Perda Kota Tual Nomor 13 Tahun 2014

WALIKOTA TUAL
PROVINSI MALUKU
PERATURAN DAERAH KOTA TUAL
NOMOR 13 TAHUN 2014
TENTANG
PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH MAREN KOTA TUAL
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Menimbang

:

a.

b.

Mengingat

:

1.


2.

3.

4.

5.

6.

7.

WALIKOTA TUAL,
bahwa Perusahan Daerah merupakan salah satu pelaku ekonomi yang
diharapkan mampu menggerakan pertumbuhan ekonomi dan
pembangunan serta dapat memberikan kontribusi terhadap Pendapatan
Daerah;
bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a,
perlu dibentuk Perusahaan Daerah Maren Kota Tual.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 1958 tentang
Pembentukan Daerah-Daerah Swatantra Dalam Wilayah Daerah
Swatantra Tingkat I Maluku (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1958 Nomor 111, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 1645);
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1962 tentang
Perusahaan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1962
Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
2387);
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4279);
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2003,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4355);
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan TanggungJawab Keuangan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik

8.

9.

10.

11.

12.

13.


14.

15.

16.

17.

18.

19.

20.

Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4421);
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 125, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah

beberapa kali terkahir dengan Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4844);
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4725);
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2007 tentang
Pembentukan Kota Tual di Provinsi Maluku (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 97, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia
Nomor 3209);
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 106, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4756);
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 140, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5059);
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia
Nomor 5234);
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 38 Tahun 2007
tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,
Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 86, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2010 tentang
Perubahan atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27
Tahun 1983 tentang Pelaksanaan KUHP;

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 58 Tahun 2010
tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan KUHP;
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 1 Tahun
2014 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara
Republik Indonesia Nomor 32);
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 2005 tentang
Kerja Sama Pemerintah Dengan Badan Usaha Swasta Dalam Penyediaan
Infrastruktur;

21. Peraturan Daerah Kota Tual Nomor 10 Tahun 2011 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan Dalam Lingkup Kewenangan Pemerintah Daerah
Kota Tual (Lembaran Daerah Kota Tual Tahun 2011 Nomor 36, Tambahan
Lembaran Daerah Kota Tual Nomor 4046).
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA TUAL
Dan
WALIKOTA TUAL


Menetapkan

:

MEMUTUSKAN :
PERATURAN DAERAH KOTA TUAL
DAERAH MAREN KOTA TUAL

TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah daerah Kota Tual;
2. Pemerintah Daerah adalah Walikota dan Perangkat Daerah Kota Tual sebagai Unsur
penyelenggara Pemerintah Daerah;
3. Walikota adalah Walikota Tual;
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah selanjutnya disingkat DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Kota Tual;

5. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kota Tual;
6. Perusahaan Daerah Maren yang selanjutnya disingkat PD Maren Kota Tual adalah Badan Usaha
Milik Daerah Kota Tual yang bergerak dibidang jasa usaha perikanan dan kelautan, pertanian dan
kehutanan, perindustrian dan perdagangan, telekomunikasi dan informatika, petikemas
dan/atau bongkar muat barang di pelabuhan dan jasa;
7. Badan Usaha yang selanjutnya disebut BUMD adalah Badan Usaha yang pendiriannya
diprakarsai oleh Pemerintah Daerah dan seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh
daerah melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan daerah yang dipisahkan
yang dibentuk khusus sebagai penyelenggara;
8. Dewan Pengawas adalah Dewan Pengawas PD Maren Kota Tual;
9. Direkur Utama adalah Direktur Utama PD Maren Kota Tual;
10. Direksi adalah Direksi PD Maren Kota Tual;
11. Pemeriksaan adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik;
12. Pengawasan adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Inspektorat Kota Tual;
13. Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disebut Penyidik untuk mencari dan mengumpulkan bukti
yang dengan bukti tersebut membuat terang tindak pidana yang terjadi serta menemukan
tersangkanya.
BAB II
PENDIRIAN
Pasal 2

Dengan Peraturan Daerah ini dibentuk Perusahaan Daerah Maren Kota Tual.

