ANALISIS PROSES BERPIKIR KREATIF DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA MATERI ARITMATIKA SOSIAL SISWA SMP BERKEMAMPUAN TINGGI Nandya Paramitha

  JMP Online Vol 1, No. 10, 983-994.

  Jurnal Mitra Pendidikan (JMP Online) © 2017 Kresna BIP.

  

ISSN 2550-481

  1

  2 Nandya Paramitha , Tri Nova Hasti Yunianta

  Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana

  INFORMASI ARTIKEL ABSTRAK

  Dik irim : 22 Dese mber 2017 Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis proses Revisi pertama :22 Desember 2017 berpik ir k reatif siswa yang berk emampuan tinggi dalam Diterima : 26 Desember 2017 memecahk an masalah matematik a materi Aritmatika Sosial. Tersedia online : 27 Desember 2017 Subjek dalam penelitian ini adalah 6 siswa SMP Kristen 2

  Salatiga yang berk emampuan matematika tingkat tinggi dan Kata Kunci : Proses Berpik ir Kreatif, telah mempelajari materi aritmatik a sosial. Pengumpulan Aritmatik a Sosial, Berk emampuan data dilak ukan dengan tes tertulis dan dilanjutk an Tinggi wawancara secara individual untuk memperoleh data yang 2 berk emampuan tinggi sebagai berikut: 1) pada tahap trinova.yunianta@staff.uk sw.edu persiapan, subjek sedik it mengalami k esulitan memahami mak sud soal mak a subjek cenderung bertanya k epada peneliti atau temannya, mengingat-ingat materi yang telah diajark an oleh guru, mencoba beberapa cara untuk menyelesaik an masalah; 2) pada tahap inkubasi, subjek cenderung membaca soal berk ali-k ali, merenung memikirk an cara menyelesaik an soal, mengkaitkan soal dalam k ehidupan sehari-hari, dan mengingat-ingat materi yang diajark an oleh gurunya; 3) pada tahap iluminasi, subjek dapat memecahk an soal dengan melogik a, berimajinasi, cenderung mencoba satu persatu, mencari cara cepat dengan membagi, mengk ali, atau menjumlahk an bilangan yang telah dik etahui, serta mencari salah satu yang ditanyak an dan dianggap mudah; 4) pada tahap verifikasi, terkadang subjek dapat menyelesaik an masalah namun hasilnya belum tepat, terk adang subjek menemuk an beberapa cara dalam memecahk an masalah serta menyadari masih ada jawaban yang lain tetapi malas mencari, dan terk adang tidak mau mencari cara yang lain.

  PENDAHULUAN Latar Belakang

  Aritmatika sosial adalah bagian dari matematika yang membahas perhitungan keuangan dalam perdagangan dan kehidupan sehari-hari beserta aspek-aspeknya (Karso, 2007: 1). Materi ini dapat dipelajari siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada kelas VII di semester I. Isi dari materi Aritmatika Sosial membahas tentang: (1) untung dan rugi; (2) harga jual dan harga beli; (3) rabat dan diskon; (4) bruto, neto, dan tara; (4) bunga tabungan. Materi ini cenderung melibatkan soal cerita dalam setiap pembahasannya. Soal cerita tersebut dapat dikerjakan siswa dengan cara yang berbeda- beda tergantung dari pengetahuannya. Melihat kondisi tersebut, pemecahan masalah dalam materi Aritmatika Sosial dapat menggunakan cara-cara yang kreatif. Salah satu bukti bahwa materi ini dapat diselesaikan dengan cara yang kreatif dapat dilihat pada Gambar 1 oleh siswa SMP.

  

Gambar 1. Contoh Penyelesaian Masalah Aritmatika Sosial

  Sumber : Karso, 2001:1 Melihat Gambar 1 pada bagian yang diberi kotak merah memperlihatkan siswa menyelesaikan permasalahan dengan cara yang kreatif. Siswa dapat menyelesaikan soal cerita menggunakan cara yang orisinil dan dapat menguraikan jawaban dengan detail. Siswa tersebut mengerjakan soal cerita menggunakan cara yang tidak pada umumnya. Hal ini ditunjukkan dengan siswa mengerjakan dengan cara menghitung harga 1 buah pensil dan 1 buah pulpen, kemudian menghitung keuntungan 1 buah pensil dan 1 buah pulpen. Langkah selanjutnya siswa mencari jumlah pensil dan jumlah pulpen yang menghasilkan keuntungan Rp9.000,00. Hasil pekerjaan siswa menunjukkan cara yang kreatif karena dapat menemuan cara lebih dari satu.

