PENYISIHAN KROMIUM PADA LIMBAH CAIR DENGAN MENGGUNAKAN UNGGUN FILTRASI PASIR

  

PENYISIHAN KROMIUM PADA LIMBAH CAIR DENGAN

MENGGUNAKAN UNGGUN FILTRASI PASIR

S.P. Abrina Anggraini

Program Studi Teknik Kimia, Universitas Tribhuwana Tunggadewi, Malang.

e-mail : sinar_abrina@yahoo.co.id

  

ABSTRAK

  Banyak limbah berbahaya yang ditimbulkan pada industri kimia, salah satunya

  

adalah industri pelapis logam karena air bilasannya mengandung ratusan ppm asam

kromat. Muncul perhatian dari masyarakat terhadap semakin banyaknya polusi dan

pembuangan limbah yang sangat berbahaya bagi kehidupan, sehingga diharapkan residu

limbah solid yang mengandung konsentrasi tinggi logam berat harus diatas level ramah

lingkungan. Salah satu metode yang digunakan adalah menggunakan cara filtrasi pasir.

Filtrasi pasir merupakan proses pemisahan zat-zat atau senyawa-senyawa kimia yang

tidak dibutuhkan dengan menggunakan pasir sebagai media penyaring. Penelitian ini

dipusatkan pada penyisihan kromium (VI) pada limbah cair industri dengan menggunakan

filtasi pasir .variasi pasir yang digunakan masing-masing sebesar 20gram, 40gram,

60gram dan 80gram dengan konsentrasi 20ppm, 40 ppm, 60ppm dan 80ppm. Berbagai

variasi pasir dapat mengadsorbsi larutan kromium (VI) dalam jumlah yang cukup besar,

namun dari setiap variasi pasir mempunyai kemampuan mengadsorbsi kromium (VI) yang

berbeda-beda. Semakin besar massa pasir yang digunakan, maka semakin besar pula

kromium (VI) yang teradsorbsi, hal ini disebabkan karena semakin besar massa pasir yang

digunakan maka luas permuakaannya akan semakin besar yang mengakibatkan tingkat

adsoorpsi semakin tinggi. Pada penelitian ini ditemukan bahwa persentase adsorbsi

maksimum terjadi pada filtrasi dengan massa pasir sebesar 80 gram yang dapat

mengadsorbsi larutan kromiun (VI) sampai dengan 86 %.

  Kata kunci : limbah, filtrasi, pasir

ABSTRACT

Many dangerous residues produced by the chemical industries, one of which is

metal coating industry resulted from water rinse containing hundreds of ppm of chromate

acid. It comes into sight that there is awareness from the society towards the increasing

pollution and residue discharging which is very harmful to the livelihood, with the

intention that the solid residues containing high concentrate of heavy metal must be above

ecosystem friendly level. One of the methods used is sand filtration. Sand filtration is a

process of separating unused chemical element using sands as filtering media. This

research is focused on the separation of Chromium (VI) on industrial liquid residues using

sand filtration. Variation of sands used are 20grams, 40grams, 60grams and 80grams with

concentration of 20ppm, 40ppm, 60ppm and 80ppm. A number of sand variations can

absorb kromium (VI) in a great amount, however each sand variation has different

capability in absorbing the Chromium (VI). The greater of sand mass used, the greater

Chromium (VI) would be absorbed, since the increase of the sand mass would result in the

increase of its surface width which would result in the higher absorbtion level. This

research reveals that the maximum absorbtion percentage occurs on the filtration with

sand mass of 80 grams which can absorb the kromium (VI) up to 86%.

  • Bagaimana pengaruh penggunaan pasir filtrasi dalam menyisihkan kromium dalam limbah cair industri ?
  • Penelitian dilakukan pada skala laboratorium
  • Pasir laut dari Malang - Limbah sintetik
  • Pengaruh konsentrasi dan massa pasir
  • Alat filtrasi berupa kolom
feldspar (KAlSi3O8), Ilmenit (FeO.TiO2), Magnetik (Fe3O4), Limonit [FeO(OH)nH2O], Pirit (FeS2), Mika (Gabungan mineral), Zircon (ZrSiO4), Biotit [K(MgFe3(AlSiO3O10)(OH)2], Hornblende [Ca2Na(MgFe)4Al(OH)2(AlSi7O22)] dan zat-zat organik hasil pelapukan sisa hewan dan tumbuh-tumbuhan (Sukandarrumidi, 1999).

