FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUNGKAPAN ENTERPRISE RISK MANAGEMENT PADA PERUSAHAAN- PERUSAHAAN NON-FINANCIAL YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2010-2013: A REVISIT
Desy Natalia
E-mail: desynataliaandris@gmail.com
ABSTRACT
not have signiicant inluence toward the disclosure of enterprise risk management and opportunities growth
The purpose of this research is to determine the inlu- (P = 0.000 < α = 0.05), had signiicant inluence toward ences of chief risk oficer, opportunities growth, asset
the disclosure of enterprise risk management. opacity, inancial slack, earnings volatility and leverage toward the disclosure of enterprise risk management
Keywords : chief risk oficer, opportunities growth, (ERM) that is still contradictory of nine previous re-
asset opacity, inancial slack, earnings volatility, lever- search in non-inancial companies listed in Indonesia
age, enterprise risk management
Stock Exchange from 2010 to 2013. The sampling method in this research is purposive sampling with
JEL Classiication: G32
192 as samples. The disclosure of ERM is measured based on ERM index, which considers the eight di- mension of ERM by COSO framework. This research
uses multiple regression linear analysis method. The
PENDAHULUAN
analysis technique used in this research is assumption classic test is normality test, heterokedastisitas test,
Setiap perusahaan yang dalam aktivitas bisnis tidak multicolinearity test and autocorrelation test, the hy-
akan lepas dari risiko yang dihadapi. Perusahaan selalu pothesis Fstatistic to test the effect together with the
dihadapkan dengan kenyataan “high risk bring about 5% conidence level and using the tstatistics for testing
high return ”, artinya jika ingin memperoleh hasil yang the partial regression coeficient. The result of this
lebih besar, maka perusahaan akan dihadapkan pada research that simultaneously of chief risk oficer, op-
risiko yang lebih besar pula (Anisa, 2012). Keberadaan portunities growth, asset opacity, inancial slack, earn-
risiko dalam setiap kegiatan usaha, mendorong perusa- ings volatility and leverage (P = 0.001 < α = 0.05) had
haan untuk melakukan pengelolaan risiko yang efektif. signiicant inluence toward the disclosure of enterprise
Ini dilakukan untuk mengurangi kerugian yang terjadi risk management by COSO ERM framework. While
pada perusahaan dan investor. Beberapa dekade terjadi partially chief risk oficer (P = - 0.855 > α = 0.05),
kasus perusahaan yang menderita kerugian keuangan asset opacity (P = 0.456 > α = 0.05), inancial slack
yang besar karena kurangnya mekanisme pengelolaan (P = 0.593 > α = 0.05), earnings volatility (P = -0.860
risiko yang tepat (Paape dan Spekle, 2012). Manajemen > α = 0.05) and leverage (P = - 0.189 > α = 0.05) did
risiko perusahaan atau Enterprise Risk Management
JAM, Vol. 27, No. 3, Desember 2016: 165-181
(ERM) merupakan suatu strategi yang digunakan un- dap posisi dan kinerja keuangan entitas dan sifat dan tuk mengevaluasi dan mengelola semua risiko dalam
luas risiko yang timbul dari instrumen keuangan yang perusahaan. Pendekatan terhadap pengelolaan risiko
mana entitas terekspos selama periode dan pada akhir organisasi sering disebut dengan manajemen risiko
periode pelaporan, dan bagaimana entitas mengelola (Meizaroh dan Lucyanda, 2011). Manajemen risiko
risiko tersebut.
dimulai dari adanya kesadaran manajemen bahwa Aturan lain yang mendukung pengungkapan risiko itu ada di dalam perusahaan.
risiko yaitu Keputusan Ketua Bapepam dan Lembaga Perubahan teknologi, globalisasi, dan perkem-
Keuangan Nomor: Kep-134/BL/2006 mengenai Ke- bangan transaksi bisnis seperti hedging dan derivative
wajiban Penyampaian Laporan Tahunan bagi Emiten menyebabkan makin tingginya tantangan yang diha-
atau Perusahaan Publik, menyebutkan bahwa emiten dapi perusahaan dalam mengelola risiko yang harus
diwajibkan untuk menyertakan penjelasan mengenai dihadapinya (Beasley, et al., 2007). Kenyataannya
risiko-risiko yang dihadapi perusahaan serta upaya- penerapan ERM, baik di mancanegara maupun di In-
upaya yang telah dilakukan untuk mengelola risiko donesia belum efektif. Hal ini terbukti dari banyaknya
tersebut. Risiko-risiko itu misalnya, risiko yang perusahaan yang mengalami masalah keuangan yang
disebabkan oleh luktuasi kurs atau suku bunga, per- berakhir pada kebangkrutan seperti Enron dan World-
saingan usaha, peraturan internasional, dan kebijakan Com.
pemerintah.
Di Indonesia kegagalan perusahaan dalam men- Program Enterprise Risk Management (ERM) gelola risiko valuta asing pada saat krisis moneter tahun
mempunyai manfaat lebih dengan memberikan in- 2008 telah mengakibatkan banyaknya perusahaan yang
formasi yang lebih tentang proil risiko perusahaan. terpaksa harus menjalani proses penyehatan, berganti
Hal ini karena outsiders lebih cenderung mengalami pemilik, atau bahkan dipailitkan. Kasus lain diberita-
kesulitan dalam menilai kekuatan dan risiko keuangan kan Seputar Indonesia 13 Augustus 2012, mengenai
perusahaan yang sangat inansial dan kompleks. Ad- kurang dari 20% penurunan kapital yang parah dalam
anya Enterprise Risk Management (ERM) memung- sebuah perusahaan diakibatkan risiko keuangan seb-
kinkan perusahaan untuk memberikan informasi ini agai hasil dari kesalahan manajemen risiko, penurunan
secara inancial dan noninancial kepada pihak luar permintaan inti produk dan kegagalan mencapai sinergi
tentang proil risiko dan juga berfungsi sebagai sinyal dari proses akuisisi. Selain itu, juga terjadi kemacetan
komitmen mereka untuk manajemen risiko (Hoyt dan ERM perusahaan yang secara umum dipengaruhi
Liebenberg, 2010). Terdapat beberapa penelitian men- internal perusahaan (Muthohirin, et al. 2012).
genai enterprise risk management yang memiliki hasil Pentingnya pengungkapan risiko telah membuat
yang kontradiktif terhadap faktor-faktor yang mem- badan-badan regulator di luar negeri dan Indonesia
pengaruhi enterprise risk management dari penelitian mengeluarkan aturan-aturan yang mensyaratkan peru-
di luar Indonesia.
