MODUL PSIKOM LANJ. RIS
MODUL
PSIKOLOGI KOMUNIKASI
( 3 SKS )
Pokok Bahasan : Karakteristik Khalayak Oleh : Drs. Riswandi, M.Si. TUJUAN INSTRUKSIONAL
Setelah memperoleh materi ini mahasiswa diharapkan dapat memahami dan menjelaskan tentang pengertian khalayak dan karakteristik khalayak, arti penting pesan nonverbal secara psikilogis, dan klasifikasi pesan nonverbal.
I. Pengantar
Khalayak (audience) merupakan factor penentu keberhasilan komunikasi. Ukuran keberhasilan upaya komunikator yang ia lakukan adalah apabila pesan-pesan yang disampaikan melalui saluran/medium yang diterima sampai pada khalayak sasaran, dipahami, dan mendapatkan tanggapan positif, dalam arti sesuai dengan harapan komunikator. Menurut Schramm, seorang perancang komunikasi yang baik tidak akan memulai upayanya dari “apa yang harus dikatakan” , “saluran apa yang akan dipergunakan”, atau “bagaimana cara mengatakannya”, melainkan terlebih dahulu mempertanyakan “siapa yang akan menjadi sasaran penyempaian pesan”. Dalam proses komuniksi massa, implikasi dari pernyataan Schramm tersebut di atas adalah, bahwa sebelum komunikator mempengaruhi khalayak melalui pesan-pesan yang disampaikannya, khalayak terlebih dahulu mempengaruhi Komunikator. Itulah sebabnya komunikator akan berusaha mengumpulkan data dan informasi mengenai karakteristik dari individu atau kelompok, atau warga khalayak yang
Konsep “khalayak” (audience) dalam konteks komunikasi telah dikenal sejak jaman Yunani Kuno. Pada masa itu pengertian khalayak menunjuk pada sekumpulan orang yang menonton suatu pertunjukan (misalnya drama, atau pertandingan).
Dengan demikian pengertian khalayak di sini adalah sekumpulan orang yang terorganisir pada waktu dan tempat tertentu, di mana masing-masing secara sukarela datang ke suatu tempat karena memiliki perhatian yang sama serta tujuan yang lebih kurang sama, yaitu ingin memperoleh hiburan.
Sejalan perkembangan jaman, pengertian khalayak tersebut di atas sudah tidak lagi memadai untuk menggambarkan kondisi nyata dari khalayak. Perubahan yang terjadi dalam masyarakat, khususnya perubahan yang terjadi dalam hal teknologi komunikasitelah mengubah konsepsi khalayak dari rumusan awalnya. Kehadiran teknologi mesin cetak telah melahirkan khalayak pembaca yang tidak lagi terbatas pada dimensi ruang dan waktu. Munculnya komersialisasi media massa telah memperluas skala operasi media massa dari hanya sekedar institusi sosial menjadi institusi ekonomi.
Jadi pada masa sekarang ini konsepsi khalayak menunjuk pada sekumpulan orang yang terbentuk sebagai akibat atau hasil dari kegiatan komunikasi yang dilakukan yang jumlahnya besar (bahkan mungkin tidak terbata), tersebar secara luas, banyak di antaranya yang tidak saling mengenal satu dengan yang lainnya, dan heterogen dalam hal ciri-ciri sosio ekonomi dan demografinya.
III. Karakteristik Khalayak
1. Khalayak sebagai penggarap informasi
Pada dasarnya proses pengolahan informasi yang terjadi pihak penerima (khalayak) bersifat “selektif”. Pihak penerima pesan pasda saat berhadapan dengan “bentuk informasi” tertentu akan melakukan “decoding” (pemecahan atau penginterpretasian kode). Akhirnya, tidak semua isi informasi akan diserap oleh si penerima secara utuh. Artinya, satu atau beberapa bagian dari isi pesan
Beberapa studi menunjukkan bahwa, tingkat pendidikan seseorang secara signifikan turut mempengaruhi derajat pengolahan informasi yang smpai kepada dirinya. Orang yang latar belakang pendidikannya relative ‘tinggi’, di samping tinggi rasa ingin tahunya tentang sesuatu, juga cenderung lebih kritis, selektif, dan banyak pertimbangan dibandingkan dengan orang yang latar belakang pendidikannya lebih rendah. Itulah sebabnya mempengaruhi sikap dan pendapat orang yang berpendidikan tinggi jauh lebih sulit dibandingkan dengan orang yang latar belakang pendidikannya lebih rendah.
2. Khalayak sebagai “problem solver” Khalayak jelas tidak terlepas dari permasalahan kehidupan yang mereka hadapi.
Mereka juga akan selalu berupaya mencari cara-cara pemecahannya. Dari pihak penerima pesan (khalayak), salah satu fungsi yang diharapkan dari penyebaran informasi melalui media massa adalah , bahwa informasi tersebut mampu membantu memecahkan permasalahan yang dihadapi. Dengan demikian informasi atau pesan yang dipandang tidak membantu mereka dalam memecahkan permasalahan atau malah mungkin menambah kesulitan/permaslahan baru, jelas tidak akan mendapat perahtian mereka.
3. Khalayak sebagi mediator
Pada dasarnya proses penyebaran informasi tidak berhenti pada khalayak sasaran secara langsung sebagai barisan pertama. Arus penyebaran informasi bisa melalui berbagai tahap dan barisan.
