Prakiraan usia individu melalui pemeriksaan gigi untuk kepentingan forensik kedokteran gigi

  Vol. 62, No. 3, September-Desember l 2013, Hal. 55-63 |

ISSN 0024-9548

  55 Prakiraan usia individu melalui pemeriksaan gigi

untuk kepentingan forensik kedokteran gigi

  

(Age estimation through dental examination in forensic denstistry)

  1 2 3 1 Adisty Setyari Putri , Benindra Nehemia dan Nurtami Soedarsono 2 Mahasiswa Program Magister Ilmu Kedokteran Gigi Dasar – Forensik Kedokteran Gigi 3 Departemen Radiologi Kedokteran Gigi

  Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Dasar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia Jakarta Pusat - Indonesia

  

Korespondensi (correspondence): Adisty Setyari Putri, Mahasiswa Program Magister Ilmu Kedokteran Gigi Dasar–Forensik Kedokteran Gigi, Fakultas

  Kedokteran Gigi, Universitas Indonesia. Jalan Salemba Raya No. 4 Jakarta Pusat 10430, Indonesia. E-mail: disty.setyari@gmail.com

  ABSTRACT

Background: In forensic cases where an individual cannot be visually identified in cases of decomposed, mutilated, incinerated,

or skeletal remains, it is necessary to use other methods of identification. Age estimation is one of forensic examinations that

assist the identification of an individual by narrowing down the search data. As the hardest and the most resistant body structure

to external influences, tooth can be used as a medium to estimate age. That is because tooth constantly undergoes development

and degenerative changes with age. Purpose: The purpose of this paper is to describe the advantages, limitations, and application

of the various methods of age estimation through teeth that best suits each forensic dentistry case. Several methods of age estimation

through tooth are by clinical, radiographic, histological, and biochemical methods. Review: Things that need to be considered in

selecting the method include the individual status (living or deceased), age category, type of case (single case or mass disaster),

the condition of tooth and supporting tissues, the location of the case, the availability of supporting facility and equipment, as

well as the culture and religion of the identified individuals. Conclusion: The success of age estimation through dental examination

is determined by the appropriate selection and the correct application of the method according to forensic dentistry case.

  Key words: age estimation, teeth, forensic dentistry case PENDAHULUAN

  Prakiraan usia dapat dilakukan pada individu Pemeriksaan forensik dalam kasus dimana usia hidup maupun mati. Pada individu mati, prakiraan kronologis seorang individu tidak diketahui karena usia merupakan bagian dari identifikasi korban mati identitas asli tidak ada ataupun adanya indikasi pada kasus pembunuhan, aborsi janin, ataupun 3,4 pemalsuan identitas, pemeriksaan forensik diperlukan 1 bencana massal. Dalam kasus bencana massal, untuk memprakiraan usia. Usia dapat diprakirakan prakiraan usia dapat menjadikan identifikasi korban karena bertambahnya usia seiring dengan lebih sederhana dengan mengelompokkan usia

  Putri dkk : Prakiraan usia individu melalui pemeriksaan gigi untuk kepentingan forensik kedokteran gigi

  Jurnal PDGI 62 (3) Hal. 55-63 © 2013 atau pemerkosaan. 3,4 Pembuktian hukum akan usia penting untuk menentukan apakah individu tersebut masih dalam kategori anak atau sudah dewasa, berkaitan dengan adanya perbedaan proses hukum atau peradilan pada anak dengan orang dewasa. 6 Prakiraan usia juga merupakan pembuktikan yang berharga ketika akta kelahiran tidak ada atau diragukan keasliannya. 7,8

  Bagian tubuh yang umumnya dipakai untuk memprakiraan usia adalah skeletal dan gigi. Kematangan skeletal sebagai media prakiraan usia memiliki keterbatasan karena hanya dapat memprakirakan usia pada rentang usia tertentu dengan simpangan baku usia yang besar. Sedangkan gigi sebagai media prakiraan usia memiliki beberapa keunggulan, salah satunya adalah dapat memprakirakan usia pada individu usia pranatal sampai usia dewasa. 9,10 Prakiraan usia melalui gigi dapat dilakukan dengan metode pemeriksaan klinis, radiografis, histologis, atau biokimiawi. 1 Tujuan penulisan ini adalah untuk memaparkan dan menganalisis keunggulan, keterbatasan, dan penerapan berbagai metode prakiraan usia melalui gigi agar dapat dipilih metode yang paling sesuai dengan kasus yang terjadi.

