MAKALAH KAJIAN KAIDAH TAFSIR KOSA KATA T

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr wb.
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji hanya milik Allah, Tuhan sekalian alam.
Dimana atas rahmat dan hidayahnya, pembuatan makalah ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya. Tidak lupa shalawat serta salam, semoga tetap tercurah limpahkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad saw, yang telah membawa kita dari zaman jahiliyyah
menuju zaman yang terang benderang, yakni Addinul Islam. Dan saya juga mengucapkan
banyak-banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan
pembuatan makalah ini, do’a, semangat, dan dukungan moril yang selalu mengiringi setiap
hari.
Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk menambah pengetahuan para rekan
mahasiswa dalam mempelajari mata kuliah tentang Kajian Kaidah Tafsir (Kosa-Kata). Dalam
makalah ini, saya akan membahas tentang surat al-Fajr ayat 29-30 dalam tiga kajian tafsir,
yang pertama, yakni Tafsir Klasik, yang kedua, Tafsir Kontemporer dan yang terakhir Tafsir
Nusantara. Namun, saya tetap menyadari, bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
sebab kesempurnaan hanya milik Allah swt. Dan dalam makalah ini, tentu saja masih perlu
banyak perbaikan, baik dalam bentuk penyajian maupun penggunaan bahasa. Oleh sebab itu,
saran dan kritik yang membangun sangat saya harapkan untuk dapat menyempurnakan
makalah ini nantinya. Sekian, saya ucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya.
Wa’alaikumsalam wr wb.


1

DAFTAR ISI
Kata Pengantar...................................................................................................................1
Daftar Isi............................................................................................................................2
BAB I: Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah...............................................................................3
B. Ruang Lingkup Bahasan...............................................................................3
BAB II: Pembahasan
A. Biografi/Profil Masing-masing Pengarang Kitab.........................................4
B. Penafsiran Surat Al Fajr ayat 29-30:.............................................................9
1. Tafsir Klasik............................................................................................9
2. Tafsir Kontemporer...............................................................................11
3. Tafsir Nusantara....................................................................................13
C. Analisis Penulis..........................................................................................14
BAB III: Penutup
A. Kesimpulan................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA

2


BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang Masalah
Bersyukur kita kepada Tuhan karena 37 surat yang terakhir dalam susunan
surat yang 114 di dalam Al Qur’an dan yang sanggup kita menghafalnya dan
kerapkali kita membacanya didalam sembahyang. Pada surat-surat pendek ini terdapat
ilmu pengetahuan yang mendalam dan jitu. Banyak sekali pengajaran terkandung
didalamnya untuk dijadikan pedoman dalam kehidupan kita. Dengan kata-kata pendek
dan tegas, mengeni sasaran sebagai yang selalu didapat pada surat-surat yang turun di
Makkah, kita dapat mengambil pengetahuan yang banyak dari dalamnya.1
Sekali lagi kita bersyukur kepada Allah karena surat-surat yang 37 banyaknya,
terkandung didalam juz 30, yang mengandung berbagai soal; soal hidup, soal kiamat,
soal tolong menolong sesama manusia, soal pemeliharaan anak yatim, menyantuni
fakir-miskin, bahkan sampai kepada semangat menghadapi perang dengan kuda yang
tangkas berlaripun disuruh menjadi perhatian kita. Kelak di satu ketika
dibayangkanlah perjalanan kafilah di musim panas ke Thaif dan di musim dingin ke
negeri Syam, yang dengan sendirinya menimbulkan semangat berusaha. Didekat itu

dibayangkan betapa Allah mempertahankan RumahNya yang suci daripada maksud
jahat musuh-musuhNya.2

B.

Ruang Lingkup Bahasan
a.

Mengetahui profil pengarang kitab-kitab tafsir Klasik, Kontemporer, dan
Nusantara

b.

Mengetahui penafsiran surat Al-Fajr ayat 29-30 dalam tiga kajian tafsir

1 Amrullah, Abdulkarim, Abdulmalik. Tafsir Al-Azhar.1982. Pustaka Panjimas: Jakarta
2 Ibid. 4-5

3


BAB II
PEMBAHASAN
Sebelum sampai kepada inti pembahasan, penulis akan sedikit mengulas tentang
makna hakikat yang akan kita bahas dalam materi kali ini. Sesuai dengan kaidah yang
berbunyi:

‫حمل نصوص الوحي على الحقيقة‬
Dimana kaidah ini menjelaskan tentang kewajiban menggunakan dan menafsirkan teks sesuai
dengan makna hakikat dan lahirnya, karena asal hukum perkataan adalah apa yang terucap.
Bisa disimpulkan bahwa makna hakikat adalah makna asal/asli, yang biasanya kita cari dalam
kamus bahasa Arab.3
Berdasarkan kaidah ini, jika ada pertentangan antara ulama ahli tafsir dalam
menafsirkan ayat Al-Qur’an tentang penggunaan makna hakikat dan majaz, maka yang
dibenarkan adalah mereka yang menggunakan makna hakikat.4
Berikut ini merupakan biografi/profil singkat para Mufassir:
A.

