Upaya Pengembangan TWA Lau Debuk-Debuk Berbasis Masyarakat
UPAYA PENGEMBANGAN TWA LAU DEBUK-DEBUK BERBASIS MASYARAKAT
SKRIPSI
Oleh:
Afriyanti Sembiring 061201002 / Manajemen Hutan
DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(2)
UPAYA PENGEMBANGAN TWA LAU DEBUK-DEBUK BERBASIS MASYARAKAT
SKRIPSI
Oleh:
Afriyanti Sembiring 061201002 / Manajemen Hutan
Skripsi sebagai satu diantara beberapa syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(3)
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Skripsi : Upaya Pengembangan TWA Lau Debuk-Debuk Berbasis Masyarakat
Nama : Afriyanti Sembiring
Nim : 061201002
Departemen : Kehutanan
Program Studi : Manajemen Hutan
Disetujui Oleh :
Komisi Pembimbing
Pindi Patana S.Hut, M.Sc
Ketua Anggota
Dr. Agus Purwoko S.Hut, M.Si
Mengetahui,
Ketua Program Studi Siti Latifah S.Hut, M.Si, PhD
(4)
ABSTRAK
AFRIYANTI SEMBIRING. Upaya Pengembangan TWA Lau Debuk Debuk Berbasis Masyarakat. Dibimbing oleh PINDI PATANA dan AGUS PURWOKO.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi dan manfaat TWA Lau Debuk Debuk, mengetahui persepsi dan peran serta masyarakat dalam pengembangan TWA Lau Debuk Debuk serta merumuskan alternatif strategi peningkatan peran serta masyarakat dalam mengembangkan TWA Lau Debuk Debuk. Penelitian ini dilakukan dengan metode AHP (Analytical Hierarchy Process). Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat partisipasi masyarakat dalam upaya pengembangan TWA Lau Debuk Debuk termasuk dalam kategori sedang dimana masyarakat jarang mengikuti kegiatan yang dilakukan guna pengembangan TWA Lau Debuk Debuk. Faktor penting yang menentukan keberhasilan pengembangan TWA Lau Debuk Debuk adalah partisipasi masyarakat seperti proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program pengembangan TWA Lau Debuk Debuk.
(5)
ABSTRACT
AFRIYANTI SEMBIRING. Effort Development of TWA Lau Debuk Debuk base on Society. Under supervised by Pindi Patana and Agus Purwoko.
This study is aimed to know benefit and potency of TWA Lau Debuk Debuk, knowing role and perception and also society in development of TWA Lau Debuk Debuk and also formulate strategy alternative of society in developing TWA Lau Debuk Debuk.This research was conducted with Analytical Hierarchy Process (AHP) method, while analysis method used descriptive analysis.
Research result indicate that society participation storey;level in the effort development of TWA Lau Debuk Debuk of[is included in category is where society seldom follow activity which [to] utilize development of TWA Lau Debuk Debuk. Important Factor which determine efficacy of development of TWA Lau Debuk Debuk is society participation like planning process, program evaluation and execution development of TWA Lau Debuk Debuk.
(6)
RIWAYAT HIDUP
Afriyanti Sembiring dilahirkan di Namu Ukur, Sumatera Utara pada tanggal 21 April 1988 dari Bapak T. Sembiring dan Ibu S. Bukit. Penulis merupakan anak keempat dari enam bersaudara.
Pada tahun 2006 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Berastagi dan pada tahun yang sama lulus masuk Universitas Sumatera Utara (USU) melalui jalur PMDK. Penulis memilih Program Studi Manajemen Hutan Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian.
Selama aktif mengikuti perkuliahan, penulis pernah mengikuti Praktik Pengenalan Pengelolaan Hutan (P3H) tahun 2008 di Tangkahan dan kawasan hutan mangrove Pulau Seribu. Pada tahun 2010 penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapang (PKL) di Sukajaya Makmur, Kalimantan Barat.
(7)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan kasih karunia-Nya maka penulis dapat menyelesaikan draft hasil penelitian yang berjudul “Upaya Pengembangan TWA Lau Debuk Debuk Berbasis Masyarakat”.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Pindi Patana S.Hut, M.Sc dan Dr. Agus Purwoko S.Hut, M.Si, selaku komisi pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam penulisan skripsi penelitian ini. Begitu juga dengan pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun guna perbaikan proposal ini sangat diharapkan oleh penulis.
Semoga penelitian ini bermanfaat bagi yang membutuhkan.
Medan, Juli 2012
(8)
DAFTAR ISI
Hal.
ABSTRAK ... ii
ABSTRAK ... iii
RIWAYAT HIDUP ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR LAMPIRAN ... vii
PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1
Perumusan Masalah ... 2
Tujuan Penelitian ... 2
Manfaat Penelitian ... 2
TINJAUAN PUSTAKA... 4
Partisipasi Masyarakat ... 4
Ekowisata ... 5
Kondisi Umum Taman Wisata Alam Lau Debuk Debuk ... 8
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian ... 12
Alat dan Bahan ... 12
Populasi dan Sampel ... 12
Pengumpulan Data ... 13
Data Primer ... 13
Data Sekunder ... 14
Analisis Data ... 14
Karakteristik Responden ... 14
Fenomenologi ... 14
Skala Likert ... 15
PRA ... 16
Analisis SWOT terhadap TWA Lau Debuk Debuk ... 17
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Masyarakat ... 19
Tingkat Partisipasi Masyarakat ... 22
Analisis SWOT ... 26
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 32
Saran ... 33
DAFTAR PUSTAKA ... 34
(9)
DAFTAR TABEL
No. Hal.
1. Perumusan strategi dengan Matrik SWOT ... 18
2. Distribusi responden menurut kelas umur ... 19
3. Distrtibusi responden menurut tingkat pendidikan ... 20
4. Distribusi responden menurut mata pencaharian ... 21
5. Distribusi tingkat partisipasi responden dalam perencanaan kegiatan pengembang TWA ... 22
6. Distribusi tingkat partisipasi responden dalam pelaksanaan kegiatan Pengembangan TWA ... 24
7. Distribusi tingkat partisipasi responden dalam evaluasi kegiatan Pengembangan TWA ... 25
8. Rekapitulasi tingkat partisipasi masyarakat terhadap kegiatan pengembangan TWA Lau Debuk Debuk ... 25
9. Ringkasan SWOT ... 28
10. Analisis dengan menggunakan Matriks SWOT ... 29
(10)
No. Hal.
1. Karakteristik pengunjung ... 36
2. Karakteristik masyarakat ... 39
3. Partisipasi masyarakat ... 41
(11)
ABSTRAK
AFRIYANTI SEMBIRING. Upaya Pengembangan TWA Lau Debuk Debuk Berbasis Masyarakat. Dibimbing oleh PINDI PATANA dan AGUS PURWOKO.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi dan manfaat TWA Lau Debuk Debuk, mengetahui persepsi dan peran serta masyarakat dalam pengembangan TWA Lau Debuk Debuk serta merumuskan alternatif strategi peningkatan peran serta masyarakat dalam mengembangkan TWA Lau Debuk Debuk. Penelitian ini dilakukan dengan metode AHP (Analytical Hierarchy Process). Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat partisipasi masyarakat dalam upaya pengembangan TWA Lau Debuk Debuk termasuk dalam kategori sedang dimana masyarakat jarang mengikuti kegiatan yang dilakukan guna pengembangan TWA Lau Debuk Debuk. Faktor penting yang menentukan keberhasilan pengembangan TWA Lau Debuk Debuk adalah partisipasi masyarakat seperti proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program pengembangan TWA Lau Debuk Debuk.
(12)
ABSTRACT
AFRIYANTI SEMBIRING. Effort Development of TWA Lau Debuk Debuk base on Society. Under supervised by Pindi Patana and Agus Purwoko.
This study is aimed to know benefit and potency of TWA Lau Debuk Debuk, knowing role and perception and also society in development of TWA Lau Debuk Debuk and also formulate strategy alternative of society in developing TWA Lau Debuk Debuk.This research was conducted with Analytical Hierarchy Process (AHP) method, while analysis method used descriptive analysis.
Research result indicate that society participation storey;level in the effort development of TWA Lau Debuk Debuk of[is included in category is where society seldom follow activity which [to] utilize development of TWA Lau Debuk Debuk. Important Factor which determine efficacy of development of TWA Lau Debuk Debuk is society participation like planning process, program evaluation and execution development of TWA Lau Debuk Debuk.
(13)
PENDAHULUAN Latar Belakang
Ekowisata adalah suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan dengan tujuan mengkonservasi lingkungan dan melestarikan kehidupan dan kesejahteraan penduduk setempat. Indonesia sebagai negara mega biodiversity nomor dua di dunia, telah dikenal memiliki kekayaan alam, flora dan fauna yang sangat tinggi. Kata wisata (tourism) pertama kali muncul dalam
Oxford English Dictionary tahun 1811, yang mendeskripsikan atau menerangkan tentang perjalanan untuk mengisi waktu luang (Hakim, 2004).
Pengertian tentang ekowisata mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Namun pada hakekatnva, pengertian ekowisata adalah suatu bentuk wisata yang bertanggungjawab terhadap kelestarian area yang masih alami (natural area), memberi manfaat secara ekonomi dan mempertahankan keutuhan budaya bagi masyarakat setempat.
Pariwisata adalah suatu fenomena yang mana ditimbulkan oleh bentuk kegiatan manusia, yaitu kegiatan melakukan perjalanan (travel). Berdasarkan hal itu maka perjalanan yang dikategorikan sebagai kegiatan wisata dimana perjalanan dan persinggahan yang dilakukan oleh manusia di luar tempat tinggalnya untuk berbagai maksud dan tujuan, tetapi bukan untuk tinggal menetap di tempat yang dikunjungi atau disinggahi, atau untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan dengan mendapatkan “upah“ (Kodhyat, 1996).
Salah satu daerah wisata yang sedang berkembang di Kabupaten Karo tepatnya berada di Doulu, Raja Berneh. Kawasan tersebut merupakan salah satu daerah wisata yang memberikan potensi wisata yang menyenangkan.
(14)
Beranjak dari pengalaman, kegiatan dalam upaya pengembangan TWA Lau Debuk Debuk kurang berhasil karena belum teroganisasi dengan baik dimana masyarakat hanya menggunakan pengertian sendiri dalam pengembangan TWA Lau Debuk Debuk dan kurangnya kerjasama masyarakat dengan pihak pemerintah, maka dilakukan penelitian ini. Faktor penting yang menentukan keberhasilan pengembangan TWA Lau Debuk Debuk adalah partisipasi masyarakat seperti proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program pengembangan TWA Lau Debuk Debuk. Keikutsertaan masyarakat lebih ditekankan agar mereka memiliki rasa tanggungjawab guna pengembangan TWA Lau Debuk Debuk. Menurut Saleh (2000), diantara faktor yang perlu diperhatikan dalam perencanaan pengembangan dan peningkatan usaha ekowisata ini adalah segmen pasar serta SWOT (Strenght, Weaknesses, Opportunities, Treats) dan faktor lainnya. Dengan mengetahui faktor-faktor ini maka dapat direncanakan tindakan pengembangan yang lebih efektif.
Perumusan Masalah
1. Bagaimana potensi dan manfaat TWA Lau Debuk Debuk berbasis masyarakat?
2. Bagaimana persepsi dan peran serta masyarakat dalam pengembangan TWA Lau Debuk Debuk?
3. Bagaimana strategi peningkatan peran serta masyarakat dalam mengembangkan TWA Lau Debuk Debuk?
(15)
Tujuan Penelitian
1. Mengetahui potensi dan manfaat TWA Lau Debuk Debuk
2. Mengetahui persepsi dan peran serta masyarakat dalam pengembangan TWA Lau Debuk Debuk
3. Merumuskan alternatif strategi peningkatan peran serta masyarakat dalam mengembangkan TWA Lau Debuk Debuk
Manfaat Penelitian
1. Memberikan pengaruh positif kegiatan ekowisata terhadap lingkungan di kawasan TWA Lau Debuk Debuk.
2. Memberikan data tentang perkembangan ekowisata di kawasan TWA Lau Debuk Debuk.
3. Bahan masukan dan pertimbangan dalam pembuatan kebijakan pengelolaan Wisata Alam Lau Debuk Debuk oleh pihak yang berwenang.