Proses penyebaran informasi yang demikian lazim disebut sebagai “multi-step flow of communication”. Seorang warga khalayak setelah menerima informasi dari suatu medium kemungkinan besar akan kembali meneruskan informasi tersebut kepada orang-orang lainnya. Dan orang-orang yang menerima informasi inipun selanjutnya akan menyampaiakan kembali ke orang-orang lainnya. Dalam proses pengolahan informasi terjadi proses seleksi yang mencakup
4. Khalayak yang mencari pembela
Pada suatu waktu seseorang dapat mengalami krisis keyakinan dan diliputi rasa ketidakpastian. Hal ini bisa terjadi karena adanya sesuatu yang baru yang mempengaruhi keyakinannya, atau karena factor-faktor lainnya. Dalam keadaan demikian orang tersebut akan berupaya mencari data dan informasi yang dipandang bisa mendukung atau membela keyakinannya.
Motivasi mencari informasi yang diharapkan akan dapat menajdi “pembela” keyakinan merupakan salah satu factor yang mendorong terjadinya seleksi media. Dengan perkataan lain, seseorang memilih satua medium tertentu dengan alasan bahwa informasi yang diperoleh dari medium tersebut mampu mendukung atau memperkuat keyakinannya.
5. Khalayak sebagai anggota kelompok
Sebagai mahluk sosial, seorang individu juga terikat oleh nilai-nilai kelompok yang diikutinya, baik secara formal maupun informal. Yang dimaksud dengan kelompok formal di sini antara lain ABRI, KORPRI, Serikat Buruh, dll, sedangkan yang termasuk kelompok informal misalnya kelompok-kelompok hobi seperti pencinta alam, kelompok olah raga, dll.
6. Khalayak sebagai Kelompok
Secara sosiologis masyarakat terdiri dari kelompok-kelompok orang yang mempunyai ciri-ciri tertentu. Ciri-ciri bisa menyangkut cirri demografis seperti jenis kelamin, usia, pekerjaan, sukubangsa, dan bisa juga brdasarkan cirri-ciri nondemografis seperti nilai, hobi, orientasi, dan lain-lain.
Cara berbicara dengan kalangan orang tua tentunya berbeda dengan kalangan anak muda. Kaitannya dengan proses penyebaran informasi melalui media massa adalah, bahwa diperlukan adanya “segmentasi” khalayak. Melalui
7. Selera Khalayak
Dalam kaitannya dengan media massa seperti surat kabar dan majalah, selera khalayak ini bisa menyangkut aspek-aspek jenis isi informasi, (misalnya informasi politik, ekonomi, sosial, budaya), teknik penyajian (bentuk huruf, lay out), atau bentuk/formatnya (surat kabar, majalah, tabloid, sheet). Agar penyampaian informasi mencapai sasarannya, terlebih dahulu perlu diketahui apa dan bagaimana selera dari calon sasaran khalayak yang akan dituju. Selera khalayak ini bisa juga berubah-ubah.
IV. Pesan Nonverbal
A. Fungsi Pesan Nonverbal
Menurut Mark L. Knapp ada 5 fungsi pesan nonverbal sebagai berikut :
1. Repetisi : mengulang kembali gagasan yang sudah disajikan secara verbal; misalnya setelah saya menjealskan penolakan saya, saya menggelengkan kepala berkali-kali.
2. Substitusi : menggantikan lambang-lambang verbal; misalnya tanpa sepatah katapun Anda berkata, Anda dapat menunjukkan persetujuan dengan mengangguk-angguk.
3. Kontradiksi : menolak pesan verbal atau memberikan makna yang lain terhadap pean verbal. Misalnya, Anda memuji prestasi kawan Anda dengan mencibirkan bibir Anda dan berkata “Hebat, kau memang hebat”.
4. Komplemen : melengkapi dan memperkaya makna pesan nonverbal.
Misalnya, air muka Anda menunjukkan tingkat penderitaan yang tidak terungkap dengan kata-kata.
5. Aksentuasi : menegaskan pesan verbal atau menggarisbawahinya; Misalnya Anda mengungkapkan betap jengkelnya Anda denga memukul mimbar.
Ketika kita mengobrol atau berkomunikasi tatap muka, kita banyak menyampaikan gagasan dan pikiran kita lewat pesan-pesan nonverbal. Pada gilirannya orang lainpun lebih banyak membaca pikiran kita lewatpetunjuk- petunjuk nonverbal.
2. Perasaan dan emosi lebih cermat disampaikan lewat pesan nonverbal ketimbang pesan verbal. Anda boleh menulis surat kepada pacara Anda dan mengungkapkan Gelora kerinduan Anda. Anda tertegun, Anda tidak menemukan kata- kata yang tepat untuk menyatakan sesuatu yang begitu mudah diungkapkan melalui pesan nonverbal.
3. Pesan nonverbal menyampaikan makna dan maksud yang relatif bebas dari penipuan, distorsi, dan kerancuan.
Pesan nonverbal jarang dapat diatur oleh komunikator secara sadar.
4. Pesan nonverbal mempunyai fungsi metakomunikatif yang sangat diperlukan untuk mencapai komunikasi yang berkualitas.
Fungsi metakomuniaktif artinya memberikan informasi tambahan yang memperjelas maksud dan makna pesan.
5. Pesan nonverbal merupakan cara komuhnikasi yang lebih efisien dibandingkan dengan pesan verbal. Dari segi waktu, pesan verbal sangat tidak efisien. Dalam paparan verbal terdapat redundansi (lebih banyak lambang dari yang diperlukan), repetisi, ambiguity (kata-kata yang bermakna ganda), dan abstraksi.
6. Pesan nonverbal merupakan sarana sugesti yang paling tepat.
Ada situasi komunikasi yang menuntut kita untuk mengungkapkan gagasan atau emosi secara tidak langsung. Sugesti di sini dimaksudkan menyarankan sesuatu kepada orang lain secara implisit atau tersirat. Sugesti paling efektif disampaikan melalui pesan-pesan nonverbal.
1. Perilaku yang terdiri dari penampilan dan pakaian, gerakan dan postur tubuh, ekspresi wajah, kontak mata, sentuhan, bau-bauan, dan parabahasa.
