraturan daerah
tentang APBD; dan
d. nota keuangan dan pidato kepala daerah perihal penyampaian pengantar
nota keuangan pada sidang DPRD.
(3) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk tercapainya
keserasian antara kebijakan daerah dan kebijakan nasional, keserasian antara
kepentingan publik dan kepentingan aparatur serta untuk meneliti sejauh mana
APBD kota tidak bertentangan dengan kepentingan umum, peraturan yang lebih
tinggi dan/atau peraturan daerah lainnya yang ditetapkan oleh kota
bersangkutan.
(4) Untuk efektivitas pelaksanaan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Gubernur dapat mengundang pejabat pemerintah kota yang terkait.
(5) Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam keputusan
Gubernur dan disampaikan kepada Walikota paling lama 15 (lima betas) hari
kerja terhitung sejak diterimanya rancangan dimaksud.
(6) Apabila Gubernur menyatakan hasil evaluasi atas rancangan peraturan daerah
tentang APBD dan rancangan peraturan Walikota tentang penjabaran APBD
sudah sesuai dengan kepentingan umum dan peraturan Perundang-undangan
yang lebih tinggi, Walikota menetapkan rancangan dimaksud menjadi peraturan
daerah dan peraturan Walikota.
(7) Dalam hal Gubernur menyatakan bahwa hasil evaluasi rancangan peraturan
daerah tentang APBD dan rancangan peraturan Walikota tentang penjabaran
APBD bertentangan dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-
undangan yang lebih tinggi, Walikota bersama DPRD melakukan penyempurnaan
paling lama 7 (tujuh) hari kerja terhitung sejak diterimanya hasil evaluasi.
(8) Apabila hasil evaluasi tidak ditindaklanjuti oleh Walikota dan DPRD, dan Walikota
tetap menetapkan rancangan peraturan daerah tentang APBD dan rancangan
peraturan Walikota tentang penjabaran APBD menjadi peraturan daerah dan
peraturan Walikota, Gubernur membatalkan peraturan daerah dan peraturan
Walikota dimaksud sekaligus menyatakan berlakunya pagu APBD tahun
sebelumnya.
(9) Pembatalan peraturan daerah dan peraturan Walikota serta pernyataan
berlakunya pagu APBD tahun sebelumnya sebagaimana dimaksud pada ayat (8)
ditetapkan dengan Peraturan Gubernur.
82. Ketentuan pasal 114 ayat (1) ditambah huruf h dan pasal 114
sehingga pasal 114 berbunyi sebagai berikut:
ayat (2) diubah
Pasal 114
(1) Untuk pelaksanaan APBD Kepala Daerah menetapkan:
a. Pejabat yang diberi wewenang menandatangani Surat Penyediaan Dana (SPD);
b. Pejabat yang diberi wewenang menandatangani Surat Perintah Membayar
(SPM);
c. Pejabat yang diberi wewenang mengesahkan Surat Pertanggungjawaban (SPJ);
d. Pejabat yang diberi wewenang menandatangani Surat Perintah membayar Uang
Persediaan (SP2D);
e. Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran;
f. Bendahara pengeluaran yang mengelola belanja bunga, belanja subsidi, belanja
hibah, belanja bantuan sosial, belanja bagi hasil, belanja bantuan keuangan,
belanja tidak terduga, dan belanja pengeluaran pembiayaan SKPKD;
g. Bendahara penerimaan pembantu dan bendahara pengeluaran pembantu
SKPD; dan
h. Pejabat Lainnya dalam rangka pelaksanaan APBD.
(2) Penetapan pejabat yang ditunjuk sebagai kuasa pengguna anggaran/kuasa
pengguna barang sebagai pejabat yang diberi wewenang menandatangani SPM
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilaksanakan sesuai dengan
kebutuhan.
(3) Penetapan pejabat lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf h,
didelegasikan oleh kepala daerah kepada kepala SKPD.
(4) Pejabat lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (3) mencakup:
a. PPK-SKPD yang diberi wewenang melaksanakan fungsi tata usaha keuangan
pada SKPD;
b. PPTK yang diberi wewenang melaksanakan satu atau beberapa kegiatan dari
suatu program sesuai dengan bidang tugasnya;
c. pejabat yang diberi wewenang menandatangani surat bukti pemungutan
pendapatan daerah;
d. pejabat yang diberi wewenang menandatangani bukti penerimaan kas dan
bukti penerimaan lainnya yang sah; dan
e. pembantu bendahara penerimaan dan/atau pembantu bendahara pengeluaran.
(5) Penetapan pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (4) dilaksanakan
sebelum dimulainya tahun anggaran berkenaan.
83. Ketentuan Pasal 153 diubah sehingga pasal 153 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 153
Tata Cara Pengelolaan Barang Milik Daerah diatur dengan Peraturan Daerah Kota Tual
tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah.
84. Ketentuan pasal 150 sampai dengan pasal 164 dihapus.
Bagian Kesepuluh
Anggaran Kegiatan Tahun Jamak
Pasal 165
(1) Anggaran Kegiatan Tahun Jamak adalah Anggaran Belanja Modal yang pendanaan
dan pelaksanaannya direncanakan selesai lebih dari 1 (satu) Tahun Anggaran.
(2) Anggaran Kegiatan Tahun Jamak diusulkan secara total dan disertai rincian
Anggaran Tahunan.
(3) Volume Anggaran Kegiatan Tahun Jamak meliputi Biaya Persiapan, Pe!aksanaan
dan Administrasi.
(4) Jangka waktu penganggaran tahun jamak sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tidak melampaui akhir tahun masa jabatan Walikota berakhir.
Pasal 166
(1)
Pembebanan Anggaran Kegiatan Tahun Jamak pada APBD Tahun Anggaran yang
berkenaan disesuaikan dengan kemampuan Keuangan Daerah.
(2)
Pertanggungjawaban Anggaran Kegiatan Tahun Jamak dilaksanakan setiap akhir
Tahun Anggaran sesuai dengan tahapannya dan akhir tahun selesainya
pekerjaan.
85. Bab XII Bagian Pertama diubah sehingga Bab XII Bagian Pertama seluruhnya berbunyi
sebagai berikut:
BAB XII
BELANJA PIMPINAN DAN ANGGOTA DPRD
Bagian Pertama
Penghasilan
Pasal 192
Penghasilan pimpinan dan anggota DPRD terdiri dari:
a. Uang Representasi;
b. Tunjangan Keluarga;
c. Tunjangan Beras;
d. Uang Paket;
e. Tunjangan Jabatan;
f. Tunjangan Badan Musyawarah;
g. Tunjangan Komisi;
h. Tunjangan Badan Legislasi Daerah;
i. Tunjangan Badan Anggaran;
j. Tunjangan Badan Kehormatan;
k. Tunjangan Alat Kelengkapan Lainnya;
Pasal 193
(1) Uang Representasi Ketua DPRD setara dengan gaji pokok Walikota yang
ditetapkan sesuai Peraturan Perundang-undangan.
(2) Uang Representasi Wakil Ketua DPRD sebesar 80% (Delapan Puluh Perseratus)
dari uang Representasi Ketua DPRD.
(3) Uang Representasi Anggota DPRD sebesar 75% (Tujuh Puluh Lima Perseratus) dari
uang Representasi Ketua DPRD.
Pasal 193A
Tunjangan keluarga dan tunjangan beras besarnya sama
Perundang-undangan yang berlaku bagi Pegawai Negeri Sipil.
dengan
ketentuan
Pasal 194
(1) Pimpinan dan Anggota DPRD diberikan Uang Paket.