  Metode prakiraan usia melalui gigi

  Gigi digunakaan sebagai media yang bermanfaat dalam prakiraan usia karena berbagai keunggulannya. Gigi mengalami tahap pertumbuhan dan perkembangan, serta perubahan degeneratif yang terjadi pada usia tertentu, sehingga dapat digunakan sebagai indikator prakiraan usia individu dari sejak usia intrauterin sampai usia dewasa. 9,10 Tahap pertumbuhan dan perkembangan gigi sebagai indikator prakiraan usia lebih dikendalikan oleh faktor genetik dibandingkan dengan faktor lingkungan seperti nutrisi dan sosioekonomi. 10,11,12 Sehingga usia dental menunjukkan variasi yang lebih sedikit dibandingkan dengan tulang atau bagian tubuh lain. 11 Selain itu, gigi merupakan struktur tubuh yang paling keras dan resisten terhadap pengaruh eksternal, serta mengalami perubahan biologis yang paling sedikit sehingga dapat digunakan walaupun tubuh telah mengalami dekomposisi, mutilasi, terbakar, ataupun menjadi sisa rangka. 3,13 Gigi dapat menyediakan informasi mengenai identitas seorang individu karena cirinya yang khas. 13 Terdapat beberapa metode digunakan untuk menentukan usia dari gigi yaitu metode klinis, radiografis, histologis, dan biokimiawi. 1 Pemilihan metode tersebut berdasarkan pertimbangan status individu (hidup atau mati), kategori usia, jenis kasus (tunggal atau bencana massal), kondisi gigi dan jaringan pendukung, lokasi kasus, ketersediaan fasilitas dan peralatan penunjang, serta agama dan budaya yang dianut individu tersebut. Berbagai metode prakiraan usia beserta cara pengaplikasiannya disajikan dalam Tabel 1.

  Tabel 1. Berbagai metode prakiraan usia melalui gigi

  5 bulan intrauterin - 35 tahun (22 diagram) Gigi sulung dan permanen regio kanan rahang atas dan bawah

  Kalsifikasi, erupsi, resorpsi akar Membandingkan radiograf panoramik atau oblik lateral dengan atlas.

  a. Metode Radiografis Atlas Schour and Masseler (1941) Rentang Usia Rentang Usia Rentang Usia Rentang Usia Rentang Usia Gigi Gigi Gigi Gigi Gigi Bagian yg Diper Bagian yg Diper Bagian yg Diper Bagian yg Diper Bagian yg Diperiksa iksa iksa iksa iksa Car Car Car Car Cara Aplikasi a Aplikasi a Aplikasi a Aplikasi a Aplikasi Metode Metode Metode Metode Metode

  Putri dkk : Prakiraan usia individu melalui pemeriksaan gigi untuk kepentingan forensik kedokteran gigi

  Jurnal PDGI 62 (3) Hal. 55-63 © 2013 Gambar 2.

  Atlas kalsifikasi dan erupsi gigi geligi oleh Alqahtani. 15 28 minggu intrauteri - 23 tahun (31 diagram)

  Gigi sulung dan permanen regio kanan rahang atas dan bawah

  Kalsifikasi, resorpsi akar,dan erupsi gigi Membandingkan radiograf panoramik atau oblik lateral dengan atlas Atlas Schour and Masseler (1941)

  Rentang Usia Rentang Usia Rentang Usia Rentang Usia Rentang Usia Gigi Gigi Gigi Gigi Gigi Bagian yg Diper Bagian yg Diper

