Penerapan Algoritma K-Means Untuk Penentuan Lahan Kritis
Penerapan Algoritma K-Means Untuk Penentuan Lahan Kritis
Sartika Manalu, Berto Nadeak, Edward R Siagian
STMIK Budi Darma, Medan, Indonesia
Jalan Sisingamangaraja No. 338, Medan, Indonesia
Abstrak
Lahan kritis ditandai oleh rusaknya struktur tanah, menurunnya kualitas dan kuantitas bahan organik, defisiensi hara dan
terganggunya siklus hidrologi, perlu direhabilitasi dan ditingkatkan produktivitasnya agar lahan dapat kembali berfungsi
sebagai suatu ekosistem yang baik atau menghasilkan sesuatu yang bersifat ekonomis bagi manusia. faktor penyebab lahan
kritis yaitu: Perambahan hutan, penebangan liar (illegal logging), kebakaran hutan, pemanfaatan sumberdaya hutan yang tidak
berazaskan kelestarian, penataan zonasi kawasan belum berjalan, pola pengelolaan lahan tidak konservatif, pengalihan status
lahan (berbagai kepentingan). Teknologi data mining adalah salah satu cara mendapatkan informasi yang tersembunyi dari
rangkaian data untuk menjadi pengetahuan yang bisa mendukung sebuah organisasi dalam mengambil keputusan. Setelah
jumlah cluster diketahui, baru proses cluster dilakukan tanpa mengikuti proses hierarki. Rumusan permasalahan yang
diselesaikan dalam penelitian ini bagaimana menentukan prioritas yang direhabilitasi berdasarkan tingkat kekritisan lahan
dengan menggunakan Alogitma K-means. Algoritma K-Means sederhana untuk diterapkan dan dijalankan, relatif cepat,
mudah beradaptasi serta umum penggunaanya dalam praktek.Kata Kunci: Lahan Kritis, Data Mining, K-Means
Abstract
The critical land is marked by the destruction of soil structure, decreasing the quality and quantity of organic matter, nutrient
deficiency and disruption of the hydrological cycle, need to be rehabilitated and increased productivity so that the land can
return to function as a good ecosystem or produce something that is economic to humans. Critical land causes: Forest
encroachment, illegal logging, forest fires, utilization of non-sustainable forest resources, zoning of the area not yet in place,
land management pattern is not conservative, diversion of land status (various interests). Data mining technology is one way
to get information hidden from the data set to become knowledge that can support an organization in making decisions. After
the number of clusters is known, a new cluster process is performed without following the hierarchy process. The formulation
of the problem solved in this research is how to determine the rehabilitated priority based on land criticality level using K-
means Alogitma. The K-Means algorithm is simple to implement and run, relatively fast, adaptable and common in practice.
Keywords: Critical Land, Data Mining, K-Means1. PENDAHULUAN
Lahan kritis adalah lahan yang telah mengalami kemerosotan kesuburannya atau lahan yang dalam proses kemunduran kesuburan baik secara fisik maupun kimia dan biologi. Sehingga lahan tersebut tidak dapat berfungsi secara baik sesuai dengan fungsi nya sebagai media produksi maupun sebagai media tata air. Kerusakan sumber daya hutan berakibat pada menurunnya kemampuan hutan dalam mendukung fungsi ekonomi, sosial dan ekologis. Indikasi kerusakan sumber daya hutan ini dapatdilihat dari menurunnya kualitas Daerah Aliran Sungai (DAS) dan semakin intensnya terjadi bencana alam berupa banjir, kekeringan, dan tanah longsor.