Biografi/Profil singkat Pengarang Kitab-kitab Tafsir Klasik, Tafsir Kontemporer
dan Tafsir Nusantara


1.

Biografi/Profil Pengarang Kitab Tafsir Klasik
a.

Ibnu Katsir
Nama lengkap Ibnu Katsir adalah Amam Ad-Din Abu Al-Fida Ismail

Ibnu Amar Ibn Katsir Ibn Zara’ Al-Bushrah Al-Dimasiqy. 5 Beliau lahir di desa
Mijdal dalam wilayah Bushra (Basrah) pada tahun 700 H/1301 M. oleh karena
itu, ia mendapat predikat “Al-Bushrawi” (orang Basrah).6 Ibn Katsir adalah
anak dari Shihab Ad-Din Abu Hafsah Amar Ibn Katsir Ibn Dhaw Ibn Zara’ AlQuraisyi, yang merupakan seorang ulama terkemuka pada masanya. Ayahnya
bermadzhab Syafi’I dan pernah mendalami madzhab-madzhab Hanafi. Dalam
usia kanak-kanak, setelah ayahnya wafat, Ibn Katsir dibawa kakaknya (Kamal
Ad-Din Abd Al-Wahhab) dari desa kelahiranya ke Damaskus. Di kota inilah
dia tinggal hingga akhir hayatnya. Karena perpindahan ini, ia mendapat
predikat Dimasyqi (orang Damaskus).
Ibn Katsir mendapat gelar keilmuannya dari para ulama sebagai
kesaksian atas keahliannya dalam beberapa bidang ilmu yang digeluti, antara
3 Hasan, Kholiq, Abdul, Mohammad. Kaidah-kaidah Tafsir Al Qur’an. 2013. EFUDE PRESS: IAIN

Surakarta. Hlm: 66
4 Ibid. Hlm: 66
5 Adz-Dzahabi, Husein, Muhammad. At-Tafsir wa Al-Mufassirin. 1985. Maktabah Wahbah: Mesir. Jilid
II. Hlm: 242
6 Al Qaththan, Manna, Khalil. Studi-studi Ilmu Al-Qur’an. 1990. Lintera Antara Nusa: Jakarta. Hlm:
386

4

lain ia mendapat gelar seorang ahli sejarah, pakar hadits.7 Dalam menjalani
kehidupan, Ibn Katsir didampingi oleh seorang istri yang bernama Zainab
(puteri Mizzi) yang masih sebagai gurunya. Setelah menjalani kehidupan yang
panjang, pada tanggal 26 Sya’ban 774 H bertepatan dengan bulan Februari
1373 M pada hari Kamis, Ibnu Katsir meninggal dunia. Karya-karyanya antara
lain, At Tafsir, Al Bidayah wa An Nihayah, As Sirah, dsb.
b.

Ibn Jarir At Thabari
Nama lengkap Ibn Jarir At Thabari ini adalah Muhammad Ibn Jarir Ibn


Yazid Ibn Khalid At Thabari.ada yang menyatakan Muhammad Ibn Jarir Ibn
Yazid Ibn Katsir Ibn Galib at-Thalib.8 Ada juga yang menyebut Muhammad
Ibn Jarir Ibn Yazid Ibn KAsir al Muli At Thabari yang bergelar Abu Ja’far.
At Thabari lahir di Amul, senuah wilayah profinsi Tabaristan pada
tahun 224 H/838 M (ada juga yang menyatakan tahun225 H/839 M).
Kemudian dia hidup dan berdomisili di Baghdad hingga wafatnya, yaitu pada
tahun 310 H/923 M, pada hari Sabtu, kemudian dimakamkan pada hari Ahad
dirumahnya pada hari keempat akhir Syawal 310 H (ada yang berpendapat
wafatnya Ahad dan dimakamkan hari senin hari kedua akhir bulan Syawal) da
nada juga yang berpendapat hari ketujuh akhir bulan Syawal.
Ayah At Thabari, Jarir Ibn Yazid adala seorang ulama, dan dialah yang
turut membentuk At Thabari menjadi seorang yang menggeluti di bidang
agama. Ayahnya pulalah yang memeperkenalkan dunia ilmiah kepada At
Thabari dengan membawanya belajar pada guru-guru didaerahnya sendiri,
mulai dari belajar Al Qur’an hingga ilmu-ilmu lainnya. Dengan ketekunan
dalam belajar At Thabari hfal Al Qur’an pada usia tujuh tahun, kemudian pada
usia 8 tahun sering dipercaya masyarakat untuk menjadi imam shalat dan
pada umur 9 tahun ia mulai gemar menulis hadits Nabi.
c.