2. Ruang, waktu, dan diam. John R. Wenburg dan William W. Wilmot mengemukakan klasifikasi lain dari pesan nonverbal, sebagai berikut :
1. isyarat-isyarat nonverbal perilaku (behavioral) 2. isyarat-isyarat nonverbal bersifat publik sepeerti ukuran ruangan dan faktor-faktor situasi lainnya.
Bahasa tubuh
Ilmu atau pengetahuan yang berhubungan dengan bahasa tubuh adalah kinesika (kinesics). Istilah ini dikemukakan pertama kali oleh seorang ahli bahasa nonverbal, Ray L. Birdwhistell.
Setiap anggota tubuh manusia seperti wajah, tangan, kepala, kaki, dan bahkan seluruh anggota tubuh kita dapat digunakan sebagai isyarat simbolik.
Isyarat Tangan Kita sering menyertai ucapan kita dengan isyarat tangan.
Misalnya, orang yang sedang menelepon, meskipun lawan bicara tidak melihat, ia menggerak-gerakkan tangannya. Isyarat tangan atau ”berbicara dengan tangan” disebut emblem, mempunyai makna dalam suatu budaya. Desmond Morris et. al, mengumpulkan 20 isyarat tangan yang sama tapi mempunyai makna yang berbeda dalam budaya yang berbeda. Sementara seorang Arab menginventarisir paling tidak 247 isyarat tangan yang berlainan yang digunakan orng Arab untuk melengkapi suatu pembicaraan. Negara-negara di mana orang-orangnya dikenal sebagai “berbicara dengan tangan” adalah : Perancis, Italia, Spanyol, Mexico, Arab, dan India. Sementara bangsa-bangsa yang termasuk hemat atau jarang menggunakan isyarat tangan ketika mereka berbicra
Gerakan Kepala
Di beberapa negara, anggukan kepala malah berarti “Tidak”, seperti di Bulgaria, sedangkan isyarat untuk “Ya” adalah dengan menggelengkan kepala. Di Yunani dan Timur Tengah, kata “Tidak” diisyaratkan dengan cara menyentakkan kepalanya ke belakang dan menengadahkan wajah. Sebagian orang di Arab dan Italia mengatakan “Tidak” dengan mengangkat dagu, sebaliknya cara ini di Maori Selandia baru hal ini berarti “Ya”. Di India Selatan, gelengan kepala berarti “Ya”, sedangkan di Indonesia hal ini berarti “Tidak”. Di Uni Emirat Arab, menggelengkan kepala berarti “ya”. Di kebanyakan negara, orang yang duduk sambil menegakkan kepala di hadapan orang yang berbicara berarti memperhatikan si pembicara. Di Australia, pembicara akan menyangka Anda kecapekan atau mengantuk bila anda memejamkan mata. Akan tetapi, orang Jepang yang tampak tertidur (mata terpejam dan kepala menunduk), ketika orang presentasi, sebenarnya sedang menyimak presentasi tersebut dengan sungguh- sungguh.
Postur tubuh dan posisi kaki
Penelitian yang dilakukan oleh William Sheldon memperlihatkan bahwa terdapat hubungan antara bentuk tubuh dan temperamen. Menurut Sheldon, bentuk tubuh yang gemuk (endomorph) berhubungan dengan sifat malas dan tenang. Bentuk tubuh yang atletis (mesomorph) berhubungan dengan sifat asertif dan percaya diri, sedangkan tubuh yang kurus (ectomorph) berhubungan dengan sifat introvert yang lebih menyenangi aktivitas mental daripada aktivitas fisik. Prof. Hafied Cangara mengelompokkan kode nonverbal sebagai beikut :
1) Kinesics
Ialah kode nonvebal yang ditunjukkan oleh gerakan-gerakan badan yang bisa dibedakanatas 5 jenis, yaitu : mengangkat jempol yang berarti baik (Indonesia), tetapi berarti jelek (India). Kerdipan mata berarti ”saya tidak sungguh-sungguh”
2. Illustrators Ialah isyarat yang dibuat dengan gerakan-gerakan badan untuk menjelaskan sesuatu, misalnya mengenai besarnya barang atau tinggi rendahnya suatu objek yang dibicarakan. Pandangan ke bawah berarti kesedihan atau depresi
3. Affect displays Ialah isyarat yang terjadi karena adanya dorongan emosional sehingga brpengaruh paada ekspresi muka, misalnya tertawa, menangis, senyum, mencibir, sinis, dn sebagainya. Hampir semua bangsa di dunia menilai perilaku tertawa dan tersenyum sebagai lambang kebahagiaan, sedangkan menangis adalah lambang kesedihan.
4. Regulators Ialah gerakan-gerakan tubuh yang terjadi pada daerah kepala, misalnya mengangguk tanda setuju atau menggeleng tanda menolak.
5. Adaptory Ialah gerakan-gerakan badan yang dilakukan sebagai tanda kejengkelan, misalnya menggerutu, mengepalkan tinju ke atas meja, dan sebagainya.
Selain gerakan-gerakan badan yang dilakukan oleh kepala dan tangan, juga gerakan kaki memberi isyarat seprti halnya posisi duduk. Bagi masyarakat Amerika dan Eropa, posisi duduk dengan posisi kaki menyilang di atas kaki lainnya atau berdiri sambil bertolak pinggang adalah hal biasa, tetapi bagi orang Indonesia hal ini dinilai sebagai perbuatan yang kurang sopan. Begitu juga halnya menerima atau membri sesuatu dengan tangan kiri, pada masyarakat Barat adalah sesuatu hal yang biasa, seangkan di Indonesia adalah sesuatu yang kurang sopan.
2) Gerakan Mata Mata adalah alat komunikasi yang paling berarti dlam memberi isyarat tanpa kata.