  Bagian yg Diper Bagian yg Diper Bagian yg Diperiksa iksa iksa iksa iksa Car Car

  Car Car Cara Aplikasi a Aplikasi a Aplikasi a Aplikasi

  Metode a Aplikasi Metode Metode Metode Metode

  Gambar 3. Atlas kalsifikasi dan erupsi gigi geligi oleh Blenkin and Taylor. 16 Prenatal – 25 tahun

  (18 diagram) Gigi sulung dan permanen regio kanan rahang atas dan bawah

  Kalsifikasi, resorpsi akar, dan erupsi gigi Membandingkan radiograf panoramik atau oblik lateral dengan atlas Atlas Blenkin -Taylor (2012)

  Gambar 4. Diagram perkembang gigi oleh Gustafson and Koch. 14 Intrauteri – 16 tahun Gigi sulung dan permanen regio kiri

  rahang atas dan kanan rahang bawah Kalsifikasi dan erupsi gigi dalam 4 tahap

  Membandingkan tahap kalsifikasi gigi dari radiograf panoramik atau periapikal dengan

  Diagram Gustafson dan Koch (1974) diagram Rentang Usia Rentang Usia Rentang Usia Rentang Usia Rentang Usia

  Gigi Gigi Gigi Gigi Gigi Bagian yg Diper Bagian yg Diper Bagian yg Diper Bagian yg Diper Bagian yg Diperiksa iksa iksa iksa iksa Car Car Car Car Cara Aplikasi a Aplikasi a Aplikasi a Aplikasi a Aplikasi Metode Metode Metode Metode Metode 3 – 16 tahun

  7 gigi permanen rahang bawah Kalsifikasi gigi dalam 8 tahap

  Menentukan tahap kalsifikasi gigi dari radiograf panoramik atau periapikal dengan gambar tahap kalsifikasi gigi yang dikonversi menjadi skor maturitas untuk mendapatkan usia dental dari skala horizontal atau tabel usia. Scoring Demirjian, et al (1973)

  Gambar 5. Delapan tahap kalsifikasi gigi pada sistem Demirjian (A to H). 17 5 sampai 15 tahun 7 gigi rahang bawah

  permanen kiri L = Panjang gigi (L1,

  L2), A = Jarak antara bagian dalam apikal terbuka (A1, A2)

  Menggunakan radiografi panoramik, jumlah dari apikal terbuka (s) dan jumlah gigi dengan perkembangan akar lengkap (N0). dimasukkan kedalam rumus:

  (g = 1 untuk laki-laki dan g = 0 untuk Metode Apikal Terbuka oleh Cameriere perempuan)

  Gambar 6. Pengukuran apikal oleh Cameriere 3, 18 Age = 8.971 + 0.375g + 1.631 x 5 + 0.674 N - 1.034 s - 0.176 s.N Putri dkk : Prakiraan usia individu melalui pemeriksaan gigi untuk kepentingan forensik kedokteran gigi

  Jurnal PDGI 62 (3) Hal. 55-63 © 2013

  Putri dkk : Prakiraan usia individu melalui pemeriksaan gigi untuk kepentingan forensik kedokteran gigi

  Jurnal PDGI 62 (3) Hal. 55-63 © 2013 Metode Metode Rentang Usia Rentang Usia Bagian yg Diper Bagian yg Diper iksa iksa Car Car a Aplikasi a Aplikasi Metode Metode Metode Rentang Usia Rentang Usia Rentang Usia Gigi Gigi Gigi Gigi Gigi Bagian yg Diperiksa Bagian yg Diper Bagian yg Diper iksa iksa Cara Aplikasi Car Car a Aplikasi a Aplikasi panjang pulp-root Menggunakan Metode rasio pulp-to-tooth oleh Kvaal et al 6 gigi rahang atas

  (R), panjang pulp- radiografi periapikal dan bawah, seperti intraoral, hitung nilai

  I1 dan I2 rahang tooth (P), panjang rata-rata dari semua atas, P2 rahang atas, tooth-root (T), lebar rasio selain T (M),