sahaan melaporkan informasi risikonya dalam laporan Penelitian ini dimaksudkan untuk menganali- tahunan. Ketentuan mengenai persyaratan pengungka-
sis faktor-faktor yang mempengaruhi enterprise risk pan risiko di Indonesia salah satunya tertuang dalam
management yang masih kontradiktif tersebut atau a PSAK No. 50 (Revisi 2006) tentang Instrumen Keuan-
revisit pada chief risk oficer, opportunities growth, gan: Penyajian dan Pengungkapan, yang menyebutkan
asset opacity, inancial slack, earnings volatility dan bahwa pengungkapan yang dipersyaratkan adalah yang
leverage terhadap pengungkapan enterprise risk man- menyediakan informasi untuk membantu stakeholder
agement . Penelitian mengenai pengungkapan ERM di dalam menilai tingkat risiko yang terkait dengan in-
Indonesia masih sangat jarang dilakukan, padahal in- strumen keuangan. Lalu pada tahun 2010 PSAK No.
formasi pengungkapan manajemen risiko di Indonesia
60 tentang Instrumen Keuangan: Pengungkapan, yang sangat penting untuk diketahui oleh investor maupun menyebutkan bahwa pengungkapan mensyaratkan en-
pemegang saham. Sampai saat ini bukti empiris tentang titas untuk menyediakan pengungkapan dalam laporan
manajemen risikopun masih terbatas. Tujuan penelitian keuangan yang memungkinkan para pengguna untuk
ini untuk memperoleh bukti empiris tentang pengaruh mengevaluasi signiikansi instrumen keuangan terha-
chief risk oficer, opportunities growth, asset opacity,
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUNGKAPAN ENTERPRISE RISK.......................................... (Dessy Natalia)
inancial slack, earnings volatility dan leverage terha- di pasar. Asimetri informasi tersebut dapat dikurangi dap pengungkapan Enterprise Risk Management.
apabila pihak yang mempunyai lebih banyak informasi memberikan sinyal kepada pihak yang kekurangan
MATERI DAN METODE PENELITIAN
informasi. Dalam praktik pengungkapan risiko peru- sahaan, teori pesinyalan dapat menjelaskan bagaimana
Agency theory menyatakan adanya hubungan kerja manajer mengungkapkan informasi mengenai risiko antara pihak yang memberi wewenang (prinsipal)
yang dihadapi perusahaan kepada pemilik. dengan pihak yang menerima wewenang (agen) dalam
Manajer harus memberikan informasi yang bentuk sebuah kontrak kerjasama yang disebut nexus
memadai mengenai risiko yang dihadapi perusahaan. of contract. Teori keagenan menjelaskan adanya per-
Informasi mengenai risiko yang diungkapkan terse- tentangan antara pemegang saham dengan manajer
but memberikan sinyal kepada pemilik (investor dan sehingga dapat menimbulkan konflik. Konflik ini
kreditur). Apabila manajer mengungkapkan informasi timbul karena adanya keinginan para manajer untuk
mengenai risiko secara memadai kepada pemilik maka memaksimalkan kepuasan mereka sendiri sehingga
hal tersebut merupakan sinyal baik bagi perusahaan. tidak mensejahterakan pemegang saham.
Sinyal baik tersebut memberikan informasi kepada pe- Masalah lain yang mungkin timbul dari hubun-
milik bahwa perusahaan telah melakukan manajemen gan keagenan ini yaitu agen memiliki informasi yang
risiko dengan baik. Sebaliknya, apabila manajer tidak lebih banyak dibandingkan dengan prinsipal, sehingga
mengungkapkan informasi mengenai risiko secara menimbulkan adanya asimetri informasi yaitu kondisi
tidak memadai, maka hal tersebut akan menjadi sinyal ketidakseimbangan perolehan informasi antara pihak
buruk bagi perusahaan. Hal tersebut memberikan per- manajemen sebagai penyedia informasi dengan pihak
sepsi bahwa perusahaan tidak melakukan manajemen pemegang saham dan stakeholder sebagai pengguna
risiko dengan baik. Oleh karena itu, manajer harus informasi (Setyarini, 2011). Oleh karena itu diperlukan
memberikan informasi yang memadai mengenai risiko sistem kontrol untuk memantau kinerja perusahaan dan
yang dihadapi perusahaan kepada pemilik. Hal tersebut diharapkan dapat mengatasi konlik keagenan yang
dilakukan oleh manajer untuk mengamankan investasi terjadi. Sejak terjadinya beberapa kecurangan dalam
pemilik dalam perusahaan. Selain itu, tujuan manajer pelaporan keuangan perusahaan, pengungkapan ERM
mengungkapkan informasi yang memadai dalam dianggap sebagai salah satu elemen penting untuk
laporan keuangan adalah untuk menyampaikan sinyal memperkuat struktur corporate governance. Penerapan
khusus kepada pengguna informasi saat ini dan peng- ERM secara formal dan terstruktur merupakan suatu
guna potensial (Elzahar dan Hussainey, 2012). kewajiban bagi perusahaan. Apabila dilaksanakan
Terdapat beberapa deinisi tentang risiko. Risiko secara efektif, ERM dapat menjadi sebuah kekuatan
menurut ICAEW (The Institute of Chartered Accoun- bagi pelaksanaan good corporate governance dalam
tant of England and Wales) adalah suatu kejadian yang perusahaan.
tidak pasti yang apabila terjadi dapat mempengaruhi Salah satu teori yang dapat melatarbelakangi
pencapaian tujuan. Linsley and Shrives (2005) dan masalah asimetri informasi dalam pasar adalah signal-
Amran et al. (2009) mengelompokkan risiko ke dalam ling theory (Kartika, 2009). Teori sinyal membahas
enam kelompok, yaitu Financial Risk, Operation Risk, mengenai dorongan perusahaan untuk memberikan
Empowerment Risk, Information Processing and Tech- informasi kepada pihak eksternal. Teori sinyal muncul
nology Risk, Integrity Risk dan Strategic Risk. Risiko karena adanya permasalahan asimetri informasi antara
biasanya dikaitkan dengan sesuatu yang negatif, seperti pihak manajemen dan pihak eksternal. Oleh karena itu,
kehilangan proit atau kemungkinan mengalami keru- untuk mengurangi asimetri informasi yang akan terjadi
gian.
perusahaan harus mengungkapkan informasi yang Kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi dimiliki, baik informasi keuangan maupun informasi
di masa mendatang dapat menjadi hambatan dalam non keuangan (Setyarini, 2011).