BAB III
NAMA DAN KEDUDUKAN
Pasal 3
(1) Perusahaan Daerah ini bernama Perusahaan Daerah Maren Kota Tual.
(2) Perusahaan Daerah berkedudukan di Kota Tual.
Pasal 4
(1) Perusahaan Daerah mempunyai wilayah kerja/usaha di dalam daerah dan dapat dikembangkan
sampai keluar daerah.
(2) Apabila dianggap perlu Perusahaan Daerah dapat membentuk Cabang di dalam daerah maupun
di luar daerah.
BAB IV
MAKSUD, TUJUAN DAN BIDANG USAHA
Pasal 5
(1) Perusahaan Daerah dibentuk dengan maksud untuk memberikan wadah usaha secara lebih
terencana dan terorganisir dalam rangka mempercepat pembangunan daerah serta dalam
rangka meningkatkan sumber Pendapatan Daerah.
(2) Perusahaan Daerah bertujuan untuk membantu Pemerintah Daerah dalam menciptakan
lapangan kerja baru serta meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Pasal 6
(1) Perusahaan Daerah bergerak dalam bidang usaha :
a. Perikanan dan Kelautan;
b. Pertanian dan Kehutanan;
c. Perindustrian dan Perdagangan;
d. Telekomunikasi dan Informatika;
e. Peti Kemas dan/atau Bongkar Muat Barang di Pelabuhan; dan
f. Jasa.
(2) Pelaksanaan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan sendiri dan/atau
bekerjasama dengan pihak ketiga.
BAB V
MODAL
Pasal 7
(1) Modal dasar PD Maren Kota Tual terdiri dari :
a. kekayaan daerah yang dipisahkan; dan
b. neraca permulaan PD Maren Kota Tual yang berasal dari semua aktiva dan pasiva Kota Tual.
(2) Modal dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersumber dari APBD Kota Tual dapat
ditambahkan dari APBD Provinsi Maluku, APBN, dan sumber dana lain yang sah.

(3) Modal dasar yang bersumber dari APBD Kota Tual ditetapkan melalui Peraturan Daerah tentang
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Tual.
(4) Modal berupa barang.
BAB VI
PENGURUSAN
Pasal 8
(1) Pengurus Perusahan Daerah Maren Kota Tual terdiri dari:
a. Direksi;
b. Badan Pengawas.
BAB VII
DIREKSI
Bagian Kesatu
Pengangkatan
Pasal 9
(1) Untuk diangkat menjadi Anggota Direksi harus memenuhi syarat-syarat umum dan khusus serta
syarat-syarat lain yang diperlukan.
(2) Syarat-syarat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :
a. Syarat-syarat Umum :
1. warga Negara Indonesia;
2. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
3. setia dan taat kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;
4. setia dan taat kepada Negara dan Pemerintah Republik Indonesia;
5. tidak pernah terlibat baik langsung maupun tidak langsung dalam setiap kegiatan yang
mengkhianati Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945, dan tidak menjadi anggota Organisasi terlarang;
6. mempunyai rasa pengabdian kepada Nusa dan Bangsa serta kepada Pemerintah;
7. tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan Keputusan Pengadilan yang mempunyai
kekuatan hukum tetap; dan
8. sehat jasmani dan rohani serta berumur tidak lebih dari 50 (lima puluh) tahun.
b. Syarat-syarat khusus :
1. mempunyai kepribadian dan sifat-sifat kepemimpinan;
2. mempunyai pengetahuan, kecakapan dan pengalaman pekerjaan yang cukup di bidang
pengelolaan perusahaan dan berwibawa serta jujur;
3. Sebelum Anggota Direksi melaksanakan tugasnya terlebih dahulu, dilakukan Pelantikan
dan Pengambilan Sumpah/Janji oleh Walikota menurut ketentuan perundang undangan
yang berlaku;
4. Anggota Direksi tidak dibenarkan untuk memangku jabatan rangkap yaitu :
a. Sebagai Anggota Direksi pada Perusahaan Daerah lainya atau Perusahaan swasta
atau jabatan lain yang berhubungan dengan pengelolaan Perusahaan Daerah;

