Aedes aegypti and Culex quinquefasciatus Larvae

  Uji Daya Bunuh Ekstrak..................... (Rina Isnawati, et. al) Uji Daya Bunuh Ekstrak Daun Nerium oleander L. Terhadap Larva Nyamuk Aedes aegypti dan Culex quinquefasciatus The Efficacy of Nerium oleander L. Leaves Extract Against Aedes aegypti and Culex quinquefasciatus Larvae Rina Isnawati*, Murni, Nelfita Balai Litbang P2B2 Donggala, Badan Litbang Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI Jl. Masitudju No.58 Labuan Panimba, Labuan, Donggala, Sulawesi Tengah, Indonesia

  INFO ARTIKEL A B S T R A C T / A B S T R A K The use of synthetic larvacide can be harmful to enviroment. It also can lead to larvacide Article History: resistance. One of the alternatives to reduce the negative impact of synthetic larvacide is Received: 28 Oct. 2015 organic larvacide from plant, such as Nerium oleander L. The aim of study was to Revised: 7 Dec.. 2015 determine the efficacy of N.oleander leaves extract against Aedes aegypti and Culex Accepted: 10 Dec. 2015 quinquefasciatus larvae which was measured by LC and LC . The third instar larvae of 50 90 Ae. aegypti and Cx. quinquefasciatus were used for the study which were divided into 10

  Keywords: groups. In addition, there were one positive control group with Bacillus thuringiensis and larvacide one negative control with water. The results showed that the LC and LC for Ae. aegypti 50 90 Nerium oleander were and 2,67% respectively whereas the LC and LC for Cx. quinquefasciatus were 50 90 Aedes aegypti 0,14% and 0,71% respectively. Moreover, there was a mean difference in the death of

  Culex quinquefasciatus larvae between Ae. aegypti and Cx. quinquefasciatus (p-value=0.006). Extract of N. oleander leaves were more effective against Cx. quinquefasciatus larvae than Ae. aegypti larvae.

  Penggunaan larvasida sintesis sangat merugikan masyarakat seperti pencemaran Kata kunci: lingkungan dan menyebabkan resistensi. Alternatif untuk mengurangi dampak negatif larvasida tersebut adalah dengan menggunakan larvasida nabati yang berasal dari tanaman

  Nerium oleander yaitu Nerium oleander L. Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan besarnya daya

  Aedes aegypti bunuh ekstrak daun Nerium oleander yang ditunjukkan dengan LC dan LC . Larva 50 90 Culex quinquefasciatus nyamuk yang digunakan adalah larva nyamuk Aedes aegypti dan Culex quinquefasciatus yang telah mencapai instar III yang dibagi menjadi 10 kelompok perlakuan dengan kontrol positif (Bacillus thuringiensis) dan kontrol negatif (Air). Hasil penelitian menunjukkan bahwa LC dan LC untuk Ae. aegypti masing-masing adalah 0,68% dan 50 90 2,67%, sedangkan LC dan LC untuk Cx. quinquefasciatus masing-masing adalah 50 90 0,14% dan 0,71%, dan terdapat perbedaan kematian yang bermakna antara

  Ae. aegypti dan Cx. quinquefasciatus (p-value=0.006 ). Ekstrak daun N. oleander lebih efektif terhadap larva nyamuk Cx. quinquefasciatus dari pada Ae. aegypti.

  © 2015 2015 Jurnal Vektor Penyakit. All rights reserved.

  • Alamat Korespondensi : email : rina_isnawati@yahoo.com

  PENDAHULUAN DBD merupakan penyakit infeksi tular

  vektor yang sering menyebabkan Kejadian Indonesia merupakan negara tropis

  Luar Biasa (KLB) dan tidak sedikit yang terbesar di dunia. Iklim tropis menyebabkan menyebabkan kematian. Untuk kasus DBD di adanya berbagai penyakit tropis yang Sulawesi Tengah berdasarkan hasil Riskesdas disebabkan oleh nyamuk diantaranya adalah 2007 didapatkan prevalensi sebesar 1,1%,

  Demam Berdarah Dengue (DBD) dan 1 lebih tinggi dari angka prevalensi nasional filariasis. Nyamuk Aedes aegypti adalah 2

  (0,6%). Filariasis adalah penyakit kronik yang penular penyakit Demam Berdarah Dengue, ditularkan melalui beberapa gigitan nyamuk, sedangkan nyamuk sebagai vektor filariasis 3 salah satunya adalah Culex quinquefasciatus adalah dari genus Culex dan Aedes. d a n d a p a t m e nye b a b k a n ke c a c a t a n . Umumnya penyakit ini diketahui setelah timbul gejala klinis dan kronis. Prevalensi filariasis di Sulawesi Tengah berdasarkan hasil Riskesdas 2007 adalah 1,4‰, di atas 4 angka prevalensi nasional (1,1‰).