Al Qurthubi
Nama lengkapnya adalah Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad bin
Abi Bakar bin Farh al Anshari al Khazraji al Andalusi al Qurthubi. Beliau
adalah salah seorang mufassir yang dilahirkan di Cordoba, Andalusia,
(Spanyol). Beliau juga adalah salah seorang ulama yang bermadzhab Maliki.
Setelah tinggal di Cordoba, kemudian beliau pindah ke Mesir dan menetap
disana. Kemudian beliau meninggal dunia di kota Mesir pada malam senin
7 Ibid. Hlm: 386
8 Adz Dzahabi, Husein, Muhammad. At Tafsir wa Al Mufassirun. 1984. Dar al-Kutub: Beirut. Jilid 1.

Hlm: 3

5

tanggal 9 Syawal tahun 671 H. makam beliau berada di kota Elmeniya sebelah
Timur sungai Nil, sampai sekarang makam beliau sering di ziarohi oleh
banyak orang.9 Sedangkan pada sumber yang lain disebutkan bahwa beliau
meninggal dunia di kota Manniyah Ibn Hasib Andalusia.
Beliau adalah salah seorang ulama yang shaleh yang terkenal dan
sangat zuhud dalam urusan dunia, bahkan beliau sudah mencapai tingkatan

Ma’rifatullah beliau lebih banyak menyibukkan diri dalam urusan akhirat.
Keseharian beliau hanya dihabiskan dengan beribadah, belajar dan berkarya.
Dalam kitab al Tafsir wa al Mufassirun disebutkan bahwa al Qurthubi adalah
seorang imam yang cerdas dan mempunyai pengetahuan yang luas. Dari
karya-karyanya yang banyak menunjukkan betapa banyak seumbangsih
pemikiran yang telah diberikan dan keutamaannya.
d.

Ibnu Abbas
Ibnu Abbas memiliki nama lengkap Abdullah bin Abbas bin Abdul

Muthalib bin Abdi Manaf al Quraisyi al Hasyimi. Beliau dilahirkan ketika bani
Hasyim berada di Syi’b. dari beliau inilah berasal silsilah khalifah dinasti
Abbasiyyah.10 Ibu beliau bernama Ummul Fadhl Lubabah binti al Harits Al
Hilaliyah. Belau lahir tiga tahun sebelum hijrah Nabi Muhammad saw ke
Madinah dan berumur tiga belas tahun ketika Nabi Muhammad saw wafat.
Dalam sebagian riwayat disebutkan, beliau berbadan gemuk, putih dan tinggi.
Beliau adalah seorang yang pandai dan fasih berbicara.
2.


Biografi/Profil Singkat Pengarang Kitab-kitab Tafsir Kontemporer
a.

Quraish Shihab
Nama lengkap adalah Muhammad Quraish Shihab. Ia lahir tanggal 16

Februari1944 di Rappang, Sulawesi Selatan. Ia berasal dari keluarga
keturunan Arab yang terpelajar ayahnya, Prof. Abdurrahman Shihab adalah
seorang ulama dan guru besar dalam bidang tafsir. Abdurrahman Shihab
dipandang sebagai salah seorang ulama, pengusaha dan politikus yang
memiliki

reputasi

baik

dikalangan

Masyarakat


Sulawesi

Selatan.

Kontribusinya dalam bidang pendidikan terbukti dari usaha membina
duaperguruan tinggi di Ujung Pandang yaitu Universitas Muslim Indonesia
(UMI), sebuah perguruan tinggi swasta terbesar di kawasan Indonesia bagian
Timur, dan IAIN Alauddin Ujung Pandang. Ia juga tercatat sebagai Rektor

9 Al-Qurthubi. Al Jami’ Li Ahkam al Qur’an. 2006. Muassasah Al Risalah: Libanon. Juz 1
10 Al Qaththan, Manna, Khalil. 2007: 522.

6

pada kedua perguruan tinggi tersebut: UMI 1959-1965 dan IAIN 1972-1977.11
Karya-karyanya antara lain: Tafsir al Manar, Membumikan Al Qur’an,
Mukjizat Al Qur’an, dan Wawasan Al Qur’an.
b.

Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy
T. M Hasbi ash Shiddieqy merupakan seorang ulama Indonesia yang

terkenal. Beliau memiliki kepakaran dalam bidang ilmu fiqh dan ushul fiqh,
tafsir, hadits, dan ilmu kalam. T. M Hasbi Ash Shiddieqy telah dianugerahkan
dua gelar Doctor Honoris Cause sebagai penghargaan atas jasa-jasanya
terhadap perkembangan Perguruan Tinggi Islam dan perkembangan ilmu
pengetahuan keislaman Indonesia. Anugerah tersebut diperolehnya dari
Universitas Islam Bandung dan (UNISBA) pada 22 Maret 1975, dan dari
IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta pada tanggal 29 Oktober 1975.
Prof. Dr. T. M Hasbi ash Shiddieqy dilahirkan di Lhokseumawe pada
10 Maret 1904. Ayahnya Teungku Qadhi Chik Maharaja Mangkubumi Husein
Ibn Muhammad Su’ud, adalah seorang ulama terkenal di kampungnya dan
mempunyai sebuh pondok. Ibunya Teungku Amrah binti Teungku Chik
Maharaja Mangkubumi Abdul Aziz, merpakan anak seorang Qadi Kesultanan
Aceh ketika itu. Menurut silsilah, Hasbi ash Shiddieqi adalah keturunan Abu
Bakar ash Shiddiq (573-13/634 M) yaitu khalifah yang pertama. Beliau
merupakan generasi ke 37 dari Abu Bakar ash Shiddiq. Adapun karya-karya
beliau adalah: al Islam jilid I dan II, Kriteri antara Sunnah dan Bid’ah, dan
Dasar-dasar kehakiman dalam Pemerintahan Islam (Sejarah Peradilan
Islam).
c.

Sayyid Quthb
Nama lengkapnya adalah Sayyid Quthb Ibrahim Husain Syadzili. Dia

dilahirkan pada tanggal 9 Oktober 1906 M di kota Asyut, salah satu daerah di
Mesir. Dia adalah salah seorang ulama besar yang hidup di era modern atau
kontemporer. Ayah beliau bernama al Haj Quthb Ibrahim, ia adalah seorang
petani sekaligus seorang politikus dari partai nasionalis yang mana di
rumahnyalah sering diadakan rapat, baik rapat yang bersifat umum maupun
rapat yang bersifat rahasia hanya untuk beberapa orang saja, serta diskusidiskusi para aktivis partai yang sering berkumpul. Rumah Sayyid Quthb juga
menjadi pusat informasi Nasional dan Internasional. Dilihat dari sini Sayyid
Quthb telah terbiasa dengan lingkungan politik sejak kecil, maka adalah hal
11 Shihab, Quraish, M. Membumikan Al Qur’an. 1992. Mizan: Bandung

7

yang wajar Sayyid Quthb dewasapun terjun ke dunia politik, walaupun bukan
sebagai tokoh politik akan tetapi sebagai pengkritis tokoh politik. Pada tahun
1965, Sayyid Quthb divonis hukuman gantung atas tuduhan-tuduhan
perencanaan menggulingkan pemerintahan Gamal Abdul Nasher.
3.

Biografi/Profil Pengarang Kitab-kitab Tafsir Nusantara
a.

Hamka
Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau yang lebih dikenal dengan

nama Hamka, dilahirkan disebuah desa yang bernama tanah sirah yang
terdapat di negeri sungai Batang di tepi danau Maninjau, pada tanggal 13
Muharram 1362 H. bertepatan dengan tanggal 16 Februari 1908 M.
Hamka dibesarkan dalam keluarga yang alim, ayahnya bernama Syaikh
Abdul Karim Amrullah. Hamka mengawali pendidikan dengan membaca Al
Qur’an bertempat dirumahnya ketika mereka sekeluarga pindah dari Maninjau
ke Padang Panjang. Pada tahun 1914 M setahun kemudian ketika berusia 7
tahun ia dimasukkan ayahnya ke sekolah desa.
Pada tahun 1916 M, Hamka dimasukkan ayahnya ke sekolah Diniyah
di pasar Usang Padang Panjang, dua tahun kemudian tepatnya pada tahun
1918 M, ketika beliau berusia 10 tahun, ayahnya mendirikan sekolah pondok
pesantren di Padang Panjang yang bernama Pondok Pesantren Sumatera
Thawalib. Keinginan timbul agar anaknya (Hamka) kelak menjadi ulama
seperti dia. Hamka dimasukkan ke pesantren ini dan berhenti dari sekolah
desa. Karya-karyanya antara lain: Meranau ke Deli, Dibawah Lindungan
Ka’bah, Di dalam Lembah Kehidupan, dsb.
b.

Bisri Musthafa
Lahir pada tahun 1915 M di kampung Sawahan Gg. Palen Rembang,

Jawa Tengah. Ia adalah anak dari pasangan H. Zainal Musthafa dan Chodijah.
Mashadi adalah nama asli Bisri Musthafa yang kemudian diganti menjadi
Bisri aetelah menunaikan haji. Bisri Musthafa adalah anak pertama dari empat
bersaudara. Sejak kecil ia sudah menunjukkan kecerdasan yang luar biasa dan
dari orang tuanya, ia memperoleh dasar-dasar pendidikan agama Islam.
c.

