NILAI EKONOMI AIR RESAPAN HUTAN LINDUNG GUNUNG SINABUNG DAN TWA DELENG LANCUK UNTUK KEBUTUHAN SEKTOR RUMAH TANGGA ( The Economic Values of Watersheds Protection Forestry on Sinabung Mountain and TWA Deleng Lancuk for Domestic Uses)

  

NILAI EKONOMI AIR RESAPAN HUTAN LINDUNG GUNUNG SINABUNG

DAN TWA DELENG LANCUK UNTUK KEBUTUHAN SEKTOR RUMAH

TANGGA

  ( The Economic Values of Watersheds Protection Forestry on Sinabung Mountain and

  

TWA Deleng Lancuk for Domestic Uses)

1) 1) 2) Siti Latifah , dan Agus Purwoko Dedek Wahyuni

  Abstrak Fungsi hutan lindung yang utama adalah sebagai pengatur tata air, sehingga ketersediaan air dapat terjaga sepanjang waktu. Namun masyarakat masih belum memahami fungsi hutan tersebut. Manfaat SDH sendiri tidak semuanya memiliki harga pasar, sehingga perlu digunakan pendekatan-pendekatan untuk mengkuantifikasi nilai ekonomi. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan nilai ekonomi air resapan Hutan Lindung Gunung Sinagung dan TWA Deleng Lancuk berada di sekitar Desa Kuta Gugung dan Desa Sigarang Garang dilaksanakan bulan Desember 2011 hingga Maret 2012. Hasil penelitian yang dipenelitian menunjukan nilai ekonomi air total resapan hutan lindung Gunung Sinabung dan hutan lindung TWA Deleng Lancuk di Desa Kuta Gugung dan Desa Sigarang Garang adalah Rp. 76.586.602,- per tahun dengan rata-rata nilai manfaat yang dirasakan oleh masing-masing rumah tangga sebesar Rp. 129.151. Biaya konsumsi air total rumah tangga yaitu sebesar Rp. 5.141.369,3,- per tahun dengan biaya konsumsi air rumah tangga rata-rata sebesar Rp. 8.670,1,- rupiah per tahun. Surplus konsumen total sebesar Rp. 71.445.233 ,- per tahun dengan surplus konsumen yang dirasakan oleh masing-masing rumah tangga sebesar Rp. 120.481,- per tahun.

  

Abstract

The main functions of forests are protected as watersheds, so that water

availability can be maintained at all times. But people still do not understand the function

of these forests. Benefits of SDH did not all have market prices, making it necessary to

use these approaches to quantify the economic value. This study aims to determine the

economic value of water absorption and the protection forestry Mountain Sinabung TWA

Deleng Lancuk around the village of Kuta Gugung and Sigarang Garang was conducted

in December 2011 to March 2012. The results showed that dipenelitian total economic

value of water catchment forests and protected forests Sinabung TWA Deleng Lancuk the

village of Kuta Gugung and Sigarang Garang is Rp. 76.586.602, - per year with an

average value of the benefits perceived by each household of Rp. 129.151. The cost of

total household water consumption is equal to Rp. 5.141.369.3, - per year at a cost of

household water consumption by an average of Rp.8.670.1, - dollars per year. Total

consumer surplus of Rp.71.445.233, - per year with a surplus of consumers who felt by

each household of Rp. 120.481, - per year.

  

PENDAHULUAN

Latar Belakang

  Sumber daya hutan (SDH) Indonesia menghasilkan berbagai manfaat yang dapat dirasakan pada tingkatan lokal, nasional, maupun global. Manfaat tersebut terdiri atas manfaat nyata yang terukur (tangible) berupa hasil hutan kayu, hasil hutan non kayu seperti rotan, bambu, damar dan lain-lain, serta manfaat tidak terukur (intangible) berupa manfaat perlindungan lingkungan, keragaman genetik dan lain-lain. Penilaian sendiri merupakan upaya untuk menentukan nilai atau manfaat dari suatu barang atau jasa untuk kepentingan manusia (Nurfatriani, 2000). Perhitungan nilai ekonomi (valuasi ekonomi) sumber daya air merupakan perhitungan nilai rupiah dari stok sumber daya air yang mengalami penyusutan atau mengalami alih fungsi setelah dieksploitasi dalam waktu tertentu. Sehingga dapat diketahui nilai ekonomi sumber daya air yang dimanfatan oleh masyarakat. Dalam menentukan kontribusi suatu sektor kegiatan ekonomi terhadap pembangunan nasional pada umumnya dinyatakan dalam nilai uang yang kemudian dikonversi dalam nilai persentase. Dengan begitu nilai ekonomi dari sumber daya air akan lebih difahami oleh masyarakat.