pelaksanaan kegiatan bisnis. Risiko pasti akan me- Teori pesinyalan menurut Morris (1987)
lekat pada seluruh kegiatan perusahaan. Oleh karena berkaitan dengan adanya informasi yang asimetris
itu, penting bagi perusahaan untuk memahami risiko
JAM, Vol. 27, No. 3, Desember 2016: 165-181
yang mungkin akan dihadapi dalam perjalanan bisnis. jemen risiko harus diletakkan dalam suatu kerangka Apabila perusahaan tidak memahami risiko yang diha-
manajemen risiko. Kerangka ini akan menjadi dasar dapi, maka keputusan bisnis yang diambil justru akan
dan penataan yang mencakup seluruh kegiatan mana- menghambat pencapaian tujuan. Pemahaman yang baik
jemen risiko di segala tingkatan organisasi. Berdasar akan membantu pihak agent maupun principal dalam
ERM Framework yang dikeluarkan COSO, terdapat pengambilan keputusan bisnis untuk mengantisipasi
108 item (lihat lampiran) pengungkapan ERM yang kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi. Setiap
mencakup delapan dimensi yaitu lingkungan internal, perusahaan memiliki risiko yang berbeda-beda. Untuk
penetapan tujuan, identifikasi kejadian, penilaian itu, perlu pengelolaan risiko yang sesuai dengan risiko
risiko, respon atas risiko, kegiatan pengawasan, in- yang dihadapi perusahaan. Pengelolaan ini bertujuan
formasi dan komunikasi, dan pemantauan (Desender, untuk mengantisipasi segala kemungkinan yang dapat
terjadi agar proses pencapaian tujuan dapat berjalan CRO merupakan sinyal awal atau indikasi dengan lancar. Pengelolaan risiko yang baik dapat
bahwa perusahan membangun program ERM. CRO membantu perusahaan mempersiapkan strategi. Untuk
bertanggung jawab untuk mengimplementasikan dan melaksanakan pengelolaan risiko ini, perusahaan dapat
mengkoordinasikan ERM dalam seluruh organisasi menggunakan manajemen risiko.
(Daud, et al, 2010). COSO (2004) ERM mendeinisi- Committee of Sponsoring Organizations of the
kan peran CRO sebagai kepala bagian risiko yang Treadway Commission COSO 2004 mendeinisikan
bekerja dengan manajer lain dalam membangun Enterprise Risk Management ( ERM) sebagai process,
manajemen risiko yang efektif dan memiliki tanggung effected by an entity’s board of directors, management,
jawab untuk memantau kemajuan dan untuk membantu and other personnel, applied in strategy setting and
manajer lain dalam melaporkan informasi risiko yang across the enterprise, designed to identify potential
relevan di seluruh entitas. Suatu perusahaan memer- events that may affect the entity, and manage risks to
lukan adanya CRO agar manajemen risiko perusahaan
be within its risk appetite, to provide reasonable assur-
efektif dan eisien.
ance regarding the achievement of entity objectives”. Menurut Lam (2000), CRO secara umum Forum Kustodian Sentral Efek Indonesia
memiliki beberapa tanggungjawab yaitu (a) Mem- (2008) mendefinisikan Enterprise Risk Manage-
berikan kepemimpinan secara menyeluruh mengenai ment sebagai pendekatan yang komprehensif untuk
visi, dan arah dalam pengungkapan ERM. (b) Mem- mengelola risiko-risiko perusahaan secara meny-
bentuk kerangka manajemen risiko yang terintegrasi eluruh, meningkatkan kemampuan perusahaan untuk
untuk seluruh aspek risiko dalam perusahaan dan mengelola ketidakpastian, meminimalkan ancaman,
(c) Mengembangkan kebijakan manajemen risiko dan memaksimalkan peluang. Beasley, et al. (2007)
termasuk memperhitungkan keinginan manajemen mendeinisikan manajemen risiko perusahaan (ERM)
risiko melalui batasan risiko tertentu. Desender dan sebagai proses menganalisis portofolio risiko yang
Lafuente (2010) mengungkapkan bahwa dengan dihadapi perusahaan untuk memastikan bahwa efek
menetapkan CRO, maka perusahaan dapat memeli- gabungan dari risiko tersebut berada dalam toleransi
hara praktik ERM. Beasley, Pagach dan Warr (2007) dapat diterima.
menyatakan bahwa kepemimpinan eksekutif senior Pengungkapan manajemen risiko perusahaan
lebih memilih ERM dalam membantu berkomunikasi merupakan salah satu elemen dari informasi laporan
dan mengintegrasikan ilosoi risiko entitas dan strategi nonkeuangan perusahaan. Dibandingkan dengan pen-
terhadap manajemen risiko secara konsisten diseluruh dahulunya, Committee of Sponsoring Organizations
perusahaan. Untuk menjawab tantangan ini, banyak of the Treadway Commission (COSO) Enterprise
organisasi yang menetapkan anggota dari tim eksekutif Risk Management (ERM) menambahkan konsep baru
senior yang sering disebut chief risk oficer (CRO), yaitu event management. Kerangka kerja COSO ERM
untuk mengawasi proses manajemen risiko perusahaan sendiri telah diakui sebagai acuan industri di Amerika
( the economist intelligence unit, 2005). Beberapa pihak Serikat bahkan dunia.
berpendapat bahwa penetapan CRO yang digunakan Menurut ISO agar dapat berhasil baik, mana-
untuk sinyal baik internal dan eksternal menyatakan
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUNGKAPAN ENTERPRISE RISK.......................................... (Dessy Natalia)
bahwa manajemen senior dan dewan serius menginte- holder dan pemangku kepentingan. grasikan semua kegiatan manajemen risiko di bawah
Asset opacity merupakan aset-aset tak ber- tingkat eksekutif senior yang lebih kuat (Lam, 2001).
wujud (intangible assets) yang dimiliki perusahaan. Dengan adanya CRO yang menjadi pihak yang men-
Aset tak berwujud merupakan sebuah klaim dari gungkapkan ERM kepada pihak outsider mengenai
manfaat masa depan yang tidak memiliki wujud isik risiko dan pengelolaannya.
(seperti gedung atau peralatan) atau keuangan (seperti Opportunities Growth adalah kesempatan
saham atau obligasi) (Kang dan Gray, 2011). Contoh perusahaan untuk melakukan investasi pada hal-hal
dari aset tak berwujud meliputi hak paten, hak cipta, yang menguntungkan. Perusahaan dengan opportuni-
merek dagang, dan infrastruktur organisasional khusus ties growth yang tinggi akan cenderung membutuhkan
yang berguna dalam kegiatan organisasi perusahaan. dana dalam jumlah yang cukup besar untuk membiayai
Menurut Capasso (1995) keberadaan peningkatan aset pertumbuhan tersebut pada masa yang akan datang,
tidak berwujud menambah hambatan lebih lanjut untuk oleh karenanya perusahaan akan mempertahankan
eisiensi perusahaan publik.
earnings- nya untuk diinvestasikan kembali pada peru- Menurut Golshan & Rasid (2012) perusahaan sahaan dan pada waktu bersamaan perusahaan diharap-
yang memiliki banyak aset tak berwujud sering men- kan akan tetap mengandalkan pendanaan melalui utang
galami kesulitan dalam menjual aset tersebut dengan yang lebih besar (Baskin, 1989). Proksi pengukuran
nilai sesungguhnya karena aset tak berwujud lebih variable opportunities growth untuk mengukur peluang
berkaitan dengan asimetri informasi yaitu penilaian pertumbuhan perusahaan adalah market-to-book aset
terhadap aset tak berwujud tersebut, oleh karena itu ratio; market-to-book equity ratio dan earning price
aset tak berwujud tersebut cenderung lebih diabaikan ratio.