Ada yang menilai bahwa gerakan mata adalah cerminan isi hati seseorang. Hal ini
1. Untuk memperoleh umpan balik dari lawan bicara. Misalnya dengan mengucapkan bagaimana pendapat Anda tentang hal tersebut?
2. Untuk menyatakan terbukanya saluran komunikasi dengan tibanya waktu untuk bicara
3. Sebagai sinyal untuk menyalurkan hubungan, di mana kontak mata akan meningkatkan frekuensi bagi orang yang saling memerlukan. Sebebaliknya orang yang merasa malu akan berusaha untuk menghinari terjadinya kontak mata. Misalnya orang yang merasa bersalah atau berhutang akan menghindar dari orang yang menagihnya.
4. Sebagai pengganti jarak fisik Bagi orang yang berkunjung ke suatu pesat, tetapi tidak sempat berdekatan karena banyaknya pengunjung, maka melalui kontak mata mereka dapat emngatasi jarak pemisah.
3) Sentuhan (touching) Ialah isyarat yang dilambangkan dengan sentuhan badan. Menurut bentuknya, sentuhan badan dibagi atas 3 macam :
1. Kinesthetic Ialah isyarat yang ditunjukkan dengan bergandengan tangan satu sama lain, sebagai simbol keakraban atau kemesraan.
2. Sosiofugal Ialah isyarat yang ditunjukkan dengan jabat tangan atau saling merangkul.
Umumnya orang Amerika atau Asia Timur dalam menunjukkan persahabatan ditandai dengan jabat tangan, sedangkan orng Arab dan Asia Selatan menunjukkan persahabatan lewat sentuhan pundak atau berpelukan.
3. Thermal Ialah isyarat yang ditunjukkan dengan sentuhan badan yang terlalu emosional sebagai tanda persahabatan yang begitu intim, misalnya menepuk punggung karena sudah lama tidak bertemu.
4. Paralanguage Suatu kesalahpahaman seringkali terjadi kalau komunikasi berlangsung dari etnik yang berbeda. Suara yang bertekanan besar bisa diartikan oleh etnik tertentu sebagai perlakuan kasar, meski sesungguhna bukan begitu maksudnya, sebab hal tersebut sudh menjadi kebiasaan etnik tersebut.
4) Diam
Berbeda dengan tekanan suara, maka sikap diam juga sebagai kode nonverbal yang mempunyai arti.Max Picard menyatakan bahwa diam tidak semata-mata mengandung arti negatif, tetapi bisa juga mengandung arti positif. Dalam kehidupan sehari-hari, sikap berdiam diri sangast sulit ditebak, apakah orang itu malu, penakut, cemas, atau marah. Banyak orang mengambil sikap diam karena tidak mau menyatakann sesuatu yang menyakitkan orang lain, misalnya mengatkan ”tidak”. Tetapi dengan bersikap diam, juga dapat menyebabkan orang bersikap ragu. Karena itu, sikap diam tidak selamanya berarti menolak sesuatu, tetapi tidak juga berarti menrima. Mungkin dalam hal ini, sikap diam berarti ia ingin menyimpan rahasia tertentu, dan hanya ia-lah yang tahu.
Busana Nilai-nilai agama, kebiasaan, lingkungan fisik, dan iklim, serta tujuan pencitraan mempengaruhi orang cara kita berdandan. Bangsa-bangsa yang mengalami empat musim yang berbeda akan menyesuaikan cara mereka berdandan dengan faktor tersebut. Misalnya pada musim dingin, orang akan berpakaian yang tebal dan menutup seluruh tubuh. Di Amerika, buasna warna teduh dikenakan untuk kegiatan bisnis dan sosial. Di India dan Myanmar, orang menggunakan busana tradisional untuk kegiatan bisnis, sebagaimana juga dilakukan oleh orang Arab. Sebagian orang berpandangan bahwa pilihan seseorang atas pakaian merupakan cerminan dari kepribadiannya, misalnya apakah ia orang konservatif, religius, modern, atau berjiwa muda. Bagi orang-orang tertentu, pakaian, rumah, kenderaan, perhiasan,
Orientasi Ruang dan Jarak Pribadi
Setiap budaya mempunyai cara khas dalam mengkonseptualisasikan ruang, baik di dalam rumah, di luar rumah, maupun ketika berhubungan dengan orang lain. Edward T. Hall (antropolog), mengemukakan istilah proxemics sebagai bidang studi yang mengkaji persepsi manusia atas ruang (pribadi dan sosial), yaitu cara manusia menggunakan ruang dalam berkomunikasi. Beberapa ahli lainnya memperluas konsep proksemika ini dengan memperhitungkan seluruh lingkungan fisik yang mungkin berpengaruh terhadap proses komunikasi seperti iklim, pencahayaan, dan kepadatan penduduk. Pencahayaan dapat mendorong atau menghalangi seseorang untuk berkomunikasi. Cahaya yang terang sangat diharapkan dalam ruang kuliah dan ruang baca, karena dibutuhkan untuk membaca dan menulis. Sementara di sebuah kafe atau tempat kencan lainnya, dibutuhkan cahaya redup atau lebih lunak. Untuk keperluan pembicaraan yang bersifat pribadi, baik di ruang terbuka maupun ruang tertutup adalah tidak mungkin menggunakan cahaya yang terang benderang.