b. Sebagai pejabat struktural dan fungsional lainnya dalam instansi atau Lembaga
Pemerintah Pusat dan Daerah; dan
c. Sebagai pejabat lain sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang
berlaku.
5. Anggota Direksi tidak dibenarkan terlibat kepentingan atau memiliki interes pribadi,
langsung atau tidak langsung dalam lapangan usaha perusahaan dan perkumpulan lain
dalam lapangan usaha lainnya yang bertujuan mencari laba.
Pasal 10
(1) Direksi diangkat oleh Walikota atas usul Badan Pengawas dan untuk pertama kali diangkat
langsung oleh Walikota Tual.
(2) Pengangkatan anggota Direksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan
Keputusan Walikota.
(3) Masa jabatan Direksi ditetapkan selama 4 (empat) tahun dan dapat diangkat kembali untuk 1
(satu) kali masa jabatan dalam kedudukan yang sama.
(4) Pengangkatan untuk masa jabatan kedua sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan,
apabila Direksi terbukti mampu meningkatkan kinerja Perusahaan Daerah setiap tahun.
(5) Pengecualian dari ayat (1) apabila direktur yang bersangkutan diangkat menjadi Direktur Utama.
Bagian Kedua
Pemberhentian
Pasal 11
(1) Masa Jabatan Anggota Direksi berakhir karena berakhir masa jabatannya dan atau meninggal
dunia.
(2) Anggota Direksi diberhentikan dari jabatannya karena :
a. permintaan sendiri;
b. melakukan tindakan yang merugikan perusahaan;
c. tidak mampu melaksanakan tugasnya karena gangguan kesehatan atau sakit permanen; dan
d. Dihukum pidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum
yang tetap.
(3) Apabila Direksi diduga melakukan salah satu perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf b, huruf c dan huruf d, Badan Pengawas segera melakukan pemeriksaan terhadap yang
bersangkutan.
(4) Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap Direksi sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
terbukti, Badan Pengawas segera melaporkan kepada Walikota.
(5) Walikota paling lama 12 (dua belas) hari kerja setelah menerima laporan hasil pemeriksaan
Badan Pengawas, sudah mengeluarkan :
a. Keputusan Walikota tentang pemberhentian sebagai Direksi bagi Direksi yang melakukan
perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c dan huruf d;
b. Keputusan Walikota tentang pemberhentian sementara sebagai Direksi yaitu bagi Direksi
yang melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b;
(6) Direksi yang diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, huruf c dan karena
meninggal dunia, diberhentikan dengan hormat.

(7) Direksi yang diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, huruf d, diberhentikan
tidak dengan hormat.
Pasal 12
Paling lama 3 (tiga) bulan sebelum masa jabatan Direksi berakhir, Badan Pengawas sudah
mengajukan calon Direksi kepada Walikota.
Pasal 13
(1) Walikota mengangkat Pelaksana Tugas (PLT) apabila Direksi diberhentikan sebelum masa
jabatannya berakhir.
(2) Pengangkatan Pelaksana Tugas diangkat dari salah satu Dewan Direksi dan ditetapkan dengan
Keputusan Walikota untuk masa jabatan paling lama 3 (tiga) bulan.
Bagian Ketiga
Tugas dan Wewenang
Pasal 14
Direksi dalam mengelola Perusahaan Daerah mempunyai tugas sebagai berikut :
a. memimpin dan mengendalikan semua kegiatan Perusahaan Daerah;
b. menyampaikan Rencana Kerja 5 (lima) tahunan, Rencana Kerja Tahunan dan Rencana Anggaran
Tahunan kepada Badan Pengawas untuk mendapat pengesahan;
c. melakukan perubahan terhadap rencana kerja setelah mendapat persetujuan Badan Pengawas;
d. membina pegawai;
e. mengurus dan mengelola kekayaan Perusahaan Daerah;
f. menyelenggarakan adminitrasi umum dan keuangan;
g. mewakili Perusahaan Daerah baik didalam maupun di luar Pengadilan;
h. menyampaikan laporan berkala mengenai seluruh kegiatan termasuk neraca dan perhitungan
laba/rugi kepada Badan Pengawas;
i. menumbuh kembangkan jaringan bisnis yang luas.
Pasal 15
Direksi dalam mengelola Perusahaan Daerah mempunyai wewenang sebagai berikut :
a. mengangkat dan memberhentikan Pegawai;
b. mengangkat, memberhentikan dan memindahtugaskan Pegawai dari Jabatan dibawah Direksi;
c. menandatangani neraca dan perhitungan laba/rugi;
d. menandatangani ikatan hukum dengan pihak lain.
Pasal 16
Direksi memerlukan persetujuan dari Badan Pengawas dalam hal-hal :
a. mengadakan perjanjian-perjanjian kerjasama usaha dan pinjaman yang mungkin dapat berakibat
terhadap berkurangnya aset dan membebani anggaran Perusahaan Daerah;