(16)
TINJAUAN PUSTAKA Partisipasi Masyarakat
Pengertian partisipasi merupakan kesediaan untuk membantu berhasilnya suatu program sesuai dengan kemampuan setiap orang tanpa berarti mengorbankan kepentingan diri sendiri. Dengan demikian dapat dikatakan partisipasi tersebut sama dengan peran serta. Peran serta merupakan proses komunikasi dua arah yang dilakukan terus menerus guna meningkatkan pengertian masyarakat atas suatu proses dimana masalah-masalah dan kebutuhan lingkungan sedang dianalisa oleh badan yang bertanggung jawab (Sormin, 2006).
Partisipasi menurut Sormin (2006) terbagi atas partisipasi vertikal dan partisipasi horizontal. Partisipasi vertikal bisa terjadi dalam kondisi tertentu, dimana masyarakat terlibat atau mengambil bagian dalam suatu program pihak lain, dalam hubungan dimana masyarakat berada sebagai posisi bawahan. Partisipasi horizontal dimana pada suatu saat tidak mustahil masyarakat mempunyai prakarsa dimana setiap anggota/kelompok masyarakat berpartisipasi horizontal satu dengan yang lainnya, baik dalam melakukan usaha bersama maupun dalam rangka melakukan kegiatan dengan pihak lain. Partisipasi seperti ini merupakan suatu tanda permulaan tumbuhnya masyarakat yang mampu berkembang secara mandiri.
Secara harfiah, Participatory Rural Appraisal (PRA) merupakan penilaian/pengkajian/penelitian keadaan desa secara partisipatif. Dengan demikian metode PRA artinya adalah cara yang digunakan dalam melakukan kajian untuk memahami keadaan atau kondisi desa dengan melibatkan partisipasi masyarakat. Selain itu, PRA juga merupakan sekelompok pendekatan dan metode yang
(17)
memungkinkan masyarakat desa untuk saling berbagi, meningkatkan, dan menganalisis pengetahuan mereka tentang kondisi dan kehidupan desa, membuat rencana dan bertindak. Usaha-usaha pengembangan masyarakat dilakukan mengikuti daur program. Daur program adalah tahapan-tahapan dalam pengembangan program mulai dari identifikasi masalah dan kebutuhan, pencarian alternatif kegiatan, pemilihan alternatif kegiatan, pengorganisasian dan pelaksanaan kegiatan, serta pemantauan dan evaluasi (Driyamedia, 1996).
Metode PRA dikembangkan dengan dua tujuan utama, yaitu :
- Tujuan praktis (tujuan jangka pendek) adalah menyelenggarakan kegiatan bersama masyarakat untuk mengupayakan pemenuhan kebutuahan praktis dan peningkatan kesejahteraan masyarakat sekaligus sebagai sarana proses belajar tersebut.
- Tujuan strategis (tujuan jangka pendek) adalah mencapai pemberdayaan masyarakat dan perubahan sosial melalui pengembangan masyarakat dengan menggunakan pendekatan pembelajaran (Driyamedia, 1996).
Ekowisata
Kawasan taman wisata alam adalah kawasan pelestarian alam dengan tujuan utama untuk dimanfaatkan bagi kepentingan pariwisata dan rekreasi alam. Kawasan taman wisata alam dikelola oleh pemerintah dan dikelola dengan upaya pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya. Suatu kawasan taman wisata alam dikelola berdasarkan suatu rencana pengelolaan yang disusun berdasarkan kajian aspek-aspek ekologi, teknis, ekonomis dan sosial budaya. Rencana pengelolaan taman wisata alam sekurang-kurangnya memuat
(18)
tujuan pengelolaan, kegiatan yang menunjang upaya perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan kawasan (Dirjen PHKA Departemen Kehutanan, 2010).
Adapun kriteria untuk penunjukkan dan penetapan sebagai kawasan taman wisata alam:
1. Mempunyai daya tarik alam berupa tumbuhan, satwa atau ekosistem gejala alam serta formasi geologi yang menarik;
2. Mempunyai luas yang cukup untuk menjamin kelestarian fungsi potensi dan daya tarik untuk dimanfaatkan bagi pariwisata dan rekreasi alam;
3. Kondisi lingkungan di sekitarnya mendukung upaya pengembangan pariwisata alam
Pariwisata merupakan suatu aktivitas yang melakukan perjalanan dari rumah utama guna bersantai menuju daerah yang lain. Kepariwisataan juga merupakan lingkup usaha yang terdiri atas ratusan komponen usaha seperti: layanan angkutan udara, kapal pesiar, kereta api, agen perjalanan, pengusaha tur, penginapan, restoran, dan pusat-pusat perbelanjaan (Lundberg dkk, 1997).
Ekowisata dari segi pasar merupakan perjalanan yang diarahkan pada upaya-upaya pelestarian lingkungan. Sedangkan pendekatan pengembangan, ekowisata merupakan metode pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya pariwisata secara ramah lingkungan dan bertanggungjawab terdapap kelestarian alam serta kesejahteraan masyarakat lokal (Damanik dan Weber, 2006)
Menurut Fandeli dan Mukhlison (2000) bahwa ekowisata lebih banyak digunakan dan lebih populer jika dibandingkan terjemahan yang seharusnya dari istilah ecotourism yaitu ekoturisme. Ekowisata merupakan salah satu bentuk wisata alam yang saat ini berkembang dan ekowisata juga erat kaitannya dengan
(19)
prinsip konservasi. Dalam upaya pengembangannya juga menggunankan strategi konservasi, sehingga ekowisata berdayaguna dalam mempertahankan keutuhan dan juga keaslian ekosistem di areal yang masih alami.
Dalam pendugaan permintaan terhadap manfaat intangible seperti rekreasi bisa dilakukan dengan pendekatan metode biaya perjalanan. Jumlah biaya perjalanan ini termaksud biaya pulang pergi ditambah dengan nilai uang dari
waktu yang telah dihabiskan dalam perjalanan dan selama rekreasi (Davis dan Jhonson, 1987).
Pariwisata yang merupakan suatu fenomena multidimensional, menumbuhkan citra petualangan, romantik dan tempat-tempat eksotik, dan juga meliputi realita keduniaan seperti bisnis, kesehatan dan lain-lain. Kata pariwisata sering menonjolkan bidang perjalanan dan juga pertumbuhan meningkat dari orang-orang yang melakukan perjalanan, biasanya disebut turis/wisatawan (Hadinoto, 1996).
Seseorang melakukan perjalanan baik secara individu maupun rombongan, bergantung pada motivasinya. Namun motivasi itu selalu berubah-ubah sesuai dengan perkembangan dan kemajuan ekonomi, teknologi yang telah dicapai manusia di abad modern ini (Yoeti, 1985).
Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata. Pada umumnya seseorang akan terdorong untuk melakukan perjalanan wisata jika tersedianya waktu luang, tersedianya biaya dan ada keinginan untuk melakukan perjalanan (Desky, 1999).
(20)
Kondisi Umum TWA Lau Debuk Debuk
Lau Debuk-Debuk (Hot Spring) atau sering disebut pemandian air panas merupakan salah satu potensi wisata yang sangat menarik disekitar kaki Gunung Sibayak. Pemandian air panas merupakan hasil aktifitas alam Gunung Sibayak di masa lampu. Mata airnya bersumber dari perut bumi mengandung unsur belerang dapat mengobati penyakit gatal-gatal dan dapat dijadikan sebagai pengganti mandi sauna. Objek wisata ini terletak di Desa Semangat Gunung yakni hanya beberapa meter dari jalan setapak menuju pintu rimba.
Gunung Sibayak dijuluki sebagai "Gunung Raja" arti kata Sibayak ialah "Raja" Konon Tanah karo diperintah oleh 4 Raja (Sibayak). Keempat dari kerajaan itu ialah Sibayak Lingga, Sarinembah, Barusjahe dan Kutabuluh. Gunung Sibayak, yang meletus terakhir kali pada tahun 1600, merupakan gunung vulkanik yang masih aktif mengeluarkan gumpalan asap dengan ketinggian hingga 2 km. Gumpalan asapnya berasal dari panas bumi dan berguna sebagai sumber energi listrik. Di Kabupaten Karo telah terdapat sebuah kawasan pembangkit tenaga uap di dekat Gunung Sibayak. Ketinggian gunung itu sekitar 2.094 m dari permukaan laut. Dari Desa Sibayak, terlihat jelas kondisi kawahnya yang agak landai, yang kelihatannya seperti membelah gunung. Sekitar pukul 15:00 WIB, kabut mulai kelihatan di sekitar puncak gunung hingga ke bagian bawahnya, dan tidak lama kemudian, kabut mulai menyebar hingga ke Desa Semangat Gunung (Langkisau, 2009).
Secara administratif pemerintahan Taman Wisata Alam Lau Debuk-Debuk terletak di Desa Doulu Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo. Secara geografisnya kawasan TWA Lau Debuk-Debuk terletak pada 98048’45” BT dan 3056’ LU dengan ketinggian 1.300 mdpl. Berdasarkan Keputusan Raja Deli
(21)
tanggal 30 Desember 1924, sebelumnya kawasan ini merupakan daerah Cagar Alam. Namun, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 320/Kpts/Um/5/1980, pada tanggal 9 Mei tahun 1980 bahwa areal ini dialihkan menjadi TWA yang luasnya 7 ha. Areal TWA Lau Debuk Debuk ini dikelola oleh Pemerintah Kabupaten Karo dan masyarakat.
Gunung Sibayak yang berketinggian 2.094 m.dpl secara administratif masuk dalam kabupaten Karo di Sumatera Utara. Hutan gunung ini masuk dalam hutan lindung berupa hutan alam pengunungan, yang tergabung dalam Taman Hutan Raya (Tahura) Bukit Barisan. Pembangunan Tahura ini sebagai upaya konservasi sumber daya alam dan pemanfaatan lingkungan melalui peningkatan fungsi dan peranan hutan. Hutan gunung yang masih alami tersebut tergabung dalam Kawasan Ekosistem Leuser (KEL) yang merupakan Daerah Tangkapan Air (DTA) bagi masyarakat disekitar gunung dan hutan (Mabring, 2010).
Mata air panas muncul melalui retakan dari aliran lava di daerah Selatan lereng Gunung Api Sibayak. Mata air panas ini kemudian ditampung didalam kolam. Pemandian air panas ini dikelolah oleh Pemerintah Kabupaten Karo dengan masyarakat setempat. Sebagian pendaki memanfaatkan kolam air panas ini untuk berendam membersihkan diri dan menyegarkan tubuh sekembali dari puncak. Jarak dari Kota Berastagi ke objek wisata kira-kira berjarak 10 km dapat ditempuh dengan bus umum atau pribadi (Langkisau, 2009).
Di kaki Gunung Sibayak terdapat sumber air panas yang sering didatangi para pengunjung. Uap airnya mengandung belerang, sehingga tercium agak menyengat. Kondisi alamnya masih natural, dipenuhi pepohonan bambu dan rotan. Jalan menuju arah puncak, para pendaki dapat melewati jalan setapak
(22)
sebagai jalur resmi pendakian. Kawasan sekitar TWA Lau Debuk Debuk terkenal dengan udara yang sejuk karena berada di kaki Gunung Sibayak. Daerah kunjungan wisata ini dianugerahi air panas belerang. Ali mengalir sepanjang masa dengan balutan panorama eksotis yang menyajikan suasana indah, tenang dan damai. Jarak yang ditempuh menuju Lau Debuk Debuk sekitar 10 Km dari Berastagi sementara dari Medan bisa menempuh 60 Km.