  Fungsi hutan lindung yang utama adalah sebagai pengatur tata air, sehingga ketersediaan air dapat terjaga sepanjang waktu. Namun masyarakat masih belum memahami fungsi hutan tersebut. Manfaat SDH sendiri tidak semuanya memiliki harga pasar, sehingga perlu digunakan pendekatan-pendekatan untuk mengkuantifikasi nilai ekonomi. Hutan masih dinilai atas dasar nilai ekonominya saja, atau nilai kayu dan tegakan yang ada. Sementara nilai lain seperti nilai intangible hutan tersebut masih belum diperhitungkan dan difahami oleh masyarakat. Maka dari itu perlu diberikan pemahaman secara keseluruhan terhadap nilai yang terkandung di dalamnya.

  Selain menyediakan keanekaragaman hayati, hutan lindung Gunung Sinabung dan hutan Taman Wisata Alam Deleng Lancuk yang memberikan manfaat berupa air resapan yang juga mengalir pada Danau Lau Kawar, dimana air tersebut juga digunakan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan air rumah tangga.

  Masyarakat sekitar Hutan Lindung Gunung Sinabung dan Taman Wisata Alam Deleng Lancuk telah lama menyadari pentingnya fungsi tersebut. Hal ini terlihat dari tidak terlihat maraknya penebangan liar di hutan tersebut seperti terjadi dibeberapa hutan lainnya, Hal ini terlihat dari kondisi hutan yang masih banyak ditemukan pohon-pohon berdiameter besar. Meskipun demikian, mereka belum mengetahui manfaat ekonomi yang terukur secara moneter karena belum adanya penilaian ekonomi secara kuantitatif, sehingga mengakibatkan kurangnya pemahaman tentang pentingnya fungsi hutan bagi kesejahteraan manusia secara lebih lengkap dan mendalam (Darusman, 1993). Di samping itu, belum adanya informasi nilai manfaat ekonomi fungsi hidrologis hutan tersebut dapat menyebabkan masih rendahnya dukungan dari masyarakat termasuk dari para stakeholder terhadap pelestaraian ekosistem hutan.

  Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, penelitian nilai ekonomi manfaat hidrologis kawasan hutan perlu dilakukan. Mengukur nilai ekonomi manfaat hutan, khususnya manfaat hidrologi secara obyektif dan kuantitatif, maka alokasi pemanfaatan hutan menjadi semakin optimum dan semakin dapat dipertahankan. Informasi hasil pengukuran tersebut diharapkan dapat dijadikan landasan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap manfaat ekonomi dari jasa ekosistem kawasan hutan sebagai pengatur tata air dan sumber mata air, dan menarik dukungan berbagai stakeholders bagi upaya pembangunan dan konservasi ekosistem hutan.

BAHAN DAN METODE

  Penelitian ini dilakukan di Desa Kuta Gugung dan Desa Sigarang Garang di Kecamatan Naman Teran, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara. Desa ini memenuhi kebutuhan air rumah tangga mata air yang berasal dari resapan hutan lindung Gunung Sinabung dan Taman Wisata Alam (TWA) Deleng Lancuk. Penelitian di lapangan dilaksanakan bulan Desember 2011 sampai Maret 2012.

  Alat yang digunakan pada penelitian ini berupa satu buah kamera digital, dan software Microsoft Word 2007, sotfware Minitab versi 15. Sedangkan bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah lembar kuisioner sebagai bahan wawancara secara langsung terhadap masyarakat serta peralatan sehari-hari yang digunakan untuk mengkonsumsi air sperti gayung, timba, dan ember.

  c. Batasan penelitian adalah desa yang pemenuhan air untuk kebutuhan rumah tangga yang berada disekitar resapan air hutan lindung Gunung Sinabung dan hutan TWA Deleng Lancuk yang tidak menggunakan air sumur untuk pemenuhan kebutuhan air rumah tangganya, sedangkan masyarakat yang menggunakan air sumur tidak termasuk dalam objek penelitian.