Parabahasa
Parabahasa atau vokalika (vocalics) mengacu pada aspek-aspek suara selain ucapan yang dapat dipahami, misalnya kecepatan berbicara, nada (tinggi –rendah), intensitas (volume), suara, intonasi, dialek, suara terputus-putus, suara gemetar, suitan, tawa, erangan, desahan, gumaman, gerutuan, dan sebagainya. Setiap karakteristik suara ini mengkomunikasikan emosi dan pikiran kita. Suara yang terengah-engah menandakan kelemahan, sedangkan ucapan yang terlalu cepat menandakan ketegangan, kemarahan, dan ketakutan. Kadangkala kita bosan mendengar pembicaraan orang bukan karena isi atau materi yang disampaikannya, melainkan karena disampaikan dengan cara monoton dan lamban. Satu contoh yang menarik dari parabahasa adalah ketika Presiden Habibie (waktu itu, tahun 1999). Sebelum Habibie menyampaikan Laporan Pertanggungjawabannya di hadapan Sidang MPR, para anggota majelis sudah bersuara ”Huuuuu...” Tidak sulit untuk memaknai teriakan seperti itu, yaitu sikap penolakan dn pelecehan, meskipun
Meskipun aspek-aspek parabahasa ini berkaitan dengan komunikasi verbal, aspek- aspek tersebut harus dianggap sebagai bagian dari komunikasi nonverbal, yang menunjukkan kepada kita bagaimana perasaan pembicara Mengenai pesannya, apakah ia percaya diri, gugup, atau menunjukkan aspek-aspek emosional lainnya.
Satu contoh parabahasa yang lain adalah berbicara dengan suara yang keras.Di Indonesia, suku bangsa yang dikenal dengan tekanan suaranya yang keras, selain Batak, adalah sukubangs di Riau Kepualauan. Mereka biaa bebicara keras karena suara mereka terkondisikan oleh alam, yaitu kerasnya tiupan angin dan ombak.
Bangsa yang cenderung bersuara keras ketika berkomunikasi adalah Bangsa Arab, terutama ketika mereka brbicara kepada orang yang mereka sukai. Bagi orang Arab, suara keras menandakan kekuatan dan ketulusan, sedangkan suara lemah mengisyaratkan kelemahan atau tipu daya. Itulah sebabnya, bila kita tidak mengenal karakter budya ini, boleh jadi kita menganggap suara keras mereka sebagai tanda agresivitas, kekasaran atau kemarahan, bukan sebagai cerminan ketulusan atau keranahan. Mungkin di bangsa-bangsa lain aspek parabahasa bukan pada volume suara , akan tetapi mungkin pada kecepataannya atau ”melodi”nya. Orang Amerika berbicara lebih keras daripada orang Perancis; orang Malaysia berbicara lebih cepat daripada orang Indonesia; orang Arab berbicara lebih cepat daripada orang Inggris; sementara orang Thailand berbicara lebih bermelodi daripada orang Jepang.
MODUL
PSIKOLOGI KOMUNIKASI
( 3 SKS )
Pokok Bahasan : Karakteristik Saluran KomunikasiOleh : Drs. Riswandi, M.Si. TUJUAN INSTRUKSIONAL
Setelah memperoleh materi ini mahasiswa diharapkan dapat memahami dan menjelaskan kembali tentang pemilihan karakteristik saluran komunikasi dan karakteristik media, serta pemilihan karakteristik kreatif
I . Karakteristik Saluran Komunikasi
Secara umum ada dua saluran komunikasi yang dapat dipergunakan dalam upaya
penyebarluasan pesan, yaitu saluran komunikasi personal dan saluran komunikasi nonpersonal atau disebut juga saluran media massa.1. Saluran Komunikasi Personal
Saluran komunikasi personal, baik yang bersifat langsung perseorangan maupun melalui kelompok, lebih persuasive dibandingkan dengan saluran media massa. Hal ini disebabkan karena beberapa factor sebagai berikut : 1) Penyampaian pesan melalui saluran komunikasi personal dapat dilakukan secara langsung kepada khalayak yang dituju, bersifat pribadi, dan manusiawi. 2) Penyampaian pesan melalui saluran komunikasi personal dapt dilakukan secar lebih terperinci dan lebih fleksibel disesuaikan dengan situasi dan kondisi nyata. 3) Keterlibatan khalayak dalam proses komunikasi cukup tinggi. 4) Komunikator/sumber dapat langsung mengetahui reaksi, umpan balik, dan tanggapan
Dalam hal dampaknya, upaya penyampaian pesan melalui saluran komunikasi personal ini juga dipandang efektif. Dampak atau hasil komunikasi yang terjadi pda pihak yang menerima tidak hanya menyangkut aspek kognitif dan afektif, tetapi juga sampai ke aspek konatif/perilaku. Dengan perkataan lain, melalui saluran komunikasi personal pihak sumber dapat mempengaruhi pihak penerima dalam hal pengetahuan, Sikap, dan juga perilakunya. Akan tetapi, penggunaan saluran ini juga mempunyai kelemahan, yaitu daya jangkau dan kecepatan pesannya adalah terbatas.
2.Saluran Media Massa
Saluran media massa mempunyai mempunyai daya jangkauan khalayak yang luas, bahkan tidak terbatas serta kemampuannya cepat. Pengertian media massa yang dimaksud tidak hanya terbatas pada surat kabar, majalah, televise, radio, tetapi juga mencakup berbagai media lainnya seperti billboard, leaflet, boolets, dan lain-lain. Namun, kelima factor yang disebutkan di atas yang merupakan kelebihan yang dimiliki oleh saluran komunikasi personal, tidak dimiliki oleh saluran media massa. Dampak penyampaian pesan melalui media massa, umumnya hanya menyangkut aspek kognitif. Oleh karena itu, penggunaan saluran media massa biasanya hanya dititikberatkan pada upaya pembentukan kesadaran, pengetahuan, dan ingatan khalayak atas sesuatu isi pesan. Berikut ini akan diberikan gambaran perbedan antara saluran komunikasi personal dan saluran media massa.