Muhammad Adnan
Shauman, nama kecil Muhammad Adnan, lahir pada hari Kamis

Kliwon tanggal 6 Ramadlan1818, bertepatan dengan tanggal 16 Mei 1889, di
dalam rumah Pengulon (tempat kediaman penghulu) di Kampung Kauman
Surakarta. Orang tuanya adalah Kanjeng Raden Penghulu Tafsir Anom V,
8

sebagai ulama bangsawan sebagai abdi dhalem (pegawai) Keraton Surakarta.
Tafsir Anom V memangku jabatan Pengulu (qadli) ketika Sri Susuhunan Paku
Buwana IX (1861-1893) berkuasa.
Tafsir Anom V adalah keturunan Tafsir Anom IV, yang menjabat
penghulu semasa pemerintahan Sri Susuhunan Paku Buwana VII-IX. Kalau
dirunut silsilahnya maka akan sampai pada Sultan Syah Alam Akbar III (R.
Trenggono), Sultan Demak Terakhir.
Muhammad Adnan merupakan seorang penulis aktif, baik dalam
bentuk bahasa Indonesia, maupun bahasa Jawa, diantara karangannya adalah
Tafsir Al Qur’an Suci Basa Jawi, Kitab Hidayatul Islam, dsb.
B.

Penafsiran Surat Al Fajr Ayat 29-30 dalam tiga kajian Tafsir
1.

Tafsir Klasik
a.

Tafsir Ibnu Katsir
Dikatakan dalam tafsirnya, bahwa ‫ وادخلى جنتى‬.‫فادخلى فى عبدى‬

memiliki penafsiran, “Maka masuklah kedalam jama’ah hamba-hambaKu,
dan masuklah kedalam surgaku”, hal ini dikatakan ketika sakaratul maut dan
di hari kiamat nanti . dan, sebagaimana malaikat memberikan kabar gembira
kepadanya ketika dia sekarat dan ketika bangkit dari kubur, maka demikian
pula di hari kiamat nanti.
Diriwayatkan oleh al Hafizh Ibnu Asakir Dalam biografi Rawahah
binti Abi Amr al Auza’I dengan sanadnya dari Abu Umamah Bahwa
Rasulullah saw brsabda:

‫قل اللهم اني أسألك نفسا بك مطمئنة تؤمن بلقائك وترضى بقضائك وتقنع بعطائك‬
“Katakanlah, ya Allah, aku memohon kepadaMu jiwa yang tenang dan
keimanan akan pertemuan denganMu, ridla atas ketentuanMu, dan rasa puas
atas pemberianMu”.12
b.

Tafsir at Thabari
Firmannya, ‫ وادخلى جنتي‬.‫“ فادخلى فى عبدى‬Maka masuklah kedalam

jama’ah hamba-hambaKu, dan masuklah ke dalam surgaKu”.
Para ahli tafsir berbeda pendapat mengenai maknanya.
Sebagian mengatakan bahwa maknanya adalah, maka masuklah
kedalam golongan hamba-hambaKu yang shalih, dan masuklah kedalam
surgaKu. Riwayat yang sesuai dengan pendapat ini adalah:
12 AR Rifa’I, Muhammad Nasib. Taisiru al Aliyyul Qadir li Ikhtishari Tafsir Ibnu Katsir. 2000. Gema
Insani: Jakarta

9

37367 Bisyr menceritakan kepada kami , ia berkata: Yazid menceritakan
kepada kami, ia berkata: Sa’id menceritakan kepada kami dari
Qatadah, tentang firmanNya, ‫“ فادخلى فى عبدى‬Maka masuklah ke
dalam jama’ah hamba-hambaku”, ia berkata “(maksudnya adalah),
masuklah ke dalam golongan hamba-hambaku yang shalih. ‫وادخلى‬

‫‘ جنتى‬Dan masuklah ke dalam surgaKu’.
Ada yang mengatakan bahwa maknanya adalah maka masuklah ke
dalam ketaatan kepadaKu, dan masuklah kedalam surgaKu. Riwayat
yang sesuai dengan pendapat ini adalah:
37368 Abu Kuraib menceritakan kepada kami, ia berkata: Waki menceritakan
kepada kami dari Nu’aim bin Dhamdham, dari Muhammad bin
Muzahim, saudaranya Adh Dhahhak bin Muzahim, tentang firmanNya,