  Pengumpulan Data

  Berikut adalah penjelasan diagram alir metode penelitian:

  1. Studi Literatur: Bertujuan untuk mendapatkan referensi yang berhubungan dengan perhitungan ekonomi sumber daya air, dokumentasi dan literatur lain yang mendukung baik dari buku, jurnal, majalah, koran, internet, dan lain-lain.

  2. Pengumpulan Data Primer: Data primer diperoleh melaui kuisioner berupa konsumsi air domestik (rumah tangga) meliputi air untuk kebutuhan minum dan memasak, air untuk mandi dan mencuci, serta untuk kakus. Harga air didasarkan pada pendekatan biaya pengadaan, yaitu korbanan yang harus dikeluarkan untuk dapat mengkonsumsi air.

  2.1 Metode Pengambilan Data Pengambilan sampel untuk populasi dapat dilakukan dengan cara mencari contoh sampel dari populasi yang kita inginkan, kemudian dari sampel yang didapat dimintai partisipasinya untuk memilih komunitasnya sebagai sampel lagi. Seterusnya sehingga jumlah sampel yang kita inginkan terpenuhi. Agar sampel yang diambil dapat mewakili jumlah populasi, maka digunakan rumus Slovin yaitu, sbb:

  =

  2

  • 1 .

  Dimana: n = ukuran sampel/ jumlah rumah tangga (orang) N = ukuran populasi/ jumlah total rumah tangga(orang) d = galat pendugaan(dalam hal ini digunakan 10%)

  Oleh karena lingkup penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, maka teknik pengumpulan sampelnya menggunakan cara stratifikasi, dimana peneliti memakai berbagai pertimbangan, yaitu berdasarkan konsep teori yang digunakan serta keingintahuan dari pada penelitian tentang karakteristik pribadi dari obyek yang diteliti.

  Pengolahan Data

  1. Karakteristik konsumen air

  Data karakteristik konsumen pengguna air resapan hutan lindung Gunung Sinabung dan TWA Deleng Lancuk yaitu jumlah anggota rumah tangga, pendapatan, mata pencarian, pendidikan, sumber air, dan jarak rumah dari sumber air. Kemudian data karakteristik tersebut dibuat dalam bentuk tabulasi-tabulasi.

  2. Peubah persamaan permintaan air

  a. Pengukuran konsumsi air

  Besarnya konsumsi air rumah tangga dihitung dengan cara menakar jumlah air yang digunakan untuk kebutuhan air rumah tangga selama satu hari satu malam. Penakaran yang digunakan berdasarkan media yang digunakan oleh konsumen seperti bak penampung air, yang dihitung dengan menghitung volume bak tersebut dan berapa banyak air yang digunakan. Media lain yang digunakan adalah ember dan gayung konsumen, baik untuk kebutuhan mandi, cuci, kakus, dan masak.

  b. Penentuan harga air

  Penentuan harga air per meter kubik menurut Sulistiono dan Bejo (2003), dapat ditentukan dengan dua cara yakni: membagi biaya pengadaan dengan jumlah air yang dikonsumsi, yaitu:

  H = BP/KA Dimana : 3 H : Harga air (Rp/m ) BP : Biaya Pengadaan (Rp/tahun) 3 KA : Konsumsi Air (M /tahun)

  Biaya pengadaan air diperoleh dengan menghitung biaya pengadaan sarana pengaturan air dari mata air pada rumah tangga dan tempat-tempat umum dalam hal pemakaian sumber daya air, ditambah biaya perawatan dan biaya operasi selama satu tahun.

c. Pendugaan persamaan konsumsi air

  Persamaan konsumsi air rumah tangga didekati dengan pendugaan melalui analisis regresi berganda sebagaimana hasil penelitian pendugaan persamaan konsumsi air Sulistiyono dan Bejo (2003) dapat diformulaskan sebagai berikut:

  Y = a + b 1 X 1 + b 2 X 2 + b 3 X 3 + b 4 X 4 + b 5 X 5 + b 6 X 6 Dimana: Y = Konsumsi air rumah tangga per tahun a = Intersep b = Slope kemiringan 3 X 1 = Harga air setiap meter kubik berdasarkan biaya pengadaan (Rp/m ) 3 X 2 = Pendapatan rata-rata rumah tangga selama satu tahun (Rp/m )

