d bp 039798 chapter5
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Pada Bab V memuat kesimpulan dan rekomendasi
A. Kesimpulan
Kesimpulan temuan penelitian proses pengembangan model bimbingan
kelompok untuk membantu siswa menghadapi pernikahan dan berkeluarga
berdasarkan pendekatan perkembangan dipaparkan sebagai berikut ini.
1. Temuan penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar siswa SMAN kota
Bandung memiliki kesiapan untuk menikah dan berkeluarga dengan kategori
rendah dan sedang. Mereka merasa enggan membicarakan masalah menikah
dan berkeluarga, karena belum memikirkan masalah tersebut yang dinilai
masih jauh untuk dilakukan.
2. Temuan penelitian yang terkait dengan faktor penghambat kesiapan diri untuk
menikah dan berkeluarga menunjukkan bahwa terdapat empat faktor utama
penghambat kesiapan siswa, yaitu: (a) karakteristik siswa, berupa penghargaan
diri yang rendah, kurang motivasi, dan apresiasi yang rendah; (b) lingkungan
sekolah, berupa iklim sekolah yang negatif dan pengaruh negatif dari teman
sebaya; (c) lingkungan keluarga, berupa kurang keteladanan orang tua dan
pola asuh yang salah, dan (d) lingkungan masyarakat, berupa gaya hidup yang
salah, penghargaan yang rendah terhadap norma dan budaya, dan pengaruh
negatif media.
236
237
3. Temuan penelitian menunjukkan bahwa upaya siswa yang paling sering
dilakukan dalam mengatasi faktor penghambat kesiapan untuk menikah dan
berkeluarga dengan cara ”curhat” kepada teman atau jalan-jalan ke mall.
4. Temuan penelitian menunjukkan bahwa ada tiga aspek kesiapan siswa
menghadapi pernikahan dan berkeluarga yang perlu diperhatikan yaitu,
pengenalan: mengenal norma-norma pernikahan dan berkeluarga; akomodasi:
menghargai norma-norma pernikahan dan berkeluarga sebagai landasan bagi
terciptanya
kehidupan
masyarakat
yang
harmonis;
dan
tindakan:
mengekspresikan keinginannya untuk mempelajari lebih intensif tentang
norma pernikahan dan berkeluarga.
5. Hasil validasi rasional pakar bimbingan dan konseling terhadap model
bimbingan kelompok untuk membantu siswa menghadapi pernikahan dan
berkeluarga berdasarkan pendekatan perkembangan menunjukkan bahwa
model yang dikembangkan dinilai memadai.
238
B. Rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan penelitian, rekomendasi utama studi ini adalah
model bimbingan kelompok untuk membantu siswa menghadapi pernikahan dan
berkeluarga berdasarkan pendekatan perkembangan. Rekomendasi ditujukan
kepada berbagai pihak terkait sebagai berikut:
1. Konselor sekolah
Model bimbingan kelompok untuk membantu siswa menghadapi pernikahan
dan berkeluarga berdasarkan pendekatan perkembangan di SMA Negeri Kota
Bandung dapat digunakan sebagai model alternatif untuk pelaksanaan layanan
bimbingan dan konseling di sekolah. Dalam implementasinya dapat
bekerjasama dengan pihak-pihak yang terkait, misalnya dengan Mitra Citra
Remaja (MCR) yang dikelola Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia
(PKBI), Pengadilan Agama, Kantor Urusan Agama, Aliansi Selamatkan Anak
Indonesia, pakar bimbingan dan konseling keluarga, penasehat pernikahan,
dokter ahli kandungan, dokter kulit dan kelamin, dan tokoh masyarakat.
2. Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan
Mengingat pentingnya pernikahan dan berkeluarga dalam menentukan kualitas
kebahagiaan individu dan pembekalan kepada para calon konselor untuk
menangani permasalahan pernikahan dan berkeluarga, maka kajian tentang
materi tersebut perlu ditambah jumlah jam SKSnya.
3. Unit Pelaksana Teknis Layanan Bimbingan dan Konseling UPI
Merancang program yang komprehensif dan mengadakan pelatihan tentang
implementasi model bimbingan kelompok untuk membantu siswa menghadapi
239
pernikahan dan berkeluarga berdasarkan pendekatan perkembangan kepada
para konselor sekolah.
4. Peneliti selanjutnya
Model bimbingan kelompok untuk membantu siswa menghadapi pernikahan
dan berkeluarga berdasarkan pendekatan perkembangan hanya difokuskan
pada salah satu layanan dasar saja. Peneliti selanjutnya dapat mengembangkan
model bimbingan dan konseling berdasarkan pendekatan perkembangan yang
lainnya seperti home room program, atau bahkan model bimbingan dan
konseling perkembangan yang meliputi layanan dasar, layanan responsif, dan
layanan perencanaan individual, serta dukungan sistem untuk membantu siswa
mempersiapkan diri menghadapi pernikahan dan berkeluarga.