Dalam kurun waktu 10 tahun dari tahun 2006-2015 , terakhir bencana alam sering melanda wilayah SUMUT. Pada waktu musim hujan terjadi banjir dan tanah longsor sedangkan pada musim kemarau terjadi kekeringan dan kebakaran hutan dan lahan. Kerugian akibat bencana alamini sangat besar, bukan hanya dari hitungan materi tapi juga menyebabkan korban jiwa manusia. Penetapan lahan kritis pada 15 kabupaten mengacu pada penilaian kekritisan lahan yang akan bergantung pada fungsi lahan yang terbagi yaitu, Kekritisan lahan pada fungsi kawasan lindung dapat dinilai berdasarkan aspek tutupan lahan, kelerengan lahan, tingkat erosi, dan manajemen lahan. Berdasarkan hasil lokakarya Penetapan Kriteria Lahan Kritis yang dilaksanakan oleh Direktotar Rehabilitasi dan Konservasi Tanah pada 17 Juni 1997 dan 23 Juli 1997 yang dimaksud dengan lahan kritis adalah lahan yang telah mengalami kerusakan sehingga kehilangan atau berkurang fungsinya sampai pada batas yang ditentukan atau diharapkan. Dengan demikian penilaian lahan kritis di setiap tempat harus mengacu pada kriteria yang ditetapkan dan sesuai dengan fungsi tempat tersebut. Besaran nilai bobot tingkat kekritisan lahan diperoleh dari hasil perkalian antara bobot dan nilai skor, keberadaan lahan kritis tidak hanya terkait dengan aspek biofisik. Namun juga berkaitan dengan aspek legal, seperti status kawasan hutan
Proses pengumpulan data lahan kritis ini dilakukan dengan cara riset yaitu mencari informasi dari instansi yang terkait yaitu Kantor Dinas Kehutanan di bagian BPDASHL Wampu Sei Ular Medan.Proses penentuan tersebut dapat dibantu dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) yang dilakukan oleh pihak instansi tersebut, yang dapat memberikaninformasi spasial untuk dapat menyajikan data. Dalam rangka mengembalikan kondisi hutan agar mampu berfungsi secara optimal sekaligus untuk mengatasi perubahan iklim, maka diperlukan upaya mitigasi berupa kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL). Program RHL terlaksana dengan baik apabila informasiobyektif kondisi hutan dan lahan sasaran RHL teridentifikasi secara menyeluruh.
2. TEORITIS
2.1 Lahan Kritis
Lahan kritis merupakan permasalahan global (Bohre dan Chaubey 2014). Jumlah lahan kritis selalu meningkat dari waktu ke waktu, sementara laju perbaikannya tidak dapat mengatasi laju kerusakannya. Rusaknya sumber daya alam di Indonesia terjadi akibat seluruh komoditas dari sumber daya alam dieksploitasi tanpa mengindahkan daya dukungnya (Kartodihardjo 2008). Indikasinya adalah semakin banyaknya kejadian banjir, longsor, kekeringan, serta berkurangnya atau hilangnya berbagai spesies dari sumber daya alam seperti kayu, rotan, tanaman obat- obatan, ikan, berbagai jenis satwa, serta kemiskinan hara.
2.2 Algoritma K-Means
Algoritma K-Means merupakan salah satu algoritma dengan partitional, karena K-Means didasarkan pada penentuan jumlah awal kelompok dengan mendefinisikan nilai centroid awalnya. Algoritma K-Means menggunakan proses secara berulang-ulang untuk mendapatkan basis data cluster. Dibutuhkan jumlah cluster awal yang diinginkan sebagai masukan dan menghasilkan jumlah cluster akhir sebagai output.
Jika algoritma diperlukan untuk menghasilkan cluster K maka akan ada K awal dan K akhir. Metode K- Means akan memilih pola k sebagai titik awal centroid secara acak. Jumlah iterasi untuk mencapai cluster centroid akan dipengaruhi oleh calon cluster centroid awal secara random dimana jika posisi centroid baru tidak berubah. Nilai K yang dipilih menjadi pusat awal, akan dihitung dengan menggunakan rumus Euclidean Distance yaitu mencari jarak terdekat antara titik centroid dengan data/objek.
Agusta (2007) menyatakan kelanjutan dari jarak tersebut dicari yang terdekat sehingga data akan mengelompok berdasarkan centroid yang paling dekat. Tahap berikutnya adalah update titik centroid dengan menghitung rata-rata jarak seluruh data terhadap centroid. Selanjutnya akan kembali lagi ke proses awal. Iterasi ini akan diulangi terus sampai didapatkan centroid yang konstan artinya titik centroid sudah tidak berubah lagi. Atau iterasi dihentikan berdasarkan jumlah iterasi maksimal yang ditentukan[3] Langkah-langkah melakukan Clustering dengan metode K Means[4] adalah sebagai berikut: 1.
Tentukan k sebagai jumlah cluster yang akan dibentuk 2. Tentukank Centroid (titik pusat cluster) awal secara random/acak.