b. memindahtangankan atau menghipotikkan atau menggadaikan benda bergerak atau tidak
bergerak milik Perusahaan Daerah;
c. Penyertaan Modal dalam Perusahaan lain.
Bagian Keempat
Penghasilan dan Hak-Hak Direksi
Pasal 17
(1) Penghasilan Direksi terdiri dari :
a. gaji; dan
b. tunjangan.
(2) Gaji Direksi ditetapkan oleh Walikota sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
(3) Jenis dan besarnya tunjangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b ditetapkan oleh
Direksi setelah mendapat persetujuan Badan Pengawas dan Pengesahan Walikota.
Bagian Kelima
Cuti
Pasal 18
(1) Direksi memperoleh Hak Cuti sebagai berikut :
a. cuti tahunan selama 12 (dua belas) hari kerja;
b. cuti besar/cuti panjang selama 2 (dua) bulan untuk setiap satu kali masa jabatan;
c. cuti bersalin selama 3 (tiga) bulan bagi Direktris;
d. cuti alasan penting;
e. cuti sakit.
(2) Pelaksanaan Hak Cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf b dan huruf c
dilaksanakan setelah mendapat persetujuan dari Walikota atau pejabat yang ditunjuk.
(3) Pelaksanaan hak cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d dan huruf e dilaksanakan
setelah mendapat persetujuan Badan Pengawas.
(4) Direksi selama melaksanakan cuti mendapat penghasilan penuh dari Perusahaan Daerah.
BAB VIII
TAHUN BUKU ANGGARAN PERUSAHAAN DAERAH
Pasal 19
(1) Tahun Buku Perusahaan Daerah adalah Tahun Takwin.
(2) Direksi wajib membuat Rancangan Anggaran Perusahaan Daerah untuk setiap Tahun Buku dan
selambat-lambatnya 2 (dua) bulan sebelum tahun buku yang bersangkutan mulai berlaku sudah
diajukan untuk meminta persetujuan kepada Walikota melalui Badan Pengawas.
(3) Walikota setelah menerima pengajuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberikan
keputusan mengenai pengesahan atau penolakannya selambat-lambatnya dalam waktu 1 (satu)
bulan sebelum tahun anggaran yang bersangkutan berjalan.
(4) Rancangan Anggaran Perusahaan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku
sepenuhnya setelah mendapat pertimbangan dari Badan Pengawas mengemukakan keberatan

atau penolakan terhadap Rancangan Anggaran Perusahaan Daerah tersebut yang disampaikan
kepada Walikota.
(5) Dalam hal terjadi keberatan atau penolakan seperti dimaksud pada ayat (3), Direksi wajib
menyempurnakan atau merubah Anggaran Perusahaan Daerah dimaksud selambat-lambatnya 4
(empat) minggu sebelum Tahun Buku berjalan.
(6) Anggaran tambahan atau perubahan yang diadakan oleh Direksi dalam tahun buku yang
bersangkutan berlaku setelah mendapat Pengesahan dari Walikota.
(7) Dalam hal ini Walikota tidak menyatakan keberatan atau penolakan, maka Rancangan Anggaran
Perusahaan Daerah tersebut berlaku sepenuhnya.
BAB IX
BADAN PENGAWAS
Bagian Kesatu
Pengangkatan
Pasal 20
(1) Badan Pengawas diangkat oleh Walikota.
(2) Badan Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berasal dari orang yang profesional
sesuai dengan bidang usaha Perusahaan Daerah yang bersangkutan.
(3) Untuk dapat diangkat sebagai Badan Pengawas, harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. menyediakan waktu yang cukup;
b. tidak terkait hubungan keluarga dengan Walikota atau dengan Direksi atau dengan Anggota
Badan Pengawas lainnya;
c. mempunyai pengalaman dalam bidang keahliannya minimal 5 (lima) tahun.
(4) Pengangkatan Badan Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan
Keputusan Walikota.
Pasal 21
Jumlah Badan Pengawas paling banyak 3 (tiga) orang anggota, seorang diantaranya dipilih menjadi
Ketua merangkap Anggota dan seorang Sekretaris merangkap anggota.
Pasal 22
(1) Badan Pengawas diangkat paling banyak 2 (dua) kali masa jabatan.
(2) Masa jabatan Badan Pengawas ditetapkan selama 3 (tiga) tahun.
(3) Pengangkatan Badan Pengawas untuk kedua kali dilaksanakan apabila:
a. mampu mengawasi Perusahaan Daerah sesuai dengan Program Kerja;
b. mampu memberikan saran kepada Direksi agar Perusahaan Daerah mampu bersaing dengan
Perusahaan lainnya;
c. mampu memberikan pendapat mengenai peluang usaha yang menguntungkan dimasa yang
akan datang.