  I2 rahang bawah, C pulp-root pada CEJ (A), lebar pulp-root nilai rata-rata lebar rahang bawah, dan di pertengahan akar rasio B dan C (W) dan

  P1 (C) dan lebar pulp- nilai rata-rata panjang rasio P dan R (L)

  root pada titik

  tengah antara C dan dimasukkan pada A (B) rumus Age = 129.8 - (316.4 x M) (6.8 x (W - L))

  Gambar 7. Diagram pengukuran gigi

  pada metode Kvaal et 3 Metode Index coronal pulp cavity oleh al. Drusini Gigi premolar dan panjang (mm) Melalui radiograf molar rahang bawah mahkota gigi (CL, panoramik, hitung CL

  coronal length) dan dan CPCH, kemudian

  panjang (mm) dari masukkan ke dalam rongga pulpa rumus : koronal (CPCH, TCL = CPCH x 100

  coronal pulp cavity CL CL height) D M CPCH

  Diagram pengukuran gigi pada Gambar 8. 19 Perkembangan molar ketiga dengan metode Drusini z

  15.8 +/- 1.4 tahun Stage 1 = 15.8 +/- 1.4 metode Harris and Nortje 3 Gigi molar ketiga Panjang gigi tahun, 5.3 +/- 2.1 mm sampai dengan 19.2 rahang bawah

  • /- 1.2 tahun z z Stage 3 = 17.8 +/- 1.2 z Stage 4 = 18.5 +/- 1.1 tahun, 15.4 +/- 1.9 mm tahun, 12.9 +/- 1.2 mm Stage 2 = 17.2 +/- 1.2 tahun, 8.6 +/- 1.5mm

  z tahun, 16.1 +/- 2.1 mm Stage 5 = 19.2 +/- 1.2 Gambar 9. 5 tahap perkembangan akar gigi

  M3 rahang bawah metode Harris 3

  Jurnal PDGI 62 (3) Hal. 55-63 © 2013

  4. Dentin sekunder atau ruang pulp a

  Putri dkk : Prakiraan usia individu melalui pemeriksaan gigi untuk kepentingan forensik kedokteran gigi

  (4.14*P) + (3.71*C) + (5.57*R) + (8.98*T)

  1, 1.5, 2, 2.5, 3. Masukkan dalam formula :Age = 11.02

  6 kriteria yang sama tetapi berbeda dalam pembagian skoring yaitu 0, 0.5,

  Modifikasi metode Gustafson menggunakan

  C=Sementum apoptosis, T=Transparansi/ translusensi akar, R=Resorpsi akar

  S=Dentin sekunder, P=Paradontosis,

  Gambar 11. Metode Gustafson 21 Metode Johanson (1970) Gambar 11. Metode Johanson 21 Gigi insisivus A=Atrisi,

  Y= estimasi usia)

  Y = 3.52 X + 8.88 (X= total skor,

  Tetapkan skor 0-3 untuk masing-masing kategori berdasarkan perubahan yang terjadi. Skor keenam kategori dijumlahkan dan dimasukkan ke dalam formula berikut :

  Metode Histologi

  Rentang Usia Rentang Usia Rentang Usia Rentang Usia Rentang Usia Gigi Gigi Gigi Gigi Gigi Bagian yg Diper Bagian yg Diper Bagian yg Diper Bagian yg Diper Bagian yg Diperiksa iksa iksa iksa iksa Car Car Car Car Cara Aplikasi a Aplikasi a Aplikasi a Aplikasi a Aplikasi Metode Metode Metode Metode Metode

  3. Paparan dentin yang progresif

  Gambar 10. Skema atrisi oleh Miles (1962) 14 Sejak gigi M1

  2. Permukaan enamel yang sangat atrisi karena pemakaian

  1. Enamel belum terpakai atau belum atrisi

  Tentukan tahap atrisi :

  Menghitung jumlah gigi sulung di dalam mulut. Lalu dimasukkan ke dalam tabel berdasarkan jumlah gigi dan rata- rata usia