Desa Semangat Gunung adalah desa terakhir ditemukan ketika mendaki gunung melalui jalur ini. Perjalanan menuju objek wisata ini tidak terlalu sulit karena transportasi umum gampang ditemui dengan ongkos pasti terjangkau. Sedangkan dengan mobil atau sepeda motor pribadi juga bisa ditempuh tanpa banyak rintangan karena jalannya sudah beraspal. Setelah sampai di kawasan ini tinggal menentukan lokasi pemandian yang akan dipergunakan. Ada sekitar tujuh pusat pemandian air panas (hot spring) yang telah kelola secara modern dan dilengkapi fasilitas semi permanen. Sedangkan satu lokasi pemandian dikelola secara tradisional oleh pihak Pemda setempat. Sebenarnya objek wisata ini merupakan pemandian air panas yang mata airnya bersumber dari perut bumi dan mengandung unsur belerang. Selain terasa hangat, air panas tersebut juga dapat mengobati penyakit gatal-gatal bagi pengunjung yang datang. Sehingga tidak salah kalau berendam dengan air hangat belerang bisa dijadikan sebagai pengganti mandi sauna. Objek wisata air panas Lau Debuk Debuk memiliki kekhasan tersendiri dengan yang lainnya. Bukan hanya dari Medan, Langkat atau Deli Serdang, pengunjung yang datang berasal dari luar daerah bahkan dari Jawa dan Kalimantan.
(23)
Sekitar pemandian air panas Lau Debuk Debuk, banyak ditemukan tempat untuk meletakkan sesajen atau pemujaan. Tidak jauh dari sumber air panas utama akan ditemukan sumur yang dijadikan sebagai tempat pemujaan dan meletakkan sesajen. Selain itu pengunjung yang datang juga sering melepaskan ayam putih sebagai bentuk kepercayaan dan niat karena satu permintaan atau permintaan yang telah dikabulkan. Sedangkan air berada di sumur tersebut sering dibawa pulang dengan jerigen sebagai oleh-oleh sekaligus dipercayai untuk obat. Sedangkan pada waktu-waktu tertentu akan dilaksanakan kegiatan ritual seperti “Erpangir Ku Lau” (mandi ritual). Kegiatan ritual dilaksanakan biasanya bertujuan membersihkan diri dari roh-roh jahat dan niat-niat yang tidak baik. Kegiatan seperti ini akan menjadi daya tarik tersendiri bagi turis dan pengunjung dari luar daerah. Sehingga kegiatan ritual seperti ini biasanya akan dimeriahkan oleh pendatang dari luar kota ke objek wisata ini.
Selain lokasi pemandian air panas yang sengaja dikelola secara tradisional, saat ini juga bermunculan lokasi pemandian air panas semi permanen. Dari catatan, ada sekitar 5 lokasi tempat pemandian yang dikelola secara profesional, di antaranya pemandian air panas Karona Family, Alam Sibayak, Panorama, Rindu Alam dan lainnya. Lokasi pemandian ini dipermak dan dipoles seindah mungkin, tetapi sumber air panas tetap berasal dari aliran Gunung Sibayak. Sedangkan temperatur air panas yang berada di pusat-pusat pemandian air panas di Desa Semangat Gunung antara 27-350C.
(24)
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di kawasan Taman Wisata Alam Lau Debuk Debuk Kecamatan Berastagi dan Desa Semangat Gunung, Kecamatan Merdeka, Kab. Karo yang terletak di sekitar Gunung Sibayak. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2011 sampai Mei 2011.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : kamera untuk dokumentasi, tape recorder untuk merekam,alat tulis, kertas sketsa dan perangkat komputer. Bahan dan objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar kuisioner dan wawancara terhadap wisatawan yang berkunjung ke TWA Lau Debuk Debuk.
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian adalah stake holder yang mana orang-orang yang berkaitan langsung atau berkepentingan terhadap Taman Wisata Alam Lau Debuk Debuk seperti instansi pemerintah, kelompok ahli/akademisi, masyarakat sekitar dan pengunjung.
Pengambilan sampel dalam metode ini dilakukan dengan cara Purposive
Sampling (sampel bertujuan). Menurut Jalil (1997), metode Purposive Sampling adalah pengumpulan data atas dasar pertimbangan pribadi penelitian. Sampel purposive adalah sampel yang anggota sampelnya dipilih secara sengaja atas dasar keterwakilan dan karakteristik populasi. Teknik pengambilan sampel ini adalah metode pengunjung yaitu dengan perjumpaan secara proporsional. Sampel untuk instansi pemerintah sebanyak 2 orang, kelompok ahli/akademisi sebanyak 5 orang
(25)
sedangkan sampel yang diambil di desa Doulu adalah 20 orang dari 200 KK dan sampel 60 orang di desa Semangat Gunung dari 600 KK. Dalam pengambilan sampel untuk masyarakat sesuai dengan literatur Arikunto (1997) yang menyebutkan apabila subjeknya lebih dari 100 orang maka diambil antara 10-15%, 20-25% dan seterusnya. Namun apabila subjeknya dibawah 100 orang lebih baik diambil seluruhnya.
Pengumpulan Data Data primer
1. Kuisioner
Kuisioner merupakan suatu set pertanyaan yang ditujukan kepada seluruh responden dalam penelitian.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan tanya jawab langsung dengan responden. Wawancara dalam penelitian ini ditujukan kepada pengunjung kawasan ekowisata Lau Debuk-Debuk, masyarakat dan juga pihak pemerintah sehingga dapat mendukung keakuratan dan kelengkapan data yang diperoleh dari responden. 3. Focus Group Discussion (FGD)
Dalam melakukan diskusi kelompok, peserta utamanya adalah masyarakat dari berbagai golongan, baik itu tokoh masyarakat, pejabat pemerintah desa, petani, laki-laki dan perempuan, generasi tua dan generasi muda. Namun, jika ada pihak-pihak pelaksanaan program juga dapat dilibatkan. Karena masukan-masukan dari mereka akan sangat membantu dalam penyusunan rencana kegiatan dan akan mempermudah pelaksanaanya.
(26)
4. Observasi
Observasi merupakan survei langsung ke lapangan sehingga dapat melihat kehidupan responden serta kondisi daerah ekowisata.
Data sekunder
Data yang diperlukan berupa data umum yang ada pada instansi Pemerintah Desa, Dinas Pariwisata Berastagi, Dinas Kehutanan Kabupaten Karo dan literatur yang mendukung. Data ini meliputi jumlah pengunjung setiap tahun, luas daerah objek wisata, potensi wisata, aksesibilitas wisata dan fasilitas rekreasi.
Analisis Data
Karakteristik responden
Data dan informasi yang akan dikumpulkan adalah data karakteristik pengunjung yang meliputi : umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, tempat tinggal, tujuan kunjungan, lama kunjungan dan cara melakukan kunjungan.
Fenomenologi
Penelitian fenomenologi mencoba menjelaskan atau mengungkap makna konsep atau fenomena pengalaman yang didasari oleh kesadaran yang terjadi pada beberapa individu. Adapun langkah-langkah analisis data pada studi fenomenologi yaitu:
- memulai mengorganisasikan semua data atau gambaran menyeluruh tentang fenomena pengalaman yang telah dikumpulkan.
- membaca data secara keseluruhan
- menemukan dan mengelompokkan makna pernyataan yang dirasakan oleh responden dengan melakukan horizonaliting yaitu setiap pernyataan pada
(27)
awalnya diperlakukan memiliki nilai yang sama. Selanjutnya, pernyataan yang tidak relevan dengan topik dan pertanyaan maupun pernyataan yang bersifat repetitif atau tumpang tindih dihilangkan, sehingga yang tersisa hanya horizons (arti tekstural dan unsur pembentuk atau penyusun dari phenomenon yang tidak mengalami penyimpangan).
- pernyataan tersebut kemudian di kumpulkan ke dalam unit makna lalu ditulis gambaran tentang bagaimana pengalaman tersebut terjadi.
- selanjutnya peneliti mengembangkan uraian secara keseluruhan dari fenomena tersebut sehingga menemukan esensi dari fenomena tersebut.
- peneliti kemudian memberikan penjelasan secara naratif mengenai esensi dari fenomena yang diteliti dan mendapatkan makna pengalaman responden mengenai fenomena tersebut.
- membuat laporan pengalaman setiap partisipan. Setelah itu, gabungan dari gambaran tersebut ditulis.
Skala Likert
Metode ini merupakan penskalaan pernyataan sikap yang menggunakan distribusi respon sebagai dasar penentuan nilai skalanya. Jumlah alternatif respon yang ada dalam skala Likert ada 5 jenis (sangat setuju, setuju , ragu-ragu, tidak setuju, sangat setuju). Untuk mengurangi kecenderungan responden menjawab pilihan ragu-ragu, karena obyek penilaian yang cukup sensitif, maka pada penelitian ini pilihan jawaban ragu-ragu sengaja tidak diberikan sebagai alternatif jawaban bagi responden. Pernyataan dalam item yang mengandung item-item favorabel mengandung nilai-nilai yang positif dan nilai-nilai yang diberikan ialah : Sangat setuju = 3
(28)
Setuju = 2 Sangat tidak setuju = 1
Sedangkan item-item yang unfavorabel mengandung nilai-nilai yang negatif, dan nilai-nilai yang diberikan ialah :
Sangat tidak setuju = 3 Tidak setuju = 2 Sangat setuju = 1
Pemakaian skala Likert dalam hal ini dilakukan dengan tujuan meminimalkan terjadinya kecemasan responden dalam menjawab.
Participatory Rural Appraisal(PRA)
PRA merupakan suatu pendekatan dan metode untuk mempelajari kondisi dan kehidupan pedesaan dari, dengan dan oleh masyarakat desa. Selain itu, PRA juga merupakan teknik untuk menyusun dan mengembangkan program yang operasional dalam pembangunan tingkat desa. Metode ini ditempuh dengan memobilisasi sumber daya manusia, alam setempat, dan lembaga lokal guna mempercepat peningkatan produktivitas, menstabilkan dan meningkatkan pendapatan masyarakat serta mampu pula melestarikan sumber daya setempat.
Tekni-teknik PRA dapat digunakan untuk kebutuhan yang berbeda dalam Daur Program sehingga muncul istilah penerapan PRA untuk perencanaan program, penerapan PRA untuk pelaksanaan kegiatan, penerapan PRA untuk evaluasi program, dan sebagainya. Teknik-teknik PRA mencakup teknik penelusuran alur sejarah lokasi/desa dan teknik pembuatan peta desa.
Tingkat peran serta masyarakat dalam penelitian ini dinilai melalui keterlibatan masyarakat dalam berbagai program kegiatan, seperti peran serta
(29)
dalam perencanaan kegiatan, pelaksanaan kegiatan, dan evaluasi kegiatan tersebut.
Menurut Danie (2002), persentase peran serta dihitung dengan menggunakan rumus :
P (%) = ni / N x 100% Dimana :
P = Persentase partisipasi (%)
ni = Jumlah sampel pada kategori-i (tinggi, sedang atau rendah) N = Jumlah seluruh sampel
Tingkat peran serta masyarakat dikelompokkan dalam 3 kategori, yaitu : 1. Tingkat peran serta masyarakat tinggi berada pada interval skor 66,68 – 100 2. Tingkat peran serta masyarakat sedang berada pada interval skor 33,34 – 66,67 3. Tingkat peran serta masyarakat rendah berada pada interval skor 0 - 33,33
Analisis SWOT terhadap TWA Lau Debuk-Debuk
Analisis ini merupakan kegiatan penelitian yang mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematika guna merumuskan strategi pengembangan TWA Lau Debuk-debuk. Analisis ini meliputi kekuatan (strength), kelemahan (weakness), kesempatan (opportunity) dan ancaman (threat). Analisis tersebut dibuat secara deskriptif sehingga berpedoman pada kerangka pemikiran serta tujuan penelitian yang akan diperoleh dari hasil observasi di lapangan. Semua informasi yang memiliki pengaruh terhadap kelangsungan objek wisata digunakan untuk perumusan strategi dengan menggunakan matrik SWOT. Matrik ini menggambarkan dengan jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang
(30)
dihadapi bisa disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh objek wisata.