Perbedaan karakteristik saluran komunikasi personal dan saluran media massa Karakteristik Saluran personal Saluran media massa
1.Arus pesan dua arah satu arah
6.Kecepatan menjangkau Khalayak lambat cepat
7.Efek/akibat/hasil pengatahuan, penambahan perubahan sikap, dan pengetahuan perilaku
Di samping saluran komunikasi personal dan media massa, masyarakat kita juga mengenal adanya media lainnya yang disebut sebagai media tradisional. Media tradsional ini mencakup berbagai bentuk kesenian seperti wayang golek, ludruk, ketoprak, lenong betawi, dan sebaginya. Selain itu dikenal juga forum-forum komunikasi seperti rembug desa, banjar, siapanan, dan lain-lain. Media tradisional seperti ini juga efektif dipergunakan sebagai saluran komunikasi persuasi atau promosi suatu idea tau produk. Hal ini dimungkinkan karena selain ia popular dan dekat dengan masyarakat pendukungnya, penyampaian pesan pesan melalui media tradisional ini dapat dilakukan sesuai dengan kerangka nilai budaya masyarakat setempat.; yang perlu diperhatikan adalah bahwa penyisipan pesannya harus disesuaikan dengan karakteristik komunikasi dari masing-masing medium tradisional. Oleh karena itu, untuk mendapatkan hasil komunikasi yang lebih optimal, akan lebih baik bila dipergunakan kombinasi atau gabungan penggunaan saluran komunikasi personal, saluran media massa, dan saluran media tradisional.
II. Pemilihan Media
Pemilihan satu atau beberapa media komunikasi, seharusnya dilakukan paling tidak atas dua pertimbangan sebagai berikut :
1.Pertimbangan mengenai karakteristik media
2. Pertimbangan yang menyangkut kreatif (isi dan teknis penyajian pesan)
Tiap medium memiliki karakteristik sendiri yang berbeda satu sama lainnya. Tiap medium juga secara khusus mempunyai kelebihan dan kekurangan. Oleh karena itu, penentuan suatu medium perlu disesuaikan dengan tujuan dan kemampuan dari masing-masing medium. Dalam hal ini hal-hal yang perlu dipertimbangkan antara lain adalah sebagai berikut :
1) Kebutuhan luasnya jangkauan dan kecepatan penetrasi
Apabila pesan yang ingin disampaikan ditujukan kepada masyarakat secara luas, maka media seperti radio dan TV adalah pilihan yang tepat. Karena selain kemampuan jangkauannya yang luas, juga kecepatan penetrasinya tinggi.
2) Kebutuhan pemeliharaan memori
Apabila penyampaian pesan lebih ditujukan pada upaya agar pesan-pesan yang disampaikan tetap diingat oleh khalayak dalam kurun waktu yang relative lebih lama, maka media seperti media luar ruang (misalnya billboard, spanduk, poster, dan lain-lain) dan majalah lebih cocok. Media seperti ini memiliki “life span” yang relative lebih panjang. Majalah lazimnya disimpan di rumah sampai berbulan-bulan, sementara surat kabar hanya disimpan untuk beberapa hari. Bahkan billboard dapat dipasang sampai bertahun-tahun. 3) Kebutuhan jangkauan khalayak yang selektif
Apabila pesan-pesan yang disampaikan dimaksudkan untuk kelompok- kelompok masyarakat segmen tertentu/khusus, maka media seperti surat kabar dan majalah adalah lebih tepat. Surat kabar dan majalah yang dipilih tentunya harus disesuaikan dengan segmen khalayak yang dituju. Misalnya majalah wanita tepat untuk mengiklankan produk-produk kosmetika. seperti stasion siaran radio local, bioskop, dan media luar ruang adalah lebih tepat.
5) Kebutuhan frekuensi tinggi Apabila pesan-pesan yang disampaiakn membutuhkan frekuensi penyampaian yang tinggi, maka penggunaan media seperti radio dan media luar ruang akan lebih cocok.
2. Pertimbangan Kreatif (isi dan teknis)
Karakteristik kreatif, yaitu yang berkaitan dengan isi, bentuk, dan teknis
penyajian pesan merupakan hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih media yang cocok. Dalam prakteknya, pemilihan suatu medium justru seringkali didasarkan pada karaktersitik kreatif. Berikut ini adalah beberapa karaktersitik kreatif yang perlu diperhatikan
1) Kebutuhan gerak
Apabila pesan yang akan disampaikan menuntut unsur gerak sebagai factor yang utama, maka media audio visual seperti TV dan film adalah yang tepat. Contoh : gambaran tentang balap mobil dan iklan kenderaan bermotor.
2) Kebutuhan warna
Apabila warna merupakan factor yang ingin ditonjolkan dari suatu pesan, maka TV, film, dan juga majalah cocok untuk dipergunakan. Misalnya gambaran tentang keindahan alam, iklan foto berwarna, kosmetika, cat, dan lain-lain.
3) Kebutuhan suasana
Apabila pesan yang akan disampaikan memberikan penekanan pada factor suasana, maka media audio seperti radio dan media audio visual seperti TV dan film lebih tepat menjadi pilihan.
Apabila pesan yang akan disampaikan menuntut adanya demonstrasi yang menggambarkan adanya tata cara, proses, atau hasil, maka media audio visual seperti TV dan film lebih tepat. Contoh : Penjelasan tentang tata cara memasak suatu jenis masakan, atau tata cara pemilihan presiden dalam pemilu, dan lain-lain.
5) Kebutuhan deskripsi
Apabila pesan yang disampaikan memerlukan suatu uraian yang cukup eksplisit, komprehensif, sistematis, dan terperinci, maka media cetak seperti surat kabar, majalah, brosur, dan leaflet lebih cocok. Karena media cetak memiliki kemampuan editorial yang lebih baik dibandingkan dengan media elektronik. Contoh : penjelasan tentang kontrasepsi KB, profil perusahaan dan produk- produk yang dihasilkannya, dan lain-lain.