(2) Uang Paket sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebesar 10% (Sepuluh
Perseratus) dari Uang Representasi yang bersangkutan.
Pasal 195
(1) Pimpinan dan Anggota DPRD diberikan Tunjangan Jabatan.
(2) Tunjangan jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebesar 145% (seratus
empat puluh lima perseratus) dari masing-masing Uang Representasi.
Pasal 195A
(1) Pimpinan atau Anggota DPRD yang meninggal dunia atau mengakhiri masa
baktinya diberikan uang jasa pengabdian.
(2) Besarnya uang jasa pengabdian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disesuaikan
dengan masa bakti Pimpinan dan Anggota DPRD dengan ketentuan :
a. Masa bakti kurang dari 1 (satu) tahun, dihitung 1 (satu) tahun penuh dan
diberikan uang jasa pengabdian 1 (satu) bulan uang representasi;
b. Masa bakti sampai dengan 1 (satu) tahun, diberikan uang jasa pengabdian I
(satu) bulan uang representasi;
c. Masa bakti sampai dengan 2 (dua) tahun, diberikan uang jasa pengabdian 2
(dua) bulan uang representasi;
d. Masa bakti sampai dengan 3 (tiga) tahun, diberikan uang jasa pengabdian 3
(tiga) bulan uang representasi;
e. Masa bakti sampai dengan 4 (empat) tahun, diberikan uang jasa pengabdian 4
(empat) bulan uang representasi;
f. Masa bakti sampai dengan 5 (lima) tahun, diberikan uang jasa pengabdian
setinggi-tingginya 6 (enam) bulan uang representasi.
(3) Dalam hal Pimpinan atau Anggota DPRD meninggal dunia, uang jasa pengabdian
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan kepada ahliwarisnya.
(4) Pembayaran uang jasa pengabdian dilakukan setelah yang bersangkutan
dinyatakan diberhentikan secara hormat sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 196
(1) Pimpinan dan Anggota DPRD yang duduk dalam badan musyawarah atau komisi
atau badan legislasi atau badan anggaran atau badan kehormatan atau alat
kelengkapan lainnya yang diperlukan, diberikan tunjangan sebagai berikut:
a. Ketua sebesar 7,5% (tujuh setengah perseratus) dari tunjangan jabatan Ketua
DPRD;
b. Wakil Ketua sebesar 5% (lima perseratus) dari tunjangan jabatan Ketua DPRD;
c. Sekretaris sebesar 4% (empat perseratus) dari tunjangan jabatan Ketua DPRD;
d. Anggota sebesar 3% (tiga perseratus) dari tunjangan jabatan Ketua DPRD.
(2) Tunjangan badan kehormatan unsur luar DPRD yang duduk dalam badan
kehormatan, diberikan tunjangan sebagai berikut:
a. Ketua paling tinggi 50% (lima puluh perseratus) dari tunjangan jabatan ketua
DPRD;
b. Wakil Ketua paling tinggi 45% (empat puluh lima perseratus) dari tunjangan
jabatan ketua DPRD;
c. Anggota paling tinggi 40% (empat puluh perseratus) dari tunjangan jabatan
ketua DPRD.
Pasal 196A
Selain penghasilan sebagaimana dimaksud dalam pasal 192, kepada pimpinan dan
anggota DPRD diberikan penerimaan lain berupa Tunjangan Komunikasi Intensif,
yang besarannya ditentukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Pasal 197
Pajak penghasilan Pimpinan dan Anggota DPRD disesuaikan dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
86. Diantara pasal 206 dan pasal 207 disisipkan 1 (satu) pasal baru yakni pasal 206A
sehingga berbunyi sebagai berikut:
Pasal 206A
Selain belanja penunjang kegiatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 206, kepada
Pimpinan DPRD disediakan Belanja Penunjang Operasional Pimpinan setiap bulan
yang besarannya ditentukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
87. Di antara pasal 215 dan 216 disisipkan 1 (satu) pasal baru yakni pasal 215A sehingga
berbunyi sebagai berikut:
Pasal 215A
Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah berbasis akrual sebagaimana diamanatkan
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah
dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013 tentang Penerapan
Standar Akuntansi Pemerintah Berbasis Akural pada Pemerintah Daerah dilakukan
pada tahun anggaran 2014.
Pasal 218
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah
ini dengan Penempatannya dalam Lemabaran Daerah Kota Tual.
Ditetapkan di Tual
pada tanggal
September 2014
WALIKOTA TUAL,
Ttd.
Hi.MAHMUD MUHAMMAD TAMHER
Diundangkan di Tual
Pada tanggal
September 2014
SEKRETARIS DAERAH KOTA TUAL,
Ttd.
Hi. ALI WAFIE RAHAYAAN
LEMBARAN DAERAH KOTA TUAL TAHUN 2014 NOMOR 72
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KOTA TUAL
NOMOR 06 TAHUN 2014
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 03 TAHUN 2009 TENTANG
POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
A.
UMUM
Kebijakan Pemerintah daerah untuk melakukan perubahan Pasal-Pasal dalam
Peraturan Daerah Nomor 03 Tahun 2009 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan
Daerah adalah sebagai pelaksanaan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintah, Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah; Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 25 Tahun 2011
tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006;
dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pemberian Hibah
dan Bantuan Sosial yang bersumber dari APBD, perlu dilakukan dalam suatu sistim
Pengelolaan Keuangan Daerah secara efektif dan efesien.
Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan adanya penyesuaian dan
penyempurnaan berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku dengan
tujuan agar memberikan kepastian dalam pelaksanannya dan tidak menimbulkan
multi tafsir dalam penerapannya.
B.
PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup Jelas.
Pasal 14
Cukup Jelas.
Pasal 15
Cukup Jelas.
Pasal 34
Cukup Jelas.
Pasal 47
Cukup Jelas.
Pasal 73
Cukup Jelas.
Pasal 74
Cukup Jelas.
Pasal 75
Cukup Jelas.
Pasal 85
Cukup Jelas
Pasal 90
Cukup Jelas.
Pasal 193
Cukup Jelas
Pasal 193A
Cukup Jelas.
Pasal 195
Cukup Jelas.
Pasal 195A
Ayat (1)
Cukupjelas.
Ayat (2)
Cukupjelas.
Ayat (3)
Cukupjelas.
Ayat (4)
Uang jasa pengabdian tidak diberikan kepada Pimpinan dan Anggota DPRD
yang diberhentikan dengan tidak hormat.
Pasal 196
Cukup Jelas.
Pasal 196A
Cukup Jelas.
Pasal 197
Cukup Jelas.
Pasal 206A
Cukup Jelas.
Pasal 215A
Cukup Jelas.
Pasal 218
Cukup Jelas.
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KOTA TUAL NOMOR 7081
PROVINSI MALUKU
PERATURAN DAERAH KOTA TUAL
NOMOR 06 TAHUN 2014
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 03 TAHUN 2009 TENTANG
POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
WALIKOTA TUAL,
Menimbang :
a.
b.
c.