  4.47) Seluruh gigi sulung Gigi sulung yang sudah erupsi ke dalam rongga mulut

  6.8 bulan (SD 1.56) – 28.21 bulan (SD

  Metode Klinis Perhitungan Jumlah Gigi Erupsi 20

  C=Sementum apoptosis, T=Transparansi/ translusensi akar, R=Resorpsi akar Metode Gustafson (1950)

  S=Dentin sekunder, P=Paradontosis,

  Gigi insisivus A=Atrisi,

  Gigi Gigi Gigi Gigi Gigi Bagian yg Diper Bagian yg Diper Bagian yg Diper Bagian yg Diper Bagian yg Diperiksa iksa iksa iksa iksa Car Car Car Car Cara Aplikasi a Aplikasi a Aplikasi a Aplikasi a Aplikasi Metode Metode Metode Metode Metode

  Permukaan insisal dan oklusal gigi Metode Atrisi Gigi oleh Miles (1962) 14 Rentang Usia Rentang Usia Rentang Usia Rentang Usia Rentang Usia

  permanen erupsi Gigi molar pertama, kedua, dan ketiga

  • (5.14*A) + (2.3*S) +

  PEMBAHASAN

  Dentin, enamel, dan sementum gigi Rasio asam aspartat D/L pada gigi

  collagen).

  SP (soluble peptide), dan IC (insoluble

  amino acid),

  (HPLC). Rasio D/L diukur dalam tiga fraksi yaitu TAA (total

  Performance Liquid Chromatography

  Teknik kromatografi gas (GC) maupun High

  Metode Biokimiawi

  Akurasi dan ketepatan hasil yang didapat dari prakiraan usia berdasarkan gigi bergantung dari pemilihan metode yang paling sesuai dengan keadaan masing-masing kasus. Soomer et al. 23 menyatakan bahwa seorang dokter gigi forensik harus mengevaluasi setiap kasus prakiraan usia dan memilih satu atau beberapa metode yang paling sesuai dengan kasus karena keakuratan dan ketepatan adalah tujuan utama. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan metode prakiraan usia adalah status individu (hidup atau mati), kategori usia individu, jumlah individu yang akan diidentifikasi usianya, jenis kasus tunggal atau bencana massal, ketersediaan gigi dan jaringan pendukung, lokasi kasus, ketersediaan sarana dan perangkat prakiraan usia, serta budaya dan agama yang dianut individu yang akan diidentifikasi. Setiap metode prakiraan usia melalui gigi memiliki keunggulan dan keterbatasan yang ditentukan berdasarkan pertimbangan pemilihan metode tersebut, sehingga setiap metode prakiraan usia memiliki pasangan kasus masing-masing.

  Rentang Usia Rentang Usia Rentang Usia Rentang Usia Rentang Usia Gigi Gigi Gigi Gigi Gigi Bagian yg Diper Bagian yg Diper Bagian yg Diper Bagian yg Diper Bagian yg Diperiksa iksa iksa iksa iksa Car Car Car Car Cara Aplikasi a Aplikasi a Aplikasi a Aplikasi a Aplikasi Metode Metode Metode Metode Metode

  Pada individu dengan kategori usia anak dan remaja dimana sedang terjadi pertumbuhan dan perkembangan, metode yang paling sesuai adalah secara klinis dengan menghitung jumlah gigi sulung yang sudah erupsi pada usia 6 bulan sampai 2,5 tahun. 20 Pemeriksaan radiografis melalui metode atlas dan diagram Gustafson dan Koch sesuai untuk diaplikasikan pada usia pertumbuhan dan perkembangan gigi sulung dan permanen pada usia 6 bulan sampai 16 tahun. 14,16,24 Antara usia 3-16 tahun, dapat digunakan metode scoring Demirjian dan metode apikal terbuka oleh Cameriere. 17,18 Pada usia 17-23 tahun, metode perkembangan gigi molar ketiga oleh Harris dan Nortje dapat diaplikasikan. 3 Metode penilaian volume gigi permanen dapat