  • Bagaimana pengaruh massa pasir dan konsentrasi pada penyisihan kromium dalam limbah cair industri ?

  Pasir laut merupakan batuan sedimen yang umumnya disusun oleh mineral kuarsa, berbutir halus hingga kasar. Pasir kuarsa terdapat sebagai endapan sedimen, berasal dari rombakan batuan yang mengandung silikon dioksida (Kuarsa- SiO2) seperti granit, reolit dan granodiorit.

  Landasan Teori Pasir Laut

  Menambah pengetahuan dan memberikan informasi bahwa penyisihan kromium dengan filtrasi pasir merupakan salah satu alternatif yang efektif.

  Manfaat Penelitian

  Menentukan derajat penyisihan kromium pada limbah cair dengan memvariasikan konsentrasi larutan dan massa pasir.

  Tujuan Penelitian

  Agar penelitian ini terarah maka dapat dibatasi sebagai berikut:

  Batasan Masalah

  Dari latar belakang yang ada maka permasalahan yang dikaji adalah:

  Perumusan Masalah

  Filtrasi merupakan alternatif yang digunakan untuk menghilangkan logam berat kromium. Pada penelitian ini peneliti menggunakan pasir sebagai media filtrasi. Menurut penelitian Setianingsih (2001) menunjukkan bahwa penggunaan pasir laut tanpa aktivasi memberikan nilai adsorbsi lebih tinggi dibandingkan pasir sungai, bentoit dan penelitian dari Septayanti (2004) bahwa adsorbsi Cr (VI) dengan konsentrasi 300 ppm pada pH 4 dan pasir laut yang diaktivasi memberi nilai adsorbsi 36,83 mg/g. Sedangkan penggunaan zeolit terfosfatasi yang dilakukan oleh Suraya (2003) pada kondisi yang sama memberikan nilai adsorbsi 22,15 mg/l.

  Melihat dampak negatif yang ditimbulkan oleh industri pelapis krom tersebut, maka limbah yang mengandung logam kromium dengan konsentrasi tinggi sebelum dibuang ke lingkungan harus diolah terlebih dahulu sehingga kandungan logamnya memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Metode umum yang biasa digunakan untuk menghilangkan logam-logam berat dari limbah meliputi Pengendapan kimia, Ekstraksi pelarut, Dialysis, Osmosis bolak-balik, Pertukaran ion, Penyerapan dan Filtrasi.

  Kromium merupakan elemen berbahaya dipermukaan bumi dan dijumpai dalam kondisi oksida antara Cr (II) sampai Cr (VI). Kromium enam valensi merupakan salah satu material organik pengoksidasi tinggi.

  Salah satu industri yang paling banyak menimbulkan masalah limbah berbahaya adalah industri pelapis logam, karena air bilasannya mengandung ratusan ppm asam kromat. Standar limbah Cr (VI) pada industri pelapis krom yang diijinkan adalah 0,3 ppm dengan kisaran pH 6,0-9,0 (Potter,dkk, 1994). Keberadaan logam berat di lingkungan menjadi perhatian utama karena mengandung racun bagi berbagai bentuk kehidupan. Berdasarkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), logam-logam yang dapat membahayakan adalah Alumunium, Mangan, Besi, Kobalt, Nikel, Tembaga, Seng, Kadmium, Merkuri, Timah dan Kromium.

  PENDAHULUAN Latar Belakang

  Endapan pasir kuarsa di alam tidak pernah didapat dalam keadaan murni. Butir kuarsa di alam umumnya

  Pasir yang berukuran kasar mempunyai luas permukaan spesifik yang rendah dan tidak menunjukkan sifat-sifat koloidal. Meskipun tidak begitu aktif dalam reaksi kimia pasir terlibat dalam sejumlah reaksi dan menunjukkan suatu fenomena serapan (Kusumoyudo, 1986). Masing-masing tipe pasir dapat dijumpai dalam bentuk

  α dan β. Bentuk α adalah jenis kuarsa pada temperatur rendah, sedangkan modifikasi

  β adalah bentuk kuarsa pada temperatur tinggi. Transformasi tersebut yang disebut konversi

  α ke β, biasanya terjadi secara seketika dan reversibel dan disertai oleh perubahan struktur (Tan, 1998).