Mengingat :
1.
bahwa berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005
tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, Peraturan Pemerintah Nomor
71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah, Peraturan
Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah, Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 25 Tahun
2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri
Dalam
Negeri Nomor 13 Tahun 2006; dan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial
yang bersumber dari APBD serta Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 64 Tahun 2013 tentang Penerapan Standar Akuntansi
Pemerintah Berbasis Akural pada Pemerintah Daerah, perlu
dilakukan penyempurnaan Pengelolaan Keuangan Daerah;
bahwa ketentuan pada Bab I Pasal 1; Bab III Pasal 14, Pasal 15 ayat
(5) dan ayat (6); Bab IV Pasal 34 ayat (2) huruf k, huruf n, huruf r,
huruf t dan huruf u; Pasal 47; Bab V Pasal 73 ayat (3); Pasal 74 ayat
(1), ayat (2) dan ayat (3); Pasal 75 ayat (2) huruf a, huruf d, dan huruf
e; Pasal 85 ayat (2); Pasal 90 ayat (2); Pasal 94 ayat (2) huruf b; Bab
VIII Pasal 114 ayat (1) dan ayat (2); Pasal 137 dan Pasal 138, Pasal
153, Pasal 154 s/d Pasal 165, Pasal 166; Bab XII Pasal 192, Pasal 193,
Pasal 195, Pasal 196, Pasal 206 danPasal 207; Bab IV Pasal 213 dan
Bab XV Pasal 215, Pasal 218 Peraturan Daerah Kota Tual Nomor 03
Tahun 2009 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah,
perlu ditinjau kembali;
bahwa untuk maksud sebagaimana tersebut pada huruf a dan huruf
b, perlu ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 1958 tentang
Pembentukan Daerah-Daerah Swatantra Tingkat II Dalam Wilayah
Daerah Swatantra Tingkat I Maluku (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1958 Nomor 111, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 1645);
2.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1997 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3685); sebagaimana telah diubah yang
terakhir dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28
Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5049);
3.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi
dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999
Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3851);
4.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun
2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4286);
5.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4355);
6.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan, Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 66,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);
7.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
8.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali
terakhir dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12
Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
9.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
10. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2007 tentang
Pembentukan Kota Tual di Provinsi Maluku (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 97, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4747);
11. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5234);
12. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 104 Tahun 2000
tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2000 Nomor 201, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4021) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 84 Tahun 2001 (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 157, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4165);
13.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 109 Tahun 2000
tentang Kedudukan Keuangan Walikota dan Wakil Walikota
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 210,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4028);
14.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001
tentang Pembinaan dan Pengawasan atas Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2001 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4090);
15.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2004
tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 90, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4416) sebagaimana
telah diubah yang terakhir dengan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 21 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2004
tentang Kedudukan protokoler dan Keuangan Pimpinan dan anggota
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Anggota (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 47, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4712);
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2005
tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 48, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4502);
16.
17.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2005
tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia
Nomor 4575);
18.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2005
tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 65
Tahun 2010 tentang Perubahan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010
Nomor
110, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5155);
19.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 2005
tentang Hibah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2005
20.
21.
Nomor 139, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4577);
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2005
tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan
Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor
150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4585);
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2006
tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38
tentang 2008 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah;
22.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2006
tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614);
23.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2009
tentang Bantuan kepada Partai Politik (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 18, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia
Nomor 4972);
24.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2010
tentang Pedoman Penyusunan Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah tentang Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 22,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5104);
25.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010
tentang Standar Akuntansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5165);
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2011
tentang Pinjaman Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2005 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5219);
26.
27.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2014
tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah;
28.
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010
tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
29.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 13 Tahun
2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana
telah diubah yang terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua
atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 13
Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
30.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 17 Tahun
2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah;
31.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 21 Tahun
2007 tentang Pengelompokan kemampuan keuangan daerah,
32.
33.
34.
35.
36.
37.
penganggaran dan pertanggungjawaban penggunaan belanja
penunjang Operasional pimpinan DPRD serta tata cara pengembalian
tunjangan komunikasi intensif dan dana operasional;
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 24 Tahun
2009 tentang Pedoman Tata Cara Perhitungan, Penganggaran dalam
APBD, Pengajuan, Penyaluran dan Laporan Pertanggungjawaban
Penggunaan Bantuan Keuangan Partai Politik;
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 13 Tahun
2010 tentang Pedoman Pelaksanaan Fungsi Pengawasan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Terhadap Tindak Lanjut Hasil
Pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan;
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 32 Tahun
2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial Yang
Bersumber Dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 64 Tahun
2013 tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah Berbasis
Akural pada Pemerintah Daerah;
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 1 Tahun
2014 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara
Republik Indonesia Nomor 32);
Peraturan Daerah Kota Tual Nomor 1 Tahun 2008 tentang
Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah dan
Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Tual (Lembaran