Tabel 1. Perumusan strategi dengan matrik SWOT Internal
Eksternal
Kekuatan (Strengths) Kelemahan (Weakness)
Peluang (Opportunities)
Strategi (SO)
Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang
Strategi (WO)
Ciptakan strategi yang meminimalkan
kelemahan untuk memanfaatkan peluang
Ancaman (Threats) Strategi (ST)
Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman
Strategi (WT)
Ciptakan strategi yang meminimalkan
kelemahan dan menghindari ancaman
Penentuan empat macam strategi pengembangan berdasarkan faktor internal dan faktor eksternal dengan model sebagai berikut:
1. strategi SO, dibuat dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.
2. strategi ST, dibuat dengan menggunakan kekuatan yang ada untuk mengatasi segala ancaman yang ada.
3. strategi WO, dibuat dengan memanfaatkan peluang dan meminimalkan kelemahan yang ada.
4. strategi WT, dibuat untuk meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman.
(31)
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Masyarakat
Umur responden
Karakteristik responden merupakan salah satu faktor yang memengaruhi tingkat partisipasi masyarakat secara tidak langsung terhadap kegiatan upaya pengembangan TWA Lau Debuk Debuk. Karakteristik responden yang dianalisis dalam penelitian ini adalah umur, tingkat pendidikan, pekerjaan dan pendapatan. Rata-rata umur responden antara 21 – 81 tahun. Distribusi berdasarkan umur, ditampilkan pada tabel 2.
Tabel 2. Distribusi responden menurut kelas umur
No Kelompok Umur (tahun) Frekuensi Proporsi (%)
1 20 – 30 12 15
2 31 – 40 27 33,75
3 41 – 50 28 35
4 > 50 13 16,25
Jumlah 80 100
Tabel 2 menunjukkan bahwa kelompok umur terbanyak yang berpartisipasi dalam kegiatan upaya pengembangan TWA Lau Debuk Debuk adalah 41 – 50 tahun (35 %). Menurut Mantra (2004) menyatakan bahwa tenaga kerja merupakan penduduk yang dalam usia produktif yakni 25 – 64 tahun. Hal itu berarti umur responden yang pada umumnya telah memiliki tanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan keluarga sehingga mempunyai kemampuan yang lebih baik dalam berpikir dan bertindak untuk merencanakan suatu kegiatan.
Pertambahan umur menunjukkan kemampuan fisik seseorang dalam bekerja dan menghasilkan sesuatu secara maksimal. Pada usia tertentu, seseorang dapat bekerja dan mencapai titik optimal kemudian dengan bertambahnya usia maka kemampuan seseorangpun akan menurun.
(32)
Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan responden pada umumnya telah menyelesaikan pendidikan hingga tingkat SMA (50 %), sedangkan tingkat SMP (28,75%) dan ada yang menyelesaikan sampai jenjang perguruan tinggi (10%). Meskipun demikian, masih ada terdapat beberapa responden yang hanya menyelesaikan pendidikan hingga tingkat SD (11,25%). Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan ditunjukkan pada Tabel 3.
Tabel 3. Distribusi responden menurut tingkat pendidikan
No Kelompok Umur (tahun) Frekuensi Proporsi (%)
1 SD 8 10
2 SMP 23 28,75
3 SMA 40 50
4 S1 9 11,25
Jumlah 80 100
Tabel 3 menunjukkan bahwa pada umumnya tingkat pendidikan responden tidak rendah karena hanya ada 8 responden saja yang tingkat pendidikan SD. Hal ini sesuai dengan pernyataan Suharjito (2000), yang mengatakan bahwa pendidikan SD termaksud dalam tingkat pendidikan rendah.
Tingkat pendidikan yang dimiliki seseorang sangat berpengaruh terhadap kemampuannya untuk menyerap sebuah informasi dan melakukan perubahan serta pengembangan terhadap suatu kegiatan. Oleh sebab itu, tingkat pendidikan secara tidak langsung juga memberi pengaruh terhadap keberhasilan suatu program upaya pengembangan TWA Lau Debuk-Debuk. Hal ini sesuai dengan pernyataan Djamali (2000), yang mengatakan bahwa tingkat pendidikan sejalan dengan tingkat produktivitas dan efisiensi kerja.
Desa Semangat Gunung dan Doulu tidak terdapat sekolah, sehingga untuk bersekolah baik itu SD, SMP maupun SMA harus menuju Berastagi atau Medan.
(33)
Kondisi ini menyebabkan beberapa masyarakat hanya menyelesaikan sekolah mereka sampai tingkat SD dan lebih memilih untuk membantu orang tua ke ladang. Namun lebih banyak yang memilih untuk menyekolahkan anak-anak mereka sampai jenjang yang lebih tinggi dengan harapan bisa merubah kualitas hidup pada masa yang mendatang.
Mata pencaharian
Mata pencaharian responden merupakan kegiatan yang dilakukan masyarakat guna memenuhi kebutuhan hidup mereka. Pada umumnya, mata pencaharian utama responden adalah petani (80 %), pedagang dan wiraswasta (10%). Distribusi responden menurut mata pencaharian ditunjukkan pada Tabel 4. Tabel 4. Distribusi responden menurut mata pencaharian
No Kelompok Umur (tahun) Frekuensi Proporsi (%)
1 Petani 64 80
2 Pedagang 8 10
3 Wiraswasta 8 10
Jumlah 80 10
Desa Semangat Gunung dan Doulu merupakan wilayah yang cukup subur dan terkenal dengan penghasil sayur mayur dan buah. Jenis sayur yang biasa mereka tanam adalah kangkung, sayur parit, brokoli, daun sop, daun pre, dan sawi. Sedangkan buah seperti jeruk, strowberry, buah naga, markisa, dan terong belanda. Kondisi tanah yang subur karena berada di bawah kaki gunung memberikan manfaat yang banyak bagi para petani yaitu hasil panen yang lebih baik dibandingkan dengan desa lainnya.
Beberapa masyarakat membuka usaha pemandian air panas, dimana memiliki fasilitas seperti tempat makan, memanggang, berfoto, kamar mandi, tempat parkir, tempat menginap bahkan ada tempat pemandian menyediakan keyboard yang berlangsung setiap malam minggu. Masyarakat yang memiliki
(34)
usaha pemandian air panas ada 8 yakni Karona, Pesona, Alam Sibayak, Purnama, Sibayak, Anugrah Sibayak, Rindu Alam dan Ginting.
Pekerjaan sebagai pedagang juga cukup menguntungkan. Pada daerah menuju TWA Lau Debuk Debuk ada dua lokasi penjualan buah di sepanjang perjalanan. Usaha ini dibuka mulai pukul 09.00 - 22.00 pada hari biasa. Namun pada hari sabtu dan minggu dibuka lebih lama lagi, karena pengunjung lebih banyak yang datang dibanding dengan hari biasa.
Tingkat Partisipasi Masyarakat
Desa Semangat Gunung dan Doulu merupakan desa yang dipilih guna pengembangan kawasan TWA Lau Debuk Debuk. Tingkat partisipasi masyarakat yang dinilai dalam penelitian ini adalah tingkat partisipasi masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kegiatan upaya pengembangan TWA Lau Debuk Debuk.
Tingkat partisipasi masyarakat dalam perencanaan upaya pengembangan TWA Lau Debuk Debuk
Tingkat partisipasi masyarakat dalam perencanaan kegiatan pengembangan TWA Lau Debuk Debuk meliputi intensitas kehadiran masyarakat, pemberian ide dan pemberian sumbangan. Distribusi tingkat partisipasi masyarakat dalam perencanaan kegiatan pengembangan TWA Lau Debuk Debuk ditunjukkan pada Tabel 5.
Tabel 5. Distribusi tingkat partisipasi responden dalam perencanaan kegiatan pengembangan TWA
No Kategori Skor Frekuensi Proporsi (%)
1 Tinggi 66,68 – 100 20 25
2 Sedang 33,34 - 66,67 31 38,75
3 Rendah 0 - 33,33 29 36,25
(35)
Tingkat partisipasi responden dalam perencanaan kegiatan upaya pengembangan TWA Lau Debuk Debuk di atas dapat dinilai dari keaktifan responden dalam setiap pertemuan yang diadakan. Selain itu, pengajuan ide-ide tentang perencanaan kegiatan upaya pengembangan TWA Lau Debuk Debuk yang dilaksanakan dan bahkan pemberian sumbangan baik itu berupa materi. Berdasarkan Tabel 5 di atas, dapat diketahui bahwa tingkat partisipasi masyarakat dalam perencanaan pengembangan TWA Lau Debuk Debuk yang berkategori tinggi ada sebanyak 20 orang (25%) atau bisa dikatakan lebih rendah apabila dibandingkan dengan kategori sedang (38,75%) dan rendah (36,25%). Hal ini disebabkan karena masyarakat sendiri merasa sudah paham dengan apa yang akan dilakukan nantinya ke depan sehingga jarang ikut dalam pertemuan yang diadakan. Selain itu, beberapa responden jarang mengikuti pertemuan tersebut karena bersamaan dengan jam kerja mereka sehingga mengharapkan informasi dari masyarakat lain yang ikut dalam pertemuan dan seusai dari ladang mereka menanyakan kepada mereka.
Pertemuan yang diadakan pada umumnya tidak dilakukan secara rutin karena masyarakat lebih sibuk untuk mengurus tanaman mereka di ladang. Mereka merasa hasil panen dari ladang lebih mendatangkan banyak keuntungan daripada ikut rapat namun tidak mendapatkan uang. Apabila ada rapat paling tidak harus tersedia makan kalau tidak masyarakat biasanya malas mengikutinya. Hal ini merupakan suatu kendala dalam upaya pengembangan TWA Lau Debuk Debuk.
(36)
Tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pengembangan TWA Lau Debuk Debuk
Tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan upaya pengembangan TWA Lau Debuk Debuk meliputi intensitas keikutsertaan masyarakat dalam pelaksanaan di lapangan. Distribusi tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan upaya pengembangan TWA Lau Debuk Debuk ditunjukkan pada Tabel 6.
Tabel 6. Distribusi tingkat partisipasi responden dalam pelaksanaan kegiatan pengembangan TWA
No Kategori Skor Frekuensi Proporsi (%)
1 Tinggi 66,68 – 100 19 23,75
2 Sedang 33,34 - 66,67 40 50
3 Rendah 0 - 33,33 21 26,25
Jumlah 80 100
Tabel 6 menunjukkan bahwa tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan upaya pengembangan TWA Lau Debuk Debuk yang masuk dalam kategori tinggi ada sebanyak 19 orang (23,75%) atau dengan kata lain lebih rendah dibanding kategori sedang (50%) dan rendah (26,25%). Hal ini dikarenakan karena masyarakat lebih terfokus pada kegiatan pertanian yang lebih menguntungkan sehingga dalam pelaksanaan kegiatan upaya pengembangan TWA Lau Debuk Debuk biasa saja atau tidak terlalu serius.
Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Evaluasi Upaya Pengembangan TWA Lau Debuk Debuk
Kegiatan evaluasi bertujuan guna mengetahui tingkat keberhasilan kegiatan upaya pengembangan TWA Lau Debuk Debuk yang telah diadakan dan mengidentifikasi kendala-kendala yang terjadi selama kegiatan diadakan. Evaluasi yang telah diadakan hanya sebatas pertanggungjawaban para pekerja kepada ketua kerja tentang kegiatan yang telah dilaksanakan.
(37)
Distribusi tingkat partisipasi masyarakat dalam evaluasi kegiatan upaya pengembangan TWA Lau Debuk Debuk meliputi intensitas kehadiran, keaktifan masyarakat dalam pertemuan serta dalam memberikan masukan. Distribusi tingkat partisipasi masyarakat dalam evaluasi kegiatan upaya pengembangan TWA Lau Debuk Debuk ditunjukkan pada Tabel 7.