(tidak diakui). Hasil penelitian Pagach & Warr (2010) Bekaert et al. (2004) menyatakan bahwa
menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki aset market-to-book value of equity ratio merupakan proksi
tak berwujud cenderung menerapkan ERM karena yang sering digunakan untuk mengukur variabel op-
berkaitan dengan informasi asimetri namun kadang- portunities growth ini. Nilai market-to-book value of
kadang perusahaan cenderung mengabaikannya. Oleh equity mengindikasikan adanya penilaian atas keper-
karena itu, penerapan ERM memungkinkan perusahaan cayaan investor terhadap perusahaan. Semakin tinggi
untuk mengatasi masalah informasi asimetri tersebut. nilai pasar saham perusahaan berarti semakin tinggi
Penerapan ERM dapat menurunkan biaya keagenan pula tingkat kepercayaan investor terhadap perusahaan.
dan meningkatkan nilai perusahaan. Oleh karena itu Semakin besar nilai market-to-book value of equity
penerapan ERM juga dapat dijadikan mekanisme pen- ini berarti opportunities growth perusahaan sema-
gawasan dalam menurunkan informasi asimetris dan kin tinggi pula. Sehingga dapat diambil kesimpulan
berkonstribusi untuk menghindari perilaku oportunis bahwa opportunities growth yang meningkat akan
dari manajer (Kajüter et al., 2005). Dari penerapan meningkatkan return saham. Menurut Pagano (2001)
ERM yang mengatasi masalah asimetri informasi, Enterprise risk management memiliki fungsi penting
perlu dilakukan pengungkapan ERM yang memberikan bagi perusahaan untuk menciptakan nilai bagi para
informasi mitigasi kepada shareholder dan pemangku shareholder melalui return saham, maka jika ingin
kepentingan.
memaksimalkan nilai bagi shareholder perusahaan Financial slack adalah kas dan surat berharga harus menerapkan strategi ERM yang tepat. Menurut
yang dimiliki perusahaan dan merupakan sumber pen- Meulbroek (2002) tujuan dari risk management adalah
danaan internal. Perusahaan yang memiliki inancial untuk memaksimalkan nilai shareholder. Memiliki
slack yang cukup tidak menerbitkan utang berisiko kemampuan untuk mengurangi risiko, tidak secara
atau sekuritas untuk mendanai investasi proyeknya, otomatis berarti bahwa perusahaan harus mengurangi
dengan begitu perusahaan dapat mengatasi masalah risiko. Jadi, semakin tinggi opportunities growth ten-
informasi asimetri antara manajer dan investor. Jadi, tunya meningkatkan risiko perusahaan, namun dengan
dalam melakukan aktivitas pendanaan diperlukan ERM melakukan pengungkapan ERM memberikan jawaban
(enterprise risk management ) untuk mengidentiikasi atas pengelolaan risiko perusahaan kepada pihak share-
risiko apa saja yang dihadapi perusahaan dan men-
JAM, Vol. 27, No. 3, Desember 2016: 165-181
gevaluasi dan mengukur risiko (memahami karakter- bahaya, risiko suku bunga, dll). Strategi ERM mengu- istik risiko dengan lebih baik), serta mengelola risiko
rangi volatilitas dengan mencegah agregasi risiko di (Hanai, 2006).
berbagai sumber (Hoyt dan Liebenberg, 2010). Jadi, Pagach dan Warr (2010) inancial slack atau
dengan adanya kegiatan ERM di perusahaan yang ketersediaan kas mengukur kemampuan perusahaan
dapat mengurangi resiko dari volatilitas laba dapat untuk melanjutkan operasinya selama periode shortage
diinformasikan atau diungkapkan kepada shareholder (kekurangan) kas operasi. Ketersediaan slack dapat
dan pemangku kepentingan.
melindungi inti operasi perusahaan dari perubahan Berdasar teori stakeholders, perusahaan di- eksogen di lingkungan tetapi dapat memberikan kepua-
harapkan dapat memberikan pengungkapan risiko san dan ketidaktahuan di antara pelaku organisasi yang
agar dapat memberikan pembenaran dan penjelasan menghilangkan atau mengurangi perilaku responsif
atas yang terjadi di perusahaan. Ketika perusahaan (Bansal, 2003; Thompson 1976; Yasai Ardekani, 1986).
memiliki tingkat risiko utang yang lebih tinggi dalam Slack dapat mengurangi pengambilan risiko manajerial
struktur modal, kreditur dapat memaksa perusahaan dan menyebabkan respon yang kurang, ineisiensi op-
untuk mengungkapkan informasi lebih lanjut (Ahn dan erasional dan sub-optimasi (Palmar & Wiseman, 1999;
Lee, 2004 dan Amran et al, 2009 dalam Anisa, 2012). Singh, 1986). Namun, slack yang berlebihan pun dapat
Leverage merupakan alat untuk mengukur seberapa menyebabkan risk aversion yang mengurangi inisiatif
besar perusahaan tergantung pada kreditur dalam mem- eksplorasi (Mishina, Pollock& Porac, 2004). Jadi,
biayai aset perusahaan. Perusahaan yang mempunyai diperlukan ERM untuk dapat mengelola pengambilan
tingkat leverage tinggi berarti sangat bergantung pada risiko yang tepat terhadap slack keuangan perusahaan.
pinjaman luar untuk membiayai asetnya. Sedangkan Jadi, diperlukan ERM untuk dapat mengelola pen-
perusahaan yang mempunyai tingkat leverage rendah gambilan risiko yang tepat terhadap slack keuangan
lebih banyak membiayai asetnya dengan modal sendiri. perusahaan dan disampaikan atau diungkapkan kepada
Sehingga tingkat leverage perusahaan menggambarkan shareholder dan pemangku kepentingan.
risiko keuangan perusahaan. Teori keagenan mem- Earnings volatility adalah indikator seberapa
prediksi bahwa perusahaaan dengan rasio leverage stabil laba yang diperoleh perusahaan setiap tahun
yang lebih tinggi akan mengungkapkan lebih banyak (Khurniaji dan Raharja, 2013). Perusahaan yang me-
informasi, karena biaya keagenan perusahaan dengan miliki tingkat pendapatan yang tidak stabil merupakan
struktur modal seperti itu lebih tinggi (Jensen an Meck- sinyal kepada investor bahwa perusahaan memiliki
ling, 1976). Peminjam menuntut pengendalian internal risiko yang tinggi untuk dijadikan tempat berinvestasi.
dan mekanisme pengawasan yang efektif. Akibatnya Sinyal ini dapat mempengaruhi investor untuk menjual
perusahaan dituntut untuk meningkatkan kualitas dan saham perusahaan tersebut dalam jangka waktu yang
kuantitas pengungkapan ERM. Menurut Beasley, cepat, dengan demikian, perusahaan dengan tingkat
Pagach dan Warr (2007) Leverage keuangan yang lebih volatilitas laba yang tinggi cenderung memiliki saham
besar kemungkinan meningkatkan inancial distress. yang volatil.