Daerah Kota Tual
Nomor 01 Tahun 2008, Seri D);
Peraturan Daerah Kota Tual Nomor 2 Tahun 2008 tentang
Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Kecamatan dan Kelurahan
(Lembaran Daerah Kota Tual Nomor 02 Tahun 2008, Seri D);
38.
Peraturan Daerah Kota Tual Nomor 3 Tahun 2008 tentang
pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah
(Lembaran Daerah Kota Tual Nomor 03 Tahun 2008, Seri D);
39.
Peraturan Daerah Kota Tual Nomor 07 Tahun 2010 tentang
Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengelola Keuangan
dan Aset Daerah (Lembaran Daerah Kota Tual Nomor 04 Tahun 2008,
Seri D).
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA TUAL
DAN
WALIKOTA TUAL,
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH
NOMOR 03 TAHUN 2009 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN
KEUANGAN DAERAH.
Beberapa ketentuan dalam Peraturan Daerah Nomor 03 Tahun 2009 tentang Pokok-Pokok
Pengelolaan Keuangan Daerah, diubah sebagai berikut:
1. Ketentuan BAB I Pasal 1 diubah sehingga BAB I pasal 1 seluruhnya menjadi sebagai
berikut
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:
1. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah
daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) menurut asas otonomi dan
tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip
Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
2. Daerah Otonom, selanjutnya disebut Daerah, adalah Kesatuan Masyarakat Hukum
yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus
urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa
sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik
Indonesia;
3. Otonomi Daerah adalah Hak, wewenang dan tanggung jawab Daerah Otonom untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat sesuai dengan peraturan perundangan;
4. Kota adalah Kota Tual;
5. Pemerintah Daerah adalah Walikota Tual dan Perangkat Daerah sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Daerah;
6. Walikota adalah Walikota Tual;
7. Wakil Walikota adalah Wakil Walikota Tual;
8. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Kota Tual;
9. Perangkat Daerah adalah orang/lembaga pada Pemerintah Daerah yang
bertanggungjawab kepada Walikota dan membantu Walikota dalam ponyelenggaraan
Pemerintahan yang terdiri atas Sekretariat Daerah, Dinas Daerah dan Lembaga Teknis
Daerah, Kecamatan dan Kelurahan sesuai dengan kebutuhan daerah;
10. Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban Daerah dalam rangka
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk
didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban
daerah tersebut dalam kerangka Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;
11. Peraturan Daerah adalah Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk oleh DPRD
dengan persetujuan bersama Walikota;
12. Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan
pengawasan keuangan daerah;
13. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat APBD adalah
rencana keuangan tahunan pemerintahan Daerah yang disetujui bersama oleh
Pemerintah Daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah;
14. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah perangkat
daerah pada pemerintah daerah selaku pengguna anggaran/pengguna barang;
15. Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnya disingkat SKPKD adalah
perangkat daerah pada pemerintah daerah selaku pengguna anggaran/pengguna
barang, yang juga melaksanakan pengelolaan keuangan daerah;
16. Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah adalah Walikota yang karena
jabatannya mempunyai kewenangan menyelenggarakan keseluruhan pengelolaan
Keuangan Daerah dan mempunyai kewajiban menyampaikan pertanggungjawaban
atas pelaksanaan kewenangan tersebut kepada DPRD;
17. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnya disingkat PPKD adalah Kepala
Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnya disebut dengan Kepala
SKPKD yang mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan APBD dan bertindak
sebagai Bendahara Umum Daerah;
18. Bendahara Umum Daerah yang selanjutnya disingkat BUD adalah PPKD yang
bertindak dalam kapasitas sebagai Bendahara Umum Daerah;
19. Pengguna Anggaran adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan anggaran
untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi SKPD yang dipimpinnya;
20. Pengguna Barang adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan barang milik
daerah;
21. Kuasa Bendahara Umum Daerah yang selanjutnya disingkat Kuasa BUD adalah
pejabat yang diberi kuasa untuk melaksanakan sebagian tugas BUD;
22. Kuasa Pengguna Anggaran adalah pejabat yang diberi kuasa untuk melaksanakan
sebagian kewenangan pengguna anggaran dalam melaksanakan sebagian tugas dan
fungsi SKPD;
23. Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD yang selanjutnya disingkat PPK-SKPD adalah
pejabat yang melaksanakan fungsi tata usaha keuangan pada SKPD;
24. Satuan kerja perangkat daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah perangkat
daerah pada pemerintah daerah selaku pengguna anggaran atau barang;
25. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan yang selanjutnya disingkat PPTK adalah Pejabat
pada unit kerja SKPD yang melaksanakan satu atau beberapa kegiatan dari suatu
program sesuai dengan bidang tugasnya;
26. Bendahara Penerimaan adalah pejabat fungsional yang ditunjuk untuk menerima,
menyimpan, menyetorkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uang
pendapatan daerah dalam rangka pelaksanaan APBD pada SKPD;
27. Bendahara Pengeluaran adalah pejabat fungsional yang
ditunjuk menerima,
menyimpan, membayarkan, menatausahakan dan mempertanggungjawabkan uang
untuk keperluan belanja daerah dalam rangka pelaksanaan APBD pada SKPD;
28. Entitas pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri atas satu atau lebih entitas
akuntansi yang menurut ketentuan
peraturan perundang-undangan wajib
menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan;
29. Entitas akuntansi adalah unit pemerintahan pengguna anggaran/pengguna barang
dan oleh karenanya wajib menyelenggarakan akuntansi dan menyusun laporan
keuangan untuk digabungkan pada entitas pelaporan;
30. Unit Kerja adalah bagian SKPD yang melaksanakan satu atau beberapa program;
31. Kas Umum Daerah adalah tempat penyimpanan uang Daerah yang ditentukan oleh
Walikota untuk menampung seluruh penerimaan daerah dan membayar seluruh
pengeluaran daerah;
32. Rekening Kas Umum Daerah adalah rekening tempat penyimpanan Uang Daerah yang
ditentukan oleh Walikota untuk menampung seluruh penerimaan daerah dan
membayar seluruh pengeluaran daerah pada bank yang ditetapkan;
33. Penerimaan Daerah adalah uang yang masuk ke kas daerah;
34. Pengeluaran Daerah adalah uang yang keluar dari kas daerah;
35. Pendapatan Daerah adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah
nilai kekayaan bersih;
36. Belanja Daerah adalah kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang
nilai kekayaan bersih;
37. Surplus Anggaran Daerah adalah selisih lebih antara pendapatan daerah dan belanja
daerah;
38. Defisit Anggaran daerah adalah selisih kurang antara pendapatan Daerah dan belanja
daerah;
39. Pembiayaan Daerah adalah semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan atau
pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang
bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya;
40. Sisa Lebih Perhitungan APBD yang selanjutnya disingkat SILPA adalah selisih lebih
realisasi penerimaan dan pengeluaran anggaran selama satu periode anggaran;
41. Pinjaman Daerah adalah semua transaksi yang mengakibatkan Daerah menerima dari
pihak lain sejumlah uang atau manfaat bernilai uang sehingga Daerah tersebut
dibebani kewajiban untuk membayar kembali;
42. Piutang Daerah adalah jumlah uang yang menjadi hak daerah atau kewajiban pihak
lain kepada Daerah sebagai akibat penyerahan uang, barang, dan atau jasa oleh
Daerah atau akibat lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku;
43. Utang Daerah adalah jumlah uang yang wajib dibayar Daerah sebagai akibat
penyerahan uang, barang, dan atau jasa kepada Daerah atau akibat lainnya
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
44. Dana Cadangan adalah dana yang disisihkan guna mendanai kegiatan yang
memerlukan dana relatif cukup besar yang tidak dapat dipenuhi dalam satu tahun
anggaran;
45. Prakiraan Maju (Forwad Estimate) adalah perhitungan kebutuhan dana untuk Tahun
Anggaran berikutnya dari tahun yang direncanakan guna memastikan kesinambungan
program dan kegiatan yang telah disetujui dan menjadi penyusunan anggaran tahun
berikutnya.
46. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang selanjutnya disingkat RPJMD
adalah Dokumen Perencanaan untuk periode 5 (lima) tahun;
47. Rencana Pembangunan Tahunan Daerah yang selanjutnya disebut Rencana Kerja
Pemerintahan Daerah (RKPD), adalah Dokumen Perencanaan Daerah untuk periode 1
(satu) Tahun;