  Pengendalian vektor telah banyak dilakukan dengan berbagai cara dan salah satu cara yang terpenting adalah dengan 5 memutus rantai penularan. Sampai saat ini pengendalian masih di titik beratkan pada penggunaan insektisida kimia karena lebih efektif, mudah aplikasinya dan hasilnya dapat d i k e t a h u i d e n g a n c e p a t . S e i r i n g p e r k e m b a n g a n j a m a n d a n a d a n y a penggunaan insektisida yang berulang telah menimbulkan masalah baru yaitu timbulnya r e s i s t e n s i v e k t o r d a n p e n c e m a r a n 6 lingkungan. Metode pengendalian vektor yang paling efektif adalah dengan membunuh larvanya. Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu dilakukan usaha untuk mendapatkan larvasida alternatif yaitu menggunakan larvasida nabati dari tanaman yang mempunyai kandungan beracun terhadap serangga pada stadium larva. Beberapa penelitian tanaman sebagai larvasida telah dilakukan diantaranya adalah ekstrak biji mimba (Azadirachta indica) terhadap

  quinquefasciatus, sehingga diharapkan dapat

  Daun N. oleander diperoleh dari wilayah Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah. Determinasi dilakukan di Herbarium Bogoriense LIPI Bogor. Daun yang sudah dikeringkan dihaluskan dengan blender dan diayak

  Pembuatan Ekstrak Daun Oleander

  ditetaskan di laboratorium sehingga diperoleh keadaan yang stabil.

  quinquefasciatus diambil dari alam dan

  Larva nyamuk Ae. aegypti (Instar III) diperoleh dari Instalasi Hewan Coba Balai Litbang P2B2 Donggala. Telur nyamuk Cx.

  BAHAN DAN METODE Penyediaan Larva Nyamuk

  memberikan alternatif pengendalian vektor penyakit menggunakan larvasida nabati.

  P e n e l i t i a n i n i b e r t u j u a n u n t u k menentukan besarnya daya bunuh ekstrak daun N. oleander sebagai larvasida nabati dengan menentukan LC dan LC terhadap 50 90 l a r v a n y a m u k A e . a e g y p t i d a n C x .

  Ae. aegypti, ekstrak etanol minyak akar wangi (Vetiveria zizanoides) terhadap Ae. aegypti, Culex sp, Anopheles sundaicus, ekstrak daun

  dibandingkan ekstrak menggunakan air dengan nilai LC setelah 24 dan 48 jam 50 masing-masing sebesar 102,54 dan 61,11 12 ppm.

  quinquefasciatus hasilnya lebih tinggi

  ekstrak etanol daun oleander terhadap larva nyamuk Ae. aegypti diperoleh LC sebesar 50 10,11 197,97 mg/L. Penelitian yang dilakukan oleh Raveen menggunakan ekstrak hexan bunga oleander terhadap larva nyamuk Cx.