  X 4 = Jumlah anggota rumah tangga (orang)

  X 4 = Mata pencarian (Dummy Variabel)

  X 5 = Tingkat pendidikan rata-rata anggota rumah tangga

  X 6 = Jarak rumah responden dengan sumber air (meter) Untuk melihat model terbaik yang akan digunakan berdasarkan masing-masing variabel di atas, maka dicobakan persamaan 4 model pendugaan persamaan konsumsi air sebagai berikut:

  1. Persamaan linier : Y = a + b 1 X 1 + b 2 X 2 + ........................+ b 6 X 6

  2. Persamaan linier-logaritma : Y = a + b 1 ln X 1 + b 2 ln X 2 + ...............+ b 6 ln X 6

  3. Persamaan logaritma-linier : ln Y = a + b 1 X 1 + b 2 X 2 + ....................+ b 6 X 6

  4. Persamaan logaritma-logaritma : ln Y = a + b 1 ln X 1 + b 2 ln X 2 + ..........+ b 6 ln X 6 Untuk mendapatkan model terbaik dipilih berdasarkan kriteria model penduga 2 yang mempunyai determinasi (R ) tertinggi, standart deviasi model penduga yang kecil, peluang menerima kesalahan (P value) kurang dari 0.05 memenuhi sifat kenormalan sisaan dan sifat keaditifan model (Hartono, 2004).

  Berdasarkan persamaan regresi yang diperoleh maka disusunlah kurva permintaan yang menggambarkan jumlah air yag diminta pada tingkat biaya pengadaan 3 tertentu, dimana sumbu tegak (Y) menggambarkan biaya pengadaan air (Rp/ m ) dan 3 sumbu datar (X) merupakan besarnya konsumsi air (m / tahun). Nilai ekonomi air yang diperoleh konsumen adalah luas daerah yang berada dibawah kurva permintaan air.

d. Nilai Manfaat Air

  Nilai manfaat air diperoleh dari kurva permintaan dimana nilai manfaat air diperoleh dari nilai invers pada persamaan model penembahan harga pada metode kontingensi dan konsumsi air minimun berdasarkan model yang terpilih. Berdasarkan model terpilih tersebut, maka dapat dihitung nilai dari masing-masing variabel. Nilai variabel yang digunakan untuk nilai manfaat air adalah harga air pada model (X1) dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

  ) NMA i = maks . Y min

  1

  �∫ ′ ( � + H F ′ (X 1 ) =

  1

  ∫ NMA = NMA x Jumlah populasi total rata-rata

  Perhitungan biaya konsumsi air rumah tangga (BKA) BK = H min x H max BKA total = BKA rata-rata x Jumlah Populasi

  Perhitungan surplus konsumsi air rumah tangga (SKA) : SKA total = NMA total - BKA total

  Dimana: H max = Harga rata-rata berdasarkan metode kesediaan untuk membayar (Willingness to pay) H min = Harga rata-rata berdasarkan metode biaya pengadaan 3 Y min = Konsumsi air minimum (Rp/ m )

  X 1 = Harga air model terpilih

  

HASIL DAN PEMBAHASAN Persamaan Permintaan Air Rumah Tangga Berdasarkan penelitian yang dilakukan menunjukan bahwa permintaan air dipengaruhi nyata oleh peubah X (harga air per meter kubik) dan X (jumlah anggota 1 3 rumah tangga. Sedangkan peubah lainnya tidak begitu berpengaruh nyata terhadap besarnya konsumsi air rumah tangga yaitu pendapatan per tahun rumah tangga (X ), 2 mata pencarian (X ), tingkat pendidikan kepala rumah tangga (X ), dan jarak rumah 4 5 konsumen air pada sumber air (X ). Model dan tahapan pengujian dapat dilihat di 6 Lampiran 4. Berdasarkan model terbaik yang dipilih dengan kriteria yang telah dijelaskan sebelumnya, maka diperoleh persamaan permintaan air rumah tangga di daerah resapan hutang lindung Gunung Sinabung dan TWA Deleng Lancuk adalah sebagai berikut:

  Ln Y = 1,65 - 0,0509 Ln X + 0,822 Ln X 1 3 Adapun konsumsi air total rumah tangga daerah resapan hutang lindung Gunung Sinabung dan TWA Deleng Lancuk selama satu tahun adalah konsumsi air rumah tangga (Y) dikalikan dengan jumlah total kepala keluarga dilokasi penelitian. Adapun besarnya pengaruh masing-masing peubah yang digunakan adalah sebagai berikut:

  Harga air rumah tangga per meter kubik

  Berdasarkan persamaan terbaik yang diperoleh diatas, terlihat bahwa harga air per meter kubik (X 1 ) terhadap jumlah air per meter kubik yang dikonsumsi oleh rumah tangga adalah berbanding terbalik. Artinya bila harga air naik 1% akan menyebabkan jumlah air yang dikonsumsi air turun sebesar 0,0509%. Sebaliknya jika harga air per meter kubik turun 1%, maka konsumsi air naik 0,0509%. Persentase perubahan tersebut sangat kecil, hal ini menunjukan bahwa air sebagai kebutuhan pokok manusia, kendatipun harga air tersebut mahal, masyarakat akan tetap membelinya. Hubungan antara barang yang diminta dengan harga barang tersebut dimana hubungan berbanding terbalik yaitu ketika harga meningkat atau naik maka jumlah barang yang diminta akan menurun dan sebaliknya apabila harga turun jumlah barang meningkat.

  Jumlah anggota rumah tangga

  Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menunjukan bahwa jumlah rumah tangga berpengaruh nyata positif terhadap konsumsi air rumah tangga. Pengaruh besarnya konsumsi rumah tangga tersebut berdasarkan koefisien persamaan permintaan air terpilih, yaitu jika terjadi peningkatan jumlah anggota rumah tangga sebesar 1 persen akan menenyebabkan jumlah air yang dikonsumsi naik sebesar 0,822 persen. Sebaliknya penurunan jumlah anggota rumah tangga sebesar 1 persen akan mengakibatkan menurunnya jumlah air yang dikonsumsi rumah tangga tersebut sebesar 0,822 persen pula.

  Persamaan konsumsi air rumah tangga diperoleh berdasarakan empat model yang diujikan, dimana kriteria dari pemilihan model (Lampiran 4) tersebut adalah simpangan 2 baku sisaan (S), koefisien determinasi (R ), derajat bebas (DF), jumlah kuadrat (SS), kuadrat tengah sisaaan (MSR), F hitung, dan nilai peluang penerimaan (P). Nilai dari kriteria tersebut berdasarkan masing-masing model adalah sbb: Tabel 8. Kriteria Pemilihan Model Terbaik pada Persamaan Konsumsi Air 2 Model S R DF SS MSR F hitung P 1 26,83 67,5%

  2 218450 109225 151,71 0,000 2 29,2096 61,5% 2 198996 99498 116,62 0,000 3 0,110601 67,7% 2 3,7504 1,8752 153,3 0,000 4 0,103603 71,7 2 3,9693 1,9846 184,9 0,000

  Berdasarkan hasil yang diperoleh bahwa nilai P bagi Constant adalah 0,000, yang berarti bahwa peluang untuk menerima H : β = 0 adalah 0,000, atau dengan kata lain, pada taraf nyata 5%, maka H ditolak untuk X 1 dan 0,05% pada X 3 . Sedangkan H 1 diterima yaitu kedua variabel tersebut (harga air dan jumlah anggota rumah tangga) berpengaruh sangat nyata. Jika P ≤ 0.01, yang berarti tolak H , maka pada taraf nyata ( α) 5% kita dapat mengatakan bahwa peranan b atau b sangat nyata. 1 Model penduga konsumsi air rumah tangga berdasarkan persamaan terpilih, dengan jumlah anggota rumah tangga rata-rata adalah 4,26 (Lampiran 1) maka diperoleh persamaan untuk menduga konsumsi air rumah tangga (Lampiran 7 no. 1) adalah Y = -0,0509 17,14 X . 1 Penilaian harga air per meter kubik dilakukan dengan dua pendekatan yaitu pendekatan biaya pengadaan berdasarkan besarnya biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh air tersebut selama satu tahun dan pendekatan metode pertanyaan kontingensi yaitu kesediaan untuk membayar apabila air tersebut tidak tersedia bagi masyarakat. Nilai yang diperoleh berdasarkan metode biaya pengadaan dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh rata-rata harga air Rp. 61,6,- hingga Rp. 3.568,62,-. Nilai tersebut dinilai sangat kecil sekali, hal ini dikarenkan mudahnya masyarakat untuk memperoleh air tersebut dan kecilnya nilai yag dikorbankan untuk dapat mengkonsumsi air tersebut. Pendekatan selanjutnya adalah berdasarkan metode pertanyaan pengandaian apabila air tersebut tidak tersedia. Berdasarkan metode ini nilai air rata-rata antara Rp. 2.000,- hingga Rp. 62.571,42,-. Nilai tersebut jauh lebih besar bila dibadingkan dengan biaya pengadaan pada metode pertama. Hal ini dikarenakan besarnya manfaat yang dirasakan dari keberadaan air tersebut daripada nilai air tersebut.