Tabel 7. Distribusi tingkat partisipasi responden dalam evaluasi kegiatan pengembangan TWA
No Kategori Skor Frekuensi Proporsi (%)
1 Tinggi 66,68 – 100 6 7,5
2 Sedang 33,34 - 66,67 29 36,25
3 Rendah 0 - 33,33 46 57,5
Jumlah 80 100
Rekapitulasi Tingkat Partisipasi Masyarakat
Rekapitulasi tingkat partisipasi masyarakat terhadap kegiatan upaya pengembangan TWA Lau Debuk Debuk meliputi tingkat partisipasi masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kegiatan. Rekapitulasi tingkat partisipasi masyarakat terhadap kegiatan upaya pengembangan TWA Lau Debuk Debuk ditunjukkan pada Tabel 8.
Tabel 8. Rekapitulasi tingkat partisipasi masyarakat terhadap kegiatan pengembangan TWA Lau Debuk Debuk
No Partisipasi Masyarakat Rata-rata Kategori
1 Perencanaan 43,36 Sedang
2 Pelaksanaan 51,25 Sedang
3 Evaluasi 35,37 Sedang
Jumlah 129,98
Rata-rata 43,33 Sedang
Tabel 8 di atas menunjukkan bahwa rata-rata tingkat partisipasi masyarakat terhadap ketiga kegiatan yakni perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi termasuk ke dalam kategori sedang. Tingkat partisipasi masyarkat dalam ketiga kegiatan telah termasuk kategori sedang setidaknya diharapkan dapat menjadi
(38)
jaminan akan kelangsungan dan keberhasilan kegiatan upaya pengembangan TWA Lau Debuk Debuk.
Analisis SWOT Kekuatan (Strenght)
Daya tarik utama kawasan TWA Lau Debuk Debuk adalah kolam yang sekaligus tempat pemandian alam dengan sumber air panas yang mengandung belerang yang mana dapat menyembuhkan berbagai jenis penyakit kulit. Kawasan Lau Debuk Debuk dekat dengan kaki Gunung Sibayak yang membuat suasana menjadi sejuk yang juga dikelilingi dengan perbukitan. Disamping itu, kawasan TWA Lau Debuk Debuk juga memiliki pemandangan alam yang indah serta udara yang segar dan suasana nyaman.
Lokasi Lau Debuk Debuk juga merupakan salah satu tempat suci dan keramat terbesar bagi penganut aliran kepercayaan masyarakat Karo. Penganutnya disebut Kalak Pemena (Animisme). Pada hari tertentu menurut hari-hari Karo para penganut kepercayaan Pemena melakukan acara erpangir (mandi membersihkan diri dengan air bunga) di Lau Debuk Debuk. Hari erpangir ini bagi para penganut kepercayaan dianggap sebagai acara sakral. Acara erpangir serta tempat keramat di Lau Debuk Debuk ini bisa dijadikan sebagai komoditi wisata religius.
Kelemahan (Weakness)
Kelemahan yang menjadi kendala pada objek wisata Lau Debuk Debuk terutama adalah sarana dan prasarana yang kurang memadai. Hal ini dapat dilihat dari toilet yang kurang perawatan dan kurangnya tempat bagi pengunjung untuk persinggahan. Penataannya kurang rapi sehingga masih perlu mendapat perhatian
(39)
dari pihak pengelola. Aroma dari belerang yang sangat menyengat menjadi kelemahan dari lokasi ini. Banyak para pengunjung yang tidak tahan dengan aroma air Lau Debuk Debuk karena aromanya yang menyengat. Berdasarkan wawancara dengan pengelola, bahwa air tersebut yang dapat menyembuhkan penyakit, karena air tersebut benar-benar mengandung belerang. Selain itu, yang menjadi kelemahan dri kawasan ini adalah masalah kebersihan, yang menjadi tolak ukur perhatian setiap pengunjung. Tidak tersedianya sarana air bersih juga merupakan kelemahan dri kawasan ini yang dapat dijadikan pengunjung untuk membersihkan diri setelah mandi air belerang.
Peluang (Opportunity)
TWA Lau Debuk Debuk merupakan objek wisata yang baik bagi orang tua, anak muda maupun lansia yang dilakukan bersama keluarga atau teman. Lokasi Lau Debuk Debuk terdapat di kaki Gunung Sibayak dan merupakan jalur linntas alam untuk pendakian menuju gunung api Sibayak. Oleh sebab itu, berpeluang untuk tempat peristirahatan bagi parapendaki untuk melepas kepenatannya selama pendakian.
Dilihat dari jumlah daerah asal pengunjung Taman Wisata Alam Lau Debuk Debuk memiliki peluang yang cukup baik untuk pengembangan dan promosinya. Pengunjung berasal dari Kabanjahe, Berastagi, Pancurbatu, Medan, Binjai, Jerman, dan Inggris. Menurut Diniyati (2002), semakin tersebarnya daerah asal pengunjung memberikan dampak tersebarnya peluang terjaringnya pengunjung dari kelompok lain atau sebaliknya pengunjung akan berkurang jika objek wisata yang ditinjaunya tidak memuaskan. Dalam penyebaran informasi baik di dalam maupun di luar daerah mengenai daerah wisata ini secara langsung
(40)
dilakukan oleh pengunjung itu sendiri. Pengunjung mendapatkan informasi ini dari teman dan juga keluarga.
Ancaman (Threat)
Ancaman yang bisa mempengaruhi kelangsungan kelestarian dan eksistensi TWA Lau Debuk Debuk adalah adanya tempat-tempat pemandian air panas yang dibuka oleh masyarakat/individu yang berdekatan dengan lokasi TWA Lau Debuk Debuk. Selain itu, kurangnya sarana dan prasarana juga merupakan ancaman dan sekaligus kelemahan bagi kawasan TWA Lau Debuk Debuk yang menyebabkan berkurangnya pengunjung. Menurut Rangkuti (1997), strategi pengembangan dapat berupa pengembangan pasar, peningkatan kualitas dan kuantitas serta fasilitas lainnya.
Tabel 9. Ringkasan SWOT
Faktor-faktor strategi eksternal Faktor-faktor strategi internal
Peluang
- merupakan objek wisata yang baik bagi keluarga, dan anak muda baik dilakukan bersama keluarga atau teman
- merupakan jalur lintas alam untuk pendakian gunung Sibayak
- memiliki peluang menjadi rangkaian kunjungan wisata ke Air Terjun Sikulikap
Kekuatan
- merupakan panorama yang indah dengan kesejukan alam yang asri, dekat dengan kaki gunung Sibayak yang membuat suasana sejuk serta dikelilingi dengan perbuatan
- kawasan ekowisata Lau Debuk Debuk lebih kurang 8 Km dari kota Berastagi dengan waktu perjalanan sekitar 25 menit dengan menggunakan bus - air belerang yang masih asri dipercayai
masyarakat setempat sebagai obat untuk menyembuhkan penyakit kulit Ancaman
- sarana dan prasarana yang kurang memadai
- ada cukup banyak tempat pemandian dijumpai di TWA Lau Debuk Debuk
Kelemahan
- sarana dan prasarana yang kurang memadai
- belum tersedianya toko souvenir sebagai salah satu daya tarik objek dan daya tarik wisata
Hasil keseluruhan yang telah dianalisis dengan berfokus pada teknik analisis SWOT, maka dibuat ringkasan strategi yang dapat diambil dari analisis teknik SWOT tersebut. Strategi SO merupakan strategi yang menggunakan
(41)
kekuatan untuk memanfaatkan peluang. Selain itu, dengan adanya daya tarik yang dimiliki, penyebaran informasi di luar dan dalam daerah dapat terlaksana mengingat daerah asal pengunjung yang cukup beragam.
Strategi WO merupakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang. Kelemahan-kelemahan diminimalisir dengan cara memperbaiki dan menambah fasilitas serta peningkatan kualitas dan kuantitas sumberdaya manusia yang ada sehingga wisatawan akan lebih tertarik untuk melakukan kunjungan.
Strategi ST merupakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman. Banyak daerah tujuan wisata yang bermotif sama mengakibatkan adanya persaingan. Selain itu, perlu juga dilakukan perbaikan fasilitas dan penataan yang lebih baik.
Strategi WT merupakan strategi yang mana berperan dalam meminimalkan kelemahan guna menghindari ancaman. Melalui penataan kembali fasilitas yang telah ada dan penambahan fasilitas sehingga diharapkan guna meningkatkan mutu kawasan.
Strategi SO merupakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang. Melalui penyebarluasan informasi tentang keunikan dan keindahan alam di kawasan TWA Lau Debuk Debuk, peningkatan sarana dan prasarana yang dipungut melalui restribusi dan juga penting disoroti lebih dalam mengenai budaya serta kepercayaan masyarakat mengenai aroma air belerang Lau Debuk-Debuk.
(42)
Tabel 10. Analisis dengan menggunakan Matriks SWOT
Internal
Eksternal
Kekuatan
- merupakan objek wisata yang baik bagi keluarga, dan anak muda baik dilakukan bersama keluarga atau teman
- merupakan panorama yang indah dengan kesejukan alam yang asri, dekat dengan kaki gunung Sibayak yang membuat suasana sejuk serta dikelilingi dengan perbuatan
- air belerang yang masih
asri dipercayai masyarakat setempat sebagai obat untuk menyembuhkan
penyakit kulit
Kelemahan
- sarana dan prasarana yang kurang memadai - belum tersedianya
toko souvenir sebagai salah satu daya tarik objek dan daya tarik wisata
Peluang
- kawasan
ekowisata Lau Debuk Debuk lebih kurang 8 Km dari kota Berastagi dengan waktu perjalanan sekitar 25 menit dengan
menggunakan bus - merupakan jalur
lintas alam untuk pendakian gunung Sibayak
- memiliki peluang menjadi
rangkaian
kunjungan wisata ke Air Terjun Sikulikap
Strategi SO
- menyebarluaskan
informasi tentang keunikan dan keindahan alam di kawasa TWA Lau Debuk Debuk - peningkatan sarana dan
prasarana yang dipungut melalui restribusi - penting disoroti lebih
dalam mengenai budaya serta kepercayaan masyarakat mengenai aroma air belerang Lau Debuk Debuk
Strategi WO
- melakukan kegiatan upaya investasi baik dari swasta maupun pemerintah guna peningkatan sarana dan prasarana wisata
Ancaman
- kurangnya kebersihan - ada cukup banyak
tempat pemandian dijumpai di TWA Lau Debuk Debuk yang menjadi pesaing
Strategi ST
- melakukan perbaikan fasilitas dengan penataan yang baik
- membuat tempat sampah yang sesuai
Strategi WT
- meningkatkan fasilitas wisata dengan standar yang baik - melibatkan pengunjung yang datang dalam perlindungan kawasan
(43)
Hasil teknik analisis SWOT ditampilkan pada Tabel 10 secara keseluruhan baik lingkungan eksternal guna peluang dan ancaman, maupun lingkungan internal untuk kekuatan dan kelemahan, sekaligus interaksi antar dimensi-dimensi tersebut dalam menemukan strategi bagi pengembangan TWA Lau Debuk Debuk.
Dari hasil matriks SWOT dapat dilihat secara garis besar bentuk alternatif strategi yang dapat dilakukan dalam pengembangan TWA Lau Debuk Debuk. Sedangkan aplikasinya adalah wewenang dari pihak pengelola yaitu pemerintah serta masyarakat setempat juga ikut berperan serta dalam melestarikan keberadaan TWA Lau Debuk Debuk.
(44)
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
1. TWA Lau Debuk Debuk merupakan kawasan yang memiliki keindahan alam yang menarik dengan kesejukan alam yang asri serta memiliki tempat pemandian air panas yang terdapat di bawah kaki gunung Sibayak yang bisa mengobati penyakit kulit dan memberikan ketenangan bagi pengunjung.
2. Masyarakat merasa sudah mengerti dengan apa yang dilakukan dalam upaya pengembangan TWA Lau Debuk Debuk sehingga tingkat partisipasi masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan serta evaluasi kegiatan pengembangan TWA Lau Debuk Debuk termasuk dalam kategori sedang yakni masyarakat jarang hadir dalam kegiatan tersebut.