  Siswa yang tergolong cerdas cenderung memiliki kesetaraan dengan siswa yang kreatif. Hal itu sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Torrance, Getzels & Jackson, dan Yamamoto (Munandar, 2012: 9) yang menyatakan bahwa kelompok siswa yang kreativitasnya tinggi tidak berbeda dengan prestasi sekolah dari kelompok siswa yang inteligensinya relatif lebih tinggi. Namun ada juga siswa yang memiliki kreativitas tinggi belum tentu memiliki kecerdasan yang tinggi. Menurut Getzel dan Jackson (Slameto, 2010: 147) ada juga siswa yang memiliki tinggi tingkat kecerdasannya, belum tentu memiliki tingkat kreativitas yang tinggi, begitu pula siswa yang memiliki tinggi tingkat kreativitasnya belum tentu memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi pula.

  Salah satu penyebab kreativitas siswa yang rendah yaitu siswa terbiasa mengerjakan soal dengan cara yang sama dari guru. Hal ini sejalan dengan Ristiani (2014: 2) juga menemukan masalah bahwa guru belum menggunakan masalah soal terbuka (open ended) dalam pembelajaran karena guru masih berpedoman dari buku yang umumnya mempunyai satu jawaban yang be nar. Selain itu, guru kurang mendorong siswa saat menemukan jawaban dengan caranya sendiri juga menjadi penyebab kurangnya kreativitas siswa. Amali (2015: 3) menemukan masalah di SD sekitar kelurahan Sukapura bahwa siswa di kelas masih kurang mengembangkan kreativitas berpikir siswa, ketika dihadapkan pada permasalahan dalam bentuk soal cerita dan siswa belum dapat memahami isi soal cerita dengan benar. Siswa hendaknya terbiasa mengerjakan soal yang tidak hanya memerlukan ingatan saja agar berpikir kreatifnya dapat berkembang.

  Melihat kondisi tersebut perlu diadakan penelitian lebih lanjut khususnya pada siswa yang berkemampuan tinggi tentang “Analisis Proses Berpikir Kreatif dalam

  

Memecahkan Masalah Matematika Materi Aritmatika Sosial Siswa SMP

Berkemampuan Tinggi ”. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi

  guru dan siswa.

  Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti mengangkat rumusan masalah sebagai berikut : Bagaimana proses berpikir kreatif dalam memecahkan masalah matematika materi Aritmatika Sosial bagi siswa berkemampuan tinggi SMP?

  Tujuan Penelitian

  Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah menganalisis proses berpikir kreatif siswa yang berkemampuan tinggi dalam memecahkan masalah matematika materi Aritmatika Sosial.

  Manfaat Penelitian

  Manfaat dalam penelitian ini adalah: 1.

  Bagi sekolah, dapat digunakan untuk memotivasi sekolah dalam memperbaiki kegiatan belajar mengajar guru agar dapat meningkatkan berpikir kreatif siswa.

  2. Bagi guru, dapat digunakan sebagai bahan masukan bahwa kemampuan berpikir tidak hanya ingatan saja, melainkan dari kemampuan berpikir kreatif siswa. Guru juga dapat melihat kedalaman pemahaman materi yang dimiliki siswa melalui soal cerita.

  3. Bagi siswa, dapat digunakan untuk menambah pengetahuan dan pemahaman konsep dengan menyelesaikan soal cerita dengan menggunakan cara sendiri sehingga kemampuan berpikir kreatif siswa dapat berkembang.

  KAJIAN PUSTAKA Pemecahan Masalah

  Ada beberapa pengertian mengenai pemecahan masalah. Pemecahan masalah menurut Evans (1994: 14) adalah aktivitas yang dihubungkan dengan penyeleksian sebuah cara yang cocok untuk tindakan dan mengubah suasana sekarang menjadi suasana yang dibutuhkan. Wina Sanjaya (Wahyudi & Budiono, 2012: 18) menyatakan bahwa masalah dalam strategi pemecahan masalah adalah sebuah gap atau kesenjangan antara situasi nyata dan kondisi yang diharapkan, atau antara kenyataan yang terjadi dengan apa yang diharapkan. Pemecahan masalah menurut Sumarmo (Fitria & Siswono, 2014: 30) adalah kegiatan menyelesaikan soal cerita, menyelesaikan soal yang tidak rutin, mengaplikasikan matematika dalam kehidupan sehari- hari atau keadaan lain, dan menciptakan atau menguji konjektur.