  Uji normalitas dan heteroditas data

  Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan bahwa data terdistribusi normal, mendekati garis linier (Lampiran 5). Hal ini menunjukan bahwa nilai error atau residual terdistribusi normal. Sehingga dapat dikatakan model regresi terpilih (persamaan keempat) untuk menduga konsumsi air rumah tangga memenuhi syarat normalitas data, yaitu data tersebar disekitar garis rata-rata. Uji heteroditas adalah asumsi dalam regresi dimana varians dari residual tidak sama untuk satu pengamatan dengan pengamatan lain. Apabila tidak ada pola jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y maka tidak terjadi heteroditas (Lampiran 5). Berdasarakan hasil uji yang dilakukan terlihat bahwa data konsumsi air untuk kebutuhan rumah tangga menyebar secara acak, tidak membentuk suatu pola tertentu yang jelas, serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka nol pada sumbu Y, sehingga persamaan regresi ini dapat dipakai untuk memprediksi variabel terikat.

  Kurva konsumsi air rumah tangga

  Kurva konsumsi air rumah tangga menggambarkan volume air yang dikonsumsi 3 setiap rumah tangga (m ) pada harga yang diperoleh dari biaya pengadaan (Rp/ tahun). -0,0509 Nilai tersebut berdasarkan persamaan Y = 17,14 X 1 . Berdasarkan biaya pengadaan, besarnya konsumsi air rumah tangga dapat dilihat pada Tabel 10 berikut. 100000 120000 80000 Kur va Per mintaan Air Rumah Tangga

  )

  3 m / p 60000 R

  • -0,0509 ( a Y=17,14 X1 rg a 40000 H 20000
  • 10 11 12 13 14 15 Konsumsi Air ( m3/ t hn)

      Gambar 1. Kurva Permintaan Air Sektor Rumah Tangga

      Harga dan konsumsi air sektor rumah tangga

      Kebutuhan akan air untuk sektor rumah tangga akan menimbulkan harga yang terbentuk atas dasar biaya pengadaan yang meliputi seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh air tersebut baik biaya operasional, biaya pengadaan, maupun biaya perawatan. Selain itu harga air per meter kubik dapat ditentukan melalui metode kontingensi yaitu pertanyaan pengandaian berapa harga/ biaya yang akan dikeluarkan apabila air tersebut tidak tersedia. Hasil yang diperoleh dari kedua metode tersebut seperti terdapat pada Tabel 11 berikut ini. Tabel 11. Harga dan Konsumsi Air Rumah Tangga Berdasarkan Metode Biaya Pengadaan dan Kontingensi. No Harga Konsumsi Air Rumah Tangga Konsumsi Air Total RT 3 3 iii) 3 iv)

      (Rp/ m ) (m / thn) (m / thn) i) 1 715 12,266 7.274,135 ii) 2 11.697 10,640 6.309,581 Keterangan: i) ii) Harga berdasarkan metode biaya pengadaan iii) Harga berdasarkan metode kontingensi iv) Konsumsi air rumah tangga Konsumsi air total RT = Konsumsi air RT x 593

      Nilai Manfaat Air

      Nilai manfaat air merupakan turunan dari persamaan permintaan air yang terlebih dahulu diintegralkan berdasarkan perhitungan nilai X1 model terpilih yaitu : 22 -19,646

      X 1 =174,878 . 10 . Y . Maka persamaan nilai manfaat air yang diperoleh adalah: NMA = ) . Y i maks min