48. Kebijakan Umum APBD yang selanjutnya disingkat KUA adalah Dokumen yang
memuat kebijakan bidang pendapatan, belanja, dan pembiayaan serta asumsi yang
mendasarinya untuk periode 1 (satu) tahun;
49. Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara yang selanjutnya disingkat PPAS adalah
rancangan program prioritas dan patokan batas maksimal anggaran yang diberikan
kepada SKPD untuk setiap program sebagai acuan dalam penyusunan RKA-SKPD
sebelum disepakati dengan DPRD;
50. Rencana Kerja dan Anggaran SKPD yang selanjutnya disingkat RKA-SKPD adalah
dokumen perencanaan dan penganggaran yang berisi rencana pendapatan dan
rencana belanja program dan kegiatan SKPD sebagai dasar penyusunan APBD;
51. Rencana Kerja dan Anggaran Pejabat Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnya
disingkat RKA-PPKD adalah rencana kerja dan anggaran SKPKD selaku BUD;
52. Dokumen Pelaksanaan Anggaran SKPD yang selanjutnya disingkat DPA-SKPD adalah
dokumen yang memuat pendapatan dan belanja yang digunakan sebagai dasar
pelaksanaan oleh pengguna anggaran;
53. Dokumen Pelaksanaan Anggaran Pejabat Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnya
disingkat DPA-PPKD adalah dokumen pelaksanaan anggaran SKPKD selaku BUD;
54. Dokumen Pelaksanaan Perubahan Anggaran SKPD yang selanjutnya disingkat DPPASKPD adalah dokumen yang memuat perubahan pendapatan dan belanja yang
digunakan sebagai dasar pelaksanaan perubahan anggaran oleh pengguna anggaran;
55. Dokumen Pelaksanaan Anggaran Lanjutan yang selanjutnya disingkat DPA-L adalah
dokumen yang memuat sisa belanja tahun sebelumnya sebagai dasar pelaksanaan
anggaran tahun berikutnya;
56. Surat Penyediaan Dana yang selanjutnya disingkat SPD adalah dokumen yang
menyatakan tersedianya dana untuk melaksanakan kegiatan sebagai dasar penerbitan
SPP;
57. Surat Permintaan Pembayaran yang selanjutnya disingkat SPP adalah dokumen yang
diterbitkan oleh pejabat yang bertanggung jawab atas pelaskanaan kegiatan atau
bendahara pengeluaran untuk mengajukan permintaan pembayaran;
58. SPP Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat SPP-UP adalah dokumen yang
diajukan oleh bendahara pengeluaran untuk permintaan uang muka kerja yang
bersifat pengisian kembali (Revolving) yang tidak dapat dilakukan dengan pembayaran
langsung;
59. SPP Ganti Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat SPP-GU adalah dokumen yang
diajukan oleh bendahara pengeluaran untuk permintaan pengganti uang persediaan
yang tidak dapat dilakukan dengan pembayaran langsung;
60. SPP Tambahan Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat
SPP-TU adalah
dokumen yang diajukan oleh bendahara pengeluaran untuk tambahan uang
persediaan guna melaksanakan kegiatan SKPD yang bersifat mendesak sedangkan
kebutuhan dananya melebihi dari jumlah batas pagu uang persediaan yang telah
ditetapkan sesuai dengan ketentuan atau karena kegiatan harus segera dilaksanakan
sementara sisa dana UP di Bendahara Pengeluaran tidak mencukupi untuk mendanai
kegiatan tersebut dan tidak dapat digunakan untuk pembayaran langsung dan uang
persediaan;
61. SPP Langsung yang selanjutnya disingkat SPP-LS adalah dokumen yang diwajibkan
oleh bendahara pengeluaran untuk permintaan pembayaran langsung kepada pihak
ketiga atas dasar perjanjian kontrak kerja atau surat perintah kerja lainnya dan
pembayaran gaji dengan jumlah, penerima, peruntukan, dan waktu pembayaran
tertentu yang dokumennya disiapkan oleh PPTK;
62. Surat Perintah Membayar yang selanjutnya disingkat SPM adalah Dokumen yang
digunakan/diterbitkan oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran untuk
penerbitan SP2D atas beban pengeluaran DPA-SKPD;
63. SPM Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat SPM-UP adalah dokumen yang
diterbitkan oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran untuk penerbitan
SP2D atas beban pengeluaran DPA-SKPD yang dipergunakan sebagai uang persediaan
untuk mendanai kegiatan;
64. SPM Ganti Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat SPM-GU adalah dokumen
yang diterbitkan oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran untuk penerbitan
SP2D atas beban pengeluaran DPA-SKPD yang dananya dipergunakan untuk
mengganti uang persediaan yang telah dibelanjakan;
65. SPM Tambahan Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat
SPM-TU adalah
dokumen yang diterbitkan oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran untuk
penerbitan SP2D atas beban pengeluaran DPA-SKPD karena kebutuhan dananya
melebihi dari jumlah batas pagu uang persediaan yang telah ditetapkan sesuai dengan
ketentuan atau karena kegiatan harus segera dilaksanakan sementara sisa dana UP di
Bendahara Pengeluaran tidak mencukupi untuk mendanai kegiatan tersebut;
66. SPM Langsung yang selanjutnya disingkat SPM-LS adalah dokumen yang diterbitkan
oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran untuk penerbita SP2D atas beban
pengeluaran DPA-SKPD kepada pihak ketiga atas dasar perjanjian kontrak kerja atau
surat perintah kerja lainnya dan
pembayaran gaji;
67. Surat Perintah Pencairan Dana yang selanjutnya disingkat SP2D adalah dokumen
yang digunakan sebagai dasar pencairan dana yang diterbitkan oleh BUD berdasarkan
SPM;
68. Surat Pertanggungjawaban yang selanjutnya disingkat SPJ adalah Dokumen
pertanggungjawaban keuangan;
69. Barang Milik Daerah yang selanjutnya disingkat BMD adalah semua barang
yang
berasal dari pembelian dengan dana yang bersumber sebagian atau seluruhnya dari
APBD dan/atau berasal dari perolehan lainnya yang sah;
70. Badan Layanan Umum Daerah yang selanjutnya disingkat BLUD adalah SKPD/unit
kerja pada SKPD di lingkungan pemerintah daerah yang dibentuk untuk memberikan
pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual
tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya
didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas;
71. Kegiatan Tahun Jamak adalah kegiatan yang dianggarkan dan dilaksanakan untuk
masa lebih dari 1 (satu) tahun anggaran yang pekerjaannya dilakukan melalui kontrak
tahun jamak;
72. Ketentuan Pasal 14 ayat (5) diubah sehingga pasal 14 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 14
(1) PPKD mempunyai tugas sebagai berikut :
a. menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan keuangan daerah;
b. menyusun rancangan APBD dan rancangan Perubahan APBD;
c. melaksanakan pemungutan pendapatan daerah yang telah ditetapkan dengan
Peraturan Daerah;
d. melaksanakan fungsi Bendahara Umum Daerah (BUD);
e. menyusun laporan keuangan daerah dalam rangka pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD; dan
f. melaksanakan tugas lainnya berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh Walikota.
(2) PPKD dalam melaksanakan fungsinya selaku BUD berwenang :
a. menyusun kebijakan dan pedoman pelaksanaan APBD;
b. mengesahkan DPA-SKPD/DPPA-SKPD;
c. melakukan pengendalian pelaksanaan APBD;
d. memberikan petunjuk teknis pelaksanaan sistem penerimaan dan pengeluaraan
kas daerah;
e. menetapkan SPD;
f. menyiapkan pelaksanaan pinjaman daerah dan pemberian pinjaman atas nama
pemerintah daerah yang ditetapkan dengan Keputusan Walikota;
g. melaksanakan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan daerah;
h. menyajikan informasi keuangan daerah; dan
i.
melaksanakan kebijakan dan pedoman pengelolaan serta penghapusan barang
milik daerah.
(3) PPKD bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada Kepala Daerah melalui
Sekretaris Daerah.
(4) Pelaksanaan pemungutan pendapatan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat 1
huruf c, khususnya pajak dan retribusi daerah dilaksanakan oleh Dinas Pengelola
Penerimaan Daerah.
(5) Pelaksanaan kebijakan dan pedoman pengelolaan serta penghapusan barang milik
daerah sebagaimana dimaksud pada ayat 2 huruf i dilaksanakan oleh Badan Pengelola
Keuangan dan Aset Daerah.
(6) Ketentuan pada ayat (4) dan ayat (5) di atas disesuaikan dengan perkembangan
Peraturan Daerah dan Peraturan Walikota yang berlaku di lingkungan Pemerintah
Kota Tual.
73. Ketentuan pasal 15 ayat (4) diubah dan pasal 15 ayat (5) dihapus sehingga pasal 15
berbunyi sebagai berikut:
Pasal 15
(1) Pendapatan yang berasal dari Dana Perimbangan dan Lain-Lain Pendapatan Daerah
yang sah dianggarkan dalam RKA-PPKD.
(2) Belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja bagi
hasil, belanja bantuan keuangan dan belanja tidak terduga dianggarkan dalam
RKA-PPKD.
(3) Penerimaan pembiayaan dan Pengeluaran pembiayaan daerah dianggarkan dalam
RKA-PPKD.
(4) PPKD adalah Kepala Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah.
(5) Dihapus.
74. Ketentuan Pasal 16 dihapus
75. Ketentuan pasal 34 ayat (2) huruf k, huruf n, huruf r, huruf t dan huruf u diubah
sehingga pasal 34 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 34
(1) Klasifikasi belanja menurut urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 33 ayat (1) terdiri dari belanja urusan wajib dan belanja urusan pilihan.