  Kreativitas

  Kreativitas (Evans, 1994: 3) adalah sebuah keterampilan yang dapat diajarkan dan dipelajari lebih dari 100 teknik yang berbeda keberadaannya untuk membantu mengembangkan kreativitas. Selain itu, kreativitas adalah suatu ide atau pemikiran manusia yang bersifat inovatif, berdaya guna, dan dapat dimengert i (Ambarjaya 2012: 35). Kreativitas (Munandar, 2012: 12) adalah bakat secara potensial dimiliki oleh setiap orang, yang dapat diidentifikasikan dan dipupuk melalui pendidikan yang tepat.

  Berpikir Kreatif

  Berpikir kreatif merupakan suatu kegiatan mental yang digunakan seseorang untuk membangun suatu ide atau gagasan yang “baru” secara fasih dan fleksibel. (Siswono, 2008: 61). Berpikir divergen atau berpikir kreatif menurut Guilford (Munandar, 2002: 167) adalah memberikan macam- macam kemungkinan jawaban berdasarkan informasi yang diberikan dengan penekanan pada keragaman jumlah dan kesesuaian. Berpikir kreatif (Sekar, 2015: 2) adalah suatu proses berpikir yang menghasilkan bermacam- macam kemungkinan jawaban. Selain itu, Getzels dan Csikszentmihalyi (Turkmen, 2015) berpendapat bahwa kecerdasan dan kreativitas mewakili proses terpisah dan upaya-upaya kreatif dalam terpisah mungkin memerlukan intelijen pada tingkat yang berbeda. Guilford dan Hoepfner (Ulger, 2014) menyatakan bahwa orang-orang kreatif sensitif terhadap adanya masalah dan bahwa individu memiliki beberapa kesempatan untuk menunjukkan ciri-ciri yang kreatif tanpa adanya masalah untuk memecahkan. Aspek-aspek kemampuan berpikir kreatif, yaitu: kelancaran, kelenturan, orisinalitas, dan elaborasi (Munandar, 2012: 65; Evans, 1994: 75).

  Proses Berpikir Kreatif

  Proses berpikir kreatif adalah langkah-langkah berpikir kreatif yang meliputi mensintesis ide- ide, membangun suatu ide, kemudian merencanakan penerapan ide dan menerapkan ide tersebut untuk m enghasilkan sesuatu (produk) yang “baru” (Siswono, 2004). Proses kreatif menurut Wallas dibagi menjadi empat tahap, yaitu: 1) tahap persiapan; 2) tahap inkubasi; 3) tahap iluminasi; dan 4) tahap verifikasi. Indikator tahap berpikir kreatif menurut Wallas (Nurrahmah, 2015) dapat dilihat pada Tabel 1.

  Tabel 1. Indikator Tahap Proses Berpikir Kreatif Menurut Wallas Tahapan Proses

No Indikator Tahap Proses Berpikir Kreatif Menurut Wallas

Berpikir Kreatif

  1. Tahap Persiapan Seseorang mempersiapkan diri untuk memecahkan masalah dengan berbagai cara seperti berikut ini: 1) Siswa dapat membuka buku; 2) Bertanya kepada guru atau siswa lainnya; 3) Siswa mengingat- ingat pelajaran yang sudah diajarkan Siswa mencoba beberapa cara dalam menyelesaikan masalah.

  2. Tahap Inkubasi Siswa mencari inspirasi dengan melakukan berbagai aktivitas seperti berikut ini.

  Siswa diam sejenak untuk merenung Siswa membaca soal berkali-kali Siswa mengaitkan soal dengan materi yang sudah didapatkan

  3. Tahap Iluminasi a.

  Siswa mendapatkan ide b.

  Siswa menyampaikan beberapa idenya yang akan digunakan sebagai penyelesaian

  4. Tahap Verfikasi a.

  Siswa akan menjalankan ide-idenya untuk mendapatkan jawaban yang benar dengan cara sebagai berikut: 1) Siswa mampu menganalisis soal dengan menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan; 2) Siswa menulis rumusnya; 3) Siswa melakukan operasi hitung dengan mensubsitusikan data yang diketahui ke dalam rumus.

  b.