Bagian Kedua
Tugas dan Wewenang
Pasal 23
Badan Pengawas mempunyai tugas sebagai berikut :
a. mengawasi kegiatan operasional Perusahaan Daerah;
b. memberikan pendapat dan saran kepada Walikota terhadap pengangkatan dan pemberhentian
Direksi;
c. memberikan pendapat dan saran kepada Walikota terhadap program kerja yang diajukan oleh
Direksi;
d. memberikan pendapat dan saran kepada Walikota terhadap laporan neraca dan perhitungan
laba/rugi;
e. memberikan pendapat dan saran atas laporan kinerja Perusahaan Daerah.
Pasal 24
Badan Pengawas mempunyai wewenang sebagai berikut:
a. memberikan peringatan kepada Direksi yang tidak melaksanakan tugas sesuai dengan rencana
kerja yang disetujui;
b. memeriksa Direksi yang diduga merugikan Perusahaan Daerah;
c. mengesahkan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan Daerah;
d. menerima atau menolak pertanggungjawaban keuangan dan Rencana Kerja Direksi tahun
berjalan.
Bagian Ketiga
Penghasilan
Pasal 25
Badan Pengawas karena tugasnya menerima honorarium.
Pasal 26
(1) Ketua Badan Pengawas menerima honorarium sebesar 40% (empat puluh perseratus) dari
penghasilan Direktur Utama.
(2) Sekretaris Badan Pengawas menerima honorarium sebesar 35% (tiga puluh lima Perseratus) dari
penghasilan Direktur Utama.
(3) Anggota Badan Pengawas menerima honorarium sebesar 30% (tiga puluh perseratus) dari
penghasilan Direktur Utama.
Pasal 27
Selain honorarium, kepada Badan Pengawas setiap tahun diberikan badan jasa produksi.

Bagian Keempat
Pemberhentian
Pasal 28
Badan Pengawas dapat diberhentikan dengan alasan:
a. atas permintaan sendiri;
b. meninggal dunia;
c. karena kesehatan sehingga tidak melaksanakan tugasnya;
d. tidak melaksanakan tugas dan wewenangnya;
e. terlibat dalam tindakan yang merugikan Perusahaan Daerah;
f. dihukum pidana berdasarkan putusan Pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum yang tetap.
Pasal 29
(1) Apabila Badan Pengawas diduga melakukan salah satu perbuatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 28 huruf c, huruf d dan huruf e Walikota segera melakukan pemeriksaan terhadap yang
bersangkutan.
(2) Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan Walikota, Badan Pengawas sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) terbukti melakukan perbuatan yang dituduhkan, Walikota paling lama 12 (dua belas)
hari kerja segera mengeluarkan:
a. Keputusan Walikota tentang pemberhentian sebagai Badan Pengawas bagi Badan Pengawas
yang melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 huruf c dan huruf d;
b. Keputusan tentang pemberhentian sementara sebagai Badan Pengawas yang melakukan
perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 huruf c.
(3) Walikota paling lama 12 (dua belas) hari telah mengeluarkan Keputusan bagi Badan Pengawas
yang melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 huruf f .
BAB X
TANGGUNG JAWAB DAN TUNTUTAN
Pasal 30
(1) Semua pegawai Perusahaan Daerah termasuk anggota Direksi, yang ternyata melakukan
tindakan merugikan Perusahaan Daerah karena tindakannya melawan hukum atau melalaikan
tugas yang dibebankan kepadanya dengan langsung, diwajibkan mengganti kerugian tersebut.
(2) Segala ketentuan tentang tuntutan ganti rugi terhadap Pegawai Daerah/Pegawai Negeri yang
berlaku sepenuhnya terhadap Pegawai atau Direksi Perusahaan Daerah.
(3) Semua Pegawai Perusahaan Daerah yang diberi tugas menyimpan, membayar atau
menyerahkan uang dan surat-surat berharga serta barang persediaan yang dimiliki Perusahaan
Daerah wajib memberikan pertanggungjawaban tentang pelaksanaan tugasnya sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
(4) Semua surat bukti dan surat lain yang termasuk bagian dari Tata Buku dan Administrasi
Perusahaan Daerah disimpan di tempat Perusahaan Daerah atau di tempat lain yang ditunjuk
oleh Walikota, kecuali dalam hal dimaksud pada ayat (3), untuk sementara disimpan atau