Dalam inancial distress, perusahaan kemungkinan Menurut Fudenberg dan Tirole (1995) serta
menghadapi penurunan peringkat utang dan akibatnya Jones (2007), adanya luktuasi laba dapat menye-
biaya pinjaman lebih tinggi. Praktik ERM yang lebih babkan investor mencabut investasi mereka dari
kuat dapat menyebabkan biaya pendanaan yang ren- perusahaan. Adanya kemungkinan perusahaan tidak
dah, hal ini perlu diungkapkan kepada shareholder dan membagikan dividen akibat luktuasi laba mereka
pemangku kepentingan sebagai informasi good news atau mereka tidak mampu membayarkan barang yang
bagi perusahaan.
mereka beli atau membayar pokok pinjaman yang diberikan kepada perusahaan membuat pihak-pihak
Pengaruh Adanya CRO terhadap Pengungkapan
eksternal seperti investor, kreditur maupun supplier
ERM
menghindari perusahaan dengan luktuasi laba yang Penelitian Desender (2007); Hoyt dan Liben- tinggi. Kegiatan manajemen risiko individu dapat
berg (2006) mengungkapkan bahwa dengan mene- mengurangi volatilitas laba dari spesiik sumber (risiko
tapkan CRO, maka perusahaan dapat memelihara
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUNGKAPAN ENTERPRISE RISK.......................................... (Dessy Natalia)
praktik ERM. Penelitian Daud dan Yazid (2009), Razali et al., (2011) serta Desender (2007) menemukan bukti empiris bahwa CRO berpengaruh positif terhadap pengungkapan ERM. Desender (2007) menjelaskan bahwa dengan memiliki CRO, maka perusahaan dapat meningkatkan pengungkapan ERM. Keputusan untuk menerapkan ERM sangat mempengaruhi selu- ruh organisasi dan menggambarkan perubahan besar organisasi dan hasil penelitian ini menunjukan bahwa kehadiran CRO memiliki pengaruh positif terhadap tingkat penerapan ERM (Paape dan Spekle, 2012). Beasley, Branson dan Pagach (2013) meneliti apakah organisasi yang secara resmi mengangkat seseorang sebagai CRO memiliki pengaruh terhadap ERM. Ha- sil penelitian ini menemukan tidak adanya hubungan yang signiikan antara CRO dan ERM. Waweru dan Kisaka (2014) meneliti apakah kehadiran CRO secara positif terkait dengan penyebaran ERM dan studi ini menemukan bahwa kehadiran CRO secara signiikan meningkatkan entitas dalam tahap pelaksanaan ERM. Berdasarkan uraian tersebut, maka dirumuskan hipo- tesis sebagai berikut:
H 1 : Adanya chief risk oficer berpengaruh terhadap pengungkapan Enterprise Risk Management.
Pengaruh Opportunities Growth terhadap Pengung- kapan ERM
Beasley, Pagach dan Warr (2007) meneliti apakah terdapat reaksi pasar terhadap pengumuman pengangkatan CRO perusahaan terhadap opsi per- tumbuhan perusahaan dan menemukan bahwa tidak ada reaksi pasar terhadap pengumuman pengangkatan CRO perusahaan. Pagach dan Warr (2010) meneliti apakah perusahaan dengan opsi pertumbuhan mem- butuhkan banyak nilai perusahaan terkait dengan cashlow masa depan perusahaan, yang belum dan akan direalisasikan memiliki pengaruh terhadap ERM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa opsi pertumbu- han memiliki pengaruh positif terhadap ERM. Paape dan Spekle (2012) menyatakan bahwa perusahaan tidak hanya menghadapi lebih banyak ketidakpastian dan membutuhkan manajemen risiko yang lebih baik untuk mengendalikan risiko yang muncul, tetapi juga perlu menyertakan proil risiko dari berbagai peluang pertumbuhan untuk pengambilan keputusan organisasi. Hasil penelitian menemukan bahwa pertumbuhan organisasi memiliki pengaruh positif terhadap tingkat
implementasi ERM. Waweru dan Kisaka (2014) meneliti apakah ada hubungan antara laju pertumbuhan perusahaan dan tingkat implementasi ERM, namun hasil penelitian menunjukkan hubungan negatif tidak signiikan antara tingkat pertumbuhan dan tingkat implementasi ERM. Berdasarkan uraian tersebut, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H 2 : Opportunities growth berpengaruh terhadap pengungkapan Enterprise Risk Management.
Pengaruh Asset Opacity terhadap Pengungkapan ERM
Beasley, Pagach dan Warr (2007) meneliti perusahaan dengan sejumlah besar asset opacity akan memiliki abnormal return positif pada saat pengumu- man pengangkatan CRO. Hasil penelitian menunjuk- kan asset opacity memiliki pengaruh positif signiikan terhadap pengumuman pengangkatan CRO. Pagach dan Warr (2010) meneliti sejauh mana asset opacity memberikan informasi tentang aset perusahaan yang kemungkinan mengalami gangguan inancial distress. Hasil penelitian menunjukkan asset opacity memiliki pengaruh positif yang tidak signiikan terhadap ERM. Hasil penelitian Hoyt dan Liebenberg (2010) menun- jukkan asset opacity memiliki pengaruh negatif signii- kan terhadap ERM. Bertinetti, Cavezalli dan Gardenal (2013) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa asset opacity memiliki pengaruh yang positif signiikan terhadap adopsi dari sistem ERM. Berdasarkan uraian tersebut, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H 3 : Asset opacity berpengaruh terhadap pengungka- pan Enterprise Risk Management.
Pengaruh Financial Slack terhadap Pengungkapan ERM
Pagach dan Warr (2010) menyatakan inancial slack mengukur jumlah aset likuid yang dimiliki (on hand) perusahaan yang dapat digunakan untuk mera- pikan deisit arus kas operasi. Perusahaan mengadopsi ERM memutuskan meningkatkan financial slack untuk memberikan mitigasi yang lebih besar terhadap inancial distress. Hasil menunjukkan bahwa inancial slack memiliki pengaruh positif yang tidak signiikan terhadap ERM. Hasil penelitian Hoyt dan Liebenberg (2010) menunjukkan inancial slack memiliki penga- ruh negatif yang signiikan terhadap ERM. Bertinetti, Cavezalli dan Gardenal (2013) dalam penelitiannya
JAM, Vol. 27, No. 3, Desember 2016: 165-181
menunjukkan bahwa inancial slack memiliki penga- ruh yang positif signiikan terhadap adopsi dari sistem ERM. Berdasarkan uraian tersebut, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H 4 : Financial slack berpengaruh terhadap pengung- kapan Enterprise Risk Management.