  Kuarsa memiliki ukuran kekerasan 7 pada skala mohs, berat jenis untuk kuarsa

  α pada temperatur 25 OC sebesar 2,648 g/cm3 sedangkan kuarsa β pada temperatur 575 OC sebesar 2,533 g/cm3. Kuarsa tidak mudah terbakar, meleleh pada temperatur 1713 OC dan tidak dapat larut dalam asam kecuali asam fluoride (Frye, 1981).

  Pasir Filtrasi (Sand Filtration)

  Filtrasi pasir merupakan proses pemisahan zat-zat atau senyawa- senyawakimia yang tidak dibutuhkan dengan menggunakan pasir sebagai media penyaring. Filtrasi merupakan suatu proses untuk mendapatkan suatu bahan dengan tingkat kemurnian tinggi. Penyaringan pasir dapat digunakan untuk pengangkatan zat-zat padat dari sisa-sisa industri yang mengandung koloid (Mahida, 1992).

  Aerasi dan filtrasi dapat mengatasi kekeruhan serta menurunkan 1995). Filtrasi merupakan pemisahan partikel zat padat dari fluida dengan jalan melewatkan fluida itu melalui media penyaring (Septum) dimana zat padat itu tertahan (Werren, 1985).

  Air keruh atau kotor yang berasal dari danau atau sungai dapat diproses menjadi air jernih dan siap untuk dikonsumsi setelah melalui saringan pasir (Widarto, 1996). Pengolahan air menggunakan penyaring pasir karena pasir murah, mudah didapat, mudah dioperasikan, dapat dikelola secara berkelanjutan dan dapat menghasilkan air yang sehat (Tersiawan, 1995).

  Ciri khas filter adalah medianya, karena filter memiliki ruang antar butir (porositas) yang berfungsi sebagai ruang sedimentasi. Secara umum proses yang terjadi pada wadah saringan pasir adalah pemisahan fisika, pengendapan, penyerapan, oksida (Bio-Chemical) dan aktivitas bakteriologis. Media filtrasi yang digunakan yaitu pasir kuarsa dengan diameter 0,45 mm. Kecepatan alir proses filtrasi untuk melewati pori pasir yang baik adalah 0,03-0,1 mm/detik, dengan angka kekeruhan sekitar 50 NTU (Tersiawan, 1995).

  Kromium

  Kromium berasal dari bahasa Yunani ( Chroma) yang berarti warna. Kromium dengan lambang unsur kimia Cr merupakan logam berat dengan no atom (NA) 24 dan mempunyai berat atom (BA) 51,996 (Palar, 1994). Jumlah adsorbsi kromium dipengaruhi oleh pH, sebab pH menentukan derajat disosiasi kromium. Selain itu pH larutan juga dapat mempengaruhi muatan permukaan adsorben sehingga mengubah kemampuan untuk menyerap senyawa berbentuk ion. pH dari limbah keluaran industri krom berkisar antara 0,5-4,5 (Svehla, 1999).

  METODOLOGI PENELITIAN Variabel Tetap

  • Jenis Pasir, kecepatan alir, dan pH 3

  

Variabel Berubah Metodologi penelitian yang

  Kosentrasi larutan 20, 40, 60 dan 80 digunakan adalah metode percobaan di - ppm Laboratorium berupa filtrasi Cr (VI) oleh Massa pasir 20, 40, 60 dan 80 gram filtrasi pasir dan menggunakan - Parameter yang Diukur spektrofotometer sebagai alat analisa.

  Dalam penelitian ini parameter Tahap-tahap Penelitian yang dikur adalah untuk mengetahui Tahap I : Penyiapan pasir filtrasi kromium sisa yang tidak tersaring oleh Tahap II : Pembuatan preparasi larutan : pasir filtrasi.

  • Larutan stok I 1000 ppm

  Alat-Alat yang Digunakan

  • Larutan stok II 10 ppm Kolom filtrasi
  • Larutan berbagai konsentrasi
    • pH meter