3. Alokasi kan data dengan jumlah cluster yang ditentukan berdasarkan jarak terdekat dengan centroid
(1) Dimana; v : centroid pada cluster
xi : objek ke-i n : banyaknya objek/jumlah objek yang menjadi anggota cluster
3. ANALISA DAN PEMBAHASAN
Mengacu kepada hasil lokakarya Penetapan Kriteria Lahan Kritis yang dilaksanakan oleh Direktorat Rehabilitasi dan Konservasi Tanah, Direktorat Jenderal Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan pada tanggal 17 Juni 1997 dan 23 Juli 1997, yang dimaksud dengan lahan kritis adalah lahan yang telah mengalami kerusakan sehingga kehilangan atau berkurang fungsinya sampai batas yang ditentukan atau diharapkan. Dengan demikian penilaian lahan kritis di suatu tempat disesuaikan dengan fungsi tempat tersebut. Nilai tingkat kekritisan lahan diperoleh dari hasil perkalian antara bobot dan nilai skor. Berdasarkan hasil lokakarya tersebut kemudian ditetapkan kriteria baku untuk penentuan lahan kritis yang ditetapkan melalui SK Dirjen RRL No. 041/Kpts/V/1998 tanggal 21 April 1998. Selanjutnya kriteria tersebut dipergunakan untuk kegiatan penyusunan data spasial lahan kritis DAS Agam Kuantan dengan memanfaatkan fasilitas pendukung SIG.
Dalam penetapan lahan kritis di kawasan dibedakan menjadi tiga, yaitu kawasan hutan lindung, budidaya pertanian, dan di luar kawasan hutan.Maka tingkat kekritisan lahan dapat diklasifikasikan menjadi 5 kelas, yaitu sangat kritis, kritis, agak kritis, potensial kritis dan tidak kritis. Umumnya yang menjadi prioritas dalam penanganan rehabilitasi hutan dan lahan adalah kelas sangat kritis dan kritis. Skoring yang ada dalam masing-masing kelas tersebut merupakan nilai kumulatif dari beberapa kriteria yang digunakan dalam perhitungan kelas lahan kritis sesuai dengan bobotnya. Nilai bobot dari masing-masing kriteria tersebut telah ditentukan sebelumnya melalui tahapan diskusi, simposium dan pendapat dari para ahli sehingga unsur subyektivitas dapat dikurangi. Klasifikasi tingkat kekritisan lahan dengan total skor dari masing-masing kawasan.
Tabel 1. Data DAS Kekritisan Lahan Kabupaten Nama
Tabel 2. Kriteria Penilaian Lahan Kritis
APL A1 HK A2 HL A3 HP A4 TA A5 Tabel 4. Kriteria K-Means
Alternatif Inisialisasi
(< 30 cm) Tabel 3. Data Alternatif
(60 - 100 cm) dalam (30 - 60 cm) sangat dangkal
Kedalaman tanah dalam (> 100 cm) dalam
Penggunaan lahan/ vegetasi hutan, kebun campuran, belukar, perkebunan pertanian lahan kering, semak belukar, alang- alang pertanian lahan kering, rumput, semak gundul, rumput semak
Penutup vegetasi > 75 % 50 - 75 % 25 - 50 % < 25 % Tk. torehan/ kerapatan agak tertoreh cukup tertoreh cukup tertoreh sangat tertoreh sangat tertoreh sangat tertoreh sangat tertoreh drainase sekali
Tingkat Kekritisan Parameter Potensial kritis Semi kritis Kritis Sangat kritis