  Siswa dapat mengerjakan soal dengan benar dan menggunakan banyak cara.

  c.

  Siswa memeriksa kembali jawaban dan mencari cara yang lain untuk menyelesaikan masalah. Sumber : Wallas (Nurrahmah, 2015)

  METODE PENILITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif.

  Penelitian ini mendiskripsikan proses berpikir kreatif dalam memecahkan soal cerita matematika materi aritmatika sosial bagi siswa SMP yang berkemampuan tinggi. Data yang dikumpul adalah data kualitatif berupa gambar, kata-kata secara lisan maupun tertulis, dan ekspresi subjek. Instrumen penelitian berupa soal tes proses berpikir kreatif yang memuat aspek kelancaran, kelenturan, orisinalitas dan elaborasi siswa dalam berpikir kreatif, pedoman wawancara, serta dokumentasi.

  Subjek pada penelitian ini adalah 6 siswa SMP Kristen 2 Salatiga Tahun

  Pelajaran 2017/2018 yang memiliki kemampuan matematika tingkat tinggi dan telah memperoleh materi aritmatika sosial. Pemilihan subjek yang diperoleh berdasarkan pertimbangan nilai dan guru matematika yang mengajar siswa tersebut. Subjek diambil menggunakan teknik purposive sampling.

  Data pada penelitian ini adalah hasil tes dan hasil wawancara. Hasil tes siswa yang terkumpul selanjutnya dipilih yang pentinguntuk dijadikan bahan wawancara. Hasil tes dan hasil wawancara yang konsisten akan dikatakan valid. Jika data sudah valid maka hasil wawancara tersebut dikelompokkan menjadi 4 bagian tahap yaitu: 1) tahap persiapan; 2) tahap inkubasi; 3) tahap iluminasi; dan 4) tahap verifikasi, kemudian kesimpulan yang didapatkan berupa temuan baru. Keabsahan data menggunakan triangulasi teknik. Triangulasi teknik adalah penguji kreadibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda (Sugiyono, 2012: 273). Triangulasi teknik dalam penelitian ini adalah tes, dokumentasi, dan wawancara.

  HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Proses Berpikir Kreatif Sis wa Berkemampuan Tinggi

  Pengambilan data dilaksanakan pada hari Jumat, 11 Agustus 2017 dan Sabtu,

  12 Agustus 2017 di SMP Kristen 2 Salatiga. Pada hari Jumat, 11 Agustus 2017 pukul 11.40 sampai selesai dilaksanakan pengambilan data pada 6 subjek dengan dilaksanakan tes tertulis dengan 3 soal yang terdapat pada instrumen. Pada hari Sabtu,

  12 Agustus 2017 pukul 10.40 dilaksanakan wawancara pada 6 subjek tersebut. Subjek yang terdapat pada penelitian ini berasal dari kelas VIII A. Subjek yang dipilih diantaranya: Gabriella Alfa Indahsari (GAI), Umi Hana (UH), Julietta Andra Mulianindya (JAM), Devita Alince Christy (DAC), Regina Fannie (RF), dan Cecilia Oktaviani (CO). Kriteria subjek yang dipilih berdasarkan saran dari guru.

  

Gambar 2. Proses Berpikir Kreatif GAI

  Berdasarkan Gambar 2, dapat diketahui bahwa proses berpikir kreatif siswa berkemampuan tinggi dalam memecahkan masalah materi Aritmatika Sosial telah memenuhi semua tahap proses berpikir kreatif. Proses berpikir kreatif subjek yang berkemampuan tinggi dilakukan berdasarkan tahapan proses berpikir kreatif Wallas yang terdiri dari 4 tahap, yaitu: 1) tahap persiapan; 2) tahap inkubasi; 3) tahap iluminasi; 4) tahap verifikasi. Pada tahap persiapan, subjek memahami soal dengan bertanya kepada peneliti, dia mencoba beberapa cara untuk menyelesaikan soal, dan mengingat-ingat materi kelas 7 yang sudah diajarkan oleh gurunya. Pada tahap inkubasi, subjek mendapatkan inspirasi dengan melakukan aktivitas merenung memikirkan cara menyelesaikan masalah yang terdapat pada soal dan cenderung membaca berkali-kali permasalahan yang terdapat pada soal. Pada tahap iluminasi, subjek memecahkan masalah dengan mencari jumlah tangkai bunga garbera yang layu terlebih dahulu, subjek mengkalikan keuntungan telur ayam dan telur ayam dan hasilnya dibagi 2, dia memilih untuk mencoba satu persatu, dan berimajinasi bahwa dia sedang berada di dalam toko baju. Pada tahap verifikasi, subjek terkadang menemukan satu cara dengan mengerjakan soal menggunakan cara yang sama dalam memecahkan masalah. Subjek terkadang tidak dapat mencari jawaban yang lain dan hanya menemukan satu cara. Subjek juga terkadang mendapatkan satu cara dengan memeriksa kembali jawaban kemudian mencari cara lain.