3. Informasi mengenai keunikan alam serta khasiat dari air belerang yang terdapat di kawasan TWA Lau Debuk Debuk disebarluaskan dengan cara dari mulut ke mulut oleh pengunjung itu sendiri.
Saran
1. Semua pihak mengembangkan potensi dari TWA Lau Debuk Debuk 2. Perlunya peningkatan terhadap partisipasi semua pihak
(45)
DAFTAR PUSTAKA
Arief, F. 1992. Pengantar Metode Penelitian Kualitatif. Usaha Nasional. Surabaya. Arikunto, S. 1997. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Rineka
Cipta. Jakarta.
Damanik, J., dan Weber, H.F. 2006. Perencanaan Ekowisata: dari Teori ke Aplikasi. C.V ANDI OFFSET. Yogyakarta.
Daniel, M. 2002. Metode Penelitian Sosial Ekonomi. Bumi Aksara. Jakarta. Davis dan Jhonson (1987) dalam N. Sulistiyono. 2007. Pengantar Ekotourisme. Di
dalam Affandi O. Editor Buku Panduan Praktek Pengenalan dan Pengelolaan Hutan. Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Desky, MA. 1999. Manajemen Perjalanan Wisata. Adicita Karya Nusa. Yogyakarta.
Ditjen PHKA Departemen Kehutanan. 2010. Taman Wisata Alam.
Djamali RA. 2000. Manajemen Usahatani. Jember: Departemen Pendidikan Nasional, Politeknik Pertanian Negeri Jember, Jurusan Manajemen Agribisnis
Driyamedia. 1996. Berbuat Bersama Berperan Setara. Driyamedia. Bandung. Fandeli, C., dan Mukhlison. 2000. Pengusahaan Ekowisata. Fakultas Kehutanan
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Hadinoto, K. 1996. Perencanaan Pengembangan Destinasi Pariwisata. UI. Jakarta. Hakim, L. 2004. Dasar-Dasar Ekowisata. Bayumedia Publishing. Jatim.
Julia, B. 2004. Memadu Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Fakultas Tarbiyah IAIN Antasari Samarinda. Yogyakarta.
Kodyat, H. 1996. Sejarah Pariwisata dan Perkembangannya di Indonesia. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.
Langkisau, 2009. Gunung Sibayak. [05 Nopember 2010]
(46)
Mabring, 2010. Wisata Gunung Sibayak. [05 Nopember 2010]
Mantra IB. 2004. Demografi Umum. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Saleh, W. 2000. Pengelolaan Perusahaan Bidang Ekowisata. Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Sormin, R. N. S. 2006. Persepsi, Sikap dan Partisipasi Masyarakat Terhadap Kawasan Ekowisata Tangkahan. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Suharjito D. 2000. Hutan Rakyat di Jawa. Pemanfaatan oleh Masyarakat. Jakarta. Yoeti, OA. 1985. Pengantar Ilmu Pariwisata. Angkasa. Bandung.
(47)
Lampiran 1. Karakteristik pengunjung
Tabel 1. Persentase responden menurut jenis kelamin
No Jenis kelamin Jumlah responden Persentase (%)
1 Laki-laki 36 36
2 Perempuan 64 64
Jumlah 100 100
Tabel 2. Persentase responden menurut kelas umur
No Umur (tahun) Jumlah responden Persentase (%)
1 < 25 24 24
2 25-30 29 29
3 > 30 47 47
Jumlah 100 100
Tabel 3. Persentase responden menurut daerah asal pengunjung
No Asal pengunjung Jumlah responden Persentase (%)
1 Kabanjahe 24 24
2 Berastagi 28 28
3 Pancurbatu 11 11
4 Medan 18 18
5 Binjai 15 15
6 Jerman 2 2
7 Inggris 2 2
Jumlah 100 100
Tabel 4. Persentase responden menurut pekerjaan pokok
No Pekerjaan pokok Jumlah responden Persentase (%)
1 Pelajar/Mahasiswa 18 18
2 Pegawai/Karyawan 44 44
3 Pedagang 38 38
Jumlah 100 100
Tabel 5. Persentase responden menurut motivasi pengunjung
No Motivasi kunjungan Jumlah responden Persentase (%)
1 Terapi kesehatan 41 41
2 Menikmati keindahan alam 32 32
3 Rekreasi 19 19
4 Melewatkan waktu 8 8
Jumlah 100 100
Tabel 6. Persentase responden nenurut intensitas kunjungan
No Intensitas kunjungan Jumlah responden Persentase (%)
1 1 kali 18 18
2 2 kali 7 7
3 3 kali 20 20
4 > 4 kali 55 55
(48)
Tabel 7. Rata-rata biaya perjalanan wisata pengunjung Zona Transportasi
PP
Konsumsi rekreasi
Lain-lain** Total***
Kabanjahe 20.000 20.000 5.000 45.000
Berastagi 18.000 20.000 5.000 43.000
Pancurbatu 10.000 20.000 5.000 35.000
Medan 25.000 25.000 5.000 55.000
Binjai 35.000 30.000 5.000 70.000
Keterangan :
**) harga karcis, dokumentasi ***) angka dibulatkan
Tabel 8. Kelemahan terhadap kawasan TWA Lau Debuk-debuk
No Kelemahan Jumlah responden Persentase (%)
1 Masalah kebersihan 26 26
2 Sarana dan prasarana kurang memadai
44 44
3 Bau belerang yang
menyengat
16 16
4 Kurang pemandu wisata 14 14
Jumlah 100 100
Tabel 9. Ancaman terhadap TWA Lau Debuk-Debuk
No Ancaman Jumlah responden Persentase (%)
1 Kebersihan lokal 61 61
2 Hilangnya keindahan alam 39 39
Jumlah 100 100
Tabel 10. Objek wisata yang paling diminati
No Objek yang disukai Jumlah responden Persentase (%)
1 Pemandian air panas 26 26
2 Pemandangan alam 23 23
3 Kebun buah petik sendiri 15 15
4 Tracking 20 20
5 Acara religi 4 4
6 Keyboard 12 12
Jumlah 100 100
Tabel 11. Data pengunjung TWA Lau Debuk-Debuk
No Nama responden Jenis kelamin Umur (tahun)
Asal responden
1 Ulina Bangun Perempuan 26 Berastagi
2 Ame Tarigan Perempuan 32 Medan
3 Lia Sinurat Perempuan 25 Medan
4 Ardi Saragih Laki-laki 24 Medan
5 Melias Karo Perempuan 22 Kabanjahe
6 Ukurenta Sembiring Perempuan 32 Pancurbatu 7 Prananta Sembiring Laki-laki 28 Berastagi
8 Dastanta Bangun Laki-laki 28 Kabanjahe
9 Edi Sembiring Laki-laki 27 Berastagi
10 Margaret Pinem Perempuan 21 Berastagi
(49)
12 Muhammad Laki-laki 27 Binjai
13 Kartika Perempuan 24 Binjai
14 Erika Perempuan 28 Berastagi
15 Opung Saragih Perempuan 68 Berastagi
16 Hernita Perempuan 24 Kabanjahe
17 Boy Laki-laki 54 Berastagi
18 Yetty Pangaribuan Perempuan 22 Berastagi
19 Dewi Perempuan 28 Medan
20 Rani Perempuan 34 Pancurbatu
21 Nisa Perempuan 27 Medan
22 Runggunta Perempuan 37 Kabanjahe
23 Melisa Perempuan 26 Kabanjahe
24 Ibu Pinem Laki-laki 45 Berastagi
25 Bp. Irwan Pinem Laki-laki 47 Kabanjahe
26 Monika Perempuan 22 Berastagi
27 Lisma Perempuan 23 Berastagi
28 Loren Perempuan 25 Binjai
29 Adi Laki-laki 33 Pancur batu
30 Andi Silitonga Laki-laki 35 Pancur batu
31 Dian yodana Perempuan 36 Binjai
32 Iqbal Laki-laki 34 Binjai
33 Ipeh Perempuan 25 Pancur batu
34 Cici Marpaung Perempuan 28 Pancur batu
35 Mike Laki-laki 29 Inggris
36 Jane Perempuan 27 Inggris
37 Ronal Laki-laki 31 Berastagi
38 Ibu Agnes Sembiring Perempuan 47 Medan 39 Bp. Jenda ukur Karo Perempuan 49 Medan
40 Robert Karo Laki-laki 22 Medan
41 Arihta Karo Perempuan 20 Medan
42 Opung Sinulingga Perempuan 81 Binjai 43 Gomgom Silitonga Laki-laki 48 Binjai
44 Gustav Karo Laki-laki 46 Binjai
45 Mordekai Karo Laki-laki 49 Binjai
46 Bp. Endakrina Laki-laki 52 Kabanjahe
47 Ibu Srikartika Karo Perempuan 51 Kabanjahe
48 Ibu Susanti Perempuan 49 Kabanjahe
49 Menwa Perempuan 23 Berastagi
50 Rika Perempuan 25 Berastagi
51 Jessica Perempuan 35 Jerman
52 Diana Perempuan 37 Jerman
53 Rut Perempuan 27 Kabanjahe
54 Rasta Laki-laki 28 Kabanjahe
55 Mena Perempuan 39 Pancur batu
56 Rina Perempuan 41 Kabanjahe
57 Roy Laki-laki 42 Pancur batu
58 Budi Laki-laki 22 Kabanjahe
59 Civita Perempuan 27 Kabanjahe
60 Hardi Laki-laki 23 Berastagi
61 Erik Laki-laki 23 Berastagi
62 Wendi Laki-laki 31 Berastagi
(50)
65 Priska Perempuan 28 Kabanjahe
66 Asmadi Laki-laki 27 Kabanjahe
67 Gebi Perempuan 30 Kabanjahe
68 Nurul Perempuan 20 Binjai
69 Yunita Perempuan 26 Binjai
70 Ika Tarigan Perempuan 24 Binjai
71 Mina Perempuan 42 Binjai
72 Rudi Laki-laki 34 Berastagi
73 Yuni Perempuan 32 Berastagi
74 Yolan Perempuan 24 Berastagi
75 Kiki Laki-laki 22 Berastagi
76 Zupri Laki-laki 25 Medan
77 Menak Perempuan 28 Medan
78 Risa Perempuan 31 Medan
79 Parida Perempuan 46 Medan
80 Yuyun Perempuan 34 Berastagi
81 Eko Laki-laki 46 Kabanjahe
82 Susi Perempuan 47 Berastagi
83 Uni Perempuan 49 Berastagi
84 Rita Perempuan 52 Pancurbatu
85 Rapika Perempuan 53 Medan
86 Riris Perempuan 72 Kabanjahe
87 Minah Perempuan 79 Berastagi
88 Apriyanto Laki-laki 24 Kabanjahe
89 Mbak ipeh Perempuan 65 Kabanjahe
90 Yuri Laki-laki 46 Kabanjahe
91 Yika Perempuan 22 Kabanjahe
92 Neneng Perempuan 23 Pancurbatu
93 Nunul Perempuan 25 Binjai
94 Rama Perempuan 27 Binjai
95 Rostika Perempuan 24 Kabanjahe
96 Gindar Laki-laki 56 Medan
97 Gugun Laki-laki 36 Medan
98 Dinda Perempuan 34 Medan
99 Abdi Laki-laki 23 Medan
100 Yasa Laki-laki 25 Berastagi
Lampiran 2. Karakteristik Masyarakat
Tabel 12. Data responden desa Semangat Gunung No Nama
responden
Umur Jenis kelamin
Pekerjaan Pendidikan terakhir
Pendapatan (Rp/bulan) 1 K. Ginting 46 Lak-laki Petani SMA 2.000.000
2 Adi Pinem 34 Lak-laki Petani S1 3.000.000
3 Rahmat 25 Lak-laki Petani SMA 1.500.000
4 Ukurta 56 Lak-laki Petani SMP 2.500.000
5 Minah 47 Perempuan Petani SMP 2.000.000
6 Rina 42 Perempuan Pedagang SMA 1.800.000
7 I. Ginting 38 Lak-laki Petani S1 3.000.000
8 Kamal 67 Lak-laki Pedagang SD 1.800.000
9 Rukunta 24 Perempuan Petani SD 800.000