  stephensi, Komalamisra menggunakan

  Fakoorziba menggunakan ekstrak daun dan bunga N. oleander terhadap Anopheles

  larvasida nabati masih perlu dikembangkan mengingat banyak tanaman yang tidak dikenal secara umum ternyata memiliki manfaat dan nilai ekonomis yang cukup 2 tinggi. Tanaman Oleander N. oleander banyak dijumpai di Sulawesi Tengah sebagai tanaman hias di pekarangan rumah maupun di pinggir jalan. Tanaman tersebut berpotensi sebagai larvasida nabati karena bersifat toksik. Menurut Inchem, 2005 dalam Goktas, 2007 bahwa N. oleander banyak mengandung senyawa beracun, yang paling tinggi kandungannya adalah oleandrin dan nerin 8 sebagai glikosida jantung. Bagian tanaman N. oleander yang dapat digunakan sebagai insektisida adalah akar, batang, kulit batang, daun dan bunga, tetapi yang paling sering digunakan adalah daunnya karena paling banyak mengandung oleandrin. Zat tersebut bekerja sebagai racun perut dan penghambat daya makan larva. Racun perut akan mempengaruhi metabolisme larva setelah memakan racun, kemudian racun akan masuk ke dalam tubuh dan dicerna dalam saluran tengah yang kemudian diedarkan bersama cairan yang fungsi seperti darah. Racun yang terbawa cairan tersebut akan mempengaruhi sistem saraf larva dan 9 kemudian akan menimbulkan kematian. Beberapa penelitian telah dilakukan terhadap tanaman N. oleander yaitu penelitian

  Ae. aegypti. Penelitian tanaman sebagai

  teklan (Eupatorium riparium) terhadap 1,2,7

  Jurnal Vektor Penyakit, Vol. 9 No. 2, 2015 : 59–64 sehingga diperoleh serbuk halus. Serbuk halus kemudian diekstraksi dengan metode perkolasi, menggunakan pelarut etanol 70% 13 pada suhu kamar. Ekstrak ditampung dalam erlenmeyer, hasil ekstrak kemudian diuapkan sehingga diperoleh ekstrak kental. Ekstraksi dilakukan di Balai Besar Tanaman Obat dan Obat Tradisional Tawangmangu diperoleh sebesar 15,04%.

  Uji Pendahuluan

  meningkat seiring dengan meningkatnya konsentrasi ekstrak daun N. oleander.

  Setelah 24 Jam Perlakuan

  Gambar 1 . Data Kematian Larva Nyamuk Ae. aegypti dan Cx. quinquefasciatus

  kematian 90% pada konsentrasi 2,67%. Hal ini berarti konsentrasi 0,68% dan 2,67% memberikan pengaruh kematian pada larva

  N. oleander juga mampu menyebabkan

  Selanjutnya pada Gambar 2 dapat dilihat nilai LC sebesar 0,68% dan LC sebesar 50 90 2,67%, artinya pengaruh yang disebabkan oleh ekstrak daun N. oleander mampu menyebabkan kematian 50% larva Ae. aegypti pada konsentrasi 0,68%, ekstrak daun

  konsentrasi terendah 0,2% dan mematikan 100% pada konsentrasi 1,2%; 1,8%; 2%.

  Cx. quinquefasqiatus sebesar 64% pada

  Ekstrak tersebut mampu menyebabkan kematian larva Ae. aegypti sebesar 44% pada konsentrasi terendah 0,4% dan mematikan 100% hewan uji pada konsentrasi 2,2%, sedangkan rata-rata kematian larva nyamuk

  Ae. aegypti dan Cx. quinquefasqiatus semakin

  Larutan uji dibuat dengan melarutkan ekstrak daun oleander sesuai dengan konsentrasi yang diinginkan sampai volume 100 ml masing-masing diisi 25 larva nyamuk. Percobaan dilakukan di mangkuk plastik yang 1 4 telah diisi larva nyamuk instar III. Konsentrasi yang digunakan pada larva nyamuk Ae. aegypti adalah 0.4% , 0.6%, 0.8%, 1%, 1.2%, 1.4% (b/v) diperoleh LC :0.781% 50 dan LC :1.617%, sedangkan pada larva 90 nyamuk Cx. quinquefasqiatus digunakan konsentrasi 1.4%, 1.6%, 1.8%, 2%, 2.2%, 2.4% (b/v) diperoleh LC :0.87% dan LC :1.31% 50 90 Uji Larvasida

  Berdasarkan Gambar 1 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata kematian larva nyamuk

  Hasil pengukuran suhu ruangan selama o pengujian berkisar rata-rata 27 C, merupakan kondisi yang sesuai untuk pertumbuhan larva. Sementara pH medium kontrol dan larutan uji selama pengujian rata-rata tujuh dan kelembaban 68%.

  HASIL

  LC dan LC serta dilakukan uji T-test untuk 50 90 menghitung perbedaan kematian pada larva nyamuk Ae. aegypti dan Cx. quinquefasciatus.