  

Gambar 3. Proses Berpikir Kreatif UH

  Berdasarkan Gambar 3, dapat diketahui bahwa proses berpikir kreatif siswa berkemampuan tinggi dalam memecahkan masalah materi Aritmatika Sosial telah memenuhi semua tahap proses berpikir kreatif. Proses berpikir kreatif subjek yang berkemampuan tinggi dilakukan berdasarkan tahapan proses berpikir kreatif Wallas yang terdiri dari 4 tahap, yaitu: 1) tahap persiapan; 2) tahap inkubasi; 3) tahap iluminasi; 4) tahap verifikasi. Pada tahap persiapan, subjek memahami soal dengan bertanya kepada peneliti dan dia mengingat- ingat materi kelas 7 yang sudah diajarkan oleh gurunya. Pada tahap persiapan, subjek memahami soal dengan bertanya kepada peneliti dan dia mengingat- ingat materi kelas 7 yang sudah diajarkan oleh gurunya. Pada tahap inkubasi, subjek mendapatkan inspirasi dengan cenderung membaca soal berkali-kali, dia mengingat-ingat pelajaran yang telah didapatkan pada saat duduk di kelas 7, dan dia melakukan aktivitas merenung memikirkan cara menyelesaikan soal tersebut. Pada tahap iluminasi, subjek memecahkan masalah dengan mencari satu persatu jumlah tangkai bunga krisan, bunga garbera, dan bunga mawar yang layu, subjek melogika Pak Usman harus mendapatkan keuntungan telur ayam dan telur bebek sebesar Rp60.000,00 kemudian dia mencoba satu persatu, dan subjek melogika jika harus menjual baju dan per baju mendapatkan keuntungan Rp20.000,00. Pada tahap verifikasi, terkadang subjek menemukan beberapa cara dalam memecahkan masalah serta menyadari masih ada jawaban yang lain tetapi dia tidak mau mencari. Subjek juga terkadang tidak dapat mencari jawaban yang lain dan hanya menemukan satu cara.

  

Gambar 4. Proses Berpikir Kreatif JAM Berdasarkan Gambar 4, dapat diketahui bahwa proses berpikir kreatif siswa berkemampuan tinggi dalam memecahkan masalah materi Aritmatika Sosial telah memenuhi semua tahap proses berpikir kreatif. Proses berpikir kreatif subjek yang berkemampuan tinggi dilakukan berdasarkan ta hapan proses berpikir kreatif Wallas yang terdiri dari 4 tahap, yaitu: 1) tahap persiapan; 2) tahap inkubasi; 3) tahap iluminasi; 4) tahap verifikasi. Pada tahap persiapan, subjek memahami soal dengan bertanya kepada peneliti dan bertanya kepada temannya. Pada tahap inkubasi, subjek mendapatkan inspirasi dengan cenderung membaca soal berkali-kali, mengkaitkan soal dalam kehidupan sehari-hari, dan mengingat- ingat materi yang telah didapatkan di kelas 7. Pada tahap iluminasi, subjek mencoba satu persatu hingga mendapatkan kerugian Rp30.000,00, subjek membagi Rp60.000,00 menjadi dua bagian yang sama agar telur ayam dan telur bebek sama-sama mendapatkan keuntungan Rp30.000,00, dia menambahkan harga beli dengan keuntungan yang ingin didapatkan serta mengkalikan jumlah baju dengan harga jual. Pada tahap verifikasi, terkadang subjek menemukan dua cara dalam memecahkan masalah serta menyadari masih ada jawaban yang lain tetapi dia malas mencari. Subjek terkadang tidak dapat mencari jawaban yang lain dan hanya menemukan dua cara. Subjek juga mengerjakan soal kembali namun satu cara dari tiga cara hasilnya belum tepat.