10 Mbela 36 Lak-laki Petani SD 1.000.000
(51)
12 P. Pinem 40 Lak-laki Petani SD 2.500.000 13 S. Tarigan 41 Perempuan Wiraswasta S1 2.500.000
14 Damenta 44 Lak-laki Petani SD 1.500.000
15 Nd. Rina 29 Perempuan Petani SMA 1.800.000 16 Erliana 26 Perempuan Pedagang SMA 800.000 17 Supriadi 29 Lak-laki Wiraswasta SMA 1.800.000
18 Miko 25 Lak-laki Petani SMA 2.500.000
19 Maya 33 Perempuan Pedagang SMA 500.000
20 Vina 38 Perempuan Petani SMA 2.500.000
21 Dika 42 Lak-laki Petani SMA 1.800.000
22 Murni 47 Perempuan Petani SMA 1.000.000
23 Ninta 45 Perempuan Petani SMA 1.800.000
24 Edi 52 Lak-laki Petani SMA 2.000.000
25 Prananta 58 Lak-laki Wiraswasta S1 6.500.000
26 Siska 34 Perempuan Petani SMP 800.000
27 Riris 51 Perempuan Petani SMA 1.800.000
28 F. Sitepu 61 Perempuan Wiraswasta SMA 4.000.000
29 Rinta 24 Perempuan Petani SMP 800.000
30 Korda 27 Lak-laki Pedagang SMA 1.800.000
31 Simbelasa 34 Lak-laki Petani SD 1.800.000 32 P. Karo 37 Perempuan Petani SMA 1.800.000
33 Rikun 38 Perempuan Petani SMA 2.000.000
34 Tina 27 Perempuan Petani SMA 1.800.000
35 G. Karo 81 Perempuan Petani SD 700.000
36 I. Pinem 62 Lak-laki Petani SMP 2.000.000
37 Hidup 56 Lak-laki Petani SMP 1.800.000
38 Minatta 47 Perempuan Petani SMA 1.500.000
39 Hagai 41 Lak-laki Petani SMA 1.800.000
40 J. Tarigan 38 Lak-laki Petani SMA 1.000.000 41 H. Pinem 42 Perempuan Petani SMA 1.000.000 42 D. Ginting 40 Perempuan Petani SMP 1.800.000 43 P. Karo 39 Lak-laki Wiraswasta SMA 2.300.000
44 Rinta 36 Perempuan Petani S1 2.500.000
45 Ginta 37 Lak-laki Petani SMP 1.800.000
46 Guguh 50 Lak-laki Petani SMP 2.500.000
47 Jenda 51 Perempuan Petani SMP 2.500.000
48 Y. Ginting 36 Lak-laki Wiraswasta S1 3.500.000 49 H. Karo 37 Perempuan Petani SMA 1.800.000 50 H. Pinem 39 Perempuan Petani SMA 2.500.000
51 G. Karo 38 Lak-laki Petani SMP 2.500.000
52 Elisa Karo 28 Perempuan Pedagang SMA 1.800.000 53 P. Karo 31 Perempuan Petani SMA 1.800.000
54 Hiskia 33 Lak-laki Petani SMP 1.500.000
55 Roman 31 Perempuan Petani SMA 1.800.000
56 Rita Karo 46 Perempuan Petani SMP 2.500.000
57 Guntir 44 Lak-laki Petani SMP 700.000
58 J. Ginting 53 Laki-laki Wiraswasta SMA 1.800.000 59 E. Bangun 46 Perempuan Petani S1 6.000.000 60 A. Karo 46 Perempuan Petani SMA 3.500.000
Jumlah 122.000.000
Rata-rata 2.033.000
(52)
No Nama responden
Umur Jenis kelamin
Pekerjaan Pendidikan terakhir
Pendapatan (Rp/bulan) 1 R. Sinuhaji 62 Lak-laki Petani SMP 2.000.000
2 Dani 45 Lak-laki Petani SMA 1.800.000
3 Artinta 46 Lak-laki Wiraswasta SMA 700.000
4 R. Purba 43 Lak-laki Petani SMP 2.000.000
5 J. Tarigan 42 Lak-laki Pedagang SMA 1.800.000
6 S. Karo 24 Perempuan Petani SD 1.500.000
7 J. Sinuhaji 46 Perempuan Petani SMA 1.800.000
8 Ginta 47 Perempuan Petani SMP 1.000.000
9 Dita 48 Perempuan Petani SMA 2.000.000
10 R. Ginting 46 Lak-laki Petani SMA 1.800.000 11 G. Karo 34 Lak-laki Petani SMP 700.000
12 Ganda 25 Perempuan Petani SMA 2.000.000
13 Malem 56 Perempuan Petani SD 1.800.000
14 U. Karo 47 Perempuan Petani SMA 1.500.000
15 Tina 42 Perempuan Petani S1 1.800.000
16 Rasminta 38 Lak-laki Petani SMP 1.000.000 17 B. Purba 67 Perempuan Petani S1 3.000.000 18 R. Tarigan 24 Perempuan Petani SMP 1.500.000 19 D. Sinuhaji 46 Lak-laki Petani SMP 2.500.000
20 Ginta 34 Lak-laki Pedagang SMA 2.000.000
Jumlah
Lampiran 3. Partisipasi masyarakat
Tabel 14. Hasil kuisioner tingkat partisipasi responden dalam perencanaan kegiatan pengembangan TWA
No Nama responden
Nomor Pertanyaan
1 2 3 4 5 6 7 8
Juml ah
Rata-rata
Kategori 1 K. Ginting 50 50 0 50 50 50 50 50 350 43,75 S 2 Adi Pinem 50 100 50 100 100 100 50 100 650 81,25 T 3 Rahmat 50 50 50 0 0 0 50 0 200 25 R 4 Ukurta 50 100 100 100 100 100 50 100 700 87,5 T 5 Minah 50 0 0 0 0 0 50 0 100 12,5 R 6 Rina 50 100 50 100 100 100 50 0 550 68,75 T 7 I. Ginting 50 0 0 0 0 0 50 0 100 12,5 R 8 Kamal 50 50 0 50 50 50 50 50 350 43,75 S 9 Rukunta 50 100 50 100 100 100 50 0 550 68,75 T 10 Mbela 50 50 0 50 50 50 50 50 350 43,75 S 11 A. Karo 50 50 0 50 50 50 50 50 350 43,75 S 12 P. Pinem 50 0 0 0 0 0 50 0 100 12,5 R 13 S. Tarigan 50 50 50 50 50 50 50 50 400 50 S 14 Damenta 50 100 50 100 100 100 50 100 650 81,25 T 15 Nd. Rina 50 50 50 50 50 50 50 50 400 50 S 16 Erliana 50 0 0 0 0 0 50 0 100 12,5 R 17 Supriadi 50 100 100 100 100 50 50 100 650 81,25 T 18 Miko 50 50 0 50 50 50 50 50 350 43,75 S 19 Maya 50 100 50 100 100 100 50 100 650 81,25 T 20 Vina 50 50 50 0 0 0 50 0 200 25 R 21 Dika 50 100 50 100 100 100 50 100 650 81,25 T 22 Murni 50 0 0 0 0 0 50 0 100 12,5 R
(53)
23 Ninta 50 50 0 50 50 50 50 50 350 43,75 S 24 Edi 50 50 0 50 50 50 50 50 350 43,75 S 25 Prananta 50 50 50 50 50 50 50 50 400 50 S 26 Siska 50 0 0 0 0 0 50 0 100 12,5 R 27 Riris 50 50 0 50 50 50 50 50 350 43,75 S 28 F. Sitepu 50 0 0 0 0 0 50 0 100 12,5 R 29 Rinta 50 50 50 0 0 0 50 0 200 25 R 30 Korda 50 0 0 0 0 0 50 0 100 12,5 R 31 Simbelasa 50 100 100 100 100 50 50 100 650 81,25 T 32 P. Karo 50 100 100 100 100 50 50 100 650 81,25 T 33 Rikun 50 0 0 0 0 0 50 0 100 12,5 R 34 Tina 50 50 0 50 50 50 50 50 350 43,75 S 35 G. Karo 50 50 50 50 50 50 50 0 350 43,75 S 36 I. Pinem 50 50 50 0 0 0 50 0 200 25 R 37 Hidup 50 0 0 0 0 0 50 0 100 12,5 R 38 Minatta 50 100 100 100 100 100 50 100 700 87,5 T 39 Hagai 50 50 50 50 50 50 50 50 400 50 S 40 J. Tarigan 50 50 50 50 50 50 50 50 400 50 S 41 H. Pinem 50 0 0 0 0 0 50 0 100 12,5 R 42 D. Ginting 50 100 100 100 100 100 50 100 700 87,5 T 43 P. Karo 50 100 100 100 100 100 50 100 700 87,5 T 44 Rinta 50 50 0 50 50 50 50 50 350 43,75 S 45 Ginta 50 50 50 50 50 50 50 0 350 43,75 S 46 Guguh 50 50 50 0 0 0 50 0 200 25 R 47 Jenda 50 0 0 0 0 0 50 0 100 12,5 R 48 Y. Ginting 50 100 100 100 100 50 50 100 650 81,25 T 49 H. Karo 50 100 100 100 100 50 50 100 650 81,25 T 50 H. Pinem 50 0 0 0 0 0 50 0 100 12,5 R 51 G. Karo 50 0 0 0 0 0 50 0 100 12,5 R 52 Elisa Karo 50 50 0 50 50 50 50 50 350 43,75 S 53 P. Karo 50 50 50 50 50 50 50 0 350 43,75 S 54 Hiskia 50 50 50 0 0 0 50 0 200 25 R 55 Roman 50 0 0 0 0 0 50 0 100 12,5 R 56 Rita Karo 50 50 50 50 50 50 50 50 400 50 S 57 Guntir 50 50 50 50 50 50 50 50 400 50 S 58 J. Ginting 50 0 0 0 0 0 50 0 100 12,5 R 59 E. Bangun 50 50 0 50 50 50 50 50 350 43,75 S 60 A. Karo 50 50 50 50 50 50 50 0 350 43,75 S 61 R. Sinuhaji 50 50 50 0 0 0 50 0 200 25 R 62 Dani 50 50 50 50 50 50 50 50 350 43,75 S 63 Artinta 50 0 0 0 0 0 50 0 100 12,5 R 64 R. Purba 50 100 100 100 100 50 50 100 650 81,25 T 65 J. Tarigan 50 100 100 100 100 50 50 100 650 81,25 T 66 S. Karo 50 100 100 100 100 50 50 100 650 81,25 T 67 J. Sinuhaji 50 0 0 0 0 0 50 0 100 12,5 R 68 Ginta 50 50 0 50 50 50 50 50 350 43,75 S 69 Dita 50 50 50 50 50 50 50 0 350 43,75 S 70 R. Ginting 50 50 0 50 50 50 50 50 350 43,75 S 71 G. Karo 50 50 0 50 50 50 50 50 350 43,75 S 72 Ganda 50 0 0 0 0 0 50 0 100 12,5 R 73 Malem 50 50 0 50 50 50 50 50 350 43,75 S 74 U. Karo 50 50 50 50 50 50 50 0 350 43,75 S
(54)
76 Rasminta 50 100 50 100 100 100 50 0 550 68,75 T 77 B. Purba 50 50 50 50 50 50 50 50 400 50 S 78 R. Tarigan 50 0 0 0 0 0 50 0 100 12,5 R 79 D. Sinuhaji 50 0 0 0 0 0 50 0 100 12,5 R 80 Ginta 50 100 50 100 100 100 50 0 550 68,75 T
Jumlah 2785
0
3468,75
Rata-rata 43,36 S
Tabel 15. Hasil kuisioner tingkat partisipasi responden dalam pelaksanaan kegiatan pengembangan TWA
No Nama responden
Nomor Pertanyaan
1 2 3 4 5
Jumlah Rata-rata
Kategori 1 K. Ginting 50 50 50 50 50 250 50 S 2 Adi Pinem 100 100 100 100 50 450 90 T 3 Rahmat 50 0 50 50 50 200 40 S 4 Ukurta 0 0 50 50 0 100 20 R 5 Minah 0 0 50 50 50 150 30 R 6 Rina 50 0 50 50
50
200 40 S
7 I. Ginting 50 50 50 50 50
250 50 S
8 Kamal 100 100 100 100 50
450 90 T
9 Rukunta 100 100 100 100 50
450 90 T
10 Mbela 50 0 50 50 50
200 40 S
11 A. Karo 50 50 50 50 50
250 50 S
12 P. Pinem 100 100 100 100 50
450 90 T
13 S. Tarigan 50 50 50 50 50
250 50 S
14 Damenta 100 100 100 100 50
450 90 T
15 Nd. Rina 0 0 50 50 0 100 20 R 16 Erliana 0 0 50 50
50
150 30 R
17 Supriadi 50 0 50 50 50
200 40 S
18 Miko 50 50 50 50 50
250 50 S
19 Maya 100 100 100 100 50
450 90 T
20 Vina 50 0 50 50 50
200 40 S
21 Dika 0 0 50 50 50 150 30 R 22 Murni 0 0 50 50 50 150 30 R 23 Ninta 50 50 50 50 250 50 S
(1)
LEMBAR KUISIONER
I. Pengunjung
A. Data Responden Dengan hormat,
Sehubung untuk memenuhi persyaratan pendidikan, saya mahasiswi dari Universitas Sumatera Utara (USU) ingin melakukan wawancara kepada Bapak/Ibu untuk memperoleh data-data yang saya perlukan. Data ini hanya dipergunakan untuk kepentingan pendidikan saya saja dan data-data dari Bapak/Ibu akan terjaga kerahasiaan serta akan dipergunakan untuk sebaik-baiknya. Atas perhatian dan kesediaan Bapak/Ibu, saya ucapkan terima kasih.