      ′ (

      1

      �∫ � + H -18,646 -18,646

      21

      21

      = 93,788 . 10 . (Y ) . (Y ) + H . Y min maks maks min −93,788 . 10

      Berdasarkan nilai perhitungan manfaat air untuk setiap responden rumah tangga dapat dijelaskan pada Lampiran 7. Perhitungan nilai manfaat air rata-rata dan manfaat air total dapat dilihat pada Tabel 12 dan Tabel 13 sebagai berikut. Tabel 12. Nilai Manfaat air, Biaya Konsumsi Air, dan Surplus Konsumen Air Rumah Tangga

      Konsumsi Konsumsi Harga Harga NMA BKA SKA Air Air Metode Metode (Rp/thn) (Rp/thn) (Rp/thn) Maksimum Minimum Biaya Biaya (m3/thn) (m3/thn) Pengadaan Kontingensi 3 3 (Rp/m ) (Rp/m )

      

    Rata- 12,5 10,8 715,2 11.697,6 129.151,1 8.670,1 120.481,0

    rata

    Total 7.412,5 6.404.4 715,2 11.697,6 76.586.60 5.141.3 71.445.23

    2,3 69,3

      3 Nilai manfaat air total adalah nilai manfaat rata-rata setiap keluarga dikalikan

      dengan jumlah populasi dalam hal ini kepala rumah tangga di lokasi penelitian. Nilai manfaat ini merupakan nilai yang dirasakan karna keberadaan hutan lindung Gunung Sinabung dan TWA Deleng Lancuk. Manfaat adanya hutan, secara umum diyakini salah satunya berfungsi sebagai pengatur tata air, sehingga ketersediaaan air diwilayah tersebut tetap terjaga sepanjang tahun. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh nilai manfaat air total adalah Rp. 76.586.602,3,- (tujuh puluh enam juta lima ratus delapan puluh enam ribu enam ratus dua koma tiga rupiah) per tahun dengan rata-rata nilai manfaat yang dirasakan oleh masing-masing rumah tangga sebesar Rp. 129.151,1,- (seratus dua puluh sembilan ribu seratus lima puluh satu koma satu ratus sepuluh rupiah) per tahunnya.

      Biaya konsumsi air total rumah tangga merupakan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh air tersebut dikalikan dengan jumlah populasi dalam hal ini kepala keluarga dilokasi penelitian yaitu sebesar Rp. 5.141.369,3,- (lima juta seratus empat puluh satu ribu tiga ratus enam puluh sembilan koma tiga rupiah) per tahun dengan biaya konsumsi air rumah tangga rata-rata sebesar Rp. 8.670,1,- (delapan ribu enam ratus tujuh puluh koma satu) rupiah per tahun.

      Surplus konsumen total merupakan nilai manfaat air yang dirasakan oleh masyarakat setelah dikurangkan dengan biaya pengadaan dikalikan dengan jumlah populasi. Surplus konsumen total sebesar Rp. 71.445.233 ,- (tujuh puluh satu juta empat ratus empat puluh lima dua ratus tiga puluh tiga rupiah) per tahun dengan surplus konsumen yang dirasakan oleh masing-masing rumah tangga sebesar Rp. 120.481,- (seratus dua puluh ribu empat ratus delapan puluh satu rupiah) per tahun.

      Seperti penelian yang dilakuakan oleh Widada dan Darusman terhadap taman nasional Gunung Halimun (TNGH) untuk kebutuhan domestik rumah tangga adalah Rp. 5.223.870.380,- (lima milyar dua ratus dua puluh tiga juta delapan ratus tujuh puluh ribu tiga ratus delapan puluh rupiah. Dan penelitian yang dilakuakn oleh Darusman (1993), besasrnya nilai manfaat air rumah tangga sekitar hutan Gunung Gede-Pangrango sebesar Rp. 4.181,- milyar (empat milyar seratus delapan puluh satu juta rupiah) per tahun.

      

    KESIMPULAN

      1. Nilai ekonomi air total resapan hutan lindung Gunung Sinabung dan hutan lindung TWA Deleng Lancuk di Desa Kuta Gugung dan Desa Sigarang Garang adalah Rp.

      76.586.602,- (tujuh puluh enam juta lima ratus delapan puluh enam ribu enam ratus dua rupiah) per tahun dengan rata-rata nilai manfaat yang dirasakan oleh masing- masing rumah tangga sebesar Rp. 129.151,- (seratus dua puluh sembilan ribu seratus lima pulih satu rupiah) per tahun.