  Tahap III : Penentuan kromium secara

  • spektrofotometer

  spektrofotometer

  Bahan-Bahan Yang Digunakan

  • Penentuan panjang gelombang Pasir laut
    • maksimum

  K

  • 2 Cr

  2 O

  7

  • Pembuatan kurva baku
    • H SO pekat

  2

  4 Tahap IV : Proses filtrasi

  • Difenilkarbazida Tahap V : Analisa sampel
  • Aseton Tahap VI : Analisa data

  Metodologi Penelitian

  Gambar 1. Diagram Alir Filtrasi

  HASIL

  0.21

  PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan Pada Pasir Laut

  80 20 1.10 0.99 0.98 1.023 56.18 60.56 60.96 177.7 59.23± 40 0.99 0.97 0.76 0.906 60.56 61.35 69.73 191.64 63.88± 60 0.73 0.75 0.76 0.746 70.91 70.13 69.73 210.75 70.25± 80 0.33 0.35 0.34 0.340 86.85 86.05 86.45 259.35 86.45± 839.44

  60 20 0.87 0.84 0.79 0.833 53.78 55.38 58.05 167.21 55.73± 40 0.70 0.78 0.76 0.746 62.80 58.57 59.63 181.00 60.33± 60 0.47 0.45 0.51 0.476 75.03 76.10 72.90 224.03 74.68± 80 0.28 0.32 0.35 0.316 85.13 83.00 81.40 249.54 83.18± 821.78

  

0.36 0.376 0.376 68.93 69.73 71.33 209.94 69.98±

40 0.35

0.31 0330 0.330 72.10 75.30 73.70 221.10 73.70±

60 0.30

0.29 0.320 0.303 76.10 76.90 74.50 227.49 75.83±

80 0.20

0.21 0.190 0.200 84.07 83.28 84.85 252.24 84,08±

910.77

  0.14 0.16 71.30 74.50 77.70 223.50 74.50± 816 40 20 0.38

  0.16

  0.20 0.19 68.15 71.30 68.15 207.60 69.20± 80 0.18

  0.18

  0.21 0.21 64.95 68.15 66.55 199.65 66.55± 60 0.20

  0.20

  0.27 0.24 61.75 66.55 56.95 185.25 61.75± 40 0.22

  20 20 0.24

  Tabel 1. Data Pengaruh Massa Pasir Terhadap Absorbansi Cr (VI) Sisa

  I II III Rerata I II III Jumlah

  Absorbansi % Cr (VI) Teradsorbsi Cr (VI) Sisa Rerata (ppm)

  Cr (VI) Awal Massa Pasir (gram

  Tabel 2. Data Pengaruh Massa Pasir Terhadap % Cr (VI) teradsorbsi

  80 20 1.10

0.99 0.98 1.023 44.94 48.45 48.77 142.17 47.39±

40 0.99

0.97 0.76 0.906 48.45 49.08 55.78 153.31 51.10±

60 0.73

0.75 0.76 0.746 56.73 56.10 55.78 168.61 56.20±

80 0.33

0.35 0.34 0.340 69.48 68.84 69.16 207.48 69.16±

671.57

  60 20 0.87

0.84 0.79 0.833 32.27 33.23 34.82 100.32 33.44±

40 0.70

0.78 0.76 0.746 37.69 35.14 35.78 108.60 36.20±

60 0.47

0.45 0.51 0.476 45.02 45.66 43.75 134.43 44.81±

80 0.28

0.32 0.35 0.316 51.08 49.80 48.84 149.73 49.91±

493.08

  40 20 0.38

0.36 0.376 0.376 27.57 27.89 28.53 83.97 27.99±

40 0.35

0.31 0.330 0.330 28.84 30.12 29.48 88.44 29.48±

60 0.30

0.29 0.320 0.303 30.44 30.76 29.80 90.99 30.33±

80 0.20

0.21 0.190 0.200 33.63 33.31 33.94 100.89 33.63±

364.29

  20 20 0.24

0.21 0.27 0.24 12.35 13.31 11.38 37.04 12.35±

40 0.22

0.20 0.21 0.21 12.99 13.63 13.31 39.93 13.31±

60 0.20

0.18 0.20 0.19 13.63 14.26 13.63 41.52 13.84±

80 0.18

0.16 0.14 0.16 14.26 14.90 15.54 44.71 14.90±

163.20

  I II III Rerata I II III Jumlah

  Rerata (ppm)

  (gram Absorbansi Cr (VI) Sisa (ppm) Cr (VI) Sisa

  Cr (VI) Awal Massa Pasir

  Secara umum proses adsorbsi dapat dimana komponen tertentu dari fluida berpindah ke zat yang menyerap, atau dikatakan bahwa adsorbsi adalah untuk berkumpul pada permukaan suatu zat padat. Zat yang diserap disebut fase terserap (adsorbat) sedangkan zat penyerap disebut adsorben yang biasanya bahan-bahan yang berpori (Werren, 1985).