Keterangan: TK : Tidak Kritis APL : Areal Penggunaan Lain PK : Potensial Kritis HK : Hutan Konservasi AK : Agak Kritis HL : Hutan Lindung K : Kritis HP : Hutan Produksi SK : Sangat Kritis TA : Tubuh Air
DAS Kawasa n
Parupuk APL 1132669 - 427026 6957 4186 162609 Merbau APL 15699 - 1230338 6957 41587 2911443
Bolon APL 6857283 - 5686221 229661 278359 13051524 HL 12047 318409 39499 151775 10384 887605 HP 244104 1216832 1088781 282792 236232 3068741 TA 65514 - - 24535 - 65514
Hapal APL 2994478 - 1664568 987 100843 4769759 HP 94347 29642 719226 221935 093 1332021
Padang APL 889131 - 760436 25428 12312 1687307 HP 12892 795685 1265454 646582 - 2720613
Bedagai APL 66043 - 137641 - 457 208254 HP 2892 170058 722539 222888 - 1118377
Ular APL 44,16 - 2445819 394348 1019036 3863619 HK - 42904 36268 2179 - 81351 HL 8,4 226,93 127998 24141 - 175672 HP 22243 862013 775837 177221 696 183801
HK 0,3 575,75 37324 19838 - 114767 HL - 1413 110785 10075 - 122273
TK PK AK K SK Simalungun Wampu APL 118 - 896409 18307 23703 939607
KEKRITISAN (Ha) TOTAL (Ha)
Alternatif Inisialisasi TK C1 PK C2 AK C3 K C4 SK C5 Data Pengelompokan untuk Penentuan Lahan Kritis Tabel 5. Pengelompokan data
DAS TK PK AK K SK Wampu 121 58.988 1.044.518 482.20 23.703 Ular 26.743 885.135 3.385.922 597.889 1.019.732 Bedagai 68.935 170.058 860.180 222.888 457 Padang 902.023 795.685 2.025.890 672.010 12.312 Hapal 3.088.825 29.642 2.383.794 222.922 100.936 Bolon 7.178.948 1.535.241 6.814.501 664.228 524.975
- Parupuk 1.132.669 427.026 24.535 4.186 Merbau - 15.699 1.230.338 6.957 41.587
Data yang ada di tabel 5 tidak dapat langsung dilakukan pemrosesan dikarenakan terdapat besaran angka yang cukup jauh antara variabel tingkat kekritisan lahan. Perbedaan jarak atau besaran angka yang cukup jauh ini dapat menyulitkan dalam proses pengelompokan. Salah satu solusi yang digunakan untuk memperkecil besaran angka antar variabel adalah dengan melakukan normalisasi angka-angka yang ada di variabel tingkat kekritisan lahan menggunakan persamaan
Normalisasi angka pada tiap variabel ini sangat dibutuhkan sebelum proses perhitungan nilai centroid oleh algoritma K-Means agar tidak ada parameter yang mendominasi dalam perhitungan jarak antar data. Adapun tahapan yang dilakukan untuk proses normalisasi adalah : Mencari nilai maksimum dan minimum untuk variabel wampu.
Nilai maksimum (Xmaks) = 1044518 Nilai minimum (Xmin) = 121 a.
Menghitung nilai normalisasi menggunakan persamaan 5 X1 = ( X - Xmin ) / ( Xmaks - Xmin ) = (121
- – 121)/ (1044518-121) = 0 X2 = ( X - Xmin ) / ( Xmaks - Xmin ) = (58988- 121)/ (1044518-121)) = 0,56 X3 = ( X - Xmin ) / ( Xmaks - Xmin ) = (1044518- 121)/ (1044518-121) = 0 X4 = ( X - Xmin ) / ( Xmaks - Xmin ) = (48220- 121)/ (1044518-121) = 0,04 X5 = ( X - Xmin ) / ( Xmaks - Xmin ) = (23703 - 121)/ (1044518-121) = 0,02 b.