‫“ فادخلى فى عبدي‬Maka masuklah ke dalam jama’ah hambahambaKu”, ia berkata, “(Maksudnya adalah) ke dalam ketaatan
kepadaKu”, ‫“ واخلى جنتى‬Dan masuklah ke dalam surgaKu”, yakni
Rahmatku”
Sebagian ahli bahasa Arab, dan warga Bashrah menyatakan bahwa
makna firmanNya, ‫“ فادخلى فى عبدى‬Maka masuklah ke dalam jama’ah
hamba-hambaKu”, adalah, maka masuklah ke dalam kelompokKu.
Diriwayatkan dari sebagian salaf, bahwa ia membacanya ‫فادخلى فى‬

‫ واخلى جنتى‬.‫ عبادى‬riwayat yang menyebutkan ini adalah:
37369 Ahmad bin Yusuf menceritakan kepada kami, ia berkata: Al Qasim bin
Sallam menceritakan kepada kami, ia berkata: Hajjaj menceritakan
kepada kami dai Harun, dari Aban bin Abi Iyasy, dari Sulaiman bin
Qattah, dari Ibnu Abbas, ia membacanya ‫ فادخلى عبدى‬dalam bentuk
kata tunggal.
37370 Khallad bin Aslam menceritakan kepada kami, ia berkata: An Nadhr
bin Syamuil mengabarkan kepada kami dari Harun A Qari, ia berkata:
Hilal menceritakan kepadaku dari Abu Asy-Syaikh Al Hana’I (tentang
Qira’at Ubay) ‫ وادخلي جنتي‬.‫ فادخلي في عبدي‬yakni, roh kembali
kepada jasad.

10

Qira’at yang benar dalam hal ini adalah dengan makna, maka
masuklah ke dalam golongan hamba-hambaKu yang shalih, itulah kesepakatan
hujjah qurra’ terhadapnya.13
c.

Tafsir Al Qurthubi
Hasan berkata, “kembalilah kamu kepada pahala Tuhanmu dan

kemuliaanNya”. Abu Shalil berkata, “Makna ayat: Kembalilah kamu kepada
Allah. Ini ketika tiba kematian. “ ‫‘ فادخلى فى عبدى‬Maka masuklah ke dalam
jama’ah hamba-hambaKu’ maksudnya, masuklah ke dalam jasad hambahambaKu. Dalilnya adalah Qira’ah Ibn Abbas RA dan Ibn Mas’ud RA Ibn
Abbas RA berkata: “ini pada hari kiamat” ini juga dikatakan oleh Adh
Dhahhak.
Jumhur ulama berpendapat bahwa surga adalah negeri keabadian yang
merupakan tempat tinggal orang-orang yang berbakti , negeri orang –orang
shalih dan orang-orang pilihan. Makna ‫ عبدى‬adalah kedalam golongan orangorang shaleh dari hamba-hambaKu. Sebagaimana Allah swt berfirman,
“Benar-benar akan kami masukkan mereka ke dalam (golongan) orang-orang
yang shalih. (QS Al Ankabut[29]: 9) Al Akhfasy berkata, “maksud ‫في عبدي‬
adalah (ke dalam golonganKu). Makna ini sama dengan di atas. Maksudnya
bergabunglah kamu ke dalam rombongan mereka. Firman Allah Ta’ala
selanjutnya, ‫“ وادخلى جنتى‬Dan masuklah ke dalam surgaKu”, bersama
mereka.14
d.

Tafsir Ibnu Abbas

.‫)فادخلى فى عبادى( فى زمرة اولياء )وادخلى جنتى( التى أعدت لك‬
“(Masuklah ke dalam golongan hamba-hambaKu)” Di dalam
kelompok yang pertama. “(Dan masuklah ke dalam surgaKu)” yang telah di
siapkan bagi kalian.15
2.

Tafsir Kontemporer
a.

Tafsir al Mishbah
Menurut Quraish Shihab, lafadz ‫فادخلى فى عبدى واخلى جنتى‬

maksudnya, ayat yang lalu menguraikan penyesalan manusia durhaka, serta
siksa atau rasa takutnya. Ayat diatas menggambarkan keadaan manusia ynag
13 Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Ath Thabari. Jami’ al Bayan an Ta’wil Ayi Al Qur’an. 2009.
Pustaka Azzam: IKAPI DKI Jakarta
14 Al Qurthubi, Syaikh Imam. Al Jami Li Ahkaam Al Qur’an. 2009. Pustaka Azzam: IKAPI DKI
Jakarta
15 Ibnu Abbas. Tanwirul Miqbas Min Tafsir Ibn Abbas. Darul Fakir

11

taat. Kalau ayat yang lalu melukiskan ucapan yang menyesal. Ayat diatas
melukiskan, sambutan Allah kepada yang taat, allah berfirman menyerunya
ketika ruhnya akan meninggalkan badannya atau ketika ia bangkit dari
kuburnya: Hai jiwa yang tenang lagi merasa aman dan tentram karna banyak
berdzikir dam mengingat Allah kembalilah yakni wafat dan bangkitlah di hari
kemudian kepada Tuhan pemelihara dan pembimbing, dengan hati yang tulus,
ikhlas, rela yakni puas dengan ganjaran Ilahi dirdlo’I oleh Allah bahkan
seluruh makhluk, maka karena itu masuklah kedalam kelompok hamba-hamba
Ku yang taat lagi memperoleh kehormatan dariKu, dan masuklah ke dalam
surgaKu yang telah Ku Persiapkan bagi mereka yang taat.16
b.