  Pada penelitian ini mengkaji penggunaan pasir laut sebagai media filtrasi dalam penyisihan Cr (VI). Dalam adsorbsi adsorben adalah zat yang mempunyai sifat mengikat molekul pada permukaan dan sifat ini menonjol pada padatan berpori. Pasir laut yang akan digunakan dicuci dan diovenkan selama 5 jam. Pencucian bertujuan agar mendapatkan pasir yang bersih dan bebas dari pengotornya. Sedangkan pemanasan bertujuan untuk menghilangkan molekul- molekul air yang terdapat pada pasir dan dapat membuka pori-pori agar pori-pori menjadi terbuka. Proses ini dilakukan untuk mendapatkan pasir yang memiliki luas permukaan yang besar.

  Menurut Oscik and Cooper (1982), efisiensi adsorbsi merupakan fungsi luas permukaan adsorben yang digunakan. Semakin besar luas permukaan media maka makin besar pula kapasitas suatu media dalam mengabsorpsi suatu adsorbat.

  Pengaruh Variasi Massa Pasir Laut Terhadap Adsorbsi Cr (VI) Pada Berbagai Konsentrasi.

  Pasir laut dapat digunakan sebagai media filtrasi untuk menyisihkan logam Cr (VI) pada limbah cair industri maupun limbah cair domestik. Variasi massa pasir terhadap pengukuran Cr (VI) sisa dilakukan dengan variasi pasir 20 gram, 40 gram, 60 gram dan 80 gram sedangkan variasi konsentrasi larutan Cr (VI) yang difiltrasi adalan 20 ppm, 40 ppm, 60 ppm dan 80 ppm. Jumlah adsorbat sisa merupakan jumlah Cr (VI) sisa yang tidak teradsorbsi oleh pasir laut yang dinyatakan dengan (ppm).

  Gambar 2 menunjukkan bahwa penambahan massa pasir dapat meningkatkan Cr (VI) sisa. Hal ini dapat memperbanyak luas permukaan sehingga jumlah Cr (VI) sisa semakin besar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variasi massa pasir laut sebagai media filtrasi pada logam Cr (VI) memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap penyisihan Cr (VI).

  y = 0,0409x + 11,555 R R 2 = 0,9857 y = 0,0889x + 25,915 R 2 = 0,9241 y = 0,2901x + 26,585 R 2 = 0,967 y = 0,3743x + 38,36 2 = 0,9718 10 20 30 40 50 60 70 80

  20 40 Massa Pasir (grm) 60 80 100 K o n sen tr asi C r (V I) S isa ( p p m ) 20 ppm 40 ppm 60 ppm 80 ppm Linear (20 ppm) Linear (40 ppm) Linear (60 ppm) Linear (80 ppm)

  Gambar 2. Hubungan Massa Pasir Terhadap Konsentrasi Cr (VI) Sisa

  Gambar 2 juga menunjukkan bahwa variasi konsentrasi dapat memberikan nilai yang berbeda meskipun filtrasi pada jumlah massa pasir yang sama. Pada massa pasir yang sama yaitu 20 gram dengan konsentrasi 20 ppm, 40 ppm, 60 ppm dan 80 ppm menunjukkan bahwa Cr (VI) sisa terlihat naik pada konsentrasi yang semakin besar. Hal ini juga terjadi pada massa pasir 40 gram, 60 gram dan 80 gram.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan konsentrasi Cr (VI) yang semakin besar maka kerapatan ruang akan bertambah sehingga jarak antara partikel semakin dekat dan gaya tolak- menolak antar kation akan semakin besar. Gaya tolak-menolak ini menyebabkan ikatan antara ion logam Cr (VI) dengan permukaan pasir kurang kuat sehingga akan mudah terlepas kembali. Sebagai akibatnya Cr (VI) yang telah teradsorbsi oleh pasir akan mengalami desorpsi atau proses pelepasan adsorbat oleh adsorben yang terjadi pada permukaan adsorben menuju ke fase ruah. Selain terjadi gaya tolak-menolak antar kation, terjadi juga persaingan antara kation untuk berikatan dengan pasir. Keadaan ini memiliki kecenderungan untuk memperbesar tertutupnya permukaan pasir. Akibatnya kation-kation untuk berikatan dengan pasir menjadi lemah karena luas permukaan pasir tertutup dengan kation- kation dari Cr (VI) yang berkonsentrasi tinggi (Setiawan, 2005).