Mencari nilai maksimum dan minimum untuk variabel Ular Nilai maksimum (Xmaks) = 3.385.922 Nilai minimum (Xmin) = 26.743
X1 = ( X - Xmin ) / ( Xmaks - Xmin ) = (26.743- 26.743)/ (3.385.922-26.743) = 0 X2 = ( X - Xmin ) / ( Xmaks - Xmin ) = (885.135- 26.743)/ (3.385.922-26.743) = 0,25 X3 = ( X - Xmin ) / ( Xmaks - Xmin ) = (3.385.922- 26.743)/ (3.385.922-26.743) = 1 X4 = ( X - Xmin ) / ( Xmaks - Xmin ) = (597.889- 26.743)/ (3.385.922-26.743) =0,17 X5= ( X - Xmin ) / ( Xmaks - Xmin ) = (1.019.732- 26.743)/ (3.385.922-26.743) = 0,29
Mencari nilai maksimum dan minimum untuk variabel Bedagai Nilai maksimum (Xmaks) = 860.180 Nilai minimum (Xmin) = 457
X1= ( X - Xmin ) / ( Xmaks - Xmin ) = (68.935- 457)/ (860.180-457) = 0 X2 = ( X - Xmin ) / ( Xmaks - Xmin ) = (170.058- 457)/ (860.180-457) =0,07
X3= ( X - Xmin ) / ( Xmaks - Xmin ) = (860.180- 457)/ (860.180-457) = 1 X4 = ( X - Xmin ) / ( Xmaks - Xmin ) = (222.888- 457)/ (860.180-457) = 0,25 X5 = ( X - Xmin ) / ( Xmaks - Xmin ) = (457- 457)/ (860.180-457) =0
Mencari nilai maksimum dan minimum untuk variabel Padang Nilai maksimum (Xmaks) = 2.025.890 Nilai minimum (Xmin) = 12.312
X1= ( X - Xmin ) / ( Xmaks - Xmin ) = (902.023- 12.312)/ (2.025.890-12.312) = 0 X2 = ( X - Xmin ) / ( Xmaks - Xmin ) = (795.685- 12.312)/ (2.025.890-12.312) = 0,38 X3= ( X - Xmin ) / ( Xmaks - Xmin ) = (2.025.890-12.312)/ ((2.025.890-12.312)) = 1 X4 = ( X - Xmin ) / ( Xmaks - Xmin ) = (672.010-12.312)/ ((2.025.890-12.312)) = 0,32 X5 = ( X - Xmin ) / ( Xmaks - Xmin ) = (12.312-12.312)/ ((2.025.890-12.312)) = 0
Mencari nilai maksimum dan minimum untuk variabel Hapal Nilai maksimum (Xmaks) = 3.088.825 Nilai minimum (Xmin) = 29.642
X1= ( X - Xmin ) / ( Xmaks - Xmin ) = (3.088.825- 29.642)/ (3.088.825-29.642) = 0 X2 = ( X - Xmin ) / ( Xmaks - Xmin ) = (29.642- 29.642)/ (3.088.825-29.642) = 0 X3= ( X - Xmin ) / ( Xmaks - Xmin ) = (2.383.794- 29.642)/ (3.088.825-29.642) = 0,76 X4 = ( X - Xmin ) / ( Xmaks - Xmin ) = (222.922- 29.642)/ (3.088.825-29.642) = 0,63 X5 = ( X - Xmin ) / ( Xmaks - Xmin ) = (100.936- 29.642)/ (3.088.825-29.642) = 0,23
Mencari nilai maksimum dan minimum untuk variabel Bolon Nilai maksimum (Xmaks) = 7.178.948 Nilai minimum (Xmin) = 524.975
X1= ( X - Xmin ) / ( Xmaks - Xmin ) = (7.178.948- 524.975)/ (7.178.948-524.975) = 0 X2 = ( X - Xmin ) / ( Xmaks - Xmin ) = (1.535.241- 524.975)/ (7.178.948-524.975) = 0,15 X3= ( X - Xmin ) / ( Xmaks - Xmin ) = (6.814.501- 524.975)/ (7.178.948-524.975) = 0,94 X4 = ( X - Xmin ) / ( Xmaks - Xmin ) = (664.228- 524.975)/ (7.178.948-524.975) = 0,02 X5 = ( X - Xmin ) / ( Xmaks - Xmin ) = (524.975- 524.975)/ (7.178.948-524.975) = 0
Mencari nilai maksimum dan minimum untuk variabel Perupuk Nilai maksimum (Xmaks) = 1.132.669 Nilai minimum (Xmin) = 4186
X1= ( X - Xmin ) / ( Xmaks - Xmin ) = (1.132.669-4186)/ (1.132.669-4186) = 0 X2 = ( X - Xmin ) / ( Xmaks - Xmin ) = (0 -4186)/ (1.132.669-4186) =0,003 X3= ( X - Xmin ) / ( Xmaks - Xmin ) = (427.026-4186)/ (1.132.669-4186) = 0,37 X4 = ( X - Xmin ) / ( Xmaks - Xmin ) = (24.535-4186)/ (1.132.669-4186) = -0,21 X5 = ( X - Xmin ) / ( Xmaks - Xmin )= (4186 -4186)/ (1.132.669-4186) = 0