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Pada Bab V memuat kesimpulan dan rekomendasi
A. Kesimpulan
Kesimpulan temuan penelitian proses pengembangan model bimbingan
kelompok untuk membantu siswa menghadapi pernikahan dan berkeluarga
berdasarkan pendekatan perkembangan dipaparkan sebagai berikut ini.
1. Temuan penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar siswa SMAN kota
Bandung memiliki kesiapan untuk menikah dan berkeluarga dengan kategori
rendah dan sedang. Mereka merasa enggan membicarakan masalah menikah
dan berkeluarga, karena belum memikirkan masalah tersebut yang dinilai
masih jauh untuk dilakukan.
2. Temuan penelitian yang terkait dengan faktor penghambat kesiapan diri untuk
menikah dan berkeluarga menunjukkan bahwa terdapat empat faktor utama
penghambat kesiapan siswa, yaitu: (a) karakteristik siswa, berupa penghargaan
diri yang rendah, kurang motivasi, dan apresiasi yang rendah; (b) lingkungan
sekolah, berupa iklim sekolah yang negatif dan pengaruh negatif dari teman
sebaya; (c) lingkungan keluarga, berupa kurang keteladanan orang tua dan
pola asuh yang salah, dan (d) lingkungan masyarakat, berupa gaya hidup yang
salah, penghargaan yang rendah terhadap norma dan budaya, dan pengaruh
negatif media.
236
237
3. Temuan penelitian menunjukkan bahwa upaya siswa yang paling sering
dilakukan dalam mengatasi faktor penghambat kesiapan untuk menikah dan
berkeluarga dengan cara ”curhat” kepada teman atau jalan-jalan ke mall.
4. Temuan penelitian menunjukkan bahwa ada tiga aspek kesiapan siswa
menghadapi pernikahan dan berkeluarga yang perlu diperhatikan yaitu,
pengenalan: mengenal norma-norma pernikahan dan berkeluarga; akomodasi:
menghargai norma-norma pernikahan dan berkeluarga sebagai landasan bagi
terciptanya
kehidupan
masyarakat
yang
harmonis;
dan
tindakan:
mengekspresikan keinginannya untuk mempelajari lebih intensif tentang
norma pernikahan dan berkeluarga.
5. Hasil validasi rasional pakar bimbingan dan konseling terhadap model
bimbingan kelompok untuk membantu siswa menghadapi pernikahan dan
berkeluarga berdasarkan pendekatan perkembangan menunjukkan bahwa
model yang dikembangkan dinilai memadai.
238
B. Rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan penelitian, rekomendasi utama studi ini adalah
model bimbingan kelompok untuk membantu siswa menghadapi pernikahan dan
berkeluarga berdasarkan pendekatan perkembangan. Rekomendasi ditujukan
kepada berbagai pihak terkait sebagai berikut:
1. Konselor sekolah
Model bimbingan kelompok untuk membantu siswa menghadapi pernikahan
dan berkeluarga berdasarkan pendekatan perkembangan di SMA Negeri Kota
Bandung dapat digunakan sebagai model alternatif untuk pelaksanaan layanan
bimbingan dan konseling di sekolah. Dalam implementasinya dapat
bekerjasama dengan pihak-pihak yang terkait, misalnya dengan Mitra Citra
Remaja (MCR) yang dikelola Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia
(PKBI), Pengadilan Agama, Kantor Urusan Agama, Aliansi Selamatkan Anak
Indonesia, pakar bimbingan dan konseling keluarga, penasehat pernikahan,
dokter ahli kandungan, dokter kulit dan kelamin, dan tokoh masyarakat.
2. Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan
Mengingat pentingnya pernikahan dan berkeluarga dalam menentukan kualitas
kebahagiaan individu dan pembekalan kepada para calon konselor untuk
menangani permasalahan pernikahan dan berkeluarga, maka kajian tentang
materi tersebut perlu ditambah jumlah jam SKSnya.
3. Unit Pelaksana Teknis Layanan Bimbingan dan Konseling UPI
Merancang program yang komprehensif dan mengadakan pelatihan tentang
implementasi model bimbingan kelompok untuk membantu siswa menghadapi
239
pernikahan dan berkeluarga berdasarkan pendekatan perkembangan kepada
para konselor sekolah.
4. Peneliti selanjutnya
Model bimbingan kelompok untuk membantu siswa menghadapi pernikahan
dan berkeluarga berdasarkan pendekatan perkembangan hanya difokuskan
pada salah satu layanan dasar saja. Peneliti selanjutnya dapat mengembangkan
model bimbingan dan konseling berdasarkan pendekatan perkembangan yang
lainnya seperti home room program, atau bahkan model bimbingan dan
konseling perkembangan yang meliputi layanan dasar, layanan responsif, dan
layanan perencanaan individual, serta dukungan sistem untuk membantu siswa
mempersiapkan diri menghadapi pernikahan dan berkeluarga.