dipindahkan kepada Badan Pengawas yang menganggap perlu untuk kepentingan suatu
pemeriksaan.
(5) Keperluan pemeriksaan yang bertalian dengan penetapan pajak dan pemeriksaan akuntan, surat
bukti dan surat-surat dimaksud pada ayat (4) untuk sementara dapat dipindahkan ke Instansi
Akuntan Negara.
BAB XI
LAPORAN PERHITUNGAN HASIL USAHA BERKALA KEGIATAN PERUSAHAAN DAERAH DAN LAPORAN
PERHITUNGAN TAHUNAN
Pasal 31
Direksi wajib menyampaikan Laporan Perhitungan Hasil Usaha secara berkala dan kegiatan
Perusahaan Daerah sekali dalam setiap triwulan.
Pasal 32
(1) Direksi menyampaikan perhitungan tahunan yang terdiri dari neraca dan perhitungan rugi/laba
untuk tiap tahun buku kepada Walikota selambat-lambatnya akhir bulan Maret tahun
berikutnya.
(2) Direksi harus menyebutkan cara penilaian dalam perhitungan tahunan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), berdasarkan pemeriksaan Akuntan Negara/Akuntan Publik.
(3) Perhitungan tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan cara penilaian pada ayat (2),
setelah mendapat persetujuan Badan Pengawas disampaikan kepada Walikota untuk mendapat
pengesahan.
(4) Perhitungan tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), dianggap telah disahkan
jika selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan setelah menerima perhitungan oleh Walikota tidak
diajukan keberatan secara tertulis.
BAB XII
PENETAPAN DAN PENGGUNAAN LABA
Pasal 33
(1) Bilamana terdapat sisa pendapatan bersih (laba) setelah dikurangi terlebih dahulu biaya
Perusahan penyusutan, pengurangan lain yang dapat dibenarkan menurut ketentuan
Perundang-undangan yang berlaku, maka penggunaan pendapatan bersih ditetapkan dengan
perincian sebagai berikut :
a. untuk Pemerintah Daerah, sebesar 50 % (lima puluh perseratus);
b. untuk Cadangan Umum, sebesar 10 % (sepuluh perseratus);
c. untuk Jasa Produksi Direksi, Pegawai dan Komisaris sebesar 15 % (lima belas perseratus);
d. untuk Sumbangan Dana Pesangon dan Dana Pendidikan Pegawai, sebesar 10 % (sepuluh
perseratus); dan
e. untuk Dana Sosial sebesar 15 % (lima belas perseratus).

(2) Bagian laba untuk Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, disetor ke
Kas Daerah sebagai Penerimaan Daerah.
(3) Bagian laba sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, huruf c, huruf d dan huruf e, dikelola
oleh Perusahaan Daerah.
BAB XIII
KEPEGAWAIAN
Pasal 34
(1) Pegawai perusahaan diangkat dan diberhentikan oleh Direksi.
(2) Ketentuan tentang hak dan kewajiban pegawai perusahaan ditetapkan oleh Direksi dengan
persetujuan Badan Pengawas.
BAB XIV
PENGAWASAN
Pasal 35
Pengawasan dibidang adminitrasi keuangan yang bersifat eksternal diselenggarakan oleh Inspektorat
Kota Tual atas petunjuk Walikota.
BAB XV
PEMBENTUKAN DAN PERUBAHAN STATUS PERUSAHAAN DAERAH
Pasal 36
(1) Pembubaran, peleburan, pengubahan atau perubahan status Perusahaan Daerah ditetapkan
dengan Peraturan Daerah.
(2) Semua kekayaan Perusahaan Daerah setelah diadakan likuidasi menjadi milik/kekayaan
Pemerintah Daerah.
(3) Dalam hal likuidasi, Pemerintah Daerah bertanggungjawab atas kerugian yang diderita oleh
pihak ketiga apabila kerugian itu disebabkan oleh karena neraca dan perhitungan rugi/laba yang
disahkan tidak menggambarkan keadaan perusahaan yang sebenarnya.
BAB XVI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 37
Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai pelaksanaannya diatur
dengan Peraturan Walikota.
Pasal 38
Peraturan Daerah ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Tual.
Ditetapkan di Tual
pada tanggal, 28 Oktober 2014
WALIKOTA TUAL,
Ttd.
Hi. MAHMUD MUHAMMAD TAMHER
Diundangkan di Tual
pada tanggal, 28 Oktober 2014
SEKRETARIS DAERAH KOTA TUAL,
Ttd.
Hi. ALI WAFIE RAHAYAAN