  Pengaruh Massa Pasir Laut Terhadap % Cr (VI) Teradsorbsi

  2) Persentase Adsorbsi maksimum terjadi pada filtrasi dengan massa pasir sebesar

  ke-5. Erlangga: Jakarta Freeman. 1989. Standart Hendbook Of

  Analisis Kimia Kuantitatif . Edisi

  Universitas Indonesia UI-Press: Jakarta Day, R.A dan Underwood, A.L.1986.

  Anorganik Dasar . Penerbit

  Bakti:Bandung Cotton, F.A. dan Wikinson. 1889. Kimia

  Radioaktif . PT. Citra Adiya

  Achmad, H. 1992. Kimia Unsur Dan

  80 gram yang dapat mengadsorbsi larutan Cr (VI) sampai 86 %.

  1) Filtrasi pasir sangat efektif menghilangkan kromium (VI) pada limbah cair

  Persentase adsorbsi merupakan jumlah adsorbat yang teradsorbsi oleh adsorben yang dinyatakan dengan (%). Untuk mengetahui persentase Cr (VI) maksimum setiap penambahan massa pasir dilakukan uji adsorbsi pada variasi konsentrasi 20 ppm, 40 ppm, 60 ppm dan 80 ppm dengan variasi massa pasir 20 gram, 40 gram, 60 gram dan 80 gram. y = 0,2045x + 57,775 R 2 = 0,9857

  Cair Terhadap Pengaruh Konsentrasi Dan Massa Pasir Menggunakan Unggun Filtrasi Pasir dapat disimpulkan bahwa :

  Berdasarkan hasil penelitian dengan judul: Penyisihan Kromium Pada Limbah

  KESIMPULAN

  Hal ini ditandai dengan semakin meningkatnya % Cr (VI) yang teradsorbsi pada variasi massa pasir. Pada gambar 3 menunjukkan bahwa pada massa pasir 80 gram, % Cr (VI) teradsopbsi oleh pasir maksimum. Hal ini menunjukkan bahwa pada massa pasir 80 gram merupakan massa optimum yang dimiliki pasir sangat besar sehingga mampu mengadsorbsi larutan Cr (VI) pada setiap konsentrasi secara maksimal.

  Fenomena di atas menyebabkan potensial kimia pada permukaan adsorben menjadi lebih besar dari pada potensial kimia pada permukaan fase ruah, sehingga daya tarik antara pasir laut dengan Cr (VI) semakin besar. Hal ini dikarenakan semakin banyak permukaan kosong yang nantinya akan diisi adsorbat. apabila terjadi kesetimbangan antara potensial kimia fase ruah dan potensial kimia pada permukaan (Oscik, 1982) . Dari gambar 3 menunjukkan terjadinya kenaikkan persentase teradsorbsi dengan bertambahnya massa pasir pada setiap konsentrasi.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin banyak massa pasir yang digunakan untuk mengadsorbsi Cr (VI), maka persentase Cr (VI) teradsorbsi akan semakin besar pula. Adsorbsi dengan permukaan yang luas akan memperbesar daya adsorbsi suatu adsorben. Semakin banyak massa pasir yang ditambahkan maka luas permukaan akan bertambah besar dan dapat menambah jumlah rongga pori yang tersedia untuk adsorbsi, sehingga dengan penambahan pasir laut dalam fase ruah larutan akan meningkatkan jumlah Cr (VI) yang teradsorbsi tiap gram adsorben pasir laut.

  Gambar 3. Hubungan Massa Pasir Terhadap % Cr (VI) Teradsorbsi

  y = 0,2222x + 64,79 R R 2 = 0,9241 y = 0,4837x + 44,29 R 2 = 0,9666 y = 0,44x + 47,955 2 = 0,9134 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 20 40 60 80 100 Massa Pasir (grm) % C r ( V I) Te ra ds or b s i 20 ppm 40 ppm 60 ppm 80 ppm Linear (20 ppm) Linear (40 ppm) Linear (60 ppm) Linear (80 ppm)

  Hazardous Waster Treatment And Disposal . M. Graw hill co. New Frey, K.1981. The Encyclopedia Of Putjianto, W.1984. Analisa Kwalitas Air.