  

Gambar 5. Proses Berpikir Kreatif DAC

  Berdasarkan Gambar 5, dapat diketahui bahwa proses berpikir kreatif siswa berkemampuan tinggi dalam memecahkan masalah materi Aritmatika Sosial telah memenuhi semua tahap proses berpikir kreatif. Proses berpikir kreatif subjek yang berkemampuan tinggi dilakukan berdasarkan ta hapan proses berpikir kreatif Wallas yang terdiri dari 4 tahap, yaitu: 1) tahap persiapan; 2) tahap inkubasi; 3) tahap iluminasi; 4) tahap verifikasi. Pada tahap persiapan, subjek memahami soal dengan mengingat-ingat materi kelas 7 yang sudah diajarkan ole h gurunya, dia mencoba beberapa cara untuk menyelesaikan soal tersebut, dan bertanya kepada teman dan peneliti. Pada tahap inkubasi, subjek mendapatkan inspirasi dengan cenderung membaca soal berkali-kali dan mengaitkan soal dengan materi yang telah di dapatkan di kelas 7. Pada tahap iluminasi, subjek memecahkan masalah dengan mencari jumlah bunga mawar yang layu agar lebih mudah kemudian subjek mencoba-coba agar mendapat kerugian Rp30.000,00, subjek membagi Rp60.000,00 menjadi dua bagian yang sama agar telur ayam dan telur bebek sama-sama mendapatkan keuntungan Rp30.000,00 kemudian dia mencoba satu persatu, dan dia menambahkan harga beli dan keuntungan baju. Pada tahap verifikasi, terkadang subjek tidak dapat mencari cara yang lain dan hanya menemukan dua cara. Subjek terkadang memeriksa kembali jawaban serta menyadari bahwa caranya salah kemudian dia mencari cara lain tetapi subjek tidak dapat menemukan cara lain dan dia hanya menemukan satu cara.

  

Gambar 6. Proses Berpikir Kreatif RF

  Berdasarkan Gambar 6, dapat diketahui bahwa proses berpikir kreatif siswa berkemampuan tinggi dalam memecahkan masalah materi Aritmatika Sosial telah memenuhi semua tahap proses berpikir kreatif. Proses berpikir kreatif subjek yang berkemampuan tinggi dilakukan berdasarkan ta hapan proses berpikir kreatif Wallas yang terdiri dari 4 tahap, yaitu: 1) tahap persiapan; 2) tahap inkubasi; 3) tahap iluminasi; 4) tahap verifikasi. Pada tahap persiapan, subjek memahami soal dengan mencoba beberapa cara untuk menyelesaikan soal tersebut dan mengingat- ingat materi kelas 7 yang telah diajarkan oleh gurunya. Pada tahap inkubasi, subjek cenderung mendapatkan inspirasi dengan membaca soal berkali-kali. Pada tahap iluminasi, subjek memecahkan masalah dengan mencoba satu per satu mencari jumlah bunga krisan, bunga garbera, dan bunga mawar yang layu sampai mendapat kerugian Rp30.000,00, subjek mencoba satu persatu sampai mendapat untung Rp60.000,00, dan subjek menambahkan harga beli baju per potongnya dengan keuntungan kemudian subjek memberikan diskon. Pada tahap verifikasi, terkadang subjek tidak dapat mencari jawaban lain dan hanya menemukan tiga cara. Subjek juga terkadang menemukan beberapa cara dalam menyelesaikan masalah serta menyadari bahwa masih terdapat banyak jawaban namun dia malas mencari.