Tafsir An Nur

‫“ فادخلى فى عبدى‬Karena itu masuklah ke dalam golongan hambahambaKu. Karena itu masuklah kamu ke dalam golongan hamba-hambaKu
yang memuliakan dan bergabunglah kamu dengan mereka itu. Sebab, kamu
telah mengerjakan apa yang mereka kerjakan.

‫“ وادخلى جنتى‬Dan masuklah ke dalam surgaKu”. Rasakanlah nikmatnikmat surge yang belum pernah kamu lihat, belum pernah kau dengar, dan
belum pernah terbesit di dalam hatimu.17
c.

Tafsir Fi Zhilalil Qur’an

‫“ فادخلى فى عبدى‬Masuklah ke dalam jama’ah hamba-hambaKu”
yang dekat kepadaKu dan pilihan, untuk mendapatkan kedekatan ini ‫وادخلى‬

‫“جنتى‬Masuklah ke dalam surgaKu” di bawah naungan dan rahmatKu.
Ini adalah kelemahlembutan yang menyenangkan ruh-ruh ahli surga
sejak panggilan pertama, “Hai jiwa yang tenang” terhadap Tuhannya, yang
tenang menempuh jalannya, dan tenang terhadap qadar Allah. Juga tenang di
waktu senang dan di waktu susah, di waktu lapang dan di waktu sempit, di
waktu terhalang dan di waktu mendapatkan pemberian, tenang tanpa ragu.
Jiwa yang tenang tanpa menyimpang, tanpa bergoncang di jalan, dan tanpa
merasa takut pada hari yang menakutkan dan mengerikan.
Selanjutnya ayat-ayat tersebut mencurahkan nuansa keamanan,
keridloan, kepuasan dan ketenangan. Irama musikalnya yang landau dan teduh
sekitar pemandangan itu mengesankan kasih sayang, kedekatan, dan
ketenangan. Itulah surge dengan napas-napas keridloan dan keteduhannya
16 Shihabs, Quraish. Tafsir al Mishbah. 2006. Lentera Hati: Jakarta
17 Ash Shiddieqy, Hasbi, Muhammad, Teungku. Tafsir Al Qur’anul Majid An Nur. 2000. Pustaka Rizki
Putra: Semarang

12

yang turun dari celah-celah ayat-ayat ini. tempat padanya tempat pengawasan
Tuhan yang agung dan indah.18
3.

Tafsir Nusantara
a.

Al Ibriz

(‫فيرا كاوول كو كاع صالح‬-‫فادخلى فى عبدى )معكا ملبوها سيرا اع دالم كولوعان فيرا‬
.‫ووع صالح ماهو‬-‫وادخلى جنتى )لن ملبوها سيرا اع سواركا اعسون( برع كارو ووع‬
“Maka masuklah kamu kedalam golongan hamba-hambaKu yang shalih”
(ayat 29). “Dan masuklah kamu kedalam surgaKu” (ayat 30)19
b.

Tafsir Al Qur’an Suci
(Sira malebua golongane para kawulaningsun kang becik) ‫فادخلى فى‬

‫( عبدى‬Lan malebua ing suwarga ingsun)‫وادخلى جنتى‬.20
c.

Tafsir Al Azhar
(Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hambaKu) ‫فادخلى‬

‫( فى عبدى‬Dan masuklah ke dalam surgaKu)‫وادخلى جنتى‬
“Dan masuklah ke dalam golongan hamba-hambaKu” (ayat
29). Disana telah menunggu hamba-hambaKu yang lain, yang sama
taraf perjuangan hidup mereka dengan kamu; bersama-sama ditempat
yang tinggi dan mulia. Bersama para Nabi, para Rasul, para Shiddiqin,
dan Syuhadaa. Itulah semuanya yang sebaik-baik teman.
“Dan masuklah ke dalam surgaKu” (ayat 30). Disitulah kamu
berlepas, menerima cucuran nikmat yang tiadakan putus-putus dari
Tuhan; Nikmat yang belum pernah mata melihatnya, belum pernah
telinga mendengarnya, dan lebih dari apa yang dapat dikhayalkan oleh
hati manusia.21

18 Quthb, Sayyid. Tafsir Fi zhilalil-Qur’an. 2001. Gema Insani Press: Jakarta
19 Bisri, Musthafa. Al Ibriz: Ma’rifati Tafsiril Qur’anil ‘Aziz. 1960. Menara Kudus: Rembang
20 Adnan, Muhammad. Tafsir Al Qur’an Suci. 1990. PT Al Ma’arif: Bandung
21 Amrullah, Abdulkarim, Abdulmalik. Tafsir Al Azhar. 1982. Pustaka Panjimas: Jakarta

13

C.