Pengaruh Earnings Volatility terhadap Pengung- kapan ERM
Hubungan antara pelaksanaan ERM dan va- riasi EBIT tahunan masih ambigu. Perusahaan akan mengharapkan risk management yang lebih baik dapat mengurangi volatilitas laba tetapi ini tidak berlaku untuk semua perusahaan (Pagach, Warr, 2010, 2011; Liebenberg, Hoyt, 2003 dalam Bertinetti, Cavezalli dan Gardenal, 2013). Perusahaan berharap dengan mengadopsi program ERM mengurangi perubahan nilai pasar mereka, karena merupakan sinyal yang baik bagi pemegang saham (Pagach, Warr, 2011). Dalam penelitian Hoyt dan Liebenberg (2010) menunjukkan bahwa earnings volatility memiliki pengaruh positif yang tidak signiikan terhadap ERM sedangkan Ber- tinetti, Cavezalli dan Gardenal (2013) menunjukkan hasil bahwa earnings volatility memiliki pengaruh yang negatif yang tidak signiikan terhadap adopsi dari sistem ERM. Berdasarkan uraian tersebut, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H 6 : Earnings volatility berpengaruh terhadap pen- gungkapan Enterprise Risk Management.
Pengaruh Leverage terhadap Pengungkapan ERM
Pagach dan Warr (2007) meneliti perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi akan memiliki abnormal return positif pada saat pengumuman pen- gangkatan CRO. Hasil penelitian menunjukkan asset opacity memiliki pengaruh positif signiikan terhadap pengumuman pengangkatan CRO. Andersen (2008) menguji hubungan antara variabel kinerja ekonomi dan kinerja manajemen risiko terhadap multinasional yang dimoderasi oleh leverage. Terdapat hubungan positif signiikan antara kinerja ekonomi dan multinasional dan hubungan negatif signiikan antara kinerja mana- jemen risiko terhadap multinasional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketika dimoderasi oleh leverage hubungan antara kinerja ekonomi dan kinerja manaje- men risiko terhadap multinasional terdapat hubungan yang negatif signifikan. Pagach dan Warr (2010)
menunjukkan bahwa dampak dari adopsi ERM pada leverage tidak jelas, namun untuk perusahaan yang sebelumnya menargetkan tingkat leverage perusa- haan atau dengan kontrol yang lebih besar dari risiko operasional akan menyarankan perusahaan untuk bisa meningkatkan kapasitas utang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa leverage memiliki pengaruh yang positif tidak signiikan terhadap ERM. Hoyt dan Li- ebenberg (2010) menyatakan bahwa perusahaan yang terlibat dalam ERM memiliki leverage keuangan yang lebih rendah ketika perusahaan memutuskan untuk menurunkan proitabilitas inancial distress perusahaan dengan mengurangi risiko keuangan dan hasilnya menunjukkan bahwa leverage memiliki pengaruh yang negatif signiikan terhadap ERM. Bertinetti, Cavezalli dan Gardenal (2013) menunjukkan bahwa leverage memiliki pengaruh yang positif signiikan terhadap adopsi dari sistem ERM. Berdasarkan uraian tersebut, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H 7 : Leverage berpengaruh terhadap pengungkapan
Enterprise Risk Management.
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan perusahaan non-inancial yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2010-2013. Penentuan sampel dilakukan menggunakan metode purposive sampling yaitu metode pengambilan sampel berdasarkan kriteria tertentu dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang representatif. Adapun kriteria yang digunakan dalam pengambilan sampel yaitu 1) Perusahaan non-inancial yang terdaftar di BEI pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2013; 2) Peru- sahaan yang mempublikasikan laporan keuangan dan laporan tahunan (annual report) secara konsisten yang berakhir pada tanggal 31 Desember selama periode 2010-2013 dan disajikan dalam rupiah; 3) Perusahaan yang memiliki kelengkapan data mengenai chief risk oficer, opportunities growth, asset opacity, inancial slack, earnings volatility dan leverage; dan 4) Peru- sahaan yang telah mengungkapkan manajemen risiko dalam laporan tahunannya secara konsisten selama tahun 2010 sampai dengan tahun 2013.
Jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data variabel independen yaitu chief risk oficer, opportunities growth, asset opacity, inancial slack, earnings volatiltity, leverage dan variabel dependen yaitu pengungkapan enterprise risk management. Data- data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUNGKAPAN ENTERPRISE RISK.......................................... (Dessy Natalia)
data sekunder yang berasal dari laporan keuangan Apabila nilai signiikansi t lebih kecil dari tingkat tahunan perusahaan-perusahaan non-inancial periode
signiikansi α (alpha = 0.05) maka hipotesis diterima tahun 2010-2013 dan website untuk setiap perusahaan.
(koeisien regresi signiikan. Uji koeisien determinasi Informasi mengenai market value of equity diperoleh
(adjusted R 2 ) untuk mengetahui seberapa jauh presen- dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD).
tase tingkat kebenaran prediksi dari pengujian regresi Untuk menganalisis data atau menguji hipo-
yang di lakukan (Ghozali, 2011).
tesis dengan menggunakan analisis regresi berganda, namun sebelum analisis regresi dilakukan, maka harus
HASIL PENELITIAN
diuji terlebih dahulu dengan uji asumsi klasik untuk memastikan apakah model regresi yang digunakan
Statistik deskriptif memberikan gambaran suatu data tidak terdapat masalah normalitas, multikolinearitas,
yang dilihat dari nilai rata-rata (mean ), standar deviasi, heteroskedastisitas, dan autokolerasi. Jika terpenuhi
maksimum, dan minimum, dari masing-masing varia- maka model analisis layak untuk digunakan. Model
bel (Ghozali, 2011).
regresi yang dikembangkan untuk menguji hipotesis- Uji normalitas pada dasarnya bertujuan untuk hipotesis yang telah dirumuskan dalam penelitian ini
menguji apakah dalam model regresi, variabel inde- yaitu:
penden dan variabel dependen atau keduanya telah terdistribusi secara normal atau tidak.
ERM(Y) = α + β 1 CRO + β 2 OGR + β 3 OPC + β 4 SLC +
Hasil uji normalitas dengan menggunakan uji β5CVEVL + β 6 LEV + ε statistik non parametric kolmogrov-smirnov (K-S) menunjukkan nilai kolmogrov smirnov (K-S) sebesar
Uji statistik F digunakan untuk menguji apakah 0,942 dengan nilai signiikansi 0,337. Hal ini menun- semua variabel independen yaitu chief risk oficer,
jukkan bahwa nilai signiikansi di atas 0,05 (α > 0,05) opportunities growth, asset opacity, inancial slack,
maka data berdistribusi normal.
earnings volatility dan leverage mempunyai pengaruh Uji multikolinearitas menguji apakah di dalam secara bersama-sama terhadap variabel dependen,
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel yaitu pengungkapan enterprise risk management. Jika
bebas. Multikolinearitas dapat dilihat dari perhitungan P value < α (0,05), maka dapat disimpulkan variabel
nilai tolerance serta Varian Inlation Factor (VIF). independen berpengaruh terhadap variabel dependen.
Suatu model regresi dikatakan tidak memiliki kecend- Uji statistik t digunakan untuk mengetahui seberapa
erungan adanya gejala multikolinearitas adalah apabila jauh pengaruh masing-masing variabel independen
memiliki nilai VIF < dari 10 dan Tolerance > dari 0,10 dalam menjelaskan variabel dependen (Ghozali, 2011).