(2) Klasifikasi belanja menurut urusan wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mencakup:
a. pendidikan;
b. kesehatan;
c. pekerjaan umum;
d. perumahan rakyat;
e. penataan ruang;
f. perencanaan pembangunan;
g. perhubungan;
h. lingkungan hidup;
i. pertanahan;
j. kependudukan dan catatan sipil;
k. pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak;
I. keluarga berencana dan keluarga sejahtera;
m. sosial;
n. ketenagakerjaan;
o. koperasi dan usaha kecil dan menengah;
p. penanaman modal;
q. kebudayaan;
r. kepemudaan dan olah raga;
s. kesatuan bangsa dan politik dalam negeri;
t. otonomi daerah, pemerintahan umum, administrasi keuangan daerah,
perangkat daerah, kepegawaian dan persandian;
u. ketahanan pangan;
v. pemberdayaan masyarakat dan desa;
w. statistik;
x. kearsipan;
y. komunikasi dan informatika; dan
z. perpustakaan
(3) Klasifikasi belanja menurut urusan pilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mencakup:
a. pertanian;
b. kehutanan;
c. energi dan sumber daya mineral;
d. pariwisata;
e. kelautan dan perikanan;
f. perdagangan;
g. industri; dan
h. ketransmigrasian.
(4) Belanja menurut urusan pemerintahan yang penanganannya dalam bagian atau
bidang tertentu yang dapat dilaksanakan bersama antara pemerintah dan
pemerintah daerah yang ditetapkan dengan ketentuan perundang-undangan
dijabarkan dalam bentuk program dan kegiatan yang diklasifikasikan menurut
urusan wajib dan urusan pilihan.
76. Ketentuan pasal 47 ayat (4) diubah sehingga pasal 47 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 47
(1) Bantuan sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 huruf e digunakan untuk
menganggarkan pemberian bantuan dalam bentuk uang dan/atau barang kepada
masyarakat yang bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat.
(2) Bantuan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan tidak secara terus
menerus/tidak berulang setiap tahun anggaran, selektif dan memiliki kejelasan
peruntukan penggunaannya.
(3) Untuk memenuhi fungsi APBD sebagai instrumen keadilan dan pemerataan dalam
upaya peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat, bantuan dalam
bentuk uang dapat dianggarkan apabila pemerintah daerah telah memenuhi
seluruh kebutuhan belanja urusan wajib guna terpenuhinya standar pelayanan
minimum yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.
(4) Bantuan kepada partai politik diberikan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dianggarkan dalam jenis bantuan keuangan.
77. Ketentuan pasal 73 ayat (3) diubah sehingga pasal 73 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 73
(1) Rancangan KUA dan rancangan PPAS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 72 ayat
(2) disampaikan Kepala Daerah kepada DPRD paling lambat pertengahan bulan
Juni tahun anggaran berjalan untuk dibahas dalam pembicaraan pendahuluan
RAPBD tahun anggaran berikutnya.
(2) Pembahasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh TAPD bersama
panitia anggaran DPRD.
(3) Rancangan KUA dan PPAS yang telah dibahas sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
selanjutnya disepakati menjadi KUA dan PPAS paling lambat akhir bulan Juli
tahun anggaran berjalan.
(4) Ketentuan pasal 74 ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) diubah sehingga pasal 74
berbunyi sebagai berikut:
Pasal 74
(1) KUA serta PPAS yang telah disepakati sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73 ayat
(3) masing-masing dituangkan ke dalam nota kesepakatan yang ditandatangani
bersama antara kepala daerah dengan pimpinan DPRD dalam waktu bersamaan
(2) Dalam hal Kepala Daerah berhalangan, yang bersangkutan dapat menunjuk pejabat
yang diberi wewenang untuk menandatangani nota kepakatan KUA dan PPAS.
(3) Dalam hal Kepala Daerah berhalangan tetap, penandatanganan nota kepakatan
KUA dan PPAS dilakukan oleh penjabat yang ditunjuk oleh pejabat yang berwenang.
(4) Berdasarkan nota kesepakatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 74 ayat (1),
TAPD menyiapkan rancangan surat edaran Walikota tentang pedoman penyusunan
RKA-SKPD sebagai acuan kepala SKPD dalam menyusun RKA-SKPD.
(5) Rancangan surat edaran Walikota tentang Pedoman Penyusunan RKA-SKPD
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup:
a. Prioritas pembangunan daerah dan program/kegiatan terkait
b. Alokasi plafon anggaran sementara untuk setiap program/kegiatan SKPD
c. Batas waktu penyampaian RKA-SKPD kepada PPKD
(6) Surat edaran Walikota perihal pedoman penyusunan RKA-SKPD sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) diterbitkan paling lambat awal bulan Agustus tahun
anggaran berjalan.
78. Ketentuan pasal 75 ayat (2) huruf a dan huruf e diubah, serta
sehingga pasal 75 berbunyi sebagai berikut:
huruf d dihapus
Pasal 75
(1) Berdasarkan nota kesepakatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 74 ayat 1,
TAPD menyiapkan rancangan surat edaran Walikota tentang pedoman
penyusunan RKA-SKPD/RKA-PPKD sebagai acuan kepala SKPD/PPKD dalam
menyusun
RKA-SKPD/RKA-PPKD.
(2) Rancangan surat edaran Walikota tentang pedoman penyusunan RKA-SKPD/RKAPPKD mencakup :
a. PPAS yang dialokasikan untuk setiap program SKPD berikut rencana
pendapatan SKPD/PPKD dan pembiayaan PPKD;
b. sinkronisasi program dan kegiatan antar SKPD dengan kinerja SKPD
berkenaan sesuai dengan standar pelayanan minimal yang ditetapkan;
c. batas waktu penyampaian RKA-SKPD/RKA-PPKD kepada PPKD;
d. dihapus; dan
e. dokumen sebagai lampiran meliputi KUA, PPAS, kode rekening APBD, format
RKA-SKPD/RKA-PPKD, analisis standar belanja dan standar satuan harga.
(3) Surat edaran Walikota perihal pedoman penyusunan RKA-SKPD/RKA-PPKD
diterbitkan paling lambat awal bulan agustus tahun anggaran berjalan.
79. Ketentuan pasal 85 ayat (2) diubah sehingga pasal 85 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 85
(1) RKA-SKPD/RKA-PPKD yang telah disusun oleh SKPD/PPKD disampaikan kepada
PPKD untuk dibahas lebih lanjut oleh TAPD.
(2) Pembahasan oleh TAPD dilakukan untuk menelaah kesesuaian antara RKASKPD/RKA-PPKD dengan KUA, PPAS, prakiraan maju yang telah disetujui tahun
anggaran sebelumnya dan dokumen perencanaan lainnya, serta capaian kinerja,
indikator kinerja, kelompok sasaran kegiatan, standar analisis belanja, standar
satuan harga, standar pelayanan minimal serta sinkronisasi program dan kegiatan
antar SKPD.
(3) Dalam hal pembahasan RKA-SKPD/RKA-PPKD terdapat ketidaksesuaian kepala
SKPD/PPKD melakukan penyempurnaan.
80. Ketentuan pasal 90 ayat (2) diubah sehingga pasal 90 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 90
(1) Penetapan agenda pembahasan peraturan daerah tentang APBD untuk
mendapatkan persetujuan bersama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 89 ayat
(1) disesuaikan dengan Tata Tertib DPRD Kota Tual.
(2) Pembahasan peraturan daerah berpedoman pada KUA, serta PPAS yang telah
disepakati bersama antara Pemerintah Daerah dan DPRD.
(3) Dalam hal DPRD memerlukan tambahan penjelasan terkait dengan pembahasan
program dan kegiatan tertentu, dapat meminta RKA-SKPD berkenaan kepada
Kepala Daerah.