  (USG) pada fetus, sedangkan pada individu mati dengan pemeriksaan radiografi ekstraoral panoramik.

  ultrasonography

  Kategori usia individu juga menjadi pertimbangan dalam pemilihan metode prakiraan usia. Pada individu usia prenatal hanya dapat dilakukan pemeriksaan radiografis dengan melihat tahap pembentukan dan perkembangan gigi sulung karena pada usia tersebut hanya gigi sulung yang sedang berkembang dan belum erupsi yang dapat dinilai. Metode yang dapat diaplikasikan adalah metode atlas Schour and Masseler, atlas Alqahtani, atlas Blenkin-Taylor, dan diagram Gustafson dan Koch. 14,16,24 Pada individu usia prenatal yang hidup, prakiraan usia dilakukan dengan pemeriksaan

  Prakiraan usia berdasarkan gigi pada individu hidup umumnya menggunakan metode non-invasif yang tidak melibatkan ekstraksi gigi. Metode yang dapat digunakan adalah pemeriksaan klinis dan radiografis. Secara klinis, pemeriksaan jumlah gigi sulung yang sudah erupsi dapat diaplikasikan apabila individu masih anak-anak atau menggunakan metode atrisi oleh Miles apabila individu berusia remaja sampai dewasa. 14,20 Pada individu hidup, metode radiografis manapun dapat digunakan dengan menyesuaikan dengan usia individu. Apabila menggunakan semua metode pemeriksaan yaitu secara klinis, radiografis, histologis, maupun biokimawi dikarenakan pada individu mati dapat dilakukan ekstraksi.

  Rasemisasi asam aspartat 22 Putri dkk : Prakiraan usia individu melalui pemeriksaan gigi untuk kepentingan forensik kedokteran gigi Jurnal PDGI 62 (3) Hal. 55-63 © 2013

  Kategori usia dewasa (21 tahun keatas) dimana telah terjadi perubahan struktur gigi, metode prakiraan usia individu yang sesuai adalah dengan pemeriksaan histologis dengan melihat perubahan struktur gigi oleh Gustafson ataupun Johanson, dan pemeriksaan secara biokimiawi dengan rasemisasi asam aspartat apabila gigi dapat diekstraksi atau pada individu mati. 21,22 Pada individu hidup, pemeriksaan yang sesuai adalah pemeriksaan radiografis dengan penilaian volume gigi oleh Drusini maupun Kvaal karena pada usia tersebut sudah terjadi perubahan pada volume gigi permanen, dan metode klinis dengan melihat pola dan derajat atrisi gigi oleh Miles. 3,14,19

  Pertimbangan lainnya dalam pemilihan metode prakiraan yang sesuai adalah jumlah individu yang akan diidentifikasi dan jenis kasus yang terjadi (tunggal atau bencana massal). Pada kasus tunggal dimana hanya satu individu yang akan diidentifikasi, maka dapat dilakukan beberapa metode pemeriksaan sekaligus karena cukupnya waktu untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Pada kasus bencana masal dimana individu yang akan diidentifikasi dalam jumlah banyak, maka harus dipilih satu metode yang paling sesuai dan memungkinkan dengan waktu yang tersedia. Contohnya pada kasus bencana alam gunung meletus atau kecelakaan kapal laut, maka dapat menggunakan pemeriksaan radiografis atau klinis yang lebih sederhana dan memakan waktu lebih singkat dibandingkan metode histologis dan biokimiawi yang memerlukan persiapan khusus dan memakan waktu lebih lama. Disamping itu, teknologi radiografi digital juga memungkinkan penyingkatan waktu pemerikasaan karena tidak memerlukan pencucian film.