LEMBARAN DAERAH KOTA TUAL TAHUN 2014 NOMOR 78

PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KOTA TUAL
NOMOR 13 TAHUN 2014
TENTANG
PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH MAREN KOTA TUAL
I. PENJELASAN UMUM
Bahwa Perusahaan Daerah dibentuk dalam rangka memberikan wadah usaha secara lebih
terencana dan terorganisir untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan serta
meningkatkan sumber Pendapatan Daerah di berbagai bidang, sesuai prinsip Otonomi Daerah
sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah.
II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL
Pasal 1 : Cukup Jelas.
Pasal 2 : Cukup Jelas.
Pasal 3 : Maren singkatan dari Masyarakat yang Aman, Tertib Relegius, Ekonomi Kerakyatan dan
Nasionalis.
Pasal 4 : Cukup Jelas.
Pasal 5 : Cukup Jelas.
Pasal 6 : Cukup Jelas.
Pasal 7 : Cukup Jelas.
Pasal 8 : Cukup Jelas.
Pasal 9 : Cukup Jelas.
Pasal 10 : Cukup Jelas.
Pasal 11 ayat (1) : Cukup Jelas.
ayat (2) : Cukup Jelas.
ayat (3) : Cukup Jelas.
ayat (4): Cukup Jelas.
ayat (5) huruf a : Yang dimaksud dengan pemberhentian sementara sebagai Direksi adalah
apabila diduga terlibat dalam tindakan yang merugikan Perusahan dan

setelah pemeriksaan ternyata tidak terbukti keterlibatannya dapat
dipekerjakan kembali sebagai Direksi.
huruf b : Cukup Jelas.
ayat (6) : Cukup Jelas.
ayat (7) : Cukup Jelas.
Pasal 12 : Cukup Jelas.
Pasal 13 : Cukup Jelas.
Pasal 14 : Cukup Jelas
Pasal 15 : Cukup Jelas.
Pasal 16 : Cukup Jelas.
Pasal 17 : Cukup Jelas.
Pasal 18 : Cukup Jelas.
Pasal 19 : Cukup Jelas.
Pasal 20 ayat (1) : Cukup Jelas.
ayat (2) : Yang dimaksud dengan orang profesional adalah orang profesional sesuai bidang
usaha Perusahan Daerah yang bersangkutan, dan apabila belum ada disesuaikan
dengan kondisi setempat.
ayat (3) : Cukup Jelas.
Pasal 21 : Cukup Jelas.
Pasal 22 : Cukup Jelas.
Pasal 23 : Cukup Jelas.
Pasal 24 : Cukup Jelas.
Pasal 25 : Cukup Jelas.
Pasal 26 : Cukup Jelas.
Pasal 27 : Cukup Jelas.
Pasal 28 ayat (1) : Cukup Jelas.
ayat (2) huruf a : Cukup Jelas.
huruf b : Yang dimaksud dengan

pemberhentian sementara sebagai Badan

Pengawas adalah apabila diduga terlibat dalam tindakan yang
merugikan Perusahan dan setelah pemeriksaan ternyata tidak terbukti
keterlibatannya dapat dipekerjakan kembali sebagai Badan Pengawas.
Pasal 29 : Cukup Jelas.
Pasal 30 : Cukup Jelas.
Pasal 31 : Cukup Jelas

Pasal 32 : Cukup Jelas.
Pasal 33 : Cukup Jelas.
Pasal 34 : Cukup Jelas.
Pasal 35 : Cukup Jelas.
Pasal 36 : Cukup Jelas.
Pasal 37 : Cukup Jelas.
Pasal 38 : Cukup Jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KOTA TUAL NOMOR 7086