81. Ketentuan pasal 94 ayat (2) huruf b diubah sehingga pasal 94 berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 94
(1) Rancangan peraturan daerah tentang APBD yang telah disetujui bersama DPRD
dan peraturan Walikota tentang penjabaran APBD sebelum ditetapkan oleh
Walikota paling lama 3 (tiga) hari kerja disampaikan terlebih dahulu kepada
Gubernur untuk dievaluasi.
(2) Penyampaian rancangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai dengan:
a. persetujuan bersama antara pemerintah daerah dan DPRD terhadap
rancangan peraturan daerah tentang APBD;
b. KUA dan PPAS yang disepakati antara kepala daerah dan pimpinan DPRD;
c. risalah sidang jalannya pembahasan terhadap rancangan peraturan daerah
tentang APBD; dan
d. nota keuangan dan pidato kepala daerah perihal penyampaian pengantar
nota keuangan pada sidang DPRD.
(3) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk tercapainya
keserasian antara kebijakan daerah dan kebijakan nasional, keserasian antara
kepentingan publik dan kepentingan aparatur serta untuk meneliti sejauh mana
APBD kota tidak bertentangan dengan kepentingan umum, peraturan yang lebih
tinggi dan/atau peraturan daerah lainnya yang ditetapkan oleh kota
bersangkutan.
(4) Untuk efektivitas pelaksanaan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Gubernur dapat mengundang pejabat pemerintah kota yang terkait.
(5) Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam keputusan
Gubernur dan disampaikan kepada Walikota paling lama 15 (lima betas) hari
kerja terhitung sejak diterimanya rancangan dimaksud.
(6) Apabila Gubernur menyatakan hasil evaluasi atas rancangan peraturan daerah
tentang APBD dan rancangan peraturan Walikota tentang penjabaran APBD
sudah sesuai dengan kepentingan umum dan peraturan Perundang-undangan
yang lebih tinggi, Walikota menetapkan rancangan dimaksud menjadi peraturan
daerah dan peraturan Walikota.
(7) Dalam hal Gubernur menyatakan bahwa hasil evaluasi rancangan peraturan
daerah tentang APBD dan rancangan peraturan Walikota tentang penjabaran
APBD bertentangan dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-
undangan yang lebih tinggi, Walikota bersama DPRD melakukan penyempurnaan
paling lama 7 (tujuh) hari kerja terhitung sejak diterimanya hasil evaluasi.
(8) Apabila hasil evaluasi tidak ditindaklanjuti oleh Walikota dan DPRD, dan Walikota
tetap menetapkan rancangan peraturan daerah tentang APBD dan rancangan
peraturan Walikota tentang penjabaran APBD menjadi peraturan daerah dan
peraturan Walikota, Gubernur membatalkan peraturan daerah dan peraturan
Walikota dimaksud sekaligus menyatakan berlakunya pagu APBD tahun
sebelumnya.
(9) Pembatalan peraturan daerah dan peraturan Walikota serta pernyataan
berlakunya pagu APBD tahun sebelumnya sebagaimana dimaksud pada ayat (8)
ditetapkan dengan Peraturan Gubernur.
82. Ketentuan pasal 114 ayat (1) ditambah huruf h dan pasal 114
sehingga pasal 114 berbunyi sebagai berikut:
ayat (2) diubah
Pasal 114
(1) Untuk pelaksanaan APBD Kepala Daerah menetapkan:
a. Pejabat yang diberi wewenang menandatangani Surat Penyediaan Dana (SPD);
b. Pejabat yang diberi wewenang menandatangani Surat Perintah Membayar
(SPM);
c. Pejabat yang diberi wewenang mengesahkan Surat Pertanggungjawaban (SPJ);
d. Pejabat yang diberi wewenang menandatangani Surat Perintah membayar Uang
Persediaan (SP2D);
e. Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran;
f. Bendahara pengeluaran yang mengelola belanja bunga, belanja subsidi, belanja
hibah, belanja bantuan sosial, belanja bagi hasil, belanja bantuan keuangan,
belanja tidak terduga, dan belanja pengeluaran pembiayaan SKPKD;
g. Bendahara penerimaan pembantu dan bendahara pengeluaran pembantu
SKPD; dan
h. Pejabat Lainnya dalam rangka pelaksanaan APBD.
(2) Penetapan pejabat yang ditunjuk sebagai kuasa pengguna anggaran/kuasa
pengguna barang sebagai pejabat yang diberi wewenang menandatangani SPM
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilaksanakan sesuai dengan
kebutuhan.
(3) Penetapan pejabat lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf h,
didelegasikan oleh kepala daerah kepada kepala SKPD.
(4) Pejabat lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (3) mencakup:
a. PPK-SKPD yang diberi wewenang melaksanakan fungsi tata usaha keuangan
pada SKPD;
b. PPTK yang diberi wewenang melaksanakan satu atau beberapa kegiatan dari
suatu program sesuai dengan bidang tugasnya;
c. pejabat yang diberi wewenang menandatangani surat bukti pemungutan
pendapatan daerah;
d. pejabat yang diberi wewenang menandatangani bukti penerimaan kas dan
bukti penerimaan lainnya yang sah; dan
e. pembantu bendahara penerimaan dan/atau pembantu bendahara pengeluaran.
(5) Penetapan pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (4) dilaksanakan
sebelum dimulainya tahun anggaran berkenaan.
83. Ketentuan Pasal 153 diubah sehingga pasal 153 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 153
Tata Cara Pengelolaan Barang Milik Daerah diatur dengan Peraturan Daerah Kota Tual
tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah.
84. Ketentuan pasal 150 sampai dengan pasal 164 dihapus.
Bagian Kesepuluh
Anggaran Kegiatan Tahun Jamak
Pasal 165
(1) Anggaran Kegiatan Tahun Jamak adalah Anggaran Belanja Modal yang pendanaan
dan pelaksanaannya direncanakan selesai lebih dari 1 (satu) Tahun Anggaran.
(2) Anggaran Kegiatan Tahun Jamak diusulkan secara total dan disertai rincian
Anggaran Tahunan.
(3) Volume Anggaran Kegiatan Tahun Jamak meliputi Biaya Persiapan, Pe!aksanaan
dan Administrasi.
(4) Jangka waktu penganggaran tahun jamak sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tidak melampaui akhir tahun masa jabatan Walikota berakhir.
Pasal 166
(1)
Pembebanan Anggaran Kegiatan Tahun Jamak pada APBD Tahun Anggaran yang
berkenaan disesuaikan dengan kemampuan Keuangan Daerah.
(2)
Pertanggungjawaban Anggaran Kegiatan Tahun Jamak dilaksanakan setiap akhir
Tahun Anggaran sesuai dengan tahapannya dan akhir tahun selesainya
pekerjaan.
85. Bab XII Bagian Pertama diubah sehingga Bab XII Bagian Pertama seluruhnya berbunyi
sebagai berikut:
BAB XII
BELANJA PIMPINAN DAN ANGGOTA DPRD
Bagian Pertama
Penghasilan
Pasal 192
Penghasilan pimpinan dan anggota DPRD terdiri dari:
a. Uang Representasi;
b. Tunjangan Keluarga;
c. Tunjangan Beras;
d. Uang Paket;
e. Tunjangan Jabatan;
f. Tunjangan Badan Musyawarah;
g. Tunjangan Komisi;
h. Tunjangan Badan Legislasi Daerah;
i. Tunjangan Badan Anggaran;
j. Tunjangan Badan Kehormatan;
k. Tunjangan Alat Kelengkapan Lainnya;
Pasal 193
(1) Uang Representasi Ketua DPRD setara dengan gaji pokok Walikota yang
ditetapkan sesuai Peraturan Perundang-undangan.