  Ketersediaan sarana dan perangkat prakiraan usia serta lokasi kasus dimana individu diidentifikasi juga merupakan pertimbangan yang penting. Saat ini sudah tersedia pesawat sinar-X portable yang dapat dibawa untuk pemeriksaan radiografis intraoral sehingga dapat digunakan dilokasi manapun contohnya untuk metode penilaian volume gigi atau metode perkembangan molar ketiga yang menggunakan radiograf intraoral. 3,19 Namun, untuk pemeriksaan radiografis ekstraoral belum ada perangkat radiografi portable sehingga apabila di lokasi tidak tersedia perangkat tersebut atau tidak banyak di daerah pedalaman, maka pemeriksaan yang sesuai adalah secara biokimiawi atau histologis pada satu gigi yang diekstraksi untuk dibawa dan dilakukan pemerikasaan di tempat yang memungkinkan tersedianya sarana dan peralatan identifikasi, karena tidak dimungkinkannya membawa perangkat radiografis ataupun membawa seluruh skeletal. Pada kasus dimana tidak ada sarana pemeriksaan secara radiografis, histologis, dan biokimiawi, maka satu-satunya metode yang dapat digunakan adalah metode klinis dengan perhitungan jumlah erupsi gigi dan pola erupsi gig pada individu usia anak sampai remaja, dan metode pola dan derajat atrisi pada individu usia dewasa. 14,20

  Pertimbangan selanjutnya adalah budaya dan agama yang dianut individu yang akan diidentifikasi. Apabila budaya dan agama tidak memperbolehkan ekstraksi gigi pada individu yang telah mati, maka pemeriksaan secara histologis dan biokimiawi pada satu gigi yang memerlukan prosedur ekstraksi tidak dapat dilakukan. Pilihan metode prakiraan yang sesuai pada kondisi ini adalah dengan metode non-invasif seperti pemeriksaan klinis dan radiografis.

  Ketersediaan gigi dan jaringan pendukungnya juga merupakan hal yang penting untuk dipertimbangkan. Pada kasus dimana rahang individu tidak utuh atau hanya terdapat 1 atau beberapa gigi saja, contohnya pada kasus bom terorisme atau kecelakaan pesawat, maka metode prakiraan usia yang sesuai adalah dengan pemeriksaan secara histologis dan biokimiawi pada satu gigi, atau pemeriksaan radiografis metode penilaian volume gigi pada satu gigi yang ditemukan. 21,3,22

  Apabila pada individu yang akan diidentifikasi tidak ada gigi yang tersisa atau tersedia, maka dapat dilakukan metode prakiraan usia lainnya berdasarkan skeletal seperti melalui derajat penutupan sutura, bersatunya epifisis dengan diafisis pada tulang panjang, osifikasi tulang pipa, morfologi simfisis pubis, morfologi aurikularis pubis yang disesuaikan dengan skeletal yang ditemukan. 9 Apabila memungkinkan, lebih baik menggunakan lebih dari satu metode prakiraan usia berdasarkan gigi atau kombinasi metode prakiraan berdasarkan gigi dan skeletal. Aspek yang penting

  Putri dkk : Prakiraan usia individu melalui pemeriksaan gigi untuk kepentingan forensik kedokteran gigi

  Jurnal PDGI 62 (3) Hal. 55-63 © 2013 reabilitas prakiraan usia. 23 Tidak menutup kemungkinan, adanya hal lain yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan metode prakiraan usia saat dihadapkan pada kasus tertentu misalnya jumlah sumber daya manusia sebagai investigator, kemampuan dokter gigi forensik, ketersediaan dana dan waktu, dan lain sebagainya.

  Dapat disimpulkan bahwa masing-masing metode prakiraan usia berdasarkan gigi memiliki keunggulan, keterbatasan, dan indikasi penerapan yang disesuaikan dengan kondisi masing-masing kasus forensik kedokteran gigi. Akurasi dan ketepatan hasil prakiraan usia bergantung dari pemilihan metode yang tepat dan penerapan sejumlah metode yang berbeda apabila memungkinkan. Saat ini, berbagai penelitian mengenai prakiraan usia melalui gigi telah banyak dilakukan, maka seorang dokter gigi forensik harus terus mengIkuti dan mempelajari jurnal ilmiah yang melaporkan penelitian baru agar dapat menambah kemampuan dalam memprakirakan usia sehingga didapatkan hasil yang maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