  Pengamatan dilakukan dengan cara menghitung jumlah kematian larva nyamuk setelah 24 dan 48 jam perlakuan untuk penentuan nilai LC dan Lc . Uji statistik yang 50 90 digunakan adalah uji probit untuk mencari

  Keterangan: t : Jumlah perlakuan (10 konsentrasi ekstrak daun N. oleander) n : Jumlah Ulangan (diperoleh ulangan sebanyak empat kali)

  (t -1) (n - 1) 15

  Larva nyamuk yang dipakai adalah larva nyamuk Ae. aegypti dan Cx. quinquefasciatus dibagi menjadi 10 kelompok perlakuan dengan kontrol positif Bacillus thuringiensis (H-14) dan air sebagai kontrol negatif. Masing-masing kelompok perlakuan terdiri dari 25 larva instar III akhir dengan konsentrasi N. oleander, untuk Ae. aegypti yaitu (0,4;0,6;0,8;1;1,2;1,4;1,6;1,8;2;2;2)%. Konsentrasi uji untuk Cx. quinquefasciatus adalah (0,2;0,4;0,6;0,8;1;1,2;1,4;1,6;1,8;2)%. Pengamatan dilakukan 24 jam setelah perlakuan. Untuk menghitung banyaknya ulangan (replikasi) di hitung menggunakan 15 rumus Federer.

  Uji Daya Bunuh Ekstrak..................... (Rina Isnawati, et. al)

  Jurnal Vektor Penyakit, Vol. 9 No. 2, 2015 : 59–64 Tabel 1 . Kematian Ae. aegypti dan Cx.

  Ae. aegypti. Hasil uji probit pada larva nyamuk quinquefasciatus setelah 24 Jam Cx. quinquefasciatus diperoleh nilai LC 50 Perlakuan sebesar 0,14% dan LC sebesar 0,71%. 90 Pengaruh yang disebabkan oleh ekstrak daun

  Mean Jenis Nyamuk p-value 95%

  N. oleander mampu menyebabkan kematian Kematian Aedes 16,8(5,1) 0,006 1,8-9,6 Culex 22,5 (2,8)

  50% pada konsentrasi 0,14% dan juga mampu m e n y e b a b k a n k e m a t i a n 9 0 % p a d a Berdasarkan Tabel 1. hasil uji T-test konsentrasi 0,71%. menunjukkan adanya perbedaan kematian yang nyata antara larva nyamuk Ae. aegypti dan Cx. quinquefasqiatus dengan p-value 0,006(<0,05).

  PEMBAHASAN

  Kematian larva nyamuk meningkat seiring meningkatnya konsentrasi ekstrak daun N. oleander, hal ini menunjukkan dan memastikan bahwa ekstrak tersebut bersifat toksik. Pada penelitian ini suhu, pH dan kelembaban masih pada batas normal, maka

  Gambar 2 . Nilai LC dan Lc Ekstrak Daun 50 90

  kecil kemungkinan larva nyamuk dalam Oleander terhadap Larva Nyamuk penelitian ini mati disebabkan oleh pengaruh

  Ae. aegypti dan Cx. quinquefasciatus luar seperti suhu, pH dan kelembaban. setelah 24 Jam Perlakuan

  Hal tersebut sesuai dengan penelitian Asiah yang menyatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun Nephelium

  lappaceum maka semakin tinggi pula rata-rata 16

  kematian larva nyamuk Ae. aegypti. Adanya perbedaan atau variasi pada jumlah kematian larva nyamuk disebabkan oleh adanya variasi sensitifitas dan resistensi dari setiap larva terhadap bahan aktif yang terdapat dalam ekstrak.

  Senyawa bioaktif yang terkandung dalam ekstrak daun N. oleander merupakan penyebab kematian larva karena senyawa bioaktif tersebut sebagai zat toksik. Kematian larva disebabkan oleh ketidakmampuan larva

  Gambar 3 . Nilai LC dan Lc Ekstrak Daun 50 90

  dalam mendetoksifikasi senyawa toksik yang

  N. Oleander terhadap Larva Nyamuk 7

  masuk ke dalam tubuhnya. Berdasarkan hasil

  Ae. aegypti dan Cx. quinquefasciatus

  pengamatan, larva uji memperlihatkan gejala

  setelah 48 Jam Perlakuan

  kegelisahan yang ditandai dengan gerakan- gerakan naik turun pada media uji, sedangkan Selanjutnya pada Gambar 3. merupakan pada kontrol, larva menunjukkan kondisi hasil pengamatan yang dilakukan sampai 48 istirahat di permukaan membentuk sudut jam setelah perlakuan. Nilai LC dan LC pada 50 90 tertentu. pengamatan 48 jam lebih kecil dibandingkan