Mencari nilai maksimum dan minimum untuk variabel Merbau Nilai maksimum (Xmaks) = 1.230.338 Nilai minimum (Xmin) = 6957
X1= ( X - Xmin ) / ( Xmaks - Xmin ) = (15.699- 6957)/ (1.230.338-6957) = 0,42 X2 = ( X - Xmin ) / ( Xmaks - Xmin ) = (0- 6957)/ 1.230.338-6957) = 0 X3= ( X - Xmin ) / ( Xmaks - Xmin ) = (1.230.338- 6957)/ (1.230.338-6957) = 1 X4 = ( X - Xmin ) / ( Xmaks - Xmin ) = (6.957- 6957)/ (1.230.338-6957) = 0 X5 = ( X - Xmin ) / ( Xmaks - Xmin ) = (41.587- 6957)/ (1.230.338-6957) = -0,005
Tabel 6. Hasil penjumlahan cluster DAS C1 C2 C3 C4 C5 Wampu 0,56 0,04 0,02 ULar 0,25 1 0,17 0,29 Bedagai 0,07 1 0,25 DAS C1 C2 C3 C4 C5 Padang 0,38 1 0,32 Hapal 0,76 0,63 0,23 Bolon 0,15 0,94 0,02 Parupuk 0,003 0,37 -0,21 Merbau 0,42 1 -0,005
Tabel 7. Hasil iterasi DAS C1 C2 C3 C4 C5 Wampu * ** * ULar * ** Bedagai * ** * Padang * ** * Hapal * ** Bolon * ** * Parupuk * ** * Merbau ** * Data yang akan diolah untuk tahapan ke aplikasi/program yang di jalankan adalah data dari tahun 2015 s/d 2016.
Gambar 1. Tampilan Diagram Total
4. KESIMPULAN
Sebagai penutup pembahasan, diambil kesimpulan-kesimpulan, yaitu: 1.
Algoritma K-Means mampu mengelompokan data DAS menjadi beberapa kelompok sesuai kemiripan dan karekteristik masing-masing dengan Tingkat validasi data antara data hasil dengan hasil penghitungan manual
2. Aplikasi Weka digunakan sebagai aplikasi pengujian menganalisa wilayah lahan DAS kritis, Serta mudah dipahami oleh pengguna aplikasi.
3. Maka dari perhitungan ,terdapat hasil penempatan tabel tersebut di simpulkan bahwa wilayah yang memiliki tingkat lahan yang kritis adalah Karo dengan jumlah terbesar.
REFERENCES [1] R. Andrilla, “PENERAPAN STAKEHOLDER RELATIONSHIP MANAGEMENT PLUS (SRM+) DALAM PENGELOLAAN
COMMUNITY DEVELOPMENT DI AREA OPERASIONAL TOTAL E&P INDONESIE,” ilmu komunikasi, vol. 2, pp. 335-336, 2014. [2] S. Haryati, “IMPLEMENTASI DATA MINING UNTUK MEMPREDIKSI,” Jurnal Media Infotama, vol. 11, p. 131, 2015. [3]
A. RONALD ADRIAN, “Penerapan Metode K-Means Untuk Clustering Mahasiswa Berdasarkan Nilai Akademik,” JURNAL ILMIAH SEMESTA TEKNIKA, vol. 18, p. 78, 2015. [4] S. M. “PENERAPAN DATA MINING DENGAN METODE CLUSTERING,” Prosiding Seminar Ilmiah Nasional Teknologi
Komputer , vol. 1, p. 31, 2015. [5]
B. SULISTYO , “Kajian perubahan tingkat kekritisan lahan sebagai akibat proses,” PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON, vol. 1, p. 829, 2015. [6]
E. Buulolo, N. S ilalahi, Fadlina, and R. Rahim, “C4.5 Algorithm To Predict the Impact of the Earthquake,” Int. J. Eng. Res. Technol., vol. 6, no. 2, 2017. [7] R. D. Sitepu and E. Buulolo, “Implementasi Algoritma Nearest Neighbor Pada Sistem Penerimaan Pegawai Baru Pada MTS Ikhwanuts
Tsalits Talun Kenas,” KOMIK (Konferensi Nas. Teknol. Inf. dan Komputer), vol. I, no. 1, pp. 1–13, 2017. [8]
F. T. Waruwu, E. Buulolo, and E. Ndruru, “IMPLEMENTASI ALGORITMA APRIORI PADA ANALISA POLA DATA PENYAKIT MANUSIA YANG DISEBABKAN OLEH RO KOK,” KOMIK (Konferensi Nas. Teknol. Inf. dan Komputer), vol. I, no. 1, pp. 176– 182, 2017. [9]