  

Gambar 7. Proses Berpikir Kreatif CO

  Berdasarkan Gambar 7, dapat diketahui bahwa proses berpikir kreatif siswa berkemampuan tinggi dalam memecahkan masalah materi Aritmatika Sosial telah memenuhi semua tahap proses berpikir kreatif. Proses berpikir kreatif subjek yang berkemampuan tinggi dilakukan berdasarkan tahapan proses berpikir kreatif Wallas yang terdiri dari 4 tahap, yaitu: 1) tahap persiapan; 2) tahap inkubasi; 3) tahap iluminasi; 4) tahap verifikasi. Pada tahap persiapan, subjek mengingat materi kelas 7 yang sudah diajarkan oleh guru dan dia bertanya kepada peneliti. Pada tahap inkubasi, subjek cenderung mendapatkan inspirasi dengan membaca soal berkali-kali. Pada tahap iluminasi, subjek memecahkan masalah dengan mencoba satu persatu mencari jumlah bunga krisan, bunga garbera, dan bunga mawar yang layu sampai mendapatkan kerugian Rp30.000,00, dia mencoba satu per satu jumlah telur ayam dan telur bebek hingga mendapat keuntungan Rp60.000,00, dan menambahkan harga beli baju per potongnya dengan keuntungan serta dia menjelaskan belum menemukan jawaban karena waktu mengerjakan soal sudah habis. Pada tahap verifikasi, terkadang subjek menemukan beberapa cara dalam memecahkan masalah serta menyadari masih ada jawaban yang lain tetapi dia malas mencari. Subjek juga terkadang mengerjakan soal kembali dan menemukan dua cara namun terdapat satu cara yang hasilnya belum tepat.

  Pembahasan

  Berdasarkan hasil deskripsi penelitian, subjek yang berkemampuan tinggi dapat melaksanakan tahapan proses berpikir kreatif berdasarkan teori Wallas yaitu, tahap persiapan, tahap inkubasi, tahap iluminasi, dan tahap verifikasi. Pada tahap persiapan, subjek berkemampuan tinggi sedikit mengalami kesulitan dalam memahami maksud soal maka subjek cenderung bertanya kepada pe neliti atau temannya, mengingat- ingat materi yang telah diajarkan oleh guru, mencoba beberapa cara untuk menyelesaikan masalah. Hal itu berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Wulantina (2015) yaitu subjek dengan kemampuan matematika tinggi memulai menyelesaikan masalah dengan semangat, subjek menggali informasi yang diketahui dalam soal dengan cermat, siswa mengidentifikasi masalah yang ditanyakan dengan baik, serta memilih informasi yang tidak dibutuhkan dalam penyelesaian masalah dengan tepat.

  Pada tahap inkubasi, subjek melakukan aktivitas dengan cenderung membaca soal berkali-kali, merenung memikirkan cara menyelesaikan soal, serta mengingat- ingat materi yang diajarkan oleh gurunya. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurrahmah (2015) yaitu siswa berkemampuan tinggi diam memikirkan jawabannya.

  Pada tahap iluminasi, subjek dapat memecahkan soal dengan melogika, berimajinasi, cenderung mencoba satu persatu, mencari cara cepat dengan membagi, mengkali, dan atau menjumlahkan bilangan yang telah diketahui, serta mencari salah satu yang ditanyakan dan dianggap mudah. Hal ini sejalan pada penelitian yang dilakukan oleh Sari (2017) bahwa siswa berkemampuan tinggi mendapat ide atau strategi untuk memecahkan masalah yang dituangkan langsung pada kertas yang disediakan.

  Pada tahap verifikasi, terkadang subjek dapat menyelesaikan masalah namun terdapat hasil yang belum tepat, terkadang subjek menemukan beberapa cara dalam memecahkan masalah serta menyadari masih ada jawaban yang lain tetapi dia malas mencari, dan subjek juga terkadang tidak mau mencari cara yang lain. Hal ini berbeda dengan penelitian oleh Wulantina (2015) yaitu subjek yang berkemampuan tinggi memeriksa kembali penyelesaian masalah yang ia kerjakan, cenderung berhati- hati dalam mengambil kesimpulan, dan dia memeriksa terlebih dahulu perhitungan yang ia kerjakan kemudian mengujinya dengan mengoreksi kembali informasi yang telah diketahui, kemudian siswa menyimpulkan jawaban akhirnya.

  KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

  Berdasarkan hasil dan pembahasan tersebut, proses berpikir kreatif siswa berkemampuan tinggi dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) pada tahap persiapan, subjek berkemampuan tinggi sedikit mengalami kesulitan dalam memahami maksud soal maka subjek cenderung bertanya kepada peneliti atau temannya, mengingat- ingat materi yang telah diajarkan oleh guru, mencoba beberapa cara untuk menyelesaikan masalah; 2) pada tahap inkubasi, subjek cenderung membaca soal berkali-kali, merenung memikirkan cara menyelesaikan soal, mengkaitkan soal dalam kehidupan sehari- hari, serta mengingat- ingat materi yang diajarkan oleh gurunya; 3) pada tahap iluminasi, subjek dapat memecahkan soal dengan melogika, berimajinasi, cenderung mencoba satu persatu, mencari cara cepat dengan membagi, mengkali, dan atau menjumlahkan bilangan yang telah diketahui, serta mencari salah satu yang ditanyakan dan dianggap mudah; 4) pada tahap verifikasi, terkadang subjek dapat menyelesaikan masalah namun terdapat hasil yang belum tepat, terkadang subjek menemukan beberapa cara dalam memecahkan masalah serta menyadari masih ada jawaban yang lain tetapi dia malas mencari, dan subjek juga terkadang tidak mau mencari cara yang lain.

  Saran

  Berdasarkan simpulan diatas, saran yang peneliti sampaikan bagi guru untuk di harapkan memberikan soal yang tidak menggunakan ingatan saja melainkan dapat menggunakan kemampuan berpikir kreatif.

DAFTAR PUSTAKA

  Amali, F. dkk. (2015). Perbedaan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Antara Pembelajaran yang Menggunakan Model Creative Problem Solving dengan Konvensional. Jurnal Antologi UPI.

  Ambarjaya, B. (2012). Psikologi Pendidikan & Pengajaran (Teori & Praktik). Jakarta: PT. Buku. Evans, J. R. (1994). Berpikir Kreatif dalam Pengambilan Keputusan dan Manajemen.

  Jakarta: Bumi Aksara. Fitria & Siswono. 2014. Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa dalam Memecahkan

  Masalah Matematika Ditinjau dari Tipe Kepribadian (Sanguinis, Koleris, Melankolis, dan Phlegmatis). Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3. No. 3. Universitas Negeri Surabaya. Karso, H. (2007). Aritmetika Sosial dan Perbandingan (Pembelajaran Matematika SMP. Bandung: FMIPA UPI. Munandar, U. (1977). Creativity and Education. A Study of the Relationship between

  Measure of Creative Thinking and a Number of Educational Variables in Indonesia Primary and Junior Secondary Schools. Jakarta: Dep P & K. Munandar, U. (2012). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta. Nurrahmah, F. (2015). Profil Proses Berpikir Kreatif Siswa Kelas X Menurut Wallas dalam Memecahkan Masalah pada Materi Pokok Gerak Lurus Ditinjau dari Jenis

  Kelamin dan Prestasi Belajar Fisika. Ristiani, R. (2014). Identifikasi Tingkat Berpikir Kreatif Siswa dalam Memecahkan

  Masalah Matematika melalui Tipe Open Ended pada Materi Pecahan Kelas V di SDN Tegalrejo 02 Salatiga. Sari, A.P. dkk. (2017). Proses Berpikir Kreatif dalam Memeca hkan Masalah Matematika Berdasarkan Model Wallas. Jurnal Beta Volume 10. No.1.

  Universitas Syiah Kuala Aceh Indonesia. Sekar, D.K.S. dkk. (2015). Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif dalam Pembelajaran

  IPA pada Siswa Kelas IV Di SD Negeri 2 Pemaron Kecamata n Buleleng. e-

  Jurnal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha volume 3. nomor 1 . Universitas Pendidikan Ganesha.

  Siswono, T.Y.E. (2004). Identifikasi Proses Berpikir Kreatif Siswa dalam Pengajuan Masalah (Problem Solving) Matematika Berpandu dengan Model Wallas dan Creative Problem Solving (CPS). Buletin Pendidikan Matematika Volume 6.

  No.2. UNPATTI.

  Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta. Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Turkmen, H. 2015. Creative Thinking Skills Analyzes of Vacational High School

  Students. Journal of Educational and Instructional Studies In the World Volume 5. ISSN: 2146-7463. Ulger, Kani. (2014). The Relationship between Creative Thinking and C ritical Thinkhing Skills of Students. Journal of Education 31(4). Hal. 695-710. Wulantina, E. dkk. (2015). Proses Berpikir Kreatif Siswa dalam Pemecahan Masalah

  Matematika Ditinjau dari Kemampuan Matematika Pada Siswa Kelas X MIA SMAN 6 Surakarta. Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika Volume 3. No.

  6 , Hal. 671-682. Universitas Sebelas Maret Surakarta.