  Berdasarkan hasil penelitian, ekstrak pada pengamatan 24 jam setelah perlakuan, daun N. oleander lebih efektif untuk artinya pengamatan setelah 48 jam perlakuan m e m b u n u h l a r v a n y a m u k C x . untuk menegaskan bahwa kematian larva

  quinquefasqiatus dari pada Ae. aegypti karena

  nyamuk yang diuji disebabkan oleh ekstrak konsentrasi yang dibutuhkan untuk daun N. oleander m e m b u n u h l a r v a n y a m u k C x .

  quinquefasqiatus lebih kecil dibandingkan Ae. Aegypti. Hal ini berbeda dengan hasil

  N.oleander.

  Uji Daya Bunuh Ekstrak..................... (Rina Isnawati, et. al)

  10. Fakoorziba MR, Moemenbellah-Fard MD, Azizi K, Mokhtari F. Mosquitocidal efficacy of m e d i c i n a l p l a n t , N e r i u m o l e a n d e r (Apocynaceae), leaf and flower extracts against malaria vector, Anopheles stephensi

  9. Wahyudi A. Nerium oleander :Pestisida Botani Untuk Pengendalian Hama. War Litbang Tanam. 2010;16 (2).

  8. Goktas O, Mammadov R, Duru ME, Ozen E, Colak AM. Application of extracts from the poisonous plant , Nerium Oleander L ., as a wood preservative. African J Biotechnol. 2007;6(September):2000-2003.

  7. Yunita EA, Suprapti NH, Hidayat JW. Pengaruh Ekstrak Daun Teklan (Eupatorium riparium) Terhadap Mortalitas Dan Perkembangan Larva Aedes aegypti. J Bioma. 2009;11(1).

  6. Sukowati S. Masalah Vektor Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Pengendaliannya di Indonesia. Bul Jendela Epidemiol. 2010;2:5-8

  5. Nugroho A, Setyaningrum E, Wintoko R, Kurniawan B. The influence of fruit extracts Phaleria macrocarpa against Aedes aegypti larvae development of instar III. Med J Lampung Univ. 2014:9-17.

  4. Badan Penelitian dan Pengembangan K e s e h a t a n . R i s e t K e s e h a t a n D a s a r (RISKESDAS) 2007. Lap Nas 2007. 2008:1- 384. doi:1 Desember 2013.

  3. Ardias A, Setiani O, Darundiati YH. Faktor Lingkungan dan Perilaku Masyarakat yang Berhubungan dengan Kejadian Filariasis di Kabupaten Sambas. J Kesehat Lingkung I n d o n e s . 2 0 1 3 ; 1 1 ( 2 ) : 1 9 9 - 2 0 7 . http://ejournal.undip.ac.id/index.php/jkli/a rticle/view/5032.

  2. Suirta IW, M PN, K GN. Isolasi Dan Identifikasi Senyawa Aktif Larvasida Dari Biji Mimba ( Azadirachta indika A . Juss ) Terhadap Larva Nyamuk Demam Berdarah (Aedes aegypti). J Kim. 2007;1:47-54.

  1. Lailatul KL, K., Asep RE. Efektivitas b i o l a r va s i d a e k s t ra k e t a n o l l i m b a h penyulingan minyak akar wangi ( Vetiveria zizanoides ) terhadap larva nyamuk Aedes aegypti , Culex sp ., dan Anopheles sundaicus. J Sains dan Teknol Kim. 2010;1(1):59-65.

  (B2B2VRP Salatiga) dan Dr. Yani Sudiyani (Puslit Kimia LIPI) atas masukan dan saran yang membangun serta Teknisi Laboratorium Galenika B2P2TOOT Tawangmangu atas bantuannya selama proses ekstraksi daun

  penelitian Lokesh yang menyatakan bahwa d a r i t i g a l a r v a n y a m u k y a n g d i u j i menggunakan ekstrak daun N.oleander dan

  Terima kasih disampaikan kepada Pembimbing Dra. Blondine Ch. P M.Kes

  Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap daun N. oleander sebagai larvasida nabati untuk mengendalikan atau membunuh larva nyamuk.