Analisis Penulis
Apabila melihat dari keseluruhan tafsir, penulis berkesimpulan bahwasanya
hampir tidak ada perbedaan antara satu tafsir dengan tafsir yang lain. Sebab, yang
penulis tangkap dari semua tafsir yang membahas surat al Fajr ayat 29-30 dari segi
makna hakikat memiliki makna yang hampir serupa. Hanya terdapat sedikit
perbedaan tentang pemaknaan lafadz ‫ فى عبادى‬ada yang mengartikan maknanya
adalah golongan, dan adapula yang mengartikan maknanya dengan jama’ah. Dan
disini penulis lebih memilih untuk memakai makna golongan, dengan dasar dari tafsir
Munir Al Zuhaili

‫فادخلى فى عبادي في جملة أو في زمرة عبادي الصا لحين المقربين المكرمين‬
mayoritas ulama juga memaknai dengan makna golongan.
Wallahu’alam bishshoab

22 Zuhaili, Imam. Tafsir Munir Zuhaili.

14

22

dan

BAB III
PENUTUP
A.

Kesimpulan
Sudah menjadi kewajiban bagi kita untuk menjaga kemurnian Al Qur’an dari
orang-orang yang tidak bertanggung jawab, yang mungkin memiliki niat buruk untuk
menghancurkan Islam. Sebagai penerus perjuangan, seorang calon mufassir haruslah
mengetahui dan mampu menguasai kaidah-kaidah yang digunakan dalam menafsirkan
ayat-ayat al Qur’an. Apabila tidak, sudah tentu dapat dipastikan bahwa penafsirannya
tersebut justru dapat menjadi boomerang untuk dirinya sendiri dan juga orang lain.

15

DAFTAR PUSTAKA
Amrullah, Abdulkarim, Abdulmalik. Tafsir al Azhar. 1982. Pustaka Panjimas: Jakarta
Hasan, Kholiq, Abdul, Mohammad. Kaidah-kaidah Tafsir Al Qur’an. 2013. EFUDE PRESS:
IAIN Surakarta
Adz Dzahabi, Husein, Muhammad. At Tafsir wa Al Mufassirun. 1985. Maktabah Wahbah:
Mesir. Jilid II
Al Qaththan, Manna, Kholil. Studi-studi Ilmu Al Qur’an. 1990. Lintera Antara Nusa: Jakarta
Adz Dzahabi, Husein, Muhammad. At Tafsir wa Al Mufassirun. 1984. Dar al Kutb: Beirut.
Jilid I
Al Qurthubi. Al Jami’ Li Ahkam Al Qur’an. 2006. Muassasah al Risalah: Libanon. Juz I
Shihab, Quraish, M. Membumikan Al Qur’an. 1992. Mizan: Bandung
Ar Rifa’I, Muhammad Nasib. Taisiru al Aliyyul Qadir li Ikhtishari Tafsir Ibnu Katsir. 2000.
Gema Insani: Jakarta
Abu Ja’far Muhammad bin Jarir At Thabari. Jami’ al Bayan an Ta’wil Ayi Al Qur’an. 2009.
Pustaka Azzam: IKAPI DKI Jakarta
Al Qurthubi, Syaikh Imam. Al Jami’ li Ahkam Al Qur’an. 2009. Pustaka Azzam: IKAPI DKI
Jakarta
Ibnu Abbas. Tanwirul Miqbas Min Tafsir Ibnu Abbas. Darul Fakir
Shihab, Quraish. Tafsir Al Mishbah. 2006. Lentera Hati: Jakarta
Ash Shiddieqy, Hasbi, Muhammad, Teungku. Tafsir Al Qur’anul Majid An Nur. 2000.
Pustaka Rizki Putra: Semarang
Quthb, Sayyid. Tafsir Fi Zhilalil Qur’an. 2001. Gema Insani Press: Jakarta
Bisri, Musthafa. Al Ibriz: Ma’rifati Tafsiril Qur’anil ‘Aziz. 1960 Menara Kudus: Rembang
Adnan, Muhammad. Tafsir Al Qur’an Suci. 1990. PT Al Ma’arif: Bandung
Zuhaili, Imam. Tafsir Munir Zuhaili.

16