      2. Faktor-faktor yang mempengaruhi secara nyata besarnya pemakaian air rumah tangga adalah harga air per meter kubik dan jumlah anggota rumah tangga. Sedangkan faktor pendapatan, mata pencarian, tingkat pendidikan kepala keluarga, dan jarak rumah ke sumebr ait tidak berpengaruh nyata.

      3. Model penduga persamaan nilai ekonomi air untuk kebutuhan rumah tangga di Desa Kuta gugung dan Desa Sigarang Garang adalah:

      Ln Y = 1,65 - 0,0509 Ln X1 + 0,822 Ln X3

    DAFTAR PUSTAKA

      Asdak, C. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Bishop, J. T. 1999. Valuing Forests : A Review of Methods and Applications in

      Developing Countries. International Institute for Environment and Development. London. Davis, L. S and Johnson, K. N. 1987. Forest Management 3 rd Darusman, D. 1993. Nilai Ekonomi Air untuk Pertanian dan Rumah Tangga: Studi

      Kasus di Sekitar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Makalah disampaikan pada Simposium Nasional Permasalahan Air di Indonesia di

      ITB, 28 - 29 Juli 1993.

      Edition. Mc Graw- Hill Book Company. New York.

      Entjang, I. 1985. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Penerbit Alumni. Bandung. Fauzi, A. 1999. Memilih Persamaan Regresi Terbaik dan Pendeteksian Pengamatan yang Berpengaruh. Vol. 3 [ 4]. Hal. 2.

      Fauzi, A. 2006. Ekonomi Sumber Daya Pelaporan Nilai Perolehan Air (NPA) Alam dan Lingkungan. Gramedia Pustaka . Jakarta. Genoya, dkk. 2007. Nilai Ekonomi Air di Sub Das Konto dan Sub Das Cirasea.

      IPB. Bogor. Hadipuro, W. 2000. Valuasi Air. Unika Sogijapranata. Semarang.

      James, R. F. 1991. Wetland Valuation : Guidelines and Techniques. Asian Wetland Bureau-Indonesia. Bogor. Munasinghe, M. 1993. Environmental Economics and Sustainable Development. The World Bank. Washington DC. Nurfatriani, F. 2000. Konsep Nilai Ekonomi Total dan Metode Penilaian Sumber Daya Hutan. Puslit Sosial Ekonomi dan Kebijakan Kehutanan. Bogor. Sanropie, D, dkk. 1984. Buku Pedoman Study Penyediaan Air Bersih. Akademi Penilik Kesehatan-Teknologi Sanitasi. Pusdiknakes. Jakarta. Setiawan, N. 2007. Penentuan Ukuran Sampel Memakai Rumus Slovin dan Tabel Krejcie-Morgan: Telaah Konsep dan Aplikasinya. UNPAD. Bandung. Soerjono, R. 1987. Peran Serta Hutan dalam Menambah Air dalam Pengelolaan DAS.

      Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan, Jakarta. Sulistiono, N dan Bejo, S. 2003. Pendugaan Model Nilai Ekonomi Air untuk Kebutuhan Sektor Rumah Tangga Di Kawasan Resapan Air Sibolangit.

      Prosiding Semiloka Pengelolaan dan Pembentukan Forum DAS Wampu Sei ULar. 03 Oktober 2007. Medan. Sundayana, R. 2004. Teknik Sampling Dalam Penelitian. Amik. Garut. Supranto, J. 2001. Teknik Sampling. Erlangga. Jakarta. Suryamojo, H. 2004. Peran Hutan sebagai Penyedia Jasa Lingkungan. UGM Press.

      Yogyakarta. Sutawan, N. 2001. Pengelolaan Sumberdaya Air untuk Pertanian Berkelanjutan.

      Universitas Udayana. Bali. Yusmansyah, 2002. Studi Perilaku Masyarakat dalam Menggunakan Air Bersih Berkaitan dengan Penghematan: Kasus Kota Medan. USU Press. Medan.

      Widada dan Darusman, D. 2004. Nilai Ekonomi Air Domestik dan IrigasiPertanian : Studi Kasus di Desa-Desa Sekitar Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun.

      Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. X No. 1 : 15-27. Widiyastutik, E., Nugroho, B., Kartodihardjo, H. 2010. Nilai Manfaat Total Gerhan di Sub DAS Tirto Jawa Tengah. Vol. XVI [

      1]. Hal. 2.