Biodata
Nama : ……… P/L
Umur : ………
Alamat /Asal : ………
Pekerjaan : ………
B. Informasi mengenai Motivasi Pengunjung 1. Apakah tujuan utama anda datang ke tempat ini?
a. terapi kesehatan
b. menikmati keindahan alam dan menghirup udara segar c. rekreasi
d. melewatkan waktu
2. Apakah sebelumnya anda sudah pernah mengunjungi lokasi tersebut? a. Pernah, berapa kali…
b. tidak pernah
3. Dari mana anda mengetahui objek wisata ini? a. Teman
b. Keluarga c. Orang lain
d. Media cetak/media elektronik
4. Kendaraan yang anda gunakan umtuk menuju tempat ini : a. kendaraan pribadi
b. kendaraan sewa c. kendaraan umum d. kendaraan instansi
C. Informasi tentang Biaya
Berapa biaya yang anda keluarkan selama berkunjung ke tempat ini? a. Transportasi :
b. Konsumsi :
c. Dokumentasi : d. Penggunaan fasilitas : e. Lain-lain :
(2)
D. Penilaian Pengunjung terhadap Kawasan dan Pelayanannya 1. Bagaimana keadaan jalan menuju tempat ini?
a. sangat baik b. baik c. tidak baik d. sangat tidak baik
2. Menurut anda keindahan alam di sekitar kawasan ini? a. sangat indah
b. indah c. tidak indah d. sangat tidak indah
3. Bagaimana tata ruang di kawasan tersebut? a. sangat baik
b. baik c. tidak baik d. sangat tidak baik
4. Bagaimana keamanan di lokasi tersebut? a. sangat aman
b. aman c. tidak aman d. sangat tidak aman
5. Bagaimana menurut anda fasilitas rekreasi di kawasan ini? a. sangat lengkap
b. lengkap c. tidak lengkap d. sangat tidak lengkap
6. Menurut anda, apa daya tarik utama dari kawasan ini? a. pemandaian air panas
b. keindahan alam c. acara religi d. lain-lain
7. Menurut anda, apa kelemahan utama dari kawasan ini? a. bau belerang yang menyengat
b. masalah kebersihan
c. sarana dan prasarana kurang memadai d. lain-lain
(3)
II. Masyarakat A. Data Responden
1. Nama :
2. Umur : thn
3. Alamat desa :
4. Jenis kelamin : laki-laki/perempuan
5. Pendidikan terakhir : 6. Jumlah anggota keluarga :
7. Pekerjaan :
a. pokok b. sampingan
8. Pendapatan rata-rata perbulan : a. < Rp 500.000,-
b. Rp 500.000 – Rp 1.000.000,- c. Rp 1.000.000 – Rp 1.500.000,- d. Rp 1.500.000 – Rp 2.000.000,- e. > Rp 2.000.000,-
B. Informasi Tentang Persepsi dan Partisipasi Masyarakat terhadap TWA Lau Debuk-debuk
1. Apa yang Bapak/Ibu ketahui tentang ekowisata?
……….. 2. Menurut anda, apa manfaat sosial dan ekonomi dari TWA Lau Debuk-debuk bagi
masyarakat?
……….. 3. Apa atraksi dari masyarakat guna menarik wisatawan?
………... 4. Apakah diberi akses untuk berjualan di lokasi wisata?
……….. 5. Apakah ada pemandu yang digunakan guna mencapai lokasi wisata?
………..
6. Apakah ada kerjasama antar masyarakat dalam mengelola objek wisata dengan instansi terkait?
a. Pernah, berapa kali……. b. Tidak pernah
7. Apakah ada pembinaan tentang konservasi dari dinas kehutanan atau BKSDA? ……….. 8. Apa yang Bapak/Ibu harapkan dari instansi pemerintah terhadap TWA Lau
Debuk-debuk?
……….. C. Informasi dari Masyarakat terhadap Konservasi
1. Apa yang Bapak/Ibu ketahui tentang hutan dan manfaat hutan?
……….. 2. Menurut Bapak/Ibu, dimana batas kawasan hutan Lau Debuk-debuk?
(4)
3. Kegiatan apa saja yang biasanya Bapak/Ibu lakukan di hutan?
……….. 4. Pernah tidak Bapak/Ibu mengambil kayu di hutan?
a. Pernah, berapa kali… b. Tidak pernah
4. Biasanya kayu tersebut dimanfaatkan sebagai apa?
………...
5. Apakah lokasi pemandaian air panas bergantung terhadap hutan di sekitar kawasan TWA Lau Debuk-debuk?
………... 6. Darimana sumber air panas yang dijadikan sebagai objek wisata?
………... 7. Seberapa penting dalam menjaga kawasan hutan Lau Debuk-debuk?
………...
8. Kegiatan apa saja yang sudah dan akan dilakukan guna menjaga kawasan hutan tetap lestari?
………..
D. Informasi tentang Potensi TWA Lau Debuk-debuk
1. Apa saja SDA yang dapat dijadikan sebagai objek wisata di Lau Debuk-debuk? ………... 2. Apakah ada budaya dari masyarakat yang dapat dijadikan guna menarik wisatawan?
………... 3. Lokasi mana saja yang berpotensi dijadikan sebagai objek wisata?
………... 4. Bagaimana potensi itu dikembangkan?
………... 5. Berapa persen yang telah dimanfaatkan sebagai objek wisata di kawasan ini?
………... 6. Apakah sistem agrotourizm telah ada di kawasan ini?
………... 7. Bagaimana sarana dan prasarana di TWA Lau Debuk-debuk?
………... E. Informasi tentang Strategi Pengembangan Ekowisata
1. Apakah Bapak/Ibu memahami makna ekowisata?
a.Ya……… b. Tidak
2. Apakah anda pernah menikmati pemandian air panas? a. Ya, pernah
b. Tidak
3. Apakah ada sarana atau prasarana yang telah tersedia di kawasan wisata alam ini? a. Ya,……… b. Tidak
5. Menurut anda perlukah dibangun sarana di kawasan ini? a. Ya
b. Tidak
6. Apakah di TWA Lau Debuk-debuk ini kaya akan keanekaragaman flora dan fauna a. Ya
(5)
6. Menurut anda apakah ada Legenda terbentuknya Lau Debuk-debuk?
a. Ya,……….. b. Tidak
7. Apakah masih ada kebun kemenyan di hutan ini? a. Ya
b. Tidak
8. Apakah sudah ada organisasi yang mengelola kawasan Lau Debuk-debuk ini? a. Ya,……….. b. Tidak
8.
Apakah kawasan wisata alam ini tidak asing lagi bagi ?
a. Ya,……….. b. Tidak
10. Apakah ada peninggalan sejarah di kawasan wisata alam ini?
a. Ya,……….. b. Tidak
11.
Adakah lembaga masyarakat yang khusus mengurus kelestarian hutan alam
ini?
a. Ya
b. Tidak
13. Apakah ada kebiasaan/adat istiadat masyarakat yang mengatur pengguna untuk kelestarian kawasan?
a. Ya
b. Tidak
14. Apakah saudara ada melakukan kegiatan pemanfaatan sumber daya hutan dari kawasan ini?
a. Ya
b. Tidak
15. Bagaimana menurut saudara dengan keberadaan jumlah fasilitas, apakah perlu penambahan?
a. Ya
b. Tidak
16. Apakah pernah ada perncurian hasil hutan di kawasan ini?
a. Ya
b. Tidak
17. Apakah ada warga yang melakukan perburuan liar di kawasan ini?
a. Ya
b. Tidak
18. Apakah ada yang melakukan perambahan hutan untuk kawasan pertanian di
Lau Debuk-debuk?
a. Ya
b. Tidak
19. Apakah jumlah SDM yang mengelola Lau Debuk-debuk sudah memadai?
a. Ya
b. Tidak
20. Apakah anda mengetahui status kawasan hutan Lau Debuk-debuk?
a. Ya
b. Tidak
21. Adakah pemasaran ekowisata ini yang dilakukan oleh pihak pemerrintah?
a. Ya
(6)
Kuisioner Diskusi dengan Masyarakat Tabulasi Kuisioner Penelitian
Peran serta masyarakat dalam perencanaan kegiatan pengembangan ekowisata
No. Pertanyaan Skor
1. Apakah diadakan pertemuan diantara masyarakat untuk merencanakan
kegiatan sosialisasi/penyuluhan tentang pengembangan TWA lau debuk-debuk?
a. ya, ada (sering)
b. kadang-kadang
c. tidak ada
100 50
0
2. Jika ada apakah Bapak/Ibu hadir dalam setiap pertemuan tersebut?
a. ya, hadir (sering)
b. kadang-kadang
c. tidak pernah
100 50
0
3. Apakah Bapak/Ibu ikut dalam mempersiapkan pertemuan tersebut?
a. ya, ikut (sering)
b. kadang-kadang
c. tidak pernah
100 50
0
4. Apakah Bapak/Ibu pernah mengajukan usul atau ide tentang perencanaan
kegiatan penyuluhan ini? a. ya, pernah (sering)
b. kadang-kadang
c. tidak pernah
100 50
0
5. Jika pernah, apakah usul atau ide Bapak/Ibu tersebut diterima?
a. ya b. kadang-kadang c. tidak 100 50 0
6. Apakah Bapak/Ibu pernah memberikan sumbangan materi dalam
pertemuan kegitan penyuluhan ini? a. ya, pernah (sering)
b. kadang-kadang
c. tidak pernah
100 50
0
7. Apakah pernah terjadi kendala tidak adanya tempat pertemuan dalam
melaksanakan kegiatan perncanaan? a. ya, pernah (sering)
b. kadang-kadang
c. tidak pernah
100 50
0
8. Apakah Bapak/Ibu pernah memberikan sumbangan dalam penyediaan
tempat untuk pertemuan tersebut? a. ya, pernah (sering)
b. kadang-kadang
c. tidak pernah
100 50
0
Peran serta masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan
No. Pertanyaan Skor
1. Apakah Bapak/Ibu ikut serta dalam kegiatan sosialisasi/penyuluhan
tentang pengembangan TWA lau debuk-debuk? a. ya, ikut (sering)
b. kadang-kadang
c. tidak pernah
100 50
0