(Ghozali, 2011).
Tabel 1 Statistik Deskriptif
Standard of Deviation
0.407178 OGR
CRO
12.906006 OPC
0.129744 SLC
0.111057 EVL
0.061439 LEV
JAM, Vol. 27, No. 3, Desember 2016: 165-181
Tabel 2 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 192 Normal Parameters(a,b)
Mean
.15319307 Most Extreme Differences
Std. Deviation
-.068 Kolmogorov-Smirnov Z
Negative
.942 Asymp. Sig. (2-tailed)
Tabel 3 Uji Multikolinearitas
Model Collinearity Statistics
(Constant) CRO
Tidak ada multikolinearitas OG
Tidak ada multikolinearitas OPAC
Tidak ada multikolinearitas SLAC
Tidak ada multikolinearitas CV(EBIT)
Tidak ada multikolinearitas LEV
Tidak ada multikolinearitas Berdasar Tabel 3 menunjukkan bahwa semua variabel
independen memiliki nilai Tolerance > 0,10 dan VIF Model regresi yang baik adalah model yang ho- < 10. Maka dapat disimpulkan bahwa model regresi
moskodestisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. dalam penelitian ini telah terbebas dari masalah mul-
Tabel 4 Coeficients a Coeficients(a)
Unstandardized Coeficients Standardized Coeficients Model
t Sig.
B Std. Error
Beta
1 (Constant)
3.850 .000 CRO
1.123 .263 OGR
-1.250 .213 OPC
-.426 .670 SLC
.091 .927 EVL
-1.034 .303 LEV
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUNGKAPAN ENTERPRISE RISK.......................................... (Dessy Natalia)
Berdasarkan hasil pengujian dengan meng- terjadi autokorelasi positif. Sampel penelitian yang gunakan uji glejser menunjukkan bahwa tidak ada
digunakan merupakan data panel (gabungan dari data satupun variabel independen yang signiikan berpen-
time-series dan cross-sectional), oleh karena itu adanya garuh pada nilai absolute residual yang terlihat pada
autokorelasi positif dapat ditolerir. Autokorelasi hanya signiikansi masing-masing variabel independen di atas
terjadi pada data time-series.
0.05. Hal ini menunjukkan bahwa model regresi bebas Analisis regresi berganda bertujuan untuk men- dari masalah heterokedastisitas.
guji seberapa jauh pengaruh variabel-variabel indepen- Uji autokorelasi dilakukan dengan menggu-
den terhadap variabel dependen. Variabel independen nakan uji Durbin Watson (D-W).
pada penelitian ini adalah chief risk oficer (CRO), Tabel 5 menunjukkan bahwa nilai D-W sebe-
opportunities growth (OGR), asset opacity (OPC), sar 1.466. Dengan jumlah predictors sebanyak enam
inancial slack (SLC), earnings volatility (EVL) dan buah (k=6) dan sampel sebanyak 192 sampel (n=192),
leverage (LEV) sedangkan variabel dependen adalah berdasarkan Tabel D-W dengan tingkat signiikansi
enterprise risk management (ERM). 5% dapat ditentukan nilai batas bawah (d L ) adalah
Berdasar perhitungan yang dilakukan dengan sebesar 1,71 dan nilai batas atas (d U ) sebesar 1,83.
menggunakan program SPSS 16 di atas, maka model Nilai D-W lebih rendah dari batas bawah (d L ) maka
persamaan regresi linear berganda yang didapat adalah
Tabel 5 Uji Autokorelasi
Model Summary(b)
Adjusted
Std. Error
Model
R Square
Durbin-Watson
R Square
of the Estimate
Table 6 Coeficients(a)
Unstandardized Coef-
Standardized
Sig. Model
icients
Coeficients
B Std. Error
Beta
B Std. Eror
Tabel 7 Model Summary (b)
Adjusted R
Std. Error of the
Model
R Square
Square
Estimate
1 .340(a)
JAM, Vol. 27, No. 3, Desember 2016: 165-181
sebagai berikut: sisanya sebesar 91,30% dijelaskan oleh variabel lain ERM = 0.721-0.004CRO+0.004OGR+0.063OPC+ yang tidak termasuk dalam model regresi. Hal ini mencerminkan bahwa masih rendah atau lemahnya
0.046SLC–0.029EVL–0.103LEV kemampuan variabel independen dalam menjelaskan
Koeisien determinasi (R 2 ) pada intinya men-
variabel dependen.
gukur seberapa jauh kemampuan model dalam men- Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan erangkan variasi variabel dependen. Nilai koeisien
apakah semua variabel independen yang dimasukkan determinasi (R 2 ) adalah nol sampai dengan satu.
dalam model mempunyai pengaruh secara bersama- Berdasar output SPSS terlihat bahwa hasil
sama terhadap variabel dependen (Ghozali, 2011). perhitungan diperoleh nilai koefisien determinasi
Tabel 8 menunjukkan bahwa nilai F hitung (R 2 ) pada model regresi linear yang digunakan adalah
sebesar 4,022 dengan nilai signiikansi sebesar 0,001. sebesar 0,115. Hal ini menunjukkan bahwa besar
Hal ini menandakan bahwa model regresi dapat di- pengaruh variabel independen yaitu chief risk oficer,
gunakan untuk memprediksi variabel pengungkapan opportunities growth, asset opacity, inancial slack,
ERM karena nilai signifikansi < alpha (α = 5%). earnings volatility dan leverage terhadap enterprise
Dapat disimpulkan bahwa variabel independen secara risk management yang dapat dijelaskan dalam model
bersama-sama berpengaruh secara signiikan terhadap penelitian ini adalah sebesar 11,50%, sehingga dapat
variabel dependen.
disimpulkan terdapat hubungan yang tidak kuat antara Berdasar hasil pengujian terhadap asumsi klasik,
variabel dependen dengan variabel independen. model regresi telah memenuhi asumsi normalitas,
multikolinearitas, autokorelasi dan heteroskedastisitas. 0,087. Hal ini berarti hanya 8,70%, dari variabel
Adapun besarnya adjusted R 2 diperoleh adalah
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menguji model dependen yaitu pengungkapan ERM (ERM) dapat
persamaan regresi secara parsial terhadap masing- dijelaskan oleh variasi variabel independen sedangkan
masing variabel bebas.
Tabel 8 Uji Simultan (F test) ANOVA(b)
df F Sig.