  . Hut Chinson Ross Penerbit Bina Indra Karya: Surabaya

  Mineralogy

  Publishing Sukandarrumidi. 1999. Bahan Galian Compani. Stroundburg Pensilvania. Industri . UGM-Gajamada

  Volume IV B, PP.673-674. University Press: Yogyakarta Kusnaedi. 1995. Pengolahan Air Gambut Svehla. 1999. Vogel Analisis Anorganik .

  .

  

Dan Air Kotor Untuk Air Minum Kualitatif Makro Dan Semi Makro

  Penerbit Swalayan: Jakarta Edisi ke-5. Penerbit PT. Kulman Kusumayudo, B.,dan Wasita. 1986. Media Pustaka: Jakarta Mineralogi Dasar . Penerbit Bina Tan, 1998. Physical Chemistri, 3rd Ed.

  Cipta: Bandung hal 105 Wesley Publishing Company Mahan, M dan Myers, J.Rollie. 1987. University Of Maryland: Canada

  University Chemistry . Fourth Tersiawan, M. 1995. Pengolahan Air Edition Cummings Publishing Bersih Dengan Saringan Pasir . PT.

  Company Inc. New York. pp 834- Balai Pustaka (Persero): Jakarta 835. Werren, Mc. Cabe, Julian C. Smith dan

  Mahida, U.N. 1992. Pencemaran Air Dan Harriot, P. 1985. Operasi Teknik

  Pemanfaatan Limbah Industri . Kimia . Jilid 2 Edisi ke-4 Penerbit

  Penerbit Rajawali Press: Jakarta. Erlangga: Jakarta Oscik.J, and Cooper, L. L. 1982. Widarto, T. 1996. Membuat Alat

  Adsorption . Ellis Horwood Limited Penjernih Air . Penerbit Kanisius:

  John Wiley And Sons. New York. Yogyakarta Palar, H. 2004. Pencemaran Dan

  Toksikologi Logam Berat . Penerbit

  Rineka Cipta: Jakarta

Dokumen yang terkait

PENGARUH APLIKASI BIOCHAR TONGKOL JAGUNG DIPERKAYA ASAM NITRAT TERHADAP KADAR C-ORGANIK, NITROGEN, DAN PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG PADA BERBAGAI TINGKAT KEMASAMAN TANAH Effects of Application of Maize Cob Biochar Enriched with Nitric Acid on Organic C, Nit

0 0 8

HUBUNGAN KANDUNGAN BAHAN ORGANIK TANAH DENGAN BERAT ISI, POROSITAS DAN LAJU INFILTRASI PADA PERKEBUNAN SALAK DI KECAMATAN PURWOSARI, KABUPATEN PASURUAN Relationship Between Soil Organic Matter Content and Bulk Density, Porosity, and Infiltration Rate on S

0 2 8

PENGARUH PGPR ( Plant Growth Promoting Rhizobacteria), KAPUR, DAN KOMPOS PADA TANAMAN KEDELAI DI ULTISOL CIBINONG, BOGOR Effects of PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria), Lime, and Compost on Soybean Plant on an Ultisol of Cibinong, Bogor

0 0 8

BAKU MUTU ARSEN PADA TANAH INCEPTISOL GROBOGAN DENGAN TANAMAN INDIKATOR PADI Arsenic Quality Standard on an Inceptisol Soil of Grobogan with Rice Indicator Plant

0 0 8

PENERAPAN ARSITEKTUR EKOLOGIS PADA DESAIN RUMAH TINGGAL

0 6 18

MENELUSURI PENGARUH TATA RUANG TERHADAP PERILAKU PENGHUNI PADA PERUMAHAN REAL ESTATE ( STUDI KASUS : PERUMAHAN SEKTOR V BINTARO JAYA )

0 0 18

KAJIAN PENATAAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSERVASI AIR TANAH PADA WILAYAH KRITIS AIR

1 1 9

PEMBERIAN SILL (Z) PADA AWAL SALURAN TRANSISI PELIMPAH SAMPING STUDI KASUS PADA PELIMPAH BENDUNGAN BAYANG-BAYANG KABUPATEN BULUKUMBA

1 1 8

OPTIMASI PENGGUNAAN LAHAN PERTANIAN DENGAN PROGRAM LlNIER

0 0 7

ANALISA KETERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN AIR PADA DAS SAMPEAN

1 1 13