III. Konsep Alternatif tentang khalayak
1. Khalayak sebagai kumpulan penonton, pembaca, pendengar, dan pemirsa
Kumpulan inilah yang disebut sebagai audiens dalam bentuk yang paling dikenal dan menjadi perhatian seluruh penelitian media. Fokusnya adalah pada jumlah total orang yang dapat dijangkau oleh satuan isi media tertentu dan jumlah orang dalam karakteristik demografi tertentu yang penting bagi pengirim. Dalam praktek, penerapan konsep tersebut tidaklah sesederhana itu dan akhirnya menimbulkan pertimbangan yang melebihi soal kuatitatif semata.
Clausse telah menunjukkan beberapa kelemahan untuk membedakan berbagai kadar keikutsertaan dan keterlibatan audiens. Audiens yang pertama dan yang terbesar adalah populasi yang tersedia untuk menerima tawaran komunikasi tertentu. Dengan demikian, semau yang memiliki pesawat televisi adlah audiens televisi adlam artian tertentu. Kedua, terdapat audiens yang benar-benar menerima hal-hal yang ditawarkan dengan
Ketiga, ada bagian audiens sebenarnya yang mencatat penerimaan isi, dan yang terakhir ada bagian lebih kecil yang mengendpkan hal-hal yang ditawarkan dan diterima.
Clausse mengemukakn hal ini dengan mengacu pad serangkaian penyusutan, dari populasi masyarakat secara menyeluruh, kemudian publik potensial bagi suatu pesan, hingga publik efektif yang benar-benar mengikut, sampai dengan publik pesan tertentu, dan akhirnya publik yang benar-benar terpengaruh oleh komunikasi.
2. Khalayak sebagai massa
Massa seringkali sangat besar, lebih besar dari kebanyakan kelompok, kerumunan atau publik. Para anggota massa tersebar luas dan biasanya tidak saling mengenal satu sama lain. Massa kurang memiliki kesadaran diri dan identitas diri, serta tidak mampu bergerak secara serentak dan terorganisasi untuk mencapai tujuan tertentu. Massa ditandai oleh komposisi yang selalu berubah dan berada dalam batas wilayah yang selalu berubah pula. Ia tidak bertindak untuk dirinya sendiri, tetapi “disetir” untuk melakukan suatu tindakan. Aidiens sebagai massa lebih menekankan pada ukurannya yang besar, heterogenitas, penyebaran, dan anonimitasny serta lemahnya organisasi sosial dan komposisi yang selalu berubah dengan cepat dan tidak konsisten. Massa tidak memiliki keberadaan/eksistensi yang berlanjut kecuali dalam pikiran mereka yang ingin memperoleh perhatian dari dan memanipulasi orang-orang sebanyak mungkin. Menurut Raymond William, tidak ada massa rakyat, yang ada hanya cara pandang orang-orang sebagai massa. Meskipun demikian, hal itu telah cenderung menjadi standar untuk memutuskan audiens, semakin mendekati pengertian massa, telah menyamakan massa dengan audiens bagi media massa.
3. Khalayak sebagai publik atau kelompok sosial
Unsur penting dalam versi audiens ini adalah praeksistensi dari kelompok sosial yang secara politis yang terwujud sebagai unit sosial melalui pengakuan bersama atas masalah bersama yang perlu ditanggulangi. Pengelompokan seperti ini memerlukan berbagai sarana komunikasi bagi pengembangan dan kesinambungannya. Meskipun demikian, kita dapat melihat adanya bukti tentang eksistensi berbagai bentukan audiens yang berciri publik. Hampir seluruh masyarkat memiliki publik yang mengetahui, yaitu bagian audiens yang paling aktif dalam kehidupan politik dn sosial serta memiliki banyak sumber informasi, khususnya golongan elit, pembentukan opini, dan pers spesialis. Bukti kedua, banyak negara menguasai beberapa pers partai tertentu atau pers yang memang memiliki hubungan politik dengan kelompok pembacanya. Di sini keanggotaan atau pendukung partai tertentu membentuk publik yang juga adlah audiens. Bukti ketiga, terdapat audiens lokal atau komunitas bagi publikasi yang bersifat lokal. Dalam hal ini audiens cenderung serupa dengan anggota, khususnya anggota yang paling aktif dari komunitas yang ad sebelumnya, yaitu kelompok sosial. Bukti terakhir, terdapat sangat banyak audiens tertentu yang terbentuk atas dasar isu, minat, atau bidang keahlian yang mungkin memiliki bentuk interaksi lainnya dn bukan sekedar penciptaan pasokan media.
4. Kahalayak sebagai pasar
Audiens sebagai pasar muncul sebagai akibat perkembangan ekonomi. Produk media merupakan komoditi atau jasa ayng ditawarkan untuk dijual kepada sekumpulan konsumen tertentu yang potensial, bersaing dengan produk media lainnya. Audiens sebagai pasar berarti sekumpulan calon konsumen dengan profil sosial ekonomi yang diketahui yang merupakan sasaran suatu medium atau pesan. Konsep audiens seabgai pasar ini mirip dengan audiens sebagai massa. Dalam arti jumlahnya yang besar. Yang perlu diperhatikan adalah soal selera dalam kaitannya dengan produk media yang akan menjadi minat mereka. Audiens dipandang memiliki signifikansi rangkap bagi media, sebagai perangkat calon arti itu dan adakalanya mencirikan audiens tertentu dalam hubungannya dengan gaya hidup dan pola konsumsi, ada sejumlah konsekuensi pendekatan ini terhadap cara memandang audiens.
IV. Tipologi Formasi Kahalayak
1. Kelompok atau publik
Istilah ini muncul sejalan dengan pengelompokan sosial yang ada (misalnya komunitas, keanggotaan minoritas politis, religius atau etnis) dan dengan karakteristik sosial bersama dari tempat, kelas sosial, politik, budaya, dan sebagainya.