  SARAN

  quinquefasciatus dari pada larva nyamuk Ae. aegypti.

  Ekstrak daun N. oleander lebih efektif m e m b u n u h l a r v a n y a m u k C x .

  KESIMPULAN

  merupakan larvasida nabati yang bekerja sebagai racun perut dan penghambat daya m a k a n l a r v a . R a c u n p e r u t a k a n mempengaruhi metabolisme larva setelah memakan racun, kemudian racun akan masuk ke dalam tubuh dan dicerna dalam saluran tengah yang kemudian diedarkan bersama cairan yang berfungsi seperti darah. Racun yang terbawa cairan tersebut akan mempengaruhi sistem saraf larva dan 9 kemudian akan menimbulkan kematian.

  stephenai. Ekstrak daun N. oleander

  dalam ekstrak daun N. oleander terkandung senyawa yang efektif seperti oleandrin yang berpengaruh juga terhadap nyamuk An. 1 0

  Cx.quinquefasqiatus tersebut juga berarti

  paling sensitif terhadap perlakuan tersebut dengan menunjukkan rata-rata kematian tertinggi dibandingkan dengan larva nyamuk 17 Cx. quinquefasqiatus dan Anopheles sp. Perbedaan tersebut disebabkan oleh kualitas ekstrak daun N. oleander yang dipengaruhi beberapa faktor seperti tempat tumbuh tanaman, metode ekstraksi dan pelarut yang digunakan, dan juga perbedaan sensitivitas 18 pada larva nyamuk yang diuji. Pengaruh perbedaan kematian antara l a r v a n y a m u k A e . a e g y p t i d a n

  Trigonella faenum, Ae. aegypti adalah yang

DAFTAR PUSTAKA

UCAPAN TERIMA KASIH

  Liston (Diptera: Culicidae) larvae. Asian Pacific J T r o p D i s . 2 0 1 5 ; 5 ( 1 ) : 3 3 - 3 7 . doi:10.1016/S2222-1808(14)60623-X.

  11. Komalamisra N, Trongtokit Y, Rongsriyam Y, Apiwathnasorn C. Screening for larvicidal activity in some Thai. Southeast Asian J Trop Med Public Heal. 2005;36(6).

  12. Raveen R, Kamakshi KT, Deepa M, Arivoli S, Tennyson S. Larvicidal activity of Nerium oleander L . ( Apocynaceae ) flower extracts against Culex quinquefasciatus Say ( Diptera: Culicidae ). Int J Mosq Res. 2014;1(1):38-42. http://www.dipterajournal.com/vol1issue1/ mar2014/7.1.pdf.

  13. Thakur M, Pathak S. Phytochemical and Anti- Bacterial Activity of Eclipta Alba. Asian Reson.

  2015;IV(III):108-112.

  14. WHO. Guidelines for laboratory and field testing of mosquito larvicides. World Heal O r g a n . 2 0 0 5 : 1 - 4 1 . d o i : R e f : WHO/CDS/WHOPES/GCDPP/2005.11.

  15. Yuniarti R a., Damar TB. Efikasi Kombinasi Bacillus thuringiensis israelensis dan Mesocyclops aspericornsis Sebagai Pengendali Hayati Aedes aegypti di Gentong Air. Bul Penelit Kesehat. 2008;36:26-32.

  16. Asiah S, Gama A, Ambarwati. Efektifitas ekstrak etanol daun rambutan (Nephelium lappaceum l.) terhadap kematian larva nyamuk Aedes aegypti instar III. J Kesehat.

  2009;2:103-114.

  17. Lokesh R, Barnabas EL, Madhuri P, Saurav K, Sundar K. Larvicidal Activity of Trigonella foenum and Nerium oleander Leaves Against Mosquito Larvae Found in Vellore City , India.

  Curr Res J Biol Sci. 2010;2(3):154-160.

  18. Hernani, Marwati T, Winarti C. Pemilihan Pelarut Pada Pemurnian Ekstrak Lengkuas ( Al p i n i a ga l a n ga ) S e c a ra E ks t ra ks i . JPascapanen. 2007;4(1):1-8. Jurnal Vektor Penyakit, Vol. 9 No. 2, 2015 : 59–64