  17. Liversidge HM. The assessment and interpretation of Demirjian, Goldstein and Tanner’s dental maturity.

  Jurnal PDGI 62 (3) Hal. 55-63 © 2013

  23. Senn DR, Stimson PG. Forensic dentistry second Putri dkk : Prakiraan usia individu melalui pemeriksaan gigi untuk kepentingan forensik kedokteran gigi

  22. Kumar KK. Dental age estimation using amino acid racemization. Indian J Dent Res 2008; 19(2): 172-74.

  68.

  Dental Age Estimation of Adults: A Review of Methods and Principals. Res J Med Sci 2008; 2(5): 258-

  21. Stavrianos C, Mastagas D, Stavrianou I, Karaiskou O.

  88.

  20. Nystroma M, Peckb L, Kleemola-Kujala E, Evalahti M, Kataja M. Age estimation in small children: reference values based on counts of deciduous teeth in Finns. Forensic Science International 2000; 110:179-

  19. Drusini AG. The coronal pulp cavity index: A forensic tool for age determination in human adults. Cuad Med Forensic 2008; 53-54(235-249).

  Int J Legal Med 2006; 120: 49–52.

  18. Cameriere R, Ferrante L, Cingoloni M. Age estimation in children by measurement of open apices in teeth.

  Annals of Human Biology 2012; 39(5): 412-13.

  16. Blenkin M, Taylor J. Age estimation charts for a modern Australian population. Forensic Science International 2012; 221: 106-12.

  1. Harschaft EE, Alder ME, Ord DK, Rawson RD, Smith ES. Manual of forensic odontology. 4 th ed. American Society of Forensic Odontology 2007; 53-74.

  15. AlQahtani S J, Liversidge HM, Hector MP. Atlas of tooth development and eruption. American Journal of Physical Anthropology 2010; 143(3): 481-90.

  14. Meinl AM. The application of dental age estimation methods: comparative validity and problems in practical implementation. University of Vienna; 2007. 1-8.

  13. Blenkin M. Forensic dentistry and its application in age estimation from the teeth using a modified Demirjian system . The University of Sydney; 2005. 113-68.

  12. Jeevan MB, Kale AD, Angadi PV, Hallikerimath S. Age estimation by pulp/tooth area ratio in canines: Cameriere’s method assessed in an Indian sample using radiovisiography. Forensic Science International 2011; 204: 209.e1-09.e5.

  11. Kýrzýog Z, Ceyhan D. Accuracy of different dental age estimation methods on Turkish children. Forensic Science International 2012; 216: 61–7.

  10. Sarkar S, Kailasam S, Mahesh Kumar P. Accuracy of estimation of dental age in comparison with chronological age in Indian population e A comparative analysis of two formulas. J Forensic and Legal Medicine 2012; 1-4.

  9. Indriati E. Antropologi forensik: identifikasi rangka manusia, aplikasi antropologi biologis dalam konteks hukum. Yogyakarta: Gajah Mada University Press; 2010. p. 59-78.

  7. Maber M, Liversidge HM, Hector M.P. Accuracy of age estimation of radiographic methods using developing teeth. Forensic Science International 2006; 159: 68-73.

  6. Republik Indonesia. Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 3. Jakarta: Sekretariat Negara RI; 1997.

  “http://www.interpol.int/INTERPOL-expertise/ Forensics/DVI-Pages/Forms.

  4. Cameriere R, Ferrante L, Belcastro M. Age estimation by pulp/tooth ratio in canines by periapical X-rays. J Forensic Sci 2007; 52: 166-170.

  3. Panchbhai AS. Dental radiographic indicators, a key to age estimation. Dentomaxillofacial Radiology 2011; 40: 199-212.

  2. Rajan SY, Nandita M, Prabhuraj BK, Vikas P. Age estimation based on chronological stages of mandibular third molar development. Annals and Essences of Dentistry 2010; 2(4): 239-43.