Tipe ini angat cocok dengan konsep audiens sebagai publik seperti yang sudah dijelaskan. Di sini mungkin sekali terdapat beberapa ikatan normatif di antara audiens dan sumber, dan di dalam audiens mungkin terjadi interaksi dan kesadaran identitas serta tujuan tertentu. Audiens seperti ini mungkin lebih stabil sepanjang waktu daripada tipe audiens lain. Para anggotanya bertahan lama, tanggap terhadap, dan memiliki partisipasi tertentu pada apa yang ditawarkan.
2. Kelompok Kepuasan
Audiens dalam pengertian ini terbentuk atas dasar tujuan atau kebutuhan individu tertentu yang ada terlepas dari media, tetapi berkaitan dengan, misalnya isu politik atau sosial. Tipe audiens ini, yang didasarkan pada kebutuhan atau tujuan tertentu, juga mungkin agak homogen dilihat dari segi komposisinya, aktif dalam mengungkapkan permintaan yang membentuk penawaran, dan juga selektif. Akan tetapi tipe audiens ini bukanlah kelompok sosial, melainkan kumpulan dari individu-individu yang terwujud dalam perilaku konsumen. Mereka termasuk kategori pasar atau kumpulan dari apa yang telah dijelaskan di depan. Aktivitas dan selektivitas rasional terungkap dalam perilaku dan para anggota biasanya tak akan melihat diri mereka sebagai kelompok atau pasar khusus.
Terbentuk atas dasar minat pada jenis isi (atau gaya) atau daya tarik tertentu akan kepribadian tertentu atau cita rasa budaya/intelektual tertentu. Tipe audiens ini terdiri dari kelompok penggemar atau pengikut pengarang, kepribadian, gaya tetapi tidak memiliki suatu definisi atau kategori sosial yang jelas. Komposisinya akan berubah sepanjang waktu, meskipun beberapa audiens seperti itu mungkin juga stabil. Eksistensinya seleuruhnya tergantung pada isi yang ditawarkan dan bila isi ini berubah, audiensi pasti bubar atau memperbarui diri. Kadang-kadang jenis audiens ini didorong oleh media untuk membentuk diri menjadi kelompok sosial (seperti klub penggemar) atau mereka secara spontan mentransformasikan diri menjadi kelompok sosial.
4. Audiens medium
Berasal dari dan dipertahankan oleh kebiasaan atau loyalitas pada sumber media tertentu misalnya surat kabar, majalah, saluran radio atau televisi. Ada banyak contoh saluran audiens medium, dan loyalitas pada saluran juga didorong oleh media karena alsan komersial. Apakah terbentuk secara spontan atau oleh manipulasi, loyalitas seperti itu dapat memberi beberapa karakteristik publik atau kelompok sosial pada jenis audiens ini seperti stabilitas, batas-batas, dan kesadaran identitas. Akan tetapi, bagi kebanyakan media yang beorientasi komersial, audiens jenis ini lebih mirip dengan kumpulan atau pasar. Anggotanya umumnya adalah pelanggan produk media yang dibicarakan atau produk lain yang diiklankan oleh media tersebut.
V. Pengaruh Khalayak terhadap Isi Media
Meskipun telah terbukti bahwa kompetensi dan kekuasaan audiens untuk mempengaruhi produsen/penyalur sangat bergantung pada karakter dan lingkungan audiens bersangkutan, tetapi ada sejumlah mekanisme umum yang mewujudkan hubungan timbal balik antara pengirim dan penerima. Mekanisme tersebut adalah
Konsep audiens atau kelompok pembaca yang tradisional mengasumsikan 2 unsur penting dari tanggapan yang dilembagakan. Satu di antaranya adalah kritik yang terutama berfungsi untuk kepentingan publik kelas menengah dan berkaitan dengan jenis isi yang lebih elit. Jajaran perhatian kritis yang dilembagakan telah cukup melebar sehingga meliputi televisi, musik, film, dan surat kabar, yang sebagian merupakan perluasan persyaratan media sendiri sebagai suatu industri.
2. Pertanggung jawaban yang dilembagakan
Sekarang terdapat banyak tuntutan audiens, sebagai kelompok kepentingan dalam masyarkat, untuk mempengaruhi isi media. Timbulnya siaran radio publik telah merangsang banyak perkembangan seperti itu, karena radio dan televisi seringkali ditetapkan sebagai pelayanan dengan beban tanggung jawab kepada publik secara menyeluruh.
3. Pasar
Menurut kebanyakan pendukung kebebasan media, sarana pengendalian dan pengaruh yang utama dan terbaik adalah pelaksanaan pilihan bebas dalam kondisi pasar bbebas.
4. Umpan balik langsung
Bentuk tradisional tanggapan bagi audiens telah dilembagakan oleh media sendiri dalam bentuk ”surat kepada redaksi” dan hubungan telepon ke stasiun radio dan televisi. Meskipun demikian, ada keraguan tentang nilai sesungguhnya sebagai umpan balik, karena sangaat mudah dimanipulasi oleh media sendiri. Bagi media berskala besar, diragukan apakah tanggapan langsung seperti itu dapat mengungkapkan keinginan audiens atau dapat menyampaikan informasi kepada media.
5. Pemanfaatan Citra Media citra audiens boleh jadi dibentuk oleh kepentingan profesional sendiri atau merupakan pengalaman sosial yang sangat sempit.
6. Penelitian
Yang paling relevan dalam hal ini adalah jenis penelitian yang dilakukan media untuk memedomani operasinya sendiri. Penelitian memainkan peran kreatif dalam mempertemukan tujuan komunikator dengan kebutuhan, kepentingan, dan kapasitas publik.