(2) Uang Representasi Wakil Ketua DPRD sebesar 80% (Delapan Puluh Perseratus)
dari uang Representasi Ketua DPRD.
(3) Uang Representasi Anggota DPRD sebesar 75% (Tujuh Puluh Lima Perseratus) dari
uang Representasi Ketua DPRD.
Pasal 193A
Tunjangan keluarga dan tunjangan beras besarnya sama
Perundang-undangan yang berlaku bagi Pegawai Negeri Sipil.
dengan
ketentuan
Pasal 194
(1) Pimpinan dan Anggota DPRD diberikan Uang Paket.
(2) Uang Paket sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebesar 10% (Sepuluh
Perseratus) dari Uang Representasi yang bersangkutan.
Pasal 195
(1) Pimpinan dan Anggota DPRD diberikan Tunjangan Jabatan.
(2) Tunjangan jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebesar 145% (seratus
empat puluh lima perseratus) dari masing-masing Uang Representasi.
Pasal 195A
(1) Pimpinan atau Anggota DPRD yang meninggal dunia atau mengakhiri masa
baktinya diberikan uang jasa pengabdian.
(2) Besarnya uang jasa pengabdian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disesuaikan
dengan masa bakti Pimpinan dan Anggota DPRD dengan ketentuan :
a. Masa bakti kurang dari 1 (satu) tahun, dihitung 1 (satu) tahun penuh dan
diberikan uang jasa pengabdian 1 (satu) bulan uang representasi;
b. Masa bakti sampai dengan 1 (satu) tahun, diberikan uang jasa pengabdian I
(satu) bulan uang representasi;
c. Masa bakti sampai dengan 2 (dua) tahun, diberikan uang jasa pengabdian 2
(dua) bulan uang representasi;
d. Masa bakti sampai dengan 3 (tiga) tahun, diberikan uang jasa pengabdian 3
(tiga) bulan uang representasi;
e. Masa bakti sampai dengan 4 (empat) tahun, diberikan uang jasa pengabdian 4
(empat) bulan uang representasi;
f. Masa bakti sampai dengan 5 (lima) tahun, diberikan uang jasa pengabdian
setinggi-tingginya 6 (enam) bulan uang representasi.
(3) Dalam hal Pimpinan atau Anggota DPRD meninggal dunia, uang jasa pengabdian
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan kepada ahliwarisnya.
(4) Pembayaran uang jasa pengabdian dilakukan setelah yang bersangkutan
dinyatakan diberhentikan secara hormat sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 196
(1) Pimpinan dan Anggota DPRD yang duduk dalam badan musyawarah atau komisi
atau badan legislasi atau badan anggaran atau badan kehormatan atau alat
kelengkapan lainnya yang diperlukan, diberikan tunjangan sebagai berikut:
a. Ketua sebesar 7,5% (tujuh setengah perseratus) dari tunjangan jabatan Ketua
DPRD;
b. Wakil Ketua sebesar 5% (lima perseratus) dari tunjangan jabatan Ketua DPRD;
c. Sekretaris sebesar 4% (empat perseratus) dari tunjangan jabatan Ketua DPRD;
d. Anggota sebesar 3% (tiga perseratus) dari tunjangan jabatan Ketua DPRD.
(2) Tunjangan badan kehormatan unsur luar DPRD yang duduk dalam badan
kehormatan, diberikan tunjangan sebagai berikut:
a. Ketua paling tinggi 50% (lima puluh perseratus) dari tunjangan jabatan ketua
DPRD;
b. Wakil Ketua paling tinggi 45% (empat puluh lima perseratus) dari tunjangan
jabatan ketua DPRD;
c. Anggota paling tinggi 40% (empat puluh perseratus) dari tunjangan jabatan
ketua DPRD.
Pasal 196A
Selain penghasilan sebagaimana dimaksud dalam pasal 192, kepada pimpinan dan
anggota DPRD diberikan penerimaan lain berupa Tunjangan Komunikasi Intensif,
yang besarannya ditentukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Pasal 197
Pajak penghasilan Pimpinan dan Anggota DPRD disesuaikan dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
86. Diantara pasal 206 dan pasal 207 disisipkan 1 (satu) pasal baru yakni pasal 206A
sehingga berbunyi sebagai berikut:
Pasal 206A
Selain belanja penunjang kegiatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 206, kepada
Pimpinan DPRD disediakan Belanja Penunjang Operasional Pimpinan setiap bulan
yang besarannya ditentukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
87. Di antara pasal 215 dan 216 disisipkan 1 (satu) pasal baru yakni pasal 215A sehingga
berbunyi sebagai berikut:
Pasal 215A
Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah berbasis akrual sebagaimana diamanatkan
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah
dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013 tentang Penerapan
Standar Akuntansi Pemerintah Berbasis Akural pada Pemerintah Daerah dilakukan
pada tahun anggaran 2014.
Pasal 218
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah
ini dengan Penempatannya dalam Lemabaran Daerah Kota Tual.
Ditetapkan di Tual
pada tanggal
September 2014
WALIKOTA TUAL,
Ttd.
Hi.MAHMUD MUHAMMAD TAMHER
Diundangkan di Tual
Pada tanggal
September 2014
SEKRETARIS DAERAH KOTA TUAL,
Ttd.
Hi. ALI WAFIE RAHAYAAN
LEMBARAN DAERAH KOTA TUAL TAHUN 2014 NOMOR 72
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KOTA TUAL
NOMOR 06 TAHUN 2014
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 03 TAHUN 2009 TENTANG
POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
A.
UMUM
Kebijakan Pemerintah daerah untuk melakukan perubahan Pasal-Pasal dalam
Peraturan Daerah Nomor 03 Tahun 2009 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan
Daerah adalah sebagai pelaksanaan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintah, Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah; Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 25 Tahun 2011
tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006;
dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pemberian Hibah
dan Bantuan Sosial yang bersumber dari APBD, perlu dilakukan dalam suatu sistim
Pengelolaan Keuangan Daerah secara efektif dan efesien.
Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan adanya penyesuaian dan
penyempurnaan berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku dengan
tujuan agar memberikan kepastian dalam pelaksanannya dan tidak menimbulkan
multi tafsir dalam penerapannya.
B.
PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup Jelas.
Pasal 14
Cukup Jelas.
Pasal 15
Cukup Jelas.
Pasal 34
Cukup Jelas.
Pasal 47
Cukup Jelas.
Pasal 73
Cukup Jelas.
Pasal 74
Cukup Jelas.
Pasal 75
Cukup Jelas.
Pasal 85
Cukup Jelas
Pasal 90
Cukup Jelas.
Pasal 193
Cukup Jelas
Pasal 193A
Cukup Jelas.
Pasal 195
Cukup Jelas.
Pasal 195A
Ayat (1)
Cukupjelas.
Ayat (2)
Cukupjelas.
Ayat (3)
Cukupjelas.
Ayat (4)
Uang jasa pengabdian tidak diberikan kepada Pimpinan dan Anggota DPRD
yang diberhentikan dengan tidak hormat.
Pasal 196
Cukup Jelas.
Pasal 196A
Cukup Jelas.
Pasal 197
Cukup Jelas.
Pasal 206A
Cukup Jelas.
Pasal 215A
Cukup Jelas.
Pasal 218
Cukup Jelas.
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KOTA TUAL NOMOR 7081