Tabel 9 Coeficients (a)
B Std. Error
SLAC
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUNGKAPAN ENTERPRISE RISK.......................................... (Dessy Natalia)
PEMBAHASAN
Variabel inancial slack (SLC), mempunyai signiikansi 0,593 > alpha (α=5%), sehingga H 4 ditolak. Variabel Variabel chief risk oficer (CRO), mempunyai sig-
inancial slack (SLC) mempunyai pengaruh positif
dan tidak signiikan terhadap variabel enterprise risk Variabel chief risk oficer (CRO) mempunyai pengaruh
niikansi 0,855 > alpha (α=5%), sehingga H 1 ditolak.
management. Hal ini menunjukkan bahwa inancial yang negatif dan tidak signiikan terhadap enterprise
slack kurang berpengaruh terhadap pengungkapan risk management. Hal ini mengindikasikan bahwa
ERM sehingga inancial slack kurang dapat digunakan keberadaan CRO belum mampu meningkatkan pen-
untuk memberikan mitigasi yang lebih besar terhadap gungkapan ERM yang efektif dan eisien. Hasil pene-
inancial distress. Kurang dapat memberikan mitigasi litian ini sejalan dengan Desender dan Lafuente (2013)
terhadap inancial distress, menyebabkan pengung- dan Beasley, Brandon dan Pagach (2013), Paape dan
kapan ERM menjadi tidak maksimal. Hasil penelitian Spekle (2012) dan Waweru dan Kisaka (2014) tetapi
ini sejalan dengan penelitian Pagach dan Warr (2010) berbeda dari Paape dan Spekle (2012) dan Waweru
dan Bertinetti, Cavezalli dan Gardenal (2013) tetapi dan Kisaka (2014).
berbeda dari Hyot dan Liebenberg (2010). Variabel opportunities growth (OGR), mempu-
Variabel earnings volatility (EVL), mempunyai nyai signiikansi 0.000 < alpha (α=5%), sehingga H 2 signiikansi - 0,860 > alpha (α=5%), sehingga H 5 di- diterima. Variabel opportunities growth (OGR) mem-
tolak. Variabel earnings volatility (EVL) mempunyai punyai pengaruh yang positif dan signiikan terhadap
pengaruh negatif dan tidak signiikan terhadap variabel enterprise risk management. Hal ini mengindikasikan
enterprise risk management. Hal ini menunjukkan bahwa pengungkapan ERM mampu meningkatkan
bahwa earnings volatility kurang berpengaruh ter- nilai shareholder (kepercayaan investor terhadap
hadap pengungkapan ERM sehingga kurang dapat perusahaan) melalui return saham. Semakin tinggi
dijadikan sebagai sinyal kepada investor mengenai opportunities growth maka semakin tinggi pula risk
risiko luktuasi laba. Kurang dapat dijadikan sinyal dan return saham. Dengan adanya pengungkapan ERM
kepada investor, menyebabkan pengungkapan ERM memberikan jawaban atas pengelolaan resiko ketika
menjadi tidak maksimal. Hasil penelitian ini sejalan perusahaan sedang berkembang/bertumbuh kepada
dengan Bertinetti, Cavezalli, dan Gardenal (2013) shareholder dan pemangku kepentingan. Hasil pene-
tetapi berbeda dari Hyot dan Liebenberg (2010). litian ini sejalan dengan Pagach dan Warr (2010) dan
Variabel leverage (LEV), mempunyai signii- Paape dan Spekle (2012) tetapi berbeda dari Waweru
kansi - 0.189 > alpha (α=5%), sehingga H 6 ditolak. dan Kisaka (2014).
Variabel leverage (LEV) mempunyai pengaruh negatif Variabel asset opacity (OPC), mempunyai sig-
dan tidak signiikan terhadap variabel enterprise risk
management. Hal ini menunjukkan bahwa leverage Variabel asset opacity (OPC) mempunyai pengaruh
niikansi 0,456 > alpha (α=5%), sehingga H 3 ditolak.
kurang berpengaruh terhadap pengungkapan ERM positif dan tidak signiikan terhadap variabel enter-
karena perusahaan yang memiliki leverage keuangan prise risk management. Hal ini menunjukkan bahwa
yang lebih rendah membuat perusahaan memutuskan adanya asset opacity yang dimiliki perusahaan kurang
untuk menurunkan proitabilitas inancial distress pe- berpengaruh terhadap pengungkapan ERM karena as-
rusahaan tersebut dengan mengurangi risiko keuangan. set opacity masih kurang dalam memberikan informasi
Menurunkan proitabilitas inancial distress, menye- tentang aset perusahaan yang kemungkinan mengalami
babkan pengungkapan ERM menjadi tidak maksimal. gangguan inancial distress sehingga tidak memitigasi
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Hyot risiko perusahaan. Informasi yang kurang dari asset
dan Liebenberg (2010) tetapi berbeda dari Beasley, opacity, menyebabkan pengungkapan ERM menjadi
Pagach dan Warr (2007), Pagach dan Warr (2010) dan tidak maksimal. Hasil penelitian ini sejalan dengan
Bertinetti, Cavezalli dan Gardenal (2013). Beasley, Pagach dan Warr (2007), Pagach dan Warr (2010) dan Bertinetti, Cavezalli dan Gardenal (2013) tetapi berbeda dari penelitian Hyot dan Liebenberg (2010).
JAM, Vol. 27, No. 3, Desember 2016: 165-181
SIMPULAN DAN SARAN
Contingencies”. Journal of International Man- agement. Denmark. Http://ssrn.com.
Simpulan
Ang, Andrew, G. Bekaert. 2004. Strock Ruturn Predict- Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan men-
ability: Is It There?. Columbia University and ganalisis pengaruh chief risk oficer, opportunities
NBER. August.
growth, asset opacity, inancial slack, earnings vola- tility dan leverage terhadap pengungkapan Enterprise
Anisa, Windi Gessy. 2012. “Analisis Faktor yang Risk Management (ERM). Berdasar enam hipotesis
Mempengaruhi Pengungkapan Manajemen yang diajukan, hanya empat hipotesis yang diterima
Risiko (Studi Empiris pada Laporan Tahunan dan dua hipotesis lainnya ditolak.
Perusahaan di BEI tahun 2010)”. Universitas Diponegoro.
Saran
BAPEPAM dan Lembaga Keuangan. KEP-134/ Peneliti menyadari adanya keterbatasan dalam pene-
BL/2006. Mengenai Kewajiban Penyampaian litian ini, salah satunya adalah mengenai penilaian
Laporan Tahunan Bagi Emiten Atau Perusa- yang subjektif dalam mengungkapkan enterprise risk
haan Publik.
management dari peneliti satu dengan yang lainnya. Peneliti juga mengemukakan beberapa saran yang
Baskin, J. 1989. “An Empirical Investigation of the dapat digunakan untuk semua pihak terutama yang
Pecking Order Hyphothesis”. Financial Man- akan melakukan penelitian serupa, yaitu 1) Pengung-
agement Spring, 26-35. kapan ERM dimensi COSO ERM framework dapat dipertahankan atau diganti dengan kriteria lain sesuai
Beasley, Mark., Pagach, Don., and Warr, Richard. dengan adopsi ERM terbaru seperti ISO 31000 yang
2007. “Information Conveyed in Hiring An- telah diterapkan oleh beberapa perusahaan mulai ta-
nouncements of Senior Executives Overseeing hun 2011; 2) Perlu mempertimbangkan sampel yang